ASPEK LEGAL DAN LEGISLASI DALAM PELAYANA
ASPEK LEGAL DAN LEGISLASI DALAM PELAYANAN
KEBIDANAN
A. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
1. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya
pembangunan
nasional
yaitu
pembangunan
disegadan
bidang
guna
kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
2. UU
No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu
mempunyai daya saing adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin di dalam
kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh kembang balita.
Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan
serta mampu bersaing.
3. Bidan
erat hubungannya dengan penyiapan
sumber daya manusia. Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita
selama kurun kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa
klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta
anak pra sekolah.
4. Visi
Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat
2010 adalah derajat kesehatan yang optimal dengan strategi: Paradigma sehat,
Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi
BAB II ISI
A. Otonomi
Bidan dalam Pelayanan Kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang
profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandini untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui:
1. Pendidikan
2. Penelitian
3.
dan pelatihan berkelanjutan.
dalam bidang kebidanan.
Pengembangan
ilmu dan tekhnologi dalam
kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji
Kompetensi.
8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan
terkait dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan
praktik bidan.
2. Standar
Pelayanan Kebidanan, 2001.
3.
Kepmenkes
Republik
Indonesia
Nomor
369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Prof esi Bidan.
4. UU
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan.
5. PP
6.
No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
Kepmenkes
Republik
Indonesia
1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU
No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU
tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan
transplantasi.
10. KUHAP,
dan KUHP, 1981.
11. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU
yang terkait dengan Hak reproduksi dan
Keluarga Berencana;
a)
UU
No.
10/1992 Tentang pengembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b) UU
No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan
Terhadap Perempuan di Dalam Rumah Tangga.
B. Legislasi
Pelayanan Kebidanan
Peran legislasi adalah: 1) Menjamin perlindungan pada masyarakat
pengguna jasa profesi dan profesi sendiri, 2) Legislasi sangat berperan dalam
pemberian pelayanan profesional.
Bidan dikatakan profesional, memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Mandiri.
2. Peningkatan
3. Praktek
kompetensi.
berdasarkan evidence based.
4. Penggunaan
berbagai sumber informasi.
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta
butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi. Ada beberapa hal yang
menjadi sumber ketidakpuasan pasien atau masyarakat, yaitu:
1. Pelayanan
2. Sikap
yang aman.
petugas kurang baik.
3. Komunikasi
4. Kesalahan
yang kurang.
prosedur.
5. Sarana
kurang baik.
6. Tidak
adanya penjelasan atau bimbingan atau
informasi atau pendidikan kesehatan.
Legislasi adalah proses pembuatan Undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan Sertifikasi
(pengaturan kompetensi), Registrasi (pengaturan kewenangan), dan Lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Tujuan Legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi:
1. Mempertahankan
2. Memberikan
3. Menjamin
kualitas pelayanan.
kewenangan.
perlindungan hukum.
4. Meningkatkan
profesionalisme.
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya.
Model Dasar Praktek Bidan
1. Sertifikasi
(Pengaturan Kompetensi)
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan).
Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM
bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh profesi. Sedangkan
sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi
sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a. Ijasah;
merupakan dokumentasi penguasaan
kompetensi tertentu, mempunyai kekuatan hukum atau sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.
b.
Sertifikat
adalah
dokumen
penguasaan
kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau
pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal yang
akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a. Melindungi
masyarakat pengguna jasa profesi.
b. Meningkatkan
mutu pelayanan.
c. Pemerataan
dan perluasan jangkauan pelayanan.
Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a.
Menyatakan
kemampuan
pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga profesi.
b. Menetapkan
c.
kualifikasi dari lingkup kompetensi.
Menyatakan
pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku (kompetensi) pendidikan tambahan tenaga profesi.
d.
Menetapkan
kualifikasi, tingkat dan lingkup
pendidikan tambahan tenaga profesi.
e.
Memenuhi
syarat
untuk
mendapat
nomor
registrasi.
2. Registrasi
(Pengaturan Kewenangan)
Registrasi adalah sebuah proses di mana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya
setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut.
Registrasi bidan artinya proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi
inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan
mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
Tujuan umum registrasi adalah Melindungi masyarakat dari mutu
pelayanan profesi.
Tujuan Khusus Registrasi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan
kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang
pesat.
b. Meningkatkan
mekanisme yang obyektif dan
komprehensif dalam penyelesaian kasus mal praktik.
c. Mendata
jurnlah dan kategori melakukan praktik.
Aplikasi proses Registrasi dalam Praktik kebidanan adalah sebagai
berikut, bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
Institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB (Surat Ijin Bidan) selambatlambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi
menurut Kepmenkes No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi
ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari
dokter, pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan
atau SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Bentuk formulir permohonan registrasi atau
SIB dapat dilihat pada lampiran. SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas
dasar ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya
dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
3.
Lisensi
(Pengaturan
Penyelenggaraan
Kewenangan)
Pengertian lisensi adalah proses ministrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan
kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
Tujuan umum lisensi adalah: Melindungi masyarakat dan pelayanan
profesi.
Tujuan khusus lisensi adalah:
a. Memberikan
kejelasan batas wewenang.
b. Menetapkan
sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB
(Surat Ijin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes
RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki
SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepa1a
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
atau
Kota
setempat
dengan
memenuhi
persyaratan sebagai berikut: fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah
bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter,
rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto. Rekomendasi yang diberikan
organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan
keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan.
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan
yang mengurus SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru
pada tahap uji coba di beberapa wilayah, namun terdapat beberapa propinsi
yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk penyelenggaraan uji kompetensi
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bidan, misalnya Propinsi Jawa
Tengah, Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan menempatkan uji
kompetensi pada tahap pengajuan SIB. Uji kompetensi sedang dalam
pembahasan termasuk mengenai bagaimana dasar hukumnya. Dengan
diselenggarakannya
uji
menyelenggarakan
praktik
kompetensi
kebidanan
diharapkan
adalah
bahwa
bidan
bidan
yang
yang
benar-benar
kompeten. Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dalam tujuan utama untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dalam rancangan uji kompetensi
apabila bidan tidak lulus uji kompetensi, maka bidan tersebut menjadi binaan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat. Materi uji kompetensi sesuai 9 area
kompetensi dalam standar profesi bidan Indonesia. Namun demikian uji
kompetensi belum di bakukan dengan suatu dasar hukum, sehingga baru pada
tahap draft atau rancangan.
Menurut
Kepmenkes
No.
900/Menkes/SK/VII/2002
SIPB
berlaku
sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dan dapat diperbaharui
kembali. Bentuk permohonan SIPB dapat dilihat pada lampiran.
BAB III PENUTUP
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan
kebidanan kami sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan
kode etik bidan Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan
kebidanan yang meliputi sertifikasi, registrasi dan lisensi.
Lampiran 1
Contoh Permohonan Surat Izin Bidan
Perihal: Permohonan Surat Ijin Bidan
Kepada Yth:
KEBIDANAN
A. Latar Belakang Sistem Legislasi Tenaga Bidan Indonesia
1. UUD 1945
Amanat dan pesan mendasar dan UUD 1945 adalah UUD 1945 upaya
pembangunan
nasional
yaitu
pembangunan
disegadan
bidang
guna
kepentingan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia secara terarah, terpadu dan berkesinambungan.
2. UU
No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Tujuan dan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga Negara Indonesia
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagai upaya
peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dengan adanya arus globalisasi salah satu focus utama agar mampu
mempunyai daya saing adalah bagaimana peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Kualitas sumber daya manusia dibentuk sejak janin di dalam
kandungan, masa kelahiran dan masa bayi serta masa tumbuh kembang balita.
Hanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan sehingga mampu survive dan mampu mengantisipasi perubahan
serta mampu bersaing.
3. Bidan
erat hubungannya dengan penyiapan
sumber daya manusia. Karena pertayanan bidan meliputi kesehatan wanita
selama kurun kesehatan reproduksi wanita, sejak remaja, masa calon
pengantin, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, periode interval, masa
klimakterium dan menopause serta memantau tumbuh kembang balita serta
anak pra sekolah.
4. Visi
Pembangunan kesehatan Indonesia Sehat
2010 adalah derajat kesehatan yang optimal dengan strategi: Paradigma sehat,
Profesionalisme, JPKM, dan Desentralisasi
BAB II ISI
A. Otonomi
Bidan dalam Pelayanan Kebidanan
Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah
pertanggungjawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability
diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang
profesi yang bersangkutan.
Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandini untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai
standar profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan
mutunya melalui:
1. Pendidikan
2. Penelitian
3.
dan pelatihan berkelanjutan.
dalam bidang kebidanan.
Pengembangan
ilmu dan tekhnologi dalam
kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji
Kompetensi.
8. Lisensi.
Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan
terkait dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang registrasi dan
praktik bidan.
2. Standar
Pelayanan Kebidanan, 2001.
3.
Kepmenkes
Republik
Indonesia
Nomor
369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang Standar Prof esi Bidan.
4. UU
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan.
5. PP
6.
No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
Kepmenkes
Republik
Indonesia
1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU
No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU
No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU
tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan
transplantasi.
10. KUHAP,
dan KUHP, 1981.
11. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 585/ Menkes/ Per/ IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU
yang terkait dengan Hak reproduksi dan
Keluarga Berencana;
a)
UU
No.
10/1992 Tentang pengembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b) UU
No. 23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan
Terhadap Perempuan di Dalam Rumah Tangga.
B. Legislasi
Pelayanan Kebidanan
Peran legislasi adalah: 1) Menjamin perlindungan pada masyarakat
pengguna jasa profesi dan profesi sendiri, 2) Legislasi sangat berperan dalam
pemberian pelayanan profesional.
Bidan dikatakan profesional, memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Mandiri.
2. Peningkatan
3. Praktek
kompetensi.
berdasarkan evidence based.
4. Penggunaan
berbagai sumber informasi.
Masyarakat membutuhkan pelayanan yang aman dan berkualitas, serta
butuh perlindungan sebagai pengguna jasa profesi. Ada beberapa hal yang
menjadi sumber ketidakpuasan pasien atau masyarakat, yaitu:
1. Pelayanan
2. Sikap
yang aman.
petugas kurang baik.
3. Komunikasi
4. Kesalahan
yang kurang.
prosedur.
5. Sarana
kurang baik.
6. Tidak
adanya penjelasan atau bimbingan atau
informasi atau pendidikan kesehatan.
Legislasi adalah proses pembuatan Undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan Sertifikasi
(pengaturan kompetensi), Registrasi (pengaturan kewenangan), dan Lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
Tujuan Legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi:
1. Mempertahankan
2. Memberikan
3. Menjamin
kualitas pelayanan.
kewenangan.
perlindungan hukum.
4. Meningkatkan
profesionalisme.
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya.
Model Dasar Praktek Bidan
1. Sertifikasi
(Pengaturan Kompetensi)
Sertifikasi adalah dokumen penguasaan kompetensi tertentu melalui
kegiatan pendidikan formal maupun non formal (Pendidikan berkelanjutan).
Lembaga pendidikan non formal misalnya organisasi profesi, rumah sakit, LSM
bidang kesehatan yang akreditasinya ditentukan oleh profesi. Sedangkan
sertifikasi dan lembaga non formal adalah berupa sertifikat yang terakreditasi
sesuai standar nasional.
Ada dua bentuk kelulusan, yaitu:
a. Ijasah;
merupakan dokumentasi penguasaan
kompetensi tertentu, mempunyai kekuatan hukum atau sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan diperoleh dari pendidikan formal.
b.
Sertifikat
adalah
dokumen
penguasaan
kompetensi tertentu, bisa diperoleh dari kegiatan pendidikan formal atau
pendidikan berkelanjutan maupun lembaga pendidikan non formal yang
akreditasinya ditentukan oleh profesi kesehatan.
Tujuan umum Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a. Melindungi
masyarakat pengguna jasa profesi.
b. Meningkatkan
mutu pelayanan.
c. Pemerataan
dan perluasan jangkauan pelayanan.
Tujuan khusus Sertifikasi adalah sebagai berikut:
a.
Menyatakan
kemampuan
pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku (kompetensi) tenaga profesi.
b. Menetapkan
c.
kualifikasi dari lingkup kompetensi.
Menyatakan
pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku (kompetensi) pendidikan tambahan tenaga profesi.
d.
Menetapkan
kualifikasi, tingkat dan lingkup
pendidikan tambahan tenaga profesi.
e.
Memenuhi
syarat
untuk
mendapat
nomor
registrasi.
2. Registrasi
(Pengaturan Kewenangan)
Registrasi adalah sebuah proses di mana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna
mendapatkan kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya
setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut.
Registrasi bidan artinya proses pendaftaran, pendokumentasian dan
pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi
inti atau standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan
mental mampu melaksanakan praktik profesinya.
Tujuan umum registrasi adalah Melindungi masyarakat dari mutu
pelayanan profesi.
Tujuan Khusus Registrasi adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan
kemampuan tenaga profesi dalam
mengadopsi kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang
pesat.
b. Meningkatkan
mekanisme yang obyektif dan
komprehensif dalam penyelesaian kasus mal praktik.
c. Mendata
jurnlah dan kategori melakukan praktik.
Aplikasi proses Registrasi dalam Praktik kebidanan adalah sebagai
berikut, bidan yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
Institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB (Surat Ijin Bidan) selambatlambatnya satu bulan setelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi
menurut Kepmenkes No. 900/ Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi
ijasah bidan, fotokopi transkrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari
dokter, pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat
diperbaharui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan
atau SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). Bentuk formulir permohonan registrasi atau
SIB dapat dilihat pada lampiran. SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas
dasar ketentuan Perundang-undangan yang berlaku, habis masa berlakunya
dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.
3.
Lisensi
(Pengaturan
Penyelenggaraan
Kewenangan)
Pengertian lisensi adalah proses ministrasi yang dilakukan oleh
pemerintah atau yang berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan
kepada tenaga profesi yang telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
Tujuan umum lisensi adalah: Melindungi masyarakat dan pelayanan
profesi.
Tujuan khusus lisensi adalah:
a. Memberikan
kejelasan batas wewenang.
b. Menetapkan
sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB
(Surat Ijin Praktik Bidan). SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Depkes
RI kepada tenaga bidan yang menjalankan praktik setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Bidan yang menjalankan praktik harus memiliki
SIPB, yang diperoleh dengan cara mengajukan permohonan kepada Kepa1a
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
atau
Kota
setempat
dengan
memenuhi
persyaratan sebagai berikut: fotokopi SIB yang masih berlaku, fotokopi ijasah
bidan, surat persetujuan atasan, surat keterangan sehat dari dokter,
rekomendasi dari organisasi profesi, pas foto. Rekomendasi yang diberikan
organisasi profesi setelah terlebih dahulu dilakukan penilaian kemampuan
keilmuan dan keterampilan, kepatuhan terhadap kode etik serta kesanggupan
melakukan praktik bidan.
Bentuk penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan inilah yang
diaplikasikan dengan rencana diselenggarakannya Uji Kompetensi bagi bidan
yang mengurus SIPB atau lisensi. Meskipun Uji Kompetensi sekarang ini baru
pada tahap uji coba di beberapa wilayah, namun terdapat beberapa propinsi
yang menerapkan kebijaksanaan daerah untuk penyelenggaraan uji kompetensi
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bidan, misalnya Propinsi Jawa
Tengah, Yogyakarta dan beberapa propinsi lainnya, dengan menempatkan uji
kompetensi pada tahap pengajuan SIB. Uji kompetensi sedang dalam
pembahasan termasuk mengenai bagaimana dasar hukumnya. Dengan
diselenggarakannya
uji
menyelenggarakan
praktik
kompetensi
kebidanan
diharapkan
adalah
bahwa
bidan
bidan
yang
yang
benar-benar
kompeten. Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan, mengurangi medical error atau malpraktik dalam tujuan utama untuk
menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dalam rancangan uji kompetensi
apabila bidan tidak lulus uji kompetensi, maka bidan tersebut menjadi binaan
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) setempat. Materi uji kompetensi sesuai 9 area
kompetensi dalam standar profesi bidan Indonesia. Namun demikian uji
kompetensi belum di bakukan dengan suatu dasar hukum, sehingga baru pada
tahap draft atau rancangan.
Menurut
Kepmenkes
No.
900/Menkes/SK/VII/2002
SIPB
berlaku
sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dan dapat diperbaharui
kembali. Bentuk permohonan SIPB dapat dilihat pada lampiran.
BAB III PENUTUP
Setelah mempelajari aspek legal dan legislasi dalam pelayanan
kebidanan kami sebagian penulis menyimpulkan bahwa setiap bidan dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan
kode etik bidan Indonesia, dengan aspek legal dan legislasi dalam pelayanan
kebidanan yang meliputi sertifikasi, registrasi dan lisensi.
Lampiran 1
Contoh Permohonan Surat Izin Bidan
Perihal: Permohonan Surat Ijin Bidan
Kepada Yth: