MODEL ACCELERATED LEARNING BERBASIS EKSP

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

MODEL ACCELERATED LEARNING BERBASIS EKSPERIMEN
BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS V SD GUGUS V TAMPAKSIRING
Dw. Ayu Sri Handayani1, I.B. Surya Manuaba2, Ni Nym. Ganing3
1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa yang
mengikuti pembelajaran model Accelerated Learning berbasis eksperimen dengan yang
mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD gugus V Tampaksiring
tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan
rancangan nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas V SD Gugus V Tampaksiring, sebanyak 192 siswa. Sampel diambil dengan
teknil random sampling, sehingga diperoleh sampel penelitian sebanyak 64 siswa yang
terdiri dari seluruh siswa kelas VA SDN 1 Pejeng sebagai kelompok eksperimen dan
siswa kelas V SDN 3 Pejeng sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan
dengan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA dalam bentuk
objektif tipe pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analisis uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai rata-rata hasil belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran model Accelerated Learning berbasis eksperimen lebih
tinggi dibandingkan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t juga memperoleh hasil
thitung = 7,923 dan t tabel = 2,00, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan anatara hasil belajar IPA
siswa yang mengikuti model Accelerated Learning berbasis eksperimen dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Accelerated Learning berbasis eksperimen berpengaruh terhadap
hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus V Tampaksiring tahun pelajaran 2013/2014.

Kata kunci : model Accelerated Learning berbasis eksperimen, hasil belajar IPA

Abstract

This study aims to determine the differences in sciences learning outcomes of students
who take lesson with models of Accelerated Learning based experiment that follow the
conventional learning in the fifth grade elementary school students group V
Tampaksiring of academic years 2013/2014. This research was a quasi experimental
study with a research design that nonequivalent control group design. The population in
this study wee all students of fifth gradein elementary school students group V
Tampaksiring, as many as 192 students. Samples were taken with a random sampling

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
technique, in order to obtains as many as 64 students throughtout the VA grade
students at SDN 1 Pejeng as the experimental group and fifth grade students at SDN 3
Pejeng as the control group. The data collected by the test method. The test use is the
science achievement test in the form of multiple choice objective type. Data were
analyzed using t-test analysis. The results showed that, the average value learning
outcomes students who take models of Accelerated Learning based experiments is
higher than the average value students learning outcomes that follow the conventional
learning. Hypothesis testing using t test also obtain the results of t count = 7.923 and ttable =
2.00, because of tcount > ttable then Ho is rejected and Ha accepted. This proves that there
are significant differences science learning outcomes of students who take models of

Accelerated Learning based experiments between students who take conventional
learning. It can be concluded that the application of the models of Accelerated Learning
based experiments affect learning outcomes fifth grade students of elementary school
science cluster V Tampaksiring of academic year 2013/2014.
Key words: models of Accelerated Learning based experiment, science learning
outcome

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan
masyarakat
(Maliki,
2010).

Pendidikan
sangatlah
membutuhkan
perhatian khusus agar tetap dapat
berjalan sesuai dengan tujuan yang
diingikan bersama. Peningkatan mutu
pendidikan dirasakan sebagai suatu
kebutuhan bangsa yang ingin maju,
dengan keyakinan pendidikan yang
bermutu dapat menunjang kehidupan di
segala bidang. Oleh karena itu pendidikan
perlu mendapat perhatian yang besar
untuk mengejar ketertinggalan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
pendidikan perlu mendapat perhatian
yang serius dari pemerintah.
Berbagai upaya telah dilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Upayaupaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah

diantaranya,
perubahan
kurikulum yang setiap kali dilakukan,
peningkatan
kesejahteraan
sebagai
penghargaan
kepada
guru
karena
melaksanakan tugasnya dengan baik,
perbaikan sarana dan prasarana sekolah
dengan program BOS, mengadakan
sertifikasi
untuk
penjaminan
mutu

pengajaran, pemberdayaan musyawarah
guru mata pelajaran, mengadakan

seminar-seminar
nasional
bidang
pendidikan, serta berbagai upaya lainnya.
Namun upaya-upaya tersebut belum
sepenuhnya
dapat
mengatasi
permasalahan
pendidikan
pada
umumnya.
Pendidikan di sekolah dasar
membelajarkan berbagai mata pelajaran
kepada siswanya. Salah satunya adalah
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). IPA merupakan mata pelajaran
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi di alam. Pelajaran IPA di SD
memuat materi tentang pengetahuanpengetahuan alam yang dekat dengan

kehidupan siswa SD. Siswa diharapkan
dapat
mengenal
dan
mengetahui
pengetahuan-pengetahuan alam tersebut
dalam kehidupan sehari-harinya. IPA
adalah pelajaran yang penting karena
ilmunya dapat diterapkan secara langsung
dalam masyarakat. Menurut Samatowa
(2011:3) beberapa alasan pentingnya
mata pelajaran IPA yaitu, IPA berguna
bagi kehidupan atau pekerjaan anak
dikemudian hari, bagian kebudayaan
bangsa, melatih anak berpikir kritis, dan
mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu
mempunyai potensi dapat membentuk
pribadi anak secara keseluruhan.
Pembelajaran IPA yang menarik
bukan hanya pengetahuan berupa fakta,

konsep, dan teori yang dijejalkan begitu
saja kepada siswa, namun lebih dari itu

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pembelajaran
tersebut
haruslah
bermakna, menantang, dan merangsang
keingintahuan
siswa
dengan
menggunakan
informasi
tentang
lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan
kreatif.
Siswa
diharapkan
mampu

menunjukkan sikap logis, kritis, dan kreatif
tersebut di bawah bimbingan guru dengan
cara memecahkan masalah sederhana
yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari. Dengan berpikir logis, kritis,
dan kreatif siswa akan mampu mengubah
cara pikirnya menjadi lebih cinta terhadap
lingkungannya sendiri dan penciptanya.
Pemberian mata pelajaran IPA bertujuan
agar siswa memahami atau menguasai
konsep-konsep
IPA
dan
saling
keterkaitannya,
serta
mampu
menggunakan metode-metode ilmiah
untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.

Untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran IPA dibutuhkan kreativitas
guru dalam membelajarkan siswanya.
Seperti kecerdasan guru dalam menelaah
kurikulum,
menyusun
silabus
dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), menggunakan strategi, metode,
dan media yang tepat, serta mengelola
kelas yang menyenangkan. Sebagaimana
dijelaskan Sudjana
(2012) bahwa,
“proses pembelajaran yang
efektif
memerlukan
strategi

dan
metode/teknologi pendidikan yang tepat.
Guru sebaiknya memperhatikan dalam
pemilihan
dan
penentuan
metode
sebelum kegiatan belajar dilaksanakan”.
Model serta metode pembelajaran yang
digunakan merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi pendidikan
terutama hasil belajar siswa. Seorang
guru dituntut untuk menguasai berbagai
model-model
pembelajaran,
karena
melalui
model
pembelajaran
yang
digunakannya akan dapat memberikan
nilai tambah bagi anak didiknya.
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya
dari proses pembelajarannya adalah hasil
belajar yang optimal atau maksimal,
dengan demikian dapat dihasilkan output
yang berkualitas.
Pembelajaran dikatakan berhasil
apabila semua tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan dapat tercapai, yang

terungkap
dalam
hasil
belajarnya.
Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung. Faktor-faktor
tersebut ada yang berasal dari dalam
maupun dari luar diri siswa itu sendiri.
Adapun salah satu faktor yang berasal
dari luar diri siswa adalah model atau
metode pembelajaran yang digunakan
guru.
Kurangnya
variasi
dalam
menerapkan suatu model pembelajaran di
kelas akan mengakibatkan kejenuhan
bagi
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran tersebut, sehingga dapat
menyebabkan hasil belajarnya kurang
optimal. Kurangnya penggunaan model
pembelajaran yang bervariasi dan lebih
inovatif juga ditemui di beberapa sekolah
di
kecamatan
Tampaksiring.
Kecendrungan
untuk
menggunakan
model pembelajaran konvensional masih
melekat pada setiap pembelajaran,
artinya model yang digunakan selalu
sama pada setiap kali pembelajaran
berlangsung sehingga hasil belajar yang
diperoleh siswa masih kurang dari yang
diharapkan.
Seorang guru yang baik, adalah
guru
yang
dapat
mengidentifikasi
kebutuhan dari siswanya. Siswa SD yang
masih berada pada tahap operasional
konkrit sebaiknya disajikan pembelajaran
yang mengedepankan objek-objek nyata
sebagai media pembelajarannya. Selain
itu untuk mempercepat pemahaman
siswa, alangkah baiknya jika siswa
diberikan pengalaman langsung untuk
menemukan konsep-konsep dari materi
pelajaran yang dihadapinya. Untuk
menyikapi
hal
tersebut,
model
pembelajaran
yang
dipercepat
(Accelerated
Learning
)
berbasis
eksperimen akan dapat menjawab
permasalahan yang dihadapi guru saat ini.
Accelerated Learning merupakan
salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat mempercepat siswa dalam
memahami materi pelajaran. Menurut
Hernawan
(2008:6.17)
Accelerated
Learning
atau yang dikenal dengan
pembelajaran akselerasi adalah suatu
kemampuan menyerap dan memahami
informasi baru secara tepat serta
mempertahankan
informasi
tersebut.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Kemampuan belajar seperti ini diperlukan
untuk menguasai kecepatan dalam suatu
perubahan
yang
terjadi.
Pengimplementasian model Accelerated
Learning berbasis eksperimen didasari
oleh enam langkah dasar, atau yang lebih
dikenal dengan langkah MASTER (Rose
& Nichol, 2002:94-98).
Penerapan keenam langkah model
Accelerated Learning
yang dibarengi
dengan eksperimen (percobaan) disinyalir
akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran di kelas yang terkesan
menoton. Djamarah (dalam Sitiatava,
2013:132)
menyebutkan
bahwa
eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran
saat
siswa
melakukan
percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari. Dengan dikembangkannya
model Accelerated Learning
berbasis
eksperimen akan lebih mempercepat
pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari, sehingga yang mereka peroleh
dari kegiatan pembelajaran akan melekat
lebih lama diingatannya. Hal ini akan
terungkap dari hasil belajar siswa setelah
mengikuti pembelajaran IPA dengan
model Accelerated Learning berbasis
eksperimen.
Wahidmurni, dkk. (2010: 18)
menjelaskan bahwa seseorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika
ia
mampu
menunjukkan
adanya
perubahan dalam dirinya. Perubahanperubahan tersebut di antaranya dari segi
kemampuan berpikirnya, keterampilannya,
atau sikapnya terhadap suatu objek. Hasil
belajar dapat ditingkatkan melalui usaha
sadar yang dilakukan secara sistematis
mengarah kepada perubahan yang positif
yang kemudian disebut dengan proses
belajar. Akhir dari proses belajar adalah
perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa di kelas terkumpul dalam
himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil
belajar tersebut merupakan hasil dari
suatu interaksi dari segala proses
pembelajaran. Jika dikaji lebih mendalam,
maka hasil belajar dapat tertuang dalam
taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan
dalam tiga ranah (domain) yaitu domain
kognitif atau kemampuan berpikir, domain
afektif atau sikap, dan domain psikomotor

atau keterampilan.Melalui pembelajaran
dengan model Accelerated Learning
berbasis eksperimen akan membuat
siswa termotivasi untuk belajar, sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.
METODE
Penelitian yang dilakukan ini
menggunakan
rancangan
penelitian
eksperimen semu (quasi exsperiment).
Digunakan rancangan eksperimen semu
karena kelompok kontrol tidak dapat
sepenuhnya dikontrol secara ketat dari
variabel-variabel luar yang mempengaruhi
eksperimen. Desain eksperimen semu
yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah nonequivalent control group
design, rancangan penelitian ini dipilih
karena eksperimen dilakukan pada kelas
dengan siswa yang ada adalah setara.
Pada saat pelaksanaan eksperimen,
dilakukan terlebih dahulu pengukuran
terhadap kemampuan awal subyek dari
kelompok kontrol maupun kelompok
eksperimen.
Setelah
mengetahui
kemampuan awal subyek penelitian,
selanjutnya
diberikan
treatment
(perlakuan)
pada
masing-masing
kelompok,
kelompok
eksperimen
mengikuti pembelajaran dengan model
Accelerated
Learning
berbasis
eksperimen sedangkan kelompok kontrol
mengikuti pembelajaran konvensional.
Treatment dilakukan sebanyak 6 kali
pertemuan dan pada akhir pertemuan
diberikan post test sesuai tentang materi
yang mengikuti pembelajaran.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas V SD Gugus V
Tampaksiring Tahun Pelajaran 2013/2014
dengan jumlah siswa sebanyak 192.
Pemilihan gugus V Tampaksiring tersebut
karena berdasarkan informasi yang
diperoleh dari pengelola gugus bahwa
kelas-kelas tersebut terdistribusi kedalam
kelas-kelas yang setara secara akademik.
Dikatakan
setara
karena
dalam
pengelompokan siswa ke dalam kelas kelas tersebut disebar secara merata
antara siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
Dalam pemilihan sampel penelitian
ini tidak dilakukan pengacakan individu,
karena tidak bisa mengubah kelas yang

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih
sebagaimana telah terbentuk tanpa
campur tangan peneliti, kemungkinan
pengaruh–pengaruh dari keadaan subjek
mengetahui dirinya dilibatkan dalam
eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian
ini
benar–benar
mendeskripsikan pengaruh pelakuan
yang diberikan.
Pengambilan sampel
pada penelitian ini dilakukan dengan
teknik random sampling, teknik ini
merupakan teknik pengambilan sampel
yang mana “semua anggota dalam
populasi mempunyai probabilitas atau
kesempatan yang sama untuk dipilih
menjadi sampel” (Darmadi, 2011: 57).
Dari teknik random dicari dua kelas yang
selanjutnya diundi untuk menentukan
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Setelah dilakukan pengundian
maka diperoleh dua kelas yang dijadikan
sampel pada penelitian ini, yang mana
kelas
pertama
menjadi
kelompok
eksperimen dan kelas kedua menjadi
kelompok kontrol. Kelas yang terpilih
menjadi kelompok eksperimen yaitu kelas
VA SDN 1 Pejeng, sementara itu
kelompok kontrolnya adalah SDN 3
Pejeng.
Untuk memastikan kelompok yang
ada adalah setara dan nantinya hanya
dipengaruhi
oleh
treatment
yang
diberikan, maka diuji terlebih dahulu
kesetaraan dari kelompok tersebut.
Pengujiannya dilakukan
dengan uji-t
pooled varian dan tentunya dilakukan uji
prasyarat
terlebih
dahulu
berupa
normalitas dan homogenitas.
Variabel merupakan hal yang
sangat penting dalam sebuah penelitian.
Arikunto
(2010:161)
mendefinisikan
variabel sebagai objek penelitian, atau
yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Penelitian yang akan dilakukan
ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat.
Pada penelitian ini yang menjadi
variabel bebas adalah model Accelerated
Learning
berbasis eksperimen yang
dikenakan pada kelompok eksperimen
dan pembelajaran konvensional yang
diterapkan pada kelompok kontrol.
Variabel yang dieksperimenkan hanya
model Accelerated Learning berbasis

eksperimen, sementara pembelajaran
konvensional hanya digunakan sebagai
pembanding dalam kegiatan penelitian ini,
sehingga akhirnya akan diketahui adanya
perbedaan antara dua variabel tersebut
terhadap variabel terikat. Sementara itu
yang menjadi variabel terikat adalah hasil
yang terjadi akibat dari pengaruh variabel
bebas, dalam hal ini variabel terikatnya
adalah hasil belajar IPA siswa.
Dalam penelitian ini terdapat
prosedur yang dilaksanakan terdiri dari
tiga
tahapan,
yaitu
persiapan,
pelaksanaan,
dan
pengakhiran
eksperimen. Pada tahap persiapan
dilakukan penyusunan instrument hingga
menentukan kelompok eksperimen dan
kontrol.
Pada
tahap
pelaksanaan
dilakukan treatment pada masing-masing
sampel, dan pada tahap pengakhiran
dilakukan pemberian post test untuk
mengetahui hasil belajar IPA siswa.
Data yang dicari dalam penelitian
ini,berupa hasil belajar IPA siswa,
sehingga digunakan teknik tes sebagai
metode pengumpulan data. Tes yang
digunakan berupa tes objektif berbentuk
pilihan ganda biasa dengan empat pilihan
pada setiap soalnya. Tes ini diberikan
setelah dilakukan perlakuan (treatment)
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
yang digunakan untuk menguji kebenaran
hipotesis penelitian. Setiap siswa akan
diberi
skor
1
apabila
menjawab
pertanyaan dengan benar, dan diberi skor
0 apabila menjawab salah dari setiap
soalnya.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa. Dalam suatu penelitian, data
memiliki kedudukan yang paling tinggi
karena data menggambarkan variabel
yang diteliti. Oleh karena itu benar
tidaknya data tergantung dari baik
buruknya instrumen pengumpulan data.
Menurut Arikunto (2010:211) “instrumen
yang baik harus memenuhi dua syarat
penting yaitu valid dan reliabel”. Beranjak
dari pendapat tersebut, maka tes hasil
belajar
IPA
diuji
cobakan
untuk
mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Tidak
hanya
diuji
validitas
dan
reliabilitasnya saja, tetapi tes yang

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
digunakan juga diuji daya beda serta
tingkat kesukarannya, mengingat tes yang
digunakan berupa tes objektif dengan
bentuk pilihan ganda yang bersifat
dikotomi. Tes yang telah dibuat
diujicobakan pada kelas VI SDN 1 Pejeng
dengan jumlah responden sebanyak 79
siswa.
Data penelitian ini dianalisis
menggunakan dua cara yaitu analisis
deskriptif dan analisis statistik parametrik.
Analisis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan data hasil belajar IPA
siswa yang mengikuti pembelajaran
model Accelerated Learning berbasis
eksperimen dan data siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Sementara itu, analisis statistik parametrik
digunakan untuk uji hipotesis, data hasil
penelitian dianalisis menggunakan uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada akhir penelitian, seluruh
siswa pada kelompok eksperimen dan
control diberikan post test
untuk
memperoleh data hasil belajarnya setelah
mengikuti pembelajaran IPA dengan
model Accelerated Learning berbasis
eksperimen
dan
pembelajaran
konvensional.
Dari hasil post-test pada kelompok
eksperimen dengan jumlah 32 siswa
diperoleh
nilai
rata-rata
kelompok
eksperimen sebesar 65,13 dengan
perolehan nilai minimum sebesar 40 dan
nilai maksimum sebesar 88. Berdasarkan
hasil analisis, dapat diketahui bahwa
terdapat 6 siswa atau 18,8% siswa
memperoleh hasil belajar dalam kategori
sangat baik, 16 siswa atau 50% siswa
memperoleh hasil belajar dalam kategori
baik, 9 siswa atau 28% siswa
memperoleh hasil belajar dalam kategori
cukup, dan 1 siswa atau 3,1% siswa
memperoleh hasil belajar dalam kategori
kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
pada kelompok eksprimen memperoleh
hasil belajar dengan kategori baik.
Dari hasil post-test kelompok
kontrol yang juga berjumlah 32 siswa
diperoleh
nilai
rata-rata
kelompok
eksperimen sebesar 39 dengan perolehan
nilai minimum sebesar 20 dan nilai
maksimum sebesar 60. Berdasarkan hasil

analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 3
siswa atau 9,4% siswa memperoleh hasil
belajar dalam kategori baik, 11 siswa atau
34,4% siswa memperoleh hasil belajar
dalam kategori cukup, 10 siswa atau
31,3% siswa memperoleh hasil belajar
dalam kategori kurang, dan 8 siswa atau
25% siswa memperoleh hasil belajar
dalam kategori sangat kurang. Hal ini
menunjukkan
bahwa
siswa
pada
kelompok kontrol memperoleh hasil
belajar dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai rata-rata IPA siswa yang
mengikuti
pembelajaran
model
Accelerated
Learning
berbasis
eksperimen sebesar 65,13 dengan nilai
maksimal sebesar 88 dan nilai minimal
40. Standar deviasi kelompok eksperimen
adalah s = 12,78 dan varian s2= 163,33.
Sementara itu nilai rata-rata IPA siswa
yang
mengikuti
pembelajaran
konvensional sebesar 39 dengan nilai
maksimal sebesar 60 dan nilai minimal
20. Standar deviasi kelompok kontrol
adalah s = 13,59 dan varians s2= 184,69.
Sebelum
dilakukan
pengujian
hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih
dahulu harus dipenuhi beberapa asumsi
sebagai prasyarat. Uji prasyarat meliputi
uji normalitas data dan uji homogenitas
varians (Irianto, 2008:113).
Uji normalitas data dilakukan untuk
mengetahui apakah sebaran data skor
hasil belajar IPA siswa masing-masing
kelompok berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas data dilakukan terhadap
post-test hasil belajar IPA kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam
hal ini digunakan analisis Chi-square
(Andi Supagat, 2008:308), berdasarkan
perhitungan diketahui bahwa harga X2hitung
yang diperoleh dari kelompok eksperimen
adalah 5,61. Harga tersebut kemudian
dibandingkan dengan harga
X2tabel
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5%
sehingga diperoleh harga X2tabel = 11,07,
karena X2hitung Ftabel maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Berdasakan hasil perhitungan
diperoleh harga Fhitung < Ftabel (1,13 < 1,93)
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Ini
berarti varian data hasil belajar IPA antara
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol adalah sama atau homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas
dan homogenitas dapat diketahui bahwa
data yang diperoleh dari kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
berdistribusi normal dan memiliki varians
yang homogen.
Karena data yang
diperoleh
telah
memenuhi
semua
prasyarat, uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis uji-t. uji t yang
digunakan adalah dengan rumus pooled
varians. Berikut disajikan rekapitulasi
hasil analisis data dengan menggunakan
uji-t. pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Analisis Uji-t Data Post test
No

Sampel

N

1

Eksperimen

32

2

Kontrol

32

s2

Dk
65,13
62

39

thitung

ttabel

163,33

thitung > ttabel

184,69 7,923

Melihat hasil analisis data diperoleh
thitung sebesar 7,923. Harga tersebut
kemudian dibandingkan dengan harga
ttabel . Harga ttabel diperoleh dari tabel nilainilai dalam distribusi T dengan dk = 32 +
31 – 2 = 62 dan taraf signifikansi 5% .
Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam
distribusi T diperoleh harga ttabel sebesar
2.00, karena thitung > ttabel (7,923 > 2.00)
maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPA antara siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
Accelerated
Learning
berbasis

Kesimpulan

2,00
(H0 ditolak, Ha diterima)

eksperimen dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus V Tampaksiring tahun
pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan
perolehan
hasil
belajar IPA pada kelas eksperimen dapat
diketahui bahwa dengan membelajarkan
siswa menggunakan model Accelerated
Learning berbasis eksperimen dapat
memperoleh hasil yang lebih baik
daripada melalui pembelajaran yang
biasa diterapkan guru. Hal ini tentu
didukung oleh keunggulan dari model
Accelerated Learning itu sendiri, yang

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
salah satunya adalah memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
lebih mengeksplor kemampuan yang
dimilikinya baik dengan cara belajar
sambil bermain hingga melakukan
percobaan-percobaan yang berkaitan
dengan materi sehingga siswa dapat lebih
cepat memahami materi yang sedang
dipelajari. Selain itu model Accelerated
Learning
yang
diterapkan
melalui
kegiatan percobaan, siswa akan dapat
secara langsung
menemukan dan
mengetahui konsep dari materi itu sendiri,
yang menyebabkan konsep tersebut akan
lebih cepat dipahami dan melekat lebih
lama diingatan siswa serta berpengaruh
terhadap hasil belajarnya kearah yang
lebih baik.
Model pembelajaran ini juga
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan secara aktif dalam
pembelajaran,
siswa
dilatih
untuk
berdiskusi, mengemukakan pendapat
disertai alasan, menanggapi pendapat
orang lain, mampu membuat keputusan
yang tepat, serta memiliki kemampuan
bekerja sama lewat belajar kelompok.
Siswa juga belajar membuat laporan
sederhana dari hasil percobaan yang
telah dilakukannya, yang selanjutnya
disampaikan di depan kelas pada akhir
pelajaran.
Perbedaan yang signifikan dari
hasil belajar antara kelompok eksperimen
dengan
kelompok
kontrol
juga
dikarenakan perbedaan treatment atau
perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
kelompok eksperimen yang mengikuti
pembelajaran
Accelerated
Learning
berbasis
eksperimen
pembelajaran
dirancang dengan melibatkan aktivitas
siswa
dalam
setiap
kegiatan
pembelajaran yang berupa kegiatan
praktikum maupun percobaan-percobaan
yang berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari. Siswa diberikan
kesempatan
untuk
mengembangkan
kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kreatif, dan kritis serta
kemampuan untuk bekerjasama. Selain
itu melalui model Accelerated Learning
berbasis eksperimen ini siswa juga dilatih
untuk
berdiskusi, mengemukakan

pendapat disertai alasan, menanggapi
pendapat orang lain, mengevaluasi
pendapat orang lain, mampu membuat
keputusan yang tepat, serta mampu
membuat laporan sederhana dari setiap
kegiatan yang dilakukan.
Pembelajaran yang dikembangkan
dengan model Accelerated Learning
berbasis
eksperimen
juga
lebih
memungkinkan
terjadinya
proses
pengkontruksian pengetahuan. Proses
pembelajarn juga akan lebih bermakna
apabila siswa sendiri yang mengkontruksi
pengetahuannya
dan
mengalami
langsung tentang sesuatu yang dipelajari.
Selain itu pembelajaran akselerasi juga
dapat membangun suasana pembelajaran
yang aktif, kreatif serta menyenangkan.
Siswa secara aktif akan menggali dan
mencari sendiri setiap permasalahan
yang diajukan guru melalui kegiatankegiatan percobaan yang dilakukannya.
Lain halnya dengan pembelajaran
konvensional
yang
terjadi
selama
pembelajaran IPA di kelompok kontrol.
Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
cara menyampaikan sejumlah materi
kepada siswa yang diselingi dengan
sedikit tanya jawab kemudian diikuti
dengan pemberian tugas. Dengan
pembelajaran seperti ini, siswa tidak
mempunyai
kesempatan
untuk
mengembangkan kemampuan berpikir,
kesempatan untuk bekerjasama dengan
teman sebaya, serta memecahkan
masalah yang ditemui. Pembelajaran
seperti ini, membuat siswa merasa bosan
dan jenuh sehingga sulit untuk memahami
materi pelajaran. Temuan tersebut
diperkuat
oleh
pendapat
yang
disampaikan oleh Trianto (2010:5) yang
menyatakan bahwa “secara empiris,
berdasarkan hasil analisis penelitian
terhadap rendahnya hasil belajar peserta
didik disebabkan oleh dominannya proses
pembelajaran
konvensional.”
Pembelajaran seperti ini, membuat siswa
merasa bosan dan jenuh sehingga sulit
untuk memahami materi pelajaran. Hal ini
tentu sangat berdampak pada hasil
belajar siswa.
Pemaparan
tersebut
tentunya
mendukung hipotesis yang menyatakan
bahwa
terdapat
perbedaan
yang

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
signifikan hasil belajar IPA siswa antara
yang mengikuti pembelajaran dengan
model Accelerated Learning berbasis
eksperimen dengan yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V gugus V Tampaksiring tahun
pelajaran 2013/2014.
PENUTUP
Dari uraian sebelumnya tentang
hasil
penelitian
ini,
maka
dapat
dipaparkan beberapa hal meliputi, siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan
model Accelerated Learning berbasis
eksperimen memperoleh hasil belajar
dengan kategori baik. Hal ini diketahui
berdasarkan
hasil
post-test
pada
kelompok eksperimen yang diperoleh nilai
rata-rata sebesar 65,13 dengan perolehan
nilai minimum sebesar 40 dan nilai
maksimum sebesar 88.
Siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional memperoleh
hasil belajar dengan kategori cukup. Hal
ini diketahui berdasarkan hasil post-test
pada kelompok kontrol diperoleh nilai
rata-rata sebesar 39 dengan perolehan
nilai minimum sebesar 20 dan nilai
maksimum sebesar 60.
Berdasarkan hasil analisis dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPA antara siswa
yang mengikuti pembelajaran model
Accelerated
Learning
berbasis
eksperimen dengan yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t yang diperoleh
thitung sebesar 7,923 dan ttabel sebesar 2,00
karena thitung>ttabel , maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Dilihat dari kriteria pengujian,
ini berarti hasil belajar IPA siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
Accelerated
Learning
berbasis
eksperimen berbeda dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Selain itu dilihat dari nilai rerata hitung,
ternyata kelompok eksperimen memiliki
nilai rata-rata lebih tinggi dari pada
kelompok kontrol. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
Accelerated
Learning
berbasis
eksperimen memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa
kelas V SD Gugus V Tampaksiring Tahun
Pelajaran 2013/2014.
Keberhasilan dalam penerapan
model Accelerated Learning berbasis
eksperimen merupakan salah satu cara
untuk mencapai hasil belajar yang
optimal. Oleh karena itu terdapat
beberapa saran yang ingin disampaikan,
adapun saran yang disampaikan pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut.
Bagi guru hendaknya model
pembelajaran ini dapat digunakan dan
dikembangkan
dalam
setiap
pembelajaran di kelas, sehingga dapat
meningkatkan pencapaian kompetensi
guna menciptakan pembelajaran yang
lebih inovatif sehingga siswa memiliki
pengalaman belajar yang lebih bervariasi.
Bagi
sekolah
hendaknya
menyediakan sarana dan prasarana yang
maksimal untuk menunjang pembelajaran
agar siswa semakin termotivasi untuk
belajar dan memanfaatkan sarana
tersebut untuk mengoptimalkan hasil
belajar siswa sehingga mutu sekolah
menjadi semakin meningkat.
Bagi
peneliti
lain
dengan
dilakukannya penelitian ini, diharapkan
peneliti lain melakukan penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan model
pembelajaran Accelerated Learning. Pada
penelitian selanjutnya diharapkan variabel
dan sampel yang diteliti lebih luas
sehingga dapat menemukan faktor lain
yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, serta hasil penelitian benar-benar
dapat
menggambarkan
keadaan
sesungguhnya yang terjadi di lokasi
penelitian.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hernawan, Asep Herry, dkk. 2008.
Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran.
Jakarta:
universitas Terbuka.

Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Bandung:
Rosdakarya.

Irianto, Agus. 2008. Statistik konsep Dasar
dan
Aplikasinya.
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

PT.

Remaja

Zainuddin.
2010.
Sosiologi
Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)..
Bandung: Alfabeta.

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain
Belajar Mengajar Kreatif Berbasis
Sains. Jogjakarta: Diva Press.

Supagat, Andi. 2008. Statistika dalam
kajian Deskriptif, Inferensi &
Nonparametrik. Jakarta: Kencana.

Rose, Colin dan Malcolm J. Nichol. 2002.
Accelerated Learning For The
21st Century. Bandung: Nuansa

Trianto.

Maliki,

Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT
Indeks.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian
Hasil
Proses
Belajar
Mengajar.

2010.
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progesif
Konsep,
Landasan,
dan
Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Kencana

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali
Ridho.
2010.
Evaluasi
Pembelajaran: Kompetensi dan
Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera