PERBEDAAN TUJUAN AUDITOR ATAS TINGKAT OVERCONFIDENCE PERTIMBANGAN AUDITOR (STUDI EKSPERIMENTAL)

PERTIMBANGAN AUDITOR (STUDI EKSPERIMENTAL) Nungki Kartikasari

nungki.kartikasari@yahoo.co.id

Bambang Subroto Aulia Fuad Rahman

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

ABSTRACT

The purpose of this study is to investigate and provide empirical finding about the effect of accuracy, directional and combined goals on overconfidence level in auditors judgments. This study tested the motivated reasoning theory in audit context. Overconfidence level in auditor judgments was measured by calibration method. Calibration method is used by measures the level of accuracy and confidence in auditor judgments in the obsolescence inventory case. This experiment used repeated measure design. The design of this experiment was conducted by given the treatment of accuracy (a condition to avoid the legal risks and sanctions), directional (a condition to emphasizing the importance of good client relations) and combination (a condition to combining get along and accuracy goals) goal to the participants and measuring the overconfidence level in every goal. The hypothesis testing in this study used cochran test. This study used laboratory experiment with participants auditor from join program students of Economics and Business Faculty, University of Brawijaya. The result of this study shows that auditors judgments are overconfidence in all goals (accuracy, directional and combined). The result of this study was inconsistent with motivated reasoning theory.

Keywords: auditors goal, overconfidence, auditors judgments, motivated reasoning theory

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mendapatkan bukti empiris mengenai adanya perbedaan tingkat overconfidence pertimbangan auditor ketika auditor bertujuan akurasi, direksional, dan kombinasi. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk pengujian motivated reasoning theory pada bidang audit. Pengukuran tingkat overconfidence pertimbangan auditor dilakukan menggunakan metode kalibrasi. Metode kalibrasi dilakukan dengan mengukur tingkat keyakinan dan keakurasian pertimbangan auditor pada kasus persediaan usang perusahaan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan eksperimen laboratorium. Eksperimen laboratorium dilakukan dengan partisipan auditor yang menjadi mahasiswa join program Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah repeated measure design, yaitu dilakukan dengan memberikan perlakuan tujuan akurasi (menghindari adanya risiko hukum dan sanksi), direksional (mempertahankan hubungan baik dengan klien) dan kombinasi (menghindari adanya risiko hukum dan mempertahankan hubungan baik dengan klien) pada masing-masing partisipan, kemudian dilanjutkan dengan mengukur tingkat overconfidence pada masing-masing tujuan. Pengujian statistik non-parametrik yang digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah tes cochran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa auditor melakukan pertimbangan dengan tingkat overconfidence yang tidak berbeda pada ketiga tujuan (akurasi, direksional dan kombinasi). Penelitian ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian dengan motivated reasoning theory.

Kata kunci: tujuan auditor, overconfidence, pertimbangan auditor, motivated reasoning theory

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

PENDAHULUAN

Seorang auditor dituntut untuk meng- gunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, sehingga bisa mem- berikan pertimbangan yang tepat dan dapat memenuhi tujuan auditor untuk memper- oleh bukti kompeten yang cukup dan mem- berikan basis yang memadai dalam me- rumuskan pendapatnya (Wedemeyer, 2010). Pertimbangan merupakan hal yang penting dan tidak dapat dilepaskan oleh auditor. Auditor dalam melakukan pertimbangan tidak terlepas dari adanya berbagai keputu- san bisnis. Keputusan bisnis auditor biasa- nya berkaitan dengan usahanya untuk mempertahankan klien. Auditor berusaha untuk mempertahankan klien dengan kon- disi persaingan yang ketat (Kartikasasi, 2005) dan tidak sehat (Pamungkas, 2010). Adanya persaingan yang tidak sehat ini dapat mengakibatkan adanya pembuatan keputusan yang bias oleh auditor.

Ludigdo (2005) mengungkapkan ten- tang adanya KAP yang dianggap berani dalam menerima penugasan, memberikan opini audit dan menentukan fee audit. Ke- beranian ini menunjukkan adanya keyaki- nan dalam mempertimbangkan suatu ke- putusan dalam proses audit. Praktiknya, KAP tersebut melakukan audit dan mem- berikan opini atas laporan keuangan, walaupun laporan keuangan tersebut tidak sesuai dengan persyaratan Standar Akun- tansi Keuangan yang berlaku. Proses audit dan pemberian opini dilakukan oleh KAP dilakukan dengan tujuan untuk menjaga hubungan baik dengan klien. Kasus ini menunjukkan bahwa auditor dalam KAP tersebut melakukan pertimbangan yang overconfidence karena adanya tujuan tertentu dari auditor.

KAP melakukan pertimbangan yang berbeda ketika berusaha melakukan proses audit dengan berpedoman pada standar auditing yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tuntutan hu- kum sehingga kelangsungan usahanya tetap berjalan dengan baik. Diketahui bahwa

sejak tanggal 3 Mei 2011 terdapat Undang- Undang No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik (UU AP) yang telah berlaku di Indonesia. Adanya undang-undang tersebut mengindikasikan pengaturan yang lebih ketat atas perlindungan dan tanggung ja- wab hukum akuntan. Hal ini mendorong akuntan lebih berhati-hati mempertimbang- kan berbagai keputusan dalam proses audit.

Accountants Today (2011) menyatakan bahwa salah satu indikator dari proses audit yang efektif adalah tercapainya ke- yakinan (confindence) dalam integritas, objektivitas, dan independensi auditor. Keyakinan auditor atas pertimbangan yang dibuatnya dapat berpengaruh dalam efekti- vitas dan efisiensi proses audit (Moeckel dan Plumlee, 1989). Tingkat keyakinan di- imbangi dengan tingkat keakurasian audi- tor yang tinggi diharapkan dapat me- ningkatkan efisiensi audit tanpa meningkat- kan risiko audit (Mladenovic dan Simnett, 1994). Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertimbangan auditor dengan tingkat ke- yakinan dan keakurasian yang tinggi dapat mendukung efisiensi dan efektivitas proses audit.

Dalam bidang psikologi, tingkat ke- akurasian dan keyakinan seseorang dalam proses pembuatan keputusan disebut se- bagai tingkat kalibrasi (Baranski dan Petrusic, 1994). Moeckel dan Plumlee (1989) menyatakan bahwa keterkaitan antara ting- kat keakurasian dengan tingkat keyakinan auditor seharusnya berkorelasi positif. Ke- tika korelasi positif antara tingkat keyaki- nan dan keakurasian tidak terjadi, hal ini disebut dengan miskalibrasi.

Keterkaitan antara tingkat keyakinan dan tingkat keakurasian dalam pertimba- ngan auditor menjadi fokus dalam bidang audit karena adanya potensi ketidak- sesuaian antara tingkat keyakinan dengan keakurasian pertimbangan auditor (Koch dan Wusteman, 2008). Salah satu potensi ketidaksesuaian ini adalah overconfidence, yang terjadi ketika auditor memiliki ke- yakinan berlebih atas suatu pertimbangan yang tidak akurat.

236 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 234 - 255

Auditor yang bersikap overconfidence juga mengakibatkan penugasan karyawan dapat melakukan pertimbangan dan peng-

yang tidak memadai, penggunaan teknologi ambilan keputusan yang buruk terutama

yang tidak efisien, penggunaan sumber dalam proses audit. Hardies et al. (2012)

daya audit yang tidak sesuai, bahkan akibat menyatakan bahwa auditor yang overconfi-

yang lebih jauh adalah terjadinya tuntutan dence memiliki kecenderungan mengabai-

hukum. Fenomena overconfidence yang ter- kan risiko perikatan. Auditor yang over-

jadi pada auditor ketika melakukan proses confidence diindikasikan dapat melakukan

audit dapat berakibat fatal karena auditor perikatan yang berisiko dan melakukan

melakukan pertimbangan yang tidak akurat audit yang tidak efektif (Owhoso dan

dengan keyakinan yang tinggi. Weickegnannt, 2009). Bahkan dalam bidang

Overconfidence adalah keinginan alam praktik dinyatakan bahwa salah satu pe-

bawah sadar yang dihasilkan oleh motivasi nyebab suatu pertimbangan yang buruk

atau keinginan pribadi (Glover dan Prawitt, adalah adanya ancaman overconfidence, yang

2009). Berkaitan dengan adanya motivasi diketahui dapat mengakibatkan pertimba-

tertentu yang dimiliki oleh seseorang, di- ngan auditor menjadi bias (Glover dan

ketahui adanya motivated reasoning theory Prawitt, 2009; Wilks et al., 2012).

(Kunda, 1990). Teori ini menjelaskan bahwa Penelitian dalam bidang audit me-

individu memiliki motivasi atau tujuan ter- nunjukkan hasil yang tidak konsisten me-

tentu yang mengakibatkan seseorang meng- ngenai tingkat kalibrasi pertimbangan audi-

ambil keputusan tertentu. Hal tersebut tor. Penelitian Mladenovic dan Simnett

menunjukkan bahwa terjadinya overconfi- (1994) menunjukkan bahwa auditor ber-

dence dapat disebabkan oleh adanya ke- sikap underconfidence pada tugas yang ber-

inginan yang disebabkan motivasi tertentu kaitan dengan proses audit, sedangkan

atau kepentingan seseorang. untuk pengetahuan umum bersikap over-

Terdapat beberapa penelitian mengenai confidence. Bukti lain menunjukkan bahwa

pengaruh tujuan audit terhadap pertimba- auditor memiliki keyakinan tinggi pada

ngan auditor. Peecher (1996) meneliti ten- pertimbangan yang akurat maupun tidak

tang model kognitif yang mempengaruhi akurat dalam tugas mengenali bukti audit

pembuatan keputusan auditor yang me- (Moeckel dan Plumlee, 1989), review kertas

nyatakan bahwa tujuan auditor dapat mem- kerja (Pincus, 1991) dan evaluasi pengen-

pengaruhi pertimbangan. Ponemon (1995) dalian internal (Chung dan Monroe, 2000).

melakukan penelitian berkaitan dengan Berikutnya auditor ditemukan overconfidence

objektivitas pertimbangan akuntan ketika berkaitan dengan pertimbangan going con-

menghadapi proses hukum, hasil peneliti- cern (Simnett, 1996), pendeteksian kesalahan

annya menunjukkan bahwa pertimbangan dalam review kertas kerja (Owhoso dan

akuntan sensitif terhadap tujuan yang di Weickegnant, 2009) maupun dalam mem-

inginkan akuntan (tujuan direksional 1 ). prediksi keakurasian pertimbangan auditor

Penelitian Kadous et al. (2003) menemukan yang lain (Han et al., 2011; Messier et al.,

bahwa tujuan akurasi 2 menghilangkan 2008; Harding dan Trotman, 2009). Fenomena overconfidence merupakan

salah satu fenomena psikologi manusia 1 Tujuan direksional dalam proses audit yang dapat diteliti dalam bidang audit

berkaitan dengan tujuan mempertahankan

(Koch dan Wusteman, 2008). Munculnya hubungan baik dengan klien (Asare dan Cianci,

fenomena overconfidence pada pertimbangan auditor dapat mengakibatkan proses audit

2 Tujuan akurasi berkaitan dengan proses audit

yang tidak efektif dan efisien (Harding dan

dikaitkan dengan tujuan pemeriksaan laporan

Trotman, 2009). Owhoso dan Weickegnant

keuangan yang sesuai dengan SPAP (Asare dan

(2009) menyatakan bahwa fenomena ini

Cianci, 2009).

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

objektivitas auditor terutama ketika tekanan lakukan hal yang berbeda berdasarkan perikatan semakin meningkat. Penelitian-

tujuan yang berbeda, tujuan tersebut berupa penelitian tersebut sudah melakukan peng-

accuracy goals atau directional goals. ujian pengaruh tujuan auditor terhadap

Tujuan akurasi mengakibatkan sese- pertimbangan auditor namun belum me-

orang berhati-hati dalam melakukan peng- lakukan pengujian tingkat overconfidence

ambilan keputusan dikarenakan adanya terhadap pertimbangan auditor, sehingga

kekhawatiran mengambil keputusan yang tidak dapat diketahui bagaimana tingkat

salah (Kunda, 1990). Tujuan akurasi ber- keyakinan auditor terhadap pertimbangan

kaitan dengan pengambilan keputusan auditor.

auditor yang sesuai dengan SPAP. Seperti Asare dan Cianci (2009) melakukan

yang dinyatakan dalam SPAP pada SA penelitian mengenai pengaruh tujuan audi-

Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan tor terhadap pertimbangan auditor. Asare

keuangan oleh auditor independen pada dan Cianci (2009) tidak melakukan peng-

umumnya adalah untuk menyatakan pen- ujian tingkat overconfidence pertimbangan

dapat tentang kewajaran, dalam semua hal auditor, namun telah menguji pertimba-

yang material, posisi keuangan, hasil usaha, ngan tersebut akurat atau tidak. Penelitian

perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai ini melakukan pengujian perbedaan tingkat

dengan prinsip akuntansi yang berlaku overconfidence pertimbangan auditor pada

umum di Indonesia. Pemaparan di atas tujuan akurasi, direksional, dan kombinasi.

menunjukkan bahwa tujuan akurasi auditor Berdasarkan uraian pada uraian di atas,

berkaitan dengan kepatuhan terhadap maka permasalahan pokok dalam penelitian

SPAP serta adanya sikap kehati-hatian yang ini dirumuskan dengan: apakah terdapat

diterapkan dalam melakukan proses audit. perbedaan tingkat overconfidence pertimba-

Kunda (1990) menyatakan bahwa tuju- ngan auditor ketika bertujuan akurasi,

an akurasi akan mengakibatkan individu direksional, dan kombinasi? Berkaitan de-

melakukan penalaran yang lebih kompleks ngan hal di atas, penelitian ini bertujuan

atas permasalahan tertentu. Individu yang untuk menguji dan mendapatkan bukti

bertujuan akurasi akan melakukan prediksi empiris mengenai adanya perbedaan ting-

yang lebih akurat dan akan bersikap kurang kat overconfidence pertimbangan auditor ke-

overconfidence tentang kebenaran prediksi- tika bertujuan akurasi, direksional, dan

nya. Individu yang bertujuan akurasi akan kombinasi.

mengeliminasi kemungkinan terjadinya bias dengan meningkatkan penalarannya. Hal

TINJAUAN TEORETIS

tersebut menunjukkan bahwa seseorang

Teori Motivated Reasoning

yang bertujuan akurasi akan mengambil Teori motivated reasoning adalah teori

keputusan yang akurat dan tidak bias. yang menunjukkan tujuan seseorang mem-

Tujuan direksional berkaitan dengan pengaruhi proses pengambilan keputusan

pengambilan keputusan yang tidak akurat seseorang (Kunda, 1990). Teori motivated

dan bias. Bias yang terjadi dikarenakan reasoning terbagi atas dua kategori, yaitu

adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai accuracy goals (tujuan akurasi) dan directional

seseorang. Kunda (1990) menyatakan bah- goals (tujuan direksional). Tujuan akurasi

wa tujuan direksional mengakibatkan pe- berkaitan dengan usaha seseorang untuk

nalaran seseorang menjadi bias. Seseorang mencapai kesimpulan yang paling akurat,

yang bertujuan direksional akan berusaha sedangkan tujuan direksional berkaitan de-

mengumpulkan bukti-bukti yang paling ngan usaha untuk mendapatkan kesimpu-

sesuai dengan kesimpulan akhir yang di- lan yang paling sesuai dengan keinginan

inginkannya, meskipun kesimpulan mau- tertentu seseorang. Teori motivated reasoning

pun bukti yang dipilihnya tidak sesuai de- menunjukkan bahwa seseorang dapat me-

ngan kesimpulan yang seharusnya diambil.

238 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 234 - 255

Lebih jauh dinyatakan pula bahwa individu

Pertimbangan Auditor

tersebut akan berusaha meyakinkan pihak Pemahaman mengenai pertimbangan lain bahwa pilihan yang diambilnya adalah

auditor tidak terlepas dari adanya pemaha- pilihan yang benar.

man mengenai pertimbangan profesional. Tujuan direksional bergantung pada

Tuanakotta (2011) menerjemahkan per- pilihan yang telah ditetapkan sebelumnya

timbangan profesional auditor sebagai pe- berdasarkan pengaruh sosial (Peecher et al.

nerapan pengetahuan dan pengalaman 2010). Pengaruh sosial yang berkaitan de-

yang relevan dalam konteks audit, akun- ngan auditor pada umumnya berhubungan

tansi, dan standar etika untuk mencapai dengan atasan (Peecher et al., 2010) maupun

keputusan yang tepat dalam situasi penuga- klien (Kadous et.al, 2003). Hackenbrack dan

san audit. Hal tersebut menunjukkan bahwa Nelson (1996) menunjukkan bahwa auditor

auditor tidak dapat terlepas dari suatu cenderung mendukung metode pelaporan

pertimbangan dalam melakukan setiap yang diinginkan klien, hal ini menunjukkan

proses audit.

adanya pengaruh hubungan dengan klien Mladenovic dan Simnet (1994) me- terhadap pertimbangan audit. Oleh karena

nyatakan bahwa auditor adalah profesi itu, auditor yang bertujuan direksional cen-

yang melibatkan banyak pertimbangan da- derung melakukan pertimbangan yang

lam kondisi yang tidak pasti (uncertainty), menguntungkan klien untuk menjaga hubu-

namun adanya kondisi yang tidak pasti ngan baik dengan klien.

tersebut tidak menghalangi auditor untuk Boiney et al. (1997) menemukan bahwa

melakukan suatu pertimbangan. Taylor individu yang termotivasi berusaha untuk

(2006) mengungkapkan bahwa auditor per- memperkuat keyakinannya terhadap tujuan

lu mengekspresikan suatu tingkat keyaki- yang diinginkan. Hal ini berarti bahwa

nan tertentu dalam melakukan pertimba- mereka akan menyesuaikan keyakinan me-

ngannya. Keyakinan auditor yang memadai reka terhadap pertimbangan maupun pe-

pada setiap pertimbangan perlu dilakukan nilaian mereka dalam membuat keputusan.

untuk menghindari terjadinya kegagalan Kunda (1990) juga menyatakan bahwa Indi-

audit.

vidu yang termotivasi akan berusaha meng- Pertimbangan auditor tidak dapat ter- aktifkan pengetahuan untuk mendukung

lepas dari berbagai hal yang melingkupi- tujuannya dan berusaha menekan penge-

nya. Gibbins (1984) menyatakan bahwa per- tahuan yang tidak sesuai dengan tujuan

timbangan profesional adalah keseluruhan yang diinginkan. Pemaparan di atas me-

aktivitas mental dan proses persepsi yang nunjukkan bahwa individu berusaha meng-

berkesinambungan. Selanjutnya dinyatakan gunakan pengetahuan yang dimiliki agar

bahwa pertimbangan auditor sangat terkait sesuai dengan tujuan yang diinginkan,

dengan wawasan, persepsi, maupun eks- walaupun tujuan yang ingin dicapainya

pektasi auditor akan situasi audit tertentu bersifat tidak akurat dan bias.

(Gibbins, 2001).

Perkembangan selanjutnya, Asare dan Kompleksnya permasalahan yang ter- Cianci (2009) berusaha mengembangkan

dapat pada pertimbangan auditor men- motivated reasoning theory namun berfokus

jadikannya salah satu fokus penelitian da- pada pertimbangan auditor. Terdapat tiga

lam bidang audit. Diketahui bahwa pada tujuan yang menghasilkan pertimbangan

awal penelitian Judgment and Decision auditor yang berbeda pula. Tujuan yang

Making (JDM), fokus penelitian berdasarkan pertama adalah tujuan menjaga hubungan

pada teori psikologi dengan penugasan ber- baik dengan klien (get along goal), yang

kaitan audit dan partisipan auditor. Salah kedua adalah tujuan akurasi (accuracy goal)

satu pertanyaan penelitian pada awal JDM dan yang terakhir tujuan kombinasi antara

berkaitan dengan kemungkinan overconfi- tujuan akurasi dan direksional (both goal).

dence sikap auditor ketika melakukan

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

subjective probabilty judgments (Solomon dan Spence (1996) menyatakan bahwa Shields, 1995).

pengukuran tingkat keakurasian dan ke- Solomon dan Trotman (2003) melaku-

yakinan antara perkiraan seseorang dengan kan review atas penelitian eksperimental

kenyataan yang sesungguhnya terjadi di- berkaitan dengan JDM pada bidang audit

sebut sebagai kalibrasi. Pillai dan Hofacker selama 25 tahun. Penelitian tersebut meng-

(2007) menyatakan bahwa tingkat kalibrasi adopsi dan mengembangkan theoritical

menunjukkan hubungan antara tingkat framework Solomon dan Shields (1995) ber-

keakurasian dan keyakinan seseorang. kaitan dengan penelitian eksperimen JDM

Seseorang dinyatakan memiliki kali- dalam bidang audit. Theoritical framework

brasi yang baik jika memiliki hubungan tersebut terdiri atas multi person judgment

yang searah antara tingkat keakurasian dan and decision making, heuristics and biases,

keyakinannya. Tingkat keyakinan seseorang knowledge and memory, probabilistic judgment,

akan semakin tinggi ketika tingkat keaku- environmental and motivational, policy captu-

rasiannya tinggi dan sebaliknya tingkat ring and others. Berdasarkan hal tersebut,

keyakinannya semakin rendah ketika ting- dapat diketahui bahwa overconfidence me-

kat keakurasiannya rendah (Spence, 1996). rupakan bagian dari heuristics and biases

Tingkat keyakinan seseorang dinyatakan pada JDM dalam bidang audit.

tidak terkalibrasi dengan baik (miskalibrasi) jika tingkat keakurasian dan tingkat ke-

Kalibrasi

yakinannya tidak memiliki hubungan se- Salah satu metode yang digunakan da-

arah atau berbanding terbalik. lam bidang psikologi untuk mengukur

Suatu pertimbangan yang tidak ter- pertimbangan seseorang adalah kalibrasi.

kalibrasi dengan baik dapat berupa over- Metode kalibrasi juga digunakan pada bi-

confidence atau underconfidence (Simnett, dang audit untuk mengetahui tingkat ke-

1996). Overconfidence terjadi jika seseorang akurasian dan keyakinan auditor dalam me-

memiliki tingkat keyakinan yang tinggi na- lakukan pertimbangan. Baron (2004) me-

mun tingkat keakurasiannya rendah, se- nyatakan bahwa kalibrasi merupakan me-

dangkan underconfidence terjadi ketika ting- tode pengintegrasian pandangan yang ber-

kat keyakinan rendah dengan tingkat ke- sifat personal agar menjadi objektif. Kali

akurasian tinggi. Berdasarkan pemaparan di brasi berasal dari teori psikologi yang ber-

atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kaitan dengan tingkat keakurasian dan

kalibrasi seseorang dapat terbagi atas ter- keyakinan seseorang dalam melakukan sua-

kalibrasi dengan baik (well-calibrated), over tu prediksi (Baranski dan Petrusic, 1994).

confidence, dan underconfidence.

Tabel 1 Tingkat Kalibrasi

Tingkat Kalibrasi

Well calibrated

Tinggi (rendah) overconfidence

Tinggi (rendah)

Rendah underconfidence

Sumber: Griffin dan Brenner (2004) diolah

Kalibrasi auditor biasanya dilakukan keakurasian auditor tinggi maka hal ini dengan mengukur tingkat akurasi dan ting-

disebut sebagai well calibrated atau dengan kat keyakinan auditor atas suatu prediksi

kata lain prediksi auditor terkalibrasi de- tertentu. Ketika tingkat keyakinan dan

ngan baik (Mladenovic dan Simnett, 1994).

240 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 234 - 255

Jika prediksi auditor tidak akurat maka hal karena itu perilaku overconfidence ini dapat ini disebut dengan miscalibration (Griffin

mengakibatkan pengambilan keputusan dan Brenner, 2004). Miscalibration pada

yang salah.

auditor dapat berupa underconfidence mau- Perilaku overconfidence dapat terjadi pa- pun overconfidence.

da auditor ketika melakukan proses audit. Owhoso dan Weickegnant (2009) menyam-

Overconfidence

paikan bahwa overconfidence terjadi ketika Tversky dan Kahneman (1974) berpen-

auditor melakukan proses audit yang tidak dapat bahwa overconfidence merupakan

efektif sehingga dapat menghasilkan lapo- bagian dari bias heuristik penjangkaran dan

ran audit yang tidak sesuai dengan keadaan penyesuaian. Overconfidence adalah keyaki-

yang sesungguhnya. Laporan audit yang nan yang berlebihan dalam menilai suatu

tidak sesuai ini dapat berpotensi tuntutan peristiwa tertentu. Overconfidence dinyata-

hukum. Hal ini terjadi karena investor kan pula sebagai salah satu bias yang ber-

maupun stakeholder melakukan pengambi- kaitan dengan subjective probability judgment

lan keputusan berdasarkan laporan audit, (Kahneman dan Tversky, 1996). Oleh karena

sehingga adanya kerugian yang dialami itu overconfidence merupakan bias yang ter-

stakeholder maupun investor dapat diakibat- jadi pada individu karena adanya penalaran

kan oleh ketidaksesuaian laporan audit de- tertentu.

ngan yang seharusnya. Hal ini menunjuk- Overconfidence merupakan percaya diri

kan bahwa overconfidence pada auditor da- atau keyakinan yang berlebihan (Suartana,

pat berakibat fatal baik bagi pihak lain 2010). Overconfidence terjadi ketika sese-

maupun bagi auditor sendiri. orang memiliki tingkat keyakinan yang le-

bih tinggi dibandingkan dengan tingkat ke-

Perumusan Hipotesis

akurasiannya (Pulford, 1996). Fenomena Tujuan yang dimiliki seseorang dapat overconfidence adalah kecenderungan pe-

mengakibatkan perbedaan para pembuat ngambil keputusan yang tanpa disadari

keputusan dalam menghasilkan suatu memberi bobot penilaian yang berlebihan

simpulan (Kunda, 1990). Diketahui bahwa pada ketepatan pengetahuan dan akurasi

tujuan direksional dapat meningkatkan informasi yang dimiliki serta mengabaikan

pembuat keputusan untuk menghasilkan informasi lain yang tersedia (Russo dan

bukti pendukung yang bias, mencari bukti Schoemaker, 1992). Overconfidence merupa-

pendukung lain untuk memperkuat simpu- kan wujud pengabaian informasi yang aku-

lan, mengkonstruksikan suatu pemikiran rat dan dukungan atas informasi yang bias

baru berdasarkan bukti pendukung ter- dengan keyakinan yang tinggi.

sebut. Hal ini dilakukan agar individu ter- Perilaku overconfidence merupakan sa-

sebut dapat meyakini bahwa keputusan lah satu cerminan dari perilaku manusia

yang diambilnya adalah logis dan dapat yang tidak rasional (Kufepaksi, 2008). Pada

diterima oleh orang lain. dasarnya setiap manusia memiliki ke-

Individu yang bertujuan akurasi ber- mampuan kognitif yang terbatas. Hal ini

usaha mendorong penggunaan pemikiraan terjadi karena manusia memiliki tingkat

dan strategi dengan hati-hati agar simpulan keyakinan yang berbeda dalam mempre-

akhir yang diambilnya tidak salah (Kunda, diksi suatu kejadian yang tidak pasti. Salah

1990). Secara spesifik, individu tersebut satu contoh overconfidence adalah seorang

akan berusaha untuk memaksimalkan pe- pengusaha yang sangat berani mengambil

nalarannya, berusaha menghadirkan infor- keputusan hutang yang memiliki tingkat

masi-informasi yang relevan, serta berusaha risiko tinggi, bahkan dengan keputusannya

untuk memproses informasi dengan strategi tersebut dapat mengarah kepada gagal

yang lebih kompleks dan lebih kuat. Indi- bayar (Supramono dan Putlia, 2007). Oleh

vidu dengan tujuan akurasi berusaha

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

semaksimal mungkin untuk merespon isu tahui adanya kewajiban kepatuhan terha- tertentu secara obyektif. Dibandingkan de-

dap standar audit yang berlaku (McCracken ngan individu yang bertujuan direksional,

et al., 2008). Hal ini juga terjadi di Indonesia individu yang bertujuan akurasi akan lebih

seperti yang diungkapkan Ludigdo (2005) akurat dalam menentukan suatu keputusan.

tentang auditor yang bertujuan untuk Terdapat beberapa penelitian yang

mempertahankan klien walaupun prosedur mendukung bahwa tujuan tertentu mem-

audit yang digunakan tidak sesuai dengan pengaruhi pertimbangan para pengambil

SPAP. Secara spesifik diharapkan bahwa keputusan. Cuccia et al. (1995) melakukan

auditor yang bertujuan mempertahankan penelitian yang menyediakan bukti bahwa

klien akan membuat keputusan yang bias tax prepares (pembuat laporan pajak) mem-

(overconfidence) jika dibandingkan dengan buat laporan pajak yang disesuaikan de-

auditor yang bertujuan akurasi dan kombi- ngan keinginan klien. Cloyd dan Spilker

nasi. Pertimbangan yang bias adalah per- (1999) menyatakan bahwa para profesional

timbangan yang overconfidence (tingkat ke- pajak berusaha melakukan pencarian infor-

akurasian rendah dan tingkat keyakinan masi yang disesuaikan dengan posisi yang

tinggi), namun hipotesis penelitian ini di- diinginkan klien.

nyatakan tidak berarah karena belum ada Penelitian dalam bidang audit me-

penelitian sebelumnya yang menguji ting- nunjukkan bahwa risiko perikatan mem-

kat overconfidence pertimbangan auditor ke- pengaruhi metode pelaporan yang agresif,

tika bertujuan akurasi, direksional, dan auditor diketahui menyetujui penggunaan

kombinasi. Maka hipotesis yang dibangun metode yang agresif ketika risiko perikatan

adalah:

rendah (Hackenbrack dan Nelson, 1996). Terdapat perbedaan tingkat overconfi- Diketahui pula bahwa auditor cenderung

dence pertimbangan auditor ketika bertuju- untuk mendukung metode yang diinginkan

an akurasi, direksional, dan kombinasi. oleh klien ketika dihadapkan pada kondisi yang ambigu (Kadous et al., 2003). Pene-

METODE PENELITIAN

litian di Indonesia juga menunjukkan bah-

Jenis Penelitian

wa pertimbangan auditor dipengaruhi oleh Penelitian ini menggunakan ekspe- adanya preferensi pilihan klien (Susetyo,

rimen sebagai metode penelitian. Metode 2009). Hal ini menunjukkan bahwa auditor

penelitian ini dipilih karena eksperimen yang bertujuan direksional cenderung un-

adalah metode yang paling kuat pada tuk melakukan pertimbangan yang tidak

penelitian judgment and decision yang ber- terkalibrasi dengan baik (overconfidence), de-

kaitan dengan auditor (Solomon dan Trot- ngan mendukung penggunaan metode

man, 2003). Selain itu metode eksperimen yang lebih agresif oleh klien.

juga digunakan pada penelitian yang ber- Asare dan Cianci (2009) menunjukkan

kaitan dengan metode kalibrasi untuk me- bahwa auditor akan mempertimbangkan

ngukur pertimbangan seseorang (Lichten- konsekuensi dalam mematuhi masing-ma

stein et al., 1981). Desain eksperimen ini se- sing tujuan ketika kedua tujuan terjadi ber-

suai dengan penelitian Asare dan Cianci samaan (tujuan kombinasi). Diduga bahwa

(2009) dengan melakukan beberapa modi- dominasi atas tujuan direksional akan ter-

fikasi. Modifikasi dilakukan berkaitan de- jadi dengan didukung adanya temuan dari

ngan pengukuran pertimbangan auditor Hackenbrack dan Nelson (1996); Kadous et

dengan metode kalibrasi untuk mengukur al. (2003). Berkaitan dengan kondisi yang

tingkat overconfidence pertimbangan auditor. ambigu, auditor diketahui membuat per-

Pengukuran dengan metode kalibrasi mem- timbangan yang sesuai dengan preferensi

persyaratkan adanya pengukuran mengenai klien dengan tujuan untuk mempertahan-

tingkat keakurasian dan tingkat keyakinan kan klien walaupun auditor juga menge-

242 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 234 - 255

pertimbangan seseorang (Lichstentein et al., 1981).

Asare dan Cianci (2009) melakukan eksperimen dengan mengirimkan instru- men melalui surat kepada partisipan pene- litian. Pengiriman instrumen melalui surat dikhawatirkan akan membuat pengisian in- strumen dilakukan oleh orang lain yang bu- kan menjadi partisipan penelitian. Peneliti- an ini menggunakan pengisian instrumen tanpa melalui pengiriman, namun melaku- kan eksperimen laboratorium. Hal ini di- lakukan untuk meningkatkan validitas in- ternal penelitian.

Eksperimen ini menggunakan repeated measures design (desain dengan pengukuran berulang). Eksperimen akan dilakukan de- ngan memberikan tiga perlakuan pada se- tiap partisipan penelitian. Desain repeated measures design memiliki beberapa keuntu- ngan dan kelemahan serta cara pengendali- an kelemahan atas desain tersebut (Cozby, 2009). Keuntungan penggunaan desain ini adalah partisipan yang digunakan akan lebih sedikit dibandingkan desain ekspe- rimen yang lain serta adanya kemungkinan mendapatkan data yang berbeda secara signifikan atas perlakuan yang diberikan. Keuntungan lain adalah adanya kemuda- han untuk mengendalikan validitas internal karena partisipan yang digunakan adalah orang yang sama. Hal ini mengakibatkan variabel pengganggu yang diakibatkan karakteristik individu akan hilang secara otomatis. Kelemahan metode ini adalah ke- khawatiran terjadinya order effect atau order sekuensial yang terjadi karena adanya uru- tan perlakuan yang diterima partisipan. Pengendalian order sekuensial pada ekspe- rimen dapat dilakukan dengan cara pem- berian prosedur tambahan yang dilakukan diantara perlakuan yang diberikan dan counter balancing .

Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah auditor, sebagian besar auditor tersebut me- lakukan perkuliahan PPAk dan join program di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya. Partisipan adalah praktisi akun- tansi yang sudah memiliki pengalaman audit sehingga mampu memahami materi eksperimen dengan baik. Hal ini merupa- kan pertimbangan peneliti dalam pemilihan partisipan. Partisipan dalam penelitian ini sebelumnya telah membuat pernyataan se- cara tertulis berkaitan kesediaannya men- jadi partisipan penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Tingkat Overconfidence Pertimbangan Auditor

Pertimbangan auditor pada penelitian ini adalah kemungkinan rekomendasi audi- tor atas penghapusan persediaan usang pada perusahaan. Pengukuran tingkat over- confidence pertimbangan auditor dilakukan dengan mengukur rekomendasinya untuk penghapusan persediaan usang pada ma- sing-masing tujuan. Pengukuran pertimba- ngan auditor menggunakan tingkat keaku- rasian dan keyakinan auditor. Hal ini me- rupakan bentuk pengukuran pertimbangan dengan metode kalibrasi. Terdapat 12 per- tanyaan pada keseluruhan instrumen untuk mengukur tingkat overconfidence pertimba- ngan auditor. Dua pertanyaan berkaitan de- ngan keakurasian pertimbangan auditor un- tuk masing-masing tujuan akurasi, direksi- onal, dan kombinasi sehingga berjumlah 6 pertanyaan berkaitan keakurasian pertimba- ngan auditor. Selain itu, terdapat 2 per- tanyaan berkaitan dengan keyakinan per- timbangan auditor untuk masing-masing tujuan akurasi, direksional dan kombinasi sehingga berjumlah 6 pertanyaan berkaitan keyakinan pertimbangan auditor.

Instrumen penelitian ini memodifikasi instrumen Asare dan Cianci (2009). Hal ini dilakukan karena instrumen Asare dan Cianci (2009) belum mengukur tingkat ke- yakinan dan keakurasian pertimbangan auditor dengan metode kalibrasi. Modi- fikasi ini terjadi dengan merubah per- tanyaan dan pilihan jawaban mengenai per- timbangan auditor. Pertanyaan pada instru- men Asare dan Cianci (2009) adalah “Bagai- mana kecenderungan anda untuk me-

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

rekomendasikan penghapusan nilai per- dalam memberikan jawaban di atas?”. Pili- sediaan?“. Pilihan jawaban untuk pertanya-

han jawaban atas pertanyaan tersebut ter- an tersebut adalah jawaban sangat tidak

dapat pada skala 0 sampai 10 yang me- mungkin sampai sangat mungkin yang

nyatakan jawaban sangat tidak yakin sam- dinyatakan pada skala likert 1 sampai 10.

pai sangat yakin. Pertanyaan dan pilihan Berdasarkan pertanyaan dan pilihan jawa-

jawaban tersebut terdapat pada pertanyaan ban tersebut, peneliti tidak dapat melaku-

no.4 pada kasus tujuan akurasi, direksional, kan pengukuran tingkat overconfidence per-

dan kombinasi.

timbangan auditor, sehingga peneliti me- Pengukuran tingkat keakurasian de- lakukan beberapa modifikasi atas instru-

ngan menggunakan jawaban ya atau tidak men.

untuk pertanyaan mengenai penghapusan Modifikasi dilakukan dengan merubah

nilai persediaan sesuai dengan Mledonivic pertanyaan pada instrumen penelitian

dan Simnett (1994); Simnett (1996). Peng- Asare dan Cianci (2009) dengan pertanyaan

ukuran tingkat keyakinan pada penelitian “Apakah anda akan merekomendasikan

ini sesuai dengan Han et al. (2011). Skala 0 penghapusan nilai persediaan?”. Pilihan

menunjukkan bahwa auditor sangat tidak jawaban untuk pertanyaan tersebut berupa

yakin akan pertimbangannya, sedangkan pilihan jawaban ya atau tidak. Pertanyaan

skala 10 menunjukkan bahwa auditor sa- dan pilihan jawaban tersebut merupakan

ngat yakin akan pertimbangannya (Han et bentuk pengukuran tingkat keakurasian

al. , 2011). Berdasarkan rumus berikut per- pertimbangan auditor. Pertanyaan dan pili-

timbangan auditor yang overconfidence akan han jawaban tersebut terdapat pada per-

ditunjukkan dengan skor yang positif. tanyaan no.1 pada kasus tujuan akurasi,

Sedangkan pertimbangan auditor yang ti- direksional, dan kombinasi.

dak overconfidence akan ditunjukkan dengan Pengukuran tingkat keyakinan pada

skor negatif dan nol.

penelitian ini dilakukan dengan pertanyaan “Bagaimanakah tingkat keyakinan anda da- lam memberikan jawaban di atas?”. Jawa-

Keterangan:

ban atas pertanyaan tersebut terdapat pada

C = Tingkat keyakinan auditor atas skala 0 sampai 10 yang menyatakan jawa-

jawabannya (dibagi 10 karena jawaban ban sangat tidak yakin sampai sangat yakin.

berupa skala likert dan dikonversi ke skala Pertanyaan dan jawaban tersebut terdapat

0-1)

pada pertanyaan no.2 pada kasus tujuan

A = Jawaban auditor (Benar = 1, Salah = akurasi, direksional, dan kombinasi.

Modifikasi juga dilakukan dengan ada- nya pertanyaan negatif untuk menguji

Tujuan Auditor

kekonsistenan jawaban auditor. Pertanyaan Manipulasi pada penelitian ini ber- “Apakah anda tidak akan merekomendasi-

kaitan dengan tujuan auditor, dilakukan kan penghapusan nilai persediaan?” me-

dengan menginformasikan pada partisipan rupakan pengukuran kekonsistenan tingkat

mengenai adanya perintah tertulis dari KAP keakurasian pertimbangan auditor. Pilihan

yang berkaitan dengan tujuan auditor. jawaban untuk pertanyaan tersebut berupa

Partisipan juga diberikan informasi bahwa pilihan jawaban ya atau tidak. Pertanyaan

berkaitan dengan tujuan yang disampaikan dan pilihan jawaban tersebut terdapat pada

akan berpengaruh terhadap penilaian kiner- pertanyaan no.3 pada kasus tujuan akurasi,

ja auditor. Manipulasi juga terdapat pada direksional, dan kombinasi.

pernyataan mengenai penilaian kinerja Pengukuran mengenai tingkat keyaki-

auditor yang akan dilakukan berkaitan de nan auditor dilakukan dengan pertanyaan

ngan kepatuhan auditor atas masing- “Bagaimanakah tingkat keyakinan anda

masing tujuan. Bentuk manipulasi ini

244 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 234 - 255

diadaptasi dari instrumen Asare dan Cianci berkaitan dengan penelitian namun ber- (2009). Tujuan auditor dalam penelitian ini

sifat menarik perhatian partisipan. terbagi menjadi tiga, yaitu tujuan akurasi,

c. Mengurangi pengaruh pengujian berkai- direksional, dan kombinasi. Terdapat tiga

tan dengan adanya pratest dan pasca test. skenario yang digunakan untuk meng-

Hal ini dilakukan dengan penelitian gambarkan tujuan auditor yang dihadapi

yang tidak menggunakan pratest sehing- oleh partisipan yaitu:

ga partisipan tidak peka terhadap per-

1. Skenario tujuan direksional adalah mem- lakuan pasca test. Selain itu penelitian ini bina hubungan baik dengan klien. Skena-

juga menggunakan intragroup counter rio ini menginformasikan bahwa tujuan-

balancing dan prosedur tambahan untuk utama dilakukannya audit adalah mem-

mengurangi pengaruh atas pengujian bina hubungan baik dengan klien.

berulang.

2. Skenario tujuan akurasi adalah meng-

d. Mengurangi pengaruh instrumentasi. hindari adanya risiko hukum. Skenario

Hal ini dilakukan dengan penyempurna- ini menginformasikan bahwa tujuan uta-

an desain penelitian yang dilakukan ma dilakukannya audit adalah meng-

dalam beberapa tahapan yaitu: hindari tuntutan hukum dan sanksi dari

1. Tahap pertama, instrumen penelitian kementerian keuangan sehingga auditor

Asare dan Cianci (2009) diterjemah- harus melakukan prosedur yang sesuai

kan dari bahasa Inggris ke bahasa dengan SPAP.

Indonesia oleh pihak independen.

3. Skenario tujuan kombinasi adalah per-

2. Tahap kedua, instrumen penelitian paduan diantara tujuan akurasi dan

diterjemahkan kembali dari bahasa direksional. Skenario ini menginformasi-

Indonesia ke bahasa Inggris oleh pi- kan bahwa tujuan utama dilakukannya

hak independen yang berbeda dengan audit adalah membina hubungan baik

pihak independen sebelumnya. dengan klien, menghindari tuntutan hu-

3. Tahap ketiga, instrumen penelitian kum dan sanksi dari kementerian keua-

Asare dan Cianci (2009) dibandingkan ngan maupun melakukan prosedur yang

dengan instrumen terjemahan yang sesuai dengan SPAP.

telah diterjemahkan kembali ke baha- sa Inggris oleh pihak independen. Hal

Validitas Internal Penelitian

ini dilakukan untuk memastikan tidak Terdapat tujuh ancaman validitas inter-

terjadinya perubahan makna instru- nal dalam eksperimen, yaitu pengaruh

men penelitian.

sejarah, maturasi, pengujian, instrumentasi,

4. Tahap keempat instrumen disesuai- bias seleksi, regresi statistik serta mortalitas

kan dengan kondisi dan budaya di (Sekaran, 2010). Terdapat beberapa hal yang

Indonesia, penyesuaian ini berkaitan dilakukan peneliti untuk meningkatkan

dengan kondisi perusahaan, tingkat validitas internal, yaitu:

materialitas, mata uang yang diguna-

a. Mengurangi ancaman pengaruh sejarah

kan.

yang diakibatkan panjangnya waktu

5. Tahap kelima, prosedur eksperimen penelitian. Hal ini dilakukan dengan

dan instrumen penelitian yang telah keseluruhan prosedur penelitian yang

diterjemahkan diujicobakan pada dilakukan dalam waktu 1,5 jam.

mahasiswa PPAk Universitas Brawi-

b. Mengurangi pengaruh maturasi yang jaya. Setelah instrumen dan prosedur berkaitan dengan kebosanan partisipan.

dianggap memadai, eksperimen dapat Hal ini dilakukan dengan adanya pro-

dilakukan.

sedur tambahan yang diberikan diantara

e. Mengurangi pengaruh bias seleksi. Hal perlakuan. Prosedur tambahan dilaku-

ini dilakukan dengan penentuan partisi- kan dengan memutar musik yang tidak

pan yang sesuai dengan tujuan pene-

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

litian. Penggunaan auditor eksternal berbeda pada partisipan (Cozby, 2009). yang sebagian besar berkuliah di PPAk

Penelitian ini menggunakan 6 urutan per- dan join program Fakultas Ekonomi dan

lakuan yang berbeda untuk partisipan Bisnis Universitas Brawijaya sebagai

penelitian. Untuk urutan perlakuan pada partisipan.

kelompok A, urutan skenario yang diberi-

f. Mengurangi pengaruh mortalitas. Pe- kan adalah skenario tujuan direksional, ngaruh mortalitas dalam penelitian ini

akurasi, dan kombinasi. Urutan perlakuan berkaitan dengan adanya pengurangan

pada kelompok B adalah skenario tujuan jumlah partisipan ketika eksperimen di-

direksional, kombinasi, dan akurasi. Urutan laksanakan. Hal ini dilakukan dengan

perlakuan pada kelompok C adalah skena- pengaturan dan pengawasan yang ketat

rio tujuan akurasi, direksional, dan kombi- terhadap proses dan prosedur ekspe-

nasi. Urutan perlakuan pada kelompok D rimen, yaitu partisipan tidak diperboleh-

adalah skenario tujuan akurasi, kombinasi, kan keluar dari ruangan eksperimen

dan direksional. Urutan perlakuan pada selama eksperimen berlangsung dan

kelompok E adalah skenario tujuan kombi- tidak diperbolehkan bekerjasama dalam

nasi, akurasi, dan direksional. Sedangkan pengisian instrumen.

urutan perlakuan pada kelompok F adalah skenario tujuan kombinasi, direksional, dan

Prosedur Eksperimen

akurasi.

Partisipan diminta untuk memberikan Pembagian partisipan berdasarkan uru- jawaban atas pertanyaan pada instrumen

tan perlakuan ini dilakukan dengan mem- penelitian (terlampir) yang menceritakan

bagi partisipan berdasarkan urutan kehadi- ilustrasi kasus sebuah perusahaan. Terdapat

ran. Partisipan akan menerima perlakuan tiga skenario berkaitan dengan persediaan

sesuai urutan perlakuan yang ditentukan. usang pada instrumen. Partisipan penelitian

Partisipan yang telah menerima perlakuan diberi waktu 55 menit untuk membaca ins-

akan diminta untuk memberikan pertimba- trumen, menjawab pertanyaan dalam ins-

ngan berkaitan dengan penghapusan per- trumen, serta mendapatkan prosedur tamba

sediaan dengan menjawab pertanyaan yang han diantara perlakuan. Berkaitan dengan

tersedia pada akhir kasus. Kemudian pada adanya intragroup counterbalancing pada

bagian terakhir partisipan akan menjawab penelitian ini, maka partisipan mengisi ins-

pertanyaan berkaitan pengecekan mani- trumen yang berbeda sesuai dengan ke-

pulasi dan latar belakang partisipan. lompok pembagian yang telah disampaikan sebelumnya.

Uji Hipotesis dan Metode Analisis

Pemberian prosedur tambahan pada Pengujian non-parametrik dengan de- penelitian ini akan dilakukan dalam waktu

sain komparatif untuk sampel yang saling

5 menit yang dilakukan pada jeda diantara berhubungan dengan pengukuran berupa perlakuan. Jeda pada penelitian ini adalah

nominal adalah tes Cochran. Tes Cochran waktu diantara pengukuran atas perlakuan

digunakan untuk data yang berbentuk dengan pemberian perlakuan berikutnya.

nominal dan frekuensi dikotomi (Sugiyono, Pemberian prosedur ini dilakukan dengan

2011). Hal ini sesuai dengan hasil peng- memutar musik yang menarik dan tidak

ukuran eksperimen yang akan menunjuk- terkait dengan penelitian. Penyetelan musik

kan pertimbangan auditor yang overconfi- diharapkan dapat menetralkan pengaruh

dence (diberi skor 0) atau tidak overconfidence perlakuan sebelumnya serta meminimali-

(diberi skor 1). Hipotesis akan diterima jika sasi terjadinya kebosanan terhadap partisi-

terdapat perbedaan signifikan antara jawa- pan.

ban partisipan tentang pertimbangan untuk Counterbalancing dilakukan dengan

penghapusan persediaan. Pengujian hipo- memberikan perlakuan dengan urutan yang

tesis dilakukan dengan menggunakan

246 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 234 - 255

Partisipan

Urutan Urutan Perlakuan A

Urutan Urutan

Urutan

Urutan

Perlakuan B

Perlakuan C

Perlakuan D

Perlakuan E Perlakuan F

MULAI

skenario skenario

skenario skenario tujuan

skenario

skenario

tujuan tujuan direksional

kombinasi kombinasi

Pengukuran Tingkat Overconfidence Pertimbangan Auditor

Prosedur tambahan untuk meminimalisasi order effect

skenario skenario

skenario skenario tujuan

skenario

skenario

tujuan tujuan akurasi

direksional akurasi

Pengukuran Tingkat Overconfidence Pertimbangan Auditor

Prosedur tambahan untuk meminimalisasi order effect

skenario skenario

skenario skenario tujuan

skenario

skenario

tujuan tujuan kombinasi

akurasi direksional

Pengukuran Tingkat Overconfidence Pertimbangan Auditor

Pertanyaan mengenai latar belakang auditor dan pengecekan atas manipulasi yang diberikan

SELESAI

Sumber: Desain Eksperimen diolah.

Gambar 1 Desain Eksperimen

Perbedaan Tujuan Auditor atas Tingkat Overconfidence – Kartikasari, Subroto, Rahman

tingkat kesalahan pada α=5%. Pengujian pada penelitian ini hampir homogen karena hipotesis dilakukan dengan membanding-

mendekati nilai 0. Berdasarkan persentase kan nilai Q Cochran hitung yang dihasilkan

diketahui bahwa jabatan partisipan 91,67% SPSS dengan nilai kritis pada tabel chi

adalah staf auditor sedangkan sisanya se- square . Ho pada penelitian ini akan ditolak

banyak 8,33% adalah partner auditor. dan H1 akan diterima, jika nilai Q Cochran

Berkaitan dengan lama partisipan men- hitung lebih besar atau sama dengan nilai

jadi auditor eksternal didapatkan nilai mini- kritis pada tabel chi square. H1 pada

mal 0 dan nilai maksimal 2. Nilai tersebut penelitian ini akan ditolak dan Ho akan

berarti bahwa lama partisipan menjadi diterima, jika nilai Q Cochran hitung lebih