SOMIAWA PERAN GENDER DALAM MASYARAKAT

TUGAS
MATERI AL-QUR’AN
KARYA ILMIAH
“ TENTANG PERAN GENDER
DALAM MASYARAKAT ”

NAMA : SOMIAWA
NIIM

: 160301027

KELAS: PAI/A (3)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

T. A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Dengan ridha dan magfirah-Nya
penulis


dapat menyelesaikan menyusun sebuah karya ilmiah tentang “PERAN

GENDER DALAM MASYARAKAT ”, dan dapat di selesaiakan dengan baik.
Karya ilmiah ini di susun untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh dosen mata
kuliah MATERI AL QUR’AN.
Dalam karya lmiah ini, telah di susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar penulisan
karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu. Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
kekurangan,

dalam penulisan karya ilmiah

ini

tentu

masih jauh dari


kesempurnaan.oleh karene itu, penulis membutuhkan saran dan kritik yang dapat
membangun agar kaaya ilmiah ini lebih baik lagi.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kami
semua

terutama

bagi

kami

sebagai

penulis.

AMIN....wasalamualaikum

warahmatullahi wabarakatuh.....


Senin, 25 desember 2017

Penulis

Abstrak

Dalam sejarah mencatat bahwa di masyarakat pada zaman jahiliyah sebelum
masuknya Islam, kaum perempuan selalu di anggap aib bagi keluarganya sendiri.
Setiap bayi perempuan yang lahir mereka menguburnya hidup-hidup. masyarakat
Arab pada waktu itu lebih mengistimewakan laki-laki di banding perempuan. Dan
dalam penulisan karya ilmiah ini membahas peran gender dalam masyarakat serta
masalah-masalah yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi gender yang menjadi
fokus pembahasan di kalangan masyarakat sampai saat ini. Dan bagaimana
pandangan Islam tentang kesetaraan gender. Berbicara mengenai masalah kesetaraan
gender, Islam telah mempunyai konsep dan implementasi yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw dalam koteks masyarakat Arab pada waktu itu. Melalui nilai-nilai
universal, Islam telah memuliakan manusia di banding makhluk yang lain dan di sisi
Allah, manusia mempunyai kedudukan yang sama yang memedakan mereka
hanyalah ketaqwaannya.Sebagaimna firman Allah swt dalam Qs. Al-hujurat:13.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Permasalahan isu gender kesetaraan laki-laki dan perempuan yang banyak di
tuntut kaum perempuan(feminis), memang sudah bukan wacana baru di sebagian
kalangan masyarakat. Perbincangan mengenai gender, sering kali menimbulkan
suasana yanng kurang nyaman, baik itu dalam forum khusus perempuan sendiri atau
forum-forum yang melibatkan keduanya (laki-laki dan perempuan). Hal ini di
karenakan, gender masih di anggap sebagai suatu produk budaya Barat. Dan dalam
kenyataanya dapat dilihat kaum perempuan menanggung beban ganda, kaum
perempuan selain bertanggung jawab dalam wilayah domestik, juga terkadang
mereka melakukan kegiatan-kegiatan diluar rumah misalanya

membantu untuk

mencari nafkah.
Konsep gender pada dasarnya adalah laki-laki dan perempuan yang
menyangkut pada peran, fungsi, relasi antara ke dua jenis kelamin tersebut, baik
dalam ranah kehidupan domestik maupun publik. Sebenarnya konsep gender sendiri
perlu di sambut baik, asalkan penerapannya tidak bertentangan dengan syariat islam

dan tata nilai sosial kehidupan yang berlaku di Indonesia.

B.

Rumusan masalah
1. Apa itu gender
2. Bagaimana peran gender dalam masyarakat serta permasalahan gender
dalam masyarakat
3. Kesetaran Gender dalam pandangan islam

C.

Tujuan
1. Mengetahui pengertian gender
2. Mengetahui peran gender setra permasalahan gender dalam masyarakat

3. Mengetahui kesetaraan gender dalam pandangan Islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian gender

Gender secara etimologi berarti jenis kelamin. Adapun menurut terminologi,
gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan(distinction)
dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Hillary m. Lips dalam
bukunya yang terkenal seks and gender: an introduction, mengartikan bahwa gender
sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural
expectations for woman and men). Jadi, gender merupakan suatu konsep yang di
gunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat
dari segi sosial budaya.
Gender merupakan sebuah istilah yang menunjukkan pembagian peran sosial
antara laki-laki dan perempuan yang mengacu kepada pemberian ciri emosional dan
psikologis yang di harapkan oleh budaya tertentu di sesuaikan dengan fisik laki-laki
dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu kepada perbedaan secara biologis dan
anatomis antara laki-laki dan perempuan.

B. Gender dalam sejarah agama
Sebelum memaparkan bagaimana islam memuliakan manusia, penting untuk
melihat sejarah-sejarah kehidupan terdahulu.

Dalam kontes agama samawi, sejarah tentang kehidupan dan peran perempuan
telah tertuang dalam kitab perjanjian lama yang diyakini sebagai kitab suci bagi

kaum yahudi. Dalam kitab perjanjian lama menempatkan perempuan sebagai sumber
utama dari kesalahan. Hal ini terkisahkan dalam bentuk cerita atau kisah-kisah yang
di yakini kebenarannya. Dikisahkan bahwa hawa adalah penyebab di keluarkannya
Adam dari surga karena telah merayu untuk ikut serta memakan buah khuldi setelah
sebelumnya dia terpesona oleh rayuan iblis.
Tidak hanya itu, kitab perjanjia lama juga mengisahkan peristiwa antara Nabi
Luth dan putrinya. Nabi Luth sebagai pembawa risalah di jadikan contoh sebagai
laki-laki yang terpesona ole rayuan perempuan, yaitu putrinya. Dikisahkan bahwa,
Nabi Luth melakukan uzlah ke gunung kemudian dia mendiami gua yang terdapat di
gua tersebut. Sebagai seorang anak, putri dari Nabi Luth ini memberikan pengabdian
dengan mengatar bahan makanan kepada ayahnya. Suatu hari, putri Nabi Luth ini
mengajak dan menggoda Nabi Luth untuk ikut serta menikmati bir yan di bawa.
Sehingga pada akhirnya mereka terlena daam kemabukan, kemudian mereka
melakukan tindakan amoral yang pada akhirnya menyebabkan putri Nabi Luth ini
menjadi hamil.
Ajaran yahudi juga mewajibkan bagi orang yang telah meninggal untuk
melimpahkan hak waris kepada anak laki-laki tanpa sedikit pun melibatkan

melibatkan anak perempuan. Dalam kitab perjanjian lama pasal 419 juga tertulis
bahwa harta benda yang dimiliki oleh istri adalah hak atau milik suami secara penuh,
sementara sang isteri hanya berhak memiliki harta benda yang menjadi mahar dalam
pernikahan. Ironisnya , yahudi menyandarkan segala kesalahan atau perbuatan amoral
yang dilakukan 0leh laki-laki menjadi tanggung jawab perempuan.
Sementara kaum nasrani, dengan perjanjian baru sebagai kitab suci yang
mereka yakini kebenarannya memosisikan perempuan sebagai perjanjian lama.
Mereka meyakini bahwa perempuan merupakan penyebab utama menjauhnya Adam
atau laki-laki dari Tuhan. Mereka menetapkan bahwa satu-satunya jalan menuju
kedekatan kepada sang pencipta yaitu dengan menjauhkan diri dengan perempuan.
Pada zaman yunani kuno, di mana hidup filsuf-filsuf kenamaan, seperti
Plato(427-347 sm), Aristoteles (384-322 sm), dan Demosthenes (384-322 sm).

Martbat perempuan dalam pandangan mereka sunnguh rendah. Perempuan hanya di
pandang sebagai alat penerus generasi dan semacam pembantu rumah tangga serta
pelepas nafsu seksual laki-laki, karena itu perzinahan merajalela.
Dalam sejarah masyarakat Arab pra- Islam sebagian besar hak-hak perempuan
di hapuskan. Orang Arab pra-Islam bersedih dengan keahiran anak perempuan,
karena merupakan bencana dan aib bagi ayah dan keluarganya sehinggah mereka
membunuhnya, tanpa undang-undang dan tradisi melindunginya. Arab pra-Islam

mempunyai adat dan tradisi yaitu menguburkan bayi hidup-hidup.1
Dilihat dari sejarah-sejarah agama Yahudi, Nasrani, dan masyarakarArab praIslam, kaum perempuan selalu diperlakukan tidak adil, menganggap perempuan hina
dan sebagainya. Sementara Islam telah memuliakan semua manusia baik laki-laki
maupun perempuan itu sama yang membedakan mereka adalah ketaqwaannya.

C. Peran gender dalam masyarakat
Pranata sosial yang kita masuki sebagi individu, sejak lahir, melalui pndidikan,
kultur pemuda, dan kedalam dunia kerja dan kesenangan perkawinan dan kita mulai
membentuk keluarg sendiri memberi pesan yang jelas kepada kita bagaimana orang
berperilaku sesuai gendernya.
Dalam konstruksi sosial budaya gender, seorang laaki-laki misalnya haruslah
berifat kuat, rasional pintar, berani dan segala macam sifat kelaki-lakian yang
ditentukan oleh masyarakat tersebut, maka sejak seorang bayi laki-laki lahir, dia
sudah langsung di bentuk untuk menjaadi seorang laki-laki, dan disesuaikan dengan
atribut-atribut yang melekat pada dirinya itu. Demikian pula dengan seorang
perempuan yang karena dia lahir dengan jenis kelamin perempuan maka dia pun di
bentuk untuk menjadi seorang perempuan sesuai dengan kriteria yang berlaku di
masyarakat dan budaya dimana dia lahir dan di besarkan, misalnya karena dia

1


Zaitunah Subhan,al-qur’an dan perempuan,(Jakarta:Prenadamedia group,2015) cet.1, hal.2-7

dilahirkan sebagai seorang perempuan maka sudah menjadi kodrat pula bagi dia
untuk menjadi sosok yang cantik, anggun,irasional, emosional dan sebagainya.
Proses sosialisasi peran gender tersebut dilaksanakan melalui berbagai cara,
dari mulai pembedaan pemilihan warna pakaian,aksesoris, permainan, perlakuan dan
sebagainya yang kesemuanya diarahkan untuk mendukung dan memapankan proses
pembentukan seseorang menjadi seorang laki-laki atau seorang perempuan sesuai
dengan ketentuan sosial budaya setempat.2
Dalam kajiannya di masyarakat peran kaum perempuan bertanggung jawab di
wilayaah domestik (rumah tangga) seperti memasak, menyapu, mencuci, dan
mengurus anak dan sebagainya. Sementara laki-laki bekerja di sektor publik seperti
mencari nafkah.
Disamping perbedaan peran diatas, Laki-laki dan perempuan juga memilki
pearan yang sama seperti kebebasan dalam menempuh pendidikan, mengeluarkan
pendapat, mengembangkan bakat dan sebagainya.

D. Permasalahan gender


Konsep perbedaan jenis kelamin sering kali di rancukan dengan konsep gender
sebagai konstruksi sosial oleh pemahaman masyarakat. Pebedaan jenis kelamin (sex)
memang berbeda sejak lahir, menjadi hak penuh tuhan dalam menentukkan jenis
kelamin manusia. Lain halnya dengan ‘pembedaan ‘ gender, terjadi melalui sebuah
proses panjang yang di lakukan oleh manusia (masyarakat) melalui pencitraan
pemberian peran, cara memperlakukan dan penghargaan terhadap keduanya.
Pemberian peran sosial untuk anak laki-laki yang di beda-bedakan dengan anak
perempuan menjadi dasar sebuah keyakinan bahwa anak laki-laki berbeda dengan
anak perempuan dalam segala hal, misalnya menyapu untuk anak perempuan,

2

Mufidah,isu-isu gender kontemporer,(malang:UIN-maliki press,2010),c.1,hal.52-53

memperbaiki sepeda untuk anak laki-laki. Memasak dianggap khusus hanya untuk
ibu, sedangkan bapak bekerja di kantor.3
Perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam
konteks sosial ini, mengakibatkan salah satu jenis kelamin merasa terabaikan.
Misalnya adanya penilaian sifat berbeda antara keduanya. seperti perempuan selalu di
nilai lemah, penakut, cerewet, emosional. Sedangkan laki-laki dipandang kuat, keras
rasional, dan sebagainya. Adanya pandangan bahwa salah satu jenis kelamin lebih
unggul di banding jenis kelamin lainnya.

E. Gender dalam pandangan Islam

Konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam islam sesungguhnya telah
menjadi bagian substantive nilai-nilai universal Islam melalui pewahyuan (al-qur’an
dan al-hadits) dari Allah yang maha adil dan maha pengasih. Laki-laki dan
perempuan di tempatkan pada posisi yang setara untuk kepentingan dan kebahagian
mereka di dunia maupun di akhirat. Karena itu, laki-laki dan perempuan mempunyai
hak-hak dasar dan kewjiban yang sama sebagai hamba Allah, yang membedakan
hanyalah ketaqwaan di hadapan-Nya.
Firman Allah swt dalam qs.al-hujurat 49:13, yang artinya “hai manusia!
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersusku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesengguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
maahaa mengetahui lagi maha mengenal.4
Penggalan pertama ayat di atas sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan adalah pengantar untuk menegaskan bahwa
3

Mufidah, pengarusutamaan gender pada basis keagamaan,(Malang:UIN-Malang press,
2009),c.1,hal.6-7
4
Mufidah,isi-isu gender kontemporer,(malang:UIN-Maliki press.2010),cet.1,hal.11

semua manusia derajat kemanusiaannya sama disisi Allah, tidak ada perbedaan antara
satu suku dan yang lain. Tidak ada juga perbedaan pada nilai kemanusiaan antara
laki-laki dan perempuan
karena semua di ciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Pengantar tersebut mengantar pada kesimpulan yang disebut oleh penggalan terakhir
ayat ini yakni” sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
yang paling bertakwa”. Karena itu, berusahalah untuk meningkatkan ketaqwaan agar
menjadi yang termulia di sisi Allah.5
Syekh Mahmud Syaltut di dalam bukunya”min Tawjihad al-Islam” bahwa”
tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan perempuan hampir dapat di katakan sama,
Allah

swt

telah

menganugerahkan

kepada

perempuan

sebagaimana

menganugerahkannya kepada laki-laki potensi dan kemampuan yang cukup untuk
memikul tanggung jawab dan menjadikan keduanya dapat melakukan kegiatan
maupun aktivitas yang bersifat umum maupun khusus".
Di samping itu juga seperti yang terdapat di dalam al-qur’an surah al-isra:70.
yang berbunyi:” sesungguhnya kami telah memuliakan anak-anak Adam (bani
Adam), kami angkat mereka di daratan dan di lautan (untuk memudahkan mereka
mencari kehidupan). Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengankelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk-makhluk yang
kami ciptakan.”
Allah swt. Menyebutkan tentang penghormatan-Nya kepada bani Adam dan
kemuliaan yang di berikan-Nya kepada mereka, bahwa dia telah menciptakan mereka
dalam bentuk yang paling baik dan paling sempurna di antara makhluk lainnya.
Yakni manusia bejalan pada dua kakinya dengan tegak dan makan dengan tanganya,
sedangkan makhluk lainnya ada yang berjalan dengan keempat kakinya dan makan
dengan mulutnya. Dan Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi
manusia, yang dengan kesemuanya itu manusia dapat mengerti dan memperoleh

5

Quraish shihab, tafsir al-mishbah.volume 12,(Tanggerang: Pt. Lentera hati.2017), c.1,hal.616

banyak manfaat. Berkat itu manusia dapat membedakan diantara segala sesuatu
dandapat mengenal kegunaan, manfaat, sera bahayannya bagi urusan agamaa dan
duniawinya. Kata kami angkut mereka di daratan. Yakni dengan memakai hewan
kendaraan seperti unta, kuda, dan begal; sedangkan di lautan dengan perahu dan
kapal laut. Kami beri mereka rezeki yang baik-baik. yaitu berupa hasil tanamtanaman, buah-buahan, juga daging dan susu serta berbagai jenis makanan lainnya
yang beraneka ragam serta lezat dan bergizi. Kami berikan pula kepada mereka
penampilan yang baik serta pakaian-pakaian yang beraneka ragam jenis dan warna
serta modelnya yang mereka buat sendiri untuk diri mereka, juga yang didatangkan
oleh orang lain kepada mereka dari penjuru dunia. Dan kami lebihkan mereka dengan
kelebihan ang sempurna atas kebanyakn makhluk yag telah kami ciptakan. Manusia
lebih utama daripada makhluk hidup lainnya, juga ebih utama dari semua jenis
makhluk.6
Pada ayat tersebut, ada kata Bani Adam (anak-anak Adam) yang mencangkup
laki-laki dan perempuan. Demikian juga, penghormatan Tuhan yang di berikannya itu
mencangkup anak-anak Adam seluruhnya, baik itu laki-laki maupun perempuan.
Secara epistimologis, proses pembentukan kesetaraan gender yang di lakukan
Rasulullah saw tidak hanya dalam wilayah domestik saja, akan tetapi hampir
menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat. Seluruh aspek itu meliputi
perempuan sebagai ibu, istri, anak, nenek,dan maupun sebagai anggota masyarakat,
dan sekaligus juga untuk memberikan jaminan keamanan serta perlindungan hak-hak
dasar yang telah dianugerahkan oleh Allah.
Dengan demikian maka Rasulullah saw telah memulai tradisi baru dalam
pandangan perempuan, diantaranya adalah:
1. Beliau melakukan perombakan besar-besaran terhadap cara pandang (world
vieaw) masyarakat Arab yang pada waktu itu di dominasi oleh cara paandang
masyarakat era fir’aun, dimana latar historis yang menyertai kontruk masyarakat
6

Al-Imam Abdul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi,tafsir Ibnu Kasir juz 15,(Bandung:Sinar baru
Algensindo.2012),c.1,hal.289-290

ketika itu adalah bernuansa misoginis. Salah satu contohnya adalah kebiasaan
Rasulullah saw yang dipandang spektakuler pada waktu itu adaalah seringnya
Rasullah saw menggendong putrinya (Fatimah az-Zahrah) di depan umum.
Kebiasaan Rasulullah saw padaa waktu itu dinilai tabuh oleh tradisi masyarakat
Arab, apa yang telah dilakukan Rasulullaah saw tersebut ini adalah merupakn
proses pembentukan wacana bahwa laki-laki dan perempuan tidak boleh dibedabaedakan (sama).
2. Rasulullah saw memberikan teladan yang baik (Mu’asyra bi al-Makruf) terhadap
perempuan di sepanjang hidupnya, yakni beliau tidak pernah sedikitpun
melakukan kekerasan terhdap istri-istrinya sekalipun satu sama lainnya berpeluang
untuk cemburu. Didalam menkonstruk masyarakan islam, Rasulullah saw
melakukan upaya-upaya yang mengangkat harkat dan martabat perempuan melalui
perbaikan (revisi) terhadap tradisi jahiliyah hal inilah merupakan proses
pembentukan konsep dan kesetsraan gender dalam hukum islam.
Hal tersebut diantaranya adalah: perlindungan hak perempuan melalui hukum,
perbaikan hukum keluarga( hak menentukan jodoh, mahar,waris, pengajuan talak,
dsb), diperbolehkannya mengakses peran-peran publik, mempunyai hak mentasarufkan hartanya sebagai simbol kemerdekaan dan kehormatan bagi setiap orang.
Perombakan aturantersebut menunjukkan bahwa penghargaan islam terhadap
perempuan telah di lakukan Rasulullah masih hidup, disaat citra islam dalam tradisi
Arab jahiliyah masih sangat rendah.
Di samping itu pula islam mengatur kesetaraan gender bahwa Allah swt telah
menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan mempunyai kedudukan dan
derajat yang sama. Demikian pandangan islam menempatkan wanita pada posisi yang
terhormaai. Sehingg, apapun perananya baik sebagai anak, remaja, dewasa, ibu rumah
tangga, kaum profesional dll mereka itu terhormat sejak kecil hingga usia lanjut.7

7

Mufidah, isu-isu gender kontemporer,(malang:UIN-Maliki press.2010),cet.1,hal.12-17

Islam telah mengajarkan cara memuliakan perempuan dengan menghargai hakhak dasar manusia, sebagaimana ajaran Nabi Muhammad saw yang menjadikan lakilaki dan perempuan itu sama
keselarasan antara keduannya.

di hadapan Allah swt. sehingga terwujudnya

Kesimpulan

Gender merupakan sebuah istilah yang menunjukkan pembagian peran sosial
antara laki-laki dan perempuan yang mengacu kepada pemberian ciri emosional dan
psikologis yang di harapkan oleh budaya tertentu di sesuaikan dengan fisik laki-laki
dan perempuan.
Yang mengakibatkan adanya kesetaraan gender karena adanya pandangan
bahwa perempuan itu selalu di nilai lemah, cerewet, emosional, penakut, kurang bisa
bertanggung jawab. Sedangkan laki-laki selalu dianggap kuat, keras, rasional dan
sebagainya. Menjadikan salah satu jenis kelamin lebih unggul di banding yang lain
dikarenakan perbedaan fungsi,peran dan tanggung jawab.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu kasir Ad-Dimasyqi. Terj. Bahrun Abu Bakar,dkk.
2012.Tafsir Ibnu Kasir jus 15. Bandung:Sinar Baru Algensindo
Mufidah .2009.pengarusutamaan gender pada basis keagamaan. Malang: uinmalang pres.
Mufidah.2010.isu-isu gender kontemporer. Malang:Uin- maliki press
Shihab Quraish.2017. tafsir al-mishbah volume 12.Tanggerang :PT.lentera hati
Subhan Zaitunah.2015.Alqur’an dan perempuan.Jakarta: prenadamedia group