MAKALAH PEMBANGUNAN DAN PENYUKUHAN PERTA

MAKALAH PEMBANGUNAN DAN PENYUKUHAN PERTANIAN
“ KAJIAN PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA
PENYULUHAN DI DESA BUKIT BATU KEC, BUKIT BATU KAB,
BENGKALIS ”

OLEH :
ASBI ASIDIKI
124210055
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013/2014

I.

PEMBAHASAN
1

I. Arti Penting Perencanaan Program Penyuluhan
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, setiap upaya perubah-an yang
berencana memerlukan partisipasi segenap warga masyarakat. Oleh sebab itu, Kelsey

dan Hearne (1955) menekankan pentingnya "pernyataan (tertulis)" yang jelas dan
dapat dimengerti oleh setiap warga masyarakat yang diharapkan untuk berpartisipasi.
Melalui cara demikian, perubahan yang direncanakan itu diharapkan dapat dijamin
kelangsungannya dan selalu memperoleh partisipasi masyarakat.
Adapun beberapa alasan yang melatar-belakangi diperlukannya perencanaan
program, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Memberikan acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa
yang harus dilakukan dan bagaimana cara melaksanakannya. Di dalam
kenyataan, terdapat banyak alternatif mengenai apa yang dapat dilakukan dan
bagaimanan cara melaksanakannya. Oleh sebab itu, dengan adanya acuan
yang sudah "terpilih" akan memudahkan semua pihak untuk mengambil
keputusan yang sebaik-baiknya.
2. Tersedianya acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat (umum).
Dengan adanya acuan tertulis, diharapkan dapat mencegah terjadinya salah
pengertian (dibanding dengan pernyataan tertulis) dan dapat dikaji ulang
(dievalusi) setiap-saat, sejak sebelum, selam, dan sesudah program tersebut
dilaksanakan.
3. Sebagai pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran
penyempurnaan yang "baru". Sepanjang perjalanan pelaksanaan program,
seringkali muncul seringkali sesuatu yang mendorong perlunya revisi

penyempurnaan perencanaan program. Karena itu, dengan adanya pernyataan
tertulis,

dapat

dikaji

seberapa

jauh

usulan

revisi

tersebut

dapat

diterima/ditolak agar tujuan yang diinginkan tetap dapat tercapai, baik dalam

arti: jumlah, mutu, dan waktu yang telah ditetapkan.

2

4. Memantabkan

tujuan-tujuan

yang

ingin

dan

harus

dicapai,

yang


perkembangannya dapat diukur dan dievaluasi. Untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan telah dapat dicapai, diperlukan pedoman yang jelas yang dapat
diukur dan dapat dievaluasi setiap saat saat, oleh siapapun juga, sesuai dengan
patokan yang telah ditetapkan.
5. Memberikan pengertian yang jelas terhadap pemilihan tentang:
a. kepentingannya dari masalah-masalah insidental (yang dinilai akan
menuntut perlunya revisi program).
b. pemantaban dari perubahan-perubahan sementara (jika memang
diperlukan revisi terhadap program).
6. Mencegah kesalah-artian tentang tujuan akhir, dan mengembangkan
kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan maupun yang tidak dirasakan.
7. Memberikan kelangsungan dalam diri personel, selama proses perubahan
berlangsung. Artinya, setiap personel yang terlibat dalam pelaksanaan dan
evaluasi program selalu merasakan perlunya kontinyuitas program sampai
tercapainya tujuan yang diharapkan.
8. Membantu pengembangan kepemimpinan, yaitu dalam menggerakkan semua
pihak yang terlibat dan menggunakakan sumberdaya yang tersedia dan dapat
digunakan untuk tercapainya tujuan yang dikehendaki.
9. Menghindarkan pemborosan sumberdaya (tenaga, biaya, dan waktu), dan
merangsang efisiensi pada umumnya.

10. Menjamin kelayakan kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat dan yang
dilakasanakan sendiri oleh masyarakat setempat.

2. Ukuran Perencanaan Program Yang Baik

3

Menurut Totok Mardikanto (1993:285) Untuk mengetahui seberapa jauh
perencanaan program yang dirumuskan itu telah "baik", berikut ini disampaikan
beberapa acuan tentang pengukurannya, yang mencakup:
1. Analisis fakta dan keadaan
Perencanaan program yang baik, harus mengungkapkan hasil analisis fakta
dan keadaan yang "lengkap" yang menyangkut: keadaan sumberdaya-alam,
sumberdaya-manusia, kelembagaan, tersedianya sarana/prasarana; dan dukungan
kebijaksanaan, keadaan-sosial, keamanan, dan stabilitas politik. Untuk keperluan
tersebut, pengumpulan data dapat dilakukan dengan menghubungi beberapa pihak
(seperti: lembaga/aparat pemerintah, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi profesi, dll)
dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data (wawancara, pengamatan,
pencatatan datasekunder, pengalaman empirik, dll), agar data yang terkumpul tidak
saja cukup lengkap tetapi juga dijamin kebenarannya.

2. Pemilihan masalah berlandaskan pada kebutuhan
Hasil analisis fakta dan keadaan, biasanya menghasilkan berba-gai masalah (baik
masalah yang sudah dirasakan maupun belum dirasakan masyarakat setempat).
Sehubungan dengan hal ini, perumusan masalah perlu dipusatkan pada masalahmasalah nyata (real-problems) yang telah dirasakan masyarakat _(felt-problems)
Artinya, perumusan masalah hendaknya dipusatkan pada masalah-masalah yang
dinilai sebagai penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan-nyata (real needs)
masyarakat, yang telah dapat dirasakan (felt needs) oleh mereka.
3. Jelas dan menjamin keluwesan
Perencanaan program, harus dengan jelas (dan tegas) sehingga tidak menimbulkan
keragu-raguan atau kesalah-pengertian dalam pelaksanaannya.
4.

Merumuskan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan

4

Tujuan yang ingin dicapai, haruslah menjanjikan perbaikan kesejahteraan atau
kepuasan masyarakat penerima manfaatnya.
5.


Menjaga keseimbangan

Setiap perencanaan program harus mampu mencakup kepentingan sebagian besar
masyarakat, dan bukannya demi kepentingan sekelompok kecil masyarakat saja.
Karena itu, setiap pengambilan keputusan harus ditekankan kepada kebutuhan yang
harus diutamakan, yang mencakup kebutuhan orang banyak. Efisiensi, harus
diarahkan demi pemerataan kegiatan dan waktu pelaksanaan harus dihindari kegiatankegiatan yang terlalu besar menumpuk pada penyuluh atau pada masyarakat penerima
manfaatnya
6. Pekerjaan yang jelas
Perencanaan program, harus merumuskan prosedur dan tujuan serta sasaran kegiatan
yang jelas, yang mencakup:
1. Masyarakat penerima manfaatnya,
2. Tujuan, waktu dan tempatnya,
3. Metoda yang akan digunakan,
4. Tugas dan tanggung-jawab masing-masing pihak yang terkait (termasuk
tenaga sukarela),
5. Pembagian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap kelompok
personel (penyuluh, masyarakat, dll), dan
6. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk evaluasi kegiatannya.
7.


Proses yang berkelanjutan

Perumusan masalah, pemecahan masalah, dan tindak lanjut (kegiatan yang harus
dilakukan) pada tahapan berikutnya, harus dinyatakan dalam suatu rangkaian
kegiatan yang berkelanjutan.

5

8.

Merupakan proses belajar dan mengajar

Artinya, masyarakat harus diberi kesempatan untuk belajar mengumpulkan fakta dan
keadaan, serta merumuskan sendiri masalah dan cara pemecahan masalahnya.
Sebaliknya, penyuluh dan aparat pemerintah yang lain, harus mampu memanfaatkan
kesempatan tersebut sebagai upaya belajar dari pengalaman masyarakat setempat.
9. Merupakan proses koordinasi
Perumusan masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan, harus melibatkan dan mau
mendengarkan kepentingan semua pihak di dalam masayarakat. Oleh sebab itu

penting adanya koordi-nasi untuk menggerakkan semua pihak untuk berpartisipasi di
dalamnya.
10. Memberikan kesempatan evaluasi proses dan hasilnya
Evaluasi, sebenarnya merupakan proses yang berkelanjutan dan melekat dalam
perencanaan program. Oleh sebab itu, perencanaan program itu sendiri harus memuat
dan memberi kesempatan untuk dapat dilakanakannya evaluasi, baik evaluasi
terhadap proses maupun hasilnya.
3. Tahapan Perencanaan Program Penyuluhan
Sebagai suatu sistem pendidikan, tahapan-tahapan dalam perumusan program
penyuluhan dapat mengadopsi tahapan-tahapan perumusan program pendidikan.
Tentang hal ini, Model Kelsey dan Hearne (1963), yang terdiri atas tujuh tahap yaitu:
a. analisis keadaan,
b. pengorganisasian perencanaan
c. proses perumusan program,
d. penetapan program yan terencana,
e. perencanaan kegiatan,
f. pelaksanaan kegiatan yang direncanakan, dan
g. usulan penyempurnaan.
II.


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Dari jurnal tersebut, Program Penyuluhan Pertanian KAJIAN PEMBINAAN
KELOMPOKTANI MELALUI PROGRAMA PENYULUHAN DI DESA BUKIT
BATU KEC, BUKIT BATU KAB, BENGKALIS sudah termasuk perencanaan
program yang baik, hal ini dikarenakan :
pembinaan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap kelompoktani dari
programa yang disusun, baik indikator manajemen organisasi, materi penyuluhan dan
pengaruh terhadap organisasi kelompoktani sudah berada pada katagori “Baik”
dengan skor yang didapat sebesar 3,63. Permasalahan yang dihadapi dalam
pembinaan terhadap programa adalah pada organisasi kelompoktani, dimana
dinamika kelompoktani masih berada pada kategori “Buruk” dengan skor 2,59 artinya
pembinaan yang dilakukan penyuluh terhadap organisasi kelompoktani tidak
memberikan dampak pada kedinamisan kelompok. Kedinamisan kelompok hanya
berjalan seperti hari- hari biasanya menurut kebiasaan dari petani.
Resiko terhadap apa yang dilaksanakan jika belum benar-benar diyakinkan
petani terhadap pelaksanaan program yang dijalankan terutama menyangkut masalah
uang yang dibebankan kepada petani. Menurut koordinator penyuluh pertanian

lapangan pembinaan berpengaruh terhadap dinamika kelompoktani harus dapat
dijalankan dengan baik oleh penyuluh, agar petani dapat mudah menerima dan mau
melaksanakan sesuai dengan materi yang disampaikan penyuluh.
Dinamika kelompoktani perlu diperhatikan oleh penyuluh karena masih
tergolong buruk sehingga mempengaruhi pendapatan petani, bagi penyuluh harus
lebih giat dalam membina petani yang masih bersifat tradisional dan harus bisa
memanfaatkan sistem turun temurun dalam upaya mendinamiskan kelompok, agar
pembinaan anggota kelompoktani dapat berjalan sesuai harapan, dan petani mudah
menerima masukan dari penyuluh.
Sedangkan pada Tabel 4 menggambarkan bahwa pembinaan terhadap
pelaksanaan penyuluhan sudah berada pada katagori “Baik” dengan skor yang
didapat 3,46. Pembinaan terendah berada pada indikator pelaksanaan penyuluhan
7

terhadap petani. Permasalahan kelompoktani masih berada pada katagori “Sedang”
dengan skor 2,91. Permasalahan besar yang terjadi dalam kelompoktani adalah sarana
dan prasarana yang masih minim, Sumber Daya Manusia (SDM) kelompoktani yang
masih rendah, dan aspek ekonomi.
Sarana dan prasarana yang sangat dibutuhkan petani seperti jalan, irigasi,
kontraktor, dan sarana lain yang belum memadai, membuat penyuluh tidak bisa
memberikan pelatihan kepada petani secara optimal seperti kondisi jalan yang buruk.
Jika musim hujan turun maka jalan utama menuju lokasi usahatani padi sulit untuk
dilewati karena masih tanah liat dan belum adanya pengaspalan jalan sedangkan
untuk irigasi sendiri petani harus melakukan dengan cara manual sehingga hasil yang
diharapkan juga tidak bisa berjalan dengan baik.
Permasalahan sumber daya manusia kelompoktani yang masih minim.
Pendidikan petani sebanyak 38 persen hanya tamat Sekolah Dasar (SD) membuat
petani tidak mampu melaksanakan apa yang dianjurkan oleh penyuluh dalam kegitan
usahatani. Kepedulian kelompok yang masih rendah dalam melaksanakan
kesepakatan dan keputusan kelompok yang telah ditetapkan, tingkat kehadiran
anggota kelompoktani dalam pertemuan belum optimal, pelatihan maupun kunjungan
yang belum rutin diikuti oleh petani disebabkan lemahnya fungsi kelembagaan
kelompoktani yang ada dan manajemen kepemimpinan yang belum berjalan dengan
baik. Selain itu, adanya pembagian tugas pengurus kelompoktani belum merata dan
masih tergantung kepada ketua atau orang yang punya keahlian lebih. Kerjasama
antara kelompoktani untuk melakukan usaha bersama dalam rangka mendukung
usahatani masih lemah.
Masalah ketiga adalah pada aspek ekonomi. Mayoritas petani atau
kelompoktani masih bersifat tradisional dengan pengetahuan, keterampilan dan modal
yang terbatas. Sistem usahatani dengan cara turun-temurun, kelompoktani yang
belum bisa menjadi kelompok contoh, pembentukan kelompok hanya untuk
mengakses bantuan, sehingga tingkat kreativitas bertani belum terlihat oleh penyuluh.

8

Permasalahan yang terdapat pada kelompoktani (sarana dan prasarana, sumber daya
manusia, dan aspek ekonomi) merupakan permasalahan yang umum terjadi dalam
kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Penyuluh, hanya saja penyuluh merupakan
seorang yang ditunjuk oleh aparat pemerintah melalui Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) sebagai pendamping petani. Penyuluh memiliki tanggungjawabnya untuk
dapat menyingkapi permasalahan yang terjadi, dengan turut membantu petani dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada sesuai dengan harapan petani, sehigga
pembinaan yang dilakukan benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
pada umumnya dan petani yang dibina.
Partisipasi kelompoktani dalam programa penyuluhan berada pada katagori
“Sedang” dengan skor 3,15, karena partisipasi petani masih kurang dalam
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Partisipasi petani yang perlu ditingkatkan adalah partisipasi petani pada
Rencana Usaha Kelompoktani (RUK) karena berada pada katagori “Buruk” dengan
skor sebesar 2,44. Hal ini karena hanya 44 persen petaninya tahu tentang RUK dan
penyuluh tidak menyampaikan kepada petani bagaimana menyusun RUK. Rencana
usaha kelompoktani masing-masing kelompok disusun hanya melibatkan penyuluh
dan pengurus inti dalam merumuskannya. Tujuan penyusunan RUK adalah untuk
membantu petani dalam meningkatkan kapasitas usaha agar petani dapat lebih
mandiri dan selalu mementingkan kepentingan kelompok dibandingkan dengan
kepentingan yang bersifat pribadi. Partisipasi petani dalam RUK harus dapat
ditingkatkan sehingga RUK yang telah disusun dapat menjadi lebih baik dan
memenuhi kepentingan atau kebutuhan petani. RUK yang telah disusun dan
dilaksanakan dengan baik dapat mendorong peningkatan produksi pendapatan
kelompoktani.

9

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Programa yang telah disusun oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
merupakan programa yang dibutuhkan oleh petani di Desa Bukit Batu
dengan kriteria pembinaan yang dilakukan penyuluh berada pada katagori
“Baik” dengan skor pembinaan sebesar 3,63.
2. Permasalahan yang dihadapi oleh kelompoktani di Desa Bukit Batu yaitu
sarana dan prasarana yang kurang memadai, kerjasama antara kelompoktani
untuk melakukan usaha bersama dalam rangka mendukung usahatani masih
lemah, Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih rendah, sebagian besar
petani atau kelompoktani melakukan kegiatan usahatani yang masih bersifat
tradisional dengan pengetahuan, keterampilan dan modal yang terbatas.
3. Partisipasi petani dalam pembinaan programa yang dilakukan penyuluh
berada pada katagori “sedang”, akan tetapi partisipasi petani dalam
menyusun Rencana Usaha Kelompoktani (RUK) berada pada kategori
“buruk” disebabkan tidak semua petani berpartisipasi dalam menyusun RUK
dimana penyuluh tidak menyampaikan kepada semua petani binaan dan
hanya melibatkan pengurus inti dalam menyusun RUK.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang dijelaskan diatas, peneliti
merekomendasikan masukan saran sebagai berikut :
1. Pembinaan lebih ditingkatkan terhadap semua programa penyuluhan yang
telah disusun.

10

2. Diharapkan kepada pemerintah untuk dapat memperhatikan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan oleh penyuluh pertanian maupun petani dalam
pembinaan dan bagi penyuluh dapat terus meningkatkan pembinaan sumber
daya manusia, pendidikan, keterampilan. Penerapan programa dilakukan
dengan sistem bertahap yaitu memperkenalkan dan memberi penjelasan serta
masukan yang mudah diterima oleh petani.
3. Petani harus meningkatkan partisipasi dalam melaksanakan programa
penyuluhan dan penyusunan RUK, sehingga kelompok dapat berjalan sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingan anggotanya.

11