PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN JAGUNG PADA TANAH YANG BERSIFAT MASAM
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN JAGUNG PADA TANAH YANG BERSIFAT MASAM
Resman1*, Azhar Ansi2, Wa Ode Harlis3
1
Jurusan Ilmu Tanah-Fakultas Pertanian-Universitas Halu Oleo
2
Jurusan Agroteknologi-Fakultas Pertanian-Universitas Halu Oleo
3
Jurusan Biologi-F.MIPA-Universitas Halu Oleo
*Email: resmanrahma@gmail.com
Abstrak
Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia penghasil karbohidrat yang
merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Komposisi kimia jagung terdiri atas karbohidrat 61%, air
13,5%, protein 10%, lemak 4%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik terhadap pertumbuhan
jagung pada tanah masam. Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik, di Desa Kusambi,
Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara dari bulan Mei sampai Juli 2017. Bahan dan alat yang
digunakan yaitu: benih jagung, pupuk organik cair, waring net, plastik transparan, air, cangkul, meteran,
jangka sorong, tiang patok, kamera dan alat tulis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Pupuk organik cair dari sabut kelapa (S) terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu (S0) 0ml, (S1) 25ml,
(S2) 50ml, (S3) 75ml. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga ada 16 unit perlakuan.
Parameter yang diamati (tinggi tanaman dan diameter batang. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung
pada tanah masam. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S3 (75 ml/tanaman).
Kata kunci: Jagung, pupuk organik cair, tanah masam.
PENDAHULUAN
Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia penghasil
karbohidrat yang merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Komposisi kimia
jagung terdiri atas karbohidrat 61%, air 13,5%, protein 10%, lemak 4%, gula 1,4%,
pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4%. Selain itu, jagung juga
dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti cat, minuman, minyak, kertas dan
juga sebagai bahan pakan ternak. Seiring dengan berkembangnya tingkat konsumsi
masyarakat dan industri yang membutuhkan bahan pangan tersebut sehingga tanaman
jagung menjadi sumber bahan pangan yang selalu dibudidayakan petani Indonesia
(Nugroho, 2009). Tanaman jagung semakin meningkat penggunaanya, karena hampir
seluruh bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan antara lain: batang dan daun
muda digunakan untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) digunakan
untuk oupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering digunakan untuk kayu bakar,
buah jagung muda untuk sayuran, bakwan, biji jagung tua untuk pengganti nasi, jagung,
tepung, bahan campuran kopi bubuk (Purwono dan Hartono, 2010).
Tanah masam menjadi kendala dalam budi daya tanaman jagung. Kendala dari
aspek fisik tanah yaitu kemantapan dan daya pegang air rendah serta permeabilitas yang
lambat. Kemantapan agregat yang rendah pada gilirannya menyebabkan tanah mudah
hancur bila terkena pukulan butir air hujan. Partikel- partikel yang hancur akan
230
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
mengakibatkan tanah masam menjadi padat. Tanah yang padat mempunyai porositas
yang rendah sehingga infiltrasi dan perkolasi rendah, akibatnya aliran permukaan
meningkat dan mudah terjadi erosi. Sedangkan kendala dari aspek kimia tanah yaitu
aerasi tanah sangat rendah bereaksi masam, kurang tersedianya unsur Fosfor (P),
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Molibdenum (Mo), juga memiliki kejenuhan
Alumunium (Al) tinggi, Besi (Fe) dan Mangan (Mn) aktif tinggi, bila unsur-unsur
tersebut jumlahnya banyak di dalam tanah akan dapat menyebabkan keracunan pada
tanaman. Tanah masam pada umumnya mempunyai potensi keracunan Al dan miskin
kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan
kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar
kation rendah (Sri Adiningsih dan Mulyadi 1993) dalam (Prasetyo dan Suriyadikarta ,
2006).
Salah satu upaya untuk mengendalikan kepadatan tanah pada tanah masam
adalah dengan pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik tidak hanya
meningkatkan unsur hara dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah tetapi juga
memegang peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Sudirja,
2006) dalam Junaedi et al. (2013). Menurut Gaur (1980) dalam Junaedi et al. (2013)
peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah ialah merangsang granulasi, memperbaiki
aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan menahan air. Menurut (Murbandono,
2007) pemberian bahan organik seperti pupuk organik cair akan mampu memperbaiki
struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur,
memperbaiki stuktur tanah,
meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan
daya ikat tanah terhadap air serta memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
Manfaat pupuk organik secara kimia berperan dapat meningkatkan kapasitas
pertukaran kation terhadap ketersediaan hara dalam tanah dan meningkatkan pH tanah
apabila bahan organik yang ditambahkan telah terdekomposisi secara sempurna serta
secara biologi berperan sebagai sumber energi bagi makro dan mikro fauna tanah
(Atmojo, 2003) dalam Simanjuntak et al (2013). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman
jagung pada tanah yang bersifat masam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik, di Desa Kusambi, Kabupaten
Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, mulai bulan Mei sampai Juli 2017.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali rafia, air steril, tanah,
pupuk organik cair dari sabut kelapa, benih jagung, polybag (30x 40 cm), waring net,
plastik transparan.
Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat pertanian, meteran, kamera
digital, ember, terpal, kasa, kantong plastik, saringan bor tanah serta peralatan
231
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
laboratorium
Prosedur Penelitian
Persiapan Media Tanam
Sampel tanah yang digunakan sebagai media tanam diambil di lokasi penelitian
dengan menggunakan pacul pada kedalaman 0-30cm dari permukaan tanah, dikering
anginkan, kemudian dihaluskan, lalu dimasukan ke dalam polybag.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Bahan pupuk organik cair dari sabut kelapa yang kering, berwarna coklat (yang
sudah dipanen). Sabut kelapa dibersihkan terlebih dahulu, lalu dicincang kecil-kecil,
setelah itu sabut kelapa yang sudah tercincang, dimasukan ke dalam ember berisi air
dengan perbandingan (25:1) (25 liter air, 1kg sabut kelapa) lalu ditutup rapat. Setelah
28 hari perendaman pupuk organik cair siap digunakan.
Optimasi Dosis Pupuk Organik Cair
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: (S0) tanpa perlakuan pupuk
organik cair sebagai kontrol 0 ml, (S1) perlakuan pupuk organik cair 25 ml, (S2) perlakuan
pupuk organik cair 50 ml, (S3) perlakuan pupuk organik cair 75 ml
Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga menjadi 16 unit perlakuan. Pemberian pupuk
organik cair dimulai pada saat tanaman berumur 7 HST, selanjutntnya diberikan pada
umur (14, 21, 28 dan 35 HST). Setiap tanaman diberikan sesuai dengan perlakuan
(0ml, 25ml, 50ml dan 75ml) yang telah diencerkan dengan perbandingan (1 liter pupuk
organik cair : 5 liter air bersih).
Penanaman Tanaman
Setiap polybag yang sudah berisi tanah ditanami satu biji jagung. Lalu disusun
di dalam rumah plastik. Penyiraman dilakukan setiap pagi hari dengan cara
menyiramkan air ke dalam polybag.
Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain: tinggi tanaman diameter
batang, jumlah daun dan luas daun pada umur (14, 28 dan 42 HST).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tanah Lokasi penelitian
Hasil penelitian Resman (2015) menunjukan bahwa kandungan unsur hara tanah
di Desa Kusambi, Kabupaten Muna Barat yaitu : pH (H2O) 5,70, Bahan organik
(2,03%), Nitrogen (0,26%), Fosfor (16,06 ppm) dan Kalium (0,58 mm/100g). Hal ini
232
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
menunjukkan bahwa kandungan unsur hara tanah sangat rendah dan tanah bersifat
masam.
Tinggi Tanaman Jagung
Tabel 1. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk
tinggi tanaman jagung (cm) umur (14, 28 dan 42 HST)
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
SO
30,02 b
59,51 b
b
S1
32,20
63,71 b
S2
36,05 a
74,65 a
a
S3
39,18
81,92 a
organik cair terhadap
42
115,23 d
130,67 c
142,99 b
158,25 a
UJBD0,05
2=
1,91
2,92
4,81
3=
1,97
3,03
4,94
4=
2,03
3,02
5,08
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung pada umur 14 HST
tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 28 HST tanaman tertinggi
diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1 tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 42 HST tanaman tertinggi diperoleh
pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin banyak konsentrasi pupuk organik cair yang diberikan semakin banyak
pula kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya. Unsur hara tersebut berperan
penting dalam pertambahan tinggi tanaman, unsur hara lebih mudah tersedia dan dapat
diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan pembelahan sel pada pertumbuhan
tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasruddin (2010), bahwa unsur hara yang
tersedia di dalam tanahdapat mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman.
Menurut Hakim (2009) tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati,
baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan
kenyataan bahwa tinggi tanaman merpakan pertumbuhan yang mudah dilihat.
Diameter Batang Tanaman Jagung
233
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Tabel 2. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk
diameter batang(cm) pada umur (14, 28 dan 42 HST)
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
SO
0,12 c
0,49 c
b
S1
0,14
0,66 b
S2
0,15 b
1,04 a
a
S3
0,18
1,09 a
organik cair terhadap
42
1,21c
1,30 b
1,41 a
1,48 a
UJBD0,05
2=
1,81
1,92
3,82
3=
1,83
2,02
3,98
4=
2,01
2,05
4,07
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 2, menunjukkan bahwa diameter batang pada umur 14 HST tertinggi
diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Pada umur
28 HST diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata
dengan perlakuan S0 dan S1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada
umur 42 HST diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda
nyata dengan perlakuan S0 dan S1, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan S2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap diameter
batang pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik cair yang
diberikan pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan diameter pada batang
tanaman. Perkembangan diameter batang tanaman tergantung dari pada ketersediaan
unsur hara yang ada di dalam tanah, terutama P yang berperan dalam pembelahan dan
perkembagan sel-sel tanaman.
Diameter batang berpengaruh terhadap berdirinya tanaman agar tidak mudah
roboh ketika tanaman semakin tinggi. Ketersediaan unsur hara yang ada di dalam pupuk
organik cair yang mudah diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan menambah pembesaran sel yang
berpengaruh pada pertumbuhan diameter batang tanaman. Semakin banyak zat
makanan yang dapat diserap oleh tanaman maka akan menghasilkan diameter yang
semakin besar dimana batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan tanaman yang
lebih muda sehingga dengan pemberian unsur hara dapat mendorong pertumbuhan
vegetatif tanaman.
Menurut (Mugianto, 2007) kelebihan dari air rendaman sabut kelapa adalah
dapat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat, tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, air
rendaman sabut kelapa juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang
diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhanya.
Jumlah Daun Tanaman Jagung
234
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Tabel 3. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk
jumlah daun (helai) pada umur (14, 28 dan 42 HST)
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
SO
3,0 c
6,0 c
c
S1
3,0
6,0 c
S2
3,3 b
6,25 b
a
S3
4,0
7,0 a
organik cair terhadap
42
9,0 c
9,0 c
9,25 b
10,0 a
UJBD0,05
2=
1,60
2,13
3,76
3=
1,72
2,02
3,67
4=
1,97
2,97
4,05
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun pada umur (14 HST) jumlah daun
tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Pada umur (28 dan
42 HST) jumlah daun tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata denganperlakuan
lainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3
(75 ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik
cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan jumlah daun.
Hal ini sejalan dengan pendapat Fageria dan Baligar (2005), mengatakan bahwa
pemberian pupuk dengan kadar nitrogen yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan organ tanaman sehingga lebih cepat mengalami pertambahan jumlah
daun dan ukuran luas daun tanaman.
Luas Daun Tanaman Jagung
Tabel 4. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk organik cair terhadap
luas daun (cm) pada umur (14, 28 dan 42 HST).
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
42
d
d
SO
93
391.48
599.38d
S1
102 c
469.93 c
641.04c
b
b
S2
127
593.75
739.44b
a
a
S3
145
626.00
881.07a
UJBD0,05
2=
2,64
3,83
5,33
3=
2,71
4,06
5,50
4=
3,92
4,98
6,03
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 4 menunjukkan bahwa luas daun pada umur (14 , 28 dan 42 HST) luas
daun tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Hasil penelitian
235
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur
14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik
cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan luas daun tanaman.
Perkembangan luas daun tanaman tergantung dari pada ketersediaan unsur hara yang
ada di dalam tanah, yang dapat meransang perkembangan dan pertumbuhan tanaman
sampai produksi. Ketersediaan air yang ada di dalam pupuk organik cair yang lebih
besar menyebabkan tanaman cepat berkembang sehingga jumlah luas daun tanaman
bertambah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa pemberian pupuk organik cair
yang lebih besar mampu tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan jumlah daun lebih
banyak dan luas daun yang lebih besar dibanding kontrol.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
pupuk organik cair dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung pada tanah yang
bersifat masam. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S3 dengan dosis (75ml)
dengan rata-rata tinggi tanaman (158,25 cm), rata-rata diameter batang sebesar (1,48
cm), rata-rata jumlah daun (10 helai) dan luas daun (881,07cm2).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dirjen DIKTI yang telah
mendanai penelitian ini melalui Program HIBAH Produk Terpan 2017 dan kepada
seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fageria, N.K and V.C. Baligar, 2005. Enhancing nitrogen use efficiency in crop plants.
Advances in Agronomy 88: 97 – 185.
Hakim, M.A. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk Organik Cair terhadap Hasil dan
Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Roselia. http://eprints.uns.a.id/279/1 diakses;
28 Agustus 2017
Junaedi H., Mahbub, I.A. Zurhalena, 2013. Pemanfaatan Kompos Kotoran Sapid an
Ara Sungsang Untuk Menurunkan Kepadatan Ultisol.
Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains. Volume 15, Nomor 1, Hal. 47-52
Mugianto,
2007.
Budi
Daya
Tanaman
Jagung.
http://zuldesains.wordpress.com/2011/01/11/budidaya-tanamanjagung/(Diakses. Mei 2017).
Nasaruddin, 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin dan Yayasan Forest Indonesia, Jakarta.
Nugroho, 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Fakultas Pertanian. UGM Yogyakarta.
Prasetya, B.H dan Sudiakarta. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah
Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 25(2): 39-47.
Purwono, dan, R. Hartono. 2010. Bertanam jagung unggul. Penebar Swadaya: Bogor.
Resman, 2015. ANALISA MORFOLOGI, SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA
236
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
LAHAN BERO BERVEGETASI SEKUNDER CAMPURAN. Jurnal.
Paradigma. FMIPA. UHO.
Simanjuntak, G. Sitorus, B. Guchi H. 2013. Pemberian Bahan Organik Dan jenis Air
Penyiram Terhadap Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Produksi Tanaman Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal. Agroteknologi Fakultas Pertanian USU,
Vol.2, No. 1, Dsember 2013. Hal: 135-144
Wang, F. Y., Lin, X. G., Yin, R., & Wu, L. H. 2006, Effect of Arbuscular
MycorrhizalInoculation on The Growth of Elsholtzia splendens and Zea
mays and the activities of Phosphatase and Urease in a Multi-MetalContamined Soil Under Unsterilized Conditions, Departement of Soil
Biology and Biochemistry, China.
237
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN JAGUNG PADA TANAH YANG BERSIFAT MASAM
Resman1*, Azhar Ansi2, Wa Ode Harlis3
1
Jurusan Ilmu Tanah-Fakultas Pertanian-Universitas Halu Oleo
2
Jurusan Agroteknologi-Fakultas Pertanian-Universitas Halu Oleo
3
Jurusan Biologi-F.MIPA-Universitas Halu Oleo
*Email: resmanrahma@gmail.com
Abstrak
Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia penghasil karbohidrat yang
merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Komposisi kimia jagung terdiri atas karbohidrat 61%, air
13,5%, protein 10%, lemak 4%, gula 1,4%, pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik terhadap pertumbuhan
jagung pada tanah masam. Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik, di Desa Kusambi,
Kabupaten Muna Barat Sulawesi Tenggara dari bulan Mei sampai Juli 2017. Bahan dan alat yang
digunakan yaitu: benih jagung, pupuk organik cair, waring net, plastik transparan, air, cangkul, meteran,
jangka sorong, tiang patok, kamera dan alat tulis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Pupuk organik cair dari sabut kelapa (S) terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu (S0) 0ml, (S1) 25ml,
(S2) 50ml, (S3) 75ml. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga ada 16 unit perlakuan.
Parameter yang diamati (tinggi tanaman dan diameter batang. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung
pada tanah masam. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S3 (75 ml/tanaman).
Kata kunci: Jagung, pupuk organik cair, tanah masam.
PENDAHULUAN
Tanaman Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia penghasil
karbohidrat yang merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Komposisi kimia
jagung terdiri atas karbohidrat 61%, air 13,5%, protein 10%, lemak 4%, gula 1,4%,
pentosan 6%, serat kasar 2,3%, abu 1,4% dan zat lain 0,4%. Selain itu, jagung juga
dapat digunakan sebagai bahan baku industri seperti cat, minuman, minyak, kertas dan
juga sebagai bahan pakan ternak. Seiring dengan berkembangnya tingkat konsumsi
masyarakat dan industri yang membutuhkan bahan pangan tersebut sehingga tanaman
jagung menjadi sumber bahan pangan yang selalu dibudidayakan petani Indonesia
(Nugroho, 2009). Tanaman jagung semakin meningkat penggunaanya, karena hampir
seluruh bagian dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan antara lain: batang dan daun
muda digunakan untuk pakan ternak, batang dan daun tua (setelah panen) digunakan
untuk oupuk hijau atau kompos, batang dan daun kering digunakan untuk kayu bakar,
buah jagung muda untuk sayuran, bakwan, biji jagung tua untuk pengganti nasi, jagung,
tepung, bahan campuran kopi bubuk (Purwono dan Hartono, 2010).
Tanah masam menjadi kendala dalam budi daya tanaman jagung. Kendala dari
aspek fisik tanah yaitu kemantapan dan daya pegang air rendah serta permeabilitas yang
lambat. Kemantapan agregat yang rendah pada gilirannya menyebabkan tanah mudah
hancur bila terkena pukulan butir air hujan. Partikel- partikel yang hancur akan
230
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
mengakibatkan tanah masam menjadi padat. Tanah yang padat mempunyai porositas
yang rendah sehingga infiltrasi dan perkolasi rendah, akibatnya aliran permukaan
meningkat dan mudah terjadi erosi. Sedangkan kendala dari aspek kimia tanah yaitu
aerasi tanah sangat rendah bereaksi masam, kurang tersedianya unsur Fosfor (P),
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Molibdenum (Mo), juga memiliki kejenuhan
Alumunium (Al) tinggi, Besi (Fe) dan Mangan (Mn) aktif tinggi, bila unsur-unsur
tersebut jumlahnya banyak di dalam tanah akan dapat menyebabkan keracunan pada
tanaman. Tanah masam pada umumnya mempunyai potensi keracunan Al dan miskin
kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan
kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar
kation rendah (Sri Adiningsih dan Mulyadi 1993) dalam (Prasetyo dan Suriyadikarta ,
2006).
Salah satu upaya untuk mengendalikan kepadatan tanah pada tanah masam
adalah dengan pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik tidak hanya
meningkatkan unsur hara dan aktivitas mikroorganisme dalam tanah tetapi juga
memegang peranan penting dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Sudirja,
2006) dalam Junaedi et al. (2013). Menurut Gaur (1980) dalam Junaedi et al. (2013)
peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah ialah merangsang granulasi, memperbaiki
aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan menahan air. Menurut (Murbandono,
2007) pemberian bahan organik seperti pupuk organik cair akan mampu memperbaiki
struktur tanah sehingga tanah menjadi gembur,
memperbaiki stuktur tanah,
meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan
daya ikat tanah terhadap air serta memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
Manfaat pupuk organik secara kimia berperan dapat meningkatkan kapasitas
pertukaran kation terhadap ketersediaan hara dalam tanah dan meningkatkan pH tanah
apabila bahan organik yang ditambahkan telah terdekomposisi secara sempurna serta
secara biologi berperan sebagai sumber energi bagi makro dan mikro fauna tanah
(Atmojo, 2003) dalam Simanjuntak et al (2013). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman
jagung pada tanah yang bersifat masam.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di dalam rumah plastik, di Desa Kusambi, Kabupaten
Muna Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, mulai bulan Mei sampai Juli 2017.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali rafia, air steril, tanah,
pupuk organik cair dari sabut kelapa, benih jagung, polybag (30x 40 cm), waring net,
plastik transparan.
Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: alat-alat pertanian, meteran, kamera
digital, ember, terpal, kasa, kantong plastik, saringan bor tanah serta peralatan
231
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
laboratorium
Prosedur Penelitian
Persiapan Media Tanam
Sampel tanah yang digunakan sebagai media tanam diambil di lokasi penelitian
dengan menggunakan pacul pada kedalaman 0-30cm dari permukaan tanah, dikering
anginkan, kemudian dihaluskan, lalu dimasukan ke dalam polybag.
Pembuatan Pupuk Organik Cair
Bahan pupuk organik cair dari sabut kelapa yang kering, berwarna coklat (yang
sudah dipanen). Sabut kelapa dibersihkan terlebih dahulu, lalu dicincang kecil-kecil,
setelah itu sabut kelapa yang sudah tercincang, dimasukan ke dalam ember berisi air
dengan perbandingan (25:1) (25 liter air, 1kg sabut kelapa) lalu ditutup rapat. Setelah
28 hari perendaman pupuk organik cair siap digunakan.
Optimasi Dosis Pupuk Organik Cair
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: (S0) tanpa perlakuan pupuk
organik cair sebagai kontrol 0 ml, (S1) perlakuan pupuk organik cair 25 ml, (S2) perlakuan
pupuk organik cair 50 ml, (S3) perlakuan pupuk organik cair 75 ml
Masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga menjadi 16 unit perlakuan. Pemberian pupuk
organik cair dimulai pada saat tanaman berumur 7 HST, selanjutntnya diberikan pada
umur (14, 21, 28 dan 35 HST). Setiap tanaman diberikan sesuai dengan perlakuan
(0ml, 25ml, 50ml dan 75ml) yang telah diencerkan dengan perbandingan (1 liter pupuk
organik cair : 5 liter air bersih).
Penanaman Tanaman
Setiap polybag yang sudah berisi tanah ditanami satu biji jagung. Lalu disusun
di dalam rumah plastik. Penyiraman dilakukan setiap pagi hari dengan cara
menyiramkan air ke dalam polybag.
Variabel Yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini antara lain: tinggi tanaman diameter
batang, jumlah daun dan luas daun pada umur (14, 28 dan 42 HST).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tanah Lokasi penelitian
Hasil penelitian Resman (2015) menunjukan bahwa kandungan unsur hara tanah
di Desa Kusambi, Kabupaten Muna Barat yaitu : pH (H2O) 5,70, Bahan organik
(2,03%), Nitrogen (0,26%), Fosfor (16,06 ppm) dan Kalium (0,58 mm/100g). Hal ini
232
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
menunjukkan bahwa kandungan unsur hara tanah sangat rendah dan tanah bersifat
masam.
Tinggi Tanaman Jagung
Tabel 1. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk
tinggi tanaman jagung (cm) umur (14, 28 dan 42 HST)
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
SO
30,02 b
59,51 b
b
S1
32,20
63,71 b
S2
36,05 a
74,65 a
a
S3
39,18
81,92 a
organik cair terhadap
42
115,23 d
130,67 c
142,99 b
158,25 a
UJBD0,05
2=
1,91
2,92
4,81
3=
1,97
3,03
4,94
4=
2,03
3,02
5,08
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman jagung pada umur 14 HST
tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 28 HST tanaman tertinggi
diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan S0, S1 tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada umur 42 HST tanaman tertinggi diperoleh
pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin banyak konsentrasi pupuk organik cair yang diberikan semakin banyak
pula kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya. Unsur hara tersebut berperan
penting dalam pertambahan tinggi tanaman, unsur hara lebih mudah tersedia dan dapat
diserap oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan pembelahan sel pada pertumbuhan
tanaman. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasruddin (2010), bahwa unsur hara yang
tersedia di dalam tanahdapat mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman.
Menurut Hakim (2009) tinggi tanaman merupakan ukuran yang sering diamati,
baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan
mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan
kenyataan bahwa tinggi tanaman merpakan pertumbuhan yang mudah dilihat.
Diameter Batang Tanaman Jagung
233
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Tabel 2. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk
diameter batang(cm) pada umur (14, 28 dan 42 HST)
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
SO
0,12 c
0,49 c
b
S1
0,14
0,66 b
S2
0,15 b
1,04 a
a
S3
0,18
1,09 a
organik cair terhadap
42
1,21c
1,30 b
1,41 a
1,48 a
UJBD0,05
2=
1,81
1,92
3,82
3=
1,83
2,02
3,98
4=
2,01
2,05
4,07
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 2, menunjukkan bahwa diameter batang pada umur 14 HST tertinggi
diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Pada umur
28 HST diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda nyata
dengan perlakuan S0 dan S1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2. Pada
umur 42 HST diameter batang tertinggi diperoleh pada perlakuan S3 yang berbeda
nyata dengan perlakuan S0 dan S1, tetapi tidak berbeda dengan perlakuan S2. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap diameter
batang pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik cair yang
diberikan pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan diameter pada batang
tanaman. Perkembangan diameter batang tanaman tergantung dari pada ketersediaan
unsur hara yang ada di dalam tanah, terutama P yang berperan dalam pembelahan dan
perkembagan sel-sel tanaman.
Diameter batang berpengaruh terhadap berdirinya tanaman agar tidak mudah
roboh ketika tanaman semakin tinggi. Ketersediaan unsur hara yang ada di dalam pupuk
organik cair yang mudah diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang akan menambah pembesaran sel yang
berpengaruh pada pertumbuhan diameter batang tanaman. Semakin banyak zat
makanan yang dapat diserap oleh tanaman maka akan menghasilkan diameter yang
semakin besar dimana batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan tanaman yang
lebih muda sehingga dengan pemberian unsur hara dapat mendorong pertumbuhan
vegetatif tanaman.
Menurut (Mugianto, 2007) kelebihan dari air rendaman sabut kelapa adalah
dapat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat, tidak
merusak tanah dan tanaman meskipun digunakan sesering mungkin. Selain itu, air
rendaman sabut kelapa juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang
diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman untuk
pertumbuhanya.
Jumlah Daun Tanaman Jagung
234
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
Tabel 3. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk
jumlah daun (helai) pada umur (14, 28 dan 42 HST)
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
SO
3,0 c
6,0 c
c
S1
3,0
6,0 c
S2
3,3 b
6,25 b
a
S3
4,0
7,0 a
organik cair terhadap
42
9,0 c
9,0 c
9,25 b
10,0 a
UJBD0,05
2=
1,60
2,13
3,76
3=
1,72
2,02
3,67
4=
1,97
2,97
4,05
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun pada umur (14 HST) jumlah daun
tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Pada umur (28 dan
42 HST) jumlah daun tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata denganperlakuan
lainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun pada umur 14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3
(75 ml). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik
cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan jumlah daun.
Hal ini sejalan dengan pendapat Fageria dan Baligar (2005), mengatakan bahwa
pemberian pupuk dengan kadar nitrogen yang tinggi dapat mempercepat pertumbuhan
dan perkembangan organ tanaman sehingga lebih cepat mengalami pertambahan jumlah
daun dan ukuran luas daun tanaman.
Luas Daun Tanaman Jagung
Tabel 4. Rata-rata pengaruh berbagai dosis penggunaan pupuk organik cair terhadap
luas daun (cm) pada umur (14, 28 dan 42 HST).
Hari Setelah Tanam (HST)
Perlakuan
14
28
42
d
d
SO
93
391.48
599.38d
S1
102 c
469.93 c
641.04c
b
b
S2
127
593.75
739.44b
a
a
S3
145
626.00
881.07a
UJBD0,05
2=
2,64
3,83
5,33
3=
2,71
4,06
5,50
4=
3,92
4,98
6,03
Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama,
berbeda tidak nyata berdasarkan UJBD0,05
Tabel 4 menunjukkan bahwa luas daun pada umur (14 , 28 dan 42 HST) luas
daun tertingg pada perlakuan S3 berbeda nyata dengan perlakuan lainya. Hasil penelitian
235
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur
14, 28, dan 42 ( HST ) diperoleh pada perlakuan terbaik S3 (75 ml).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan jumlah dosis pupuk organik
cair yang diberikan pada tanaman dapat meningkatkan luas daun tanaman.
Perkembangan luas daun tanaman tergantung dari pada ketersediaan unsur hara yang
ada di dalam tanah, yang dapat meransang perkembangan dan pertumbuhan tanaman
sampai produksi. Ketersediaan air yang ada di dalam pupuk organik cair yang lebih
besar menyebabkan tanaman cepat berkembang sehingga jumlah luas daun tanaman
bertambah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa pemberian pupuk organik cair
yang lebih besar mampu tumbuh lebih tinggi dan menghasilkan jumlah daun lebih
banyak dan luas daun yang lebih besar dibanding kontrol.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
pupuk organik cair dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung pada tanah yang
bersifat masam. Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan S3 dengan dosis (75ml)
dengan rata-rata tinggi tanaman (158,25 cm), rata-rata diameter batang sebesar (1,48
cm), rata-rata jumlah daun (10 helai) dan luas daun (881,07cm2).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Dirjen DIKTI yang telah
mendanai penelitian ini melalui Program HIBAH Produk Terpan 2017 dan kepada
seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Fageria, N.K and V.C. Baligar, 2005. Enhancing nitrogen use efficiency in crop plants.
Advances in Agronomy 88: 97 – 185.
Hakim, M.A. 2009. Asupan Nitrogen dan Pupuk Organik Cair terhadap Hasil dan
Kadar Vitamin C Kelopak Bunga Roselia. http://eprints.uns.a.id/279/1 diakses;
28 Agustus 2017
Junaedi H., Mahbub, I.A. Zurhalena, 2013. Pemanfaatan Kompos Kotoran Sapid an
Ara Sungsang Untuk Menurunkan Kepadatan Ultisol.
Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains. Volume 15, Nomor 1, Hal. 47-52
Mugianto,
2007.
Budi
Daya
Tanaman
Jagung.
http://zuldesains.wordpress.com/2011/01/11/budidaya-tanamanjagung/(Diakses. Mei 2017).
Nasaruddin, 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin dan Yayasan Forest Indonesia, Jakarta.
Nugroho, 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Fakultas Pertanian. UGM Yogyakarta.
Prasetya, B.H dan Sudiakarta. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah
Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian. 25(2): 39-47.
Purwono, dan, R. Hartono. 2010. Bertanam jagung unggul. Penebar Swadaya: Bogor.
Resman, 2015. ANALISA MORFOLOGI, SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA
236
Prosiding Seminar Nasional FKPT-TPI 2017
Kendari, Sulawesi Tenggara, 20-21 September 2017
LAHAN BERO BERVEGETASI SEKUNDER CAMPURAN. Jurnal.
Paradigma. FMIPA. UHO.
Simanjuntak, G. Sitorus, B. Guchi H. 2013. Pemberian Bahan Organik Dan jenis Air
Penyiram Terhadap Sifat Fisik Tanah Ultisol dan Produksi Tanaman Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.). Jurnal. Agroteknologi Fakultas Pertanian USU,
Vol.2, No. 1, Dsember 2013. Hal: 135-144
Wang, F. Y., Lin, X. G., Yin, R., & Wu, L. H. 2006, Effect of Arbuscular
MycorrhizalInoculation on The Growth of Elsholtzia splendens and Zea
mays and the activities of Phosphatase and Urease in a Multi-MetalContamined Soil Under Unsterilized Conditions, Departement of Soil
Biology and Biochemistry, China.
237