PREFRENSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PE

PREFERENSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP
PEMBATUAN
“Diajukan sebagai Laporan Akhir dalam Mata Kuliah Perilaku dan Tempat”

Diajukan Oleh:

MUHAMMAD ALFATIH RAHMATULLAH
NIM. 1C114078

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
Semester Ganjil Tahun Akademik 2016/2017
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia bersih dari prostitusi pada tahun 2019 merupakan
program yang di canangkan oleh pemerintah. Program tersebut
diharapkan dapat menjadi motivasi bagi kepala daerah masing-masing

untuk melaksanakan i’tikad baik pemerintah tersebut. Dimulai dari
penutupan lokalisasi tersebsar di Asia seperti Dolly, Jarak dan Kalijodo,
dan diusahakan daerah lainnya. Hingga Mei 2016, jumlah lokalisasi di
seluruh Indonesia tinggal 99 tempat, berkurang dari sebelumnya yang
lebih dari 100 tempat. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa
mengatakan bahwa pada tanggal 18 Agustus tiga lokalisasi di Kalimantan
Selatan akan di tutup, yakni Pembatuan, Batu Besi, dan Eks Lokalisasi.
Pembatuan merupakan suatu tempat yang terletak di Landasan Ulin
Kalimantan Selatan. Tempat tersebut sangat di kenal oleh hampir seluruh
masyarakat Kalimantan Selatan akibat adanya PSK (Pekerja Seks
Komersial) yang banyak menghuninya. Pembatuan telah menjadi tempat
lokalisasi lebih dari 15 tahun. Hampir keseluruhan PSK di tempat tersebut
merupakan warga non-lokal atau berasal dari luar Pembatuan bahkan luar
Kalimantan Selatan. Beberapa di antaranya berasal dari Dolly. Banyak
pengusaha yang mengambil peluang untuk menjalankan bisinis di tempat
tersebut seperti membangun karaoke, penjualan miras dan ekstasi, maupun
panti pijat dan warung makan plus-plus. Omset yang di dapatkan para PSK
dari setiap pria hidung belang berjumlah Rp. 400.000 tergantung dari
bonus yang di dapatkan dan kebaikan hati pelanggan. Jumlah tersebut
masih belum benar-benar mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

para PSK, karena jumlah PSK lebih banyak di bandingkan jumlah
pelanggan yang datang perhari. Persaingan sersebut mengakibatkan
minimnya pendapatan sehingga berakibat buruk terhadap pemenuhan
kebutuhan baik kebutuhan primer maupun sekunder.
Pada tanggal 15 November 2016, pembatuan resmi di tutup. Para
PSK telah di pulangkan. Beberapa pedagang kaki lima yang biasa menetap

juga diberikan kompensasi sehingga pembatuan semakin sepi. Namun,
tidak semua dari pedagang mau meninggalkan pembatuan. Beberapa telah
menetap lama sebagai pedagang makanan seperti kwitiau, nasi goreng,
nasi goreng, cap cay dan sate. Kini pembatuan telah sepi, sehingga
berpengaruh terhadap penjualan dan pendapatan para pedagang kaki lima
tersebut. Padahal pedagang juga bukan merupakan warga lokal, sama
halnya dengan para PSK, mereka juga merupakan warga luar Kalimantan.
Pemerintah memberikan uang kompensasi dengan harapan mereka juga
mau ikut pindah dan menambah modal untuk penjualan.
Studi pendahuluan di lakukan peneliti di daerah pembatuan dekat
rumah bordil Arema. Terdapat sepasang suami-isteri yang biasa menjual
makanan seperti kwetiau, nasi goreng, dan mie goreng. Pedagang tersebut
memang telah lama berjualan di tempat tersebut. Mereka menggunakan

warung yang telah di tutup sebagai tempat berjualan dan meletakkan
grobak di depan teras warung tersebut. Mereka berjualan hanya di malam
hari. sepanjang observasi peneliti, selama tujuh hari tempat tersebut
memang tidak pernah sepi sebelum peresmian penutupan pembataun.
Akan tetapi, beberapa hari setelah peresmian, mungkin dalam satu malam
hanya ada 4-7 orang pembeli saja. Turun drastis hingga 75% dari jumlah
pembeli yang biasanya. Karena alasan tersebutlah peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai preferensi pedagang kaki lima di
lokalisasi pembatuan yang telah ditutup.
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa masih ada pedagang kaki lima yang menetap untuk berjualan
di pembatuan?
2. Apakah peresmian penutupan lokalisasi pembatuan tidak berpengaruh
terhadap penjualan dan pendapatan pedagang?
3. Apakah daerah pembatuan memiliki makna tersendiri bagi pedagang
kaki lima yang telah lama berjualan?

C. Tujuan
1. Mengentahui alasan pedagang kaki lima yang menetap di pembatuan
setelah peresmian penutupan lokalisasi pembatuan

2. Mengetahui pengaruh peresmian penutupan lokalisasi pembatuan
terhadap penjualan dan pendapatan pedagang
3. Mengetahui mengenai makna daerah pembatuan memiliki makna
tersendiri bagi pedagang kaki lima yang telah lama berjualan.

BAB II
LANDASAN TEORI

Preferensi berasal dari kata preference (Inggris) yang artinya, lebih suka.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), preferensi diterjemahkan sebagai
kecenderungan untuk memilih sesuatu dari pada yang lain. Menurut Kramer
(1995), Anward (1995), dan Malinowski dan Thurber (1996) preferensi adalah
sikap atau perasaan suka-tidak suka, atau memilih – tidak memilih. Strumse
(1996) juga menyatakan preferensi adalah masalah suka – tidak suka. Tapi dia
juga mengungkap adanya dimensi persepsi dalam preferensi. Oleh karena itu
menurutnya, pernyataan preferensi bisa saja bersifat emosional, tapi dalam proses
pengambilan keputusannya melalui suatu proses kognitif yaitu persepsi.
Menurut Porteus (dalam Saputra, 2000:10), Preferensi merupakan bagian
dari komponen pembuat keputusan seorang individu. Dan komponen-komponen
tersebut adalah perception (Persepsi), attitude (sikap), value (nilai), preference

(Kecenderungan), dan satisfaction (kepuasan). Komponen tersebut saling
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Setiap individu memiliki
preferensi dalam menentukan berbagai pilihan untuk kebutuhannya. Simamora
(2004:87) mengungkapkan bahwa preferensi dapat dibentuk melalui pola pikir
konsumen (individu) yang didasari oleh 2 hal, yaitu pengalaman yang
diperolehnya dan kepercayaan turun temurun.
Maryati (2009:27) mengungkapkan bahwa preferensi bersekolah adalah
keinginan atau kecenderungan seseorang untuk bersekolah atau tidak bersekolah
yag dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu kondisi sekolah, lokasi sekolah
dan sosial ekonomi orang tua. Dan dijelaskan lagi oleh Maryati bahwa preferensi
masyarakat terhadap sekolah terbentuk melalui 2 tahap yaitu kesukaan dan
pemilihan sekolah.
1. Kesukaan yang dimaksud adalah pengelompokan sekolah-sekolah yang
menjadi favorit atau kesukaan dari peserta didik ataupun orang tua.
2. Pemilihan sekolah lebih mengarah pada penetapan atau keputusan dari
pengelompokan sekolah favorit yang sudah ditentukan sebelumnya. Dan
hal tersebut tentunya akan dikaitkan dengan faktor-faktor yang
berpengaruh. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa kedua

tahap preferensi tersebut sesuai dengan 3 komponen penentu keputusan

seseorang dalam memilih sesuatu yaitu nilai, sikap dan juga persepsi.

Preferensi di definisikan oleh Merriam-Webster sebagai suatu tindakan
untuk menyukai sesuatu lebih dari yang lain. Dengan perkataan lain, preferensi
adalah suatu ekspresi dari adanya suatu pilihan yang dilakukan secara subjektif,
oleh seseorang atau suatu kelompok dari pilihan-pilihan yang dimilikinya.
Biasanya, pilihan itu didasarkan kepada tujuan-tujuan dan kriteria-kriteria yang
dimilikinya. (dalam Mardiansyah., Sugiri., & Hayati, 2014).
Preferensi juga dapat di artikan sebagai kecenderungan dalam memilih
atau prioritas yang diinginkan (Maryati, 2009). Kaplan mengemukakan bahwa
salah satu sifat dasar dari suatu makhluk hidup adalah adanya pemilihan dan
kecenderungan/preferensi kepada tempat dan/atau kondisi lingkungan yang lebih
sesuai baginya untuk beraktivitas, berkembanng dan beradaptasi di dalam proses
kehidupan dan evolusinya. Kecenderungan seperti ini juga dimiliki oleh manusia,
termasuk kelompok-kelompok masyarakat secara lebih spesifik.
Dalam kerangka ini, kemudian Kaplan (1988) memandang bahwa
preferensi manusia kepada lingkungan sebagai suatu ekspresi bias (berdasarkan
persepsinya) untuk memilih unsur-unsur lingkungan dan ruang yang cocok dan
diharapkan dapat mendukung aktivitas-aktivitasnya dalam bertahan dan
mempertahankan diri beserta aktivitas-aktivitasnya. Oleh karena itu, studi tentang

preferensi merupakan suatu proses kognitif yang sangat penting di dalam
kehidupan dan evolusi manusia (Sulivan III, 1994; dalam Mardiansyah., Sugiri.,
& Hayati, 2014).

BAB III

PEMBAHASAN
Pembatuan yang kini telah tutup tentu mempengaruhi baik penjualan
maupun pendapatan subjek. Para PSK telah dipulangkan, beberapa diskotik dan
rumah makan telah ditutup. Warga yang tinggal didaerah pembatuan menjadi
semakin sedikit. Namun begitu subjek masih tetap bertahan diakibatkan oleh
beberapa faktor seperti rasa nyaman karena telah lumayan lama berada
dipembatuan, tempat berjualan yang gratis, dan orang-orang yang telah dikenal.
Menurut Porteus (dalam Saputra, 2000:10), Preferensi merupakan bagian
dari komponen pembuat keputusan seorang individu. Dan komponen-komponen
tersebut adalah perception (Persepsi), attitude (sikap), value (nilai), preference
(Kecenderungan), dan satisfaction (kepuasan). Komponen tersebut saling
mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Seperti yang telah
disebutkan bahwa persepsi subjek bahwa berjualan dipembatuan masih jauh lebih
baik karena tempat berjualan yang gratis karena kalau berjualan ditempat lain

harus membayar biaya tempat, harus bersaing dengan lebih banyak orang, harus
beradaptasi lagi, dan mulai mencari pelanggan baru sehingga subjek cenderung
mempersepsikan bahwa berjualan dipembatuan masih lebih baik terlebih dari
aspek afektif subjek. Subjek bersikap acuh terhadap keadaan bahwa pembeli
menjadi jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya maupun pendapatan yang
semakin berkurang karena rasa nyaman tersebut. Kemudian, kepuasan yang
dimiliki subjek terkait dengan apa yang telah disediakan oleh tempat tersebut
selama ini. Sehingga pada ahirnya subjek memiliki pandangan yang lebih kuat
bahwa berjualan dipembatuan masih lebih baik dibandingkan berjualan ditempat
lain.
Strumse (1996) juga menyatakan preferensi adalah masalah suka – tidak
suka. Tapi dia juga mengungkap adanya dimensi persepsi dalam preferensi. Oleh
karena itu menurutnya, pernyataan preferensi bisa saja bersifat emosional, tapi
dalam proses pengambilan keputusannya melalui suatu proses kognitif yaitu
persepsi.

Sesuai dengan yang telah disampaikan mengenai persepsi subjek bahwa
berjualan dipembatuan masih jauh lebih baik karena tempat berjualan yang gratis
karena kalau berjualan ditempat lain harus membayar biaya tempat, harus
bersaing dengan lebih banyak orang, harus beradaptasi lagi, dan mulai mencari

pelanggan baru sehingga subjek cenderung mempersepsikan bahwa berjualan
dipembatuan masih lebih baik terlebih dari aspek afektif subjek.
Dengan perkataan lain, preferensi adalah suatu ekspresi dari adanya suatu
pilihan yang dilakukan secara subjektif, oleh seseorang atau suatu kelompok dari
pilihan-pilihan yang dimilikinya. Biasanya, pilihan itu didasarkan kepada tujuantujuan dan kriteria-kriteria yang dimilikinya. (dalam Mardiansyah., Sugiri., &
Hayati, 2014). Dari penjelasan tersebut, maka ditemukan bahwa preferensi
merupakan suatu pilihan yang dilakukan secara subjektif oleh seseorang maupun
suatu kelompok didasarkan oleh tujuan maupun kriteria yang dimiliki. Seperti
dipembatuan saat ini, sebenarnya cukup banyak padagang kaki lima yang
memutuskan untuk mencari tempat lain sebagai lahan berjualan. Perbedaan
pendapat untuk bertahan maupun berpindah tempat merupakan suatu pilihan yang
dilakukan secara subjektif sehingga setiap orang tidak akan memeberikan
keputusan yang sama, melainkan berbeda-beda tergantung tujuan dan kriteria
individu tersebut.

BAB IV
SIMPULAN
Tempat berjualan subjek sekarang telah memberikan rasa nyaman kepada
subjek sehingga subjek tidak ingin atau masih belum ingin berpindah tempat.
Pandangan subjektif subjek menyebabkan subjek tetap bertahan meskipun ada

pedagang kaki lima yang telah berpindah tempat. Persepsi subjek sendiri bahwa
mencari tempat baru maka akan mengeluarkan biaya tempat berjualan,
beradaptasi lagi, mencari pelanggan lagi, menambah banyak saingan akan
memberikan dambak yang jauh lebih buruk dibandingkan jika subjek tetap
bertahan ditempat tersebut. Subjek telah merasa puas terhadap untuk tetap
berjualan ditempat tersebut. Oleh sebab itu, berjualan dipembatuan cenderung
lebih baik dan lebih disukai subjek meskipun warga yang tinggal ditempat
tersebut kini jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya dan tempat hiburan yang
kurang menyebabkan pengunjung baru juga jarang sekali datang.

Daftar Pustaka
Anward, H. H. 2009. Arti dan Evaluasi Terhadap Tempat Tinggal. Banjarbaru:
Universitas Lambung Mangkurat.
http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/09/10/oda79x382-kemensosakan-tutup-3-lokalisasi-di-kalimantan-selatan di Akses pada tanggal 27
November 2016
Mardiansyah., Sugiri., & Hayati. (2014). Persepsi dan preferensi stakeholder lokal
terhadap pembangunan kota semarang. Riptek. 8 (2) : 83-122.
Maryati, Sri. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat
dalam memilih sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) di kota
Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Widodo, A. J. (2014). Analisis preferensi pengunjung kedai kopi terhadap menu
kedai kopi di kota semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN
Verbatim
Ket
A

: Pewawancara

B

: Subjek 1

C

: Subjek 2

A

: Selamat malam Pak... Bu...

B

: O iya nak... mau pesen apa?

A

: Biasa bu, mie kwitiyau satu porsi... Ini saya mau sekalian wawancara
boleh minta waktunya bu?

B

: Wah, wawancara opo yo mas?

A

: Wawancara penelitian bu, jadi saya punya judul penelitian “Preferensi
Pedagang Kaki Lima terhadap pembatuan”...

B

: Jadi ini gimana?

A

: Saya mau wawancara salah satu dari bapak atau ibu, tapi nanti bapak atau
ibu bisa menambahkan juga sih...

B

: Kalau gitu saya sama aja mas, bapak iseh masak nasi goreng...

C

: Sama ibu nya disek yo mas... ngko tak tambahi... hehe...

A

: Saya dah sering kesini tapi belum pernah tau nama bapak sama ibu, bisa
kenalan lagi?

B

: O iya mas. Bisa... nama ibu ini bu Sutinah kalau nama bapaknya pak
Wanto...

A

: Asalnya dari?

B

: Asal tinggal di sini atau gimana mas?

A

: Oh ibu ini rumah nya asli disini toh bu?

B

: Ya saya ada rumah disini mas, ngontrak sebenarnya. Di Jawa juga ada
rumah.

A

: Kalau di sini, tinggalnya dimana nie bu?

B

: Tinggal neng cedek bundaran kono mas...

A

: Sebelum atau sesudah bundaran bu?

B

: Sebelum bundaran, depan Apotik.

A

: Oo.. Apotik yang di sebelah kiri jalan dari sini itu ya bu?

B

: Enggeh mas...

A

: Kalau nama saya Alfatih, saya mahasiswa psikologi ULM.

B

: Oo... Mas Alfatih...

A

: Iya bu... nah bu langsung saya mulai pertanyaannya ya?

B

: O iya mas, monggo... silahkan...

A

: Kenapa sih bu masih tetap bertahan disini, bukannya kemaren udah di
kasih dana ya bu’ buat tambahan modal jualan di tempat lain? Kalau tidak
salah tanggal 15?

B

: Iya, sudah... Tapi kami itu gak tau tempat yang lain itu dimana lho mas...
dan suasana di tempat lain itu juga gak seperti disini...

A

: Kan bisa aja jualan di pasar ulin bu atau di dekat Apotek Hercules situ
yang di bundaran belok kiri dari sini...

C

: Kalau di pasar ulin harus bayar ini itu mas, repot. Kalau di jalan Hercules
situ saingannya banyak, kalau hujan juga repot... Kami sudah nyaman
disini lho mas...

A

: Bapak sama Ibu sudah lama ya berjualan disini?

B

: Ya kira-kira tahun 2009 kami kesini, ke kalimantan, terus keliling, baru
sebulan setelah itu kami tau tempat ini dan berjualan sampai sekarang ya
pak...

C

: Iya, bapak sama ibu nyari tempat dulu disini, kebetulan ada warung ini
kalau malam kan tutup. Jadi, kami minta ijin berjualan disini.
Alhamdulillahnya gratis. Jadi gak perlu mikir biaya tempat...

A

: Wah, sudah Jadi sudah sekitar 7 tahunan ya bu berjualan disini?

B

: Iya, sekitar 7 tahunan lebih...

A

: Kok gak kepikiran untuk mencari ditempat lain bu?

B

: Sudah cocok disini lho mas...

C

: Ini mas, pesenannya tadi...

A

: Iya, makasih pak, ini saya sambil makan lho... hehe

B

: Iya, gak papa mas....

A

: O iya, tadi itu cocok gimana bu?

B

: Tempat sudah ada, gratis meneh. Pembeli banyak. Ra adoh tekan
kontrakan.

A

: Tapi, sekarang kan lokalisasi pembatuan sudah di tutup bu? Bukannya itu
berpengaruh terhadap pendapatan ibu?

B

: Iyo sih mas, sekarang pembeli semakin sedikit. Gak kayak dulu lagi,
soalnya biasanya yang beli banyak itu kan pegawai Arema disana itu mas.
Pelanggan-pelanggan disini juga banyak yang sekalian pesan makanan
disini, jadi dulu banyak pembelinya. Sekarang, karena hiburan wis gak
enek, pelanggan dari mbak-mbak nya itu juga gak enek, ya makin sepi...

A

: Jadi, berpengaruh terhadap pendapatan ibu juga ya?

B

: Iyo... makanya bapak cuma sedikit bawa bahan mas.... sekarang nasi
sama mie nya sampai tengah malam ya masih sisa, kalau dulu kan sampai
jam 10 aja dah habis...

A

: Nah, bukannya malah lebih baik nyari tempat yang baru yang lebih
banyak pembeli nya?

B

: Tempat yang lain banyak yang bayar mas, lagian kalau di tempat ini kan
sudah tau lama orang-orang nya...

A

: Kan orang-orangnya sudah banyak yang dipulangkan bu?

B

: Penduduk yang asli sini maksdunya mas.... kan yang tinggal disini gak
cuma yang kerja begituan aja toh? Hehe

A

: Iya sih bu... Jadi, karena tempatnya nyaman, gratis, terus sudah mengenal
orang-orang sini ya bu. Sehingga bapak sama ibu merasa tempat ini lebih
baik dari tempat yang lain?

B

: Iya mas, karena sudah lumayan lama tinggal disini juga...

C

: Meskipun penjualnya gak seperti dulu, tapi cukuplah untuk kebutuhan
sehari-hari...

A

: Kalau boleh tau, tempat ini ada makna tersendiri gak sih bagi ibu?

B

: Maksdunya gimana yo mas?

A

: Maksud saya, pembatuan ini bagi ibu atau bapak pribadi seperti apa
selama berjualan disini?

B

: Ya, rame mas. Selama ini, pas belum ditutup... rame banget... suasananya
itu gak pernah sepi... ada aja orang baru... Pelanggan tetap disini juga ada.
Adit sama Guntur itu sering banget beli di sini....

A

: Tanggapan bapak sama ibu bagaimana ketika pertama kali ada isu bahwa
lokalisasi pembatuan akan ditutup?

B

: Pertamanya ya gak percaya mas, masa pembatuan mau ditutup... lagian
meskipun ditutup pasti banyak sekali yang melakukan praktek secara
sembunyi-sembunyi....

A

: Tapi...?

B

: Tapi ternyata, beneran ditutup dan banyak yang dipulangkan... banyak
baliho dipajang dimana-mana... rajia terus-terusan.... ibu kira ya gak bakal
kayak gitu....

A

: Kemudian, bagaimana perasaan ibu sekarang mengetahu bahwa
lokalisasi pembatuan memang benar ditutup dan pekerja disini banyak
yang telah dipulangkan?

B

: Ya sebenarnya sedih soalnya tambah sepi lho mas, akeh sing wis akrab
juga, pelanggan tetap juga. Tapi akan dipulangkan, ya mau gimana lagi...
itu kan sudah diatur sama pemerintah... rakyat kecil ini ya menjalankan
aja...

A

: Lalu sekarang ada gak bu harapan ibu untuk keadaan ibu dan bapak saat
ini?

B

: Ya, saya berharap agar usaha kami ini makin lacar makin banyak
pembeli...

A

: aamiin... Ya udah kalo gitu bu, terimakasih lho untuk waktunya bu...

B

: Oo nggih, sama-sama mas...

A

: Selamat malam bu...

B

: Iya, mas...