BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 2.1. Rokok 2.1.1.Sejarah Rokok - Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU 09 tentang Merokok sebagai Faktor Resiko Utama PPOK
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1. Rokok
2.1.1.Sejarah Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 100mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daunyang telah dicacah. Tembakau (tobacco) adalah sejenis tanaman herbal yang berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Ajaran - ajaran kepercayaan mereka ada kaitannya dengan tumbuhan tembakau, dimana pada waktu itu asap tembakau dipercaya dapat memberi perlindungan dari mahluk halus yang sangat jahat. Cristoper Columbus pada waktu itu melintasi laut Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1942. Orang - orang asli Amerika bermukim di New World telah memberi hadiah daun Tembakau dan seabad setelah itu, merokok telah menjadi trend sosial. ( www.tuberose.com)
2.1.2 Jenis – jenis rokok
Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau. Rokok berdasarkan atau isi.
ntuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
ng diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, danyang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
(SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan
caradengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
eluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.
Rokok berdasarkan penggunaa
(RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
2.1.3 Kandungan Rokok
Gambar 2.1 Sumbe
ndungan yang menyebabkan perokok merasa rileks.
enyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
ebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
(alkohol kayu), alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol.
pat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
airan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
acun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
han yang terdapat dalam racun tikus.
han kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil. (Anggota Koalisi untuk Indonesia Sehat. 2010) Gambar 2.2 Sumber: ( http://tuberose.com/cigarettesmoking.html
2.1.4. Bahaya Merokok
Merokok bisa meningkatkan kecenderungan untuk terkena masuk angin dan flu. Menurut riset jika seseorang itu perokok aktif, akan beresiko lebih sering mengalami masuk angin, bronchitis dan flu. Merokok juga dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, stroke dan meningkatkan kolesterol. Jantung akan terpengaruh secara langsung karena pembuluh darah membangun jaringan lemak lebih cepat disekitarnya. Sehingga arteri tidak akan cukup cepat untuk memompa darah yang bisa mendukung kebutuhan alami jantung. Akibatnya terjadi pembekuan darah, merusak pembuluh darah dan pada akhirnya menyebabkan penyumbatan yang bisa berakhir dengan stroke bahkan kematian. (Amin M. 1996)
Ada bahaya merokok bagi kesehatan balita atau bayi Anda. Merokok selama kehamilan bisa mengakibatkan gangguan dan kelainan pada janin. Para ahli menemukan bayi yang ibunya merokok selama kehamilan lahir dengan saluran udara yang lebih kecil. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap masalah pernapasan setelah lahir. Masalah-masalah pernapasan dapat menempatkan bayi pada resiko terjadinya sindrom kematian bayi mendadak. ( NHBI, 2009 )
Bahaya merokok saat kehamilan memang dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan pada bayi. Ibu yang merokok beresiko memiliki bayi lahir mati, keguguran atau bayi prematur. Merokok saat hamil akan menurunkan jumlah oksigen yang tersedia bagi ibu dan bayi yang dikandung. Akibatnya denyut jantung bayi akan meningkat yang beresiko meningkatkan kelahiran prematur dan kematian. ( Barnes, 2000 )
Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang merokok secara signifikan memiliki waktu tidur malam yang lebih pendek. Bayi yang terkena asap tembakau sebelum kelahiran jauh lebih mudah menderita penyakit pernafasan dan infeksi yang juga dapat memberi kontribusi kepada penurunan kualitas tidur di malam hari. ( PDPI, 2003 )
2.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronis
2.2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
- PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yangbersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik
- Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
- Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK. ( PDPI, 2003 )
2.2.2. Faktor Resiko
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata- rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia ( PDPI, 2003 )
2.2.3.Klasifikasi
VEP `1 /KVP <70% 50% < VEP ! <80% prediksi
prediksi
1 <50%
30% < VEP
1 /KVP <70%
VEP
PPOK berat Sesak napas derajat 4 dan 5 Eksaserbasi lebih sering terjadi
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan spirometri dapat ditentukan klasifikasi (derajat) PPOK, yaitu (GOLD, 2009):
Tabel 2.1. klasifikasi PPOK/KVP <70% PPOK sedang Dengan atau tanpa batuk
2
VEP
1 >80% prediksi
VEP
Dengan atau tanpa produksi sputum Sesak napas derajat sesak 1 samapai derajat sesak 2
Klasifikasi Penyakit Gejala Klinis Spirometri PPOK ringan Dengan atau tanpa batuk
Dengan atau tanpa produksi sputum Sesak napas derajat 3 PPOK sangat berat Seak napas derajat sesak 4 dan 5
VEP
1 /KVP <70%
dengan gagal napas kronik
VEP
1 <30% prediksi
Eksaserbasi lebih sering terjadi Atau
Disertai komplikasi kor
VEP <50% dengan
1
pulmonale atau gagal jantung gagal napas kronik kanan
2.2.4. Patogenesis
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa (VEP1/KVP). ( GOLD 2009)
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. (Barnes, 2000 ) Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. Berbeda dengan asma yang memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol. ( GOLD 2009)
2.2.5. Diagnosa Banding
- Asma • SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal.
- Pneumotoraks • Gagal jantung kronik
- Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.
Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda. ( PDPI 2003 )
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal napas kronik, gagal napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan kor pulmonale. Gagal napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60 mmHg dan PaCO2>50 mmHg, serta pH dapat normal. Gagal napas akut pada gagal napas kronik ditandai oleh sesak napas dengan atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi kronik ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor pulmonale ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit>50 %, dan dapat disertai gagal jantung kanan. ( PDPI 2003)
2.2.7 Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja
- Pria = 24.1% anak/remaja pria
- Wanita = 4.0% anak/remaja wanita
- Atau 13.5% anak/remaja Indonesia
Statistik Perokok dari kalangan dewasa
- Pria = 63% pria dewasa
- Wanita = 4.5% wanita dewasa
- atau 34 % perokok dewasa Indonesia
( WHO 2008)