PRINSIP-PRINSIP DAN HUKUM-HUKUM EKONOMI DALAM USAHATERNAK

PRINSIP-PRINSIP
DAN HUKUM-HUKUM EKONOMI
DALAM USAHATERNAK

Tim Pengajar
Manajemen Usaha Ternak T.A. 2012/2013
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Prinsip-prinsip Ekonomi (1)

PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

11.
12.
13.
14.

The Law of Diminishing Return
Farm Price
Quality and Price
Cost of Production
Comparative Advantage and Competitive Advantage
The Equimarginal Principle
Opportunity Cost
The Substitution Principle for Input
The Substitution Principle for Output
Cost and Revenue Relationship
Risk and Uncertainty
The Time Value of Money
The Value of Farm Production
Gross Margin.


THE LAW OF DIMINISHING RETURN
• Konsep the law of diminishing return (hukum kenaikan hasil yang
semakin berkurang) sering digunakan dalam pengambilan
keputusan di bidang peternakan, misalnya dalam penentuan
jumlah ransum atau dosis pemupukan yang tepat. Secara garis
besar ada tiga hubungan yang terjadi antara input dan output:
a. Constant Marginal Product
Pada kondisi produk marjinal yang konstan, setiap penambahan
satu satuan input menyebabkan bertambahnya produk, dengan
pertambahan yang konstan. Fase ini biasanya terjadi pada awal
produksi, dimana jumlah faktor produksi variabel relatif sangat
sedikit dipergunakan dibandingkan dengan faktor produksi
tetapnya. Contoh pengaruh pemupukan terhadap total produksi
rumput gajah (data hipotetis) dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

Tabel 1. Pengaruh Pemupukan terhadap Produksi Rumput
Gajah (dengan pertambahan yang konstan)

Pupuk

(X)

∆X

Total Produk
(Y)

∆Y

Marjinal Produk
( ∆Y/∆X )

0

10

1.336

108


108/10 =10,8

10

10

1.444

108

10,8

20

10

1.552

108


10,8

30

10

1.660

108

10,8

b. Increasing Marginal Product
Pada kondisi produk marjinal yang makin
meningkat, setiap penambahan satu satuan
input menyebabkan bertambahnya produk
dengan penambahan yang semakin besar.
Pada proses produksi ternak, fase ini biasanya
terjadi pada fase pertumbuhan ternak muda,
atau dalam penggemukan sapi potong yang

menggunakan bibit kurus tetapi sehat atau
lebih
dikenal
sebagai
pertumbuhan
kompensasi.

Tabel

2.Pengaruh Konsentrat
terhadap Berat Badan
Sapi Potong (dengan pertambahan yang meningkat)

Konsentrat
(X)

∆X

Total Produk
(Y)


∆Y

Marjinal Produk
(∆Y /∆X)

10

10

550

70

7

20

10


620

80

8

30

10

700

90

9

C. Decreasing Marginal Product
Pada kondisi produk marjinal yang makin
menurun, setiap penambahan satu satuan input
menyebabkan produk yang dihasilkan semakin

berkurang. Pada proses produksi ternak, fase ini
biasanya terjadi pada fase pertumbuhan ternak
yang
sudah
dewasa,
dimana
respon
pertambahan berat badan semakin kecil
meskipun jumlah pakan ditingkatkan.
Secara hipotetis pengaruh penambahan faktor
produksi pupuk terhadap pertumbuhan jagung
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap produksi Rumput)

Pupuk
(X)

Total Produk
(Y)


∆X

Marjinal Produk
(∆Y/∆X )

∆Y

2

2

5,89

3,58

4

2


9,41

2,96

1,48

6

2

12,37

2,66

1,33

1,76

• Untuk memilih berapa input dipakai dalam
suatu proses produksi agar terjadi keuntungan
terbaik, perlu dikenal dua pengertian:
a. Nilai Produk Marginal (NPM)
adalah penambahan pendapatan yang
diterima akibat pemakaian tambahan unit
input
b. Biaya atau Nilai Input Marginal (NIM)
adalah perubahan dari ongkos input total
yang
disebabkan
oleh
penggunaan
tambahan unit input

Kasus: Berapa kg jumlah konsentrat yang harus diberikan
pada sapi perah supaya peternak mampu memperoleh keuntungan maksimal. Harga konsentrat
Rp.500/kg dan harga susu Rp.1000/kg.
Pakan
(kg/hr)

0
1
2
3
4
5
6
7

Prod
Susu
(Lt/hr)
4,00
5,00
6,50
8,50
10,00
11,00
11,50
11,75

Prod.
Prod.Rata2
Marginal
(Lt/hr)
(lt)
0,00
1,00
5,00
1,50
3,25
2,00
2,83
1,50
2,50
1,00
2,20
0,50
1,92
0,25
1,68

Feed Cost
(Rp)

Revenue
(Rp)

Profit
(Rp)

0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500

4.000
5.000
6.500
8.500
10.000
11.000
11.500
11.750

4.000
4.500
5.500
7.000
8.000
8.500
8.500
8.250

FARM PRICE (HARGA DI TINGKAT PETERNAK)
• Tingkat harga terakhir pada umumnya merupakan hal yang penting
dalam penentuan manajemen. Harga ini tidak selalu ditentukan
oleh keseimbangan penawaran dan permintaan saja, tetapi juga
oleh harga lainnya pada semua tingkat sampai suatu produk
sampai di konsumen.
• Karena hasil peternakan ini melalui suatu proses biologis dan tidak
dapat dipercepat sebelum waktunya, maka pengetahuan praktis
mengenai tren harga yang akan datang sangat lebih penting
diketahui peternak bila dibandingkan dengan penjualan eceran
barang industri. Peternak membeli ternak dan bahan pakan
beberapa bulan atau tahun sebelum hasilnya dapat dijual.
• Dalam memperhitungkan harga komoditas peternakan baik untuk
input maupun output bisa dilakukan dengan standar harga di pasar
(market price) atau harga di tingkat peternak (farm gate price).

FARM -----------------------------> MARKET
Transfer cost
• Untuk Input Produksi:
Farm Price = Market Price + Transfer Cost
• Untuk Produksi:

Market Price = Farm Price + Transfer Cost
• Dalam prakteknya, besarnya transfer cost adalah sebesar marjin tataniaga:
Contoh:
(1) Berapa harga domba di pasar bila peternak menjual dengan harga
Rp. 400.000 per ekor bila transfer cost Rp.7.500.
(2) Berapa peternak harus membayar pakan per kg bila harga pakan di
pasar sebesar Rp.2.500 per kg. Transfer cost Rp.50.000 per kuintal.

QUALITY AND PRICE








Secara umum untuk komoditas apapun, harga produk selalu mencerminkan kualitas
barang yang bersangkutan. Untuk komoditas pertanian, khususnya pada tingkat harga
farm gate price, petani menjual barang dalam sistem borongan, sehingga harga tidak
menentukan kualitas barang secara spesifik. Di tingkat konsumen barang yang
bersangkutan sudah dipisahkan sesuai dengan kualitas, sehingga untuk masing-masing
grade mempunyai harga tersendiri.
Upaya standarisasi dan grading harus terus menerus dilakukan karena menyangkut
perolehan nilai tambah usaha serta daya saing barang di pasar, khususnya untuk
menghadapi pasar global. Terlebih bila mengingat bahwa makin meningkatnya daya beli
masyarakat, maka permintaan berdasarkan kualitas barang akan semakin meningkat
pula.
Untuk menghasilkan barang dengan kualitas tinggi dan mendapatkan harga yang tinggi
pula, perlu diadakan usaha tertentu dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Bagaimanapun petani dan peternak sedapat mungkin harus meningkatkan keuntungan
melalui perbaikan mutu produknya.
Ada beberapa ukuran kualitas produk peternakan, misalnya untuk telur atas dasar
ukuran berat telur, untuk daging sapi berdasarkan bagian daging, umur ternak dan
perlemakan daging, untuk broiler berdasarkan ukuran berat serta kerusakan (memar)
daging, sedangkan untuk produksi susu misalnya berdasarkan jumlah bakteri dalam
susu, kadar lemak susu dan ada tidaknya benda asing dalam susu.

COST OF PRODUCTION
• Biaya produksi dalam suatu usaha peternakan merupakan
biaya yang dikeluarkan sebagai kompensasi seluruh faktor
produksi yang yang digunakan dalam suatu proses produksi.
• Pada umumnya biaya produksi peternakan dibedakan atas
biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
Komponen biaya tersebut dapat pula diklasifikasikan atas
biaya riil dan biaya tersamar. Pembagian biaya produksi
menjadi biaya tetap dan biaya variabel mengacu pada jangka
waktu analisis. Pengertian biaya tetap dan biaya variabel ini
hanya berlaku dalam jangka pendek saja karena dalam jangka
panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel, misalnya
sewa lahan dapat berubah, mesin-mesin harus di tambah dan
kandang pun harus diperluas.

• Yang dimaksud dengan biaya tetap ialah jenis biaya yang besar kecilnya
tidak tergantung pada besar kecilnya produksi serta tidak habis dalam satu
proses produksi. Misalnya biaya sewa lahan atau bangunan gudang serta
kandang dan bibit ternak. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya
tergantung besar kecilnya produksi dan habis dalam satu proses produksi.
Misalnya pupuk, tenaga kerja harian, pakan, serta obat-obatan. Biaya
tetap diterapkan kepada perusahaan secara keseluruhan. Biaya ini tidak
berubah walaupun terjadi perubahan-perubahan yang besar dalam jumlah
produksi dan biaya ini dikenal sebagai overheads.
• Sebagai contoh biaya tetap:
a. untuk pembelian mesin pemerah susu. Biaya pembelian dapat
menyebar selama beberapa tahun (tergantung pada umur ekonomis
mesin) sebagai ongkos depresiasi. Biaya depresiasi ini sebagai biaya
tetap. Ada atau tidak ada sapi, berfungsi atau tidak mesin tersebut
maka biayanya tetap harus dibayar.
b. Upah tenaga kerja tetap atau staf termasuk sebagai biaya tetap
sedangkan tenaga kerja harian tidak termasuk biaya tetap, karena bila
tidak ada pekerjaan maka ia tidak dibayar berbeda dengan tenaga staff
yang tetap harus dibayar walaupun perusahaan tidak melakukan
kegiatan apapun.

• Pada umumnya peternakan rakyat di Indonesia dengan skala usaha yang kecil
hampir tidak mengeluarkan biaya tetap dan seandainya ada maka jumlahnya
sangat kecil sekali sehingga dalam perhitungan biaya produksi seringkali tidak
diperhitungkan. Dalam menganalisis biaya di bidang peternakan, seringkali
komponen biaya atau pendapatan tidak selamanya dibayar dalam bentuk uang
tapi bisa pula dalam bentuk barang (in natura). Misalnya biaya panen padi
yang tidak dibayar dalam bentuk uang tapi dalam bentuk padi atau dalam
usaha ternak domba sistem bagi hasil yang dibayar dalam bentuk anak domba
itu sendiri.
• Selain daripada itu sering kali pula ada faktor produksi yang digunakan tapi
tidak pernah dibayar baik berupa uang maupun in natura. Dalam analisis
usahaternak biaya tersebut tetap harus diperhitungkan baik melalui asumsi
seandainya faktor tersebut dibeli atau berdasarkan opportunity cost nya.
Misalnya penggunaan tenaga kerja keluarga, rumput lapangan yang disabit
sendiri, pemberian susu untuk pedet, pupuk kandang dari ternak sendiri untuk
memupuk tanaman di ladang sendiri. Biaya-biaya tersebut dinamakan sebagai
biaya tersamar.
• Biaya riil, adalah biaya yang benar-benar dibayarkan baik secara tunai maupun
kredit atau dalam bentuk natura maupun in natura dalam suatu usaha.
Biaya tersamar,adalah biaya berupa pengeluaran yang diperhitungkan dalam
suatu usaha, tapi sebenarnya tidak pernah dibayarkan.

COMPARATIVE ADVANTAGE
AND COMPETITIVE ADVANTAGE
• Keunggulan komparatif, yaitu keunggulan suatu produk atau usaha
karena mendapat dukungan dari kuantitas sumberdaya manusia yang
banyak (upah murah), serta sumberdaya lokal yang melimpah (harga input
murah).
Keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan suatu produk atau usaha yang
disebabkan oleh penggunaan teknologi atau kualitas sumber daya
manusia yang unggul (efisiensi proses produksi).
• Alternatif pemilihan suatu usaha baik melalui keunggulan komparatif
maupun keunggulan kompetitif tetap didasarkan pada keuntungan yang
dapat diraih berdasarkan penghematan biaya atau memaksimalkan
penerimaan. Upaya memadukan keunggulan komparatif dan kompetitif
harus selalu diupayakan untuk memperoleh daya saing produk di pasar.
• Misalnya mana yang akan dipilih dalam kasus penentuan lokasi
peternakan sapi perah, apakah di dekat pasar (pinggir kota/daerah yang
relatif panas) atau di pedesaan (rumput dan tenaga kerja banyak/iklim
mendukung)?!