PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN STRATEGI BERBASIS BALANCE SCORECARD PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK Nawirah

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN STRATEGI BERBASIS BALANCE
SCORECARD PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK
Nawirah
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50, Tlp 0341-558881, Fax. 0341-558881
E-Mail dnawirah@yahoo.com

Abstract
Management strategies has become an important issue for the public sector.
Management strategies can be understood as the process of selection and implementation
strategies. In this paper tries to provide an alternative thinking in the management of
performance improvement strategies for the public sector through the balanced
scorecard.
Balanced Scorecard is not only used by private sector organizations but also
public sector organizations. Public sector organizations are organizations that provide
services to people with not-for- profit purposes. To be used by public sector
organizations, the balanced scorecard should be modified. This paper also discusses how
to build a balanced scorecard, include determining strategic objectives, targets to be
achieved as well as initiatives, and implementing balanced scorecard in public sector
organizations. The concept is applied in a balanced scorecard, which the visio, mission,

strategy translates the strategic management approach through a financial perspective,
customer, internal business processes, learning and growth.
Keywords: balanced scorecard, strategy management, public sector organizations
Abstrak
Manajemen strategi telah menjadi isu penting bagi sektor publik. Manajemen
strategi dapat dipahami sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi.
Didalam paper ini mencoba menyajikan alternatif pemikiran didalam peningkatan
performansi manajemen strategi untuk sektor publik melalui balanced scorecard.
Balanced scorecard tidak saja digunakan oleh organisasi sector swasta tetapi juga
organisasi sector publik. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang menyediakan
jasa pada masyarakat dengan tujuan bukan untuk mencari profit. Untuk dapat digunakan
oleh organisasi sektor publik, balanced scorecard tersebut harus dimodifikasi. Paper ini
juga membahas bagaimana membangun balanced scorecard, meliputi menentukan tujuan
strategis, target yang ingin dicapai serta inisiatif, dan mengimplementasikan balanced
scorecard pada organisasi sector publik. Konsep yang diterapkan dalam balanced
scorecard, dimana visi, misi, strategi diterjemahkan dengan pendekatan manajemen

strategik melalui perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan
dan pembelajaran.
Kata kunci: balanced scorecard, manajemen strategi, organisasi sektor publik


Pendahuluan
Pernyataan visi dan misi suatu organisasi merupakan gambaran ideal organisasi
atas apa yang dicapai dimasa yang akan datang melalui kegiatan operasionalnya. Untuk
mencapai visi dan misi tersebut organisasi menyusun rencana-rencana strategis yang
harus dilakukan oleh setiap anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencanarencana strategis tersebut, organisasi sering menghadapi hambatan bahkan kegagalan.
Hambatan-hambatan yang menyebabkan organisasi mengalami kegagalan dalam
mengimplementasi rencana-rencana strategis tersebut antara lain:
1. Hambatan visi, dimana tidak banyak orang dalam organisasi memahami strategi
organisasi
2. Hambatan orang, banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak
terkait dengan strategi organisasi
3. Hambatan sumber daya, waktu, energi, dan uang tidak dialokasikan pada hal-hal
yang penting dalam organisasi
4. Hambatan manajemen, manajemen menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk
strategi organisasi dan terlalu banyak waktu untuk pembuatan keputusan taktis
jangka pendek (Gaspersz, 2006:2).
Organisasi membutuhkan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengkomunikasikan rencana-rencana strategis tersebut kepada semua anggota organisasi.
Alat komunikasi yang bisa digunakan oleh organisasi adalah Balanced Scorecard (Malina

dan Selto 2001).
Organisasi sektor publik adalah organisasi yang mengelola misi dan tanggung
jawab yang dibebankan oleh publik baik finansial maupun non financial (Mardiasmo,
2009:2). Rangkaian yang saling berkaitan menuntut adanya infrastruktur sistem
pertanggungjawaban kinerja yang memadai. Pertanggungjawaban yang disusun oleh
organisasi sektor publik harus nampak dari sisi keuangan maupun non keuangan dan

keduanya seharusnya harus terukur dan dapat diperhitungkan dan dianalisis secara akurat,
dengan demikian akan terwujud asas-asas pemerintahan yang baik dengan terwujudnya
entitas organisasi sektor publik yang menyiapkan pertanggungjawaban kinerjanya serta
dapat diaudit (Bastian, 2007:42).
Meskipun organisasi publik tidak bertujuan untuk mencari profit, organisasi ini
terdiri dari unit-unit yang saling terkait yang mempunyai misi yang sama yaitu melayani
masyarakat. Untuk itu organisasi publik harus dapat menterjemahkan misinya kedalam
strategi, tujuan, ukuran serta target yang ingin dicapai, yang kemudian dikomunikasikan
kepada unit-unit yang ada untuk dapat dilaksanakan sehingga semua unit mempunyai
tujuan yang sama yaitu pencapaian misi organisasi. Untuk itu organisasi publik dapat
menggunakan balanced scorecard dalam menterjemahkan misi organisasi kedalam
serangkaian tindakan untuk melayani masayarakat. Dengan adanya perbedaan-perbedaan
antara organisasi swasta dan publik, maka balanced scorecard harus dimodifikasikan

terlebih dahulu agar sesuai dengan kebutuhan organisasi public (Rohm, 2004).
Sistem Manajemen Strategis
Sistem

manajemen

strategis

merupakan

proses

merumuskan

dan

mengimplementasikan strategi untuk mewujudkan visi secara terus menerus secara
terstruktur. Strategi adalah pola tindakan terpilih untuk mencapai tujuan tertentu. Pada
mulanya, sistem manajemen strategis bercirikan:
1. Mengandalkan anggaran tahunan

2. Berjangka panjang
3. Berfokus pada kinerja keuangan
Sistem manajemen strategis diperlukan karena organisasi dituntut untuk
berkembang secara terencana dan terukur, sehingga memerlukan peta perjalanan dalam
menghadapi masa depan yang tidak pasti, memerlukan langkah-langkah strategis dan
perlu mengarahkan kemampuan dan komitmen sumber daya manusia untuk mewujudkan
tujuan organisasi. Balanced scorecard memberikan solusi terhadap tuntutan ini.
Balance Scorecard
Kemunculan gagasan balanced scorecard berawal dari temuan riset Kaplan dan
Norton (dari Harvard Business School) pada awal tahun 1990-an. Konsep awal balanced

scorecard berdasarkan riset tersebut ditulis pada tahun 1992 di majalah prestisius
Harvard Business Review. Pada tahun 1996 Norton dan Kaplan menerbitkan buku The
Balanced Scorecard Translating Strategy into Action. Buku ini semakin mempopulerkan
balanced scorecard, sampai ke negara-negara di Eropa, Australia dan Asia. Belum lama
ini juga menerbitkan buku The Strategy Focused Organisation How BSC Companies
Thrive in the New Business Environment (2001). Para penemu dan rekan-rekannya
membangun sebuah lembaga Balanced Scorecard Collaboration untuk mempopulerkan
penggunaan balanced scorecard pada berbagai institusi di berbagai negara.
Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk

mengelola implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan
visi, strategi dan sasaran kepada stakeholders. Kata balanced dalam balanced scorecard
merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai perspektif, jangka waktu (pendek
dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern). Kata scorecard mengacu pada
rencana kinerja organisasi dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif
(Kaplan dan Norton, 2001:7).
Menurut Mulyadi (2001:1) mendefinisikan Balanced Scorecard berdasarkan asal
katanya yaitu balanced (seimbang) dan scorecard (kartu skor). Pengertian Balanced
Scorecard menurut asal katanya adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil
kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang
hendak diwujudkan oleh personel masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak
diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.
Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personel yang
bersangkutan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel
diukur secara berimbang dari aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, intern dan ekstern.
Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam beberapa cara:
1. Menjelaskan visi organisasi
2. Menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi itu
3. Mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya


4. Meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi yang tepat
untuk mengarahkan perubahan.
Beberapa alasan yang membedakan balanced scorecard dengan konsep lainnya,
adalah :
1. Balanced scorecard adalah alat komprehensif untuk memahami pelanggan dan
kebutuhannya dan kesenjangan kinerja
2. Balanced scorecard menyiapkan logika untuk menciptakan modal intangible dan
intelektual.
3. Balanced scorecard mampu mengartikulasi strategi pertumbuhan menjadi
keandalan bisnis yang fokus kepada upaya-upaya non finansial.
4. Balanced scorecard memampukan karyawan memahami strategi dan kaitan
sasaran ke dalam operasi perusahaan dari hari ke hari.
5. Balanced scorecard memfasilitasi umpan balik review kerja dari waktu ke waktu.
Dalam menerapkan balanced scorecard, Kaplan dan Norton (1996:129),
mensyaratkan dipegangnya Lima prinsip utama berikut:
1. Menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced scorecard ke dalam
terminologi operasional sehingga semua orang dapat memahami
2. Menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini untuk
memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan

3. Membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui kontribusi
setiap orang dalam implementasi strategis
4. Membuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan adaptasi
organisasi
5. Melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi perubahan.
Sistem Manajemen Strategi berbasis Balance Scorecard
Sistem manajemen strategi berbasis balance scorecard adalah manajemen strategi
yang dilaksanakan secara bersistem yang menggunakan balanced scorecard dalam sistem
perencanaan strategi sebagai alat penerjemah visi, misi, tujuan, keyakinan dasar, nilai
dasar, dan strategi organisasi.

Mulyadi (2001:18) menyatakan bahwa peran balanced scorecard dalam sistem
manajemen strategis adalah:
1. Memperluas perspektif dalam setiap tahap sistem manajemen strategis
2. Membuat fokus manajemen menjadi seimbang
3. Mengaitkan berbagai sasaran secara koheren
4. Mengukur kinerja secara kuantitatif.
Kelebihan sistem manajemen strategis berbasis balanced scorecard dibandingkan
konsep manajemen yang lain adalah bahwa dia menunjukkan indikator outcome dan
output yang jelas, indikator internal dan eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan,

dan indikator sebab dan akibat. Balanced scorecard juga diterapkan dalam situasi-situasi
yang rutin, antara lain: pada saat menyusun rencana alokasi anggaran, menyusun
manajemen kinerja, melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, memperoleh umpan
balik, meningkatkan kapasitas staf.
Ada kemungkinan kegagalan dalam menerapkan balanced scorecard. Menyusun
balanced scorecard bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak organisasi gagal membuat
balanced scorecard karena berbagai sebab. Sebab-sebab itu antara lain adalah:
1. Tidak ada komitmen pimpinan
2. Terlalu sedikit staf terlibat
3. Scorecard disimpan saja
4. Proses penyusunan yang lama dan sekali jadi
5. Menganggap balanced scorecard sebagai sebuah proyek
6. Kesalahan memilih konsultan
7. Menggunakan balanced scorecard hanya untuk keperluan pemberian kompensasi

Manajemen strategi berbasis balanced scorecard terdiri dari enam tahap:
(Mulyadi, 2001:46)
1. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Proses manajemen strategik diawali dengan perumusan strategi. Strategi
dirumuskan melalui sistem perumusan strategi yang terdiri dan empat tahap

utama:
a. Trendwatching, pengamatan lingkungan yang akan dimasuki oleh
perusahaan di masa depan

b. Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats),
c. Envisioning, penentuan misi, visi, tujuan (goals) keyakinan dasar, dan nilai
dasar
d. Pemilihan strategi, penentuan strategi yang digunakan untuk mewujudkan
visi organisasi.
2. Perencanaan Strategi (Strategic Planning)
Organisasi merumuskan strategi pilihan untuk mewujudkan visi melalui
misi organisasi, strategi tersebut kemudian perlu diimplementasikan. Langkah
pertama pengimplementasian strategi pilihan adalah dengan melaksanakan
perencanaan strategik melalui sistem perencanaan strategik. Dalam langkah ini,
misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi diterjemahkan ke
dalam sasaran dan inisiatif strategik.
Sasaran strategik merupakan sasaran-sasaran masa depan yang hendak
dituju oleh organisasi sebagai penerjemahan strategi untuk mewujudkan visi dan
tujuan (goals). Oleh karena perwujudan sasaran strategik memerlukan waktu lama
di masa depan, organisasi perlu menetapkan tonggak-tonggak (milestones) untuk

menandai pencapaian di sepanjang perjalanan untuk mewujudkan sasaran
strategik. Untuk mewujudkan sasaran strategik diperlukan inisiatif strategik
berupa prakarsa besar yang akan dilaksanakan oleh organisasi. Inisiatif strategik
inilah yang kemudian dijabarkan ke dalam program dalam proses penyusunan
program (programming) dan pada gilirannya program yang dihasilkan dan
penyusunan program inilah yang kemudian dijabarkan ke dalam anggaran dalam
proses penyusunan anggaran (budgeting).
3. Penyusunan Program(Programming System)
Penyusunan program adalah proses penjabaran inisiatif strategik ke dalam
program. Pelaksanaan inisiatif strategik memerlukan perencanaan sistematik
langkah-langkah besar yang akan ditempuh oleh organisasi dalam jangka panjang
ke depan beserta perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk dan diperoleh dan
usaha menjalankan langkah-langkah tersebut. Penyusunan program dilaksanakan

melalui sistem penyusunan program yang menghasilkan keluaran berupa program
beserta prakiraan sumber daya yang diperlukan.
4. Penyusunan Anggaran(Budgeting)
Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana laba jangka
pendek (biasanya untuk jangka waktu satu tahun atau kurang) yang berisi
langkah-langkah yang akan ditempuh oleh organisasi dalam melaksanakan
sebagian dan program. Penyusunan anggaran dilaksanakan melalui sistem
penyusunan anggaran.
Penyusunan anggaran bertujuan untuk menentukan kegiatan tahun
berikutnya dan sumber daya yang diperlukan. Anggaran disusun berdasarkan
iniatif yang telah dirumuskan. Anggaran yang baik adalah: merupakan rencana
tindakan terperinci, merupakan rencana satu-dua tahunan, menguraikan biaya
yang

diperlukan,

mengidentifikasi

pencapaian

terpenting

kegiatan

tsb.,

menyebutkan siapa yang akan bertanggung jawab, sebagai referensi menyusun
rencana kinerja individual, ditulis secara singkat namun lengkap, alat untuk
memantau kinerja dan diperbarui apabila terjadi perubahan-perubahan. Dengan
demikian balanced scorecard mendukung suatu sistem manajemen yang lengkap
dengan mengkaitkan strategi jangka panjang ke penganggaran tahunan.
5. Pengimplementasian
Tahap ini melaksanakan kegiatan sesuai rencana.
6. Pemantauan
Tahap ini membandingkan kinerja dengan target. Berbagai kemungkinan
hasil adalah berhasil, gagal, dan variasi diantara keduanya. Prinsip umum dalam
pemantauan adalah mengukur kinerja, membandingkan kinerja, melakukan
tinjauan ulang, memberi penghargaan dan mengidentifikasi hasil yang dicapai,
mempelajari pengalaman, menyesuaikan dan menyegarkan strategi, dan
melakukan perbaikan. Pemantauan harus diikuti dengan pengendalian. Jenis-jenis
pengendalian: pengendalian premis/asumsi dasar, pengendalian implementasi,
pengawasan strategis, dan pengendalian berdasarkan sinyal-sinyal khusus.

Pengendalian dapat lebih mudah dilakukan dengan menggunakan balanced
scorecard karena tolok ukurnya sudah diperjelas.
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan
pengimplementasian konsep tersebut. Pada tahap awal eksperimennya, balanced
scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat hasil skor kinerja
eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan eksekutif dimasa mendatang
dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan
untuk evaluasi atas kinerja eksekutif.
Dalam perkembangan selanjutnya, balanced scorecard tidak hanya berkaitan
dengan kartu yang dipakai untuk mengukur kinerja eksekutif. Balanced scorecard lebih
dimanfaatkan sebagai alat eksekutif untuk perencanaan strategic, yaitu sebagai alat untuk
menerjemahkan visi, misi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi organisasi ke
dalam rencana tindakan (actions plan) yang komprehensif, koheren, terukur dan
berimbang. Kekuatan sesungguhnya balanced scorecard terletak bukan hanya pada
kemampuannya sebagai pengukur kinerja eksekutif, namun justru terletak pada
kemampuannya sebagai alat perencanaan strategik.
Pengembangan Organisasi Sektor Publik dengan Balance scorecard
Pengembangan

organisasi

merupakan

upaya

meningkatkan

kemampuan

organisasi berdasarkan persepektif waktu jangka panjang yang terdiri dari serangkaian
penahapan dengan penekanan pada hubungan antar individu, kelompok dan organisasi
sebagai keseluruhan. Pengembangan organisasi dapat juga dikatakan aplikasi pendekatan
kesisteman terhadap hubungan fungsional, struktural, teknikal, dan personal dalam
organisasi.
Pengembangan organisasi merupakan suatu perubahan organisasi, oleh karena itu
Siagian (1995:21) mengatakan bahwa persepsi tentang perlunya perubahan harus
dirasakan karena hanya dalam kondisi demikianlah para anggota organisasi dapat
diyakinkan bahwa dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi,
diperlukan cara kerja baru, metode kerja baru, dan bahkan mungkin strategi dan visi yang
baru. Salah satu ciri umum pengembangan organisasi adalah bahwa pengembangan

organisasi merupakan suatu proses yang terus menerus dan dinamis. Pelaksana harus
mampu mengubah strategi selama proses sedang berlangsung sebagai akibat masalahmasalah yang timbul dan kejadian-kejadian organisasi.
Tujuan finansial bukan merupakan tujuan utama yang memadai untuk sektor
publik. Organisasi sector publik mengukur keberhasilan mereka melalui kemampuan
mengatur

pengeluaran

sejumlah

anggaran

yang

berwujud

pada

kebutuhan

masyarakat, instansi pemerintah lain dan pemerintah pusat (stakeholders). Dengan
demikian, fokus utama organisasi pemerintah bukan pada pencapaian tujuan
finansial namun pada tujuan yang berfokus pada pelanggan, yang dalam hal ini
adalah masyarakat dan pemerintah pusat (Gaspersz, 2006:210).
Keberhasilan pemerintah dan nirlaba (non-profit organizations) diukur melalui
efektivitas dan effisiensi dalam memenuhi kebutuhan stakeholders yang diwujudkan
melalui tujuan-tujuan yang berwujud (tangibles objectives). Para pejabat pemerintah
dapat mulai mendefinisikan segmen masyarakat yang dilayani, dan kemudian
memilih tujuan dan ukuran kinerja untuk segmen tersebut. Pernyataan visi, misi dan
strategi organisasi pemerintah yang berfokus pada masyarakat harus diterjemahkan dalam
tujuan yang spesifik yang berorientasi pada masyarakat dan dikomunikasikan ke seluruh
organisasi.
Melalui scorecard organisasi sektor publik akan mampu menjelaskan misinya
kepada masyarakat dan dapat mengidentifikasi indikator kepuasan masyarakat secara
lebih transparan, objektif dan terukur serta mampu mengidentifikasi proses kerja dan
kwalitas sumber daya manusia yang dibutuhkannya dalam mencapai misi dan strateginya.
Sedangkan didalam proses implementasinya, kegiatan yang dilakukan oleh organisasi
publik akan dapat menghadirkan suatu sistem manajemen startegik yang berorientasi
pada masyarakat.
Penerapan Sistem Manajemen Strategi berbasis Balance Scorecard pada Organisasi
Sektor Publik
Semakin nyata dan jelas tentang isu-isu kontrol strategi pada sektor publik hal ini
menjadikan pendekatan balance scorecard akan efektif untuk
tersebut.

isu-isu kontrol strategi

Institusi public perlu mengadopsi balanced scorecard. Pemerintah pada era
sekarang ini, baik pemerintah pusat, daerah maupun lokal diharapkan untuk menjadi:
akuntabel, kompetitif, ramah rakyat, dan berfokus pada kinerja. Organisasi sektor publik
juga ditantang untuk memenuhi harapan berbagai kelompok stakeholders (yaitu penerima
layanan, karyawan, lembaga pemberi pinjaman/hibah, masyarakat, dan pembayar pajak).
Tuntutan ini mengharuskan organisasi sektor publik untuk bertindak profesional
sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi sektor swasta. Organisasi sektor publik
harus mempunyai sistem manajemen strategis. Karena dunia eksternal adalah sangat
tidak stabil, maka sistem perencanaan harus mengendalikan ketidakpastian yang ditemui.
Organisasi sektor publik, dengan demikian harus berfokus strategi. Strategi ini lebih
bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis, dan merupakan pekerjaan setiap staf.
Organisasi sektor publik harus juga merasakan, mengadakan percobaan, belajar, dan
menyesuaikan dengan perkembangan. Agar organisasi sektor publik dapat berfokus pada
strategi yang sudah dirumuskan, maka organisasi pemerintah juga harus menterjemahkan
strategi ke dalam terminologi operasional, menyelaraskan organisasi dengan strategi (dan
bukan sebaliknya), memotivasi staf sehingga membuat strategi merupakan tugas setiap
orang, menggerakkan perubahan melalui kepemimpinan eksekutif, dan membuat strategi
sebagai suatu proses yang berkesinambungan.
Balanced scorecard sebaiknya dikembangkan oleh setiap organisasi sector public
untuk mempertajam perannya dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, sehingga
membedakannya dengan organisasi sektor publik lain. Tugas pengawasan oleh DPR
terhadap pemerintah akan dipermudah jika instansi publik memiliki strategi berbasis
balanced scorecard. Perumusan balanced scorecard bukan suatu pekerjaan sekali jadi,
melainkan tugas yang terus menerus, dengan setiap saat ada proses penyempurnaan dan
yang terpenting adalah dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi organisasi.
Ada empat perspektif yang terkandung di dalam balanced scorecard apabila
dihubungkan dengan organisasi sector public sangat relevan dan memungkinkan untuk
diadakan pengukuran. (Gaspersz, 2006:211)
1. Perspektif pelayanan, yaitu sejauh mana kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah. Kepuasan tersebut dapat diukur dengan jumlah

keluhan dan komplain masyarakat terhadap pelayanan public yang diberikan oleh
pemerintah melalui aspirasi yang disampaikan masyarakat di DPR/DPRD, di
media masa, media elektronik dll. Keluhan tersebut dapat terjadi karena
pelayanan yang diberikan belum baik, seperti:
a. Keluhan karena lamanya waktu pelayanan publik
b. Keluhan karena kualitas hasil pelayanan public belum baik
c. Bisa juga terjadi karena sikap dan perilaku aparat pelayanan public yang
memang belum bagus.
2. Perspektif bisnis internal dikaitkan dengan proses internal pada organisasi public,
yakni kinerja pegawai, sejauh mana organisasi public mengadakan inovasi,
maksimalisasi produk kebijakan dalam pelayanan internal serta interaksi
masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan penilaian ini dikaitkan dengan
sikap dan perilaku orang atau aparat yang melayani.
3. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan di dalam organisasi public mencakup
tentang pemberdayaan sumber daya manusia sebagai perangkat dari organisasi
public. Pendidikan dan pembelajaran perlu diberikan kepada karyawan agar
termotivasi memiliki keahlian dan keterampilan kerja memperbaiki pola kerja,
system kerja, sikap dan perilaku di dalam bekerja. Sebab kalau aparat pintar,
kualitas pekerjaan baik, waktu pelayanan cepat akan diperoleh penghematan
biaya.
4. Perspektif keuangan/financial, Perspektif kinerja financial merupakan hasil dari
suatu proses yang berlanjut karena adanya peningkatan sumber daya yang
dimiliki.
Menurut Gaspersz (2006:207), terdapat perbedaan perspektif balance scorecard
yang diterapkan dalam sektor publik dengan yang diterapkan pada sektor swasta yang
berorientasi pada keuntungan, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1
Tabel 1. Perbedaan Perspektif Balance Scorecard pada Sektor Publik dan Swasta
Perspektif
Finansial

Sektor publik

Sektor Swasta

Bagaimana kita melihat/

Bagaimana kita melihat/

memandang dan

memandang dan

Pelanggan

memberikan nilai pada

memberikan nilai kepada

stakeholders?

pemegang saham?

Bagaimana stakeholders

Bagaimana pelanggan

yang menggunakan

melihat atau memandang

jasa/pelayanan publik

dan mengevaluasi kinerja

memandang dan

kami?

mengevaluasi kami?
Pembelajaran dan

Dapatkah kita melanjutkan

Dapatkah kita melanjutkan

Pertumbuhan

untuk meningkatkan dan

untuk meningkatkan dan

menciptakan nilai bagi

menciptakan nilai bagi

stakeholders?

pelanggan, pemegang
saham, karyawan,
manajemen?

Proses Bisnis

Apakah program-program

Apakah yang harus

Internal

pembangunan yang

diunggulkan dari proses

dilaksanakan telah

dan produk kami?

memberikan hasil-hasil
sesuai dengan yang
diharapkan?
Sumber: Gaspersz 2006
Dengan adanya pelaksanaan kegiatan atau produk layanan yang baik selanjutnya
akan memperoleh hasil respon positif dari masyarakat dalam bentuk pembayaran pajak
dan retribusi daerah atau sumber lainnya. Ini adalah hasil akhir sebagai akibat dari tiga
aspek berjalan dengan baik. Oleh karena itu keuangan organisasi public yang baik
berimplikasi pada kualitas pelayanan, seperti penyerahan produk hasil layanan tepat
waktu, kualitas produk/jasa layanan public menjadi lebih baik, kesejahteraan pegawai
meningkat dan pegawai termotivasi untuk bekerja lebih baik karena imbalan yang
tersedia serta hasil pekerjaan mereka sangat dihargai.
Tujuan penerapan balance scorecard pada pengukuran kinerja organisasi public
adalah untuk menyatakan adanya keseimbangan antara berbagai ukuran internal dan

eksternal. Untuk ukuran internal atau pihak pemerintah yang mengalokasikan anggaran
dan pihak eksternal atau masyarakat penerima manfaat atau pihak yang dilayani dengan
menggunakan berbagai ukuran seperti: kecepatan, ketepatan dan kualitas pelayanan di
bidang kesehatan, di bidang pendidikan, bidang perhubungan, bidang transportasi, bidang
pelayanan administrasi umum kemasyarakatan seperti KTP dan perizinan termasuk
didalam membangun fasilitas public seperti jalan dan gedung.
Balance scorecard lebih dari sekedar pengukuran taktis atau operasional tetapi
pada organisasi yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah system
manajemen strategis untuk mengelola strategi jangka panjang organisasi yang
menggunakan focus pengukuran kinerja scorecard untuk menghasilkan berbagai proses
manajemen penting sebagai berikut:
1. Memperjelas dan menerjemahkan misi dan strategi organisasi
2. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan strategis
3. Merencanakan dan menetapkan sasaran untuk menyelaraskan berbagai inisiatif
organisasi
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran utamanya didalam membenahi
strategis organisasi menuju pelayanan yang lebih baik.
Tantangan untuk Sistem Manajemen Strategik pada Organisasi Sektor Publik
Kesadaran untuk berhubungan dengan strategi pada organisasi sektor publik
adalah merupakan hal yang baru. Perencaaan sudah merupakan hal umum dilakukan oleh
organisasi sektor publik, tetapi perencaaan bukanlah strategi. Strategi merupakan
positioning organisasi di masa depan dengan memberikan daya ungkit melalui aset-aset
yang dimiliki untuk menciptakan asset yang dapat membawa organisasi pada posisi
superior terhadap pesaing melalui penciptaan nilai. Manajemen strategi pada organisasi
sektor publik bukanlah merupakan adaptasi sederhana dari teori strategi sektor bisnis.
Sudah menjadi pemikiran umum bahwa organisasi sektor publik diposisikan
sebagai organisasi yang berada dalam lingkungan yang fakum dari kompetisi. Sevaliditas
apapun pandangan tersebut di masa lalu, saat ini pandangan tersebut tidak menyakinkan
sama sekali. Secara gambaran, semua organisasi akan beroperasi dalam lingkungan
kompetisi, baik kompetisi tersebut dalam konteks menentukan pilihan supplier yang

berkualitas ataukah dalam konteks pelayanan kepada publik. Terlebih bahwa globalasi
yang mengiringi era informasi telah membawa perubahan keseluruh sektor lini kehidupan
manusia, dimana asumsi-asumsi pada era industri tidak berlaku lagi. Begitu pula
organisasi sektor publik tidak akan lengang atau fakum lagi dari aspek persaingan, hal ini
memaksa struktur organisasi harus memasukkan unsur kompetisi dan inovasi (Wilopo,
2003).
Kesimpulan
Manajemen strategi sektor publik mengarahkan organisasi sektor publik untuk
melakukan perencanaan manajemen dengan mempertimbangkan dengan baik faktorfaktor pendukung dan penghambat dalam organisasi melalui salah satu alat manajemen
stratejik yaitu analisis SWOT. Analisis SWOT berusaha untuk menganalisis faktor
pendukung dan penghambat yang ada dalam organisasi kemudian berusaha
menterjemahkannya ke dalam suatu strategi utama untuk mencapai visi, misi dan tujuan
organisasi.
Balanced Scorecard adalah sebuah cara pandang baru bagaimana suatu organisasi
akan dapat lebih baik lagi dikelola. Balanced scorecard merupakan bagian dari sistem
manajemen strategis, yang perlu dirumuskan oleh setiap organisasi, agar dapat mencapai
visi dan misinya secara efektif. Balanced scorecard memberikan prosedur bagaimana
tujuan organisasi dirinci ke dalam sasaran-sasaran dalam berbagai perspektif secara
lengkap, dengan ukuran-ukuran yang jelas. Balanced scorecard merupakan mekanisme
untuk membuat organisasi, termasuk organisasi pemerintah, berfokus pada strategi,
karena penerapan balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam organisasi
memberikan kontribusi secara terukur pada pelaksanan strategi organisasi.
Balanced scorecard dapat digunakan pada organisasi publik setelah dilakukan
modifikasi dari konsep balanced scorecard yang awalnya ditujukan bagi organisasi
bisnis. Modifikasi tersebut antara lain adalah dalam hal misi organisasi publik, sehingga
tujuan utama suatu organisasi publik adalah memberi pelayanan kepada masyarakat dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Bagian lain yang perlu dimodifikasi adalah posisi
antara perspektif financial dan perspektif pelanggan. Selanjutnya perspektif customers

diubah menjadi perspektif customers and stakeholders dan perspektif learning and
growth menjadi perspektif employess and organization capacity.

Daftar Pustaka

Bastian, Indra (2007). Audit Sektor Publik. Penerbit Salemba Empat. Edisi Dua, Jakarta.
Gaspersz, Vincent (2006), Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced Scorecard dengan
Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah, Gramedia, Cetakan Kedua,
Jakarta.
Hitt, Michael A, R. Duane Ireland, and Robert E.Hoskisson (2005), Strategic
Management-Competitiveness and Globalization, Thomson International student
edition USA.
Bawono, Icuk Rangga (2003), Manajemen Strategik Sektor Publik: Langkah Tepat
Menuju Good Governance, Jurnal Fakultas Ekonomi UNSOED Purwokerto
Imelda (2004), Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik, Jurnal
Ekonomi Akuntansi-Universitas Kristen Petra, Volume 6, No.2, Hal 106-122.
Kaplan, Robert S dan Norton, David P (1996), Balanced Scorecard, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Kaplan, Robert S dan Norton, David P (2001), Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi menjadi Aksi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kaplan, Robert S dan Norton, David P (2001). The Strategy Focus Organization: How
Balanced Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment.
Massachusetts: Harvard Business School Publishing Corporation.
Malina, Mary, A. dan Selto, Frank, H (2004), Communicating and Controlling Strategy:
an Emperical Study of the Effectiveness of the Balanced Scorecard,
http:\\www.ssrn.com.
Suhendra, Maman (2004), Evaluasi atas Penerapan Balanced Scorecard sebagai Sistem
Pengukuran Kinerja Perusahaan, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Volume 8,
No.2.
Mardiasmo (2009), Akuntansi Sektor Publik, Andi offset, Yogyakarta.
Mulyadi (2001), Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda
Kinerja Keuangan Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta.
Wisnubroto, Petrus dan Irawati, Nenny (2008), Analisis Pengukuran Kinerja dengan
Metode Balanced Scorecard, Jurnal Teknologi, Volume 1, No.2, Hal 178-190.
Rohm, Howard (2004), Improve Public Sector results With A Balanced Scorecard: Nine
Steps To Succcess, http:\\www.balancedscorecard.org.
Siagian, Sondang. P (1995), Manajemen Strategik, Bumi Aksara, Jakarta.
Wilopo (2003), Improvisasi Manajemen Strategis Sektor Publik, Jurnal Administrasi
Negara, Volume 3, No.1.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25