PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN PERKA (1)
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN PERKAPITA
KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014, 2015, DAN 2016
(Berdasarkan analisis spasial geografi)
Dannis Ni’matussyahara
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
Corresponding Email: [email protected]
Abstrak
Kabupaten ponorogo terletak di bagian tenggara Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan
langsung dengan Provinsi Jawa tengah. Kabupaten Ponorogo ini terdiri dari 21 Kecamatan,
dengan wilayah pertanian yang potensial berada di daerah ponorogo bagian selatan.
Berdasarkan gambaran morfologi Kabupaten Ponorogo yang bervariasi, mengakibatkan
kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ponorogo ini berbeda-berbeda. Sektor ekonomi
yang terdapat di Kabupaten Ponorogo terdiri dari 17 sektor. Sektor ekonomi tersebut,
merupakan sumber Kabupaten Ponorogo dalam meningkatan kualitas pembangunan yang ada
didalamnya.
Suatu daerah, dikatakan ekonominya maju atau masih tertinggal itu bisa dilihat dari PDRB
setiap tahunnya, yang kemudian dibandingkan dengan daerah disekitarnya. Dari PDRB tersebut,
maka akan diketahui pendapatan perkapita penduduk, index pembangunan manusianya dan
identifikasi ekonomi di daerah administrasi Kabupaten Ponorogo. Hal ini diperlukan agar dapat
terealisasikan strategi pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi spasial Kabupaten
Ponorogo di masa mendatang. Karena, apabila kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten
Ponorogo tidak sesuai dengan kondisi wilayahnya, maka aktivitas ekonomi yang ada
didalamnya tidak berjalan dengan baik karena terhambat dengan kondisi wilayahnya. Sehingga
PDRB Kabupaten Ponorogo tidak tercapai secara maksimal. Pengembangan sektor ekonomi
yang sesuai dengan Kabupaten Ponorogo ini perlu dilakukan. Agar tercapai tujuan yang
diinginkan.
Keywords: Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Ekonomi Perkapita, Analisis Spasial Geografi
Berdasarkan Sektor yang Sesuai Kondisi Wilayah Kabupaten Ponorogo
1. Latar Belakang
Kabupaten ponorogo merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi jawa
timur yang terletak dibagian tenggara, tepatnya berbatasan langsung dengan Kabupaten
Wonogiri Provinsi Jawa Tengah di bagian Baratnya. Kabupaten Ponorogo berdasarkan
letak geografis, tepatnya terletak pada koordinat 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8°
20’ LS. Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian
antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 subarea, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko,Pulung, dan
Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Kabupaten Ponorogo ini dilewati 14
sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan
pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada
terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal
pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau.
Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan
langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari
ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya. Pada tahun 2015 berdasarkan hasil Sensus
Penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah jiwa 865.809 jiwa.
Pada suatu daerah pemerintahan, Suatu hal yang dibahas pasti tidak jauh-jauh dari
masalah politik, ekonomi dan sosial. Karena tiga aspek ini penting dan tidak bisa lepas
dari kegiatan pemerintahan daerah. Dari ketiga hal tersebut, permasalahan yang paling
menonjol yang dialami oleh masing-masing sistem pemerintahan adalah bidang
ekonomi. Bidang ekonomi ini, apabila dibahas tidak akan ada habisnya. Karena,
manusia setiap harinya melakukan kegiatan ekonomi. Selama manusia melakukan
kegiatan ekonomi maka pasti akan menemui permasalahan ekonomi
dalam
kehidupannya. Permasalahan ekonomi tersebut apabila tidak diselesaikan dengan baik
maka akan berpengaruh terhadap pendapatan perekonomian daerah, sehingga akan
menghambat pembangunan yang ada di daerah tersebut.
Setiap daerah memiliki sektor penghasil yang berbeda-beda, dalam meningkatkan
pendapatan daerahnya. Sektor tersebut diperoleh dari berbagai jenis penghasilan mata
pencaharian masyarakatnya yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo. Dari berbagai
mata pencaharian tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis golongannya,
kemudian dibentuklah dalam bentuk sektor ekonomi yang didalmnya terdapat subsektor ekonomi. Kabupaten Ponorogo memiliki 17 sektor ekonomi. Sektor ekonomi
tersebut, merupakan sumber pendapatan yang dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo
khususnya yang disebut dengan pendapatan regional bruto (PDRB). Berdasarkan PDRB
tersebut, dapat dihitung pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, index
pembangunan manusia (IPM) serta identifikasi tingkat status ekonomi yang ada di
wilayah kabupaten Ponorogo.
Identifikasi permasalahan ekonomi perlu dilakukan apabila ingin membangun
ekonomi suatu daerah khususnya di Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan hasil
penghitungan yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo
ini termasuk dalam kriteria lamban. Karena, setiap tahunnya bertambah tidak lebih dari
satu persen. Berdasarkan data penelitian yang ada, sebenarnya Kabupaten Ponorogo
dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila penghasilannya
terkonsentrasi pada sektor yang dapat berkembang baik sesuai dengan kondisi spasial
Kabupaten Ponorogo. Sehingga, penghasilan yang dihasilkan dari sektor tersebut
menjadi maksimal. Apabila sektor ekonomi yang berada di Kabupaten Ponorogo itu
tidak berkembang dengan baik maka akan berdampak juga dengan pertumbuhan
ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, sektor mana yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten
Ponorogo, berdasarkan kesesuaian spasial. Sehingga dapat berkembang dengan baik dan
dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya, sehingga pertumbuhan ekonomi yang ada
di wilayah Kabupaten Ponorogo.
2. METODE
Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian artikel ilmiah ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian kuantitatif tidak terlalu
menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyakbanyaknya dari populasi yang luas. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori)
ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian jenis kualitatif ini adalah Ex Post Facto. Metode Ex Post
Facto adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang meneliti hubungan sebab
akibat yang tidak dimanipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan
atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu mengakibatkan variable tertentu.
Tahapan penelitian secara rinci dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
memilih permasalahan yang akan diteliti, pengumpulan dan persiapan data, pengolahan
data, analisis data, penyajian hasil akhir.
Pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo yang berjalan lambat
merupakan permasalahan yang dipilih untuk topik penelitian ini. Basis data yang
digunakan yaitu penggunaan data statistik dari BPS digunakan untuk menambah informasi
tentang permasalahan yang diteliti, dan jurnal geografi ekonomi untuk menambah informasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita kabupaten
ponorogo pada tahun 2014, 2015, dan 2016 ini tidak lepas dari analisis spasial yang ada
di Kabupaten Ponorogo. Setiap daerah memiliki karakteristik spasial yang berbedabeda, sehingga kemampuannya pun dalam menghasilkan
suatu barang juga akan
berbeda-beda pula. Misalnya daerah A memiliki potensi dalam hal pertambangan,
sedangkan daerah B memiliki potensi dalam hal pertanian. Maka berdasarkan hal
tersebut, analisis spasialnya adalahcsebelum mengolah suatu daerah, alangkah baiknya
kita harus mengenali dulu, potensi apa yang cocok untuk dikembangkan di darah
tersebut. Sehingga strategi yang kita kembangkan dapat berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ada di dalamnya.
Hasil dan pembahasan dapat diperinci berdasarkan bahasan tentang pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Ponorogo, Korelasi pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan, Pendapatan
Perkapita, Index pembangunan manusia serta analisis sektor ekonomi yang potensial
berdasarkan hasil penemuan data yang ada di lapangan. Luarannya berupa analisis serta
menampilkan sektor apa saja yang potensial dan perlu dikembangkan sesuai dengan analisis
spasial di wilayah Kabupaten Ponorogo.
3.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Dari
satu periode ke periode lainnya, kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan barang
dan jasa, Dalam hal ini faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam
jumlah dan kualitasnya. Selain itu adanya investasi dari pihak lokal maupun non lokal
akan menambah jumlah barang modal, sehingga banyak masyarakat yang menggunakan
modal dari investasi tersebut untuk membuka ataupun membesarkan usaha mereka.
Kemudian hal lain yang mempengaruhinya yaitu teknologi yang digunakan
berkembang, sehingga dengan adanya teknologi tersebut akan membantu masyarakat
untuk menghasilkan barang produksi. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai
akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah
ketrampilan
mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.
Permasalahan yang terdapat dalam petumbuhan ekonomi ini dianggap sebagai
masalah makroekonomi yang jangka panjang. Menurut Robert Solow (1987)
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output.
Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja
dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun
yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer,
bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias
dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam
rumus sebagai berikut:
Q = f (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan
tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara
mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
Berdasarkan penghitungan PDRB Kabupaten Ponorogo data tahun 2014 sampau
yahun 2016 diperoleh hasil sebagai berikut ini :
Tabel 1: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014-2016
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 -2016
6.99
7.19
1.49 6.05
4.17
4.81
6.85
7.23
5.93
6.09
6.00
5.87
5.22
5.67
8.02
7.09
8.09
7.72
3.14
4.61
3.105.98
7.61
6.18
7.15
8.16
Pertumbuhan ekonomi 2015-2016
3.01
2.82
1.02
2.78
6.05
4.94
1.64
4.02
Pertumbuhan ekonomi 2014-2015
Sumber : Penghitungan Penulis
Berdasarkan data diatas, yang paling banyak menyumbangkan angka PDRB adalah
sektor Transportasi, Penyediaan Akomodasi, Informasi dan komunikasi, Jasa Keuangan
dan Jasa Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, menunujukkan bahwa banyak
masyarakat Ponorogo yang mengalami mobillitas penduduk. Sehingga, penghasilan
kotor yang didapatkan lebih banyak. Apabila dilihat, pertanian, dan pertambangan itu
pertumbuhannya sangat sedikit dan tergeser dengan sektor ekonomi lainnya.
3.2 Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo
Pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian Produk Domestik Regional Bruto
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
penghasilan rata-rata setiap individunya. Akan tetapi, penghasilan yang diperoleh masih
angka kasarnya saja. Bukan pendapatan asli, karena dalam lapangan masih terdapat
penghasilan masyarakat yang intervalnya masih jauh antara satu dengan yang lainnya.
Adapun fungsi dari pendapatan perkapita tersebut adalah sebagai indikator dan sumber
informasi yang objektif untuk menentukan langkah pemerintah dalam pembangunan
ekonomi daerah. Pendapatan perkapita ini di peroleh dari hasil sensus ekonomi yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat. Sensus ekonomi ini dilakukan untuk
seluruh sektor ekonomi di derah tersebut, tanpa terkecuali. Karena, pendapatan
sekecilpun dari masyarakat itu berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dan juga
mempengaruhi pendapatan perkapita masing-masing masyarakat. Adapun cara untuk
mencari pendapatan perkapita daerah yaitu dengan rumus
PDRB tahun X
Pendapatan perkapita tahun X = Jumlah penduduk pada tahun X
Dari rumus tersebut diperoleh angka pendapatan perkapita Kabupaten Ponorogo
adalah seperti berikut ini yaitu
Tabel 2. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Pada Tahun 2014, 2015 dan 2016
Pendapatan Perkapita kabupaten ponorogo pada tahun 2014, 2015, dan 2016
900000
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
865,809
867,393
868,814
2014 12.826
2015 13.475
2016 14.164
1
2
3
Tahun
Jumlah Penduduk Tahun Per tahun
Pendapatan perkapita pada tahun tertentu
Sumber: Penghitungan Penulis
Dari rumus tersebut akan dihasilkan pendapatan perkapita penduduk. Bisa dilihat
tabel dari pendapatan perkapita Kabupaten Ponorogo, yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Hal tersebut menandakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang ada di
Kabupaten Ponorogo mengalami penigkatan setiap tahunnya. Sehingga akan
berpengaruh terhadap pendapatan perkapita masayarakat setempat. Peningkatan
pendapatan perkapita kabupaten ponorogo ini terlihat secara teratur, maksudnya yaitu
terus mengalami peningkatan walaupun antara pendapatan tahun kemarin dan tahun
sekarang memiliki interval yang tidak berbeda jauh. Kabupaten Ponorogo pada tahun
2014 dengan jumlah penduduk 861.806 jiwa memiliki pendapatan perkapita yaitu
sebesar 12,826 juta dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk
867.393 jiwa memiliki pendapatan perkapita sejumlah 13,475 juta setiap tahunnya dan
pada tahun 2016 dengan jumlah 868. 814 jiwa memiliki penghasilan sekitar 14,168
setiap tahunnya.
Jika dilihat dari tabrl tersebut, maka dietahui yaitu setiap jumlah penduduk yang
bertambah pada setiap tahunnya, juga diikuti dengan pertambahan hasil dari pendapatan
perkapita dari masyarakat. Apabila dilihat dari pertambahan penduduk dan
dibandingkan dengan pendapatan perkapita masyarakat setiap tahunnya, sebenarnya
Kabupaten Ponorogo tidak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya atau bisa disebut dengan konstan. Karena setiap mengalami pertambahan
1000 penduduk, maka pendapatan perkapita masyarakat mengalami pertumbuhan
sekitar 1 juta. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita asli Kabupaten
Ponorogo itu pada aslinya masih tetap konstan, walaupun telah mengalami peningkatan
setiap tahun pada jumlahnya.
3.3 Index Pembangunan Manusia (IPM) Serta Identifikasi Status Ekonomi
IPM merupakan indeks yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Suatu daerah yang memiliki IPM tinggi menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat tersebut tinggi. Pendapatan per kapita merupakan salah satu komponen dari
menyusun IPM, selain tingkan kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakat. Oleh
karena itu, semakin tinggi pendapatan per kapita masyarakat suatu daerah, seharusnya
semakin tinggi juga IPM daerah tersebut. Namun demikian pada kenyataannya hal ini
tidak terjadi. Seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya terdapat kenyataan bahwa
negara yang memiliki pendapatan per kapita pada urutan tertinggi tidak selalu memiliki
IPM pada urutan tertinggi pula. Karena masih terdapat faktor lain yang menjadi penentu
untuk menentukan IPM. Apabila faktor yang lain tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan pendapatan perkapita daerah tersebut. Maka kemungkinan, IPM daerah tersebut
akan ikut rendaah juga. Karena pendapatan perkapita bukan faktor utama dalam
menentukan IPM masyarakatnya.
Menurut Rana dan Dzathor (2008) terdapat empat teori yang menjelaskan hubungan
antara pendapatan nasional dan pembangunan manusia yang masing-masing teori
didukung oleh hasil penelitian empiris. Teori pertama menyatakan bahwa perubahan
pendapatan nasional tidak berhubungan dengan perubahan pembangunan manusia.
Karena dapat saja pertumbuhan ekonomi tidak mampu meningkatkan kesejahteraan
individu. Teori kedua menyatakan bahwa pembangunan manusia dan perubahan
pendapatan nasional mempunyai hubungan timal balik. Teori ketiga sesuai dengan
pandangan ekonom neoklasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
membawa perbaikan pembangunan manusia. Teori keempat menyatakan bahwa
pembangunan manusia berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
peningkatan pembangunan manusia akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi pada
masa yang akan datang.
Adapun IPM kabupaten Ponorogo menurut data BPS, daerah tersebut setiap
tahunnya mengalami peningkatan, yaitu hampir satu persen setiap tahunnya. Pada tahun
tahun 2014 IPM nya sekitar 67,4% , tahun 2015 angka IPM nya sekitar 68,16% , tahun
2016 angka IPM nya sekitar 68,93%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa index
pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Ponorogo termasuk dalam golongan atau
tingkat status menengah keatas. Jadi, apabila dilihat dari sumberdaya manusianya cukup
potensial dalam pengembangan wilayahnya. Hal tersebut juga dapat diketahui dari tabel
pendidikan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ditambah lagi sekarang ini,
masyarakat Kabupaten Ponorogo yang semakin banyak belajar di perguruan tinggi.
Sehingga akan meningkatkan nilai IPM Kabupaten Ponorogo.
3.4 Analisis Sektor Ekonomi yang Potensial Dalam Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Ponorogo
Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo ini memiliki 3 Jenis tanah
yang tersebar di seluruh wilayahnya. Setiap jenis tanah tersebut memiliki potensi yang
berbeda-beda. Yaitu tanah latosol di bagian Kabupaten Ponorogo bagian Selatan, tanah
Mediterania di bagian timur Kabupaten Ponorogo dan di sebelah barat dan uutaranya
yaitu jenis tanah Alluvial yang cocok sekali untuk pertanian masyarakat. Sebenarnya
Kabupaten Ponorogo sangat berpotesi sekali mengembangkan pertanian di daerah yang
memiliki jenis tanah seperti mediterania dan alluvial, karena unsur hara yang didapatkan
akan tercukupi. Sehingga, mampu meningkatkan pendapatan PDRB kabupaten
Ponororogo. Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Ponorogo bagian barat
khususnya belum dibangun wilayah ekonominya dengan maksimal. Hal tersebut terjadi
karena,wilayah bagian barat Kabupaten Ponorogo ini agak terjal. Akan tetapi masih bisa
digunakan untuk lahan yang potensial apabila mau mengolahnya dengan baik.
Dari lahan yang belum terolah tersebut, bisa meningkatkan penghasilan
masyarakatnya atau bisa disebut dengan pendapatan perkapita masyarakat dan juga
berpengaruh terhadap PDRB daerah dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Ponorogo. Pada daerah ini, selain cocok untuk wilayah pertanian juga dapat digunakan
sebagai daerah untuk meningkatkan hasil peternakan, karena kebutuhan rumput dan air
tercukupi. Hal tersebut bisa tercapai apabila pembangunannya sesuai dengan kondisi
spasial dan potensi yang cocok diwilayah tersebut serta pengolahan lahan secara
maksimal.
Selain potensi pertanian diwilayah barat, utara dan timur Kabupaten Ponorogo,
sektor yang perlu ditingkatkan pada daerah bagian selatan yang sesuai dengan kondisi
wilayahnya dan sumber daya yang tersedia yaitu pertambangan atau bahan galian. SDA
bahan galian ini terdapat di wilayah karst dan daerah yang berada di bagian selatan dan
timur dari Kabupaten Ponorogo. kandungan bahan tambang. Berdasarkan wilayah
kecamatan jenis bahan tambang adalah : Kecamatan Ngrayun memiliki kandungan
mangaan, oker dan tras (17.792 m2, Kecamatan Slahung memiliki kandungan seng,
mangaan, batu gamping (6.273 m2), kaolin bentonit (437 m2), zeolit (797 m2), gypsum
(26.000 ton), tras (1.305 m2). Kecamatan Bungkal memiliki kandungan seng,
Kecamatan Sambit memiliki kandungan tras, Kecamatan Sawoo memiliki kandungan
batu gamping, Kecamatan Sooko memiliki kandungan tras, emas. Kecamatan Pulung
memiliki kandungan emas, mangaan, tras dan sirtu. Kecamatan Sampung memiliki
kandungan batu gamping dan tras. Kecamatan Jenangan memiliki kandungan sirtu.
Dari sektor yang berpotensi tersebut, sangatlah tidak cocok apabila dalam tabel atau
pendapatan PDRB di Kabupaten Ponorogo memiliki penghasilan yang sedikit.. Apabila
sektor pertanian, peternakan dan potensi bahan galian yang dimanfaatkan dengan
bijaksana. Dengan begitu, penghasilan PDRB Kabupaten Ponorogo akan semakin
meningkat. Maka dari itu, mengetahui kondisi spasial untuk menentukan sektor
ekonomi yang tepat pada suatu wilayah adalah sesuatu yang penting, agar keberhasilan
pembanguan ekonomi akan tercapai.
4. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil dan ppembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa PDRB
kabupaten
ponorogo
setiap
tahunnya
mengalami
penambahan,
walaupun
peningkatannya tidak tidak terjadi secara significant. Pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Ponorogo tersebut berpengaruh terhadap pendapatan perkapita dari
masyarakat. Pendapatan Perkapita masayarakat Kabupaten Ponorogo mengalami
peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi hal tersebut terbilang konstan. Karena setiap
mengalami pertambahan 1000 penduduk, maka pendapatan perkapita masyarakat
mengalami pertumbuhan sekitar 1 juta. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendapatan
perkapita asli Kabupaten Ponorogo itu pada aslinya masih tetap konstan, walaupun telah
mengalami peningkatan setiap tahun pada jumlahnya. Pendapatan perkapita Kabupaten
Ponorogo juga berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten Ponorogo. Dari hasil data
statistik nilai IPM masyarakat di Kabupaten Ponorogo termasuk dalam golongan
menengah keatas. Jadi, SDM di Kabupaten Ponorogo ini sudah mampu dalam mengolah
daerahnya dengan baik. Adapun SDA yang tersebar di Kabupaten Ponorogo sesuai
dengan analisis spasial geografi yaitu potensi pertanian peternakan diwilayah barat,
utara dan timur Kabupaten Ponorogo, serta potensi bahan galian atau bahan tambang di
wilayah Kabupaten Ponorogo bagian selatan dan timur.
5. Saran
Dalam membangun sektor ekonomi di suatu wilayah alangkah baiknya kita
mengenal dahulu kondisi Spsial yang ada di wiayah tersebut. Agar rencana serta strategi
yang dilaksanakan dapat berhasil dan berjalan dengan maksimal. Karena apabila suatu
rencana pengembangan sektor ekonomi tidak di dukung oleh kondisi fisik serta sosial
suatu wilayah maka tidak akan tercapai dengan maksimal.
6. Daftar Pustaka
BPS
Kabupaten
Ponorogo,
2017
(Online)
https://www.google.co.id/url?url=https://ponorogokab.bps.go.id/&rct=
j&sa=U&ved=0ahUKEwiy0fHjtM7XAhXL,
Diakses
tanggal
20
November 2017
Rana
dan
Dzathor
(2008),
(online)
https://www.google.co.id/url?url=https://totokaryanto.wordpress.com/
2014/05/08/hubungan-antara-pendapatan-per-kapita-, Diakses tanggal
20 November 2017
Anonim, 2014 (Online)
https://www.google.co.id/url?url=http://portalgkr.blogspot.com/2014/
11/kriteria-pengukuran-keberhasilan.html%3Fm%3D1&r, Diakses
tanggal 20 November 2017
Bappeda Ponorogo, 2013, Gambaran Umum Wilayah (Online)
https://www.google.co.id/url=http://bappeda.ponorogo.go.id/index.ph
p/data-info/dokumen- , Diakses 20 November 2017
7. Lampiran
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014- Sampai 2016
Jenis Penasilan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
Pertumbuhan
ekonomi 20142015
3,01
1,02
6,05
1,64
Pertumbuhan
ekonomi 20152016
2,82
2,78
4,94
4,02
3,14
3,10
4,61
5,98
7,61
7,15
6,18
8,16
8,02
8,09
6,85
5,93
7,09
7,72
7,23
6,09
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
Jasa lainnya
Jumlah
6,00
5,87
5,22
6,99
1,49
4,17
5,67
7,19
6,05
4,81
5,03
5,72
Tabel 4. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 Sampai 2016
Tahun
Jumlah Penduduk Tahun Per
tahun
Pendapatan perkapita pada
tahun tertentu
2014
2015
2016
865.809
867.393
868.814
12,826
13,475
14,164
Tabel 5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014-2015
Pertumbuhan
ekonomi Kab
2014-2015
Pertumbuhan
ekonomi Prov
2014-2015
3,01
11,35
1,02
-15,29
Industri Pengolahan
6,05
11,32
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
1,64
5,99
3,14
9,68
Konstruksi
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
3,10
10,02
7,61
11,57
7,15
13,48
8,02
14,42
Informasi dan Komunikasi
8,09
10,31
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
6,85
5,93
12,72
14,25
Jenis Penasilan
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Keterang
an
Tertingg
al
Maju
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
6,00
11,17
5,22
9,76
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan
sosial
6,99
9,61
1,49
10,03
Jasa lainnya
4,17
13,84
5,03
10,08
Jumlah
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tabel 6. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2015-2016
Jenis Penasilan
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan
sosial
Jasa lainnya
Jumlah
Pertumbuhan
ekonomi Kab
2014-2015
Pertumbuhan
ekonomi Prov
2014-2015
Keterang
an
2,82
6,33
Tertinggal
2,78
4,94
4,02
5,07
8,23
4,25
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
4,61
5,98
10,32
12,04
Tertinggal
Tertinggal
6,18
12,24
Tertinggal
8,16
11,54
Tertinggal
7,09
7,72
7,23
6,09
5,87
14,77
10,46
11,21
8,51
10,01
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
5,67
7,19
10,27
7,69
Tertinggal
Tertinggal
6,05
4,81
5,72
8,20
6,99
9,58
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014, 2015, DAN 2016
(Berdasarkan analisis spasial geografi)
Dannis Ni’matussyahara
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang
Corresponding Email: [email protected]
Abstrak
Kabupaten ponorogo terletak di bagian tenggara Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan
langsung dengan Provinsi Jawa tengah. Kabupaten Ponorogo ini terdiri dari 21 Kecamatan,
dengan wilayah pertanian yang potensial berada di daerah ponorogo bagian selatan.
Berdasarkan gambaran morfologi Kabupaten Ponorogo yang bervariasi, mengakibatkan
kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ponorogo ini berbeda-berbeda. Sektor ekonomi
yang terdapat di Kabupaten Ponorogo terdiri dari 17 sektor. Sektor ekonomi tersebut,
merupakan sumber Kabupaten Ponorogo dalam meningkatan kualitas pembangunan yang ada
didalamnya.
Suatu daerah, dikatakan ekonominya maju atau masih tertinggal itu bisa dilihat dari PDRB
setiap tahunnya, yang kemudian dibandingkan dengan daerah disekitarnya. Dari PDRB tersebut,
maka akan diketahui pendapatan perkapita penduduk, index pembangunan manusianya dan
identifikasi ekonomi di daerah administrasi Kabupaten Ponorogo. Hal ini diperlukan agar dapat
terealisasikan strategi pembangunan ekonomi yang sesuai dengan kondisi spasial Kabupaten
Ponorogo di masa mendatang. Karena, apabila kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten
Ponorogo tidak sesuai dengan kondisi wilayahnya, maka aktivitas ekonomi yang ada
didalamnya tidak berjalan dengan baik karena terhambat dengan kondisi wilayahnya. Sehingga
PDRB Kabupaten Ponorogo tidak tercapai secara maksimal. Pengembangan sektor ekonomi
yang sesuai dengan Kabupaten Ponorogo ini perlu dilakukan. Agar tercapai tujuan yang
diinginkan.
Keywords: Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Ekonomi Perkapita, Analisis Spasial Geografi
Berdasarkan Sektor yang Sesuai Kondisi Wilayah Kabupaten Ponorogo
1. Latar Belakang
Kabupaten ponorogo merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi jawa
timur yang terletak dibagian tenggara, tepatnya berbatasan langsung dengan Kabupaten
Wonogiri Provinsi Jawa Tengah di bagian Baratnya. Kabupaten Ponorogo berdasarkan
letak geografis, tepatnya terletak pada koordinat 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8°
20’ LS. Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian
antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 subarea, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko,Pulung, dan
Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Kabupaten Ponorogo ini dilewati 14
sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan
pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada
terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal
pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua musim yaitu penghujan dan kemarau.
Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan
langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 220 km arah barat daya dari
ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya. Pada tahun 2015 berdasarkan hasil Sensus
Penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah jiwa 865.809 jiwa.
Pada suatu daerah pemerintahan, Suatu hal yang dibahas pasti tidak jauh-jauh dari
masalah politik, ekonomi dan sosial. Karena tiga aspek ini penting dan tidak bisa lepas
dari kegiatan pemerintahan daerah. Dari ketiga hal tersebut, permasalahan yang paling
menonjol yang dialami oleh masing-masing sistem pemerintahan adalah bidang
ekonomi. Bidang ekonomi ini, apabila dibahas tidak akan ada habisnya. Karena,
manusia setiap harinya melakukan kegiatan ekonomi. Selama manusia melakukan
kegiatan ekonomi maka pasti akan menemui permasalahan ekonomi
dalam
kehidupannya. Permasalahan ekonomi tersebut apabila tidak diselesaikan dengan baik
maka akan berpengaruh terhadap pendapatan perekonomian daerah, sehingga akan
menghambat pembangunan yang ada di daerah tersebut.
Setiap daerah memiliki sektor penghasil yang berbeda-beda, dalam meningkatkan
pendapatan daerahnya. Sektor tersebut diperoleh dari berbagai jenis penghasilan mata
pencaharian masyarakatnya yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo. Dari berbagai
mata pencaharian tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis golongannya,
kemudian dibentuklah dalam bentuk sektor ekonomi yang didalmnya terdapat subsektor ekonomi. Kabupaten Ponorogo memiliki 17 sektor ekonomi. Sektor ekonomi
tersebut, merupakan sumber pendapatan yang dimiliki oleh Kabupaten Ponorogo
khususnya yang disebut dengan pendapatan regional bruto (PDRB). Berdasarkan PDRB
tersebut, dapat dihitung pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, index
pembangunan manusia (IPM) serta identifikasi tingkat status ekonomi yang ada di
wilayah kabupaten Ponorogo.
Identifikasi permasalahan ekonomi perlu dilakukan apabila ingin membangun
ekonomi suatu daerah khususnya di Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan hasil
penghitungan yang dilakukan, pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo
ini termasuk dalam kriteria lamban. Karena, setiap tahunnya bertambah tidak lebih dari
satu persen. Berdasarkan data penelitian yang ada, sebenarnya Kabupaten Ponorogo
dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi apabila penghasilannya
terkonsentrasi pada sektor yang dapat berkembang baik sesuai dengan kondisi spasial
Kabupaten Ponorogo. Sehingga, penghasilan yang dihasilkan dari sektor tersebut
menjadi maksimal. Apabila sektor ekonomi yang berada di Kabupaten Ponorogo itu
tidak berkembang dengan baik maka akan berdampak juga dengan pertumbuhan
ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui, sektor mana yang potensial untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten
Ponorogo, berdasarkan kesesuaian spasial. Sehingga dapat berkembang dengan baik dan
dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya, sehingga pertumbuhan ekonomi yang ada
di wilayah Kabupaten Ponorogo.
2. METODE
Adapun jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian artikel ilmiah ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian kuantitatif tidak terlalu
menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekam data sebanyakbanyaknya dari populasi yang luas. Pendekatan penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang identik dengan pendekatan deduktif, yaitu berangkat dari persoalan umum (teori)
ke hal khusus sehingga penelitian ini harus ada landasan teorinya. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian jenis kualitatif ini adalah Ex Post Facto. Metode Ex Post
Facto adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang meneliti hubungan sebab
akibat yang tidak dimanipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan
atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu mengakibatkan variable tertentu.
Tahapan penelitian secara rinci dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
memilih permasalahan yang akan diteliti, pengumpulan dan persiapan data, pengolahan
data, analisis data, penyajian hasil akhir.
Pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Ponorogo yang berjalan lambat
merupakan permasalahan yang dipilih untuk topik penelitian ini. Basis data yang
digunakan yaitu penggunaan data statistik dari BPS digunakan untuk menambah informasi
tentang permasalahan yang diteliti, dan jurnal geografi ekonomi untuk menambah informasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita kabupaten
ponorogo pada tahun 2014, 2015, dan 2016 ini tidak lepas dari analisis spasial yang ada
di Kabupaten Ponorogo. Setiap daerah memiliki karakteristik spasial yang berbedabeda, sehingga kemampuannya pun dalam menghasilkan
suatu barang juga akan
berbeda-beda pula. Misalnya daerah A memiliki potensi dalam hal pertambangan,
sedangkan daerah B memiliki potensi dalam hal pertanian. Maka berdasarkan hal
tersebut, analisis spasialnya adalahcsebelum mengolah suatu daerah, alangkah baiknya
kita harus mengenali dulu, potensi apa yang cocok untuk dikembangkan di darah
tersebut. Sehingga strategi yang kita kembangkan dapat berjalan dengan baik dan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ada di dalamnya.
Hasil dan pembahasan dapat diperinci berdasarkan bahasan tentang pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Ponorogo, Korelasi pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan, Pendapatan
Perkapita, Index pembangunan manusia serta analisis sektor ekonomi yang potensial
berdasarkan hasil penemuan data yang ada di lapangan. Luarannya berupa analisis serta
menampilkan sektor apa saja yang potensial dan perlu dikembangkan sesuai dengan analisis
spasial di wilayah Kabupaten Ponorogo.
3.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo
Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Dari
satu periode ke periode lainnya, kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan barang
dan jasa, Dalam hal ini faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam
jumlah dan kualitasnya. Selain itu adanya investasi dari pihak lokal maupun non lokal
akan menambah jumlah barang modal, sehingga banyak masyarakat yang menggunakan
modal dari investasi tersebut untuk membuka ataupun membesarkan usaha mereka.
Kemudian hal lain yang mempengaruhinya yaitu teknologi yang digunakan
berkembang, sehingga dengan adanya teknologi tersebut akan membantu masyarakat
untuk menghasilkan barang produksi. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai
akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah
ketrampilan
mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.
Permasalahan yang terdapat dalam petumbuhan ekonomi ini dianggap sebagai
masalah makroekonomi yang jangka panjang. Menurut Robert Solow (1987)
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output.
Pertumbuhan output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja
dikombinasikan, sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun
yang tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer,
bangunan dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias
dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam
rumus sebagai berikut:
Q = f (C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan
tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara
mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
Berdasarkan penghitungan PDRB Kabupaten Ponorogo data tahun 2014 sampau
yahun 2016 diperoleh hasil sebagai berikut ini :
Tabel 1: Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014-2016
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 -2016
6.99
7.19
1.49 6.05
4.17
4.81
6.85
7.23
5.93
6.09
6.00
5.87
5.22
5.67
8.02
7.09
8.09
7.72
3.14
4.61
3.105.98
7.61
6.18
7.15
8.16
Pertumbuhan ekonomi 2015-2016
3.01
2.82
1.02
2.78
6.05
4.94
1.64
4.02
Pertumbuhan ekonomi 2014-2015
Sumber : Penghitungan Penulis
Berdasarkan data diatas, yang paling banyak menyumbangkan angka PDRB adalah
sektor Transportasi, Penyediaan Akomodasi, Informasi dan komunikasi, Jasa Keuangan
dan Jasa Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, menunujukkan bahwa banyak
masyarakat Ponorogo yang mengalami mobillitas penduduk. Sehingga, penghasilan
kotor yang didapatkan lebih banyak. Apabila dilihat, pertanian, dan pertambangan itu
pertumbuhannya sangat sedikit dan tergeser dengan sektor ekonomi lainnya.
3.2 Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo
Pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian Produk Domestik Regional Bruto
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
penghasilan rata-rata setiap individunya. Akan tetapi, penghasilan yang diperoleh masih
angka kasarnya saja. Bukan pendapatan asli, karena dalam lapangan masih terdapat
penghasilan masyarakat yang intervalnya masih jauh antara satu dengan yang lainnya.
Adapun fungsi dari pendapatan perkapita tersebut adalah sebagai indikator dan sumber
informasi yang objektif untuk menentukan langkah pemerintah dalam pembangunan
ekonomi daerah. Pendapatan perkapita ini di peroleh dari hasil sensus ekonomi yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat. Sensus ekonomi ini dilakukan untuk
seluruh sektor ekonomi di derah tersebut, tanpa terkecuali. Karena, pendapatan
sekecilpun dari masyarakat itu berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah dan juga
mempengaruhi pendapatan perkapita masing-masing masyarakat. Adapun cara untuk
mencari pendapatan perkapita daerah yaitu dengan rumus
PDRB tahun X
Pendapatan perkapita tahun X = Jumlah penduduk pada tahun X
Dari rumus tersebut diperoleh angka pendapatan perkapita Kabupaten Ponorogo
adalah seperti berikut ini yaitu
Tabel 2. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Pada Tahun 2014, 2015 dan 2016
Pendapatan Perkapita kabupaten ponorogo pada tahun 2014, 2015, dan 2016
900000
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
865,809
867,393
868,814
2014 12.826
2015 13.475
2016 14.164
1
2
3
Tahun
Jumlah Penduduk Tahun Per tahun
Pendapatan perkapita pada tahun tertentu
Sumber: Penghitungan Penulis
Dari rumus tersebut akan dihasilkan pendapatan perkapita penduduk. Bisa dilihat
tabel dari pendapatan perkapita Kabupaten Ponorogo, yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Hal tersebut menandakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang ada di
Kabupaten Ponorogo mengalami penigkatan setiap tahunnya. Sehingga akan
berpengaruh terhadap pendapatan perkapita masayarakat setempat. Peningkatan
pendapatan perkapita kabupaten ponorogo ini terlihat secara teratur, maksudnya yaitu
terus mengalami peningkatan walaupun antara pendapatan tahun kemarin dan tahun
sekarang memiliki interval yang tidak berbeda jauh. Kabupaten Ponorogo pada tahun
2014 dengan jumlah penduduk 861.806 jiwa memiliki pendapatan perkapita yaitu
sebesar 12,826 juta dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk
867.393 jiwa memiliki pendapatan perkapita sejumlah 13,475 juta setiap tahunnya dan
pada tahun 2016 dengan jumlah 868. 814 jiwa memiliki penghasilan sekitar 14,168
setiap tahunnya.
Jika dilihat dari tabrl tersebut, maka dietahui yaitu setiap jumlah penduduk yang
bertambah pada setiap tahunnya, juga diikuti dengan pertambahan hasil dari pendapatan
perkapita dari masyarakat. Apabila dilihat dari pertambahan penduduk dan
dibandingkan dengan pendapatan perkapita masyarakat setiap tahunnya, sebenarnya
Kabupaten Ponorogo tidak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya atau bisa disebut dengan konstan. Karena setiap mengalami pertambahan
1000 penduduk, maka pendapatan perkapita masyarakat mengalami pertumbuhan
sekitar 1 juta. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita asli Kabupaten
Ponorogo itu pada aslinya masih tetap konstan, walaupun telah mengalami peningkatan
setiap tahun pada jumlahnya.
3.3 Index Pembangunan Manusia (IPM) Serta Identifikasi Status Ekonomi
IPM merupakan indeks yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Suatu daerah yang memiliki IPM tinggi menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat tersebut tinggi. Pendapatan per kapita merupakan salah satu komponen dari
menyusun IPM, selain tingkan kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakat. Oleh
karena itu, semakin tinggi pendapatan per kapita masyarakat suatu daerah, seharusnya
semakin tinggi juga IPM daerah tersebut. Namun demikian pada kenyataannya hal ini
tidak terjadi. Seperti yang diuraikan pada bagian sebelumnya terdapat kenyataan bahwa
negara yang memiliki pendapatan per kapita pada urutan tertinggi tidak selalu memiliki
IPM pada urutan tertinggi pula. Karena masih terdapat faktor lain yang menjadi penentu
untuk menentukan IPM. Apabila faktor yang lain tersebut lebih rendah dibandingkan
dengan pendapatan perkapita daerah tersebut. Maka kemungkinan, IPM daerah tersebut
akan ikut rendaah juga. Karena pendapatan perkapita bukan faktor utama dalam
menentukan IPM masyarakatnya.
Menurut Rana dan Dzathor (2008) terdapat empat teori yang menjelaskan hubungan
antara pendapatan nasional dan pembangunan manusia yang masing-masing teori
didukung oleh hasil penelitian empiris. Teori pertama menyatakan bahwa perubahan
pendapatan nasional tidak berhubungan dengan perubahan pembangunan manusia.
Karena dapat saja pertumbuhan ekonomi tidak mampu meningkatkan kesejahteraan
individu. Teori kedua menyatakan bahwa pembangunan manusia dan perubahan
pendapatan nasional mempunyai hubungan timal balik. Teori ketiga sesuai dengan
pandangan ekonom neoklasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
membawa perbaikan pembangunan manusia. Teori keempat menyatakan bahwa
pembangunan manusia berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena
peningkatan pembangunan manusia akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi pada
masa yang akan datang.
Adapun IPM kabupaten Ponorogo menurut data BPS, daerah tersebut setiap
tahunnya mengalami peningkatan, yaitu hampir satu persen setiap tahunnya. Pada tahun
tahun 2014 IPM nya sekitar 67,4% , tahun 2015 angka IPM nya sekitar 68,16% , tahun
2016 angka IPM nya sekitar 68,93%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa index
pembangunan manusia (IPM) di Kabupaten Ponorogo termasuk dalam golongan atau
tingkat status menengah keatas. Jadi, apabila dilihat dari sumberdaya manusianya cukup
potensial dalam pengembangan wilayahnya. Hal tersebut juga dapat diketahui dari tabel
pendidikan yang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ditambah lagi sekarang ini,
masyarakat Kabupaten Ponorogo yang semakin banyak belajar di perguruan tinggi.
Sehingga akan meningkatkan nilai IPM Kabupaten Ponorogo.
3.4 Analisis Sektor Ekonomi yang Potensial Dalam Meningkatkan Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Ponorogo
Berdasarkan kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo ini memiliki 3 Jenis tanah
yang tersebar di seluruh wilayahnya. Setiap jenis tanah tersebut memiliki potensi yang
berbeda-beda. Yaitu tanah latosol di bagian Kabupaten Ponorogo bagian Selatan, tanah
Mediterania di bagian timur Kabupaten Ponorogo dan di sebelah barat dan uutaranya
yaitu jenis tanah Alluvial yang cocok sekali untuk pertanian masyarakat. Sebenarnya
Kabupaten Ponorogo sangat berpotesi sekali mengembangkan pertanian di daerah yang
memiliki jenis tanah seperti mediterania dan alluvial, karena unsur hara yang didapatkan
akan tercukupi. Sehingga, mampu meningkatkan pendapatan PDRB kabupaten
Ponororogo. Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Ponorogo bagian barat
khususnya belum dibangun wilayah ekonominya dengan maksimal. Hal tersebut terjadi
karena,wilayah bagian barat Kabupaten Ponorogo ini agak terjal. Akan tetapi masih bisa
digunakan untuk lahan yang potensial apabila mau mengolahnya dengan baik.
Dari lahan yang belum terolah tersebut, bisa meningkatkan penghasilan
masyarakatnya atau bisa disebut dengan pendapatan perkapita masyarakat dan juga
berpengaruh terhadap PDRB daerah dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Ponorogo. Pada daerah ini, selain cocok untuk wilayah pertanian juga dapat digunakan
sebagai daerah untuk meningkatkan hasil peternakan, karena kebutuhan rumput dan air
tercukupi. Hal tersebut bisa tercapai apabila pembangunannya sesuai dengan kondisi
spasial dan potensi yang cocok diwilayah tersebut serta pengolahan lahan secara
maksimal.
Selain potensi pertanian diwilayah barat, utara dan timur Kabupaten Ponorogo,
sektor yang perlu ditingkatkan pada daerah bagian selatan yang sesuai dengan kondisi
wilayahnya dan sumber daya yang tersedia yaitu pertambangan atau bahan galian. SDA
bahan galian ini terdapat di wilayah karst dan daerah yang berada di bagian selatan dan
timur dari Kabupaten Ponorogo. kandungan bahan tambang. Berdasarkan wilayah
kecamatan jenis bahan tambang adalah : Kecamatan Ngrayun memiliki kandungan
mangaan, oker dan tras (17.792 m2, Kecamatan Slahung memiliki kandungan seng,
mangaan, batu gamping (6.273 m2), kaolin bentonit (437 m2), zeolit (797 m2), gypsum
(26.000 ton), tras (1.305 m2). Kecamatan Bungkal memiliki kandungan seng,
Kecamatan Sambit memiliki kandungan tras, Kecamatan Sawoo memiliki kandungan
batu gamping, Kecamatan Sooko memiliki kandungan tras, emas. Kecamatan Pulung
memiliki kandungan emas, mangaan, tras dan sirtu. Kecamatan Sampung memiliki
kandungan batu gamping dan tras. Kecamatan Jenangan memiliki kandungan sirtu.
Dari sektor yang berpotensi tersebut, sangatlah tidak cocok apabila dalam tabel atau
pendapatan PDRB di Kabupaten Ponorogo memiliki penghasilan yang sedikit.. Apabila
sektor pertanian, peternakan dan potensi bahan galian yang dimanfaatkan dengan
bijaksana. Dengan begitu, penghasilan PDRB Kabupaten Ponorogo akan semakin
meningkat. Maka dari itu, mengetahui kondisi spasial untuk menentukan sektor
ekonomi yang tepat pada suatu wilayah adalah sesuatu yang penting, agar keberhasilan
pembanguan ekonomi akan tercapai.
4. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil dan ppembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa PDRB
kabupaten
ponorogo
setiap
tahunnya
mengalami
penambahan,
walaupun
peningkatannya tidak tidak terjadi secara significant. Pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Ponorogo tersebut berpengaruh terhadap pendapatan perkapita dari
masyarakat. Pendapatan Perkapita masayarakat Kabupaten Ponorogo mengalami
peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi hal tersebut terbilang konstan. Karena setiap
mengalami pertambahan 1000 penduduk, maka pendapatan perkapita masyarakat
mengalami pertumbuhan sekitar 1 juta. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pendapatan
perkapita asli Kabupaten Ponorogo itu pada aslinya masih tetap konstan, walaupun telah
mengalami peningkatan setiap tahun pada jumlahnya. Pendapatan perkapita Kabupaten
Ponorogo juga berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten Ponorogo. Dari hasil data
statistik nilai IPM masyarakat di Kabupaten Ponorogo termasuk dalam golongan
menengah keatas. Jadi, SDM di Kabupaten Ponorogo ini sudah mampu dalam mengolah
daerahnya dengan baik. Adapun SDA yang tersebar di Kabupaten Ponorogo sesuai
dengan analisis spasial geografi yaitu potensi pertanian peternakan diwilayah barat,
utara dan timur Kabupaten Ponorogo, serta potensi bahan galian atau bahan tambang di
wilayah Kabupaten Ponorogo bagian selatan dan timur.
5. Saran
Dalam membangun sektor ekonomi di suatu wilayah alangkah baiknya kita
mengenal dahulu kondisi Spsial yang ada di wiayah tersebut. Agar rencana serta strategi
yang dilaksanakan dapat berhasil dan berjalan dengan maksimal. Karena apabila suatu
rencana pengembangan sektor ekonomi tidak di dukung oleh kondisi fisik serta sosial
suatu wilayah maka tidak akan tercapai dengan maksimal.
6. Daftar Pustaka
BPS
Kabupaten
Ponorogo,
2017
(Online)
https://www.google.co.id/url?url=https://ponorogokab.bps.go.id/&rct=
j&sa=U&ved=0ahUKEwiy0fHjtM7XAhXL,
Diakses
tanggal
20
November 2017
Rana
dan
Dzathor
(2008),
(online)
https://www.google.co.id/url?url=https://totokaryanto.wordpress.com/
2014/05/08/hubungan-antara-pendapatan-per-kapita-, Diakses tanggal
20 November 2017
Anonim, 2014 (Online)
https://www.google.co.id/url?url=http://portalgkr.blogspot.com/2014/
11/kriteria-pengukuran-keberhasilan.html%3Fm%3D1&r, Diakses
tanggal 20 November 2017
Bappeda Ponorogo, 2013, Gambaran Umum Wilayah (Online)
https://www.google.co.id/url=http://bappeda.ponorogo.go.id/index.ph
p/data-info/dokumen- , Diakses 20 November 2017
7. Lampiran
Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2014- Sampai 2016
Jenis Penasilan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
Pertumbuhan
ekonomi 20142015
3,01
1,02
6,05
1,64
Pertumbuhan
ekonomi 20152016
2,82
2,78
4,94
4,02
3,14
3,10
4,61
5,98
7,61
7,15
6,18
8,16
8,02
8,09
6,85
5,93
7,09
7,72
7,23
6,09
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan sosial
Jasa lainnya
Jumlah
6,00
5,87
5,22
6,99
1,49
4,17
5,67
7,19
6,05
4,81
5,03
5,72
Tabel 4. Pendapatan Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 Sampai 2016
Tahun
Jumlah Penduduk Tahun Per
tahun
Pendapatan perkapita pada
tahun tertentu
2014
2015
2016
865.809
867.393
868.814
12,826
13,475
14,164
Tabel 5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014-2015
Pertumbuhan
ekonomi Kab
2014-2015
Pertumbuhan
ekonomi Prov
2014-2015
3,01
11,35
1,02
-15,29
Industri Pengolahan
6,05
11,32
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
1,64
5,99
3,14
9,68
Konstruksi
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
3,10
10,02
7,61
11,57
7,15
13,48
8,02
14,42
Informasi dan Komunikasi
8,09
10,31
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
6,85
5,93
12,72
14,25
Jenis Penasilan
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Keterang
an
Tertingg
al
Maju
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
6,00
11,17
5,22
9,76
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan
sosial
6,99
9,61
1,49
10,03
Jasa lainnya
4,17
13,84
5,03
10,08
Jumlah
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tertingg
al
Tabel 6. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo Dengan Provinsi
Jawa Timur Tahun 2015-2016
Jenis Penasilan
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi
Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Transportasi dan
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
Informasi dan Komunikasi
Jasa Keuangan dan Asuransi
Real Estate
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
Jasa pendidikan
Jasa kesehatan dan kegiatan
sosial
Jasa lainnya
Jumlah
Pertumbuhan
ekonomi Kab
2014-2015
Pertumbuhan
ekonomi Prov
2014-2015
Keterang
an
2,82
6,33
Tertinggal
2,78
4,94
4,02
5,07
8,23
4,25
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
4,61
5,98
10,32
12,04
Tertinggal
Tertinggal
6,18
12,24
Tertinggal
8,16
11,54
Tertinggal
7,09
7,72
7,23
6,09
5,87
14,77
10,46
11,21
8,51
10,01
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal
5,67
7,19
10,27
7,69
Tertinggal
Tertinggal
6,05
4,81
5,72
8,20
6,99
9,58
Tertinggal
Tertinggal
Tertinggal