BAHAN SPI DAN SPANYOL (1)

BAB I
PENDAHULUAN
A.LATARBELAKANG
Kehadiran Islam menjadi cahaya yang terang bagi segenap penjuru alam di muka bumi,
menjadikan Islam sebagai Ideologi yang terkalahkan oleh agama yang lain dikarnakan
perintah Allah bagi para Rasul untuk menyampaikan Risalahnya di tengah-tengah
mereka. Pada tahun 689 Masehi, Raja Recaredo menjadikan agama katolik sebagai
agama resmi di Spanyol. Namun seiring berjalannya waktu yang panjang, pada sekitar
abad ke 8 Masehi maka Islam mulai mendatangi dataran Eropa sebagai sasarana
dakwah Islam yang merupakan bagian dari ekspansi dari perjuangan bani umayyah yang
mulai saat itu juga (711) M, Spanyol mulai menjadi wilayah kekuasaan Islam.
Setelah menjadi wilayah kekuasaan Islam Spanyol maka disana mulai diangkat para
Wali dan Gubernur yang diangkat langsung oleh para penguasa Khilafah Bani Umayah I
yang berpusat di Damaskus saat itu. Dengan berkembangnya Islam di wilayah Spanyol
maka spanyol mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, baik
politik, ekonomi, teknologi dan lain sebagainya. dari keberhasilan yang pesat ini
sehingga sampai-sampai orang-orang Eropa mengakui kehebatan Islam dan banyak
mempelajari ilmu pengetahuan yang berasal dari Islam.
Eropa semenjak kejayaannya melalui Islam maka Spanyol menjadi peradaban yang
sangat penting bahkan di periode klasik, Spanyol menjadi salah satu pusat peradaban
Islam yang sangat penting sehingga posisi Eropa yang sangat gersang dengan Ilmu

menjadi sebuah peradaban yang berkembang dengan kemajuan ilmu pengetahuan, tentu
hal ini di bawah pengawasan kekuasaan Islam pada saat itu.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana proses masuknya Islam di Spanyol? .Bagaimana proses perkembangan Islam
di Spanyol?
1.
1.

Bagaimana pengaruh peradaban Islam di Spanyol ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Proses Masuknya Islam Di Spanyol
Seiring semakin maju dan berkembangnya wilayah Islam di berbagai wilayah
kekuasaannya nampaknya Islam tidak menyia-nyiakan kondisi ideal ini. Kematangan
berfikir dan keyakinan terhadap agamanya justru semakin menancap dalam benak kaum
muslimin untuk semakin mengembangkan cita-cita agamanya yakni
menjadi Rahmatan Lil ‘Alamin .

Sebelum taklunya Spanyol oleh kekuasaan Islam, umat Islam terlebih dahulu telah

menguasai wilayah Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari
Khilafah Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi semenjak
zaman Khalifah Abdul Malik. Yang dipipmpin oleh seorang Gubernur yakni Husna’ Ibnu
Nu’man kemudian digantikan oleh Musa Bin Nusyair. Dari kondisi ini nampaknya umat
Islam mulai berfikir untuk melakukan ekspedisi yang jauh lebih besar lagi yakni untuk
dapat menaklukan Spanyol.[1] Sehingga dapat kita pahami bahwa kekuasaan Islam di
Afrika Utara sesungguhnya menjadi batu loncatan bagi berjalannya ekspedisi Islam ke
Spanyol.
Dalam penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dikatakan paling berjasa
memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Thariq Bin Malik, Thariq
Bin Ziyad, dan Musa Bin Nusair.[2]
Thariq Bin Ziyad lebih dikenal sebagai penakluk spanyol, karena pasukannya lebih besar
dan hasilnya lebih nyata, pasukan yang sangat besar dari Thariq Bin ziyad yang berasal
dari suku Barbar yang didukung oleh musa ibn Nushair sedang sebagiannya lagi adalah
berasal dari orang-orang Arab yang dikirim oleh khalifah Al-Walid, pasukan yang
dipimpin oleh Thariq Bin Ziyad ini kemudian menyebrangi selat di bawah pimpinannya.
[3] Selat iru adalah selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa.
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan mendarat di wilayah
tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan atau kapal mereka. Kemudian Ia
mengucapkan pidato singkat yang sangat terkenal dalam sejarahnya :” ’aduwwu

amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum ” (musuh di depan
kamu, lautan dibelakang kamu, silahkan mana yang kamu kehendaki).[4]
Jumlah pasukan yang dipimpin oleh Thariq Bin Ziyad mencapai 12.000 orang pasukan.
Dalam perlawanannya King Roderick maju dengan pasukan yang jauh berbeda dengan
pasukan kaum muslimin yakni berjumlah 100.000 orang, pada akhirnya King Roderick
tewas ditempat peperangan sedangkan pasukan kaum muslimin mengalami
kemenangan. Setelah kaum muslimin mengalami kemenangan atas perlawanan Raja
Roderick maka Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting seperti
Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota kerajaan Gotick saat itu).
Kedatangan Islam membawa kultur baru yang memperkaya spanyol pada umumnya.
Oleh karena itu spanyol menjadi salah satu peradaban dunia, mengimbangi kejayaan
Khilafah Bani Umayyah di Damsyik (Damaskus) dan Khilafah Abasiyah di Bagdad. Tak
salah apabila dikatakan Andalusia turut berperan merintis jalan menuju
zaman Renesains di Eropa. Semanjak jatuhnya Spanyol ke tangan Islam maka mulai
saat itu politik Spanyol berada di bawah kekuasaan Khalifah Bani Umayyah.[5]
Masuknya Islam di Spanyol mengalami proses yang tidak begitu rumit seperti halnya
perluasan wilayah Islam pada wilayah-wilayah yang lainnya. Hal ini dikarnakan
memang ada beberapa faktor yang melatar belakanginya, menurut para ahli sejarah ada

dua faktor yang memudahkan Islam masuk ke Spanyol saat itu yakni faktor internal dan

faktor eksternal.
Faktor eksternal yakni faktor yang terjadi pada wilayah Spanyol itu sendiri. Pada saat
kaum muslimin melakukan penyerangan ke wilayah Spanyol kondisi wilayah itu dalam
kondisi yang sangat lemah dan menyedihkan. Pasalnya wilayah ini dalam kondisi yang
carut marut dalam kenegaraannya, baik dari aspek sosial, politik, dan ekonomi, benarbenar dalam kondisi yang sangat memperihatinkan. Secara politik spanyol terkoyakkoyak dan terbagi dalam beberapa negeri kecil. Selain itu pula penguasa Gotick yang
berkuasa saat itu di Spanyol sangat tidak toleran terhadap aliran agama yang
berkembang saat itu yang dianut oleh para penguasa yaitu aliran monofisit. Terlebih
parah lagi adalah kepada agama Yahudi yang saat itu adalah Agama terbesar di wilayah
Spanyol.[6]
Adapun faktor internalnya adalah kondisi para penakluk dari kubu kaum muslimin baik
dari para penguasa, para tentara dan para prajurit Islam yang luar biasa dalam
melakukan futuhat terhadap Negeri-Negeri yang menjadi sasaran utamanya, selain itu
pasukan kaum muslimin adalah pasukan yang cerdas dan berani dalam menaklukan
negeri lain, yang tak kalah penting adalah ajaran Islam yang agung yang mereka
tunjukkan baik dari sikap toleransi, persaudaraan dan tolong menolong sehingga
memudahkan Islam diterima oleh masyarakat spanyol.[7]
B. Perkembangan Islam Di Spanyol
1.
1.


Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik
dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di
antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu,
terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara
yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling
berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian
wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan
politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya
dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam
etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku Qaisy
(Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering kali
menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur.[8]
1.
Periode kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan Khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Amir pertamanya adalah Abdurrahman yang memasuki Spanyol pada tahun 138 H/755


M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil, beliau adalah keturunan dari Bani
Umayyah. Selanjutnya Abdurrahman berhasil mendirikan Khilafah Bani Umayyah.
Pada periode ini kemajuan yang pesat diperolehnya baik dalam bidang politik maupun
peradabannya, kemudian beliau mendirikan Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di
kota-kota besar Spanyol.
1.

Periode ketiga (912-1013 M)

Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa yang diberi gelar Khalifah,
pemerintahan ini diperintah oleh tiga Khalifah besar yakni : Abd Al-Rahman Al-Nasir
(912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada masa ini
spanyol juga mencapai kejayaan yang menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Bagdad.
Misalnya Abd Al-Rahman Al-Nasir mendirikan Universitas Cordova. Pada tahun 1013
M, dewan menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan Khalifah, ketika itu
Spanyol sudah terpecah kedalam beberapa Negeri kecil yang berpusat di kota-kota
tertentu.[9]
1.
Periode keempat (1013-1086 M).

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di bawah
pemerintahan Raja-Raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu
kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang
menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada
periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak
stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.
1.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143
M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah
sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun
1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy.
Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah
memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari seranganserangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M

dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja
muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu.
Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada

tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol
dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
Pada masa dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118
M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinastidinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti
Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan
oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah
pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting,
Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa
dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat
dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami
keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las
Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan
penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun
1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil.
Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan
Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen

dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan
Islam.
1.

Periode Keenam (1248-1492/ 1609 M)

Periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah pimpinan Bani Ahmar. Pada
pemerintahannya peradaban Islam mengalami kemajuan kembali. Namun
pemerintahannya secara politik hanya menguasai wilayah yang kecil. Kekuatan ini pun
berakhir karena adanya perselisihan orang istana dalam merebut kekuasaan.[10]
C. Pengaruh Peradaban Islam Di Spanyol
Sebuah peradaban yang masih nampak dan dapat dinikmati hasil peradabannya karena
adanya sumbangan-sumbangan yang diberikan kepada sejarah kehidupan manusia, baik
dari sisi pemikiran, ilmu, ahlak dan lain-lain. Eropa sebenarnya kelangsungan
peradabannya sampai saat ini adalah merupakan sisa atau hasil dari kegemilangan
peradaban Islam di sana.
Peradaban barat di Eropa mendapat pengaruh yang sangat besar dari peradaban Islam
yang ada di Spanyol. Pengaruh-pengaruh itu sangat banyak jumlahnya dan tak dapat
dihitung jumlahnya. Berikut adalah beberapa pengaruh Islam di Spanyol terhadapa
peradaban yang ada di Eropa ;

1.

Bidang Akidah Dan Undang-Undang

Kedantangan Islam ke Spanyol membawa angin segar yang membebaskan manusia dari
penghambaan sesama mahluk atau dalam hal ini kemusrikan dan paganisme. Islam

memberikan ajaran ketauhidan yang memurnikan Allah tanpa ada sekutu yang pantas
untuk disembah. Ahmad Amin mengatakan dikalangan Nasrani muncul kecendrungankecendrungan yang terpengaruh dengan Islam. Diantaranya pada abad delapan masehi
atau abad dua dan tiga hijriyah di Septimania. Muncul gerakan yang mengkapanyekan
penolakan tradisi pengakuan dosa-dosa di depan Pastur atau bahwa pastur tidak berhak
samasekali untuk menerima itu.[11]
Adapula yang mebuat sebuah gerakan yang mencoba mengahancurkan patung-patung
agama. Pada saat itu ada sebagian madzhab nasrani yang menolak adanya pensakralan
terhadap patung-patung dan gambar. Imperatur Romawi Louis III pada tahun 108
H./726 mengeluarkan keputusan tentang larangan pensaklaran gambar-gambar dan
patung-patung.[12]
Orang-orang yang mempelajari sejarah agam Eropa dan gereja Nasrani dapat
mengetahui pengaruh rasionalitas Islam dalam kecendrungan para pembaharu dan
pemberontak sistem keuskupan yang berlaku.adapun pembaruan besar yang dilakukan

oleh Marthin Luther dengan rintangan-rintangan yang paling jelas dari pengaruh Islam
terhadapnya dan terhadap akidah-akidahnya, sebagaimana diakui oleh para sejarawan.
[13]
1.
Bidang Ilmu Pengetahuan
Berbagai disiplin ilmu mulai bermunculan saat itu hal ini arena munculnya beberapa
figur ilmuwan yang cemerlang dibidangnya masing-masing, bahkan hal itu masih
berlaku hingga saat ini yang dibuktikan dengan bahan-bahan akademis yang sampai saat
ini masih banyak dibutuhkan oleh kalangan masyarakat baik barat maupun timur.
Keberadaan islam di Spanyol berimbas kepada Renaisans dunia barat pada abad
pertengahan sehingga wajarlah jika keberadaan Islam dianggap sebagai guru bagi
masyarakat Eropa.[14]
Ilmu-ilmu kedokteran, matematika, astronomi kimia dan lain-lain, juga berkembang
sangat baik Abbas Ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan stronomi, ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya,
bahkan Ia berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang-bintang.[15]
Pengaruh Islam terhadap Barat dibidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu pengetahuan,
farmasi, matematika, kimia, optik, geografi, astronomi, dan lain sebagianya adalah
merupakn bukti yang sangat kuat atas pengaruh islam terhadap Barat. Ilmu-ilmu
kedokteran dan pengobatan melalui penerjemahan buku-buku Ibnu Sina, Ar-Razi, dan
lain-lain, maka mulai saat itu diterjemahlah oleh orang-orang Eropa, semisal kitab AlQonun Fi Ath-Thib karya ibnu sina pada abad dua belas. Terjemah tersebut di cetak
berulang kali untuk dijadikan referensi utama di universitas-universitas di Prancis dan
Italia. Sedangkan Al-Khazimi menjadi kunci ilmu bagi Torchilli dalam penelitian di
bidang udara dan air yang senantiasa digunakan di Eropa hingga abad pertengahan.[16]
1.
Bidang Ilmu Sastra dan Musik

Bukti sejauh mana terpengaruhnya para sastrawan barat dengan bahasa dan sastra arab
pada abad pertengahan adalah apa yang di nukil oleh Dozy dalam bukunya tentang
Islam.
Ia mengutip perkataan penulis Spanyol Argheri yang sangat menyesalkan fenomena
diabaikannya bahasa Latin dan Yunani, namun disisi lain bahasa kaum muslimin
diperhatikan lebih. Ia mengatakan ”Sesungguhnya orang-orang pintar tersihir oleh
dengungan sastra Arab sehinga mereka meremehkan bahasa Latin dan menulis dengan
bahasa penakluk merekatanpa lainnya. Hal itu diperparah dengan kebanggaan mereka
yang melebihi kebanggaan dengantanahairnya sendiri, sunggu saya dangat menyesalkan
hal ini”[17]
Dalam bidang musik dan suara, spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan
tokohnya Al-Hasan Ibn Nafi yang yang dijuluki Zaryad , setiap kali diselengggarakan
pertemuan dan jamuan Zaryad selalu menampilkan kebolehannya, ia juga terkenal
sebagai pengunah lagu.[18]
1.
Bidang Keilmuwan Agama
Umat Islam terkenal dengan ilmuwan tafsirnya yang sangat terkenal yang berasal dari
andalusia yakni Al-Qurtubi dengan kitabnya yakni Al-Jami’u Li Ahkam AlQur’an yang terdiri dari 20 jilid yang dikenal dengan Tafsir Al-Qurtubi.[19]
Tidak hanya bidang Tafsir namun juga Fiqhi, umat Islam di Spanyol dikenal sebagai
penganut madzhab Maliki, madzhab ini kemudian dikembangkan oleh Ziyad Ibn Abd
Rahman yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qodhi pada masa
Hisyam Ibn Abd Rahman. Adapun kitab Fiqhi yang sangat monumental yang masih
menjadi salah satu rujukan dalam lapangan hukum Islam sampai saat ini bahkan
wilayah Indonesia yakni kitab Bid’ayatul Mujtahid kitab tersebut adalah karya Ibnu
Rusyd.[20]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.

Proses masuknya Islam ke Andalusia diawali dari kekuasaan Islam yang ada di
wilayah Afrika Utara yakni Khilafah Bani Umayyah, Dalam penaklukan Spanyol
terdapat tiga pahlawan Islam yang dikatakan paling berjasa memimpin satuan
pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Thariq Bin Malik, Thariq Bin Ziyad, dan
Musa Bin Nusair, namun yang terkenal sebagai penakluknya adalah Thariq Bin
Ziyad. Masuknya Islam ke wilayah ini tak mengalami kesulitan yang berarti sebab
ada dua faktor yakni, faktor eksternal dimana faktor spanyol itu sendiri yang
sedang mengalami kelemahan dan carut marut baik di bidang ekonomi politik dan
lain-lain, sedangkan faktor internal , kondisi para penakluk dari kubu kaum
muslimin baik dari para penguasa, para tentara dan para prajurit Islam yang luar
biasa, cerdas dan berani serta bersifat toleran dan tolong menolong, dan
persaudaraan sehingga Islam mudah diterima.

2.

Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung sekitar enam periode yakni :
Periode (711-755 M), periode dua: (755-912 M), periode tiga : (912-1013 M),
periode empat : (1013-1086 M), periode lima : (1086-1248 M), periode enam :
(1248-1492/ 1609 M).
3.
Pengaruh Peradaban Islam Di Spanyol meliputi : Bidang Akidah Dan UndangUndang, Bidang Ilmu Pengetahuan, Bidang Ilmu Sastra dan Musik, Bidang
Keilmuwan Agama.
4.

B. SARAN

Kami yakin bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu mohon saran
dan kritikan demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Yatim, Badri M.A. 2011. Sejarah Peradaban Islam . Rajawali Pers. Jakarta.
Drs. Munir, Samsul M.A. 2009. Sejarah Peraban Islam . Amzah. Jakarta.
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/sejarah/allsub/159/perkembangan-islamdi-spanyol.html
http://www.slideshare.net/3ka/sejarah-perkembangan-islam-di-spanyol
Prof. Dr. As-Sirjani, Raghib. 2011. Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia ,
Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur.
Supriyadi M.Ag. 2008. Sejarah Peraban

Islam . pustaka Setia. Bandung.

[1] Supriyadi M.Ag., Sejarah Peraban Islam . Bandung : pustaka setia, 2008, h. 117
[2] Drs. Samsul Munir, M.A., Sejarah Peraban Islam . Jakarta : Amzah, 2009, h. 166
[3] Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam . Jakarta : Rajawali Pers, 2011, h.
89
[4] Drs. Samsul Munir, M.A, Op.Cit., h. 162
[5] Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, h.
118
[6] Ibid., h. 162
[7] Ibid .,h. 168
[8]http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/sejarah/allsub/159/
perkembangan-islam-di-spanyol.html
[9] Badri Yatim, Op, Cit ., h. 97
[10] http://www.slideshare.net/3ka/sejarah-perkembangan-islam-di-spanyol
[11] Prof. Dr. Raghib As-Sirjani, Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia ,
Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, 2011, h. 780
[12] Ibid., h. 780
[13] Ibid., h. 781
[14] Supriyadi, M.Ag, Op.,Cit . h. 120
[15] Dr. Badri Yatim, M.A., Op.,Cit. , h. 102
[16] Prof. Dr. Raghib As-Sirjani., Op.,Cit. , h. 183

[17] Ibid., h. 788
[18] Lok.,cit., h. 103
[19] Drs. Samsul Munir, M.A., Op. Cit., H. 174
[20] Supriady, M.Ag., Op.Cit , h. 122

https://lakojo.wordpress.com/2014/01/25/makalah-sejarah-peradaban-islam-dispanyol/#_ftn19

Islam Di Spanyol Dan Pengaruhnya Terhadap Renaisans Di Eropa
BAB I
PENDAHULUAN
Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada di bawah
Imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa
yang berimigrasi dari negeri asal mereka yaitu suatu daerah yang terletak di antara Sungai
Order dan Vistuala. Pengusa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage.
Kekuasaan Vandal ini kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic, maka didirikanlah
kerajaan Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah kedatangan
orang-orang Islam pada tahun 92 H/711 M, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia
atau Andalus.
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua
Eropa karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana
diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini
Eropa bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah AlWalid bin Ibnu Malik.
Pada saat itu Musa Bin Nushair, sebagai penglima perang khalifah dan Thariq bin
Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku utama
atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil menguasai wilayah Afrika Utara dan
kemudian menyeberang ke Benua Eropa. Setelah masuknya Islam di Spanyol maka
banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dari banyaknya
tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya
Islam menguasai Spanyol, Islam mulai mengalami kemunduran dan kehancuran, bahkan
kemudian Islam hilang dari bumi tersebut. Hal ini disebabkan dari berbagai fakor.
RUMUSAN MASALAH
A. Kondisi Spanyol Pra Islam
B. Masuknya Islam di Spanyol
C. Perkembangan Islam di Spanyol

BAB II
ISLAM DI SPANYOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP RENAISANS DI EROPA
A. Kondisi Spanyol Pra Islam

Jazirah ini dulu bernama Iberia (kurang lebih 93% wilayah Spanyol, sisanya
Portugal). Setelah bangsa Romawi berkuasa di sana pada abad yang kedua mereka
menamainya dengan “Asbania” yang berarti “Pantai Marmot”. Karena orang-orang Punisia
ketika singgah di semenanjung itu nampaklah kawanan-kawanan Marmot. Sesudah bangsa
Romawi, bagian semenanjung selatan itu juga pernah takluk kepada suku-suku bangsa
Vandal pada abad kelima. Sesudah itu bangsa Goth menyerang pula pada permulaan abad
keenam. Mereka mengusir bangsa Vandal ke Afrika Utara.
Pada masa Islam, Spanyol dikenal dengan sebutan Andalusia yang berasal dari kata
“Vandalusia” berarti negeri bangsa Vandal.. Andalusia terletak di benua Eropa barat daya,
dengan batas di timur dan tenggara adalah Laut Tengah, di selatan Benua Afrika yang
terhalang oleh Selat Gibraltar, di barat Samudera Atlantik dan di utara oleh Teluk Biscy.
Pegunungan Pyrenia di timur laut membatasi Andalusia dengan Prancis.
Menjelang penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, ekonomi dan
politik negeri ini berada dalam keadaan yang memprihatinkan. Negeri di semenanjung itu
didiami oleh penduduk yang berbeda-beda kebangsaan dan agamanya. Antara orang Kristen
dan Yahudi timbul permusuhan yang meruncing dan sering kali orang Yahudi mengalami
kekalahan dan menderita bermacam-macam kesusahan. Karena penguasa Ghothic bersifat
tidak toleran terhadap penganut agama lain. Penganut agama Yahudi di Spanyol dipaksa
dibabtis menurut agama Kristen, yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh. Sehingga
kelompok minoritas Yahudi selalu mendapat tekanan politik akibat berbeda paham dengan
agama penguasa. Hal ini menambah kompleksnya persoalan sosial di wilayah ini.
Pada masa itu masyarakat Spanyol juga terpolarisasi dalam beberapa kelas sesuai
dengan latar belakang sosialnya, sehingga ada masyarakat kelas satu, dua, dan tiga.
Kelompok masyarakat kelas satu yakni penguasa, yang terdiri atas raja, para pangeran,
pembesar istana, pemuka agama dan tuan tanah besar. Kelas dua terdiri atas tuan-tuan tanah
kecil. Kelompok masayarakat kelas tiga terdiri atas budak, termasuk budak tani yang
nasibnya tergantung pada tanah tapi tidak menikmati tanah yang mereka garap, pengembala,
pandai besi, orang Yahudi, dan kaum buruh dengan imbalan makan dua kali sehari.
Dengan adanya kasta tersebut mengakibatkan rakyat kelas dua dan tiga sangat
tertindas, mental dan perilakunya merosot. Demi mempertahankan hidup, mereka harus
mencari nafkah dengan jalan membunuh, merampas atau membajak. Kebangkrutan moral
mereka itu bersamaan dengan jatuhnya ekonomi seperti yang diungkapkan Amir Ali: “Their
morality became as degraded as their material condition was wretched”. Moralitas mereka
menjadi terdegradasi karena kondisi material mereka yang buruk .
Selain itu, penguasa-penguasa Spanyol juga saling merebutkan kekuasaan. Awal
kehancuran kerajaan Goth adalah ketika Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari
Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo
diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Opas dan Asilla, kakak dan
anak Witiza. Kondisi sosial, ekonomi, keagamaan terutama keadaan politik yang kacau

menjadikan Spanyol menjadi terpuruk, hal tersebut menjadi salah satu faktor Islam mudah
masuk ke Spanyol.
B. Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol diduduki umat islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), Salah
seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana umat Islam
sebelumnya telah menguasai Afrika Utara. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah
menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti
Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di Zaman khalifah Abdul
Malik (685-705 M)[1]. Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani
menjadi gubernur didaerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man sudah
digantikan oleh Musa bin Nushair.
Di Zaman Al-Walid itu, Musa bin Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan
menduduki Al-Jazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke
daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka
menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah
mereka lakukan sebelumnya.
[1]

A. Syalabi, 1983, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Cet. Pertama, Pustaka Alhusna,

Jakarta, hlm.154.

Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai islam, di kawasan ini terdapat kantungkantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Ghotik. Kerajaan ini
sering menghasut penduduk agar memebuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam.
Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat islam mulai memusatkan perhatiannya
untuk menaklukkan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi
kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikaitkan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan pasukan
perang 500 orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian[2]. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan
yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak
sedikit dari kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang
besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nusair pada tahun 711 M.
Mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang dibawah pimpinan Thariq ibn Ziyad[3].
Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai mendarat di
Wilayah tersebut, membakar seluruh alat penyeberangan. Ia pun mengucapkan pidato singkat
yang bersejarah: Al-Aduwwu amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum.
(musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silahkan pilih mana yang kamu kehendaki).
Sorak sorai pasukan yang berkekuatan 12.000 orang pada tahun 93 H/711 M, yang memilih
maju ke depan, telah meninggalkan jejak besar didalam sejarah Islam. King Roderick maju

dengan pasukan berkekuatan 100.000 orang[4]. Jumlah pasukannya besar, tetapi semangat
tempurnya telah dikalahkan oleh kemewahan hidup selama ini.
__________________________
[2]
[3]

Ibid. hlm. 158.
Philip K. Hatti, 1970, History of the Arabs, Macmillan Press, London, hlm. 493., dalam Badri Yatim, 1999, hlm.
89.
[4]
Badri Yatim, 1999, hlm. 89.

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim khalifah AlWalid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad[5],
sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendapat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini
maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu
tempat bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya
terus menaklukan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada,Toledo (ibu kota kerajaan
goth saat itu) [6].
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk
penaklukan yang lebih luas lagi dengan suatu pasukan yang besar. Ia berangkat
menyeberangi selat dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan, setelah musa
berhasil menaklukan Idenia, Karmona, Seville dan Merinda serta mengalahkan kerajaan
Ghotik, Theodomir di Orihuela. Ia bergabung dengan Thariq di Teledo. Kemudian keduanya
berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol termasuk bagian utaranya mulai dari
Saragosa sampai Navarre[7].
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam tampak begitu mudah. Hal
tersebut tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang
menguntungkan[8].
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam
negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang islam. Kondisi
sosial politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. secara politik,
wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Rakyat di
bagi-bagi ke dalam sistem kelas sehingga kaedaannya diliputi oleh kemelaratan,
ketertindasan dan ketiadaan persamaan hak. Dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti
kedatangan juru pembebas dan juru pembebas itu mereka temukan dari umat Islam.
_____________________
[5] Cal Brockelmann, 1980, History of the Islamic Peoples, Rotledge & Kegan Paul, London, hlm. 83., dalam Badri Yatim,
[6]

1999, hlm. 89

[7]
[8]

A. Syalabi, 1983, hlm. 161.
Carl Brockelman, 1980, hlm.14, dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 90.
Badri Yatim, 1999, hlm. 91

Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat,
tentaranya kompak, bersatu dan percaya diri. Mereka pun cakap, berani dan tabah dalam
menghadapi setiap persoalan. Yang tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang
ditunjukkan para tentara Islam yaitu toleransi persaudaraan dan tolong menolong sikap
toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu
menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
C. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan
Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung
lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat
dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri
Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari
dalam maupun dari luar.
Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan diantara elit penguasa, termasuk
akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara
khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing
mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena
itu, terjadi 20 kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat
singkat.
Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal
ini ada hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama antara bangsa Barbar asal Afrika
Utara dan Arab. Di dalam etnis sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing,
yaitu suku Qaisyi (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik terutama ketika tidak ada
figur yang tangguh. Itulah sebabnya Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan untuk jangka waktu yang lama[9].
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada
pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500
tahun akhirnya mereka mampu mengusir Islam di bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar,
maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang
peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurahman Ad-Dakhil
ke Spanyol pada Tahun 138 H/755 M[10].
2. Periode Kedua (755-912 M)

Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika
itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang
memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil. Dia adalah keturunan
Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas. Selanjutnya ia berhasil
mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abdurrahaman Ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman Al-Ausath, Muhammad
ibn Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik
dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman ad-Dakhil mendirikan
masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam
menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran.
Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
______________________
[9]

David Wassenstein, 1985, Politics and Society in Islamic Spain: 1002-1086, Prenceton University Press, New
Jersey, hlm. 15-16., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 94.
[10] Badri Yatim, 1999, op.cit, hlm. 94.

Sedangkan Abdurrahman Al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu[11].
Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman
Al-Ausath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol
sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad
ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen Fanatik yang mencari
kesyahidan (Martyrdom)[12]. Namun gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak
menaruh simpati pada gerakan itu, karena pemerintahan Islam mengembangkan kebebasan
beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum
Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru,
biara-biara di samping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja
sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer[13].
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak di Toledo tahun 852 M membentuk negara kota yang berlangsung
selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi.
Yang terpenting diantaranya adalah pemberontak yang dipimpin oleh Hafsun dan anaknya
yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang
Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi[14].
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Peiode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar AnNasir sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan Muluk al-Thawaif. Pada
periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalilfah, penggunaan gelar

khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa AlMuktadir, khalifah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya
sendiri.
__________________________
[11]
Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, Jilid 4,
Maktabah al-Nahdhah al-Maishriyah, Kairo, hlm. 41-50., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 95.
[12] Jurji Zaidan, [tt], Tarikh al-Tamaddun al-Islami, Juz III, Dar al-Hilal, Kairo, hlm. 200., dalam
Badri Yatim, 1999, hlm. 95.
[13] Thomas W. Arnold, op.cit., hlm. 126.
[14] Bertold Spuler, op.cit., hlm. 106.

Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa susasana pemerintahan
Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang
paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan bani Umayyah
selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. khalifah-khalifah
besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman An-Nashir (912961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan
menyaingi kejayaan daulat Bani Umayyah di Baghdad. Andurrahman An-Nashir mendirikan
Universitas Cordova. Perpustakaannya juga memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II
juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyakrakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik
tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para
pejabat. Pada Tahun 981 M, khalifah menunjuk Ibn Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan
secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekeuasaannya dan
melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingansaingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia
wafat pada tahun 1002 dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia
digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun
saja, Negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada
tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah.
Katika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kotakota tertentu[15].
_______________
[15]

W. Montgomery Watt, 1990, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,Tiawa Wacana, Yogyakarta, hlm. 217-

218, dan baca Badri Yatim, 1999, hlm. 96-97.

4. Periode Keempat (1013-1086)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville.Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu ada yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang
Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik
tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapat perlindungan dari satu istana ke
istana lain[16].
5. Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun terpecah ke dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M)
dan Dinasti Muwahhidun (1146-11235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah
gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada Tahun 1062 M
ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas
undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul berat perjuangan
mempertahankan negeri-negerinya sendiri dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia
dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1068 M dan berhasil mengalahkan pasukan
Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk
menguasai Spanyol dan berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn
Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik
di Afrika Utara maupun Spanyol dan digantikan oleh Dinasti Muwahhidun. Pada masa
Dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
______________________
[16]

Bertold Spuler, op.cit., hlm. 108, dan Badri Yatim, 1999, hlm. 98.

Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul dinasti-dinasti
kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146M penguasa dinasti Muwahhidun
yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad
ibn Tumart. Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun
1114 dan 1154M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah
kekuasannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun
mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar
di Las Navas de Tolesa.
Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih
untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afriks Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol

kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat
Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238
M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristendan Seville jatuh tahun 1248 M. seluruh
Spanyol kecuali Granada[17] lepas dari kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah Dinasti Bani
Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman
An-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil.
Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad
merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu
Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk menjatuhkannya.
Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik
tahta[18]dinobatkan sebagai khalifah.
_________________
[17] Ahmad Syalabi, 1979, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah,Jilid
4, Maktabah al-Nahdhah al-Mishiriyah, hlm. 75, dan Baca Badri Yatim, 1999, hlm.99.
[18] Ahamd Syalabi, hlm. 75.

Tentu saja, Ferdenand dan isabela yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir
umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand
dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan
Islam di Spanyol tahun 1492 M. umat Islam setelah dihadapkan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada umat
Islam di daerah ini[19]. Walaupun Islam telah berjaya dan dapat berkuasa hampir tujuh
setengah abad lamanya.
C. Kemajuan Peradaban
Islam di Spanyol lebih dari tujuh abad dan umat Islam telah mencapai kejayaannya di
Spanyol. Banyak kemajuan dan prestasi yang diperoleh umat Islam di Spanyol, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Islam di Spanyol telah menunjukkan kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan, musik dan
seni, bahasa dan sastra, dan kemajuan pada pembangunan fisik.
1. Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab [Utara dan Selatan], al-Muwalladun [orang-orang Spanyol yang
masuk Islam], Barbar [umat Islam yang berasal dari Afrika Utara], al-Shaqalibah [penduduk
daerah antara Konstanstinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada

penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran], Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali
yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmu pengetahuan, sastra dan pembangunan fisik di
Spanyol[20].
____________________
[19] Harun Nasution, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Press, Jakarta, hlm. 82.
[20] Luthf Abd al-Badi, 1969, al-Islam f Isbaniya, Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah,
Kairo, hlm. 38., dalam Badri Yatim, 1999, hlm. 101.

Untuk itu, perlu mengkaji kemajuan yang dicapai umat Islam Spanyol, sebagai
berikut :
a.
Bidang Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat berilian dalam
bentangan sejarah Islam. Umat Islam berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui
ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan dinasti Bani
Umayyah yang ke-5 Muhammad ibn Abd al-Rahman [832-886 M].[21]
Atas inisiatif al-Hikam [961-976 M], karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari
Tumur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitasuniversitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia
Islam. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh para pemimpin
bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar
pada masa-masa sesudahnya.
Pada perkembangan selanjutnya, lahirlah tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal dengan ibn
Bajjah. Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayig, dilahirkan di Saragosa, kemudian ia pindah ke
Sevilla dan Granada dan meninggal karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam usia
yang masih muda. Seperti al-Farabi dan ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya
bersifat etis dan eskatologis dengan magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh
utama kedua adalah Abd Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di
sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. ibn Thufail, banyak
menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat, serta karya filsafatnya yang sangat
terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
__________________
[21]

Majid Fakhri, 1986, Sejarah Filsafat Islam, Pustaka Jaya, Jakarta, hlm. 357.

Pada bagian akhir abad ke-12 M, menjadi saksi munculnya seorang pengikut
Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova.
Ibn Rusyd, lahir pada tahun 1126 M dan meninggal pada tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah
kecermatan dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan
agama. Ibn Rusyd, juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.
b. Bidang Sains
Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga
berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas, termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi.
Abbas ibn Farnas, adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari
batu[22]. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash, terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. alNaqqash, juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova a