PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS DAN SUHU D

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisiologi Hewan Air merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk
menjelaskan fungsi tubuh ikan dan hewan akuatik lain pada umumnya. Ikan
adalah hewan berdarah dingin (poikilotermis). Suhu tubuhnya selalu mengikuti
suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik bersama-sama dengan
turun naiknya suhu sekitarnya. Ikan berkembang biak dengan cara bertelur. Ikan
betina mengeluarkan telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan
mengeluarkan spermanya ke dalam air, sehingga pembuahan terjadi di luar tubuh
induknya. Bagi hewan akuatik, suhu media air merupakan faktor pembatas oleh
karena itu perubahan suhu media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen
terlarut yang akan berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan
akuatik

tersebut.

Untuk

membuktikan


bahwa

ikan

merupakan

hewan

poikilotermik maka dilakukan praktikum pengaruh perubahan suhu panas dan
suhu dingin pada media air terhadap membuka dan menutup operculum benih
ikan mas.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui perubahan suhu panas
dan suhu dingin media air terhadap membuka dan menutup operculum benih ikan
mas yang secara tidak langsung ingin mengetahui laju pernafasan ikan tersebut.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk lebih memahami laju pernafasan
ikan, untuk membuktikan apakah ikan termasuk hewan poikilotermis yang suhu
tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya dengan perubahan suhu media air dan
mengetahui metabolisme pada ikan dengan parameter suhu sehingga dapat di

aplikasikan dalam bidang perikanan.

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan hanya dapat hidup di air dan mempunyai alat pernapasan yang
khusus. Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses pengikatan
oksigen tersebut dipengaruhi struktur alat pernapasan, juga dipengaruhi perbedaan
tekanan parsial O2 antara perairan dengan darah. Perbedaan tersebut
menyebabkan gas-gas berdifusi ke dalam darah atau keluar melalui alat
pernapasan. Ikan bernapas dengan insang yang terdapat pada sisi kanan dan kiri
kepalanya. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan
selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedangkan
bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan
tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar.
Insang pada ikan bertulang sejati seperti ikan mas, ditutupi oleh tutup insang yang

disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi
oleh operkulum. Pernafasan ikan berlangsung 2 tahap, yaitu :
1. Tahap I (Tahap Pemasukan) : pada tahap ini mulut ikan membuka dan tutup
insang menutup sehingga air masuk rongga mulut, kemudian menuju
lembaran insang, disinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh darah,
selain itu darah juga melepaskan karbondioksida dan uap air.
2. Tahap II (Tahap Pengeluaran) : mulut menutup dan tutup insang membuka
sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar melalui insang. Air yang
dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air yang dilepaskan
darah.
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,
badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed)
dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulka, di
bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di

2

antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto,2007).
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007) sebagai
berikut:

Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Class

: Actinopterygii

Ordo

: Cypriniformes

Famili

: Cyprinidae

Genus

: Cyprinus


Species

: Cyprinus carpio

Tubuh ikan mas digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor.
Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung
yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup
insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang
berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak
yang bebas. Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan
pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem
pernapasan ikan umumnya berupa insang (Bactiar,2002).
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 oC-25 oC
pH air antara 7-8 (Herlina,2002).
Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik
ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivora). Kolam yang di bangun dari tanah banyak
mengandung


pakan

alami,ikan

ini

mengaduk

Lumpur,memangsa

larva

insekta,cacing-cacing mollusca (Djarijah,2001).
Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di
berikan pada ikan mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah
pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk
makanan buatan biasanya di berikan berupa crumble dan pellet.

3


Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai
atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150–600
meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30°C. Meskipun
tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau
atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%.
Suhu menurut Kangingan (2007:52-53) adalah suatu besran yang
menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu menunjukkan
derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas
benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh
suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu
dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu juga disebut temperatur. Benda yang panas memiliki suhu lebih tinggi
dibandingkan benda yang dingin. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu
adalah termometer. Namun dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengukur suhu
masyarakat cenderung menggunakan indera peraba. Tetapi dengan adanya
perkembangan teknologi maka diciptakanlah termometer untuk mengukur suhu
dengan valid.

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu
(temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa
Latin thermo yang berarti bahang dan meter yang berarti untuk mengukur. Prinsip
kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling umum digunakan adalah
termometer air raksa.

4

BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Tanggal : 09 Oktober 2014
Waktu : Pukul 14.20 WIB - selesai
Tempat : Lab. Akuakultur
3.2 Alat dan Bahan
Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai
berikut :
3.1.1 Alat :



Beaker glass sebagai ikan untuk ikan yang akan diamati



Wadah plastic sebagi tempat ikan sebelum dan setelah diamati



Water bath sebagai penangas air



Freezer sebagai tempat pembuatan es batu



Palu / martil untuk memecah bongkahan es batu




Termometer Hg / alcohol untuk mengukur suhu air



Hand counter untuk menghitung bukaan operculum



Timer / stopwatch untuk mengamati waktu

3.1.2 Bahan :


Benih ikan mas sebanyak 3 ekor



Stok air panas untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan




Stok es batu untuk mengubah suhu air sesuai perlakuan

3.3 Prosedur Praktikum
Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain :

5

1. Siapkan sebuah beaker glass 1000 ml sebagai wadah perlakuan dan dua
wadah plastik sebagai tempat ikan yang belum dan yang sudah diamati
2. Ambil sebanyak 3 ekor benih ikan mas dari akuarium stok, lalu masukkan ke
dalam salah satu wadah plastic yang telah diberi media air.
3. Isi beaker glass dengan air secukupnya ( ± ½ volumenya ), lalu ukur suhunya
dengan thermometer dan catat hasilnya.
4. Pengamatan akan dilakukan dengan tiga perlakuan yaitu :
a. T1 = untuk suhu kamar ( …. ± 0,5 ºC)
b. T2 = untuk suhu 3 ºC di atas suhu kamar
c. T3 = untuk suhu 6 ºC di bawah suhu kamar
5. Masukkan satu persatu ikan uji ke dalam beaker glass yang sudah diketahui
suhunya (perlakuan a) kemudian hitung banyaknya membuka & menutup
operculum ikan tersebut selama satu menit dengan menggunakan hand
counter dan stop watch sebagai penunjuk waktu dan diulang sebanyak tiga
kali untuk masing –masing ikan. Data yang diperoleh dicatat pada kertas
lembar kerja yang telah tersedia.
6. Setelah selesai dengan ikan uji pertama dilanjutkan dengan ikan uji
berikutnya sampai ke sepuluh ikan tersebut teramati. Ikan yang telah diamati
dimasukkan ke dalam wadah plastik lain yang telah disediakan
7. Setelah selesai dengan perlakuan a, dilanjutkan dengan perlakuan b dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah air panas dari water bath sedikit demi sedikit.
Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun pada kisaran
toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada point 5.
8. Setelah selesai dengan perlakuan b, dilanjutkan dengan perlakuan c dengan
mengatur suhu air pada beaker glass agar sesuai dengan suhu yang diinginkan
dengan cara menambah es balok yang telah dipecahkan dengan palu sedikit
demi sedikit. Usahakan pada saat pengamatan berlangsung suhu air turun
pada kisaran toleransi ± 0,5 ºC. Pengamatan selanjutnya sama seperti pada
point 5.
9. Data hasil pengamatan kemudian ditabulasi.

6

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Data Kelompok
Tabel 1. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu kamar 26 C
I

Ulangan
II

III

1

172

149

98

139,7

2

127

161

165

151

3

154

176

150

160

Ikan ke:

Rata – rata

Rata – rata

150

Tabel 2. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 29 C
I

Ulangan
II

III

1

169

145

152

155,3

2

185

192

176

184,3

3

178

177

180

178,3

Ikan ke:

Rata – rata

Rata – rata

173

Tabel 3. Banyaknya bukaan operculum benih ikan mas pada suhu 23 C
I

Ulangan
II

III

1

107

118

82

102,3

2

186

138

157

160,3

3

139

127

125

130,3

Ikan ke:

Rata – rata

Rata – rata

131

4.1.2 Data Kelas

7

Data kelas setiap kelompok diambil suhu rata – rata dari tiap perlakuan
terhadap benih ikan mas.
Tabel 1. Suhu rata – rata setiap perlakuan pada benih ikan mas
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Rata - rata

Suhu Kamar ( C)
119
113
143
153
143
113
136
139
168
112
104
130
178
150
149
124
130
209
168
168
121
141

Suhu Panas ( C)
180
201
167
137
167
107
152
135
146
173
152
209
220
173
191
140
157
212
219
127
142
169

Suhu Dingin ( C)
97
104
149
125
149
105
120
164
131
127
114
147
182
131
143
130
129
169
155
147
121
133

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok
1. Suhu Kamar 26°C
Suhu kamar yang diperoleh pada saat praktikum menunjukan angka 26°C
adalah air keran yang diambil langsung di lab tempat praktikum berlangsung. Dari
tiga data ikan yang diperoleh, ikan pertama memperoleh rata – rata 139,7 dari tiga
kali percobaan, ikan kedua memperoleh 151 dan ikan ketiga sebesar 161 bukaan
operculum setiap menitnya. Sehingga rata – rata bukaan dari ketiga ikan diperoleh
sebesar 150.
8

Data tersebut menunjukan bahwa setiap ikan mempunyai nilai yang
berbeda disetiap bukaan operculumnya. Hal ini disebabkan pengaruh suhu yang
dilakukan pada praktikum ini. Pada suhu kamar pengaruh suhu seharusnya tidak
berpengaruh pada bukaan operculum dikarekanan suhu tersebut merupakan suhu
umum yang biasa digunakan ikan untuk hidup atau tumbuh. Seharusnya pada
suhu kamar 26°C bukaan operculum dengan spesies ikan yang sama dan ukuran
ikan yang hampir sama menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda. Selisih nilai
terkecil yaitu pada ikan pertama 139,7 dengan nilai terbesar ikan ketiga sebanyak
161 yaitu sekitar >21 dengan demikian ini merupakan faktor lain selain suhu yang
berpengaruh pada praktikum ini.
Faktor lain yang mengakibatkan perbedaan nilai tersebut adalah perlakuan
praktikan terhadap ikan uji. Ikan uji bisa saja terkena stress akibat perlakuan
praktikan yang asal – asalan dalam pelaksanaan praktikum. Salah satu contoh
praktikan memasukan ikan tidak dengan hati – hati pada toples yang digunakan
untuk melihat banyaknya bukaan operculum atau ketika ikan baru dimasukan
perhitungan langsung dimulai. Padahal hal tersebut akan berpengaruh terhadap
keadaan ikan. Ikan cenderung menjadi lebih gesit dan aktif bergerak karena
merasa takut atau terancam yang mengakibatkan aktivitas gerakan ikan meningkat
sehingga bukaan operculum pun meningkat dari yang seharusnya normal (karena
ada pada suhu kamar). Sebaiknya ketika memasukkan ikan pada toples harus hati
– hati dan secara perlahan, kemudian tunggu beberapa saat sampai ikan benar –
benar menstabilkan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungan.
2. Suhu Panas 29°C
Data kelompok bukan operculum rata – rata dari tiga percobaan diperoleh
untuk ikan pertama 155,3 bukaan, ikan kedua 184,3 bukaan dan ikan ketiga 178,3
bukaan, dengan rata – rata bukaan operculum untuk keseluruhan ikan yang
diperoleh adalah 173 per menit. Suhu air yang digunakan adalah 29°C yaitu air
yang digunakan praktikum sebelumnya dengan suhu 26°C ditambahkan dengan
air panas sampai naik 3°C.
Dapat dilihat dari data praktikum yang diperoleh, selisih yang didapat dari
nilai yang terkecil yaitu ikan pertama dengan 155,3 bukaan per menit dan nilai

9

terbesar yaitu ikan kedua dengan 184,3 adalah sebanyak 29 bukaan. Untuk selisih
ini bisa diakibatkan sama seperti pembahasan untuk suhu kamar 26°C yaitu faktor
ketelitian praktikan dalam menjalankan praktikum. Seperti yang disebutkan tadi
bahwa praktikum yang benar akan mendapatkan hasil yang baik begitupun
sebaliknya.
Tetapi, jika dibandingkan dengan bukaan operculum pada suhu kamar jelas
berbeda. Jika pada suhu kamar didapatkan rata – rata banyak bukaan operculum
sekitar 150 bukaan, berbeda dengan rata – rata bukaan operculum yang berada
pada suhu 29°C yaitu sebanyak 173 bukaan. Ini bisa dikatakan sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa jika suhu meningkat maka metabolism meningkat
begitupun sebaliknya. Atau teori yang menyebutkan bahwa jika suhu meningkat
maka kandungan DO ( Dissolved Oxygen ) menurun memang terbukti. Jika
diperhatikan bukaan operculum ikan meningkat pada suhu yang lebih panas, ini
bisa disebabkan oleh dua factor yaitu antara kandungan DO di air atau metabolism
tubuh ikan. Kandungan DO pada air mungkin saja bisa berkurang diakibatkan
penguapan, tetapi kemungkinannya sangat kecil untuk gas oksigen menguap pada
suhu tersebut, dibutuhkan suhu sekitar >50°C untuk gas oksigen menguap dari
dalam air. Jadi kemungkinan besar ini dipengaruhi oleh metabolism tubuh ikan
tersebut sehingga bukaan operculum menjadi bertambah. Metabolism meningkat
jika suhu meningkat walaupun hanya 1°C. Ini diakibatkan karena proses
metabolism tubuh membutuhkan energi, dan panas merupakan energi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa peningkatan intensitas bukaan operculum diakibatkan oleh
aktivitas tubuh yang meningkat karena proses metabolism pada tubuh ikan
(dengan mengabaikan hal lain yang memicu peningkatan bukaan operculum
seperti stress dll).
Inilah yang mengakibatkan mengapa larva ikan umumnya lebih baik
dipelihara dalam air yang bersuhu lebih hangat dibanding suhu kamar agar
pertumbuhan larva ikan menjadi semakin cepat karena metabolism tubuh yang
meningkat juga.
3. Suhu Dingin 23°C

10

Pada suhu dingin perolehan data bukaan operculum adalah untuk ikan
pertama 102,3, ikan kedua 160,3 dan ikan ketiga 130,3 bukaan per menit dengan
rata – rata keseluruhan ikan sebanyak 131 bukaan per menit. Suhu air dingin yang
dipakai adalah sekitar 23°C yaitu dengan menambahkan es batu sedikit demi
sedikit sehingga suhu turun sebesar 6°C dari suhu awal 29°C menjadi 23°C.
Seperti pembahasan sebelumnya, hal yang harus diingat adalah konsep
metabolism tubuh dan kandungan DO di dalam air. Kembali lagi kepada
pembahasan mengenai metabolism tubuh, maka ketika suhu menurun aktivitas
tubuh pun menurun karena metabolism membutuhkan energy yaitu panas, dan jika
suhu pada air tersebut dingin secara otomatis metabolism tubuh menurun karena
seperti yang diketahui ikan merupakan organisme perairan yang memerlukan
panas atau energi dari lingkungan. Itulah sebabnya aktivitas bukaan operculum
pada ikan menjadi menurun dan ikan terlihat lebih tenang ketika berada pada air
yang bersuhu rendah.
Kesimpulan dari praktikum tersebut pengaruh buka tutup operculum
dipengaruhi oleh suhu yang pada akhirnya suhu akan mempengaruhi proses
metabolisme tubuh. Dalam praktikum ini suhu tidak berpengaruh pada kandungan
DO yang berada di dalam air yang digunakan. Suhu kemungkinan sangat kecil
untuk menguap, karena suhu tertinggi yang digunakan hanya mencapai 29°C.
Tetapi, hal lain yang tidak diperhitungkan disini adalah kondisi ikan sebelum atau
ketika pelaksanaan praktikum dalam kondisi sehat atau tidak, atau mungkin dalam
kondisi stress contohnya pada ikan pertama memiliki nilai bukaan operculum
yang tidak terlalu besar berbeda dengan ikan kedua dan ketiga. Hal lainnya lagi
adalah kandungan DO ketika praktikum terakhir, yaitu saat praktikum di media air
yang dingin. Karena jika diteliti kembali, air yang digunakan dari praktikum 1
( suhu kamar ) sampai yang terakhir ( suhu rendah ) tidak dirubah. Sehingga dapat
disimpulkan jika kandungan oksigennya akan berkurang yang mengakibatkan
bukaan operculum ikan yang seharusnya lebih sedikit ini menjadi lebih banyak
dari yang seharusnya.
4.2.2 Pembahasan Data Kelas

11

Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap kelompok di kelas A
dihasilkan rata – rata untuk suhu kamar sekitar 26 - 27°C dengan rata – rata
bukaan operculum sebanyak 141 bukaan per menit. Untuk suhu panas berada
sekitar 29 - 30°C dengan bukaan rata – rata 169 bukaan per menitnya. Dan untuk
suhu dingin dari 23 - 24°C sekitar 133 bukaan operculum per menit.
Dari data tersebut bisa dihasilkan analisa bahwa suhu akan membengaruhi
metabolism tubuh dan juga aktivitas tubuh salahsatunya pada buka tutup
operculum dalam satuan waktu yaitu per menit walaupun suhu yang dipakai di
media air yang digunakan hanya berbeda sedikit kurang lebih 1°C dianggap
semua sama. Pada suhu kamar terdapat bukaan operculum sebanyak 141 ini
mengindikasikan bahwa bukaan normal operculum ikan dalam waktu per menit
adalah sekitar angka tersebut. Walaupun seperti yang telah dijelaskan factor
kondisi ikan dan kandungan DO di air dianggap sama dan dalam kondisi baik.
Data kedua yaitu untuk suhu panas dihasilkan data dengan nilai rata – rata
sebesar 169 bukaan per menit. Sehingga dapat disimpulkan bukaan operculum
ikan meningkat ketika penambahan kurang lebih 3°C. Selisih penambahannya
yaitu sekitar 23 bukaan. Dapat terlihat bahwa pada setiap ikan menunjukan
kenaikan aktivitas tubuh dengan naiknya metabolism tubuh yang berpengaruh
pada bukaan operculum.
Data ketiga untuk suhu yang dingin yaitu dengan rata – rata bukaan sekitar
133 bukaan per menit. Data ini pun sama menjelaskan bahwa pengurangan suhu
sebesar 3°C dari suhu kamar atau 6°C dari suhu panas juga berpengaruh terhadap
metabolism tubuh. Semakin rendah suhu maka proses metabolism tubuh akan
berkurang, yang disebabkan ikan merupakan hewan akuatik yang mendapatkan
energy atau panas dari lingkungannya.
Perbandingan antara data kelompok dan data kelas adalah sebagai berikut :
No

Suhu yang digunakan

.
1.
2.
3.

26 - 27°C ( suhu kamar )
29 – 30°C ( suhu panas )
23 - 24°C ( suhu dingin )

Data Kelompok

Data Kelas

150
173
131

141
169
133

12

Dari perbandingan di atas nilai yang diperoleh tidak terlalu jauh berbeda.
Selisih dari setiap rata – rata data tidak lebih dari 10 bukaan operculum dalam
waktu satu menit. Ini bisa dikatakan nilai antara data kelompok dan rata – rata
data kelas dianggap sama. Hal lainnya yang juga berpengaruh mungkin ada pada
pengambilan data dari ikan yang dilakukan manual dilihat oleh mata, karena tidak
mungkin secara tepat dapat menghitung bukaan operculum karena ikan terus aktif
bergerak sehingga menyusahkan dalam proses penghitungan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum tersebut pengaruh buka tutup operculum
dipengaruhi oleh suhu yang pada akhirnya suhu akan mempengaruhi proses
metabolisme tubuh. Dalam praktikum ini suhu tidak berpengaruh pada kandungan
DO yang berada di dalam air yang digunakan. Suhu kemungkinan sangat kecil
untuk menguap, karena suhu tertinggi yang digunakan hanya mencapai 29°C.

13

Tetapi, hal lain yang tidak diperhitungkan disini adalah kondisi ikan sebelum atau
ketika pelaksanaan praktikum dalam kondisi sehat atau tidak, atau mungkin dalam
kondisi stress contohnya pada ikan pertama memiliki nilai bukaan operculum
yang tidak terlalu besar berbeda dengan ikan kedua dan ketiga. Hal lainnya lagi
adalah kandungan DO ketika praktikum terakhir, yaitu saat praktikum di media air
yang dingin. Karena jika diteliti kembali, air yang digunakan dari praktikum 1
(suhu kamar) sampai yang terakhir (suhu rendah) tidak dirubah. Sehingga dapat
disimpulkan jika kandungan oksigennya akan berkurang yang mengakibatkan
bukaan operculum ikan yang seharusnya lebih sedikit ini menjadi lebih banyak
dari yang seharusnya.
5.2 Saran
Untuk percobaan berikutnya mungkin bisa lebih diperlatikan dalam hal
perlakuan pada saat mengambil ikan, mungkin bisa lebih tenang pada saat
mengambil ikan agar tidak membuat ikan stress. Bisa lebih berhati-hati dalam
melakukan praktikum agar hasil bisa sesuai denga yang diharapkan. Juga menjadi
cermin untuk kita kedepannya agar bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiansyah, Muhammad (2011). Sistem Pernafasan Ikan (Pisces). Dari
http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikanpisces.html#.VEHzdGeM_H0 (diakses pada tanggal 18 Oktober 2014 pada
pukul 09.00 WIB).

14

Zipcodezoo. Cyprinus carpio. Dari
http://zipcodezoo.com/Animals/C/Cyprinus_carpio_carpio/ (diakses pada
tanggal 09 Oktober 2014 pada pukul 12.14 WIB).
Fahriya (2012). Pengaruh Suhu Terhadap Membuka dan Menutupnya Pada
Operculum Ikan. Dari http://biofahriya.blogspot.com/2012/06/pengaruhsuhu-terhadap-membuka-dan.html. (Diakses pada tanggal 07 Oktober
2014 pada pukul 20.18 WIB).
Sridianti. Pengertian Suhu. Dari http://www.sridianti.com/pengertian-suhukelvin.html (diakses pada tanggal 18 Oktober 2014 pada pukul 12.00
WIB).

LAMPIRAN

15

Gambar 1. Ikan percobaan pertama

Gambar 2. Ikan percobaan kedua

Gambar 3. Ikan percobaan ketiga

16