ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PT COCA COLA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN

Pengertian Perilaku konsumen dari beberapa ahli:
a. Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah
“Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in
searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and
ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan
mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
b.

Perilku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer
behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals
engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”.

Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam
menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

c. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the
various facets of the decision of the decision process by which customers come to
purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk
membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
Dan menurut pendapat kelompok, kami menyimpulkan bahwa Perilaku konsumen
adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi
memenuhi kebutuhan dan keinginan.

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga
jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan
dengan pertimbangan yang matang.

1.2


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (1996) terdapat dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku
konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal
•Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial,
kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan
kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku
konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan
sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
• Faktor Internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya
hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang
individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari

mempelajari sesuatu.
1.3

Aplikasi Perilaku Konsumen dalam Bisnis


Terdapat dua elemen penting dari arti perilaku konsumen, yaitu:
(1) proses pengambilan keputusan,
(2) kegiatan fisik yang melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan
barang dan jasa ekonomis (Swastha, 1990).
Pemahaman akan perilaku konsumen cerdas dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang
pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan

kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Ke dua,
perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik.
Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat
lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut.
Aplikasi ke tiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide
di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu,
seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.Dan juga dapat memberikan
gambaran kepada para pemasar dalam pembuatan produk,pnyesuaian harga produk,mutu
produk,kemasan dan sebagainya agar dalam penjualan produknya tidak menimbulkan
kekecewaan pada pemasar tersebut.

1.4


Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen

Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.
Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif.
Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya.
Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk
memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan
dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan ke dua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari
ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologi.[5] Pendekatan ini
bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perilaku dan pembuatan
keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survei untuk menguji coba
teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi,
membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ke tiga disebut sebagai sains pemasaran yang didasari pada teori dan metode dari
ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji
coba model matematika berdasarkan hierarki kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow
(Teori hierarki kebutuhan Maslow) untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap
pilihan dan pola konsumsi, yang dikenal dengan sebutan moving rate analysis.


Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas
perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang
berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan,
tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.

1.5

Proses pengambilan keputusan pembelian

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah
proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk

sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan
masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.[1]
2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada,

konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat

berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain
(eksternal).
3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat

berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk
mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa

alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. [1]
Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan
menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang
perlu dipertimbangkan.
5. Evaluasi pasca-pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi

yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan
pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi
apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan
dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai
dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek
produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika


produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan
permintaan konsumen pada masa depan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Latarbelakang
Di Indonesia, minuman ringan mudah sekali diperoleh di berbagai tempat, mulai dari
warung sampai toko-toko kecil. Minuman ringan dikonsumsi oleh semua lapisan
masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan. Survei yang
dilakukan oleh sebuah lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan
sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa
• Pada tahun 1999, 85% dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai
pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta (US$ 100) per bulan. 46%
diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 500.000 (US$50).
• 72% konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang dari Rp 1 juta
perbulan lebih dari 40 % diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu dan
para pensiunan.
• Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama seringnya dengan
minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi dibandingkan

dengan es krim.
Dengan konsumsi minuman ringan yang sedemikian luasnya, produk minuman ringan
bukanlah barang mewah melainkan barang biasa. Industri minuman ringan memiliki
potensi yang amat besar untuk dikembangkan dengan jumlah konsumsi per kapita
yang

masih

rendah

dan

penduduk

berusia

muda

yang


sangat

besar.

Saat ini, Indonesia mencatat tingkat konsumsi produk-produk Coca-Cola terendah
(hanya 13 porsi saji seukuran 236 ml per orang per tahun), dibandingkan dengan
Malaysia (33), Filipina (122) dan Singapura (141). Karena minuman ringan
merupakan barang yang permintaannya elastis terhadap harga, berbagai upaya
dilakukan

agar

harga

produk-produk

minuman

ringan


tetap

terjangkau.

Dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi minuman ringan di negara tetangga jauh

lebih tinggi (Indonesia:13; Malaysia:33; Filipina:122). Untuk ilustrasi, pada tahun
1977, konsumen bisa membeli 11 botol kecil minuman ringan mengandung soda atau
teh siap minum dengan upah minimum harian di Jakarta dan 13 botol pada tahun
2001. Namun, sebagai perbandingan terhadap produk permen yang menaikkan harga,
konsumen bisa membeli 205 permen dengan upah yang sama pada tahun 1997 dan
hanya 136 pada tahun 2001.
Elastisitas harga minuman ringan terhadap permintaan adalah -1.19 yang berarti
bahwa saat terjadi kenaikan harga, volume penjualan akan berkurang dengan
prosentase yang lebih besar daripada prosentase kenaikan harga tersebut.Ditinjau dari
segi penciptaan kesempatan kerja, industri minuman ringan memiliki efek multiplier
yang besar pada tenaga kerja. Dengan rasio sebesar 4,025, industri minuman ringan
menduduki pringkat ke - 14 dari 66 sektor industri lainya di seluruh Indonesia. Ini
berarti bahwa untuk setiap peluang pekerjaan yang tercipta, atau hilang, di industri
minuman ringan, empat kesempatan kerja akan tercipta, atau hilang, di tingkat

nasional.Delapan puluh persen penjualan minuman ringan dilakukan oleh pengecer
dan pedagang grosir dimana 90% diantaranya termasuk dalam kategori pengusaha
kecil. Bagi para pengusaha kecil tersebut, produk minuman ringan merupakan barang
dagangan terpenting mereka dengan kontribusi sebesar 35% dari total penjualan dan
nilai keuntungan sebesar 34%. Industri-industri penunjang lainnya yang terkena
dampak kegiatan industri minuman ringan meliputi gelas, tutup botol, transportasi dan
media.

2.2 Latar belakang perusahaan
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan
terkemuka di Indonesia. Memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari
The Coca-Cola Company.Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan produk CocaCola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaanperusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh
pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu
produsen

dan

distributor

terbesar

produk-produk

Coca-Cola

di

dunia.

Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra usaha CocaCola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah mitra usaha saat perusahaan
ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia.

Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang
berlokasi di Jakarta. Produksi tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat.
Saat itu perusahaan baru memperkerjakan 25 karyawan dan mengoperasikan tiga buah
kendaraan truk distribusi. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan
independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk
The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaanperusahaan

tersebut

mulai

bergabung

menjadi

satu.

Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung
dalam perusahaan-perusahaan yang kini dikenal sebagai Coca-Cola Bottling Indonesia.
Saat ini, dengan jumlah karyawan sekitar 10.000 orang, jutaan krat produk kami
didistribusikan dan dijual melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh
Indonesia.
Rangkaian produk Coca-Cola Bottling meliputi empat dari lima merek terkenal di dunia saat
ini, seperti Coca-Cola, diet Coke, Fanta, dan Sprite. Produk-produk ini telah menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari masyarakat konsumen Indonesia dari berbagai latar belakang sosial
dan ekonomi. Juga memproduksi dan mendistribusikan teh siap minum bermerek Frestea,
Sunfill

dan

minuman

mengandung

soda

bermerek

Schweppes.

Semua fungsi dan jajaran organisasi, mulai dari produksi, pemasaran, distribusi, keuangan,
layanan pelanggan dan konsumen, bekerja keras untuk mengembangkan praktek-praktek yang
terbaik di industri minuman.
The Coca-Cola Quality System merupakan landasan kebijakan perusahaan terhadap
pengawasan mutu - yang memotivasi kami untuk bertindak memenuhi dan bahkan melampaui
berbagai standar kualitas, baik itu merupakan standar internasional maupun standar yang
ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku di Industri makanan dan
minuman.
Perusahaan memiliki Consumer Response Teams dan program-program yang dilaksanakan di
semua area operasi di seluruh Indonesia untuk menampung setiap masukan yang disampaikan
oleh para konsumen dan pelanggan, yang kemudian meneruskan masukan tersebut kepada
pihak-pihak yang tepat di dalam perusahaan untuk menjamin bahwa standar kualitas yang
tinggi tetap terjaga.

2.3 Inovasi Bisnis
Pengembangan pendekatan manajemen Sistem Informasi (Information System / IS) yang
terarah pada organisasi coca-cola bottling merupakan bentuk pengaruh evolusi teknologi
terhadap dunia usaha dewasa ini. Peran penting sistem informasi terhadap kinerja bisnis kami,
pengembangan sumber daya manusia dan nilai tambah lainnya, terutama bagi pemegang

saham, membutuhkan tim yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam bidang manajemen
sistem informasi.
Tantangan akan muncul sesuai dengan kebutuhan. Setiap tantangan harus ditangani sesuai
prioritas guna menjamin kepuasan terhadap jasa layanan pelanggan dalam skala bisnis yang
luas. Perusahan ini menggunakan sistem terintegrasi yang menghubungkan seluruh aspek
bisnis. Terlepas dari fokus dari aktifitas baik berupa supply chain, financial, atau yang
berhubungan langsung dengan kegiatan penjualan, manfaat dari sistem informasi akan
dirasakan

oleh

seluruh

komunitas

bisnis

Coca-Cola

Bottling.

Salah satu manfaat terpenting dari investasi CCBI pada teknologi sistem informasi selama
lima tahun terakhir adalah dengan meningkatnya kemampuan karyawan di seluruh level
organisasi Coca-Cola Bottling.
Masa depan akan menjelang. Teknologi akan terus berkembang dan menciptakan peluang
baru untuk peningkatan produktifitas sumber daya manusia.
Kemampuan karyawan untuk menggunakan informasi akan terus meningkat, kualitas
infrastruktur publik akan meningkat, dan pelanggan akan membangkitkan kebutuhan akan
layanan baru seiring kemajuan teknologi. Seluruh hal tersebut membutuhkan dukungan dari
tim yang profesional dalam organisasi kami.
Departmen IS akan melanjutkan kemitraannya dengan pimpinan dari setiap lini bisnis
internal,
serta ikut membantu proses evolusi guna meningkatkan kualitas investasi sistem informasi di
perusahaan, dan pada akhirnya untuk meningkatkan layanan terhadap pelanggan.
Adalah filosofi dan komitmen perusahaan untuk menjadi bagian integral di setiap kelompok
masyarakat di mana perusahaan melaksanakan kegiatan usaha. Perusahaan aktif memberikan
kontribusi kepada masyarakat baik melalui aktifitas bisnis kami sehari-hari, maupun melalui
berbagai kegiatan hubungan masyarakat yang bermanfaat dan memberikan dampak langsung
bagi kehidupan masyarakat.

2.4 Perumusan Sasaran
Setelah itu perusahaan melakukan Analisis SWOT, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dikenal juga dengan Analisis SWOT, lalu sasaran menjelaskan tujuan-tujuan yang spesifik
dalam jumlah dan waktu. Dengan demikian sasaran memudahkan untuk perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian. Sasaran perusahaan dapat berupa profitabilitas, posisi pasar,
produktivitas, kepemimpinan teknologi, pengembangan sumberdaya manusia, hubungan antar
karyawan

dan

tanggungjawab

sosial.

Sedikit sekali usaha yang hanya memiliki satu tujuan. Sebagian besar unit usaha memiliki
bauran tujuan yang mencakup laba, pertumbuhan penjualan, peningkatan pangsa pasar,
pembatasan risiko, inovasi reputasi, dan sebagainya. Unit usaha menentukan tujuannya dan

melakukan pengelolaan usaha sesuai tujuan tersebut (Management By Objectives-MBO).
Agar sistem MBO dapat bekerja dengan baik, tujuan-tujuan unit usaha harus memenuhi
empat kriteria :
• Pertama tujuan harus diurutkan secara hirarkis, dari yang paling penting sampai yang kurang
penting. Sebagai contoh tujuan utama unit usaha untuk suatu periode mungkin dapat berupa
peningkatan tingkat pengembalian investasi. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan laba dan
atau mengurangi biaya. Pendapatan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pangsa pasar
dan/atau harga jual. Dengan terus melakukan ini, unit usaha dapat bergerak dari tujuan umum
ke

tujuan

khusus

untuk

departemen

dan

individu

tertentu.

• Kedua, tujuan harus dapat dinyatakan secara kuantitatif apabila dimungkinkan. Tujuan
‘meningkatkan tingkat pengembangan investasi (return On Investment-ROI)” lebih baik
dinyatakan sebagai sasaran “meningkatkan ROI menjadi 15 %, atau lebih baik lagi,
“meningkatkan

ROI

menjadi

15

%

dalam

dua

tahun.

• Ketiga, sasaran – sasaran harus realitis. Sasaran-sasaran seharusnya dihasilkan dari analisa
peluang dan kekuatan unit usaha yang bersangkutan, bukan berdasarkan angan-angan saja.
• Yang terakhir, tujuan-tujuan perusahaan harus konsisten. Tidak mungkin memaksimalkan
baik penjualan maupun laba secara serentak.
Dilema penting lainnya mencakup antara laba jangka pendek versus pertumbuhan jangka
panjang, penetrasi pasar yang ada versus pengembangan pasar baru, sasaran laba versus
sasaran nirlaba, pertumbuhan tinggi versus risiko rendah. Setiap pilihan dalam kelompok
dilema

sasaran

ini

memerlukan

strategi

pemasaran

yang

berbeda.

2.5 Perumusan Strategi dan Program
Sasaran menunjukkan apa yang ingin dicapai suatu unit usaha, strategi adalah suatu rencana
permainan untuk mencapainya. Setiap usaha harus merancang strategi untuk mencapai
tujuannya. Walaupun banyak macam strategi yang tersedia. Michael Porter telah
merangkumnya menjadi tiga jenis umum yang memberikan awal yang bagus untuk pemikiran
strategis

:

keunggulan

biaya

secara

keseluruhan,

diferensiasi,

dan

fokus.

Langkah-langkah dalam Strategi Pemasaran
Strategi Pemasaran merupakan proses lima tahap, yang terdiri dari Analisis Situasi Strategis,
Perancangan Strategi Pemasaran, Pengembangan Program Pemasaran dan Implementasi dan
Pengelolaan Strategi Pemasaran. Gambar di bawah memperlihat tahapan proses strategi
pemasaran.
Analisis situasi strategi meliputi memenangan pasar melalui perencanaan strategis
berorientasi pasar, mengumpulkan informasi dan mengukur permintaan pasar, mencari
peluang di lingkungan pemasaran, menganalisis pasar konsumen dan perilaku pembeli,

menganalisis pasar komunitas internet, menganalisis pasar bisnis dan perilaku pembelian
bisnis, menghadapi pesaing dan mengidentifikasi segman pasar dan memilih pasar sasaran.
Perancangan strategi pemasaran mencakup menentukan posisi dan mendeferensiasi pasar,
strategi hubungan pemasaran dan perencanaan produk baru. Pengembangan program
pemasaran mencakup menetapkan strategi produk, strategi harga, strategi distribusi dan
strategi promosi. Implementasi dan Pengelolaan strategi mencakup merancang organisasi
pemasaran

yang

efektif,

implementasi

dan

pengendalian

strategi.

2.6 Kekuatan dan Kompetensi
Kekuatan atau kompetensi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah Riset and Development
yang intensif, Brand Image, loyalitas konsumen, keadaan distribusi dan pangsa pasar, dan
SDM yang besar dan terlatih.
1. Brand image yang sudah dikenal luas Coca-cola memiliki brand image yang kuat di
pasaran Indonesia. Status coca-cola sebagai produsen minuman bersoda besar di
Indonesia

menjadi

jaminan

mutu

bagi

kesetiaan

dan

loyalitas

konsumen.

2.Riset and Development yang intensif Inovasi adalah salah satu kunci keberhasilan yang
menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar, dikenal luas, serta memberikan
kontribusi bagi masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui riset dan pengembangan
(Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk,
kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas,
kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri.Dengan memahami kebutuhan dan perilaku
konsumen, serta potensi kekayaan alam Indonesia, Coca-Cola berinovasi dengan
menciptakan produk-produk baru yang menjadikan

2. produk minuman cepat saji Coca-Cola mempunyai rasa dan pilihan yang beragam. Untuk
memenuhi kebutuhan konsumen secara lebih spesifik, pada tahun 2002 Coca-Cola
meluncurkan AQUARIUS, minuman isotonik yang diperuntukkan bagi mereka yang aktif
dan gemar berolahraga. Pada tahun yang sama, Coca-Cola Indonesia meluncurkan
Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun
2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut
“Fanta Oranggo”, setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Pada
tahun ini pula, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Sunfill – produk minuman Sirup dan
Serbuk instan rasa buah. Dengan inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang
ditawarkan

akan

mampu

memenuhi

kebutuhan

pasar

di

Indonesia.

Selain berinovasi pada produk-produk baru, Coca-Cola juga mencoba mengembangkan
desain kemasan minuman, serta meningkatkan kualitasnya. Setelah meluncurkan Frestea

dalam kemasan botol, pada akhir tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea
dalam kemasan Tetra Wedge yang lebih mudah dan praktis untuk dibawa. Pada akhir
2003, Coca-Cola, Sprite, dan Fanta hadir dalam kemasan kaleng ramping baru yang unik.
Pada tahun 2004 ini, Coca-Cola hadir dengan inovasi terbaru yaitu botol gelas berbobot
lebih ringan 30 % dengan desain mungil, imut, tapi kuat. Inovasi kemasan produk akan
terus

dikembangkan

sesuai

dengan

perkembangan

teknologi

terbaru.

Strategi pemasaran Coca-Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yang unik dan kreatif.
Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang sedang berlangsung, baik
melalui konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan, maupun
iklan TV. Pada tahun 2004 ini, iklan Coca-Cola versi Kabayan dinobatkan sebagai iklan
paling efektif dalam bulan Pebruari dan Maret versi survey TV Ad Monitor MRI. Promo
Coca-Cola juga memanfaatkan momentum tertentu, misalnya: Demam Piala EURO 2004.
Dengan memanfaatkan event berskala nasional maupun internasional, Coca-Cola
mencoba

tampil

dengan

strategi

pemasaran baru yang menarik masyarakat.

Selain berinovasi dalam produk, kemasan, dan strategi pemasaran; perlengkapan
penjualan baru juga dikembangkan ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan inovasi ini,
Coca-Cola Indonesia menciptakan jenis krat baru yang lebih ringan, dibuat dari bahan
yang ramah lingkungan.

3. Kunci sukses inovasi tersebut adalah kolaborasi yang baik antara Coca-Cola Bottling
Indonesia dan Coca-Cola Company, pengembangan varian minuman cepat saji
3. Ramuan rahasia yang tidak dimiliki produk lain Sari rasa untuk coca-cola dibuat di
pabrik-pabrik the coca-cola company dan sampai sekarang tetap merupakan rahasia
dagang terbesar didunia

4. Sumberdaya manusia yang besar dan terlatih Pengembangan sumber daya manusia
merupakan salah satu focus utama manajemen dalam menyiapkan tenaga kerja yang
handal, dinamis dan penuh dedikasi. Sasaran PT. Coca – cola tak lain ialah memberi
layanan yang prima dan memuaskan kepada lebih dari 200 juta konsumen melalui sekitar
400,000 pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. PT. Coca – cola menyadari bahwa
untuk meraih semua peluang yang ada, memberikan layanan yang terbaik kepada para
pelanggan, dan untuk dapat mengahadapi tantangan lingkungan bisnis yang kompetitif,
tim-tim PT. Coca – cola perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, serta sikap yang tepat.
Selama sejarah keberadaan Coca-Cola di Indonesia yang cukup lama, PT. Coca – cola
tetap menyelenggarakan berbagai pelatihan serta mengembangkan SDM untuk menjamin
bahwa kemampuan bisnis perusahaan senantiasa memenuhi tuntutan pasar, dan para
karyawan mampu menghasilkan apa yang diharapkan dari mereka. Sementara itu, PT.
Coca – cola juga secara berkesinambungan merekrut tenaga-tenaga muda berpotensi

untuk

menduduki

posisi-posisi

penting

di

masa

mendatang.

PT. Coca – cola memiliki satu tim khusus yang bertugas meningkatkan keterampilanketerampilan fungsi teknis, bidang manajemen dan kepemimpinan karyawan. Tim
tersebut didukung dan disertifikasi oleh sejumlah lembaga pelatihan dan pengembangan
SDM internasional. Diantaranya terdapat The Coca-Cola Company, Coca-Cola Amatil
dan beberapa lembaga internasional lainnya. PT. Coca – cola menghadirkan kelompok
fasilitator baik dari dalam organisasi sendiri, maupun dari lingkungan luar yang memiliki
kepiawaian bisnis yang tajam, pengalaman kerja langsung dalam bidang-bidang terkait,
serta yang jauh lebih penting, “menjiwai pendidikan”.
5.Pelayanan

terhadap

pelanggan

dan

consumen

Coca-cola

bottling

Indonesia

menyediakan layanan National contact centre (NCC), yaitu pusat layanan bagi pelanggan
dan konsumen diseluruh Indonesia. NCC berfungsi sebagai media bagi pelanggan atau
konsumen untuk mendapatkan layanan dan informasi yang terkait denan perusahaan dan
produk Coca-cola.
Layanan NCC meliputi
1. layanan pelanggan yang mencakup permohonan menjadi pelanggan, alat pendingin,
pemesanan produk, serta hal lain yang terkait dengan distribusi dan penjualan
2. Layanan Konsumen yang meliputi informasi produk, kualitas produk dan kemasan,
kegiatan promosi produk.
3. Pertanyaan umum yang mencakup penelitian, praktek kerja dan lowongan.

5. Sistem informasi yang memadai pengembangan pendekatan manajemen system informasi
yang terarah pada organisasi merupakan bentuk pengaruh evolusi tekhnologi terhadap
dunia usaha dewasa ini.

6. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran Coca-cola memiliki cirri khas tersendiri yang unik dan kreatif.
Berbagai program promosi diadakan sesuai even yang sedang berlangsung. Baik melalui
konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol. Hadiah kejutan maupun iklan

7. Sistem informasi yang memadai pengembangan pendekatan manajemen system informasi
yang terarah pada organisasi merupakan bentuk pengaruh evolusi tekhnologi terhadap
dunia usaha dewasa ini

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
PT. Coca Cola Perusahaan Coca Cola Bottling Indonesia (CCBI) merupakan salah satu
produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di dunia, yang memproduksi dan
mendistribusikan produk – produk berlisensi dari The Coca Cola Company di Amerika
Serikat. CCBI merupakan pemimpin pasar untuk kategori minuman ringan dengan menguasai
20% pasar yang ada di Indonesia dan 90% untuk minuman ringan berkarbonasi. Selain
memproduksi minuman ringan dengan merek Coca Cola, CCBI memproduksi minuman
ringan dengan merek lain yaitu Sprite, Fanta, dan varian yang terbaru adalah Frestea yang
digunakan untuk menyaingi Fruit Tea dari Group Sosro. (www.cocacolabottling.co.id).
Walaupun sebagai perusahaan multi nasional dan pemimpin pasar di kategori minuman
ringan, Coca Cola masih tetap melakukan kegiatan promosi baik secara above the line
maupun below the line, untuk tetap menjaga komunikasinya dengan konsumen mereka.
Strategi pemasaran Coca Cola mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu unik dan kreatif.
Berbagai program promosi diadakan sesuai dengan event yang berlangsung, baik melalui
konser musik, pameran, promo penukaran tutup botol, hadiah kejutan maupun iklan di
televisi.

SARAN
Merek Coca Cola memang tidak ada tandingannya di kelas minuman berkarbonasi. Namun,
sebagai merek yang umurnya sudah lebih dari satu abad, Coca Cola membutuhkan
penyegaran baru. Strategi pemasaran Coca Cola dinilai kuno, dengan inovasi dan ekspansi
yang lambat dalam mengatasi pesaing dan memenuhi keinginan pasar. Permasalahan yang
dihadapi Coca Cola saat ini adalah bertahan di tengah peralihan masyarakat dunia yang mulai
meninggalkan minuman berkarbonasi dan beralih ke jenis-jenis lain yang sedang ngetrend,
seperti teh, jus, minuman olahraga, dan air mineral.

Banyak yang harus dibenahi dalam strategi perencanaan dan pemasaran Coca Cola agar bisa
bersaing dengan perusahaan sejenis. Kekuatan merek sebaiknya ditunjang dengan promosi
yang kontinuitas, ekspansi pasar, dan inovasi produk yang terukur
Pada dasarnya PT. Coca-Cola Bottling Indonesia telah melakukan cara pemasaran yang baik.
Meskipun begitu, para konsumen merasa bosan dengan produk minuman karbonasi. Salah
satu hambatan yang membuat Coca-Cola dan minuman bersoda lainnya sulit berkembang di
Negara lain selain Amerika karena minum minuman bersoda bukan budaya universal.Sebagai
contoh, Sebagian besar orang Indonesia lebih memilih air putih atau teh. Ini menjadi PR
(pekerjaan rumah) besar bagi PT. Coca-Cola Bottling Indonesia. Karena itu, mereka harus
lebih lokal lagi, agar lebih bisa memahami karakter konsumen di Indonesia. Kalau tidak,
komunikasi seperti apa pun tidak akan bisa mengangkat penjualannya.