Membangun dan Menggerakkan Petani Pertan
PERTANIAN ORGANIK BERSIH
Disusun oleh: Purwandaru Widyasunu
(Fakultas Pertanian Unsoed, Laboratorium Tanah/Sumberdaya Lahan) (Peneliti dan Pemerhati Pengembangan Pertanian Bersih
dan Reklamasi Lahan Rusak) 04 Januari 2014
BAB I. PENDAHULUAN
Kegiatan pertanian dikembangkan di atas lahan pertanian seluruh dunia, termasuk di Negara kita Indonesia. Lahan akan selalu menjadi sumberdaya alam utama guna pemenuhan kebutuhan pangan dan sector/sub-sektor pertanian lainnya. Budidaya tanaman paling umum menggunakan sumberdaya tanah dengan variasinya di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Klasifikasi tanah menurut USDA mengunjuk ada 12 ordo tanah, di Indonesia terdapat 11 ordo dan hanya satu ordo yang sulit didapatkan yaitu Gleysols.
Tanah ada komponennya yaitu komponen biotik dan abiotik; biotiknya terdiri dari fauna, flora, dan mikroorganisme tanah, sedangkan komponen abiotiknya adalah bahan organik dan inorganik tanah. Bahan organik memegang peranan sentral terhadap kesuburan tanah (kualitatif dan kuantitatif), sehingga mengendalikan produktivitas tanah, vegetasi, dan tanaman pertanian. Komponen abiotik penting tanah tropika dapat dikelompokkan menjadi: (i) komponen gas 25 %, (ii) komponen air 25 %, (iii) komponen mineral 45 %, dan (iv) komponen bahan organik tanah 5 %. Melihat komponen tersebut maka tanah tropika harus diperbaiki, dipelihara, dan dilestarikan dengan pengelolaan (manajemen) bahan organik sampai 5 %; namun kenyataannya diperlukan jumlah s/d 600 ton pupuk kompos/ha untuk 5-6 tahun sehingga sulit dan tidak ekonomis untuk petani.
Manajemen pertanian organik merupakan bagian manajemen pertanian bersih (atau bertujuan untuk bersih / clean agriculture), dengan outcome utama (sector budidaya tanaman, perikanan, peternakan, dan kehutanan) yaitu tidak menambah pemanasan global dengan gas rumah kaca
-nya. Bagaimana kegiatan mengelola/budidaya tanaman, yaitu benih/bibit unggul, pupuk, pengendalian OPT (pestisida/terpadu), hormon, irigasi, dan unsur-unsur iklim menjadi ramah lingkungan adalah menjadi tujuan utama pertanian organik bersih selain kesehatan konsumen, tanah, dan keanekaragaman hayati.
1.1. Pengertian Pengembangan Pertanian Organik
Pengertian umum pertanian adalah menanami tanah dengan tanaman yang harapannya akan diperoleh hasil tanaman. Caranya adalah dengan tatakelola terhadap lahan, agro-ekosistem, dan inputan oleh manusia. Budidaya tanaman dengan tatakelola inputan luar tinggi dapat dikategorikan budidaya modern atau konvensional produk dari revolusi hijau dengan tujuan hasil tinggi pada tanaman pangan dan pakan ternak. Sebaliknya pertanian dengan inputan luar rendah tentu saja memerlukan input dari lahan LOKAL yang tinggi (in-situ). Pertanian alami dan pertanian organik dapat masuk di dalamnya dengan syarat input produksi in-situ sangat tinggi atau semakin mendekati 100 %. Pertanian alami lebih didasarkan pada pengertian kekuatan alam untuk mampu mengatur pertumbuhan tanaman, jadi campur tangan manusia tidak diperlukan. Pertanian organik lebih didasarkan pada kebutuhan sistem dengan campurtangan manusia untuk memanfaatkan lahan dan berusaha meningkatkan hasil berdasarkan prinsip daur-ulang sesuai dengan kemampuan lokal (Sutanto, 2002).
Pertanian alami yang dilaksanakan dulu sampai sekarang desainnya adalah ikut bertanggung jawab yang tinggi terhadap keselamatan planet bumi kita. Input produksi pertanian alami mengandalkan kekuatan alam yang terdiri dari sumberdaya matahari, air, dan bahan tanaman untuk pembuatan kompos, pestisida hayati/organik, PGPR, jadi sifatnya harmonis dengan kondisi ekologi. Sifat, desain, dan roh (visi dan misi) pertanian organik sebenarnya sama dengan pertanian alami. Pertanian organik, adalah keinginan petani dan konsumen yang secara serius dan bertanggung jawab menghindarkan bahan kimia dan pupuk yang bersifat meracuni lingkungan dengan tujuan untuk memperoleh kondisi lingkungan yang sehat (Sutanto,
2002). Perolehan produk tanaman yang tidak mengandung racun adalah tujuan mulia lainnya.
Kata organik berasal dari kata bahasa Inggris “organik” atau Yunani “organon” yang artinya organ (bagian tubuh) dari suatu makhluk hidup yaitu tanaman, hewan, dan manusia; lawannya adalah inorganik. Perkataan organik juga dapat disebut sebagai organis(me) (Inggris = organism) yang artinya adalah hidup karena adanya kerja bersama antar organ yang ada pada mahkluk tersebut. Hal tersebut bisa diartikan sebagai suatu sistem dimana kerja dari tiap-tiap organ yang ada adalah saling ketergantungan. Mengambil arti demikian maka pertanian organik adalah sistem budidaya tanaman memakai/mengandalkan input alam sangat tinggi atau input yang merupakan hasil kerja keras dari petani dan kelompok taninya untuk memperoleh produksi tanaman, ternak, dan ikan yang sehat (tidak toksik).
“Roh” atau “Visi-Misi” dari pertanian organik adalah sistem yang organik/organis meliputi kerja manusianya dan budidayanya. Manusianya adalah petani, pendamping, penyuluh, praktisi, dan penyelenggara infrastruktur dan suprastruktur. Budidayanya adalah proses atau kegiatan membudidayakan tanaman, ternak dan ikan meliputi cara perolehan input- organik dan sub input-organik in-situ.
Mengapa kita garis bawahi/tegaskan in-situ, karena asalnya dari lokasi atau bersifat lokalita. Oleh karena itu perlu kita catat dalam hati dan pikiran, dan tulisan, kemudian kita laksanakan dalam kehendak dan karsa kita bahwa Roh atau Visi-Misi pertanian organik adalah:
a. Berwawasan lingkungan, artinya alam jangan dirusak, kalau alam rusak maka penyelenggaraan pertanian organik berkewajiban memulihkan kerusakan alam (paling tidak ekosistem pertanian tingkat lokalnya).
b. Murah secara ekonomi, artinya petani jangan dibebani untuk selalu beli namun lebih didampingi dan diadvokasi untuk mampu dan mau memprodusi input sendiri dari kekayaan dan kekuatan lokal.
c. Sesuai budaya setempat, artinya budaya pertanian organik yang nguri-uri nilai sosial, budaya dan religi sebagai cara atau kekuatan mendapatkan kebaikan dan kinerja budidaya pertanian. Benih, bahan pembuatan pupuk hayati dan pupuk organik lokal, pupuk hayati dan pupuk organik yang berasal dari lokal bernilai kearifan budaya setempat, murah karena tidak c. Sesuai budaya setempat, artinya budaya pertanian organik yang nguri-uri nilai sosial, budaya dan religi sebagai cara atau kekuatan mendapatkan kebaikan dan kinerja budidaya pertanian. Benih, bahan pembuatan pupuk hayati dan pupuk organik lokal, pupuk hayati dan pupuk organik yang berasal dari lokal bernilai kearifan budaya setempat, murah karena tidak
berdoa dulu dalam setiap pekerjaan pertanian organik, karena kita adalah milik Tuhan, dan makhluk hidup yang kita kelola pada lahan, air, dan atmosfer adalah juga milik Tuhan semesta alam. Tuhan adalah Tuan kita semua, Tuan dari alam semesta ini.
d. Berkeadilan sosial yang manusiawi, yaitu jangan merugikan petani, contohnya harga jual harus lebih tinggi dibandingkan jumlah biaya usahataninya.
Sub-sistem pertanian organik: Sistem pertanian organik terdiri dari sub sistem: (i) sumberdaya alam, (ii) sumberdaya manusia, (iii) iptek, (iv) infrastruktur, (v) suprastruktur, (vi) pasca panen, dan (vii) pemasaran. Dengan demikian kalau kita berkehendak untuk mengembangkan pertanian organik berarti harus mengembangkan sub
sistemnya. Sub sistem tersebutlah yang harus dikembangkan
berasaskan roh atau visi-misi pertanian organik di atas. Sebelum mengembangkan pertanian organik, kita semua harus sadari bahwa sistem pertanian kita terutama komoditas tanaman penghasil pangan manusia dan pakan ternak sebagian besar masih berasaskan roh dan visi-misi sistem pertanian konvensional produk revolusi hijau. Dengan demikian harus kita lakukan proses transformasi iptek penyelenggaraan pertanian organik dan konversi lahan menjadi lahan pertanian organic bersih. Penyelenggaraan sistem yang memberdayakan petani dan berkaidah kelestarian ekosistem adalah sistem pertanian organik-biodinamik yang bersih.
1.2. Kondisi Faktual Sistem Pertanian: transformasi ke pertanian organik dan kesejarahan
Kondisi pertanian Indonesia (khususnya pertanian tanaman) pada saat ini berada pada persimpangan jalan, yaitu meneruskan kebijakan revolusi hijau atau menerus-mulaikan penyelenggaraan sistem pertanian alami terutama sistem organik-biodinamik. Kalau sistem revolusi hijau diteruskan berarti harus dengan inputan luar tinggi, mengejar target produksi tinggi, kondisi petani tidak/kurang berdaya, dan dikuasai sistem kapital luar yang kuat. Keadaan itu diperparah dengan kondisi tanah makin marjinal dan ditengah perubahan iklim global hebat menuju penurunan produktivitas lahan Kondisi pertanian Indonesia (khususnya pertanian tanaman) pada saat ini berada pada persimpangan jalan, yaitu meneruskan kebijakan revolusi hijau atau menerus-mulaikan penyelenggaraan sistem pertanian alami terutama sistem organik-biodinamik. Kalau sistem revolusi hijau diteruskan berarti harus dengan inputan luar tinggi, mengejar target produksi tinggi, kondisi petani tidak/kurang berdaya, dan dikuasai sistem kapital luar yang kuat. Keadaan itu diperparah dengan kondisi tanah makin marjinal dan ditengah perubahan iklim global hebat menuju penurunan produktivitas lahan
My notation (04-01-2014):
Kita catat akhir tahun 2013, turun salju di Arab Saudi,
Mesir, Suriah, Vietnam; kondisi kegawatan Thailand dampak
turun salju Vietnam utara. Bulan desember 2013, sampai tulisan
ini diperbarui (januari 2014) wilayah Jawa lebih jarang hari
hujannya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bila hujan
harian dengan hanya 10-25 mm/hari, nampak nyata dampak
banjir di banyak wilayah tanah jawa (review news desember
Menghadapi kondisi sub sistem pertanian di perempatan jalan, maka ada ilmu pengetahuan dan teknologi sistem pertanian yang saat ini bisa dianggap pendekatan terbaik yaitu merubah sistem menuju pertanian organik yang bio-dinamik yang bersih. Sistem tersebut memang ada kelemahannya namun banyak keunggulannya karena konsep bio-dinamik adalah membangun kembali sumber input dari biota yang beragam; biodiversitas pada lahan dan dalam tubuh tanah dibangun menghasilkan input in-situ. Membangun input in-situ adalah membangun kemandirian dan kedaulatan petani/kelompok tani/desa (sumberdaya lokal membangun kembali kearifan lokal). Input sistem tersebut adalah produk ekuilibria biodiversitas lahan berupa industri hayati yang mampu membangun kelestarian swasembada pangan asal tanaman, ternak dan ikan.
Penawaran perubahan sistem di atas adalah baik, tepat dan bisa dilaksanakan, namun karena petani dan agen pendampingan petani telah lama dilekati dengan efek instan pupuk kimia, pestisida, dan hormone pabrikan, maka akan menimbulkan dampak kemandegan sistem dalam penyelenggaraan pertanian organik (go organik-red.). Disamping itu revolusi hijau sejak tahun 1963 sampai sekarang berdampak negatif karena benih tanaman pangan sangat respon terhadap pupuk kimia dan hormon pabrikan. Padahal go organik memerlukan benih tanaman lokal yang respon pemupukan organik (kompos/bokhasi/pupuk organik cair yang berbahan Penawaran perubahan sistem di atas adalah baik, tepat dan bisa dilaksanakan, namun karena petani dan agen pendampingan petani telah lama dilekati dengan efek instan pupuk kimia, pestisida, dan hormone pabrikan, maka akan menimbulkan dampak kemandegan sistem dalam penyelenggaraan pertanian organik (go organik-red.). Disamping itu revolusi hijau sejak tahun 1963 sampai sekarang berdampak negatif karena benih tanaman pangan sangat respon terhadap pupuk kimia dan hormon pabrikan. Padahal go organik memerlukan benih tanaman lokal yang respon pemupukan organik (kompos/bokhasi/pupuk organik cair yang berbahan
Program go organik juga memerlukan reklamasi tanah dan lahan yang telah lama dipakai untuk pertanian revolusi hijau. Tanah perlu diperbaiki kerusakannya, lahan perlu dikembangkan pola poly biodiversitas, penyelamatan air tanah, penyelamatan sistem daur keenergian dan keharaan tanah, dan membangun sistem kendali sekuestrasi karbon dan thermal tanah.
Kita juga telah kehilangan banyak sekali lahan pertanian terutama tanah sawah yang mempunyai kelas tanah usaha pertanian utama (beririgasi teknis dan setengah teknis). Hal itu akibat deras dan tidak terkendalinya konversi sawah menjadi perumahan, hotel, pertokoan, perkantoran, jalan raya, dan infrastruktur pengembangan perkotaan dan pedesaan (post modernisasi). Akibat dari konversi tersebut adalah pengurangan luasan produksi tanaman pangan terutama produk dari lahan sawah. Inti penyebabnya adalah pertumbuhan penduduk dan nilai hasil budidaya tanaman pangan tidak mampu untuk revolving usaha tani, menabung, dan investasi keluarga tani.
Warning: Telah terjadi kemandegan regenerasi /
suksesi profesi / jabatan petani dari petani senior (orang tuanya) ke yunior (anaknya).
Hal ini akan berbahaya bagi keberhasilan program ketahanan pangan nasional dan
daerah. Penyelenggaraan pertanian organik harus mampu menyelamatkan kerawanan sosial, ekonomi dan budaya tersebut, disamping harapan hasil panen yang stabil setelah paling tidak tahun kedua-ketiga transformasi sistem; termasuk efisiensi dan efektivitas usaha tani.
Penyelenggaraan pertanian organik berarti melaksanakan program perubahan sistem pertanian konvensional (revolusi hijau) kepada/menjadi pertanian organik. Hal itu memerlukan pembaharuan sistem dari yang lama menjadi yang baru. Kalau kita melaksanakannya berarti kita melakukan reformasi pertanian yang tidak hanya tingkat kabupaten, namun adalah juga tingkat nasional.
Go organik yang telah dicanangkan Pemerintah Pusat sejak tahun 2001, sampai tahun 2010 kemarin masih terseok-seok, bahkan sampai tahun ini. Penyebabnya adalah petani belum bisa menerima perubahan itu menyangkut ketersediaan input budidaya tanaman organik, teknologi yang belum dikuasai, kemalasan mengadakan keruahan material pembuatan pupuk organik dan keruahan pupuk organik yang harus dibawa ke lahan mereka, dan terakhir adalah tidak mau susah.
Kondisi revolusi hijau selama puluhan tahun telah lama menina- bobokkan penyuluh pertanian yang ter”cooptatie” oleh efek cespleng pupuk
NPK, pestisida dan hormon kimia pabrikan. Petani telah lama diajari meninggalkan nilai luhur iptek pertanian nenek moyang Bangsa. Nilai luhur budidaya tanaman leluhur kita adalah mengelola dan membudidayakan tanaman secara organik-biodinamik bersih. Contohnya, sebelum menanam padi, sebelum tanah diolah ditumbuhkan dahulu tanaman orok-orok, tanah dibiarkan fase aerobic, baru diluku dan digaru, kemudian diairi sesuai dengan padi. Nilai kearifan IPTEK itu telah lama ditinggalkan oleh petani, penyuluh, sistem suprastruktur, kelembagaan pertanian, bahkan perguruan tinggi kita.
Melihat kondisi faktual seperti diuraikan di atas maka diperlukan langkah pikir, karsa, dan cipta kita dalam penyelenggaraan pertanian organik yang terlebih dahulu harus mengurusi sumberdaya manusianya meliputi peneliti dan pelatih transformasi iptek, penyuluh pertanian, dan petani. Kondisi SDM yang siap tersebut juga harus didukung oleh kesiapan dan kemampuan dukung dari Pemerintah Pusat dan Daerah, demikian pula kelembagaan penunjang lainnya meliputi LSM/Asosiasi Pertanian Organik, Kelompok Tani, Gapoktan dan Paguyuban Petani Organik.
Kelembagaan dan SOP keorganikan: Pemerintah, LSM, Koperasi Tani Organik, dan lembaga lainnya memerlukan Standart Operating Procedure (SOP) untuk menyelenggarakan go organik. Bagi Petani, Kelompok Tani, Gapoktan dan Paguyuban Petani Organik memerlukan Asosiasi Pertanian Organik Lokal (APOL) sebagai bentuk penguatan kelembagaan yang memerlukan Basic Standart (BS) penyelenggaraan budidaya organik sampai dengan pemasaran hasilnya. Didalam SOP dan BS, terkandung semua ketentuan-ketentuan untuk Kelembagaan dan SOP keorganikan: Pemerintah, LSM, Koperasi Tani Organik, dan lembaga lainnya memerlukan Standart Operating Procedure (SOP) untuk menyelenggarakan go organik. Bagi Petani, Kelompok Tani, Gapoktan dan Paguyuban Petani Organik memerlukan Asosiasi Pertanian Organik Lokal (APOL) sebagai bentuk penguatan kelembagaan yang memerlukan Basic Standart (BS) penyelenggaraan budidaya organik sampai dengan pemasaran hasilnya. Didalam SOP dan BS, terkandung semua ketentuan-ketentuan untuk
Prosedur standart tata laksana dan tata kelola (SOP) tentang penyelenggaraan pertanian organik merupakan suatu standart dasar (BS) yang bisa dipergunakan oleh berbagai pihak pemangku kepentingan berjalannya sistem pertanian organik pada suatu wilayah. Pengembangan pertanian organik untuk komoditas hortikultura juga masuk kesatuan standar tersebut.
Pemangku kepentingannya dari SOP bisa siapa saja baik dari Elemen Pemerintahan, Swasta, LSM, Perguruan Tinggi dan Badan Penelitian, maupun Perorangan (Petani dan Praktisi). Oleh karena itu SOP sifatnya haruslah standart yang mendasar, yaitu untuk mendasari (acuan) proses perubahan sistem pertanian konvensional ke sistem pertanian organik. Dengan demikian SOP yang dibuat berdasarkan basic standar (BS) adalah prosedur dan petunjuk untuk melakukan penyelenggaraan usahatani organik dan pengecekan apakah suatu lahan dan usahatani pertanian tradisional sudah ideal disebut lahan dan usahatani organik. Standar adalah serangkaian aturan/klausul yang bernilai sains tentang apa saja yang diperlukan guna memberikan bukti dan kesimpulan bahwa sistem pertanian yang sedang berjalan atau sudah stabil adalah pertanian organik (petani dan proses budidayanya).
BAB II. PENYELENGGARAAN PERTANIAN ORGANIK- BIO-DINAMIK BERSIH
2.1. Rencana Strategis Go Organik
Penyelenggaraan sistem pertanian organik adalah kegiatan tata laksana dan tata kelola sistem produksi pertanian yang berasaskan daur- ulang secara hayati. Apabila penyelenggaraannya adalah untuk tanaman, maka definisinya adalah sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur- ulang secara hayati. Salah satu konsep yang baik, rasional, dan mengandung kearifan lokal adalah sistem pertanian organik-biodinamik sehingga unsur- unsur daur-ulang organik IN-SITU adalah suatu syarat mutlak.
Konteks penyelenggaraan pertanian organik dapat mengandung arti menyelenggarakan sistem pertanian yang berkelanjutan, dan itu hanya bisa terlaksana apabila budidaya tanaman dan ternak menjadi suatu sistem terintegrasi sehingga mampu membentuk suatu sistem input IN-SITU. Sistem standar tersebut harus dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan suatu Asosiasi Pertanian Organik Lokal tingkat Kabupaten untuk menyelenggarakan dan membangun pertanian organik.
Penyelenggaraan go organik memerlukan peran Pemerintah untuk memfasilitasi persiapan, masa transisi, masa kelanjutan, masa stabilisasi dan masa lanjut (menuju lestari). Oleh karena itu peran terdepan adalah Para Penyuluh atau Pendamping Pertanian harus diberikan kemampuan untuk melaksanakan go organik, peran dinas terkait adalah mendukungnya. Penyuluh Pertanian dan Pendamping program go organik, semuanya harus diberikan kursus khusus yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur atas dasar kurikulum teoritis dan praktikum. Kemampuannya akan didesain untuk menyelenggarakan transformasi iptek kepada para petani untuk menyelenggarakan budidaya tanaman organik.
2.2. Tujuan Program Menuju Penyelenggaraan Sistem Pertanian Organik
Program pertanian organik di suatu Kabupaten baik untuk diselenggarakan dengan sistem organik-biodinamik, yaitu terjadi sinergisme sistem pertanian campuran antara budidaya tanaman dengan ternak dan atau ikan (mixed farming) dalam suatu kelompok tani organik. Tujuan Program pertanian organik di suatu Kabupaten baik untuk diselenggarakan dengan sistem organik-biodinamik, yaitu terjadi sinergisme sistem pertanian campuran antara budidaya tanaman dengan ternak dan atau ikan (mixed farming) dalam suatu kelompok tani organik. Tujuan
a. Menyelenggarakan sistem budidaya yang berasaskan keselarasan alam dengan cara memberikan input organik-biodinamik sebagai sarana produksi sehingga cara memperoleh sarana produksi sebagai inputannya adalah betul-betul input lokal dan in-situ,
b. Memuliakan tanah-tanah pertanian yaitu melakukan reklamasi/ rehabilitasi tanah sawah dan atau tanah lahan kering yang telah rusak akibat teknologi pengelolaan kesuburan tanah dan pengendalian OPT selama era revolusi hijau berjalan. Dikembalikannya menjadi tanah yang produktif alami pada ekuilibria steady state baru, sehingga tanah bagi lahan pertanian adalah betul-betul menjadi reaktor keenergian, keharaan, keairan dan kehawaan melalui perbaikan sifat kebiologisan, reaksi kesetimbangan kimiawi dan fungsi tunjangan fisikanya.
c. Memuliakan varietas tanaman lokal (tanaman pangan pokok dan hortikultura) warisan nenek moyang atau tanaman ex-situ adaptif yang respon perlakuan/input organik menjadi varietas mantap dan andalan yang disukai oleh konsumen; kemudian dijadikan varietas local adaptif. Termasuk program pelestarian adalah terhadap vegetasi non-crop sebagai bagian keragaman hayati lahan pertanian organik-biodinamik.
d. Memberikan kemandirian petani, yaitu kesempatan seluas-luasnya kepada petani dan kelompok tani untuk mampu menghasilkan sendiri material dan membuat sendiri pupuk organik padat, pupuk organik cair dan pestisida organik. Demikian juga produksi benih/bibit sendiri dari lahan garapan sendiri atau kelompok atau paguyuban tani organik.
e. Memberikan bekal iptek tani organik yang benar, tajam, aplikatif dan futuristik (pertanian bersih) bagi para Penyuluh Pertanian dan para Tokoh Poktan dan Gapoktan untuk bisa menjadi pelatih handal bagi petani dengan iptek spesifik penyelenggaraan budidaya tanaman organik-biodinamik sinergi dengan budidaya ternak dan/atau ikan secara organik-biodinamik pada suatu hamparan pengelolaan satu kelompok tani atau gabungan kelompok tani.
f. Menghasilkan kesepakatan (congruent) bersama berupa cara pandang, tujuan, kemanfaatan, tata laksana dan tata kelola (Standart Operating
Sistem) bagi penyelenggaraan sistem pertanian organik-biodinamik bersih atas dasar kebenaran filosofi dan aplikasi ipteknya. Kesepakatan adalah antara representatif para Petani, Paguyuban Petani Organik, Asosiasi Pertanian Organik lokal, dan Pemerintahan Kabupaten yang merupakan unsur-unsur penggerak langsung penyelenggaraan sistem pertanian organik-biodinamik di tingkat Kabupaten.
g. Menghasilkan produk komoditas pertanian yang berkualitas, yaitu produk yang pada akhirnya harus bebas residu pupuk, pestisida dan hormon kimia sintetik, dan memberikan jaminan bahwa sistem lahan semakin lama akan semakin menghasilkan produk yang makin aman untuk dikonsumsi.
2.3. Manfaat Penyelenggaraan Sistem Pertanian Organik-Biodinamik
Manfaat menyelenggarakan sistem budidaya organik biodinamik komoditas pertanian adalah sebagai berikut: (i) Memberikan kesempatan kepada petani agar bisa terlepas dari
ketergantungan input dari luar yang semakin lama semakin mahal, sehingga ada kedaulatan usahatani melalui penguatan kelompok tani organik.
(ii) Memberikan manfaat bagi cakupan nasional dan atau daerah bahwa sistem budidaya pertanian memberikan dampak kebaikan bagi kedaulatan pangan dan swasembada pangan berkelanjutan karena petani dan kelompok tani menguasai iptek tata laksana dan tata kelola input, budidaya, dan prosesing hasil panen secara mandiri.
(iii) Produk yang bebas polutan kimia sintetik berpotensi untuk tujuan pasar internasional yang ditunjang oleh penyelenggaran sistem budidaya dan sistem pasca pemanenan dengan basic standart Asosiasi Pertanian Organik internal yang telah sesuai dengan basic standart Asosiasi/Lembaga Sertifikasi dan Tata Kelola penyelenggaraan pertanian organik luar negeri.
(iv) Tata laksana dan tata kelola penyelenggaraan pertanian organik- biodinamik memberikan jaminan adanya keragaman (diversitas) budidaya dan produksi tanaman pangan karena prinsipnya harus ada (iv) Tata laksana dan tata kelola penyelenggaraan pertanian organik- biodinamik memberikan jaminan adanya keragaman (diversitas) budidaya dan produksi tanaman pangan karena prinsipnya harus ada
(v) Manfaat peningkatan kesejahteraan petani dengan cara: (a) penguatan peran Poktan dan Gapoktan yang ditunjang oleh peran Asosiasi Pertanian Organik Lokal, (b) segala input dimaksimalkan dibuat sendiri oleh petani atau Poktan atau Gapoktan, (c) pengendalian kuota tanam dan kelas produk atas dasar musim tanam, zonasi lahan (sesuai iklim, infrastruktur) dan kemurnian sistem produksi alami, dan (d) pemasaran oleh Koperasi Paguyuban Petani yang berindukkan pada Koperasi Asosiasi Pertanian Organik Lokal.
(vi) Memberikan langkah futuristik sistem kebijakan dan pengelolaan budidaya pertanian yang ke masa depan akan dipenuhi dengan beragam kesulitan yang indikatornya telah kuat muncul pada saat ini yaitu: (a) kenaikan suhu permukaan bumi dampak dari pemanasan global; telah berlangsung perubahan musim, jumlah, dan intensitas hujan, (b) lahan rusak dan konversi sawah ke non-pertanian menjadi semakin bertambah luas, (c) kemampuan tubuh tanah meresapkan air semakin berkurang drastik, (d) penurunan produktivitas tanah, lahan dan ekosistem, (e) semakin langka deposit sumber pupuk fosfat dan kalium dan semakin mahal energi pembuatan urea/ZA, (f) semakin mahal harga pupuk kimia sintetik pabrikan, dan (g) perubahan sosial budaya yang
akan berdampak luas terhadap kerusakan ekosistem. Pertanian organik biodinamik bersih adalah sebagai jawaban terhormat untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut di atas.
BAB III. BAGAIMANA CARA MENGAKTIFKAN SUB SISTEM PERTANIAN ORGANIK-BIODINAMIK BERSIH
Sistem pertanian organik-biodinamik kalau diuraikan secara detil banyak sekali strukturnya dan kinerjanya bersifat organis yaitu saling tergantung satu sama lain. Sub sistem dari sistem sumberdaya alam proses pembaruan stoknya bersifat daur kecuali radiasi sinar matahari. Ada empat
komponen utama produksi biomassa tanaman yaitu cahaya matahari, CO 2 , air, dan unsur hara tanaman. Sub sistem CO 2 , air, dan unsur hara tanaman dalam pertanian organik bersifat daur, sedangkan cahaya matahari di iklim
tropika hutan hujan basah ketersediaannya melimpah sepanjang tahun. Khusus unsur hara tanaman diurusi secara khusus oleh petani. Prinsip daur keharaan dan kenergian dalam tanah adalah melibatkan fauna dan mikroba tanah/lahan. Suplai hara dapat mengandalkan rotasi tanaman, keragaman hayati termasuk mikroba bebas, asosiasi mikroba-tanaman BNF (biological
Nitrogen Fixation = fiksasi N 2 atmosfer menjadi NH 3 NH 4 secara biologis) dan pengelolaan bahan organik tanah.
Pengelolaan bahan organik tanah melibatkan sistem pengadaan material pupuk organik dan pupuk hayati, dan teknologi pembuatannya. Melihat sistem ini maka yang wajib untuk melaksanakannya adalah petani sendiri dalam naungan kegiatan kelompok tani organiknya. Peranan kelompok tani yang didukung kerjasama antar kelompok tani dalam satu Paguyuban Tani Organik tingkat lokal akan sangat menunjang apalagi ada Asosiasi Pertanian Organik yang dipercaya sebagai lembaga pengelolaan
input dan outputnya. Kegiatan kelembagaan ini semua hendaknya jangan sampai menghentikan kerja aktif individual petani namun sebaliknya
harus menunjang kreativitas dan kinerjanya umum dan khususnya.
Prinsip pengendalian OPT adalah juga organik-biodinamik yang intinya lahan mempunyai keberagaman hayati mulai dari pola tumpangsari atau rotasi tanaman budidaya, ada hidup vegetasi peragaman hayati, ada pula fauna dan mikroba pengendalian hayati, serta penggunaan pestisida hayati atau organik produksi petani sendiri.
Fungsi kelembagaan perlu diaktifkan meliputi program kerja Pemerintah Kabupaten dan program kerja Kelompok Tani, Paguyuban Tani Organik dan Asosiasi Pertanian Organik lokal untuk menunjang program pengendalian OPT pada budidaya tanaman organik.
3.1. Memulai Menyelenggarakan Budidaya Tanaman Organik (Go Organik)
Seperti telah dirinci dan diuraikan di depan bahwa menyelenggarakan pertanian organik dapat didefinisikan sebagai suatu aksi untuk mengembangkan dan memasyarakatan budidaya tanaman organik dan budidaya ternak yang bersinergi. Dalam penyelengaraannya memerlukan peranan banyak individu SDM dan kelembagaan. Sedangkan filosofi yang mendasari penyelenggaraan pertanian organik adalah bagaimana
mengembangkan suatu sistem yang berprinsip memberikan makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman
(feeding the soil that feeds the plants) . Filosofi demikian memberikan suatu amanat bahwa sistem pertanian organik menghendaki input hara dan energi yang menyehatkan tanah atau input yang selalu meningkatkan kualitas tanah.
Bertujuan agar input bersifat atau bemanfaat mulia seperti di atas, maka secara ekologis mensyaratkan perlunya rekayasa mengembalikan fungsi alam agar menjadi suatu fungsi struktural dan fungsional yang dari/oleh
dan untuk/berupa jejaring makanan, energi dan keharaan in-situ. Melihat itu semua marilah kita bersama-sama menjadikan, mengembalikan dan memuliakan fungsi tanah sebagai ”mother heart” sama seperti induknya yaitu ”the mother heart-planet bumi” yang menghidupi manusia,
tanaman, hewan, dan biotik dalam tanah. Dalam usaha budidaya komoditas pertanian, kita harus berhenti merusak tanah, lahan, air, udara, atmosfer, dan keragaman hayati planet bumi kita. Namun demikian, di dalamnya harus ada berlangsung kedaulatan pangan, kemandirian petani dan kelompok taninya, kelestarian usahatani dan petani, dan keberlanjutan
sistem. Itulah yang akan menjadi visioner kurikulum pertanian masa
depan. Guna berjalannya sistem pertanian organik-biodinamik, maka prosedurnya memerlukan suatu standar yang benar dan tepat, namun harus depan. Guna berjalannya sistem pertanian organik-biodinamik, maka prosedurnya memerlukan suatu standar yang benar dan tepat, namun harus
Standar tujuan pertanian organik bio-dinamik. Tujuan mulianya adalah menyelamatkan alam, menyelamatkan dan menunjang kesehatan generasi manusia dengan adanya keselamatan alam dan makanan. Tujuan yang kedua adalah ada pada ranah produk tanaman dan ternak aman dikonsumsi dan mempunyai nilai nutrisional yang tinggi. Kalau kedua tujuan minimal tersebut gagal maka gagallah menyelenggarakan pertanian organik. Guna pencapaiannya maka Pemerintah Indonesia c.q. Departemen Pertanian sejak tahun 2001 telah mencanangkan dimulainya proses Go Organik, dan tahun 2010 telah menjadi Starting Point Program ”Go Organik 2010” diimplementasikan sampai sekarang. Walaupun itu bisa hanya dipandang sebagai jargon namun demikian mengandung arti amanah kemanusiaan, ke- alaman dan kenegaraan.
3.2. Sistem dan Sub Sistem Pertanian Organik: fungsinya untuk go organik Pengertian sistem pertanian organik dapat dikatakan sebagai
perangkat utama berjalannya atau untuk menjalankan pertanian organik mulai dari perencanaan, memulainya, mengembangkannya, stabilisasinya dan melestarikannya. Dengan demikian pengertian sistem menyangkut hirarki dan syarat minimal subyek sistem agar pertanian organik berjalan. Sistem pertanian organik dapat berjalan apabila paling tidak ada terdapat tujuh sistem yang bekerja yaitu: (i) lahan, (ii) sumberdaya manusia, (iii) vegetasi, (iv) teknologi sistem produksi, (v) katalisator/infrastruktur, (vi) kelembagaan, dan (vii) pemasaran. Kalau hanya untuk menghasilkan produk tanaman/ternak organik untuk keperluan subsisten saja maka cukup hanya lahan, manusia, tanaman dan teknologi. Namun kalau pengelenggaraan (Go Organik) bertujuan untuk membaharui dan membangun pertanian Nasional maka tujuh subyek sistem tersebut semuanya harus ada dan jalan. Dengan demikian
berketetapan untuk menyelenggarakan pertanian organik maka ke-7 satuan subyek sistem tersebut harus dibangun dan dibiayai pada sub sistemnya yang memerlukannya.
apabila
Pemerintah
Kabupaten
Sub sistem pertanian organik dapat dikatakan sebagai sub struktur kehirarkhian dari enam sistem tersebut di atas, jadi mengandung definisi dan tugas struktural dan fungsional yang spesifik untuk saling mendukung jalannya penyelenggaraan pertanian organik. Sub sistem dari masing-masing sistem lahan, manusia, teknologi, infrastruktur, kelembagaan dan pemasaran dapat dijelaskan hirarkhi dan fungsinya seperti tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Sistem pertanian organik, sub sistemnya dan fungsinya dalam
produksi biomassa, pengolahan produk dan distribusi produk.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
1. Lahan Pertanian
Tanah
Reaktor energi dan hara, rentensi air, habitat biota, media tanam.
Fauna Tanah
Struktural tanah, degradasi jaringan, diversitas ekosistem, daur energi dan hara, keenziman tanah, kehormonan tanah.
Mikroba tanah
Daur energi dan hara, pengendalian asam humat tanah, diversitas ekosistem, keenziman tanah, kehormonan tanah.
Air
Daur energi dan hara, siklus hidrologi, produksi biomassa, stabilitas thermal tanah, tanaman dan atmosfer.
Energi cahaya
Produksi biomassa tanaman dan mikroba autotropik, pengendalian keragaman hayati.
Karbon dioksida Produksi biomassa tanaman, siklus karbon biosfer.
2. Sumberdaya
Pemelihara keseimbangan manusia
Petani
agro-ekosistem, pengusaha
sistem agro, agen kedaulatan pangan.
Keluarga Tani
Agro capacity building, pewaris sistem agro.
Penyuluh
Pemberdayaan petani dan pertanian.
Pertanian Teknokrat/Peneliti Perencanaan, pengembang-an
dan evaluasi pembangun-an pertanian.
Aplikator
Pemakai sistem input dalam
Teknologi
budidaya.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
2. Sumberdaya Pembela Kaum Advokasi petani, usaha tani manusia
Tani
dan pertanian.
Kaum pemutus Perumus kebijakan
kebijakan
pembangunan sistem pertanian.
3. Vegetasi
Vegetasi alami
Kestabilan keragaman
dan pionir (asli
hayati, daur/jejaring
dan tidak asli)
makanan, sekuestrasi karbon, produsen oksigen, penghasil biomassa untuk pupuk organik, fiksasi nitrogen atmosfer (BNF- plant).
Tanaman
Jejaring makanan, sekuestrasi karbon, penghasil biomassa untuk pupuk organik, fiksasi nitrogen atmosfer (BNF- plant), produsen komoditas ekonomi, kedaulatan pangan.
4. Teknologi sistem Kompos/Bokhasi Hara makro dan mikro produksi
lengkap walau sedikit, mengandung hormon pertumbuhan, mengandung materi energi bagi mikroba, asam humat dan fulvat untuk dinamika fisiko-kimia tanah (KTK, daya ikat partikel, kegemburan antar ped agregat), aerasi-drainasi), meningkatkan kapasitas menahan air tanah, efek residu yang baik, tanaman lebih tahan serangan hama dan penyakit, menjadikan tanah sebagai habitat yang baik bagi diversitas biotik.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
4. Teknologi sistem Nutrisi akar, daun Mengandung hara makro produksi
dan buah (pupuk dan mikro, bisa komposisi
hara penekanan sesuai Catatan:
organik cair)
dekade pertumbuhan, BNF = biological
mengandung hormon nitrogen fixation
giberelin, sitokinin dan (sistem biologis
auksin, mengandung penyematan
mikroba (rhizo dan foliar nitrogen dari
bacteria) fungsi resistansi atmosfer).
terhadap serangan pathogen dan karena fungsi enzimatik.
Agensia hayati
Sebagai biang mikroba untuk
(pupuk hayati):
produksi bokhasi, pupuk
1. Agensia
organik cair, dan suplemen
hayati
mikroba pestisida hayati; se-
pabrikan.
bagai agensia pengendalian
2. Agensia
OPT (dual function).
hayati Poktan Pestisida hayati Fungsi sumber inokulan dan
dan pestisida
materi pestisida hayati pekat;
organik
fungsi sumber pestisida organik pekat.
Plant Growth
Materi bermikroba khusus
Promotion
perakaran untuk promosi
Rhizobacteria
perkembangan tanaman
(special)
melalui efek perakaran dan perkembangan akar tanaman.
Azolla sp.
Fiksasi N 2 udara (BNF) sehingga bisa menjadi pabrik urea, mengandung hara NPKSCa yang tinggi disamping hara mikro lengkap hingga sangat baik untuk kompos, menekan gulma, menekan alga hijau sawah sehingga menekan volatilisasi amoniak, mensta- bilkan pH dan temperature air sawah pada padi s/d sore hari (Widyasunu, 1997, 1998a, 1998b, 2009, 2010, 2013); material SRI.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
4. Teknologi sistem Aneka tanaman Fiksasi N 2 udara (BNF) produksi
BNF: orok-orok; sehingga bisa menjadi pabrik
urea, mengandung hara merah dan putih; NPKSCa yang tinggi
gliriside; turi
disamping hara mikro Centrosema sp. lengkap hingga sangat baik
Pueraria sp;
untuk kompos, material SRI.
Benih padi
Budidaya tanaman padi
varietas lokal
organik.
disukai masyarakat Tanaman legume Intensifikasi dan
BNF tumpang
eksensifikasi sistem BNF
ragam SRI
untuk satuan Poktan; subsisten; peningkatan pendapatan.
Peningkatan produksi padi organik teknologi secara organik-biodinamik.
Budidaya padi
SRI Kerbau
Pengolahan tanah
Menghasilkan kotoran kambing, ayam, sebagai material pembuatan
Ternak sapi,
bebek
pupuk organik; peningkatan pendapat-an petani.
5. Katalisator dan
Peraturan yang mendukung Infrastruktur
Suprastruktur
berjalannya penyelenggara- an budidaya pertanian organik dan segala aspek pendukungnya.
Pendanaan
Penyelenggaraan budidaya
per-tanian organik, pemba- kredit usaha tani ngunan infrastruktur, progam program Pemkab pemberdayaan dan advo-
untuk:
LSM
kasi, promosi dan pemasar- an.
Keirigasian
Sistem pengembangan
umum
irigasi untuk sistem transisi.
Keirigasian
Sistem pengembangan
khusus
irigasi untuk budidaya organik penuh.
Rumah
Tempat membuat kompos
pembuatan
agar ruah, cepat dan benar.
kompos Mesin pembuatan Mempercepat produksi
kompos
kompos.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
5. Katalisator dan
Tempat perencanaan dan infrastruktur
Sekretariat
pembelajaran penyimpanan arsip dan materi
Poktan
pembelajaran.
Material pembe- Material untuk belajar bersama lajaran Poktan tentang penyelenggaraan pertanian
organik.
6. Kelembagaan Kelompok Tani Bagian integral Poktan yang ada
Organik
untuk menstimulasi dan mengem- bangkan budidaya tanaman organik; unit orga-nisasi terkecil penyediaan input dan teknologi pertanian organik.
Mengakomodasi keperluan Kelompok Tani budidaya dengan mengkedepankan
Gabungan
Organik
input luar sangat rendah;
6. Kelembagaan
Organisasi internal terluar petani Petani Organik hamparan untuk pemberdayaan petani, ketersediaan dan akses informasi dan iptek, kedaulatan petani, serta prosesing produk dan pemasaran produk.
Paguyuban
Koperasi
Merupakan bagian organik Asosiasi
Pertanian
Pertanian Organik Lokal yang
Organik
mengakomodasi penyediaan input pertanian organik yang diperlukan, menampung produk petani dan memasarkannya.
Asosiasi
Suatu organisasi yang bertugas
mengadakan pendampingan dan Organik Lokal advokasi iptek, sosial, ekonomi,
Pertanian
(APOL)
budaya dan politik kepada Petani/ Poktan/Gapoktan/Paguyuban anggotanya.
Mitra Asosiasi Bisa merupakan LSM, Asosiasi
Pertanian
Pertanian Organik lainya, Koperasi
Organik
di luar APOL, Pemerintah Pusat maupun Daerah, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Pendampingan yang diperlukan untuk membantu penye- lenggaraan pertanian organik dengan baik, benar, tepat dan lestari.
No. Sistem
Sub sistem
Fungsi
6. Kelembagaan
Badan Riset
Merupakan badan riset dan
pengembangan yang spesifik baik Pengembangan milik APOL, Mitra APOL, Pemerin-
dan
Pertanian
tah Daerah maupun Perguruan
Organik
Tinggi (PT) Lokal atau mitra riset PT baik dari dalam maupun luar negeri.
Institut
Merupakan sekolah tempat
Pertanian
menyelenggarakan pendidikan spe-
Organik
sifik untuk perencanaan dan pengembangan pertanian organik atas dasar pembelajaran dari teori dan praktik aplikatif mengacu pada kurikulum yang urgensial dan kompetensi tinggi yang diperlukan oleh daerah. Institut Pertanian Organik bisa dikembangkan oleh APOL atau Pemda bekerjasama dengan PT lokal atau sebaliknya.
7. Pemasaran
Industri
Industri pertanian organik sebaiknya dikembangkan oleh Koperasi APOL dengan harus memberdayakan masing-masing Paguyuban Tani Orga-nik di tiap Kecamatan. Industri dirancang untuk mengolah hasil panenan dan dikemas untuk siap dipasarkan sesuai dengan permintaan konsumen atas dasar kesimpulan teknis riset dan pengembangan. Industri sebaiknya dibangun pada tiap Kecamatan sesuai dengan desain pengemba- ngan Paguyuban Petani Organik ada di tiap Kecamatan.
Promosi
Promosi bertujuan untuk mem- perkenalkan teknik budidaya orga- nik yang dilakukan para petani di bawah APOL yaitu sudah pada teknik budidaya yang benar dan presisif organik-biodinamik. Fungsi penting lainnya adalah memper- kenalkan dan meyakinkan kualitas produksi pertanian organik Poktan.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
Pemasaran
Pemasaran dilakukan oleh Paguyuban Petani Organik melalui Koperasi APOL. Fungsi Koperasi APOL dalam pemasar- an adalah menjalin kerjasama pemasaran dengan berbagai pihak sesuai dengan format state of the art product quality and good organic farming management.
Riset dan Pengembangan Pengembangan bertujuan untuk mendasari semua keperluan teknologi budidaya, semua inputnya, pemanenan, prosesing hasil panen, pengemasan, teknik pro- mosi, pasar dan teknik pema- saran, teknik show quality at shop, teknik pengelolaan show/exhibition pada messe/ hall terjadwal, sistem trans- portasi/pengiriman produk, sistem kearifan lokal dalam hubungannya dengan perminta-
Riset dan
an produk ( the art of standart
unique quality ), dan lain yang perlu untuk masa depan.
7. Pemasaran
Sertifikasi,
Sub sistem ini merupakan suatu
kendali mutu rangkaian kegiatan yang harus dimulai
dari hati dan pikiran yang ”organik” dari
dan pelabelan masing-masing petani, pendamping,
advokator, pelaksana kelembagaan primer maupun sekunder yang menangani pertanian organik. Sertifikasi, kendali mutu dan pelabelan hanyalah suatu bentuk formatif belaka yaitu lembaran kertas atau pengumuman secara elektronik (electronical show-up) untuk menunjukan bahwa petani, lahan, input, teknik budidaya, panen dan pemanen- an, prosesing pasca panen, penyimpanan primer, transpor-tasi produk, dan penyimpanan sekunder (pasar/toko/outlet). dikerjakan de-ngan standar organik (non kimia sintetik), bersih, non-pathogenik, non-mutagenik, inputan lokal ting-gi, lahan ber bio- diversitas tinggi, dan lain-lain yang diperlukan untuk konsep sertifikasi.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
Centre of
Centre of Exhibition = CoE
Exhibition
(unjuk pameran) merupakan
(Messe/hall)
fungsi APOL, Koperasi APOL dan Para Petani dalam Paguyuban Petani Organik untuk unjuk keberhasilan dan rencana pengembangan hasil dan budidaya pertanian organik. CoE ini tidak hanya merupakan wujud suatu gedung (messe/ hall) namun juga pewujudan keinginan murni pelaku per- tanian organik untuk menye- lamatkan kehidupan manusia dan anak cucunya, serta keselamatan planet bumi ini. Messe/Hall adalah suatu wujud monumen untuk mengangkat harkat pertanian organik dan visi-misinya.
Transportasi
Transportasi merupakan sarana peng-angkutan yang diperguna- kan untuk mengantarkan produk tanam-an dari lahan ke industri peng-olahan hasil dan men- transportasikannya ke kon- sumen.
7. Pemasaran Wisata Agro dan Wisata agro budidaya tanaman
Kuliner
organik dan kuliner produk budidaya tanaman, ternak, ikan organik guna menunjang sosialisasi pentingnya budidaya dan konsumsi produk pangan secara organik-biodinamik kepada masyarakat umum. Sub sistem ini bisa ditawarkan menjadi program kunjungan wisata mancanegara.
8. Add-hock: Perubahan Iptek Iptek sistem budidaya pertanian Sistem Futuristik
pada masa mendatang bisa berubah signifikan dan itu bisa bersifat mendadak sebagai akibat logis dari dampak peru- bahan iklim global terhadap produktivitas lahan dan komo- ditas pertanian. Harus ada antisipasi awal terutama menyangkut semua input lokal, benih/bibit, pengelolaan terpadu pada masa mendatang bisa berubah signifikan dan itu bisa bersifat mendadak sebagai akibat logis dari dampak peru- bahan iklim global terhadap produktivitas lahan dan komo- ditas pertanian. Harus ada antisipasi awal terutama menyangkut semua input lokal, benih/bibit, pengelolaan terpadu
Perubahan Iklim Global
Kalau semua manusia dan kebijakan semua negara belum menghargai secara fundamental terhadap keseriusan mulainya penganggulangan secara signifikan dampak perubahan iklim global, maka akan terjadi awal evolusi planet bumi yang mengerikan. Waktu dan hal itu memang akan sangat relatif, namun secara empirik akan terjadi ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata semakin tinggi. Hubungannya dengan pertanian organik adalah, manusianya harus pula menyiapkan diri menjadi agen peubah keadaan. Kita ikuti program Perguruan Tinggi untuk mitigasinya.
8. Add-hock: Sistem Futuristik
Perubahan
Lahan
Laju perubahan lahan akan sangat nyata terhadap kerawanan potensi persediaan pangan nasional. Fungsi konversi lahan pertanian dan kawasan penutupan lahan (sawah, kebun, pekarangan) menjadi pemukiman akan sangat mendasar. Harus ada fungsi perlindungan terhadap kawasan pertanian untuk tetap menghasilkan produksi biomassa sesuai dengan jumlah populasi ditambah dengan luasan lahan untuk penanaman pohon pada batas kemampuan untuk bisa meredam peningkat- an pemanasan global.
No.
Sistem
Sub sistem
Fungsi
8. Add-hock:
Melihat masa depan dimana Sistem Futuristik
Antisipasi
Sistem Input
lahan pertanian akan semakin rusak dan kurang apabila tidak ada kekuatan hukum yang mengatasinya, peningkatan pemanasan global, kerusakan lahan bertambah luas, deposit tambang materil pupuk anor- ganik semakin habis. Maka satu-satunya input pertanian menyangkut pupuk, pakan ternak dan pakan ikan haruslah organik penuh prisip deposit lokal. Pengembangan sistem pertanian organik-biodinamik akan menyangkut zonasi lingkage antara utilitas lahan basah dan lahan kering. Dengan demikian proyeksinya adalah integrated food product- ion program. Konsepnya harus memasukkan pula peruangan untuk eksistensi sistem biodiversitas tanaman BNF, pakan ternak, ikan dan tanaman pionir. Equilibria biodiversitas dengan daur hara dan energi tanah dan lahan harus presisif, demikian pula kemampuan peresapan dan penyimpanan air oleh lahan harus presisif dan efektif. Reunion-farming between plant-shrubs-trees through agro-organik forestry.
8. Add-hock:
Kerawanan pangan akan terjadi Sistem Futuristik
Kerawanan
Pangan
dengan waktu relatif pada masa depan. Fungsi penurunan pro- duktivitas lahan akibat pening- katan pemanasan global dan konversi lahan pertanian akan mengakibatkan kerawanan- kerawanan: pangan, gizi dan kesehatan, peningkatan kejahatan, perang, dan kondisi chaos kompleks.
Generasi muda petani dan Generasi Muda masyarakat umum masa depan adalah generasi penerus Bangsa yang akan mengalami
Peranan Peranan
3.3. Proses Memfungsionalkan Sub Sistem Strategis Pertanian Organik Proses memfungsionalkan Sub Sistem Pertanian Organik merupakan
suatu pemikiran yang strategis untuk menentukan apa-apa saja baik kebijakan maupun tindakan implementatif untuk benar-benar menghasilkan output dan outcome yang diperlukan untuk sampai menghasilkan kebenaran dan kejujuran kendali mutu penyelenggaraan pertanian organik pada suatu wilayah hamparan. Oleh karena itu sub bahasan ini merupakan kunci penting pemikiran strategis yang implementasinya harus dilakukan dengan standar urgensial tinggi.