BAB II KAJIAN TEORI - KREATIVITAS GURU PAI DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN DI SMPN 3 KEDUNGWARU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB II
KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI
1. Tinjauan tentang Guru Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Guru merupakan sosok yang menjadi panutan dalam setiap
tingkah laku, ucapan, perkataan. Selain itu guru menjadi figur dalam
menjalani setiap kehidupan. Menurut pendapat Hamka dalam
tulisannya, memaparkan sebagai berikut:
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya
diindahkan atau dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh
atau diikuti. Ditilik dan ditelusuri dari bahasa aslinya,
Sansekerta, kata guru adalah gabungan dari kata “gu” dan “ru”.
“Gu” artinya kegelapan, kemudahan dan kekelaman.
Sedangkan “ru” artinya melepaskan, menyingkirkan, atau
membebaskan.1
Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa guru adalah
manusia yang berjuang terus menerus, untuk melepaskan manusia dari
kegelapan dengan menjadikan dirinya teladan atau figur yang baik bagi
anak didiknya.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional, menegaskan bahwa:
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan
1

Hamka abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), hal.

19

11

12

dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.2
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu
guru, guru harus memiliki standart kualitas pribadi tertentu yang
mencangkup tanggung jawab wibawa, mandiri, dan disiplin.3

Dalam bahasa arab Guru dikenal dengan al-mu’alim atau alustadz, yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis taklim. Artinya
guru adalah seseorang yang memberikan ilmu. 4
Pengertian guru dalam perspektif islam yang ditulis oleh
Marmo dan Idris dalam bukunya mengatakan bahwa,
Guru memiliki beberapa istilah, seperti Ustad, muallim, muaddib dan
murabbi. Istilah muallim lebih menekankan guru sebagai pengajar dan
penyampai pengetahuan (knowledge) dan ilmu (sciene), istilah
muaddib lebih menekankan guru sebagai pembina moralitas dan
akhlak peserta didik dengan keteladanan, sedangkan istilah murabbi
lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik aspek
jasmaniah maupun rohaniah. Sedangkan istilah yang umum dipakai
dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustad yang
dalam bahasa Indonesia berarti guru.5
Dari pengertian diatas dapat dimengerti bahwa guru dalam
islam tidak hanya sebagai penyampai materi pelajaran, tetapi juga
sebagai sumber spiritual, dan pembimbing yang biasa menjadi contoh
baik untuk perkembangan rohani dan jasmani, sehingga mampu
melahirkan anak yang berkualitas dan berakhlak mulia.
2


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional beserta Penjelasannya, (Jakarta: Cemerlang, 2003), hal.29
3
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal.
37
4
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 57
5
Marno dan M. Idris, Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), hal. 15

13

Dalam pendidikan agama Islam guru sangat di hormati. Guru
diposisikan sebagai orang „alim, wara‟, shalih, dan sebagai uswah.
Pada umumnya pendidikan agama identik dengan pendidikan
Islam. Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
suatu proses pengembangan potensi kreativitas peserta didik, bertujuan
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi
pekerti yang luhur, mandiri dan bertanggungjawab terhadap dirinya,
bangsa dan negara serta agama.6
Pendidikan Islam bersumber pada nilai-nilai agama Islam
disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai
nilai-nilai tersebut, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur‟an dan
al-Hadits. Dan yang menjadi sasaran dari pendidikan islam adalah
mengintegrasikan iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dalam
pribadi manusia di akhirat, hal ini sesuai dalam UU RI No. 20 tahun
2003, pada ketentuan umum disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.7
Dari pengertian tersebut tampak bahwa output pendidikan
adalah terbentuknya kecerdasan dan ketrampilan seseorang yang dapat
berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya masa

6


Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 3
7
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (SISDIKNAS): Beserta Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 3

14

depan bangsa dan negara ditentukan sejauh mana pendidikan bangsa
Indonesia dan seberapa kecerdasan maupun ketrampilan yang
dimilikinya untuk dapat membangun negaranya agar maju dan
berkembang.
Sedangkan agama dalam bahasa arab dikenal dengan Addin
artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Islam berasal dari
salima artinya selamat sejahtera dan aslama artinya patuh dan taat.
Agama Islam dengan demikian dapat diartikan sebagai agama selamat
sentosa atau agama yang bersih dan selamat dari cacatan lahir dan
batin, agama yang aman dan damai atau agama yang berdasarkan
kepada tunduk dan taat.8

Dan ada beberapa pendapat para tokoh mengenai pengertian
pendidikan agama Islam :
Menurut Abd Rahman Saleh pendidikan agama Islam adalah
usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai jalan kehidupan.9
Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah

8

Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005), hal. 12
9
Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004),
hal. 15

15


bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam.10
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka yang dimaksud
pendidikan agama Islam ialah upaya mendidikkan dan mengajarkan
ajaran agama Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits agar
menjadi pedoman hidup seseorang. Allah SWT berfirman:

ِ ُ ‫ُون ِل َي ْن ِف ُروا ََكّف َ ًة ۚ ّفَلَ ْو ََل ه َ َف َر ِم ْن‬
‫لُك ِّف ْرقَ ٍة ِمْنْ ُ ْم َطائِ َف ٌة ِل َيتَ َفّقَهُوا ِِف اّدلِ ِين َو ِل ُي ْن ِذ ُروا قَ ْو َمه ُْم ِإ َذا َر َج ُعوا ِإلَْيْ ِ ْم‬
َ ‫َو َما ََك َن الْ ُم ْؤ ِمن‬
‫ون‬
َ ‫ل َ َعلَه ُْم َ َْي َذ ُر‬
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.”11
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam

sangat penting untuk dipelajari. Karena di dalamnya mempelajari
tentang ajaran agama Islam yang dapat dijadikan sebagai pedoman
hidup manusia demi kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru
pendidikan agama Islam adalah orang dewasa yang bertanggunjawab
untuk membina, membimbing, mengembangkan jasmani dan rohani
anak didik ke arah yang lebih baik agar menjadi anak yang bertaqwa
kepada Allah swt, berakhlak mulia serta mampu melaksanakan

10

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 130
11
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 99

16

tugasnya sebagai khalifah di bumi, sehingga menghasilkan output
berkualitas dalam hal dunia maupun akhirat.


2. Tinjauan tentang Metode Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa.12 Dalam
pengertian lain,

pembelajaran

adalah

suatu kegiatan

yang

dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik.13 Kata pembelajaran adalah
terjemahan dari instruction

yang banyak dipakai dalam dunia


pendidikan di Amerika Serikat.14 Istilah ini juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah
siswa mempelajari segala sesuatu.
Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Mulyono,
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.15 Dan Menurut
UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan.
Jadi pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
12

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013), hal. 2
13
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Grafindo Litera Media,2009), hal.38-39
14
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 78

15
Mulyono, Strategi Pembelajaran, ( Malang: UIN Maliki Press, 2012), hal. 7

17

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah
membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilan proses
pembelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah
melakukan proses belajar. Dengan demikian guru tidak lagi berperan
sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang
membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.
b. Pengertian Metode Pembelajaran
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos.
Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dalam bahasa
Arab, kata metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah yang diambil seseorang pendidik guna membantu
peserta didik merealisaikan tujuan tertentu.16
Menurut Wina Sanjaya yang dikutip oleh Mulyono Metode
adalah “a way in achieving something”.17
Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baikbaik untuk mencapai suatu maksud. Berdasarkan definisi di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode merupakan jalan
atau cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.

16

Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar- Ruzz
Media, 2012), hal. 185
17
Ibid,. Mulyono, Strategi…, hal. 16

18

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh
oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan
pembelajaran dapat
macam

dicapai. Metode

pembelajaran bermacam-

jenisnya, setiap jenis metode pembelajaran mempunyai

kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu
macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa
metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses
belajar mengajar.
Menurut Nana Sudjana, terdapat bermacam-macam metode
dalam pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode resitasi, metode kerja kelompok, metode
demonstrasi dan eksperimen, metode sosiodrama (role-playing),
metode problem solving, metode sistem regu (team teaching), metode
latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), metode survai
masyarakat, dan metode simulasi.18

18

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Al-

Gesido,1989), hal. 78– 86.

19

c. Macam-macam Metode Pembelajaran
1) Metode Ceramah
a) Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode mengajar yang paling
tua umurnya dan paling banyak digunakan di sekolah-sekolah
dan dapat dipandang sebagai cara yang paling mengena bagi
usaha untuk penyampaian informasi.19
Metode

ceramah

ialah

suatu

metode

didalam

pendidikan dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian
materi kepada anak didik secara lisan.20 Metode ceramah
merupakan metode yang paling umum digunakan dalam
pembelajaran. Yang perlu diperhatikan, hendaknya ceramah
mudah diterima, isinya mudah dipahami serta mampu
menstimulasi pendengar (anak didik) untuk melakukan hal-hal
yang baik dan benar dari isi ceramah yang disampaikan.21
Metode pembelajaran akan berkaitan erat dengan tujuan yang
akan

dicapai.

pengetahuan

Seorang
dengan

guru

yang

tujuan

agar

mengajarkan
peserta

ilmu

didiknya

mendapatkan suatu pengetahuan yang bersifat kognitif.
Pada metode ini , guru menyajikan bahan melalui
penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik. Akhiri
19

Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT Bina Ilmu, 2004),
hal. 110-111
20
Zuhairini. Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), hal. 83
21

hal. 137

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),

20

ceramah dengan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.22
Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk: 23
a.

Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui
produk ceramah

b.

Menyajikan

garis-garis

besar

isi

pelajaran

dan

permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran
c.

Merangsang peserta didik untu belajar mandiri

d.

Memperkenalkan

hal-hal

baru

dan

memberikan

penjelasan secara gamblang
e.

Sebagai langkah awal untuk metode lain dalam upaya
menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik.

b) Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
1.

Kelebihan metode ceramah:
a.

Suasana kelas berjalan dengan tenang, karena murid
melakukan aktivitas yang sama sehingga guru dapat
mengawasi siswanya secara komprehensif.

b.

Praktis

dari sigi

persiapan dan media

yang

digunakan.
c.

Efisien dari segi waktu yang biaya, karena tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang

22

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005),

23

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),

hal. 114
hal 138

21

lama. Dengan waktu yang singkat siswa dapat
menerima pelajaran secara bersamaan.
d.

Mendorong guru untuk menguasai materi

e.

Lebih mudah mengontrol kelas.

f.

Organisasi kelas lebih sederhana.

g.

Melatih

siswa

untuk

menggunakan

indera

pendengarannya dengan baik, sehingga mereka dapat
menerima dan menyimpulkan isi ceramah dengan
baik dan tepat.
h.

Apabila penceramah berhasil baik, maka akan dapat
menimbulkan

semangat

dan

kreasi

yang

konstruktif.24
2.

Kelemahan metode ceramah:
a.

Guru sukar untuk mengetahui pemahan siswa tentang
pelajaran yang diberikan.

b.

Kadang-kadang

guru

sangat

mengejar

disampaikannya bahan yang sebanyak-banyaknya.
c.

Pendengar cencerung pasif.25

d.

Metode ini mengandalkan indera pendengaran.

e.

Mudah terganggu terhadap kebisingan.

f.

Faktor otak yang cepat melupakan informasi yang
didapat.

24

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 139
25
Zuhairini. Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,
1981), hal. 84

22

2) Metode Diskusi
a) Pengertian Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua atau lebih
individu yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
bersama. Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa
berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problem
untuk dibahas dan dipecahkan bersama.26Menurut Diknas
Metode diskusi adalah metode yang menghadapkan peserta
didik pada suatu masalah.27
Jadi

metode

diskusi

adalah

suatu

metode

pembelajaran yang diterapkan kepada peserta didik dengan
memberikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran
dan peserta didik saling berinteraksi antar anggota kelompok
untuk menyelesaikan masalah tersebut, lalu mempresentasikan
hasilnya.
Metode diskusi ada dua jenis yaitu diskusi kelompok
atau diskusi kelas (satu masalah diselesaikan oleh seluruh
siswa di kelas itu), dan diskusi kelompok kecil terdiri dari 3-7
peserta didik ( guru memberikan masalah dengan beberapa
submasalah, lalu tiap kelompok menyelesaikan submasalah
tersebut).

26
27

Dzamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 87

Direktorat Tenaga Kependidikan, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, (Jakarta:
Diknas, 2008), hal. 16

23

b) Kelebihan dan Kelemahan
Dalam metode diskusi ada kelebihan dan kelemahan,
a. Kelebihannya:
1) Dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif baik
sebagai partisipan, penanya, penyanggah, maupun
sebagai ketua.
2) Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, dan
gagasan dalam menyelesaikan masalah.
3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis .
4) Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan
menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan
kehendak sendiri.
5) Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik
drai pada keutusan sendiri.
b. Kelemahan:
1) Sulit menentukan topic maslah yang sesuai dengan
tingkat berpikir peserta didik dan yang memiliki
referensi dengan lingkungan.
2) Diskusi umumnya dikuasai oleh siswa yang gemar
membaca.
3) Siswa pasif cenderung melepas tanggungjawab.
4) Banyak waktu yang terbuang, tapi hasil tidak sesuai
tujuan.
5) Sukar diterapkan pada sekolah tingkat rendah seperti SD

24

c) Jenis- jenis Diskusi
Untuk dapat malaksanakan diskusi di kelas, seorang
Guru harus mengetahui terlebih dahulu tentang jenis-jenis
diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat menyesuaikan
jenis diskusi apa yang akan digunakan. Ditinjau dari sudut
formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi
digolongkan menjadi:28
a. Diskusi Formal
Diskusi ini terdapat pada lembaga-lembaga emerintahan
atau semi pemerintahan, dimana dalam diskusi itu perlu
adanya ketua dan penulis serta pembicara yang diatur
secara formal, contoh: sidang DPR 9.
Dan aturan yang dipakai dalam diskusi ini ketat dan
rapi. Jumlah peserta umumnya lebih banyak bahkan dapat
melibatkan seluruh siswa kelas. Ekspresi spontan dari
peserta biasanya dilarang sebab tiap

peserta yang akan

berbicara harus dengan izin moderator untuk menjamin
ketertiban diskusi.
b. Diskusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada
diskusidiskusi lainnya, karena sifatnya yang tidak resmi.
Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam
belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok- kelompok

28

Ibid., Mulyono, Strategi…, hal. 93-96

25

belajar dimana satu sama lain bersifat “Face to face
relationship”.
c. Diskusi Panel
Dalam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu:
peserta aktif dan

non-aktif. Peserta aktif langsung

melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif
hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini
terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki wakil-wakil
yang ditugasi berbicara atas nama kelompoknya.
d. Diskusi dalam bentuk Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas
suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
keahlian. Beberapa orang membahas berbagai aspek dari
suatu subjek tertentu dan membacanya didepan peserta
lainnya secara singkat sekitar 5-20 menit. Lalu peserta lain
ada yang menyanggah, dan bertanya. Dan diakhir
simposium pembaca menyimpulkan hasil diskusi saat itu.
Simposium

dilakukan untuk menambah wawasan luas

kepada peserta didik.
e. Lecture Discussion
Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu
persoalan, kemudian didiskusikan. Disini biasanya hanya
satu pandangan atau satu persoalan saja.

26

f. Whole Group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group
yang ideal

apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15

orang.
g. Buzz Group
Satu

kelompok

besar

dibagi

menjadi

beberapa

kelompok kecil, terdiri dari 4-5 orang .tempat diatur agar
siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan
mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran
dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran,
memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaanpertanyaan.
h. Sundicate Group
Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa
kelompokkecil terdiri dari 3-6 orang. Masing-masing
kelompok kecil

melaksanakan tugas

tertentu.

Guru

menjelaskan garis besarnya problema kepada siswa, guru
menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap
kelompok (sydicate) diberi tugas untuk mempelajari suatu
aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumbersumber informasi lain.
i. Rain Storming Group
Dalam

diskusi

ini

setiap

kelompok

harus

menyumbangkan ide ide baru tanpa dinilai segera. Setiap

27

anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar
yang

diharapkan

agar

anggota

kelompok

belajar

menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa
percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide
yang ditemukannya yang dianggap benar.
j. Fish Bowl
Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui
sebuah diskusi

dan tujuan diskusi ini adalah untuk

mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat
duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi
kosong menghadap kepeseta diskusi. Kelompok pendengar
duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat
ikan yang berada dalam mangkok ( fish bowl).
Sedangkan bila ditinjau dari segi pola pemusatan orang
yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode ini terbagi dua
yaitu :
a. Pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru)
Peranan guru disini adalah :
1.

Indikator : Peserta yang menampilkan agenda masalah
yang akan dijadikan topik diskusi.

2.

Direktur: Peserta yang mengarahkan pembicaraan pada
agenda masalah yang akan dibicarakan.

3.

Moderator: peserta yang diberi wewenangyang mengatur
laju pembicaraan para partisipan (siswa peserta).

28

4.

Evaluator: penilai partisipasi dan kemajuan para
partisipan baik sebagai individu dan kelompok.

b. Pola diskusi student centrality (terpusat pada siswa) Peran
siswa partisipan adalah sebagai berikut :
1.

Sebagai moderator : yang layak memimpin diskusi

2.

Kontributor : pemberi kontribusi pertanyaan, sanggahan,
saran dan sebagainya.

3.

Encourager : pemberi dorongan dan kesempatan kepada
sesama partisipan untuk turut aktif memberi kontribusi

4.

Evaluator

:

penilai

jalanya

pembahasan

dan

keputusan/kesimpulan/jawaban yang disodorkan oleh
guru sebagai moderator.
Masing-masing mempunyai ciri khas sendiri, tetapi
tidak mengurangi kontribusi aktif peserta.
d) Langkah- langkah Metode Diskusi 29
1. Perencanaan
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Menetapkan masalah yang akan dibahas.
d. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang

29

Ibid., hal. 97-98

29

kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas
diskusi seperti moderator, notulis dan tim perumus
manakala diperlukan.
2. Pelaksanaan
a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat
memengaruhi kelancaran diskusi.
b. Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi,
misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta
aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang
akan dilaksanakan.
c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah
memerhatikan

suasana

atau

iklim

belajar

yag

menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling
menyudutkan, dan lain sebagainya.
d. Memberikan kesempatn yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ideidenya.
e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan
yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab
tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi
melebar dan tidak fokus.

30

3. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Membuat

pokok-pokok

pembahasan

sebagai

kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
b. Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat
dari seluruh peserta diskusi sebagai umpan balik untuk
perbaika selanjutnya.
3) Metode Demonstrasi
a) Pengertian Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi merupakan metode yang sangat
efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan
usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar dalam
pembelajaran.
Menurut Anissatul “ metode demonstrasi adalah suatu
metode mengajar dengan jalan guru atau orang lain (yang
sengaja diminta) atau siswa sendiri yang memperlihatkan atau
mempertunjukkan gerakan-gerakan, suatu proses (bekerjanya
sesuatu, mengerjakan tindakan) dengan prosedur yang benar
disertai keterangan-keterangan kepada seluruh kelas.”30
Sedangkan menurut Syaiful dan Aswan “ metode
demonstrasi

adalah

cara

penyajian

pelajaran

dengan

meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suaru proses,
30

Anissatul Mufarokah, Strategi Belajar Mengajar, ( Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 90

31

situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik
sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan
penjelasan.31
Dari beberapa gagasan diatas yang dimaksud metode
demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan
memberikan kesempatan pada siswa untuk mempertunjukkan
aksinya ( tentang materi pelajaran).
Metode

demonstrasi

baik

digunakan

untuk

mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang
berhubungan dengan proses. Dengan metode ini proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan berkesan dan
mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan
sempurna.
b) Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi mempunya kelebihan dan kelemahan
sebagai berikut:
1. Kelebihan metode Demonstrasi
a. Dapat menghindari verbalisme, sebab siswa langsung
melihat dan memperhatikan bahan ajaran yang
dijelaskan
b. Perhatian peserta didik dapat dipusatkan pada hal yang
penting menurut pengajar

31

Ibid., Syaiful Bhari dan Aswan Zain, Strategi…, hal. 90

32

c. Peserta didik dapat membandingkan antara teori dan
kenyataan
d. Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan dengan hanya
membaca atau mendengarkan keterangan guru, karena
dengan demonstrasi siswa akan memperoleh persepsi
yang jelas dari hasil pengamatannya.
e. Peserta didik akan memperoleh pengalaman praktek
untuk mengembangkan ketrampilan dan kecakapan
f. Pertanyaan- pertanyaan peserta didik akan dapat
dijawab waktu demontrasi
2. Kelemahan metode demonstrasi
Selain kelebihan , metode demonstrasi juga memiliki
kelemahan diantaranya:
a. Metode ini memerlukan persiapan yang lebih matang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa
gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak
efektif.
b. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan
tempat yang memadai, sehingga memerlukan biaya
yang mahal
c. Memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang
khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional.

33

c) Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang
perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat dilaksanakan
dengan baik adalah:
1. Perencanaan
Hal yang dilakukan adalah:
a. Merumuskan tujuan yang jelas baik dari sudut
kecakapan kegiatan yang diharapkan dapat ditempuh
setelah metode demonstrasi berakhir.
b. Menetapkan

garis-garis

besar

langkah-langkah

demonstrasi yang akan dilaksanakan.
c. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.
d. Selama

demonstrasi

berlangsung,

seorang

guru

hendaknya introspeksi diri apakah:
1) Keterangan-keterangannya dapat didengar dengan
jelas oleh peserta didik.
2) Semua media yang digunakan ditempatkan pada
posisi yang baik sehingga setiap peserta didik dapat
melihat.
3) Peserta didik disarankan membuat catatan yang
dianggap perlu.
4) Menetapkan

rencana

kemampuan peserta didik.

penilaian

terhadap

34

2. Pelaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Memeriksa hal-hal di atas untuk kesekian kalinya.
b. Memulai demonstrasi dengan menarik perhatian
peserta didik.
c. Mengingat

pokok-pokok

materi

yang

akan

didemonstrasikan agar demonstrasi mencapai sasaran.
d. Memperhatikan

keadaan

peserta

didik,

apakah

semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
aktif memikirkan lebih lanjut tentang apa yang dilihat
dan

didengarnya

dalam

bentuk

mengajukan

pertanyaan.
f. Menghindari ketegangan, oleh karena itu guru
hendaknya

selalu

menciptakan

suasana

yang

harmonis.
d) Evaluasi
Sebagai

tindak

lanjut

demonstrasi sering diiringi

setelah

diadakannya

dengan kegiatan-kegiatan

belajar selanjutnya. Kegiatan ini dapat berupa pemberian
tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut.

35

3. Tinjauan tentang Kreativitas Guru
a) Pengertian Kreativitas Guru
Kreativitas adalah dinamika yang membawa perubahan yang
berarti, entah dalam dunia kebendaan, sunia ide, dunia seni atau
struktur sosial.32 Menurut Samiun yang dikutip oleh Retno Indayati
menyebutkan

“kreativitas

adalah

kemampuan

untuk

membuat

kombinasi baru diantara data atau hal yang sudah ada”.33 Menurut
Supriyadi yang dikutip oleh Yeni Rachmawati, kreativitas adalah
“kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa
yang telah ada.” 34
Kirton dan Morgan dalam buku karangan Wasty Soemanto
mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu sifat yang ada pada diri
setiap orang, hanya saja memiliki gradasi dan bertingkat, ada orang
yang sangat kreatif dan ada pula orang yang kreatif untuk dirinya
sendiri dan lingkungan kecil disekitarnya.35
Menurut Slameto yang paling penting dalam kreativitas itu
bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang
sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan
sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu

32

Julius Candra, Kreativitas: Bagaimana Menanam, Membangu, dan
Mengembangkannya, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 13
33
Retno Indayati, Kreativitas Guru dalam Proses Pembelajaran ( Tulungagung: STAIN
Tulungagung, 2002), h. 13
34
Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreatvitas pada Anak, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 210), h. 11
35
Wasty Soemanto dan Soetopo, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2002), hal. 9

36

yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya. 36 Jadi kreativitas
tidak hanya sesuatu hal yang baru, melainkan sesuatu yang sudah ada
dan dikombinasikan dengan yang ada sehingga menjadi unik dan
berbeda.
Kreativitas pada dasarnya telah ada dalam diri manusia sejak
mereka dilahirkan, tidak terbatas pada golongan tertentu. Dalam hal ini
sering disebut sebagai potensi. Potensi harus dikembangkan sebaikbaiknya agar dapat menjadi sebuah kelebihan yang dapat bermanfaat
untuk kebaikan dimasa depan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat An-Nahl ayat 78:37

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaab
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati agar kamu bersyukur”.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa manusia lahir sekalipun
tidak mengetahui sesuatu apapun tetapi oleh Allah telah diberi potensi.
Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengembangkannya
secara kreatif, karena setiap individu antara satu dengan yang lainnya
akan dapat berkembang secara wajar diantara mereka terdapat banyak
berbedaan mulai dari bentuk, jenis, maupun derajat. Pengembangan
kreativitas dapat dilakukan melalui proses belajar yang bermakna,
Slameto, Belajar dan Faktor –faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hal.146
37
QS. An- Nahl: 78
36

37

dimana proses belajar itu dengan melihat suatu masalah dari berbagai
sudut pandang, atau menguraikan suatu masalah atas beberapa
kemungkinan pemecahan.
Kreativitas sangatlah penting untuk perkembangan proses
pembelajaran,

oleh

karena

itu

seorang

guru

harus

mampu

menunjukkan proses kretivitas yang dimilikinya dalam setiap kegiatan
pembelajaran, agar pembelajaran lebih menarik.
b) Ciri-ciri Kreativitas
Menurut William, “Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua
aspek, yaitu ciri-ciri aptitude dan non aptitude traits”. Ciri-ciri
aptitude ialah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognitif atau proses
berpikir, sedangkan ciri-ciri non aptitude traits ialah ciri-ciri yang
lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Adapun uraian secara rinci
sebagai berikut:38
1.

Aspek kognitif
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan
berpikir kreatif atau ciri-ciri aptitude adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan berpikir lancar (fluency)
Keterampilan berpikir lancar tampak pada pribadi seseorang
yang mencetuskan banyak gagasan, memberikan banyak saran
untuk melakukan berbagai hal, serta selalu memikirkan lebih
dari satu jawaban atas suatu keadaan atau pertanyaan yang
membutuhkan penyelesaian.

38

S.C.U. Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1999), hal. 88-91

38

b. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
Keterampilan berpikir fleksibel tampak pada pribadi seseorang
yang mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, mampu mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara
pendekatan atau cara pemikiran.
c. Keterampilan berpikir orisinal (originality)
Keterampilan berpikir orisinal melekat pada pribadi seseorang
yang mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik,
mampu memikirkan cara yang tidak lazim dari bagian-bagian
atau unsur- unsur.
d. Keterampilan berpikir rinci atau memperinci (elaboration)
Keterampilan membuat rincian merupakan keterampilan yang
melekat pada pribadi seseorang yang mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta mampu
menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek,
gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
e. Keterampilan menilai (evaluation)
Keterampilan menilai artinya keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang yang mampu menentukan patokan penilain sendiri
dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana
sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil

39

keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta orang tersebut
tidak mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakan.
2.

Aspek afektif
a. Sifat berani mengambil resiko. Contohnya terdiri dari tidak
takut gagal atau kritik, berani membuat dugaan, dan
mempertahan pendapat.
b. Bersifat menghargai. Contohnya seperti mencari banyak
kemungkinan,

melihat

kekuranagan-kekurangan

dan

bagaimana seharusnya, dan melibatkan diri dari masalahmasalah atau gagasan-gagasan yang sulit.
c. Rasa ingin tahu, sifat rasa ingin tahu misalkan, suka
mempertanyakan sesuatu, bermain dengan suatu gagasan,
tertarik pada keghaiban, terbuka terhadap situasi, dan senang
menjajaki hal baru.
d. Imajinasi atau firasat, seseorang yang memiliki imajinasi atau
firasat maka ia mampu membayangkan, membuat gambaran
mental, merasakan firasat, memimpikan hal-hal yang belum
pernah terjadi, dan menjajaki di luar kenyataan indrawi.
Menurut Sri Narwati ciri-ciri guru yang kreatif adalah sebagai
berikut:39
a. Guru yang fleksibel
Kecerdasan yang majemuk, keragaman gaya belajar, dan
perbedaan karakter anak menuntut guru harus fleksibel. Guru

39

Sri Narwati, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Familia, 2011), hal. 11

40

harus luwes menghadapi segala perbedaan ini agar mampu
menumbuhkan segala potensi siswa.
b. Guru yang optimis
Guru kreatif adalah guru yang optimis bahwa setiap siswa
memang memiliki potensi dan setiap anak adalah pribadi yang
baik. Keyakinan guru bahwa interaksi yang menyenangkan
dalam pembelajaran akan mampu memfasilitasi siswa berubah
menjadi lebih baik dan akan berdampak pada perkembangan
karakter siswa yang positif.
c. Guru yang respect
Kita tidak bisa meminta siswa berlaku hormat, tetapi guru
tidak memperlakukan siswa pula. Guru hendaknya senantiasa
menumbuhkan rasa hormat di depan siswa sehingga mampu
memacu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran
sekaligus hal-hal lain yang dipelajari.
d. Guru yang cekatan
anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi oleh
guru yang aktif dan dinamis pula, sehingga bisa muncul saling
pemahaman yang kuat dan akan berdampak positif bagi proses
dan hasil pembelajaran.
e. Guru yang humor
humor-humor

yang

pembelajaran

tentunya

dimunculkan
akan

guru

menyegerkan

disela-sela
suasana

pembelajaran yang membosankan. Dengan humor-humor

41

yang segar akan membuat suasana pembelajaran menjadi
menyenangkan.
f. Guru yang inspiratif
Fasilitasilah setiap siswa agar mampu menemukan hal-hal
baru yang bermanfaat. jadikanlah setiap siswa menjadi pribadi
yang bermakna dengan menemukan sesuatu yang positif untuk
perkembangan kepribadiannya.
g. Guru yang lembut
Kelembutan akan menumbuhkan cinta dan akan semakin
merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika siswa
merasakan kelembutan setiap kali berinteraksi dengan guru
maka hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih
efektif.
h. Guru yang disiplin
Ketika seorang guru membuat kebijakan kedisiplinan, maka
ingatlah tujuan awal yang diharapkan terhadap perubahan
sikap siswa kearah yang lebih positif. Disiplin tidak harus
selalu identik dengan hukuman. Hukuman mungkin dapat
mengubah perilaku siswa sementara waktu, tetapi tidak
mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas perbuatannya.
i. Guru yang responsif
Guru

hendaknya

cepat

tanggap

terhadap

perubahan-

perubahan yang terjadi baik pada anak didik, sosial budaya,
ilmu pengetahuan maupun teknologi. Misalnya ketika muncul

42

demam facebook, maka guru harus kreatif memanfaatkannya
untuk mendukung pembelajaran.
j. Guru yang empatik
Guru yang empatik pastilah bisa memahami bahwa siswa yang
beragam memiliki kemampuan dan kecepatan beajar yang
berbeda. Dengan empatinya guru harus mampu membantu
siswa

yang

mungkin

kurang

cepat

dalam

menerima

pembelajaran.
k. Guru yang nge-friend dengan siswa
Kedekatan menguatkan ikatan. Jangan hanya jadikan siswa
sebagai teman dinas, tetapi jadikanlah siswa sebagai teman
sejati. hubungan yang nyaman antar guru dan siswa tentunya
akan membuat anak lebih mudah menerima pembelajaran dan
bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.
l. Guru yang penuh semangat
aneh rasanya ketika guru mengharapkan siswa belajar dengan
aktif, tetapi guru terlihat loyo , makaguru harus memancarkan
semangat saat guru memotivasi siswa.
m. Guru yang komunikatif
Guru kreatif tentunya tidak sekkedar menjalin komunikasi
dengan siswa yang hanya ada kaitannya dengan profesi,
menegur masalah kedisiplinan, kerapian, dan tugas-tugas.
Sapalah siswa dengan bahan komunikasi yang ringan untuk

43

memecahkan kebekuan dan semakin mendekatkan hubungan
siswa dan guru.
n. Guru yang pemaaf
Menghadapi siswa selalu manis, terkadang kita sering bertemu
dengan siswa yang bersikap menjengkelkan. Dalam situasi
seperti ini, guru tidak boleh hanyut dalam emosi negatif, hal
itu akan membuat siswa penuh dengan pra konsep negatif
dengan guru. Jadi guru harus menjadi sosok pemaaf.
o. Guru yang sanggup menjadi tauladan
Tidak asing lagi bahwa guru sering diartikan sebagai
seseorang yang digugu dan ditiru. Guru merupakan orang
kedua setelah orang tua yang bisa menjadi tauladan atau
contoh untuk siswanya.
Maka guru dikatakan kreatif apabila guru sudah memiliki sikap
seperti yang telah disebutkan diatas.
c) Kreativitas Guru dalam Menggunakan Metode Pembelajaran
Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu, dalam kaitannya dengan pembelajaran,
metode di definisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran
pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh
seorang guru dalam pembelajaran adalah ketrampilan memilih metode.
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi

44

dan hasil pembelajaran.40 Seorang guru dalam memilih metode perlu
memperhatikan

keefektifan

metode

untuk

mengoptimalkan

pembelajarannya sehingga pembelajaran yang dilakukannya dapat
mencapai keberhasilan.
Metode disebut baik manakala sesuai dengan karakteristik
siswa, sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, dan
sesuai dengan sifat materi yang akan dikembangkan dalam
pembelajaran.41
Dalam mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran,
Mulyasa mengutip pendapat Widada dimana untuk mendongkrak
kualitas pembelajaran disamping guru harus menyediakan lingkungan
yang kreatif, guru juga dapat menggunakan pendekatan sebagai
berikut:42
a) Self esteem approach (kesadaran akan harga diri)
Guru

tidak

hanya

mengarahkan

peserta

didik

untuk

mempelajari materi ilmiah saja, akan tetapi mengembangkan
sikap harus mendapat perhatian secara proporsional.
b) Creative approach
Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah dikembangkannya
problem solving, brain storing, inquiry, dan rol playying.
c) Value clarification and moral development approach

40

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 110.
41
Dede Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 135
42
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenagkan), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 168

45

Dalam pendekatan ini pengembangan pribadi menjadi sasaran
utama. Karena dalam situasi yang demikian, pengembangan
intelektual akan mengiringi perkembangan pribadi peserta
didik.
d) Multiple talent approach
Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan seluruh
potensi peserta didik, karena manifestasi pengembangan
potensi akan membangun self concept yang menunjang
kesehatan mental.
e) Inquiry approach
Melalui pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau
prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya.43
f) Pictorial riddle approach
Pendekatan ini merupakan metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil.
Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan
berfikir kritis dan kreatif.
g) Synetics approach
Pada hakikatnya pendekatan ini memusatkan perhatian pada
kompetensi peserta didik untuk mengembangkan berbagai
bentuk

metaphor

untuk

membuka

intelegensinya

dan

mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan dimulai dengan
43

E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 93

46

kegiatan kelompok yang tidak rasional berkembang menuju
pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.44
Berikut beberapa bentuk kreativitas guru dalam penggunaan Metode :
1. Kreativitas guru dalam menggunakan metode ceramah
Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang masih
tradisional. Sejak dahulu guru dalam menularkan pengetahuannya
pada siswa melalui lisan. 45 Cara ini kadang-kadang membosankan,
maka dalam pelaksanaannya memerlukan kreativitas tertentu, agar
gaya penyajiannya tidak membosankan dan menarik perhatian
siswa.
Hal tersebutlah yang menuntut guru untuk kreatif . Dalam
metode ceramah guru akan mengiringi dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Sikap itu perlu diambil untuk mengetahui
apakah siswa telah menguasai pengertian dari setiap persoalan
yang diuraikan oleh guru, dan dapat mengetahui siswa apakah dia
sudah perhatian selama pelajaran berlangsung. Kemungkinan lain
di waktu guru menjelaskan kata-kata, istilah, pengertian disertai
dengan pemberian contoh-contoh konkrit, menggunakan alat-alat
peraga (radio, TV,gambar, benda, dll). Dengan demikian siswa
akan memahami tanpa ada kesalahpahaman, dan siswa akan
tertarik dengan pembelajaran.46

44

Ibid, hal. 94
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 136
46
Ibid., hal. 139

45

47

2. Kreativitas guru dalam menggunakan metode diskusi
Metode diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar
yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini
proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling
tukar menukar pengalaman, informasi, dapat terjadijuga semuanya
aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.

47

Metode ini

mendidik siswa untuk mampu memecahkan masalah yang
dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya,
untuk mendapatkan hal yang disepakati.48
Kreativitas guru pada metode diskusi dengan memanfaatkan
teknologi dan media belajar dan pembelajaran yang tepat.
Pemanfaatan

media

memang

sangat

membantu

dalam

pembelajaran. dan guru harus mampu mengkolaborasikan dengan
metode yang digunakan. Dalam metode diskusi ini bisa dengan
bantuan LCD dengan menggunakan aplikasi animasi-animasi atau
dengan PPT yang dapat menarik minat siswa untuk belajar.
Pemberian contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari, dan
menggunakan alat-alat peraga dapat membuat siswa tertarik untuk
mengikuti proses pembelajaran.49
Jadi dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru dalam
penggunaan metode diskusi itu bisa dengan memberikan contoh

47
48

Ibid., hal. 5
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),

49

Ibid., Roestiyah, Strategi…, hal. 139

hal. 137

48

atau alat peraga agar siswa lebih tertarik. Dan guru harus mampu
mengkombinasikan atau kolaborasikan metode diskusi dengan
metode lain atau media pembelajaran yang tepat.
3. Kreativitas guru dalam menggunakan metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang
instruktur/ tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses
misalnya dalam materi solat berjamaah, sehingga seluruh kelas
dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan
merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.50
Bentuk kreativitas guru dalam metode demonstrasi biasanya
diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran
seperti benda-benda miniature, gambar, perangkat alat-alat
laboratorium dan lain-lain.51
Jadi dalam penggunaan metode demonstrasi kreativitas guru
yang biasa digunakan adalah alat-alat peraga, sehingga siswa
tertarik dalam proses pembelajaran.

50

Ibid., Roestiyah, Strategi…, hal. 136
Cecep, “Penggunaan Metode Demonstrasi”, dalam http://nandabila.wordpress.com ,
diakses tanggal 20 Februari 2018
51

49

B. PENELITIAN TERDAHULU
Tabel 2.1
No

Nama Peneliti

Judul Penelitian

1

Rizka
Erma Kreativitas Guru
Febriana 2016
PAI
dalam
Memotivasi
Siswa pada Mata
Pelajaran Sejarah
Kebudayaan
Islam di MTsN
Ngantru Tahun
Ajaran
2015/2016

Dari
hasil
penelitian
tersebut
di
peroleh bahwa,
kreativitas guru
PAI
sangat
penting dalam
pemilihan
metode
dan
media
pembelajaran .

2

Nur
Indah Kreativitas Guru
Fitriani 2016
Pendidikan Islam
dalam
Meningkatkan
Prestasi Belajar
Siswa di SMPN 1
Tulungagung

Dari
hasil
penelitian
tersebut
di
peroleh bahwa,
kreativitas guru
PAI
sangat
penting untuk
meningkatkan
prestasi belajar
siswa.

3

Arifatul
2017

Dari
hasil
penelitian
tersebut
di
peroleh bahwa,
dalam
penggunaan
metode
pembelajaran
kreatifitas guru
sangat
diperlukan dan

Laili Kreativitas Guru
PAI pada Metode
Pembelajaran
Agama Islam di
SMA Pawyatan
Daha Kediri

Hasil Penelitian

Relevensi
dengan
penelitian ini
Keterkaitan
judul
penelitian
tersebut
dengan
penelitian
yang akan peneliti
lakukan
adalah
berkenaan
dengan
kreativitas guru PAI,
tetapi pada judul ini
lebih mengarah pada
peningkatan
motivasi
belajar
siswa
sedangkan
yang akan peneliti
teliti
adalah
kreativitas guru PAI
dalam menggunakan
metode pembelajaran
Keterkaitan
judul
penelitian
tersebut
dengan
penelitian
yang akan peneliti
lakukan
adalah
berkenaan
dengan
kreativitas guru PAI
tetapi
penelitian
tersebut
lebih
mengarah
pada
peningkatan prestasi
belajar, sedangkan
yang akan peneliti
teliti mengarah pada
kreativitas guru PAI
dalam menggunakan
metode
pembelajaran.
Keterkaitan
judul
penelitian
tersebut
dengan
penelitian
yang akan peneliti
lakukan
adalah
berkenaan
dengan
kreativitas guru PAI
dalam penggunaan
metode pembelajaran
agama Islam di SMA
Pawyatan
Daha

50

sangat
membantu
kelancaran
dalam
proses
pembelajaran
agama Islam.

Kediri
sedangkan
penelitian yang akan
peneliti
lakukan
adalah
kreativitas
guru PAI dalam
menggunakan
metode pembelajaran
di
SMPN
3
Kedungwaru
Tulungagung.

Dari tabel uraian penelitian terdahulu tersebut dapat diketahui bahwa
posisi peneliti adalah melengkapi penelitian yang sudah ada tersebut dengan
penelitian baru, fokus masalah baru, dan di lokasi penelitian yang berbeda
dengan tujuan yang berbeda pula. Dalam penelitian yang sudah ada belum
pernah membahas tentang kreativitas guru PAI dalam menggunakan metode
pembelajaran di SMPN 3 Kedungwaru Tulungagung. Dalam penelitian
tersebut peneliti hanya melengkapi teori yang sudah ada guna memperoleh
teori yang baru yang didapat dari penelitian terdahulu maupun penelitian yang
akan dilakukan.

C. PARADIGMA PENELITIAN
Gambar 2.1 : Bagan Kreativitas Guru PAI dalam Menggunakan Metode
Pembelajaran di SMP Negeri 3 Kedungwaru Tulungagung.
Kreativitas Guru PAI
dalam Menggunakan
Metode Pembelajaran

Metode Ceramah

Metode Diskusi

Metode Demonstrasi

51

Pada penelitian kualitatif umumnya mendiskripsikan kerangka
berpikir. Kerangka berpikir merupakan suatu pemahaman sementara yang
menjelaskan suatu permasalahan tertentu yang akan menjadi suatu pondai
pemikiran selanjutnya. Kerangka berpikir yang meyakinkian biasanya
dijelaskan sesuai alur-alur pemikiran yang logis yang akhirnya menghasilkan
kesimpulan berupa hipot