WARGA NEGARA DAN NEGARA global

WARGA NEGARA DAN NEGARA
PENGERTIAN NEGARA

Adalah suatu organisasi di antara sekelompok
atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama
mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib
dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok
manusia tersebut.

PENGERTIAN NEGARA MENURUT AHLI


John Locke dan Rousseau, negara merupakan suatu badan atau organisasi hasil
dari perjanjian masyarakat.



Max Weber, negara adalah sebuah masyarakat yang memiliki monopoli dalam
penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam wilayah tertentu.




Mac Iver, sebuah negara harus memiliki tiga unsur poko, yaitu wilayah, rakyat,
dan pemerintahan.



Roger F.Soleau, negara adalah alat atau dalam kata lain wewenang yang
mengendalikan dan mengatur persoalan-persoalan yang bersifat bersama atas
nama masyarakat.



Prof. Mr. Soenarko, Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah
tertentu dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu
kedaulatan, sedangkan Prof. Miriam Budiardjo memberikan pengertian Negara
adalah organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara
sah terhadap semua golongankekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan
tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Jadi Negara adalah sekumpulan orang
yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang

sah, yang umumnya mempunyai kedaulatan (keluar dan ke dalam).

PENGERTIAN DITINJAU DARI 4 PENDAPAT
1. Negara sebagai organisasi kekuasaan
Negara adalah alat masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Pengertian ini
dikemukakan oleh Logemann dan Harold J. Laski. Logemann menyatakan bahwa
negara adalah organisasi kekuasaan yang bertujuan mengatur masyarakatnya
dengan kekuasaannya itu. Negara sebagai organisasi kekuasaan pada hakekatnya
merupakan suatu tata kerja sama untuk membuat suatu kelompok manusia
berbuat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara itu.
2. Negara sebagai organisasi politik
Negara adalah asosiasi yang berfungsi memelihara ketertiban dalam
masyarakat berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah yang diberi kekuasaan memaksa. Dari sudut organisasi politik, negara
merupakan integrasi dari kekuasaan politik atau merupakan organisasi pokok dari
kekuasaan politik. Sebagai organisasi politik negara Bidang Tata Negara berfungsi
sebagai alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan antar manusia dan sekaligus menertibkan serta mengendalikan gejala–
gejala kekuasaan yang muncul dalam masyarakat. Pandangan tersebut nampak

dalam pendapat Roger H. Soltou dan Robert M Mac Iver. Dalam bukunya “The
Modern State”, Robert M Mac Iver menyatakan : “Negara ialah persekutuan

manusia (asosiasi) yang menyelenggarakan penertiban suatu masyarakat dalam
suatu wilayah berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah
yang dilengkapi kekuasaan memaksa. Menurut RM Mac Iver, walaupun negara
merupakan persekutuan manusia, akan tetapi mempunyai ciri khas yang dapat
digunakan untuk membedakan antara negara dengan persekutuan manusia yang
lainnya. Ciri khas tersebut adalah : kedualatan dan keanggotaan negara bersifat
mengikat dan memaksa.
3. Negara sebagai organisasi kesusilaan
Negara merupakan penjelmaan dari keseluruhan individu. Menurut
Friedrich Hegel : Negara adalah suatu organisasi kesusilaan yang timbul sebagai
sintesa antara kemerdekaan universal dengan kemerdekaan individu. Negara
adalah organisme dimana setiap individu menjelmakan dirinya, karena
merupakan penjelmaan seluruh individu maka negara memiliki kekuasaan
tertinggi sehingga tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi dari negara.
Berdasarkan pemikirannya, Hegel tidak menyetujui adanya : Pemisahan
kekuasaan karena pemisahan kekuasaan akan menyebabkan lenyapnya negara.
Pemilihan umum karena negara bukan merupakan penjelmaan kehendak

mayoritas rakyat secara perseorangan melainkan kehendak kesusilaan. Dengan
memperhatikan pendapat Hegel tersebut, maka ditinjau dari organisasi
kesusilaan, negara dipandang sebagai organisasi yang berhak mengatur tata
tertib dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sementara manusia
sebagai penghuninya tidak dapat berbuat semaunya sendiri.
4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah dan rakyat
Negara sebagai kesatuan bangsa, individu dianggap sebagai bagian
integral negara yang memiliki kedudukan dan fungsi untuk menjalankan negara.
Menurut Prof. Soepomo, ada 3 teori tentang pengertian negara:
1) Teori Perseorangan (Individualistik)
Negara adalah merupakan sauatu masyarakat hukum yang disusun
berdasarkan perjanjian antar individu yang menjadi anggota masyarakat.
Kegiatan negara diarahkan untuk mewujudkan kepentingan dan kebebasan
pribadi. Penganjur teori ini antara lain : Thomas Hobbes, John Locke, Jean
Jacques Rousseau, Herbert Spencer, Harold J Laski.
2) Teori Golongan (Kelas)
Negara adalah merupakan alat dari suatu golongan (kelas) yang
mempunyai kedudukan ekonomi yang paling kuat untuk menindas golongan
lain yang kedudukan ekonominya lebih lemah. Teori golongan diajarkan oleh :
Karl Marx, Frederich Engels, Lenin

3) Teori Intergralistik (Persatuan)
Negara adalah susunan masyarakat yang integral, yang erat antara
semua golongan, semua bagian dari seluruh anggota masyarakat merupakan
persatuan masyarakat yang organis. Negara integralistik merupakan negara
yang hendak mengatasi paham perseorangan dan paham golongan dan negara
mengutamakan kepentingan umum sebagai satu kesatuan. Teori persatuan
diajarkan oleh : Bendictus de Spinosa, F. Hegel, Adam Muller

SIFAT NEGARA
1. Sifat memaksa
Negara dapat memaksakan kehendak melalui hukum atau kekuasaan.
Negara memiliki kekuasaan memaksa agar masyarakat tunduk dan patuh
terhadap negara tanpa ada pemaksaan fisik Hak negara ini memiliki sifat legal
agar tercipta tertib di masyarakat dan tidak ada tindakan anarki. Paksaan fisik
dapat dilakukan terhadap hak milik
2. Sifat monopoli
Negara menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat. Negara dapat
menguasai hal-hal seperti sumberdaya penting untuk kepentingan orang banyak.
Negara mengatasi paham individu dan kelompok.


3. Sifat totalitas
Semua hal tanpa pengecualian menjadi wewenang negara.

UNSUR NEGARA
Bersifat Konstitutif : adanya wilayah yang meliputi udara, darat, dan perairan
rakyat atau masyarakat, pemerintahan yang berdaulat.
Bersifat Deklaratif : adanya tujuan negara, undang-undang dasar, pengakuan dari
negara lain, masuknya negara dalam perhimpunan bangsabangsa. Contoh : PBB

Bentuk Negara


Negara Kesatuan



Negara Serikat




Perserikatan Negara (Konfederasi)



Uni, dibagi menjadi 2 yaitu Uni Riil dan Uni Personil



Dominion



Koloni



Protektorat




Mandat



Trust

TUJUAN NEGARA
Setiap negara dibentuk tentu bukan tanpa tujuan. Seperti halnya ketika kalian
membentuk kelompok belajar mendirikan clubhobi membaca atau membentuk kelompok
tari. Kalian tentu mempunyai tujuan tertentu, misalnya agar mudah dalam belajar atau
agar hobi dapat tersalurkan dan makin terarah. Bagaimana dengan tujuan negara?
Tujuan negara adalah suatu sasaran yang hendak dicapai oleh suatu negara, merupakan
ide yang bersifat abstrak-ideal berisi harapan yang dicita-citakan. Tujuan utama
berdirinya negara pada hakikatnya sama, yaitu menciptakan kebahagian rakyatnya
(bonum publicum/common-wealth).

a) Keamanan ekstern (eksternal security), artinya negara bertugas melindungi warga
negaranya terhadap ancaman dari luar.
b) Pemeliharaan ketertiban intern (mainte-nance of internal order), artinya dalam
masyarakat yang tertib terdapat pembagian kerja dan tanggung jawab pelaksanaan

peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara, terdapat pula badan-badan,
prosedur dan usaha-usaha yang dimengerti oleh segenap warga negara dan
dilaksanakan untuk memajukan kebahagian bersama.

c) Fungsi keadilan (justice), terwujudnya suatu sistem di mana terdapat saling pengertian
dan prosedur-prosedur yang diberikan kepada setiap orang apa yang telah disetujui
dan telah dianggap patut.
d) Kesejahteraan (welfare), kesejahteraan meliputi keamanan, ketertiban, keadilan dan
kebebasan.
e) Kebebasan (freedom), adalah kesempatan mengembangkan dengan bebas hasrat
-hasrat individu akan ekspresi ke-pribadiannya yang harus disesuai-kan gagasan
kemakmuran umum. Bagaimana dengan tujuan negara Indonesia? Tujuan Negara
Indonesia se-perti tertuang dalam Alinea IV Pembu-kaan UUD 1945, yaitu:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum,
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

PENGERTIAN WARGA NEGARA


Warga negara adalah rakyat yg menetap disuatu wilayah dan rakyat tertentu dlm
hubungannya dgn negara. Dlm hubungan antara warga negara dan negara, warga
negara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warga negara
juga mempunyai hak yg harus diberikan dan dilindungi oleh negara.

HAK WARGA NEGARA
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).
1. Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dalam
kehidupannya (pasal 28A).
2. Setiap orang berhak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah (pasal 28B
ayat 1).

3. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat 2).
4. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia (pasal 28C ayat 1).
5. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dengan memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya (pasal 28C
ayat 2).
6. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28D ayat
1).
7. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2)
8. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan (pasal 28D ayat 3).
9. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraannya (pasal 28D ayat 4).
10. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (pasal 28E ayat 2).
11. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3).
12. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F)
13. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi (Pasal 28G ayat 1).
14. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik
dari negara lain (Pasal 28G ayat 2).
15. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan (Pasal 28H ayat 1).
16. Setiap orang berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan (Pasal 28H ayat 2).
17. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (Pasal 28H ayat 3).
18. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun (Pasal 28H ayat 4).
19. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu (Pasal 28I ayat 2).

20. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (pasal 28J ayat 1).
21. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara (pasal 30 ayat 1).
22. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (pasal 31 ayat 1).
Kewajiban warga negara Indonesia;

1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
(Pasal 27 ayat 1).
2. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
3. Di dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu
masyarakat demokratis (pasal 28J ayat 2).
4. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara (pasal 30 ayat 1).

PENGATURAN TENTANG WARGA NEGARA DALAM UUD 1945

Pasal 26
1. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia
2. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang.
Pasal 27
1. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Undang-undang yang mengatur tentang warga negara adalah UU No 12 th 2006 tentang
Kewarganegaraan Indonesia . UU ini sebagai pengganti atas UU No 62 th 1958.
KETENTUAN UMUM dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 3
WARGA NEGARA INDONESIA dari Pasal 4 sampai dengan Pasal 7
SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA dari Pasal 8 sampai dengan Pasal 22
KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA dari Pasal 23 sampai
dengan Pasal 30
SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEMBALI KEWARGANEGARAAN
REPUBLIK INDONESIA
dari Pasal 31 sampai dengan Pasal 35
KETENTUAN PIDANA dari Pasal 36 sampai dengan Pasal 38
KETENTUAN PERALIHAN dari Pasal 39 sampai dengan Pasal 43
KETENTUAN PENUTUP dari Pasal 44 sampai dengan Pasal 46

Kriteria
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
negaraRepublik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling
singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap dan membayar uang
pewarganegaraan ke Kas Negara

Keturunan
Jika orang tua berkewarganegaraan Indonesia, anak yang di lahirkanakan memperoleh
kewarganegaraan Indonesia.

Kelahiran
Seseorang memperoleh kewarganegaraan Indonesia karena dilahirkan di Indonesia.

Pengangkatan
Anak orang asing berumur dibawah 5 tahun, diangkat oleh seorang warga negara
Indonesia dapat menjadi warga negara Indonesia dengan disahkan oleh penngadilan
neghri setempat.

Pewarganegaraan atau Naturalisasi
Cara untuk memperoleh kewarganegaraan bagi orang asing yang ingin memperoleh
kewarganegaraan Indonesia

Melalui perkawinan
Seorang perempuan berkewarganegaraan asing yang menikah dengan laki-laki warga
negara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia setelah satu tahun
melangsungkan perkawinan

PENGERTIAN PEMERINTAH
Berikut beberapa pengertian pemerintah menurut beberapa ahli :
Suradinata : pemerintah adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu
negara, mencakup urusan masyarakat, territorial dan urusan kekuasaan
dalam rangka mencapai tujuan negara.
Ndraha : pemerintah adalah segenap alat perlengkapan negara dan lembaga-lembaga
kenegaraan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Pengertian pemerintah dan pemerintahan mempunyai pengertian yang
sedikit berbeda. Pengertian pemerintah merujuk kepada sosoknya, sedangkan
pemerintahan menunjukkan bidang tugas

Pemerintah :

organisasi yang memiliki wewenang dan kekuasaan untuk membuat
dan menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu
dalam mengatur kehidupan sosial, ekonomi, politik suatu
negara/bagian – bagiannya

Pemerintahan : wadah orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang
mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan rakyatnya dan
kepentingan negara sendiri

PENGERTIAN HUKUM

Keseluruhan
norma
yang
oleh
penguasa
masyarakat yang berwenang dinyatakan atau dianggap
sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau
seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan
untuk mengadakan suatu tata yang dikehendaki oleh
penguasa tersebut.

CIRI – CIRI HUKUM
a. sengaja dibuat oleh badan perlengkapan masyarakat yang khusus untuk itu
b. adanya perintah atau larangan yang harus dipatuhi
c. adanya akibat

SIFAT HUKUM

a.

Hukum yang Imperatif : bersifat mengikat dan memaksa, harus di taati
contoh : apabila seorang guru Sekolah Dasar akan mengadakan pungutan, maka ia
tidak boleh melanggar peraturan undang-undang yang mengatur tentang PNS,
pendidikan, korupsi dan sebagainya. Bila ia terbukti melakukan pelanggaran hukum
karena pungutan tersebut, maka ia dapat dilaporkan kepada pihak yang berwenang

b. Hukum yang Fakultatif : bersifat sebagai pelengkap, tidak secara mengikat
contoh : Setiap warga negara berhak untuk mengemukakan pendapat. Apabila
seseorang berada di dalam forum, maka ia dapat mengeluarkan pendapatnya atau
tidak sama sekali
Sumber Hukum :
a. Undang-Undang Dasar 1945
UUD 1945 sebagai sumber hukum, yang merupakan hukum dasar tertulis yang
mengatur masalah kenegaraan dan merupakan dasar ketentuan-ketentuan
lainnya
b. Ketetapan MPR
Dalam Pasal 3 UUD 1945 ditentukan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat
menetapkan Undang-Undang Dasar dan Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Dengan istilah menetapkan tersebut maka produk hukum yang dibentuk oleh
MPR disebut Ketetapan MPR

c. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang
Undang-undang mengandung 2 pengertian, yaitu :
a. undang-undang dalam arti materiel : peraturan yang berlaku umum dan
dibuat oleh penguasa, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah
b. undang-undang dalam arti formal : keputusan tertulis yang dibentuk
dalam arti formal sebagai sumber hukum dapat dilihat pada Pasal 5 ayat
(1) dan pasal 20 ayat (1) UUD 1945
d. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah berguna untuk melaksanakan undang-undang
sebagaimana mestinya. Dalam hal ini berarti tidak mungkin bagi presiden
menetapkan Peraturan Pemerintah sebelum ada undang-undangnya,
sebaliknya suatu undang-undang tidak berlaku efektif tanpa adanya Peraturan
Pemerintah
e. Keputusan Presiden
UUD 1945 menentukan Keputusan Presiden sebagai salah satu bentuk
peraturan perundang-undangan. Bentuk peraturan ini baru dikenal tahun 1959
berdasarkan surat presiden no. 2262/HK/1959 yang ditujukan pada DPR, yakni
sebagai peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh presiden untuk
melaksanakan Penetapan Presiden. Kemudian melalui Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966, KeputusanPresiden resmi ditetapkan sebagai salah satu bentuk
peraturan perundang-undangan menurut UUD 1945. Keputusan Presiden berisi
keputusan yang bersifat khusus (einmalig) adalah untuk melaksanakan UUD
1945, Ketetapan MPR yang memuat garis-garis besar dalam bidang eksekutif
dan Peraturan Pemerintah
f. Peraturan pelaksana lainnya
Yang dimaksud dengan peraturan pelaksana lainnya adalah seperti
Peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lainnya yang harus dengan tegas
berdasarkan dan bersumber pada peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi
g. Convention (Konvensi Ketatanegaraan)
Konvensi Ketatanegaraan : perbuatan kehidupan ketatanegaraan yang
dilakukan berulang-ulang sehingga ia diterima dan ditaati dalam praktek

ketatanegaraan. Konvensi Ketatanegaraan mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan undang-undang, karena diterima dan dijalankan, bahkan sering
kebiasaan (konvensi) ketatanegaraan menggeser peraturan-peraturan hukum
yang tertulis
h. Traktat
Traktat/perjanjian : perjanjian yang diadakan dua negara atau lebih
Kalau di amati praktek perjanjian internasional bebrapa negara ada yang
dilakukan 3 (tiga) tahapan, : perundingan (negotiation), penandatanganan
(signature), dan pengesahan (ratification). Disamping itu ada pula yang
dilakukan
hanya
dua
tahapan,
:
perundingan
(negotiation)
dan
penandatanganan (signature)

PEMBAGIAN HUKUM
Hukum menurut bentuknya :
a. Hukum Tertulis
: hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundangan
b. Hukum Tak Tertulis : hukum yang masih hidup dalam keyakinan dalam masyarakat
tetapi tidak tertulis (disebut hukum kebiasaan)
Hukum menurut isinya :
a. Hukum Privat (Hukum Sipil) : hukum yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dengan orang yang lain, dengan menitik beratkan
kepada kepentingan perseorangan, misal Hukum Perdata.
b. Hukum Publik (Hukum Negara) :hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara
negara dengan perseorangan (warga negara)
Hukum Publik terdiri dari :
1. Hukum Tata Negara : hukum yang mengatur bentuk dan susunan pemerintahan
suatu negara serta hubungan kekuasaan antara alat-alat perlengkapannya satu
sama lain, dan hubungan antara Negara (Pemerintah Pusat) dengan bagianbagian negara (daerah-daerah swantantra)
2. Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Tata
Pemerintahan) : hukum yang mengatur cara-cara menjalankan tugas (hak dan
kewajiban) dari kekuasaan alatalat perlengkapan negara
3. Hukum Pidana ( Pidana = hukuman) : hukum yang mengatur perbuatanperbuatan
apa yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya
serta mengatur bagaimana cara-cara mengajukan perkara-perkara ke muka
pengadilan
4. Hukum Internasional : Hukum Perdata Internasional dan Hukum Publik
Internasional
Hukum Perdata Internasional : hukum yang mengatur hubungan-hukum antara
warga negara warga negara sesuatu bangsa dengan warga negara-warga negara dari
negara lain dalam hubungan internasional.
Hukum Publik Internasional (Hukum Antara Negara) : hukum yang mengatur
hubungan antara negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam hubungan
internasional

PERKEMBANGAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA DARI MASA
SESUDAH KEMERDEKAAN SAMPAI SEKARANG
Setelah kemerdekaan, Indonesia bertekad untuk membangun hukum nasional
yang berdasarkan kepribadian bangsa melalui pembangunan hukum. Secara umum
hukum Indonesia diarahkan ke bentuk hukum tertulis. Pada awal kemerdekaan dalam
kondisi yang belum stabil, masih belum dapat membuat peraturan untuk mengatur
segala aspek kehidupan bernegara. Untuk mencegah kekosongan hukum, hukum lama
masih berlaku dengan dasar Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, Pasal 192 Konstitusi RIS
(pada saat berlakunya Konstitusi RIS) dan Pasal 142 UUDS 1950 (ketika berlaku UUDS
1950). Sepanjang tahun 1945-1959 Indonesia menjalankan demokrasi liberal, sehingga
hukum yang ada cenderung bercorak responsif dengan ciri partisipatif, aspiratif dan
limitatif.
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah. Dalam
demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan atau
langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang- bidang kebijakan pemerintah yang
tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah tidak melanggar
kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam konstitusi. Pada masa Orde
Lama Pemerintah (Presiden) melakukan penyimpangan- penyimpangan terhadap UUD
1945. Demokrasi yang berlaku adalah Demokrasi Terpimpin yang menyebabkan
kepemimpinan yang otoriter.
Akibatnya hukum yang terbentuk merupakan hukum yang konservatif (ortodok)
yang merupakan kebalikan dari hukum responsif, karena memang pendapat Pemimpin
lah yang termuat dalam produk hukum.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut adalah :
1. Kekuasaan Presiden dijalankan secara sewenang-wenang; hal ini terjadi karena
kekuasaan MPR, DPR, dan DPA yang pada waktu itu belum dibentuk dilaksanakan oleh
Presiden.
2. MPRS menetapkan Oresiden menjadi Presiden seumur hidup; hal ini tidak sesuai
dengan ketentuan mengenai masa jabatan Presiden.
3. Pimpinan MPRS dan DPR diberi status sebagai menteri; dengan demikian , MPR dan
DPR berada di bawah Presiden.
4. Pimpinan MA diberi status menteri; ini merupakan penyelewengan terhadap prinsip
bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka.
5. Presiden membuat penetapan yang isinya semestinya diatur dengan undang-undang
(yang harus dibuat bersama DPR); dengan demikian Presiden melampaui
kewenangannya.
6. Pembentukan lembaga negara yang tidak diatur dalam konstitusi, yaitu Front
Nasional.
7. Presiden membubarkan DPR; padahal menurut konstitusi, Presiden tidak bisa
membubarkan DPR Pada tahun 1966 merupakan titik akhir Orde lama dan dimulainya
Orde Baru yang membawa semangat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen. Namun Soeharto sebagai penguasa Orde Baru juga
cenderung otoriter. Hukum yang lahir kebanyakan hukum yang kurang/tidak responsif.
Apalagi pada masa ini hukum “hanya” sebagai pendukung pembangunan ekonomi

karena pembangunan dari PELITA I – PELITA VI dititik beratkan pada sektor ekonomi.
Tetapi harus diakui peraturan perundangan yang dikeluarkan pada masa Orde Baru
banyak dan beragam.

Penyimpangan-penyimpangan pemerintah pada masa orde baru adalah :
1. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan Presiden, sehingga pemerintahan dijalankan
secara otoriter.
2. Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya
melayani keinginan pemerintah (Presiden).
3. Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis; pemilu hanya menjadi sarana untuk
mengukuhkan kekuasaan Presiden, sehingga presiden terus menenrus dipilih kembali.
4. Terjadi monopoli penafsiran Pancasila; Pancasila ditafsirkan sesuai keinginan
pemerintah untuk membenarkan tindakan-tindakannya.
5.
Pembatasan hak-hak politik rakyat, seperti hak berserikat, berkumpul dan
berpendapat.
6. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga kekuasaan
kehakiman tidak merdeka.
7. Pembentukan lembaga-lembaga yang tidak terdapat dalam konstitusi, yaitu Kopkamtib
yang kemudian menjadi Bakorstanas.
8. Terjadi Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang luar biasa parahnya sehingga merusak
segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya krisis multidimensi.
Setelah Presiden Soeharto mundur dari jabatannya pada tahun 1998, Indonesia
memasuki era reformasi yang bermaksud membangun kembali tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pembenahan sistem hukum termasuk agenda penting
reformasi. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan amandemen atau perubahan
terhadap UUD 1945, karena UUD merupakan hukum dasar yang menjadi acuan dalam
kehidupan bernegara di segala bidang. Setelah itu diadakan pembenahan dalam
pembuatan peraturan perundangan, baik yang mengatur bidang baru maupun
perubahan/penggantian peraturan lama untuk disesuaikan dengan tujuan reformasi.
Pemerintah dalam Implementasi Hukum pada Masing-masing Periode Berbicara
bagaimana peranan Pemerintah dalam implementasi hukum di Indonesia terkait dengan
politik hukum yang dijalankan Pemerintah, karena politik hukum itu menentukan produk
hukum yang dibuat dan implementasinya. Pada masa Penjajahan Belanda, politik
hukumnya tertuang dalam Pasal 131 IS (Indische Staatsregeling) yang mengatur hukum
mana yang berlaku untuk tiap-tiap golongan penduduk. Adapun mengenai
penggolongan penduduk terdapat pada Pasal 163 IS. Berdasarkan politik hukum itu, di
Indonesia masih terjadi pluralisme hukum.
Setelah Indonesia merdeka, untuk mencegah kekosongan hukum dipakailah Aturan
peralihan seperti yang terdapat pada Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, Pasal 192
Konstitusi RIS dan Pasal 142 UUDS 1950. Hukum tidak terlalu berkembang pada masa
awal kemerdekaan, akan tetapi implementasinya relatif baik yang ditandai lembaga
peradilan yang mandiri. Hal ini merupakan efek dari berlakunya demokrasi liberal yang
memberi kebebasan kepada warga untuk berpendapat. Sebaliknya pada masa Orde
lama, peran pemimpin (Presiden) sangat dominan yang menyebabkan implementasi
hukum mendapat campur tangan dari Presiden. Akibatnya lembaga peradilan menjadi
tidak bebas. Ketika Orde Baru berkuasa, politik hukum yang dijalankan Pemerintah yaitu
hukum diarahkan untuk melegitimasi kekuasaan Pemerintah, sebagai sarana untuk
mendukung sektor ekonomi dan sebagai sarana untuk memfasilitasi proses rekayasa
sosial.
Hal ini dikarenakan Pemerintah Orde Baru lebih mengutamakan bidang ekonomi
dalam pembangunan. Perubahan terjadi ketika memasuki era reformasi yang
menghendaki penataan kehidupan masyarakat di segala bidang. Semangat kebebasan
dan keterbukaan (transparansi) menciptakan kondisi terkontrolnya langkah Pemerintah

untuk mendukung agenda reformasi termasuk bidang hukum. Langkah-langkah yang
diambil antara lain pembenahan peraturan perundangan, memberi keleluasaan kepada
lembaga peradilan dalam menjalankan tugasnya serta memberi suasana kondusif dalam
rangka mengembangkan sistem kontrol masyarakat untuk mendukung penegakan
hukum