BAB V PEMBAHASAN - HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA BUKU KEAGAMAAN ISLAM DENGAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA KELAS VIII MTsN 1 TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB V
PEMBAHASAN

A. Kebiasaan Membaca Buku Keagamaan Islam Siswa Kelas VIII MTsN 1
Tulungagung.
Dari hasil uji hipotesis dapat diketahui hasil mean kebiasaan membaca buku
keagamaan islam sebesar 99,1, varian 151,112 dan standar deviasi sebesar 12,
293. Kemudian kecenderungan kebiasaan membaca diukur dengan rumus
patokan pengukur kecenderungan dan mendapatkan hasil kebiasaan membaca
buku keagamaan islam kelas VIII di MTsN 1 Tulungagung dalam kategori
tinggi dengan frekuensi sebanyak 5 responden (10%), yang berkategori sedang
dengan frekuensi sebanyak 39 responden (78%), dan yang berkategori rendah
dengan frekuensi 6 responden (12%). Dari kategori tersebut dapat dinyatakan
bahwa kebiasaan membaca buku keagamaan islam siswa kelas VIII di MTsN 1
Tulungagung adalah cukup atau sedang dengan presentase 78%. Penelitian ini
mengukur tingkat kebiasaan membaca berdasarkan landasan teoretik dari
Danifil yang menyatakan bahwa kebiasaan membaca merupakan aktivitas
sukarela karena kegiatan membaca merupakan kebutuhan pribadi. Aktifitas
membaca dapat dikatakan kebiasaan apabila seseorang dengan sendirinya
terangsang untuk membaca pada situasi dan kondisi seperti waktu, tempat, dan
jenis bacaan dapat terpenuhi. Indikator tradisi membaca seseorang dapat diukur

dari sering

113

114

tidaknya (frekuensi), lama tidaknya (waktu), jenis bacaan (ragam), cara
memperoleh (kiat, dan jurus-jurus membaca), dan daya serap. 71
Dengan hasil yang dinyatakan diatas dapat dipahami siswa kelas VIII MTsN
1 Tulungagung memiliki kebiasaan membaca buku keagamaan islam yang
cukup, hasil penelitian ini ada kesamaan dan juga perbedaan dengan hasil
penelitian Siti Nur Kumala dengan judul Korelasi antara Kebiasaan Membaca
dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS di Madrasah Aliyah Negeri 2
Tulungagung. Pendapatan hasil positif kebiasaan membaca buku siswa dalam
penelitiannya dikarenakan sekolah yang ia teliti menyediakan fasilitas
perpustakaan dengan buku yang beraneka ragam, sedangkan pada hasil
penelitian pada observasi penelitian skripsi kali ini juga mendapatkan hasil yang
sama yaitu sekolah menfasilitasi perpustakaan dengan aneka ragam buku
bacaan keagamaan islam namun pada saat jam istirahat perpustakaan tidak di
datangi oleh banyak siswa, namun beberapa diantaranya. Dari hasil analisis

deskripsi dapat dipahami bahwa siswa kurang tertarik membaca buku
diperpustakaan sekolah, namun lebih dari setengah siswa memiliki buku
keagamaan islam selain buku mata pelajaran yang diwajibkan sekolah serta
berusha memiliki buku keagamaan islam secara pribadi dan hampir setengah
siswa menjawab menyediakan jadwal khusus membaca buku keagamaan islam
serta tidak ada siswa yang menjawab sangat tidak setuju dengan menyediakan
jadwal khusus untuk membaca buku keagamaan islam.

71

Danifil, Kemampuan Membaca Bahasa..., hlm. 60-61

115

Dari hasil tersebut maka dapat di ketahui memberikan ragam buku bacaan
pada fasilitas perpustakaan tidak menjamin akan menumbuhkan keinginan
untuk membiasakan membaca siswa secara keseluruhan. Namun perlu adanya
kenyamanan tempat yang memungkinkan siswa tertarik membaca di
perpustakaan sekolahnya.
Kemudian kebiasaan membaca buku keagamaan islam siswa kelas VIII

MTsN 1 Tulungagung yang dinilai sedang atau cukup ini masih perlu di
tingkatkan lagi, karena kebiasaan membaca sejak dini ternyata dapat menggali
bakat dan potensi anak. Membaca juga memacu daya nalar dan melatih
konsentrasi.72 Maka dari itu dapat dipahami bahwa kebiasaan membaca,
terutama membaca buku keagamaan islam, isinya memuat tentang agama yang
di yakini umat muslim dan di dalamnya terdapat ajaran akhlak mulia
berpedoman hidup serta berbagai ilmu baik dunia dan akhirat memegang
kekuatan penting untuk menumbuhkan sikap pemikiran pribadi siswa, untuk
meningkatkan kebiasaan membaca buku keagamaan islam maka di butuhkan
minat. Dalam hal ini tentu saja seseorang yang menaruh minat pada suatu
bidang akan lebih mudah mempelajari bidang tersebut. Sekalipun seseorang itu
mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat ia tidak akan
mengikuti proses belajar.73 Minat dianggap penting bagi manusia, karena minat
merupakan salah satu faktor yang membantu dan mendorong manusia untuk
mencapai tujuannya. Minat atau perhatian merupakan pemusatan atau

72
Shofaussamawati, “Menumbuhkan Minat Baca dengan Pengenalan Perpustakaan
Pada Anak Sejak Dini”, Jurnal Perpustakaan Libraria, Vol. 2 No. 1, Januari-Juni 2014, hlm. 51
73

Sobur Alex, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 136

116

kosentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau
sekumpulan obyek. Obyek yang menjadi perhatian akan betul-betul disadari
oleh individu, dan akan betul–betul jelas bagi individu yang bersangkutan.
Selanjutnya minat merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan
mendorong individu beraktivitas dalam mencapai tujuan tertentu, disertai
dengan perasaan. Minat lebih bersifat aktif yang akan menyebabkan individu
lebih memperhatikan terhadap obyek yang diminatinya. Tidak adanya minat
pada diri seseorang terhadap suatu kegiatan akan menimbulkan kejenuhan. Oleh
karena minat membaca sangat berpengaruh pada kebiasaan membaca dan
kebiasaan belajar anak maka unsur

ini harus memperoleh perhatian dari

orangtua, guru dan lembaga pendidikan.74 Untuk itu peran orangtua, guru dan
lembaga pendidikan harus memberikan kontribusi pemahaman bagi anak yang
memuat pandangan bahwa membiasakan membaca itu sangatlah penting.

Dawson dan Bamman dalam bukunya Rachman mengemukakan beberapa
faktor yang mempengaruhi minat baca yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan dan manfaat yang diperoleh setelah membaca, yaitu rasa aman,
status dan kedudukan tertentu, kepuasan afektif dan kebebasan yang sesuai
dengn kenyataan serta tingkat perkembangan siswa, kebituhan itu
berpengaruh pada pilihan dan minat baca masing-masing individu.

F.A Wiranto, Perpustakaan Sekolah Sebagai Arena Pengembangan Diri Siswa,
(Semarang: Unika Soegiyapranata, 2008), hlm. 93
74

117

2. Tersedianya saran buku bacaan keluarga merupakan salah satu pendorong
terhadap bacaan dan minat baca siswa dan kemungkinan bahwa minat baca
juga didorong oleh status sosial ekonomi keluarga.
3. Faktor guru berperan dalam menumbuhkan minat baca setiap individu
karena dengan informasi yang menarik tentang sebuah buku, maka siswa
akan tertarik untuk membacanya dan sekaligus memperoleh sumber
informasi.ragam bacaan yang disenangi akan meningkatkan minat baca.

4. Tersedianya sarana dan prasarana perpustakaan, jumlah dan ragam bacaan
yang disenangi akan meningkatkan minat baca murid.
5. Faktor jenis kelamin juga berfungsi sebagai pendorong perwujudan
pemilihan buku bacaan dan minat baca murid.
6. Saran-saran teman sekelas sebagai faktor eksternal dapat mendorong minat
baca murid.75
Untuk meningkatkan kebiasaan membaca buku keagamaan islam pada
anak, maka beberapa usaha yang perlu digunakan yaitu:
1. Tumbuhkan minat baca sejak dini. Hal ini bisa dilakukan dengan bermain
sambil membaca.
2. Sediakan buku-buku yang diminati oleh anak.
3. Jangan memaksa anak untuk selalu membaca.
4. Letakkan buku yang disukai oleh anak ditenpat yang mudah dijangkau
oleh anak.

Rachman, abd. dkk, Minat baca murid SD Di Jawa Timur, (Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1985), hlm. 6
75

118


5. Pilih buku yang mendidik anak kepada hal-hal yang baik, karena anak
sangat rentan disusupi hal-hal yang tidak baik.
6. Biasakan anak saling tukar buku satu sama lain, atau mengajak anak
keperpustakaan untuk mengatasi ketidak mampuan dalam membeli buku.76
Dari hasil pemaparan dapat di pahami sebagai awal dalam proses
pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam
menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam
dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya
semenjak ia mulai melangkah dewasa.77 Pembiasaan yang terbukti baik
dilakukan untuk masa depan pribadi anak salah satunya dengan membiasakan
membaca buku keagamaan islam. Namun bila usaha yang dilakukan untuk
memberikan pembiasaan untuk mendekatkan diri pada agama islam salah
satunya dengan membaca buku keagamaan islam tidak ada, maka di
khawatirkan berdampak pada kepribadian yang kurang baik pada pribadi siswa.
Hal ini sesuai pandangan bahwa apabila si anak tidak terbisa melaksanakan
ajaran agama terutama ibadah (secara konkrit seperti sembahyang, puasa,
membaca Al Qur’an, dan berdoa) dan tidak pula dilatih atau dibiasakan
melaksanakan hal-hal yang di suruh Tuhan dalam kehidupan sehari-hari serta
tidak dilatih untuk menghindari larangan-Nya maka pada waktu dewasanya

nanti ia akan cenderung kepada acuh tak acuh, anti agama bagi dirinya, tetapi

76
Dwi Sunar Prasetiono, Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini,
(Jogjakarta: Think , 2008), hlm. 151-161
77
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hlm. 110

119

sebaliknya anak yang banyak mendapat latihan dalam pembiasaan agama pada
waktu dewasanya nanti akan semakin merasakan kebutuhan agama.78
B. Adakah Hubungan Kebiasaan Membaca Buku Keagamaan Islam dengan
Kepribadian Islami Siswa MTsN Tulungagung.
Berdasarkan analisa pada tabel interprestasi koefisien korelasi nilai r dapat
di peroleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sedang atau cukup antara

kebiasaan membaca buku keagamaan Islam dengan kepribadian islami
siswa sebesar 0,625. Dengan besar sumbangan koefisien diterminan

sebesar 39%. Hal ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan ada
hubungan antara kebiasaan membaca buku keagamaan Islam dengan
kepribadian islami siswa kelas VIII MTsN 1 Tulungagung dapat diterima.
Sesuai dengan hasil penelitian Yusfita Dyah Erviana Sari dengan judul
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk
Kepribadian Muslim di SMPN 1 Sumbergempol maka sama-sama
mendapatkan hasil bahwa untuk membentuk kepribadian islami atau
pribadi seorang muslim maka di butuhkan pembiasaan, pembiasaan yang
ditemukan pada hasil penelitian Yusfita Dyah Ervina Sari yaitu berupa
melakukan

kegiatan

keagamaan

atau

dapat

dikatakan


dengan

menciptakan lingkungan yang reigius di lingkungan sekolah, masyarakat
maupun lingkungan rumah. Namun dalam penelitin yang diteliti kali ini

78

Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang Cet ke 19), hlm. 64

120

lebih memunculkan pandangan bahwa pembiasaan religius berupa
kebiasaan membaca buku keagamaan islam berpengaruh terhadap
kepribadian islami siswa.
Siswa yang memiliki kebiasaan membaca di pandang berkecenderungan
memberikan perhatian lebih besar terhadap bacaan. Sehingga dengan
perhatian tersebut akan mendorong siswa secara rutin membaca buku.
Kebiasaan membaca di dalam pemaparan ini dipandang sebagai kebutuhan
pribadi dikarenakan orang yang memiliki ketertarikan dengan buku untuk

membaca dapat dilihat bahwa orang tersebut sedang mencari beberapa tujuan
yang ingin dicapainya, seperti memperoleh kesenangan atau kepuasan karena
telah memperbarui pengetahuannya tentang suatu pandangan ilmu baru yang
dirasa dapat menguatkannya sebagai pandangan hidup yang terus-menerus
dikaitkan dengan informasi yang telah di dapat.
Sehingga dalam tahapan ini dapat dipahami bahwa membaca buku
keagamaan islam menjadi sebuah kebiasaan yang terbawa oleh perasaan, dan
kemauan untuk membiasakan membaca. Hal ini sesuai dengan pandangan
Johnson dan Pearson bahwa komprehensi membaca merupakan suatu proses
yang hambatannya serupa dengan hambatan dalam mengingat dan
memecahkan masalah. Pemahaman membaca melibatkan bahasa, motivasi,
persepsi, pengembangan konsep, bahkan keseluruhan pengalaman. Selama
membaca, kita memberikan tanggapan kepada rangsangan yang bersifat

121

simbolik yakni kata-kata yang ada dalam bacaan.79 Karena membaca
merupakan kebutuhan pribadi maka juga sejalan dengan pandangan Mujamil
Qomar “gagasan apa pun yang melibatkan orang banyak untuk melakukan
sesuatu, sebaiknya dimulai dari penggagas itu sendiri”.80
Dari pemaparan tersebut dapat dilihat bahwa pembiasaan membaca buku
keagamaan islam merupakan suatu usaha kegiatan fisik yang menjadi sebuah
pembiasaan tingkah laku pribadi sebagai seorang muslim yang menginginkan
kepuasan akan ilmu agamanya yang kemudian di tampilkan sebagai tingkah
laku lahiriah dan batiniahnya. Hal ini sesuai dengan kajian teori yang
menyatakan prilaku kepribadian seseorang terbentuk melalui kebiasaan yang
bebas dan akhlak yang lepas (akhlak mursalah), pembentukan kepribadian dari
dalam diri (al-Nafs, ‘aql, qalb), pembentukan kepribadian lebih menguatkan
melalui pembinaan akhlak melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik terhadap
selain dirinya, baik pembentukan sosial dengan manusia, alam, dan juga pada
pembiasaan melakukan praktik ibadah kepada Allah.81
Dari sini dapat di ambil pandangan riwayat Abdullah bin Abbas, beliau
adalah sepupu dan sahabat Rasulullah yang hidup bersama Nabi, namun beliau
tetap mempelajari dan mengkaji kehidupan Nabi untuk beliau teladani. Bahkan
dari Ubdaidullah bin Utbah, ia mengabarkan bahwa Abdullah bin Abbas
radhiallahu’anhuma menyediakan waktu khusus dalam harinya untuk

Darmiyati Zuchdi, Strategi Meningkatkan KemampuanMembaca Peningkatan
Komprehensi, (Yogyakarta: UNY Press, 2008), hlm. 23
80
Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 188
81
Al-Mawardi dalam Suparman Syukur, Etika Religious..., hlm. 262
79

122

mempelajari sirah Nabi.82 Al-Qasim bin Muhammad mengatakan tentangnya,
bahwa ia tidak melihat di majelis Ibnu Abbas satu kebatilan pun, tidak pernah
mendengar fatwa yang lebih cocok dengan sunnah daripada fatwanya, para
muridnya menjuluki beliau Al-Bahr (lautan ilmu) dan Al-Habr (tinta).
Sehingga demikianlah, Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dijuluki Habrul
Ummah.83 Kemudian beliau juga seseorang yang senantiasa mengiringi Rasul.
Beliau menyiapkan air untuk wudhu Rasul. Ketika shalat, beliau berjama’ah
bersama Rasul. Apabila Rasul melakukan perjalanan, beliau turut pergi
bersama Rasul. Beliau juga kerap menghadiri majelis-majelis Rasul. Akibat
interaksi yang sedemikian itulah, beliau banyak mengingat dan mengambil
pelajaran dari setiap perkataan dan perbuatan Rasul. Dalam hal itu, Rasul pun
mengajari dan mendo’akan beliau. Bahkan pernah satu hari Rasul
memanggil ‘Abdullah bin ‘Abbas yang sedang merangkak-rangkak di atas
tanah, menepuk-nepuk bahunya dan mendoakannya, “Ya Allah, jadikanlah Ia
seorang yang mendapat pemahaman mendalam mengenai agama Islam dan
berilah kefahaman kepadanya di dalam ilmu tafsir.” Terkenal sebagai ulama
umat ini, Ibnu ‘Abbas membuka rumahnya sebagai majelis ilmu yang setiap
hari penuh oleh orang-orang yang ingin menimba ilmu padanya. Hari-hari
dijatah untuk membahas Al-Qur’an, fiqh, halal-haram, hukum waris, ilmu
bahasa, syair, sejarah, dan lain-lain. Di sisi lain, Ibnu ‘Abbas adalah orang yang
istiqomah dan rajin bertaubat. Beliau sering berpuasa dan menghidupkan
82
http://kisahmuslim.com/4975-sudahkah-anda-membaca-biografi-nabi.html, di akses
pada tanggal 01 April 2018 pukul 14:00
83
http://www.darussalaf.or.id/biografi/abdullah-bin-abbas-radhiallahu-anhuma-sangpenerjemah-quran/ di akses pada tanggal 01 April 2018 pukul 15:00

123

malam dengan ibadah, serta mudah menangis ketika menghayati ayat-ayat AlQur’an. ‘Abdullah bin Abbas juga seorang yang meriwayatkan sekitar 1.660
hadits. Dia sahabat kelima yang paling banyak meriwayatkan hadist
sesudah Aisyah. Beliau juga aktif menyambut jihad di Perang Hunain,
Tha’if, Fathu Makkah dan Haji Wada’. Selepas masa Rasul, Ia juga
menyaksikan penaklukkan Afrika bersama Ibnu Abu As-Sarah, Perang Jamal
dan Perang Shiffin bersama Ali bin Abi Thalib.84 Demikianlah, Ibnu ‘Abbas
yang menekuni ilmu dengan berfikir, membaca, menulis, serta mengamalkan
ajaran-ajaran yang dicontohkan Rosul sehingga ia memiliki kekayaan ilmu
yang luar biasa dengan pengetahuan serta akhlaq ulama.
Sehubung dengan pemaparan riwayat di atas penelitian ini juga
mengungkapakan penguatan pemahaman bahwa kebiasaan membaca itu
merupakan sebuah pembiasaan kepribadian diri yang berorientasi pada praktik
ibadah kepada Allah karena sesuai yang di paparkan pada kajian Al Quran.
Wahyu yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, surat Al-Alaq 1-5
adalah memerintahkan untuk membaca secara formal dan tegas, berarti
menempatkan kegiatan membaca sebagai posisi kunci guna memahami
berbagai keadaan, sehingga aktifitas membaca itu tidak mungkin bisa
ditinggalkan oleh siapapun yang ingin mendapat kemajuan dan kemandirian
dalam hidupnya.85
Dengan kata lain yang tersirat di dalam surat al ‘Alaq itu manusia adalah
mahluk yang pertama kali disebut Allah dalam al-Qur’an melalui wahyu yang
pertama. Manusia bukan saja diciptakan dari ‘alaq yang bermakna segumpal

http://www.al-arabiyyah.com/2014/10/biografi-abdullah-bin-abbas-ibnu-abbas.html di
akses pada tanggal 01 April 2018 pukul 15:10
84

85

Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm. 281-282

124

darah kemudian disempurnakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, atau
karena segala sesuatu dalam alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah
demi kepentingannya, tetapi juga karena kitab suci al-Qur’an dan ajaran yang
ada di dalamnya ditujukan kepada manusia guna menjadi pelita dalam
kehidupannya.86
Jadi dapat di pahami bahwa seorang yang memiliki kepribadian islami yang
baik ialah orang yang berusaha meningkatkan kualitas pribadinya guna
menjadikan kehidupannya lebih di cintai Allah, karena orang yang seperti itu
sadar bahwa hal yang dilakukannya merupakan suatu bentuk ibadah
pendekatan diri kepada agama islam, salah satu pendekatan itu dengan
membiasakan membaca buku keagamaan islam yang juga di perintahkan di
dalam al Quran surat al ‘Alaq 1-5 dan orang yang memiliki kebiasaan membaca
dia memiliki kepribadian islami yang sadar akan hausnya ilmu agama
kemudian terus dikembangkannya dengan tambahan ilmu yang di dapat
melalui pembiasaan membaca buku keagamaan islam. Sejalan dengan
pembahasan ilmu agama tersebut juga sesuai dengan pandangan Quraisy
Shihab bahwa pengertian agama adalah sikap batinnya serta nampak dalam
ibadah yang dilakukannya dan bercermin pula dalam sikap kesehariannya.87
Maka paparan tersebut sesuai hasil penelitian siswa kelas VIII di MTsN
Tulungagung yang menghasilkan tingkat kebiasaan membaca buku keagamaan
islam cukup atau sedang maka hubungan kebiasaan membaca buku keagamaan

86
87

hlm. 210

M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah…, hlm. 397
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan anggota IKPAPI, 1993),

125

islam dengan perilaku islami siswa juga berkontribusi cukup atau sedang.
Dengan kata lain hasil hipotesis hubungan kebiasaan membaca buku
keagamaan islam siswa dengan kepribadian islami siswa diterima.