ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1 900VA)DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2003 2009

(1)

commit to user

ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA)

DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2003-2009

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

NASTITI YANUARI NIM. F0107068

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA)

DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2003-2009

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

NASTITI YANUARI NIM. F0107068

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user

iii


(4)

commit to user

iv


(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

¾ Bapak dan Ibu

¾ Kakak-kakakku

¾ Adik-adikku

¾ Keluarga besarku

¾ Saudara-saudaraku

¾ Sahabat-sahabat baikku


(6)

commit to user

vi

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya...” (Q.S. Al-Baqarah: 286)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 6)

“Bersama-Mu tak ada jalan buntu...” (Penulis)


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan petunjukNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Elastisitas Permintaan Energi Listrik PT. PLN (Persero) Pada Kelompok Rumah Tangga (R-1 900 VA) Di Kabupaten Purworejo Periode 2003-2009”.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan kepada:

1. Bapak Drs. Agustinus Suryantoro, M.S. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kemudahan dengan ijin yang diberikan.

4. Ibu Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku sekretaris Jurusan Ekonomi


(8)

commit to user

viii

yang telah memberikan bantuan dan kemudahan kepada penulis untuk kepentingan skripsi ini.

5. Ibu Nurul Istiqomah, S.E, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan

7. Seluruh staf dan karyawan PT. PLN (Persero) APJ Magelang dan UPJ

Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan pengambilan data-data serta informasi yang sangat bermanfaat bagi penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

8. Segenap staf dan karyawan BPS Surakarta dan BPS Kabupaten Purworejo yang membantu serta memberikan data dan informasi kepada penulis dalam penelitian ini.

9. Iis, Sesil, Mutz, Wia, Khurul, Ratih, Didi dan teman-teman EP ’07,

perjuangan masih terus berlanjut.

10.Miol, Erna, Mas Catur, Mbak Febri, dan teman-teman FE UNS, terima

kasih untuk bantuannya selama ini.

11.Cincin, Nungky, Mbak Ageng, Mbak Viska, Mbak Ika, Mbak Heni dan

teman-teman Wisma Inabah, terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat


(9)

commit to user

ix

berguna bagi siapa saja yang telah membacanya dan dapat mengambil manfaat atas apa yang baik dan berguna dalam skripsi ini.

Surakarta, Maret 2011


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK... BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... BAB II. LANDASAN TEORI

A. Permintaan... 1. Hukum Permintaan... 2. Fungsi Permintaan Dan Kurva Permintaan... 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan...

ii iii iv v vi vii x xiii xv xvi xvii 1 6 7 7 9 9 11 12


(11)

commit to user

xi

4. Permintaan Pasar Akan Suatu Barang... B. Elastisitas...

1. Konsep Elastisitas... 2. Jenis-Jenis Elastisitas... 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas

Permintaan... C. Produk Domestik Bruto...

1. Pendapatan Regional

2. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

3. Metode Dasar Untuk Perhitungan PDRB Riil... D. Hasil Penelitian Terdahulu... E. Kerangka Pemikiran... F. Hipotesa... BAB III. METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian... B. Jenis Dan Sumber Data... C. Teknik Pengumpulan Data... D. Devinisi Operasional Variabel Penelitian... E. Metode Analisis Data... 1. Analisis Deskriptif... 2. Analisis Regresi Berganda Double-Log... 3. Analisis Ekonometrika... 4. Analisis Statistik...

17 17 17 18 23 24 25 28 29 30 33 35 36 36 37 37 38 39 39 41 45


(12)

commit to user

xii

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Purworejo... 1. Keadaan Geografis... 2. Keadaan Demografis... 3. Perkembangan Ekonomi... B. Gambaran Umum PT. PLN (Persero)... 1. Sejarah... 2. Visi, Misi, Motto PT. PLN... 3. Kegiatan Usaha... C. Analisis Deskriptif... D. Hasil Analisis Regresi... E. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi... BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...

49 49 50 54 57 57 59 59 64 68 76

80 82 85 87


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman 1.1. Banyaknya Pelanggan Listrik PLN dan Jenis Pemakaian

di Kabupaten Purworejo...

4.1. Pembagian Wilayah Kabupaten Purworejo Menurut

Kecamatan Tahun 2009... 4.2. Banyaknya Rumah Tangga dan Kepadatan per Km2 di

Kabupaten Purworejo...

4.3. Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan

Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Purworejo Tahun 2009... 4.4. Nilai PDRB Per tenaga Kerja Kabupaten Purworejo Tahun

2009... 4.5. PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun

2000 dan Perkembangannya di Kabupaten Purworejo

Tahun 2008-2009...

4.6. Petumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Purworejo Tahun

2008-2009... 4.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Harga

Konstan 2000 Kabupaten Purworejo Tahun 2002-2009... 4.8. Tarif Dasar Listrik (Rupiah/Kva/Bulan)... 4.9. Harga Minyak Tanah/liter (rupiah) Tahun 2002-2003...

4

51

52

53

54

55

56

65 66 67


(14)

commit to user

xiv

4.10. Tabel Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo Tahun 2003-2009... 4.11. Hasil Estimasi Regresi Double-log... 4.12. Tabel Hasil Uji Multikilinieritas dengan Metode

Koutsonyiannis... 4.13. Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji White...

68 69

71 72


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman 2.1 Kurva Permintaaan...

2.2 Kurva Elastisitas... 2.3 Kerangka Pemikiran... 3.1. Uji Autokorelasi... 3.2. Uji t... 3.3. Daerah Kritis Uji F... 4.1. Durbin Waston Test...

12 20 34 44 46 47 73


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian Lampiran 2 Data Penelitian Lampiran 3 Hasil Regresi Data Lampiran 4 Uji Multikolinieritas Lampiran 5 Uji Heteroskesdastisitas


(17)

commit to user

ABSTRAK

“ELASTISITAS PERMINTAAN ENERGI LISTRIK PT. PLN (PERSERO) PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA (R1-900VA)

DI KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2003-2009”

Oleh:

Nama : Nastiti Yanuari NIM : F0107068

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui elastisitas variabel PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo tahun 2003-2009. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang tergolong data time series dan bersifat kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik kepustakaan yang didapat dari berbagai sumber, seperti PT. PLN (Persero) APJ Magelang dan UPJ Purworejo, BPS Purworejo dan BPS Surakarta serta rujukan dari internet.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan estimasi model Ordinary Least Square (OLS) dimana jumlah konsumsi listrik tetap sebagai variabel dependen sedangkan variabel PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah sebagai variabel independen.

Berdasarkan hasil penelitian, variabel PDRB per kapita harga konstan memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA). Variabel tarif dasar listrik mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif sedangkan variabel harga minyak tanah tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA). Dari semua variabel tersebut di atas yang bersifat elastis hanya variabel PDRB per Kapita harga konstan sedangkan variabel tarif dasar listrik dan harga minyak tanah bersifat inelastis.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut yaitu hanya PDBR per kapita harga konstan dan tarif dasar listrik yang berpengaruh terhadap jumlah konsumsi listrik rumah tangga. Saran yang diajukan kepada PT PLN (Persero) untuk meningkatkan mutu pelayanan dengan memperluas jaringan listrik di Kabupaten Purworejo. PT PLN (Persero) juga harus kreatif dan inofatif dalam konversi pembangkit listrik berbahan bakar minyak ke gas. Di samping itu diharap masyarakat dapat mengikuti program hemat energi listrik demi kelangsungan sumber daya listrik di masa depan.

Keyword : Jumlah energi listrik, PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik dan harga minyak tanah.


(18)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang vital peranannya karena secara langsung mensejahterakan kehidupan manusia. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan, semakin tinggi pula tingkat ketergantungan pada ketersediaan energi listrik yang memadai dan berkualitas. Energi listrik juga merupakan faktor penting dalam proses industrialisasi. Dengan semakin majunya perindustrian maka semakin penting dan besar peran energi listrik itu dalam menjamin kelangsungan pengembangan selanjutnya.

Listrik biasa digunakan dalam kegiatan rumah tangga sehari-hari maupun kegiatan industri komersial. Energi listrik tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan beranekajenis barang elektronik. Sumber energi litrik yang dapat diandalkan dan berkelanjutan merupakan hal yang sangat penting bagi Indonesia. Mengingat begitu pentingnya energi listrik bagi kehidupan manusia, maka diperlukan upaya untuk melestarikan energi listrik tersebut agar bisa digunakan seoptimal mungkin.

Ketersediaan energi listrik di Indonesia untuk saat ini dirasa belum bisa memenuhi peningkatan kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Adanya pemutusan sementara dan pembagian energi listrik secara bergilir merupakan salah satu ciri bahwa di Indonesia untuk ketersediaan energi listriknya masih


(19)

commit to user

2 sangat terbatas. Hal ini terjadi karena permintaan akan konsumsi energi listrik tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan energi listrik yang ditawarkan oleh PT. PLN (Persero) itu sendiri. Selain itu, dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang terus menerus, juga akan meningkatkan kebutuhan energi listrik.

Pada tahun 2007, total pembangkit listrik yang dimiliki Indonesia adalah sebesar 25.218 MW, yang terdiri atas 21.769 MW milik PLN dan 3.450 MW milik swasta. Seperti yang dikemukakan oleh Tryfino (2007), bahwa masih banyak persoalan yang ditimbulkan karena adanya keterbatasan energi listrik tersebut. Persoalan pertama, rendahnya pertumbuhan penyediaan tenaga listrik yang rata-rata hanya 6%-9% per tahun dirasa sangat kurang untuk memenuhi permintaan akan energi listrik nasional. Yang kedua, adanya tingkat ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) sebagai pengganti listrik. Yang ketiga, masih tingginya subsidi listrik dan yang terakhir masih relatif tingginya susut jaringan (losses) PT PLN pada tahun 2006 yang susut jaringan di PLN mencapai 11,4% meleset dari target yang ditetapkan (10,2%).

Chairul Hudaya (2009) menjelaskan bahwa rasio elektrisitas PT.PLN (Persero) di Indonesia pada tahun 2009 baru mencapai 62%, yang berarti bahwa 38% daerah Indonesia masih belum terlistriki. Banyak faktor yang melatarbelakanginya, misalnya kendala geografis, di samping masalah utama, yaitu masih kurangnya investasi di sektor ketenagalistrikan. Indonesia adalah negara kepulauan yang wilayahnya terdiri dari beberapa pulau besar dan beribu-ribu pulau kecil. Hal ini yang menjadi tantangan yang cukup berat bagi


(20)

commit to user

3 PLN sebagai perusahaan yang mengelola kelistrikan di Indonesia. Sebagai satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi mandat oleh pemerintah dalam pengusahaan ketenagalistrikan di Indonesia (PKUK-Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan), PLN memiliki dua sisi peran yang terkadang saling berlawanan satu dengan yang lainnya : sisi bisnis dan sisi sosial. Di sisi bisnis, PLN harus dapat menjalankan bisnis untuk memperoleh keuntungan. Tarif Dasar Listrik (TDL) yang menjadi salah satu sumber pendapatan PLN yang dalam penetapannya memerlukan persetujuan pemerintah dan DPR untuk penetapannya. Bahkan TDL sering dijadikan isu “komoditas” politik dari para penguasa. Di sisi sosial, PLN diharapkan mampu membantu masyarakat Indonesia yang belum terlistriki dengan melakukan ekspansi jaringan distribusi listrik dan penambahan kapasitas pembangkit meskipun secara finansial belum tentu menguntungkan.

Sejalan semakin membaiknya kondisi perekonomian akibat pembangunan yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, penggolongan untuk aktivitas sektor ekonomi dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu rumah tangga, usaha, industri dan umum. Rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Kelompok usaha terdiri dari usaha penginapan, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa hiburan, dan jasa sosial. Kelompok industri berupa industri makan, tekstil, logam, permesinan dan industri lainya. Semua kelompok ini sebagai konsumen listrik, yang kebutuhannya terus meningkat.


(21)

commit to user

4 PLN sendiri menggolongkan jenis pemakaian menjadi empat jenis, yaitu industri, dinas atau instansi, rumah tangga dan lain-lain.

Tabel 1.1

Banyaknya Pelanggan Listrik PLN dan Jenis Pemakaian di Kabupaten Purworejo.

Tahun Industri Dinas/Instansi Rumah Tangga Lain-Lain Total

2002 25 382 123219 6470 130096

2003 24 406 129026 5160 134616

2004 23 406 129026 5160 134615

2005 24 406 131894 5378 137702

2006 25 492 132382 10268 143167

2007 27 492 139044 11261 150824

2008 25 492 134344 10458 145319

2009 25 151 148147 4748 153071

Sumber : BPS Dalam Angka 2009 Kabupaten Purworejo

Total pemakaian energi listrik di Kabupaten Purworejo dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 mengalami pasang surut. Hal ini terlihat dari Tabel 1.1 yaitu total jumlah pemakaian energi listrik berdasarkan jenis pemakaian pada tahun 2004 yang mengalami penurunan dari total 134616 pada tahun 2004 turun menjadi 134615 di tahun 2004. Pada tahun 2008 jumlah pemakai listrik juga mengalami penurunan dari 150824 pada tahun 2007 menjadi 145319 ada tahun 2008 namun kembali naik menjadi 153071 pada tahun 2009.

Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan dan penggunaan energi listrik rumah tangga. Pola dan besarnya penggunaan energi listrik akan berbeda untuk setiap kelompok konsumennya yang tergantung pada dua faktor, yaitu :

a. Untuk obyek apa energi listrik tersebut digunakan.


(22)

commit to user

5 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan akan energi listrik meliputi pendapatan konsumen, tarif atau harga energi listrik, ketersediaan energi listrik, harga energi substitusi dan kepemilikan peralatan, harga dan efisiensi penggunaan energi listrik. Menurut Nababan (2008) beberapa peneliti memasukkan variabel-variabel karakteristik rumah tangga dan demografik dalam mengestimasi permintaan energi listrik rumah tangga.

Jumlah konsumsi akan energi listrik di Kabupaten Purworejo terus mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang meningkat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan energi listrik, mengingat listrik sudah menjadi kebutuhan primer. Besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kabupaten Purworejo yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya juga merupakan salah satu faktor pendorong meningkatnya jumlah konsumsi energi listrik, terutama konsumsi energi listrik untuk kelompok rumah tangga. Menurut Catur (2010), rumah tangga adalah kelompok pelanggan yang menggunakan listrik sebagai salah satu energi yang dipakai dalam memenuhi kebutuhannya. Energi listrik sendiri sangat dibutuhkan oleh kelompok rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Jumlah konsumsi energi listrik rumah tangga dapat berubah akibat dari perubahan variabel-variabel seperti yang sudah dikemukakan di atas. Menurut Nababan (2008), dalam jangka pendek, perubahan dalam pendapatan dan harga listrik dapat mempengaruhi konsumsi energi listrik dengan mengubah intensitas penggunaan alat-alat listrik, sedangkan dalam jangka panjang rumah


(23)

commit to user

6 tangga mempunyai kesempatan untuk melakukan penyesuaian terhadap stok kapital alat-alat listrik terutama dalam perubahan pendapatan. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana dampak perubahan antara jumlah konsumsi energi listrik PT. PLN (Persero) kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo sebagai akibat perubahan variabel-variabel independen yang mempengaruhinya menjadi penting untuk dikaji, maka digunakanlah analisis elastisitas. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka akan dilakukan

penelitian dengan judul “Elastisitas Permintaaan Energi Listrik PT. PLN

(Persero) Untuk Kelompok Rumah Tangga (R-1 900 VA) Di Kabupaten Purworejo Tahun 2003-2009”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana tingkat elastisitas variabel PDRB per Kapita harga konstan

(PDRB) terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo?

2. Bagaimana tingkat elastisitas variabel Tarif Dasar Listrik (TDL) terhadap

permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo?

3. Bagaimana tingkat elastisitas variabel Harga Minyak Tanah (HMT)

terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo?


(24)

commit to user

7

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian yang dilakukan ini mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel PDRB per Kapita harga

konstan terhadap permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.

2. Untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel tarif dasar listrik terhadap

permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.

3. Untuk mengetahui tingkat elastisitas variabel harga minyak tanah terhadap

permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.

D.Manfaat Penelitian

Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada PT PLN

dalam meningkatkan kualitas serta pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan sebagai pertimbangan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.

2. Memberikan sumbangan pemikiran terkait mengenai elastisitas permintaan

energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.


(25)

commit to user

8

3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi perbandingan untuk


(26)

commit to user

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Permintaan

Pengertian permintaan dapat diartikan sebagai kombinasi berbagai jenis barang yang hendak dibeli konsumen pada berbagai tingkat harga. Adapun yang dimaksud dengan teori permintaan menurut Sukirno (1996 : 76) adalah teori yang menerangkan tentang ciri hubungan di antara jumlah permintaan dan harga. Menurut Haryono (2001 : 11) permintaan konsumen akan suatu barang adalah berbagai jumlah dari suatu barang tertentu yang hendak dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga.

1. Teori Permintaan

Teori permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut : bila keadaan lain tetap bersifat konstan, maka kuantitas atau jumlah barang yang akan dibeli per unit waktu (dalam suatu rentang waktu tertentu) akan menjadi besar apabila harga semakin rendah (Bilas, 1992 : 14). Penjelasan mengenai perilaku konsumen yang paling sederhana didapati dalam hukum permintaan (Boediono, 2000 : 17), yang mengatakan bahwa “bila harga

suatu barang naik maka ceteris paribus jumlah yang diminta konsumen

akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila harga barang tersebut

turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang


(27)

commit to user

10 Ada dua pendekatan untuk menerangkan mengapa konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan oleh Teori Permintaan :

a. Pendekatan Marginal Utility

Pendekatan marginal utility bertitik tolak pada anggapan bahwa

kepuasan setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan

lain (utility yang bersifat cardinal). Anggapan bahwa utility bisa diukur

dengan uang dan hukum Gossen (Law of diminishing marginal utility)

berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan,

maka tambahan kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap

satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun, dan konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

b. Pendekatan Indifference Curve

Pendekatan indifference curve tidak memerlukan anggapan bahwa

kepuasan konsumen bisa diukur. Anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih

rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (utility

yang bersifat ordinal). Dalam pendekatan ini, perilaku konsumen mempunyai pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang bisa

dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari

indifference curve. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.

Seperti yang dikemukakan Sukirno (1996 : 76) bahwa hukum permintaan menjelaskan sifat perkaitan di antara permintaan suatu barang


(28)

commit to user

11 dengan harganya. Teori permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan ke atas barang tersebut; sebaliknya makin tinggi harga sesuatu barang, makin sedikit permintaan keatas barang tersebut. Berdasarkan dari teori permintaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kenaikan harga pada suatu barang tertentu dapat menyebabkan konsumen mencari barang lain yang dapat menggantikan barang yang mengalami kenaikan harga tersebut. Dan kenaikan harga suatu barang juga mengakibatkan pendapatan riil konsumen mengalami penurunan yang dapat menyebabkan konsumen untuk mengurangi jumlah konsumsinya ke berbagai jenis barang, terutama terhadap barang yang mengalami kenaikan harga.

2. Fungsi Permintaan Dan Kurva Permintaan

Fungsi permintaan (demand fuction) adalah persamaan yang

menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang dan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya (Boediono, 2000:25).

Qdx = f (Px, Py, I, T,....)

Keterangan Px = Harga barang itu sendiri

Py = Harga barang lain

I = Pendapatan

T = Selera

Fungsi permintaan tidak bisa digambarkan pada diagram dengan dua

dimensi. Kurva permintaan (demand curve) adalah gambar dari fungsi


(29)

commit to user

12 lain selain harga barang itu sendiri tidak berubah. Berikut ini gambar kurva permintaan:

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

Kurva permintaan D : X = f (Px//Py, I, T)

Kurva permintaan D’: X = f(Px//P’y, I’, T’)

Gambar 2.1 di atas menerangkan bahwa kurva permintaan bergeser

karena adanya perubahan dari faktor-faktor lain (Py, Pz, I, T) yang semula

dianggap tetap (ceteris paribus).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Menurut Sukirno (1996 : 76) dalam Pengantar Teori Mikroekonomi, bahwa permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut :

a. Harga Barang Itu Sendiri

Permintaan akan suatu barang dipengaruhi oleh barang itu sendiri. Oleh sebab itu di dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah

Px

X D

D’


(30)

commit to user

13 perkaitan di antara permintaan sesuatu barang dengan harga barang tersebut.

Harga suatu barang akan mempengaruhi jumlah permintaan, jika harga barang itu naik maka jumlah permintaannya akan turun dan masyarakat akan beralih ke barang lainnya. Sebaliknya jika harga suatu barang turun, maka jumlah permintaan barang itu akan naik.

b. Harga Barang-Barang Lain

Perkaitan di antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu :

1) Barang Pengganti

Suatu barang dinamakan barang pengganti kepada suatu barang lain apabila barang itu dapat menggantikan fungsi dari barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah, maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. Begitu juga sebaliknya apabila harga barang pengganti naik maka barang yang digantikannya akan mengalami peningkatan dalam permintaan.

2) Barang Penggenap

Apabila suatu barang selalu digunakan bersama-sama dengan barang lainnya maka barang tersebut dinamakan barang penggenap kepada barang lain tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan ke atas barang penggenap selalu sejalan dengan perubahan permintaan


(31)

commit to user

14 barang yang digenapinya. Jika permintaan naik atau bertambah, maka permintaan terhadap barang penggenap juga mengalami kenaikan ataupun sebaliknya.

3) Barang Netral

Suatu barang dikatakan netral bila tidak mempunyai perkaitan sama sekali dengan barang yang bersangkutan. Apabila dua macam barang tidak mempunyai perkaitan yang rapat, perubahan ke atas permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya.

c. Pendapatan Para Pembeli

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting di dalam menentukan besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang. Perubahan dalam jumlah pendapatan selalu berpengaruh terhadap perubahan terhadap suatu barang. Berdasarkan pada sifat perubahan permintaan apabila terjadi perubahan pendapatan maka jenis barang dapat dibedakan menjadi empat golongan :

1) Barang Inferior

Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-orang yang berpendapatan rendah. Apabila pendapatan bertambah tinggi maka permintaan terhadap barang-barang yang tergolong barang inferior berkurang. Para pembeli yang mengalami kenaikan pendapatan akan mengurangi pengeluarannya atas barang inferior dan menggantinya dengan barang-barang yang lebih baik mutunya.


(32)

commit to user

15

2) Barang Esensiel

Barang esensiel adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Apabila terjadi kenaikan pendapatan maka permintaan terhadap barang esensiel akan tetap.

3) Barang Normal

Suatu barang dikatakan barang normal apabila barang tersebut mengalami kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan.

4) Barang Mewah

Barang mewah adalah jenis-jenis barang yang dibeli orang apabila tingkat pendapatannya sudah relatif tinggi. Barang mewah ini akan dibeli masyarakat setelah dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk makanan, pakaian dan perumahan.

d. Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya. Misalnya, pemerintah menaikkan pajak terhadap orang-orang kaya dan kemudian menggunakan hasil pajak tersebut untuk menaikkan pendapatan pekerja yang berpenghasilan rendah, maka corak permintaan terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan. Barang-barang yang dikonsumsi oleh orang kaya permintaannya akan


(33)

commit to user

16 berkurang dan barang-barang yang penghasilannya naik akan mengalami bertambahnya jumlah permintaan.

e. Citarasa Masyarakat

Citarasa mempunyai pengaruh yang cukup besar atas keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. Semakin besar citarasa pembeli suatu barang maka permintaan barang tersebut akan naik.

f.Jumlah Penduduk

Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini akan menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

g. Ramalan Mengenai Masa Depan

Perubahan-perubahan yang diramalkan di masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan bahwa harga-harga akan bertambah tinggi di masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa ini, untuk menghemat keperluan di masa yang akan datang. Sebaliknya apabila ramalan bahwa lowongan pekerjaan akan sulit diperoleh dan kegiatan ekonomi mengalami resesi akan mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan.


(34)

commit to user

17

4. Permintaan Pasar Akan Suatu Barang

Konsep permintaan akan suatu barang menurut Haryono (2001) akan lebih berguna untuk menerangkan keadaan pasar dari keseluruhan konsumen. Dalam menggambarkan kurva permintaan pasar dari permintaan konsumen individual: pertama, menganggap bahwa setiap konsumen meminta suatu jenis barang tertentu. Kedua, setiap konsumen menginginkan jumlah tertentu pada harga pasar yang berlaku. Jadi dapat dirumuskan bahwa permintaan pasar akan suatu barang adalah jumlah keseluruhan barang tersebut yang diminta oleh seluruh konsumen, pada tingkat harga yang berlaku. Atau dengan kata lain, permintaan pasar akan suatu barang tertentu, dapat dicari dengan menjumlahkan secara horizontal seluruh kurva permintaan konsumen individual

B.Elastisitas

Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Menurut Sukirno (2005), yang dimaksud dengan elastisitas permintaan yaitu nilai perbandingan di antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga.

1. Konsep Elastisitas

Permintaan angka elastisitas dapat diukur dengan : presentase perubahan jumlah suatu barang tertentu yang diminta per satuan waktu disebabkan karena adanya perubahan harga barang tertentu (Haryono, 2001:31).


(35)

commit to user

18

Rumusnya : 

Keterangan :

= elastisitas harga permintaan

= perubahan jumlah barang yang diminta = perubahan harga

Elastisitas permintaan ( ) yang bernilai lebih besar dari 1, maka

permintaan akan barang yang bersangkutan bersifat elastis, bila ( ) sama

dengan 1 maka unitary elastic, dan bila elasrisitas permintaan ( ) lebih kecil

dari 1 maka permintaan akan barang tersebut adalah inelastis.

2. Jenis-Jenis Elastisitas

Sukirno (1996) dalam bukunya Pengantar Teori Mikroekonomi menjelaskan mengenai jenis-jenis elastisitas permintaan. Nilai koefisien elastisitas berkisar di antara nol dan tak terhingga. Elastisitas adalah nol apabila perubahan harga tidak akan merubah jumlah yang diminta, jumlah yang diminta tetap saja walaupun harga mengalami kenaikan atau menurun. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya bernilai nol bentuknya adalah sejajar dengan sumber tegak. Jadi bentuknya adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2 (i). Kurva permintaan yang seperti itu adalah kurva permintaan yang dinamakan tidak elastis sempurna. Koefisien elastisitas permintaan bernilai tidak terhingga apabila pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli semua barang yang ada di pasar. Berapapun banyaknya barang yang


(36)

commit to user

19 ditawarkan para penjualan pada harga tersebut, semuanya akan dapat terjual. Kurva permintaan yang koefisien elastisitasnya adalah tidak terhingga, berbentuk sejajar dengan sumber datar dan sifat permintaan itu dikenal sebagai elasti sempurna. Gambar (ii) mengemukakan satu contoh kurva permintaan yang bersifat elastis sempurna. Satu lagi kurva permintaan yang berbentuk istimewa adalah seperti ditunjuk pada gambar 2.2 (iii). Kurva itu mempunyai koefisien permintaan sebesar 1, dan lazim disebut sebagai kurva permintaan yang elastisitasnya bersifat elastisitas uniter.

Pada umumnya sifat permintaan terhadap kebanyakan barang adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 (iv) dan (v). Permintaan yang terdapat pada gambar 2.2 (iv) adalah permintaan yang bersifat tidak elastis. Suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas permintaan tersebut di antara nol dan satu. Koefisien permintaan mempunyai nilai yang demikian apabila persentase perubahan harga adalah lebih besar daripada persentase perubahan jumlah yang diminta. Kurva yang terdapat pada gambar 2.2 (v) bersifat elastis, yaitu kurva itu menggambarkan bahwa apabila harga berubah maka permintaan akan mengalami perubahan dengan persentasi yang melebihi persentasi perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas dari permintaan yang bersifat elastis adalah lebih dari satu.


(37)

commit to user

20 Gambar 2.2 Kurva Elastisitas

D

Jumlah

0 Jumlah

Harga

D

D D

Jumlah Jumlah

Jumlah

Harga D

D

D

D

D

D

0

0 0

0

(i)Tidak elastis sempurna (ii) Elastis sempurna

(iii)Elastisitas uniter (iv) Tidak Elastis

(v) Elastis

Harga Harga


(38)

commit to user

21 Sukirno (1996) menyebutkan jenis-jenis elastisitas permintaan yang lain, selain jenis-jenis elastisitas seperti yang telah dikemukakan di atas. Jenis-jenis elastisitas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Elastisitas Permintaan Silang

Koefisien yang menunjukan sampai di mana besarnya perubahan permintaan ke atas sesuatu barang apabila terjadi perubahan ke atas harga barang lain dinamakan elastisitas permintaan silang. Apabila perubahan harga barang menyebabkan permintaan barang berubah, maka sifat perhubungan antara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang.

Besarnya elastisitas silang ( ) dapat dihitung sebagai berikut :

Nilai elastisitas berkisar di antara tak terhinggga yang negatif sampai ke tak terhingga positif. Barang-barang penggenap elastisitas silangnya bernilai negatif, jumlah barang X yang diminta berubah ke arah yang bertentangan dengan perubahan harga barang Y. Kalau harga barang Y naik maka permintaan barang X akan mengalami penurunan, begitupula sebalilknya. Nilai elastisitas silang untuk barang-barang pengganti adalah positif, yaitu permintaan ke atas suatu barang berubah ke arah yang bersamaan dengan harga barang penggantinya. Kedua-duanya akan sama-sama mengalami kenaikan atau sama-sama mengalami penurunan.


(39)

commit to user

22

b. Elastisitas Permintaan Pendapatan

Koefisien yang menunjukkan sampai mana besarnya perubahan permintaan ke atas sesuatu barang sebagai akibat daripada perubahan pendapatan pembeli dinamakan elastisitas permintaan pendapatan. Besarnya elastisitas pendapatan ( ) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Untuk kebanyakan barang kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan permintaan. Di sini terhadap hubungan yang searah di antara perubahan pendapatan dan perubahan permintaan, dengan demikian elastisitas pendapatannya adalah positif. Barang-barang yang sifat elastisitas pendapatannya demikian dinamakan dinamakan barang normal. Barang yang mengalami penurunan dalam jumlah yang dibeli apabila pendapatan bertambah, berarti perubahan pendapatan dan jumlah yang dibeli bergerak ke arah yang berkebalikan. Dengan demikian maka elastisitasnya adalah negatif. Barang seperti itu dinamakan barang inferior.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Elastisitas Permintaan

Faktor-faktor yang menimbulkan timbulnya perbedaan elastisitas permintaan menurut Sukirno (2005:109) diantaranya adalah :

a. Banyaknya Barang Pengganti Yang Tersedia

Dalam suatu perekonomian terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan barang-barang lain yang sejenis dengan barang


(40)

commit to user

23 tersebut. Tetapi ada pula yang sulit untuk mencari penggantinya. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan elastisitas di antara berbagai macam barang. Apabila suatu barang mempunyai banyak barang pengganti permintaannya cenderung untuk bersifat elastis, yaitu perubahan harga yang kecil saja akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap permintaan. Dan sebaliknya, permintaan terhadap barang yang tidak banyak mempunyai barang pengganti adalah bersifat tidak elastis, karena (i) kalau harga naik para pembelinya sulit untuk memperoleh barang pengganti dan oleh karenanya harus tetap membeli barang tersebut, oleh sebab itu permintaannya tidak banyak berkurang, dan (ii) kalau harga turun permintaannya tidak banyak bertambah karena tidak banyak tambahan pembeli yang berpindah dan membeli barang yang bersaingan dengan barang tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak jenis barang pengganti terhadap suatu barang, maka semakin elastis sifat permintaannya.

b. Persentasi Pendapatan Yang Dibelanjakan

Besarnya bagian dari pendapatan yang digunakan untuk membeli suatu barang dapat mempengaruhi elastisitas permintaan terhadap barang tersebut. Semakin besar bagian pendapatan seseorang yang diperlukan untuk membeli suatu barang, maka semakin elastis permintaan terhadap barang tersebut.


(41)

commit to user

24

c. Jangka Waktu Analisis

Jangka waktu dimana permintaan terhadap suatu barang yang diamati juga mempunyai pengaruh terhadap elastisitas. Semakin lama jangka waktu di mana permintaan itu di analisis, maka semakin elastis sifat permintaan suatu barang. Dalam jangka waktu yang singkat permintaan bersifat lebih tidak elastis karena perubahan-perubahan yang baru terjadi dalam pasar belum diketahui oleh para pembeli. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk meminta barang-barang yang bisa dibeli walaupun harganya mengalami kenaikan. Dengan demikian dalam jangka pendek permintaan tidak banyak mengalami perubahan. Dalam jangka waktu yang lebih panjang para pembeli dapat mencari pengganti terhadap suatu barang yang mengalami kenaikan harga dan ini akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut.

C.Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP)

merupakan total nilai pasar dari barang jadi dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu negara selama satu tahun tertentu. GDP sama dengan total produksi konsumsi dan barang-barang investasi, pembelanjaan pemerintah, dan ekspor netto ke negara lain. GDP merupakan pengukuran yang paling luas dari total output barang dan jasa suatu negara. GDP digunakan untuk banyak tujuan, tetapi yang paling penting adalah untuk mengukur keseluruhan performa dari suatu perekonomian (Samuelson dan Nordhaus, 2004: 99).


(42)

commit to user

25

1. Pendapatan Regional

Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB menurut BPS didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Angka-angka PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

a. Menurut Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh barbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah dalam periode tertentu (biasanya satu waktu). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha yaitu:

1) Pertanian

2) Peternakan

3) Kehutanan dan Perikanan

4) Pertambangan dan Penggalian

5) Industri Pengolahan


(43)

commit to user

26

7) Konstruksi

8) Perdagangan, Hotel dan Restoran

9) Pengangkutan dan Komunikasi

10)Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

11)Jasa-jasa termasuk Jasa Pelayanan Pemerintah

b. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan per sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

c. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, ekspor neto jangka waktu tertentu. Ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor.

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa akhir yang


(44)

commit to user

27 dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya. Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Selain itu dari PDRB dapat diturunkan ukuran-ukuran penting lainnya, yaitu:

a. Produk Regional Bruto

Produk Regional Bruto merupakan produk domestik regional bruto ditambah dengan pendapatan neto dari luar kabupaten. Pendapatan neto ini sendiri merupakan pendapatan atas faktor produksi (tenaga kerja dan modal) milik penduduk suatu kabupaten yang diterima dari luar kabupaten dikurangi pendapatan kabupaten lain/asing yang diperoleh di kabupaten tersebut.

b. Produk Regional Netto

Produk Regional Neto merupakan produk regional bruto dikurangi dengan seluruh penyusutan atas barang-barang modal tetap selama setahun.

c. Produk Regional Neto Atas Dasar Biaya Produksi (Pendapatan Regional)

Produk Regional Neto atas dasar biaya produksi adalah produk regional neto atas dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tidak langsung neto. Pajak tidak langsung neto merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi subsidi pemerintah. Pajak tidak langsung maupun subsidi, keduanya dikenakan pada barang dan jasa yang diproduksi atau dijual. Pajak tidak langsung bersifat menaikkan harga jual, sedangkan subsidi menurunkan harga jual.


(45)

commit to user

28

d. Angka-Angka Per Kapita

Angka-angka per kapita merupakan ukuran-ukuran indikator ekonomi seperti pada butir-butir di atas dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

2. Kegunaan Statistik Pendapatan Regional

Manfaat yang dapat diperoleh dari Statistik Pendapatan Regional antara lain:

a. PDRB harga berlaku menunjukkan sumber daya ekonomi dalam

menghasilkan barang dan jasa di suatu kabupaten. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar.

b. PDRB harga berlaku menunjukkan pendapatan yang memungkinkan

dapat dinikmati oleh penduduk suatu kabupaten.

c. PDRB harga konstan digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan

ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.

d. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan besarnya

struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukkan basis perekonomian suatu wilayah.

e. PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukkan bagaimana

produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan pihak luar.


(46)

commit to user

29

f.Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjukkan peranan

kelembagaan menggunakan barang atau jasa yang dihasilkan sektor ekonomi.

g. PDRB penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk

pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi dan barang-barang yang diperdagangkan dengan pihak luar negeri, perdagangan antar pulau atau antar provinsi.

h. PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai

PDRB dan PRB per kapita atau per satu orang penduduk.

i.PDRB dan PRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk

mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita.

3. Metode Dasar Untuk Perhitungan PDRB Riil

Angka pendapatan regional atas dasar harga konstan sangat penting untuk melihat pertumbuhan riil dari tahun ke tahun setiap agregat ekonomi. Agregat ekonomi yang dimaksud adalah Produk Domestik Regional Bruto, nilai tambah sektoral, komponen penggunaan PDRB, dan pendapatan regional. Pada dasarnya dikenal tiga cara perhitungan nilai tambah sektor atas dasar harga konstan, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan menilai produk masing-masing tahun menggunakan harga tahun dasar.


(47)

commit to user

30

b. Ekstrapolasi

Yang penting untuk diperhatikan dalam cara ini ialah menentukan ekstrapolatornya. Kuantitas produksi dari masing-masing sektor atau sub sektor merupakan ekstrapolator yang baik. Namun apabila angka-angka tersebut tidak dapat diperoleh, maka dapat pula dipakai keterangan-keterangan lain yang erat kaitannya dengan produkstivitas seperti tenaga kerja, kapasitas produksi (mesin, kendaraan, dan sebagainya). Nilai tambah atas dasar harga konstan pada suatu tahun diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks produksi (kuantum) sebagai ekstrapolatornya.

c. Deflasi

Metode ini dilakukan dengan membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan. Indeks harga ini dapat berupa indeks harga perdagangan besar, indeks harga produsen dan indeks harga konsumen. Indeks harga yang dipakai sebagai deflator harus disesuaikan tahun dasarnya.

D.Hasil Penelitian Sebelumnya

1. T. Sihol Nababan (2008)

Penelitian dengan judul “Elastisitas Permintaan Energi Listrik PT. PLN (Persero) Untuk Kelompok Rumah Tangga Di Kota Medan” oleh T. Sihol Nababan dengan menggunakan data 383 rumah tangga konsumen energi listrik PT. PLN (Persero). Jumlah responden terdistribusi pada strata


(48)

commit to user

31 R-1 /TR 450 VA (n=143), strata R-1 /TR 900 VA (n=94), strata R-1 /TR 1300 VA (n=47), strata R-1 /TR 2200 VA (n=50), dan strata R-2/TR (n=> 2200 VA – 6600 VA) (n=49). Penelitian dilakukan selama periode bulan Januari 2007 sampai September 2007.

Data yang digunakan adalah jumlah pemakaian listrik (KWh), harga atau tarif (Rp/KWh), Willingness to pay (WTP), indeks alat-alat listrik, serta karakteristik rumah tangga. Estimasi model penelitian dispesifikasikan dalam persamaan tunggal, dengan variabel endogennya adalah permintaan energi listrik rumah tangga (PELRT). Model diestimasikan dalam dua bentuk yaitu model dasar (model 1) dan model pengembangan (model II). Model dasar menggunakan variabel-variabel eksogen yang meliputi variabel-variabel pendapatan (PENDPTN), harga dengan proksi WTP (Willingness To Pay) per KWh (WTPKWH), indeks alat listrik (INDALIST), jumlah anggota keluarga (JAKEL), jumlah ruangan/kamar dalam rumah (JUMRUANG), harga energi lain (bahan bakar minyak dan gas) sebagai substitusi listrik (HBLBBM dan HBLGAS) dan ras (ETNIS). Sedangkan dalam pengembangan model variabel-variabel eksogen ditambah dengan variabel-variabel yang berhubungan dengan demografik rumah tangga yang meliputi : jenis pekerjaan kepala keluarga (PEKERJN), tingkat pendidikan anggota keluarga (TIPENDIK), kegiatan-kegiatan keluarga (KEKEL), lokasi (LOKASI) dan tingkat pelayanan pihak PT. PLN (LAYANAN).


(49)

commit to user

32 Hasil penelitian secara umum dapat disimpukan bahwa secara keseluruhan (untuk gabungan strata) permintaan energi listrik rumah tangga di Medan sangat dipengaruhi oleh variabel-variabel utamanya saja, sedangkan variabel-variabel demografik hanya berpengaruh jika estimasi dilakukan per strata golongan / tarif. Elastisitas pendapatan untuk setiap strata adalah normal. Hal ini menunjukkan bahwa listrikpada rumah adalah barang normal. Elastisitas WTPKWH untuk setiap strata menunjukan nilai elastisitas yang lebih kecil dari 1 (e < 1) yang berarti permintaan energi listrik adalah inelastis. Nilai elastisitas harga silang untuk setiap strata adalah positif. Ini menunjukkan bahwa sumber energi lain (bahan bakar minyak dan gas) adalah barang substitusi untuk energi listrik.

2. Bagio Mudakir (2007)

Penelitian yang dilakukan oleh Bagio Mudakir (2007) dengan judul ”Analisis Permintaan Listrik di Jawa Tengah”. Dalam penelitian ini, dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan energi listrik di Jawa Tengah dengan mendasarkan pada aktivitas ekonomi yang terjadi. Hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang dianalisis yaitu PDRB perkapita dan sektor industri. Dengan rentang waktu penelitian antara tahun 1994-2003 saat terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1999. Selain itu jumlah penduduk juga dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya sebagai perbandingan pengaruh konsumsi akhir dengan aktivitas ekonomi terhadap permintaan energi listrik.


(50)

commit to user

33 Kesimpulan dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pesatnya permintaan energi listrik cenderung dipengaruhi lebih besar oleh permintaan untuk tujuan konsumsi akhir yang konsumtif (pengaruh penduduk paling besar) disbanding dengan permintaan untuk tujuan menghasilkan nilai tambah atau aktivitas ekonomi (pengaruh PDRB perkapita dan industri yang lebih kecil). Krisis energi listrik bisa dicegah dengan melakukan proyeksi permintaan energi listrik untuk masa mendatang dengan memperhatikan determinan permintaan energi listrik yang mempengaruhinya, misalnya keempat variabel di atas. Proyeksi tersebut harus selalu diperbarui setiap tahunnya untuk memperhitungkan hal-hal besar yang terjadi pada perkonomian misalnya seperti krisis ekonomi.

E.Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian mengenai elastisitas permintaan energi listrik ini, sebenarnya terdapat banyak variabel yang bisa digunakan. Akan tetapi penulis mencoba menyederhanakan penggunaan variabelnya untuk mengukur pengaruhnya terhadap jumlah konsumsi listrik. Model yang menunjukkan hubungan tersebut, disajikan dalam gambar di bawah ini :


(51)

commit to user

34

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Uraian :

PDRB per Kapita harga konstan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi elastisitas permintaan energi listrik PT. PLN (Persero). Semakin bertambah besarnya jumlah PDRB per Kapita harga konstan penduduk di Kabupaten Purworejo, maka semakin tinggi pula jumlah permintaan konsumen. Dan begitu sebaliknya, apabila jumlah PDRB per Kapita menurun, maka permintaan akan energi listrik juga menurun.

Tarif Dasar Listrik (TDL) juga mempengaruhi jumlah konsumsi energi listrik. Semakin mahalnya biaya atau tarif listrik, maka semakin sedikit orang yang akan menggunakan energi listrik sebagai kebutuhan sehari-hari. Semakin murahnya biaya listrik maka semakin banyak orang yang mengkonsumsi energi listrik tersebut.

Variabel lain yang mempengaruhi permintaan energi listrik adalah harga minyak tanah. Minyak tanah merupakan barang substitusi dari energi listrik.

PDRB per Kapita

Tarif Dasar Listrik

Harga Minyak Tanah

Permintaan Energi Listrik (Jumlah Konsumsi Listrik)

Elastisitas Permintaan Energi Listrik di Kabupaten Purworejo


(52)

commit to user

35 Harganya akan mempengaruhi jumlah permintaan masyarakat terhadap energi listrik. Semakin mahal harga minyak tanah, maka semakin banyak orang akan mengkonsumsi energi listrik.

F. Hipotesis

Dari uraian dan kerangka pemikiran di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Variabel PDRB per Kapita Harga Konstan diduga bersifat elastis terhadap

permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.

2. Variabel tarif dasar listrik diduga bersifat inelastis terhadap permintaan

energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.

3. Variabel harga minyak tanah diduga bersifat inelastis terhadap permintaan

energi listrik PT. PLN (Persero) pada kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo.


(53)

commit to user

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai elastisitas permintaan energi listrik PT. PLN (Persero) untuk kelompok rumah tangga (R-1 900 VA) ini dilakukan di Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data

sekunder time series tahunan (7 tahun) yang dipecah menjadi data bulanan,

yaitu untuk periode bulan Januari tahun 2003 sampai bulan Desember tahun 2009.

B.Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang juga merupakan

data kurun waktu (time series) pada tahun 2003 sampai 2009. Data yang

dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan dan instansi-instansi terkait seperti PLN UPJ Purworejo, PLN APJ Magelang, Badan Pusat Statistik Purworejo, Badan Pusat Statistik Surakarta, website dan home page.

Data mengenai tarif dasar listrik dan jumlah konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) diperoleh dari PLN UPJ Purworejo dan PLN APJ Magelang. Data mengenai PDRB per kapita atas dasar harga konstan diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Purworejo dan Kantor Badan Pusat Statistik


(54)

commit to user

37 Surakarta. Sedangkan data mengenai harga minyak tanah didapatkan dari website enegi dan sumber daya mineral.

C.Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, jadi teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan studi kepustakaan. Yang dimaksud dengan teknik kepustakaan meliputi bahan-bahan bacaan yang relevan dengan mengumpulkan berbagai data yang relevan guna mendapatkan bahan yang berhubungan dengan penelitian ini.

D.Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau sering juga disebut variabel terikat merupakan variabel yang dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah permintaan energi listrik yang merupakan jumlah konsumsi listrik rumah tangga setiap tahun

dalam satuan KWh (Kilowatt hour). Dalam penelitian ini yang menjadi

variabel dependen adalah Jumlah Konsumsi Listrik (JKL) rumah tangga merupakan besarnya permintaan energi listrik yang dikonsumsi per tahunnya oleh kelompok rumah tangga di Kabupaten Purworejo. Jumlah konsumsi listrik ini diukur dengan satuan rupiah/Kva.


(55)

commit to user

38

2. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang bisa mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah:

a. PDRB per Kapita Harga Konstan

Produk Domestik Regional Bruto per kapita Kabupaten Purworejo adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dan kemudian dibandingkan dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Satuannya adalah rupiah.

b. Tarif Dasar Listrik

Tarif dasar listrik adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menggunakan energi listrik. Besarnya beban daya listrik dihitung menurut daya listrik yang terpasang di setiap rumah tangga. Biaya beban listrik ini ditentukan oleh pemerintah dan diatur dengan keputusan presiden. Besarnya biaya ini tergantung dari golongan tarif daya listrik yang dinyatakan dengan satuan rupiah/Kva/bulan.

c. Harga Minyak Tanah

Harga minyak tanah adalah harga minyak per liter di tingkat pengecer yang ditentukan oleh pemerintah. Satuannya adalah rupiah per liter.

E.Metode Analisis Data

Pada analisis ini, akan dibahas elastisitas permintaan energi listrik PT PLN (Persero) untuk kelompok rumah tangga (R1-900 VA) dengan variabel


(56)

commit to user

39 yang meliputi jumlah konsumsi listrik, PDRB per Kapita, tarif dasar listrik, dan harga minyak tanah selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder.

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu analisis yang memaparkan hasil analisis secara kualitatif terhadap perkembangan data-data yang ada untuk memperkuat analisis empiris (Endiyanthi, 2007:65). Penelitian ini akan membahas variabel dependen permintaan energi listrik rumah tangga, serta variabel-variabel independen PDRB per kapita harga konstan, tarif dasar listrik dan harga minyak tanah.

2. Analisis Regresi Berganda Double-Log

Untuk menganalis dan menguji variabel independen terhadap variabel dependen digunakan data-data bulanan. Data PDRB per Kapita dipecah dengan menggunakan metode interpolasi. Data permintaan energi listrik (jumlah konsumsi listrik), tarif dasar listrik dan harga minyak tanah sudah tersedia dalam harga rata-rata per bulan. Berikut ini adalah rumus metode interpolasi yang dikemukakan oleh Insukindro dalam Hayu (2007:71).

Metode interpolasi bulanan:

Dimana :

Yit = data pada bulan ke-i tahun t


(57)

commit to user

40

Yit-1 = data pada tahun sebelumnya

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah permintaan energi listrik yaitu jumlah konsumsi listrik tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo, sedangkan untuk variabel independennya adalah PDRB per Kapita atas dasar harga konstan tahun 2000, tarif dasar listrik dan harga minyak tanah. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini maka digunakan alat analisis data dengan menggunakan regresi double-log dengan metode Kuadrat Terkecil Biasa atau sering disebut dengan metode

OLS (Ordinary Least Square) dan juga dilakukan beberapa uji, seperti uji

ekonometrika (uji asumsi klasik) dan uji statistik. Untuk keperluan olah data

digunakan program Eviews (Econometric Views) untuk menyelesaikan uji

ekonometrik dan uji statistik.

Secara umum fungsi permintaan konsumsi listrik rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo dapat ditulis sebagai berikut:

Ln JKLt = β0 + β1 Ln PDRBt + β2 Ln TDLt + β3 Ln HMTt + µt

Yang mana :

Ln JKL = Jumlah konsumsi listrik (KWh)

Ln PDRB = PDRB per Kapita Harga Konstan (rupiah)

Ln TDL = Tarif Dasar listrik per bulan (rupiah)

Ln HMT = Harga minyak tanah per bulan (rupiah)

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

β0 = Konstanta


(58)

commit to user

41

t = Tahun per bulanan

Setelah diketahui hasil persamaan regresi yang menerangkan tingkat

elastisitas dan hubungan antar variabel dengan Ordinary Least Square

(OLS), selanjutnya dilakukan pengujian ekonometrika dan statistika. Adapun tahap-tahap pengujiannya adalah sebagai berikut:

3. Analisis Ekonometrika

a. Uji Multikolinearitas

Pada dasarnya multikolinearitas adalah suatu hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (Mudrajad Kuncoro, 2001:114). Menurut Damodar Gujarati (1999) uji multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain suatu variabel bebas merupakan fungsi linier dari variabel bebas lainnya.

Gangguan multikolinieritas menyebabkan standar error cenderung

semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antar variabel dan

standar error menjadi sangat sensitif terhadap perubahan data.

Untuk menguji ada tidaknya masalah multikolinieritas dalam suatu model empirik setidaknya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan Koutsoyiannis (Modul Ekonometrika, 2007:107). Metode yang dikembangkan oleh Koutsoyiannis menggunakan coba-coba dalam memasukkan variabel bebas. Dari hasil coba-coba tersebut, selanjutnya akan diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu : (1) suatu variabel bebas


(59)

commit to user

42 dikatakan berguna; (2) suatu variabel bebas dikatakan tidak berguna; (3) suatu variabel bebas dikatakan normal. Pedoman penggunaannya dengan

memperbandingkan R2a pada hasil estimasi persamaan awal dengan R2

hasil estimasi regresi variabel bebas. Apabila R2a lebih tinggi daripada

nilai R2 pada hasil estimasi regresi parsial variabel bebas, maka dalam

model empirik tidak terdapat masalah multikolinieritas. Begitupula

sebaliknya, apabila nilai R2a lebih rendah daripada nilai R2 pada hasil

estimasi regresi parsial variabel bebas, maka dalam model empirik terdapat masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas akan muncul jika terjadi gangguan pada fungsi regresi yang mempunyai varian tidak sama sehingga penaksir OLS tidak lagi efisien baik dalam sample kecil maupun sample besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji White. Uji heteroskedastisitas ini dianjurkan oleh Halbert White. White

berpendapat bahwa uji X2 merupakan uji umum ada tidaknya

misspesifikasi model karena hipotesis nol yang melandasi adalah asumsi bahwa: (1) residual adalah homoskedastisitas dan merupakan variabel independen; (2) spesifikasi linear atas model sudah benar (White dalam Mudrajat Kuncoro, 2001:112).

Uji white membandingkan nilai OBS*R2 dengan χ2 tabel dengan df

(jumlah regresor) dan derajat signifikansi. Jika nilai OBS*R2 < χ2 maka


(60)

commit to user

43 model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.

Begitu pula sebaliknya, bila nilai OBS*R2 > χ2 maka signifikan secara

statistik berarti model empirik terdapat masalah heteroskedastisitas (Modul Laboratorium Ekonometrika, 2007:105).

Menurut Damodar (1999:356) langkah-langkah pengujian metode White yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas antara lain:

1). Mengestimasikan persamaan model dan memperoleh hasil residualnya.

2). Melakukan regresi pada persamaan yang disebut regresi auxiliary. 3). Hipotesis nol dalam uji ini adalah tidak ada heteroskedastisitas.

Uji White menggambarkan nilai R2 yang diperoleh dari hasil

regresi dengan jumlah sampel (n), diikuti nilai hitung Chi-squares

(χ2) dengan degree of freedom sebanyak variabel independen.

Nilai hitung statistik Chi-squares (χ2) dapat dicari dengan rumus

sebagai berikut:

4). Jika nilai Chi-square hitung (n.R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis

dengan derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada

heteroskedastisitas dan sebaliknya jika Chi-square hitung (n.R2)

lebih kecil dari nilai χ2 kritis menunjukkan tidak adanya masalah


(61)

commit to user

44

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah korelasi yang terjadi di antara anggota-anggota serangkaian observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu (seperti

dalam time series) atau dalam rangkaian ruang (seperti dalam cross

section). Korlasi yang dimaksud adalah diantara kesalahan pengganggu

(error disturbance). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi

dilakukan uji Durbin-Waston.

Durbin-Waston dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikan α

= 5 % (N sama dengan banyaknya observasi, dan K sama dengan banyaknya variabel yang menjelaskan yang tidak termasuk dalam unsure konstan). Angka dalam Durbin-Waston menunjukan nilai distribusi antara batas bawah (dL) dan batas atas (dU). Uji Durbin-Waston didasarkan atas niali Durbin-Waston statistik, yaitu :

Gambar (3.1) Uji Autokorelasi

Penentuan daerah tolak atau daerah terima, sebagai berikut :

a) Jika Ho adalah tidak ada serial Korelasi positif :


(62)

commit to user

45

d > dL : menerima Ho

d ≤ dL ≤ dU : pengujian tidak meyakinkan

b) Jika Ho adalah tidak ada serial Korelasi negatif :

d > 4-dL : menolak Ho

d < 4-dU : menerima Ho

4-dU ≤ d ≤ 4-dL : pengujian tidak meyakinkan

c) Jika Ho adalah tidak ada serial positif dan negatif :

d > 4-dL : menolak Ho

dU < d < 4-dU : menerima Ho

4-dU ≤ d ≤ 4-dL : pengujian tidak meyakinkan

4. Analisis Statistik

a. Uji t (uji secara individu)

Uji T adalah uji secara individual dari semua koefisien regresi (Two Tail). Uji T digunakan untuk mengetahui atau menguji bagaimanakah pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Mudrajad Kuncoro (2001) mengemukakan bahwa uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh variable penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variable terkait. Adapaun nilai T tabel :

Keterangan :

α = derajat signifikansi


(63)

commit to user

46

K = jumlah parameter dalam model termasuk intercept

Daerah Kritis

Gambar (3.2) Uji t-Statistik

Untuk Uji T dapat dicari dengan rumus :

Apabila T hitung > T tabel atau T hitung < -T tabel berarti signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa Xi secara statistic berpengaruh

terhadap Y pada tingkat α . apabila T hitung < T tabel maka tidak

signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa Xi secara statistic tidak

berpengaruh terhadap Y pada tingkat α (Gujarati, 1999 : 74).

b. Uji F

Uji F merupakan pengujian variabel-variabel independen secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan (Gujarati, 1999 : 120).


(64)

commit to user

47 Rumus dari Fungsi Tabel :

Fα ; K-1 ; N-1

Gambar 3.3 Daerah Kritis Uji F

F Tabel = Fα ; K-1 ; N-1

Sedangkan F hitung dapat dicari dengan :

Apabila F hitung ≤ F tabel, dapat dikatakan bahwa semua koefisien

regresi secara bersama-sama tidak signifikan terhadap tingkat α. Apabila

F hitung > F tabel, dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi secara

bersama-sama signifikan terhadap tingkat α (Gujarati, 1999 : 120).

c. Nilai Koefisien Determinasi (R2)

R2 digunakan untuk mengetahui basarnya sumbangan dari variabel

independen terhadap naik turunnya variabel dependen, maka digunakan

R2 dimana dirumuskan sebagai berikut ini (Gujarati, 1999 : 101) :

∑ yi2 (N-1)

R2 = ∑ ei

2


(65)

commit to user

48 Di mana :

K = banyaknya parameter dalam model, termasuk unsur intercept


(66)

commit to user

49

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Kabupaten Purworejo

1. Keadaan Geografis

Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 1090 47’ 28” – 1100 8’ 20”

Bujur Timur dan 70 32’ – 70 54’ Lintang Selatan.Wilayah Kabupaten

Purworejo memiliki wilayah pantai dan juga terdapat wilayah pegunungan. Kabupaten Purworejo secara administratif termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas:

Sebelah Barat : Kabupaten Kebumen

Sebelah Utara : Kabupaten Magelang dan Wonosobo Sebelah Timur : Kabupaten Kulon Progo Prop. DIY Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Luas wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,81752 Km2 yang

terbagi menjadi 16 kecamatan dengan 494 desa.

Secara topografis, Kabupaten Purworejo merupakan wilayah yang

beriklim tropis basah dengan suhu antara 190 C – 280 C, sedangkan

kelembaban udara antara 70%-90% dengan curah hujan tinggi.

Jenis-jenis tanah yang ada di Kabupaten Purworejo meliputi jenis Aluvial (cocok untuk pertanian), Regosol (tanah pasir) dan Latosol (cocok untuk perkebunan). Prosentase terbesar adalah Latosol (55%) atau 58.292,5 Ha dan Aluvial (40%) atau 41.703,2 Ha. Potensi tanah seperti tersebut di


(67)

commit to user

50 atas menunjukkan di Kabupaten Purworejo sebagian wilayahnya tergolong cukup subur, sehingga dapat difungsikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

2. Keadaan Demografis

a. Pembagian Wilayah

Kabupaten Purworejo memiliki luas wilayah 1.034,81752 Km2

dengan jumlah penduduk sebanyak 782.662 orang pada tahun 2009. Hal ini berarti bahwa tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Purworejo

yaitu sebesar 756 jiwa per Km2.

Kabupaten Purworejo terdiri dari 16 kecamatan, yaitu Grabag, Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Purworejo, Banyuurip, Bayan, Kutoarjo, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener. Kecamatan dengan letak paling jauh adalah Kecamatan Bruno dengan jarak sejauh 35 km dari pusat kota, sedangkan kecamatan yang paling dekat dari Purworejo (kota) adalah kecamatan Banyuurip dengan jarak dari pusat kota 4 km. Dari 16 kecamatan tersebut, terbagi menjadi 494 desa dan 25 kelurahan.


(68)

commit to user

51

Tabel 4.1

Pembagian Wilayah Kabupaten Purworejo Menurut Kecamatan Tahun 2009

Kecamatan Jumlah

Desa

Luas Wilayah

(Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan per

Km2

1. Grabag 32 64,92 52.181 804

2. Ngombol 57 55,27 37.339 676

3. Purwodadi 40 53,96 41.703 773

4. Bagelen 17 63,76 36.163 567

5. Kaligesing 21 74,73 35.969 481

6. Purworejo 25 52,72 90.518 1717

7. Banyuurip 27 45,08 41.522 921

8. Bayan 26 43,21 47.759 1105

9. Kutoarjo 27 37,59 64.211 1708

10. Butuh 41 46,09 45.806 994

11. Pituruh 49 77,42 53.936 697

12. Kemiri 40 92,05 55.935 608

13. Bruno 18 108,43 44.609 411

14. Gebang 25 71,86 42.068 585

15. Loano 21 53,65 36.690 684

16. Bener 28 94,08 56.253 598

Jumlah 494 1034,82 782.662 756

Sumber:BPS Dalam Angka 2009 Kabupaten Purworejo

b. Jumlah Penduduk

Pada tahun 2009 penduduk Kabupaten Purworejo berjumlah 782.662 orang yang terdiri dari yang terdiri dari 384.953 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 397.709 penduduk berjenis kelamin

perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk 756 jiwa per Km2. Dari

data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak jika dibanding jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki. Akibat dari pertambahan jumlah penduduk, jumlah


(69)

commit to user

52 rumah tangga juga semakin meningkat dari 200.058 rumah tangga pada tahun 2008 menjadi 210.858 rumah tangga pada tahun 2009.

Tabel 4.2

Banyaknya Rumah Tangga dan Kepadatan per Km2 di Kabupaten Purworejo

Tahun Jumlah Rumah Tangga Kepadatan per Km2

2002 190.019 184

2003 194.309 188

2004 194.660 188

2005 196.631 189

2006 195.135 189

2007 200.916 194

2008 200.058 193

2009 210.858 204

Sumber: BPS Dalam Angka 2009 Kabupaten Purworejo

c. Pendidikan dan Tenaga Kerja

Sebagian besar penduduk di Kabupaten Purworejo pada tahun 2009 memiliki tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Pada tahun 2009 total penduduk yang berusia 10 tahun ke atas yang tidak atau belum sekolah ada sebanyak 43.158 orang, yang tidak atau belum tamat SD sebanyak 127.476 orang dan penduduk yang mampu menyelesaikan pendidikan tinggi (DIV/Universitas) sebanyak 20.902 orang. Tetapi adanya kenaikan setiap tahunnya dalam menyelesaikan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Purworejo sudah semakin mengerti akan pentingnya pendidikan.


(70)

commit to user

53

Tabel 4.3

Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin

di Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. DIV / Universitas 9.956 10.946 20.902

2. DIII / Sarjana Muda 5.377 2.852 8.229

3. Diploma I / II 1.784 2.251 4.035

4. SMK 42.471 22.058 64.529

5. SMU 37.373 38.960 76.333

6. SLTP 71.283 58.877 130.160

7. SD 105.406 120.608 226.014

8. Tidak/Belum Tamat SD 66.184 61.292 127.476

9. Tidak/Belum sekolah 5.873 37.285 43.158

Jumlah 345.707 355.129 700.836

Sumber: BPS Dalam Angka 2009 Kabupaten Purworejo

Pendidikan sangat penting bagi masa depan, terutama digunakan sebagai syarat mencari pekerjaan. Setiap lowongan pekerjaan pasti akan memperhitungkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga meningkatkan profesionalisme tenaga kerja, dan juga mengurangi angka pengangguran yang juga berdampak pada kenaikan PDRB perkapita penduduk di Kabupaten Purworejo.


(71)

commit to user

54

Tabel 4.4

Nilai PDRB Per Tenaga Kerja Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Sektor NTB ADH

Berlaku/Gross TK/Man NTB/TK

Pertanian 1918967,91 166284 11,54

Pertambangan dan Penggalian 119135,65 2085 57,14

Industri Pengolahan 574141,15 48226 11,91

Listrik, Gas dan Air Bersih 45985,77 288 159,67

Bangunan 354162,90 24869 14,24

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 957797,46 69684 13,74

Pengangkutan dan Komunikasi 407594,17 9702 42,01

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 370219,17 2827 130,96

Jasa-Jasa 1101532,72 60776 18,12

PDRB/GRDP 5849537,33 384741 15,2

Sumber : PDRB Kabupaten Purworejo 2009

Produktifitas sektor ekonomi dapat diukur dengan cara membandingkan besarnya NTB setiap sektor dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor yang bersangkutan (NTB per Tenaga Kerja). Dari tabel (4.4) di atas diketahui bahwa produktifitas tenaga kerja di sektor industri paling rendah diantara kesembilan sektor yang lain. Produktifitas tenaga kerja di sektor ini hanya mencapai Rp 6,17 juta per tahun. Produktifitas tenaga kerja paling tinggi terjadi di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebesar Rp 175,05 juta per tahun.

3. Perkembangan Ekonomi

Kondisi perekonomian nasional secara umum menunjukkan arah yang lebih baik dari tahun ke tahun. Ha ini terlihat dari semakin bergairahnya kinerja perekonomian nasional pada tahun 2009 yaitu


(72)

commit to user

55 ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,96 persen. Kinerja perbaikan ekonomi nasional ini telah membawa dampak pada kondisi yang lebih baik pada perekonomian regional.

Kondisi perekonomian Kabupaten Purworejo selama era otonomi relatif stabil, dan tidak terjadi gejolak yang berarti. Perekonomian tumbuh rata-rata sebesar 5,34 persen selama periode tahun 2005-2009. Kondisi ini tidak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian nasional, yang secara berangsur-angsur mengalami perbaikan, setelah terpuruk akibat krisis. Tahun 2009 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan sebesar 4,96 persen. Pertumbuhan ini lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama tiga tahun terakhir.

Tabel 4.5

PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 dan Perkembangannya di Kabupaten Purworejo

Tahun 2008-2009.

Tahun

PDRB atas Dasar Harga Berlaku

PDRB atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Jumlah (Juta Rp) Perkembangan (%) Jumlah (Juta Rp) Perkembangan (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

2008 5.328.179,09 282,16 2.737.087,13 144,94

2009 5.849.537,33 304,77 2.872.723,79 152,13

Sumber : PDRB Kabupaten Purworejo Tahun 2009

Tabel 4.5 menjelaskan bahwa PDRB Kabupaten Purworejo tahun 2009 menurut Harga Berlaku adalah sebesar 5.328,18 Milyar Rupiah dan menurut Harga Konstan adalah sebesar 2.737,09 Milyar Rupiah. Ini berarti perkembangan PDRB Kabupaten Purworejo atas dasar Harga Berlaku pada tahun 2008 yang sebesar 282,16 persen naik menjadi


(73)

commit to user

56 304,77 persen pada tahun 2009. Sedangkan perkembangan PDRB atas dasar Harga Konstan mengalami peningkatan dari 144,94 persen pada tahun 2008 menjadi 152,13 persen pada tahun 2009.

Perkembangan perekonomian Kabupaten Purworejo tidak lepas dari pertumbuhan sektor ekonomi di Kabupaten Purworejo itu sendiri. Tabel (4.6) menunjukkan pertumbuhan seluruh ekonomi pada tahun 2008-2009, delapan sektor mengalami perumbuhan positif sedangkan satu sektor mengalami pertumbuhan negatif. Pada tahun 2008 pertumbuhan terendah dialami oleh Pertambangan dan Penggalian (3,44%), dan pertumbuhan tertinggi dialami oleh Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (8,20%).

Tabel 4.6

Petumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Purworejo

Tahun 2008-2009

Sektor 2008 2009

(1) (2) (3)

Pertanian 4,87 3,39

Pertambangan dan Penggalian 3,44 -1,03

Industri Pengolahan 4,40 4,01

Listrik, Gas dan Air Bersih 4,94 6,55

Bangunan 5,10 6,26

Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,11 5,54

Pengangkutan dan Komunikasi 6,93 6,53

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,20 7,24

Jasa-Jasa 7,43 6,95


(1)

commit to user

79 Kabupaten Purworejo. Selain itu, semakin maju dan modernnya kehidupan masyarakat di Kabupaten Purworejo sehingga penggunaan minyak tanah sebagai bahan substitusi listrik sudah jarang dilakukan. Jadi, walaupun terjadi kenaikan tarif dasar listrik, masyarakat Kabupaten Purworejo akan tetap mamakai listrik sebagai sumber energi sehari-hari.


(2)

commit to user

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji t yang telah dilakukan terhadap masing-masing variabel

independen diperoleh hasil bahwa variabel PDRB per Kapita (PDRB) harga konstan 2000 dan Tarif Dasar Listrik (TDL) terbukti signifikan berpengaruh terhadap variabel Jumlah Konsumsi Listrik (JKL) rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo pada taraf signifikansi α=5%. Namun, untuk variabel independen yang lain yaitu Harga Minyak Tanah (HMT) tidak berpengaruh secara individu pada tingkat signifikansi α=5% terhadap variabel Jumlah Konsumsi Listrik (JKL) rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo.

2. Hasil uji F yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama seluruh variabel independen PDRB per Kapita harga konstan, Tarif Dasar Listrik, dan Harga Minyak Tanah yang digunakan dalam penelitian berpengaruh secara signifikan terhadap Jumlah Konsumsi Listrik (JKL) rumah tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo dengan nilai probabilitas nol.

3. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa elastisitas PDRB per Kapita harga konstan bersifat elastis terhadap Jumlah Konsumsi Listrik Rumah


(3)

commit to user

81 Tangga (R-1 900 VA) adalah terbukti. Nilai koefisien elastisitas PDRB per Kapita harga konstan yang positif dan lebih dari satu menunjukkan bahwa Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) bersifat elastis. Tanda positif pada koefisien PDRB per Kapita harga konstan sesuai dengan teori bahwa Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) akan meningkat sehubungan dengan naik dan bertambahnya nya PDRB per Kapita harga konstan. Hal ini terlihat dari nilai koefisien PDRB per Kapita harga konstan sebesar 1.331403 serta hasil t-testnya yang signifikan. Jadi dapat dikatakan jika PDRB per Kapita naik 1 % maka Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo akan tetap naik sebesar 1.331403%, sehingga listrik termasuk barang normal dan merupakan barang kebutuhan pokok.

4. Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa elastisitas variabel Tarif Dasar Listrik bersifat inelastis terhadap Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) adalah terbukti dalam analisis. Nilai koefisien elastisitas Tarif Dasar Listrik yang negatif dan kurang dari satu menunjukkan bahwa Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) bersifat inelastis. Nilai koefisien regresi Tarif Dasar Listrik bernilai negatif sebesar 0.756196 serta hasil t-test yang signifikan. Hal ini berarti bahwa apabila Tarif Dasar Listrik Naik 1% maka Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo akan turun sebesar 0.756196%, cateris paribus dan sebaliknya. Hal ini dapat dikatakan bahwa Jumlah Konsumsi Listrik Rumah


(4)

commit to user

82 Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo berpengaruh terhadap perubahan Tarif Dasar Listrik.

5. Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa elastisitas variabel Harga Minyak Tanah bersifat inelastis terhadap Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) adalah terbukti kebenarannya. Harga Minyak Tanah memiliki pengaruh yang negatif terhadap Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. Hal ini terlihat dari nilai koefisien elastisitas Harga Minyak Tanah yang negatif dan kurang dari satu yaitu sebasar 0.076115 serta hasil t-test yang tidak signifikan. Jadi bisa dikatakan bila Harga Minyak Tanah naik 1%, maka Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) akan turun sebesar 0.076115 %. Dapat disimpulkan bahwa Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) tidak berpengaruh terhadap perubahan Harga Minyak Tanah.

B.Saran-saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, koefisien elastisitas PDRB bersifat elastis memberi arti bahwa perubahan PDRB per Kapita harga konstan sangat peka terhadap Jumlah Konsumsi Listrik Rumah Tangga (R-1 900 VA) di Kabupaten Purworejo. Energi listrik bagi penduduk di Kabupaten Purworejo merupakan barang kebutuhan pokok. Oleh karena itu, diharapkan PT.PLN (Persero) dapat memenuhi konsumsi listrik masyarakat terutama bagi pelanggan listrik golongan tarif R-1 pada umumnya dan R-1 900 VA pada khususnya di Kabupaten Purworejo melalui meningkatkan pelayanan


(5)

commit to user

83 dengan memperluas jaringan listrik ke desa-desa sehingga daerah-daerah yang masih gelap gulita dapat terlistriki dengan segera.

2. Tarif dasar listrik bersifat inelastis terhadap jumlah konsumsi listrik. Walaupun besarnya tarif dasar listrik tidak begitu peka terhadap jumlah konsumsi listrik, PT. PLN sebagai badan hukum harus tetap memperhatikan kesejahteraan sosial penduduk di Kabupaten Purworejo dengan tidak menaikkan tarif dasar listrik atau bahkan memberikan subsidi tambahan bagi masyarakat pelanggan golongan R-1, mengingat kebutuhan tenaga listrik semakin harinya semakin besar dan relatif mendesak.

3. Koefisien elastisitas harga minyak tanah yang menunjukkan kurang dari satu menandakan bahwa minyak tanah merupakan barang komplementer. PT. PLN (Persero) diharapkan lebih kreatif dan inovatif dengan pengkonversian pembangkit berbahan bakar minyak ke gas. PT. PLN (Persero) harus mengantisipasi mahalnya harga bahan bakar minyak di masa mendatang dengan membangun pembangkit listrik yang menggunakan gas. Oleh karena itu, diharapkan penggunaan bahan bakar gas menjadi prioritas pengembangan teknologi pembangkit listrik dalam pengembangan sumber energi baru.

4. Untuk para pelanggan PT. PLN (Persero) sebagai konsumen tenaga listrik disarankan untuk menggunakan lampu hemat energi dan meningkatkan kesadaran hidup hemat energi. Pemakaian lampu hemat energi bersifat lebih efisien dari lampu pijar biasa karena sebagian energi listrik berubah menjadi cahaya dengan tenaga setrum yang kecil. Kesadaran masyarakat perlu


(6)

commit to user

84 ditingkatkan dalam program hemat energi listrik dengan cara mematikan dua lampu untuk pemakaian setiap harinya.