Peranan Perancang Sistem Informasi Akunt
BAB III
POKOK BAHASAN
3.1. Peranan Perancang Sistem Informasi Akuntansi Keuangan dalam Menciptakan Praktik
Akuntansi Kreatif
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, perancang sistem pada umumnya
adalah seseorang yang membuat desain dokumentasi untuk pengembangan dan integrasi sistem
komputer secara mendetail untuk memenuhi keinginan perusahaan. Demikian pula, perancang
sistem informasi akuntansi keuangan berperan dalam menciptakan dokumentasi untuk
pengembangan dan integrasi sistem akuntansi keuangan secara mendetail untuk memenuhi
keinginan perusahaan. Keinginan perusahaan tidak selalu baik; faktanya, banyak perusahaan
memiliki niat buruk untuk melakukan kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan demi
mendapat opini unqualified dari auditor (Arens, 2011:374). Maka, ketika perancang sistem
informasi akuntansi keuangan mulai merasakan beban dan tekanan untuk memenuhi keinginan
(kriteria) perusahaan, bisa jadi perancang sistem informasi akuntansi keuangan merancang
desain antarmuka (interface) yang memungkinkan dilaksanakannya praktik akuntansi kreatif,
baik oleh manajemen maupun oleh perancang sistem itu sendiri. Jadi, perancang sistem
informasi akuntansi keuangan berperan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif, khususnya
ketika ada konflik untuk memenuhi keinginan manajemen atau menuruti standar pelaporan
keuangan yang ada dengan risiko dipecat oleh perusahaan (Muhindo, 2014).
Karena bentuk laporan yang diinginkan manajemen berbeda-beda tergantung tujuan dan
luas pertanggungjawaban kepada pihak eksternal (Salehi, 2012), maka permintaan manajemen
akan desain interface sistem informasi akuntansi keuangan dapat berbeda-beda pula.
Implikasinya, seluruh komponen dalam desain interface sistem informasi akuntansi keuangan
pun dapat menjadi berbeda untuk jenis perusahaan yang berbeda-beda. Pada titik ini, perancang
sistem yang memiliki keahlian dalam mendesain sistem akan mengidentifikasi output apa saja
yang diminta perusahaan, mendesainnya, kemudian memanipulasi komponen-komponen input
dan/atau file/tabel sehingga desain interface sistem informasi akuntansi keuangan mungkin dapat
berkontribusi pada praktik akuntansi kreatif. Jadi, inilah peran perancang sistem informasi
akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif, yakni mengidentifikasi output
10
laporan keuangan yang diinginkan perusahaan untuk kemudian dievaluasi dan dimanipulasi
input dan file/tabelnya sedemikian rupa, sehingga paling tidak, salah satu dari komponen ini akan
mengijinkan adanya praktik akuntansi kreatif (Muhindo, 2014).
Selain kedua hal yang telah disebutkan di atas, yakni memanipulasi input dan file/tabel
dalam desain sistem informasi akuntansi keuangan untuk menciptakan output yang diinginkan
perusahaan, peran perancang sistem informasi akuntansi keuangan juga tidak lepas dari
ketergantungan manajemen pada ukuran performa akuntansi (reliance on accounting
performance measuresāRAPM, Argyris dalam Hudayati:2002). Ketika manajemen menilai
segala sesuatu dalam proses bisnisnya semata dengan ukuran performa akuntansi yang
dinyatakan dalam angka di laporan keuangan, maka yang terjadi pada karyawan adalah
ketegangan, dendam, curiga, was-was dan kurang percaya diri. Seluruh emosi negatif ini pada
akhirnya akan menimbulkan perilaku disfungsi (dysfunctional behavior). Demikian pula dengan
perancang sistem. Perancang sistem berperan dalam merancang sistem informasi akuntansi
keuangan yang berorientasi pada kinerja akuntansi dan/atau finansial perusahaan. Misalnya,
perancang sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif,
yakni menyamarkan pembayaran berpotongan menjadi gratisan untuk menarik pelanggan. Dari
sisi perusahaan, mungkin laba perusahaan akan naik karena semakin banyak pelanggan yang
terjebak untuk membayar. Namun, dari sisi pelanggan, praktik akuntansi kreatif ini merupakan
praktik yang tidak memiliki tanggung jawab sosial kepada pelanggan, sehingga tidak mungkin
menciptakan retensi pelanggan (Newman, 2014).
Tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Perancang sistem juga dapat memanipulasi
tampilan per item input data penjualan, sehingga pada waktu logika program diprogram oleh
programmer, hasil dari laba bersih akan lebih atau kurang saji sebagai akibat adanya satu atau
lebih item data penjualan yang diganti (bdk. Sukartini, 2012 tentang desain input data penjualan).
Data penjualan untuk selanjutnya langsung bertaut dengan data pelanggan dalam file pelanggan,
karena bagaimanapun juga, pelanggan adalah sumber utama penjualan perusahaan (Kotler dan
Gary Armstrong, 2012:13). Karena per item input data penjualan ini secara langsung berkaitan
dengan file pelanggan, maka bisa jadi perancang sistem bermain di sekitar kunci utama ataupun
foreign key dalam file pelanggan sebagaimana dalam file penjualan juga. Maka, peran perancang
sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif juga
11
memanipulasi per item input dalam file penjualan dan pelanggan, serta meletakkan kunci utama
ataupun foreign key dalam tabel-tabel yang berpotensi memberikan kontribusi pada praktik
akuntansi kreatif. Sebagai akibatnya, kardinalitas atau hubungan antartabel dalam interface
laporan keuangan juga mengijinkan terjadinya praktik akuntansi kreatif (Rama, 2008:205).
3.2. Komponen Desain dalam Sistem Informasi Akuntansi Keuangan yang Memberikan
Kontribusi pada Praktik Akuntansi Kreatif
Sebagaimana disebutkan oleh Sukartini (2009), desain dalam sistem informasi akuntansi
keuangan terdiri dari desain global sebagai tahapan awal desain sistem informasi akuntansi,
desain detail, desain file/tabel yang diperlukan untuk informasi akuntansi, dan desain output
akhir untuk disajikan kepada user sistem. Sukartini (2009) selanjutnya memecah lagi desaindesain sistem informasi akuntansi ini menjadi komponen-komponen, di antaranya adalah struktur
program aplikasi akuntansi perusahaan dan tampilan menu utama aplikasi sebagai bagian dalam
desain global, dan desain input data barang, pemasok, pelanggan, pembelian, penjualan,
perkiraan, jurnal dan input data buku besar sebagai bagian dari desain detail input sistem
informasi akuntansi keuangan. Sementara itu, Waluyani (2013) mengklasifikasikan desain tabel
master, tabel transaksi dan tabel laporan yang dapat disamakan dengan file master dan file
transaksi yang dikemukakan Rama (2008:193-196). Karena makalah ini membahas mengenai
peranan perancang sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan atau mengijinkan
praktik akuntansi kreatif, maka yang menjadi pokok bahasan hanya komponen-komponen desain
sistem informasi akuntansi keuangan yang rawan praktik akuntansi kreatif. Komponenkomponen desain tersebut adalah struktur program aplikasi akuntansi perusahaan, desain input
data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar (Arens, 2011:18-19, 28-29). Termasuk
di dalamnya adalah semua tabel/file master maupun tabel/file transaksi yang berhubungan
langsung dengan proses penjurnalan dan posting ke buku besar.
Pokok bahasan pertama adalah struktur program aplikasi akuntansi perusahaan. Sukartini
(2009) menggambarkan struktur program aplikasi akuntansi perusahaan sebagai laporan
keuangan apa saja yang dikehendaki manajemen untuk diprogram, di mana semua komponen
laporan keuangan, mulai dari jurnal umum, posting buku besar sampai dengan output laporan
keuangan, adalah turunan langsung dari menu utama. Artinya, struktur program aplikasi
akuntansi perusahaan merupakan akar dari semua desain sistem informasi akuntansi keuangan
12
yang akan dilakukan perancang sistem kemudian. Maka, jika dikaitkan dengan praktik akuntansi
kreatif, apabila dari strukturnya saja sudah menunjukkan gejala kontribusi pada praktik akuntansi
kreatif, maka itu akan memengaruhi keseluruhan desain input sistem informasi laporan
keuangan, khususnya dalam desain input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal, maupun
buku besar atau semua file master dan file transaksi yang berkaitan dengan interface sistem
informasi akuntansi keuangan.
Komponen desain dalam sistem informasi akuntansi keuangan berikutnya yang rawan
praktik akuntansi kreatif adalah desain input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku
besar. Ini terjadi utamanya pada perusahaan yang menitikberatkan pembayaran oleh kartu kredit
(Talekar dan K.P. Adhiya, 2014; Antonio, 2014). Talekar dan K.P. Adhiya (2014) menyatakan,
sistem pembayaran menggunakan kartu kredit memungkinkan perusahaan untuk melakukan
praktik akuntansi kreatif yang mengarah pada fraud, karena perusahaan dapat menahan barang
yang dipesan konsumer dan di satu sisi memaksa konsumer untuk membayar sejumlah harga
yang ada. Jika dikaitkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh perancang sistem, perancang
sistem mungkin membuat input dua kali pada data barang atau penjualan dan menyembunyikan
salah satunya, sehingga ketika ada komplain dari konsumer, yang ditunjukkan oleh komputer
perusahaan hanya input yang tidak disembunyikan oleh perancang sistem. Karena input data
barang dan penjualan dapat memberikan kontribusi pada praktik akuntansi kreatif, maka ketika
meng-input jurnal dan buku besar pasti juga akan memberikan kontribusi pada praktik akuntansi
kreatif, mengingat semua hal ini berhubungan satu dengan yang lainnya (Reeve et al., 2009:234).
Sementara itu, input data pelanggan rawan praktik akuntansi kreatif, khususnya ketika pelanggan
memiliki membership khusus, seperti program loyalitas yang dapat diunduh melalui
smartphone1.
Komponen desain terakhir dalam sistem informasi akuntansi keuangan yang juga rawan
terhadap praktik akuntansi kreatif adalah tabel atau file, di mana file master dan file transaksi
saling berkaitan mengingat peran file master sebagai syarat dari adanya file transaksi (Rama,
2008:193). Setelah memasukkan seluruh input yang dibutuhkan, maka selanjutnya yang
dilakukan oleh perancang sistem adalah membuat dan mengorganisir desain tabel atau file
1
Diambil dari kasus salah satu supermarket di Indonesia, tanggal 20 November 2014. Demi
menjaga nama baik supermarket tersebut, maka nama supermarket tidak dicantumkan
dalam makalah ini.
13
master maupun file transaksi. Implikasinya, kalau desain input sudah mengijinkan adanya
praktik akuntansi kreatif, maka tabel-tabelnya pun bisa mengijinkan ada praktik akuntansi kreatif
pula. Hal ini berkaitan dengan hubungan kardinalitas antartabel yang dikemukakan oleh Rama
(2008:193-196). Jika di dalam input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar
ada perubahan dalam hubungan kardinalitas (contoh: antar-field yang seharusnya one-to-one
menjadi one-to-many), maka dapat dipastikan ketika mendesain tabel atau file master dan file
transaksi pun juga demikian. Alasannya, kunci utama (primary key) dan foreign key saling
berkaitan antara file master maupun file transaksi.
3.3. Cara Perancang Sistem Memanipulasi Komponen-Komponen Desain dalam Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan
Cara pertama adalah memanipulasi struktur program aplikasi perusahaan. Seperti yang
sudah dibahas sebelumnya, struktur program aplikasi perusahaan mencakup keseluruhan
tampilan desain sistem informasi akuntansi keuangan yang diinginkan oleh perusahaan. Apabila
manajemen tidak menghendaki ditampilkannya salah satu atau lebih jenis laporan yang
dihasilkan struktur program aplikasi, maka perancang sistem dapat langsung menghapusnya dari
rancangan kasar (Waluyani, 2013), sehingga ketika sudah masuk ke tahapan desain sistem
informasi akuntansi yang lebih lanjut, perancang sistem tidak perlu membuat input ataupun
file/tabel yang berkaitan dengan bagian laporan keuangan yang diinginkan manajemen. Atau,
perancang sistem dapat menambahkan jenis laporan keuangan yang berbeda, yang mungkin tidak
sesuai dengan PABU, tetapi diinginkan oleh manajemen untuk ditampilkan (Mardiyanto,
2009:66). Cara lain yang cukup umum dilakukan oleh perancang sistem dalam perusahaan
adalah menggandakan laporan keuangan tertentu, di mana laporan keuangan yang benar
disembunyikan dan yang ditampilkan hanya laporan keuangan yang sudah dimanipulasi oleh
perancang sistem. Dengan demikian, struktur program aplikasi perusahaan dapat dimanipulasi
dengan cara menghilangkan atau menghapus laporan keuangan yang tidak diinginkan perusahaan
dari rancangan kasar, menambahkan jenis laporan keuangan yang mungkin tidak sesuai dengan
PABU atau merancang komponen laporan keuangan ganda dan menyembunyikan salah satunya.
Cara perancang sistem mengutamakan sistem pembayaran kredit lebih daripada
pembayaran tunai (cash) adalah salah satu cara memanipulasi komponen-komponen desain input
dalam sistem informasi akuntansi keuangan. Kasus yang saat ini sedang marak adalah kasus toko
14
Mobile Air di Sim Lim Square, Singapura, di mana perancang sistem lebih mengutamakan
pembayaran kredit dan transfer antarbank daripada membayar tunai langsung ke tokonya. Jika
pelanggan membayar tunai, maka sistem informasi akuntansi yang dibuat oleh perancang sistem
akan meng-input jumlah pembayaran dalam file penjualan dengan meninggalkan angka ribuan
jauh di depan angka ratusan, puluhan dan satuan, sehingga konsumer akan membayar ratusan
dolar saja, sementara harga asli yang harus dibayar adalah ribuan dolar 2. Selanjutnya,
pemanipulasian dalam komponen input data penjualan dan data barang ini juga akan
berpengaruh pada saldo akhir penjumlahan pada data jurnal dan buku besar umum. Sementara
itu, memberlakukan membership juga bisa jadi merupakan cara perancang sistem memanipulasi
komponen input file pelanggan. Meskipun pemberlakuan membership dapat menjadi
penghargaan bagi konsumer yang loyal (Kotler dan Gary Armstrong, 2012), pemberlakuan
membership juga dapat menjadi celah praktik akuntansi kreatif. Misalnya, membership hanya
berlaku untuk member baru. Jika member sudah lama dan sudah banyak memanfaatkan
penawaran khusus oleh perusahaan, maka perancang sistem akan me-reset data dalam input
pelanggan, sehingga pelanggan tersebut tidak dapat memanfaatkan penawaran khusus karena
nomornya tidak terbaca3. Maka, mau tidak mau, pelanggan tersebut harus membayar. Jika
membayar, maka ini akan secara automatis tercatat dalam jurnal dan buku besar, dan pada
akhirnya laporan keuangan perusahaan.
Terakhir, cara perancang sistem informasi akuntansi keuangan memanipulasi tabel adalah
menyembunyikan tabel harga asli dan/atau memberlakukan default untuk tabel diskun. Misalnya,
diskun default untuk suatu produk adalah Rp10.000,00, maka apapun program perusahaan yang
berkaitan dengan produk tersebut, diskunnya automatis menjadi Rp10.000,00, meskipun
mungkin perusahaan memiliki program gratis produk tersebut4. Cara lain adalah memanipulasi
letak kunci utama dan foreign key dalam tabel, sehingga ketika sudah waktunya perusahaan
mengumumkan berita yang dapat menarik pelanggan, letak kunci utama dan foreign key akan
diubah oleh perancang sistem. Maka, ini akan berimplikasi pada tidak dapat diaksesnya salah
2
Kasus ini terjadi tanggal 5 November 2014, di mana buruh Vietnam yang tidak bisa
berbahasa Inggris dipaksa menandatangani dokumen tertentu untuk kelengkapan
pembayaran karena ia membayar secara tunai dan tidak melihat adanya angka ribuan di
depan slip pembayaran. Kelengkapan pembayaran sebenarnya hanya merupakan praktik
akuntansi kreatif dari Mobile Air. (Sumber: StraitsTimes.com).
3
Idem (1).
4
Idem (1).
15
satu atau lebih field yang ada dalam suatu tabel transaksi. Lebih parah lagi, apabila perusahaan
tersebut memiliki kantor cabang dan merupakan perusahaan multinasional, sehingga hal ini juga
dapat menjadi celah bagi perancang sistem untuk berkontribusi pada praktik akuntansi kreatif.
Memanfaatkan kondisi perusahaan yang sudah go international tersebut, perancang sistem akan
mengintegrasikan sistem informasi akuntansi keuangan antara kantor pusat dan kantor cabang,
sehingga ketika sistem informasi akuntansi keuangan kantor pusat mengijinkan adanya praktik
akuntansi kreatif, maka sistem informasi akuntansi keuangan di kantor cabang pun juga ikut
andil dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif5.
5
Idem (1).
16
POKOK BAHASAN
3.1. Peranan Perancang Sistem Informasi Akuntansi Keuangan dalam Menciptakan Praktik
Akuntansi Kreatif
Sebagaimana telah disebutkan dalam bab sebelumnya, perancang sistem pada umumnya
adalah seseorang yang membuat desain dokumentasi untuk pengembangan dan integrasi sistem
komputer secara mendetail untuk memenuhi keinginan perusahaan. Demikian pula, perancang
sistem informasi akuntansi keuangan berperan dalam menciptakan dokumentasi untuk
pengembangan dan integrasi sistem akuntansi keuangan secara mendetail untuk memenuhi
keinginan perusahaan. Keinginan perusahaan tidak selalu baik; faktanya, banyak perusahaan
memiliki niat buruk untuk melakukan kecurangan (fraud) dalam pelaporan keuangan demi
mendapat opini unqualified dari auditor (Arens, 2011:374). Maka, ketika perancang sistem
informasi akuntansi keuangan mulai merasakan beban dan tekanan untuk memenuhi keinginan
(kriteria) perusahaan, bisa jadi perancang sistem informasi akuntansi keuangan merancang
desain antarmuka (interface) yang memungkinkan dilaksanakannya praktik akuntansi kreatif,
baik oleh manajemen maupun oleh perancang sistem itu sendiri. Jadi, perancang sistem
informasi akuntansi keuangan berperan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif, khususnya
ketika ada konflik untuk memenuhi keinginan manajemen atau menuruti standar pelaporan
keuangan yang ada dengan risiko dipecat oleh perusahaan (Muhindo, 2014).
Karena bentuk laporan yang diinginkan manajemen berbeda-beda tergantung tujuan dan
luas pertanggungjawaban kepada pihak eksternal (Salehi, 2012), maka permintaan manajemen
akan desain interface sistem informasi akuntansi keuangan dapat berbeda-beda pula.
Implikasinya, seluruh komponen dalam desain interface sistem informasi akuntansi keuangan
pun dapat menjadi berbeda untuk jenis perusahaan yang berbeda-beda. Pada titik ini, perancang
sistem yang memiliki keahlian dalam mendesain sistem akan mengidentifikasi output apa saja
yang diminta perusahaan, mendesainnya, kemudian memanipulasi komponen-komponen input
dan/atau file/tabel sehingga desain interface sistem informasi akuntansi keuangan mungkin dapat
berkontribusi pada praktik akuntansi kreatif. Jadi, inilah peran perancang sistem informasi
akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif, yakni mengidentifikasi output
10
laporan keuangan yang diinginkan perusahaan untuk kemudian dievaluasi dan dimanipulasi
input dan file/tabelnya sedemikian rupa, sehingga paling tidak, salah satu dari komponen ini akan
mengijinkan adanya praktik akuntansi kreatif (Muhindo, 2014).
Selain kedua hal yang telah disebutkan di atas, yakni memanipulasi input dan file/tabel
dalam desain sistem informasi akuntansi keuangan untuk menciptakan output yang diinginkan
perusahaan, peran perancang sistem informasi akuntansi keuangan juga tidak lepas dari
ketergantungan manajemen pada ukuran performa akuntansi (reliance on accounting
performance measuresāRAPM, Argyris dalam Hudayati:2002). Ketika manajemen menilai
segala sesuatu dalam proses bisnisnya semata dengan ukuran performa akuntansi yang
dinyatakan dalam angka di laporan keuangan, maka yang terjadi pada karyawan adalah
ketegangan, dendam, curiga, was-was dan kurang percaya diri. Seluruh emosi negatif ini pada
akhirnya akan menimbulkan perilaku disfungsi (dysfunctional behavior). Demikian pula dengan
perancang sistem. Perancang sistem berperan dalam merancang sistem informasi akuntansi
keuangan yang berorientasi pada kinerja akuntansi dan/atau finansial perusahaan. Misalnya,
perancang sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif,
yakni menyamarkan pembayaran berpotongan menjadi gratisan untuk menarik pelanggan. Dari
sisi perusahaan, mungkin laba perusahaan akan naik karena semakin banyak pelanggan yang
terjebak untuk membayar. Namun, dari sisi pelanggan, praktik akuntansi kreatif ini merupakan
praktik yang tidak memiliki tanggung jawab sosial kepada pelanggan, sehingga tidak mungkin
menciptakan retensi pelanggan (Newman, 2014).
Tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Perancang sistem juga dapat memanipulasi
tampilan per item input data penjualan, sehingga pada waktu logika program diprogram oleh
programmer, hasil dari laba bersih akan lebih atau kurang saji sebagai akibat adanya satu atau
lebih item data penjualan yang diganti (bdk. Sukartini, 2012 tentang desain input data penjualan).
Data penjualan untuk selanjutnya langsung bertaut dengan data pelanggan dalam file pelanggan,
karena bagaimanapun juga, pelanggan adalah sumber utama penjualan perusahaan (Kotler dan
Gary Armstrong, 2012:13). Karena per item input data penjualan ini secara langsung berkaitan
dengan file pelanggan, maka bisa jadi perancang sistem bermain di sekitar kunci utama ataupun
foreign key dalam file pelanggan sebagaimana dalam file penjualan juga. Maka, peran perancang
sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif juga
11
memanipulasi per item input dalam file penjualan dan pelanggan, serta meletakkan kunci utama
ataupun foreign key dalam tabel-tabel yang berpotensi memberikan kontribusi pada praktik
akuntansi kreatif. Sebagai akibatnya, kardinalitas atau hubungan antartabel dalam interface
laporan keuangan juga mengijinkan terjadinya praktik akuntansi kreatif (Rama, 2008:205).
3.2. Komponen Desain dalam Sistem Informasi Akuntansi Keuangan yang Memberikan
Kontribusi pada Praktik Akuntansi Kreatif
Sebagaimana disebutkan oleh Sukartini (2009), desain dalam sistem informasi akuntansi
keuangan terdiri dari desain global sebagai tahapan awal desain sistem informasi akuntansi,
desain detail, desain file/tabel yang diperlukan untuk informasi akuntansi, dan desain output
akhir untuk disajikan kepada user sistem. Sukartini (2009) selanjutnya memecah lagi desaindesain sistem informasi akuntansi ini menjadi komponen-komponen, di antaranya adalah struktur
program aplikasi akuntansi perusahaan dan tampilan menu utama aplikasi sebagai bagian dalam
desain global, dan desain input data barang, pemasok, pelanggan, pembelian, penjualan,
perkiraan, jurnal dan input data buku besar sebagai bagian dari desain detail input sistem
informasi akuntansi keuangan. Sementara itu, Waluyani (2013) mengklasifikasikan desain tabel
master, tabel transaksi dan tabel laporan yang dapat disamakan dengan file master dan file
transaksi yang dikemukakan Rama (2008:193-196). Karena makalah ini membahas mengenai
peranan perancang sistem informasi akuntansi keuangan dalam menciptakan atau mengijinkan
praktik akuntansi kreatif, maka yang menjadi pokok bahasan hanya komponen-komponen desain
sistem informasi akuntansi keuangan yang rawan praktik akuntansi kreatif. Komponenkomponen desain tersebut adalah struktur program aplikasi akuntansi perusahaan, desain input
data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar (Arens, 2011:18-19, 28-29). Termasuk
di dalamnya adalah semua tabel/file master maupun tabel/file transaksi yang berhubungan
langsung dengan proses penjurnalan dan posting ke buku besar.
Pokok bahasan pertama adalah struktur program aplikasi akuntansi perusahaan. Sukartini
(2009) menggambarkan struktur program aplikasi akuntansi perusahaan sebagai laporan
keuangan apa saja yang dikehendaki manajemen untuk diprogram, di mana semua komponen
laporan keuangan, mulai dari jurnal umum, posting buku besar sampai dengan output laporan
keuangan, adalah turunan langsung dari menu utama. Artinya, struktur program aplikasi
akuntansi perusahaan merupakan akar dari semua desain sistem informasi akuntansi keuangan
12
yang akan dilakukan perancang sistem kemudian. Maka, jika dikaitkan dengan praktik akuntansi
kreatif, apabila dari strukturnya saja sudah menunjukkan gejala kontribusi pada praktik akuntansi
kreatif, maka itu akan memengaruhi keseluruhan desain input sistem informasi laporan
keuangan, khususnya dalam desain input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal, maupun
buku besar atau semua file master dan file transaksi yang berkaitan dengan interface sistem
informasi akuntansi keuangan.
Komponen desain dalam sistem informasi akuntansi keuangan berikutnya yang rawan
praktik akuntansi kreatif adalah desain input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku
besar. Ini terjadi utamanya pada perusahaan yang menitikberatkan pembayaran oleh kartu kredit
(Talekar dan K.P. Adhiya, 2014; Antonio, 2014). Talekar dan K.P. Adhiya (2014) menyatakan,
sistem pembayaran menggunakan kartu kredit memungkinkan perusahaan untuk melakukan
praktik akuntansi kreatif yang mengarah pada fraud, karena perusahaan dapat menahan barang
yang dipesan konsumer dan di satu sisi memaksa konsumer untuk membayar sejumlah harga
yang ada. Jika dikaitkan dengan apa yang mungkin dilakukan oleh perancang sistem, perancang
sistem mungkin membuat input dua kali pada data barang atau penjualan dan menyembunyikan
salah satunya, sehingga ketika ada komplain dari konsumer, yang ditunjukkan oleh komputer
perusahaan hanya input yang tidak disembunyikan oleh perancang sistem. Karena input data
barang dan penjualan dapat memberikan kontribusi pada praktik akuntansi kreatif, maka ketika
meng-input jurnal dan buku besar pasti juga akan memberikan kontribusi pada praktik akuntansi
kreatif, mengingat semua hal ini berhubungan satu dengan yang lainnya (Reeve et al., 2009:234).
Sementara itu, input data pelanggan rawan praktik akuntansi kreatif, khususnya ketika pelanggan
memiliki membership khusus, seperti program loyalitas yang dapat diunduh melalui
smartphone1.
Komponen desain terakhir dalam sistem informasi akuntansi keuangan yang juga rawan
terhadap praktik akuntansi kreatif adalah tabel atau file, di mana file master dan file transaksi
saling berkaitan mengingat peran file master sebagai syarat dari adanya file transaksi (Rama,
2008:193). Setelah memasukkan seluruh input yang dibutuhkan, maka selanjutnya yang
dilakukan oleh perancang sistem adalah membuat dan mengorganisir desain tabel atau file
1
Diambil dari kasus salah satu supermarket di Indonesia, tanggal 20 November 2014. Demi
menjaga nama baik supermarket tersebut, maka nama supermarket tidak dicantumkan
dalam makalah ini.
13
master maupun file transaksi. Implikasinya, kalau desain input sudah mengijinkan adanya
praktik akuntansi kreatif, maka tabel-tabelnya pun bisa mengijinkan ada praktik akuntansi kreatif
pula. Hal ini berkaitan dengan hubungan kardinalitas antartabel yang dikemukakan oleh Rama
(2008:193-196). Jika di dalam input data barang, pelanggan, penjualan, jurnal dan buku besar
ada perubahan dalam hubungan kardinalitas (contoh: antar-field yang seharusnya one-to-one
menjadi one-to-many), maka dapat dipastikan ketika mendesain tabel atau file master dan file
transaksi pun juga demikian. Alasannya, kunci utama (primary key) dan foreign key saling
berkaitan antara file master maupun file transaksi.
3.3. Cara Perancang Sistem Memanipulasi Komponen-Komponen Desain dalam Sistem
Informasi Akuntansi Keuangan
Cara pertama adalah memanipulasi struktur program aplikasi perusahaan. Seperti yang
sudah dibahas sebelumnya, struktur program aplikasi perusahaan mencakup keseluruhan
tampilan desain sistem informasi akuntansi keuangan yang diinginkan oleh perusahaan. Apabila
manajemen tidak menghendaki ditampilkannya salah satu atau lebih jenis laporan yang
dihasilkan struktur program aplikasi, maka perancang sistem dapat langsung menghapusnya dari
rancangan kasar (Waluyani, 2013), sehingga ketika sudah masuk ke tahapan desain sistem
informasi akuntansi yang lebih lanjut, perancang sistem tidak perlu membuat input ataupun
file/tabel yang berkaitan dengan bagian laporan keuangan yang diinginkan manajemen. Atau,
perancang sistem dapat menambahkan jenis laporan keuangan yang berbeda, yang mungkin tidak
sesuai dengan PABU, tetapi diinginkan oleh manajemen untuk ditampilkan (Mardiyanto,
2009:66). Cara lain yang cukup umum dilakukan oleh perancang sistem dalam perusahaan
adalah menggandakan laporan keuangan tertentu, di mana laporan keuangan yang benar
disembunyikan dan yang ditampilkan hanya laporan keuangan yang sudah dimanipulasi oleh
perancang sistem. Dengan demikian, struktur program aplikasi perusahaan dapat dimanipulasi
dengan cara menghilangkan atau menghapus laporan keuangan yang tidak diinginkan perusahaan
dari rancangan kasar, menambahkan jenis laporan keuangan yang mungkin tidak sesuai dengan
PABU atau merancang komponen laporan keuangan ganda dan menyembunyikan salah satunya.
Cara perancang sistem mengutamakan sistem pembayaran kredit lebih daripada
pembayaran tunai (cash) adalah salah satu cara memanipulasi komponen-komponen desain input
dalam sistem informasi akuntansi keuangan. Kasus yang saat ini sedang marak adalah kasus toko
14
Mobile Air di Sim Lim Square, Singapura, di mana perancang sistem lebih mengutamakan
pembayaran kredit dan transfer antarbank daripada membayar tunai langsung ke tokonya. Jika
pelanggan membayar tunai, maka sistem informasi akuntansi yang dibuat oleh perancang sistem
akan meng-input jumlah pembayaran dalam file penjualan dengan meninggalkan angka ribuan
jauh di depan angka ratusan, puluhan dan satuan, sehingga konsumer akan membayar ratusan
dolar saja, sementara harga asli yang harus dibayar adalah ribuan dolar 2. Selanjutnya,
pemanipulasian dalam komponen input data penjualan dan data barang ini juga akan
berpengaruh pada saldo akhir penjumlahan pada data jurnal dan buku besar umum. Sementara
itu, memberlakukan membership juga bisa jadi merupakan cara perancang sistem memanipulasi
komponen input file pelanggan. Meskipun pemberlakuan membership dapat menjadi
penghargaan bagi konsumer yang loyal (Kotler dan Gary Armstrong, 2012), pemberlakuan
membership juga dapat menjadi celah praktik akuntansi kreatif. Misalnya, membership hanya
berlaku untuk member baru. Jika member sudah lama dan sudah banyak memanfaatkan
penawaran khusus oleh perusahaan, maka perancang sistem akan me-reset data dalam input
pelanggan, sehingga pelanggan tersebut tidak dapat memanfaatkan penawaran khusus karena
nomornya tidak terbaca3. Maka, mau tidak mau, pelanggan tersebut harus membayar. Jika
membayar, maka ini akan secara automatis tercatat dalam jurnal dan buku besar, dan pada
akhirnya laporan keuangan perusahaan.
Terakhir, cara perancang sistem informasi akuntansi keuangan memanipulasi tabel adalah
menyembunyikan tabel harga asli dan/atau memberlakukan default untuk tabel diskun. Misalnya,
diskun default untuk suatu produk adalah Rp10.000,00, maka apapun program perusahaan yang
berkaitan dengan produk tersebut, diskunnya automatis menjadi Rp10.000,00, meskipun
mungkin perusahaan memiliki program gratis produk tersebut4. Cara lain adalah memanipulasi
letak kunci utama dan foreign key dalam tabel, sehingga ketika sudah waktunya perusahaan
mengumumkan berita yang dapat menarik pelanggan, letak kunci utama dan foreign key akan
diubah oleh perancang sistem. Maka, ini akan berimplikasi pada tidak dapat diaksesnya salah
2
Kasus ini terjadi tanggal 5 November 2014, di mana buruh Vietnam yang tidak bisa
berbahasa Inggris dipaksa menandatangani dokumen tertentu untuk kelengkapan
pembayaran karena ia membayar secara tunai dan tidak melihat adanya angka ribuan di
depan slip pembayaran. Kelengkapan pembayaran sebenarnya hanya merupakan praktik
akuntansi kreatif dari Mobile Air. (Sumber: StraitsTimes.com).
3
Idem (1).
4
Idem (1).
15
satu atau lebih field yang ada dalam suatu tabel transaksi. Lebih parah lagi, apabila perusahaan
tersebut memiliki kantor cabang dan merupakan perusahaan multinasional, sehingga hal ini juga
dapat menjadi celah bagi perancang sistem untuk berkontribusi pada praktik akuntansi kreatif.
Memanfaatkan kondisi perusahaan yang sudah go international tersebut, perancang sistem akan
mengintegrasikan sistem informasi akuntansi keuangan antara kantor pusat dan kantor cabang,
sehingga ketika sistem informasi akuntansi keuangan kantor pusat mengijinkan adanya praktik
akuntansi kreatif, maka sistem informasi akuntansi keuangan di kantor cabang pun juga ikut
andil dalam menciptakan praktik akuntansi kreatif5.
5
Idem (1).
16