PERBANDINGAN NOVEL DAN FILM SEMOGA BUNDA

PERBANDINGAN NOVEL DAN FILM SEMOGA BUNDA DISAYANG ALLAH KARYA DARWIS
TERE LIYE
(EKRANISASI)

SASTRA BANDINGAN
Dosen Pengampu : Siti Muslifah, SS., M. Hum

DISUSUN OLEH:
Fatkhu Rohmatin (C012012)

SASTRA ARAB
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2014

PENDAHULUAN
Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah
imitasi. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang menggunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan
manusia. Oleh sebab itu sebuah karya sastra pada umumnya, berisi tentang permasalahan

yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatarbelakangi adanya
dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.
Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Novel adalah
salah satu karya sastra bersifat kreatif imajinatif yang mengemas persoalan kehidupan
manusia secara kompleks dengan berbagai konflik, sehingga pembaca memperoleh
pengalaman-pengalaman baru tentang kehidupan. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1995:9)
menyatakan bahwa kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu Novella. Secara harfiah,
novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek
dalam bentuk prosa.
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Secara kolektif sering disebut
sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya
merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa dikenal di dunia para sineas sebagai
seluloid. Pengertian secara harfiah film (sinema) adalah cinemathographie yang berasal dari
“cinema”, “tho” (berasal dari phytos artinya cahaya), dan graphie (berasal dari graph artinya
tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat
melukis gerak dengan cahaya, haruslah menggunakan alat khusus yang biasa disebut dengan
kamera.
Bluestone (dalam Eneste, 1991:18) menyatakan, film merupakan gabungan dari
berbagai ragam kesenian, yaitu music, seni rupa, drama, sastra ditambah dengan unsure
fotografi. Eneste (1991:60) menyatakan bahwa film merupakan hasil kerja koletif atau

gotong royong. Baik dan tidaknya sebuah film akan sangat bergantung pada keharmonisan
kerja unit-unit yang ada di dalamnya (produser, penulis scenario, sutradara, juru kamera,
piñata artistic, perekam suara, para pemain, dan lain-lain). Oleh Karen itu, film merupakan
media audio visual, suarapun ikut mengambil peranan di dalamnya.
Ekranisasi menurut Eneste (1991:60) adalah pelayarputihan atau pemindahan sebuah
novel ke dalam film. Pemindahan dari novel ke film mau tidak mau mengakibatkan
timbulnya berbagai perubahan. Oleh karena itu, ekranisasi juga bisa disebut sebagai proses
perubahan bisa mengalami penciutan, penambahan, perubahan dengan sejumlah variasi.
Fenomena ekranisasi tentu tidak terlepas dari keterkenalan awal suatu karya. Novel
yang sukses tidak jarang menjadi pijakan awal bagi lahirnya film yang sukses juga. hal ini
sering menjadi acuan lahinya kesuksesan baru suatu bentuk pengalihan, baik dari novel ke
film maupun sebaliknya. Salah satu contoh novel yang sukses diangkat ke layar lebar adalah
Semoga Bunda Disayang Allah karya Tere Liye.

PEMBAHASAN
A. Sekuen dalam Novel dan Film Moga Bunda Disayang Allah
1. Sekuen Novel Semoga Bunda Disayang Allah
Bab 1(Jeruk Panas Special)
a. Latar (Kota Pesisir Selatan Pulau Jawa, Pagi hari)
Gambaran kesibukan pada pagi hari di kota khas pelabuhan pesisir selatan

b. Latar (Kamar Tidur di sebuah rumah super mewah, pagi hari)
Bunda bermimpi mendapatkan segelas jeruk special dari Melati
c. Latar (Ruangan 6x9 di Sudut kota yang padat dengan rumah-rumah susun, pagi hari)
Seorang pemuda dengan penampilan yang dekil dan awut-awutan tengah tertidur.
Pakaian dan buku-buku berserakan di mana-mana. Bau alkohol menyegat hidung.
Dialah Karang.
d. Latar (Kamar tidur di sebuah rumah super mewah, pagi hari)
Bunda terbangun dari tidurnya karena tumpahan air jeruk panas yang dilempar
Melati.
Bab 2 (Merah, Kuning, Hijau)
a. Latar (Di Kamar 6x9 di sudut kota yang padat dengan rumah-rumah susun, siangsenja)
Karang bangun dari tidurnya setelah diganggu oleh mimpi peristiwa badai yang
menghantam perahu dan menewaskan 18 anak taman bacaannya termasuk Qintan, 3
tahun yang lalu
b. Latar (Rumah mewah di kaki bukit, siang hari)
Bunda sakit dan minta Salamah untuk memanggilkan dokter Ryan, sementara Melati
merajuk dan memecahkan tembikar.
c. Latar (Gang sempit di sudut kota, malam hari)
Karang bermimpi, seorang gadis berkerudung biru muda meyakinkannya bahwa
karang tak bersalah dan tak kehilangan segalanya setelah peristiwa 3 tahun yang lalu.

Ia terbangun karena mimpi itu dan makan malam rasum yang telah disediakan ibu
gendut.
Bab 3 (Ribuan Kunang-Kunang)
a. Latar (Kamar tidur di sebuah rumah Mewah, Senja- Malam)
Bunda bercerita kepada Kinasih mengenai Melati yang dua hari lalu telah membuat
keributan dengan Tim dokter yang sedang menanganinya.
b. Latar (Rumah di gang sempit di salah satu sudut kota, malam hari)
Karang marah ketika ibu gendut mencegahnya untuk keluar malam.
c. Latar (ruang makan rumah mewah di kaki bukit, malam hari)
Tuan HK pulang dari kantor dan bilang kepada bunda bahwa dia akan ke Frankurt 2
minggu lagi.
d. Latar (Kamar Lantai 2 di sebuah rumah Mewah, malam hari)
Melati belum tidur, ia melangkah menuju jendela dan meraba-raba, menempelkan
muka dan telapak tangannya.
Bab 4 (3 Tahun Lalu)
a. Latar (Di tepi pantai, pagi hari)

b.

c.


d.

e.

Karang yang baru pulang mulai terlelap dalam tidurnya. Ia bermimpi sebuah
keluarga kecil tengah bersenang-senang di pantai Summer Camp. Seorang Anak
kecil sedang riang berlarian, tiba-tiba sebuah piringan plastik merah mengenai
kepalanya, hingga ia terjatuh. Karang jatuh dari ranjangnya dan terbangun. Ibu
gendut datang membawa termos dan sebuah surat untuknya.
Latar (Ruang makan rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Melati merajuk tak mau makan karena merasa terganggu oleh suster Tya yang
mencegahnya untuk tidak mengacak-acak makanan.
Latar (Rumah di gang sempit di sudut kota, malam hari)
Karang keluar malam lagi. Ibu gendut memutuskan untuk membaca surat yang
ditujukan untuk Karang kemarin)
Latar (Di ruang makan rumah mewah di lereng bukit, malam hari)
Bunda tengah bercerita kepada tuan HK mengenai Melati, suster Tya dan juga
tentang Kinasih. Sementara di sudut kamar lantai 2, Melati belum tidur. Dia berjalan
ke arah jendela menempelkan wajah, tangan dan mulutnya di jendela.

Latar ( Kamar 6x9 di sebuah gang sempit di sudut kota, pagi hari)
Karang terbangun oleh mimpi seorang gadis tiga tahun lalu yang terkena piringan di
kepalanya saat ia sedang berlarian di pantai. Ibu gendut memberi tahu bahwa ada
surat untuknya. Ada anak yang membutuhkan bantuan Karang.

Bab 5 (Keterbatasan Melati)
a. Latar (Kamar 6x9 di gang sempit di sudut kota, siang hari)
Karang bangun dari tidurnya setelah diganggu oleh mimpi peristiwa badai yang
menghantam perahu dan menewaskan 18 anak taman bacaannya termasuk Qintan, 3
tahun yang lalu. Ibu gendut dan Ibu HK datang menemuinya untuk meminta bantuan
mengajari Melati.
b. Latar (Ruang makan rumah mewah di lereng bukit, malam hari)
Melati mengacak-acak mie goreng dalam piring. Tuan HK tak banyak komentar.
Makan malam disudahi dan Melati beranjak ke kamar tidur ditemani Bunda.
c. Latar (Rumah di gang sempit di sudut kota, malam hari)
Karang akan pergi keluar, dia dihalangi oleh ibu gendut dengan pertanyaan yang
mengingatkannya pada surat dan anak malang itu. Karang marah dan membanting
pintu keras-keras.
d. Latar (kamar lantai 2 rumah mewah di lereng bukit, tengah malam)
Melati masih terjaga dari tidurnya. Ia berjalan mendekati jendela dan menempelkan

tangan serta wajahnya di jendela yang dingin karena air hujan itu.
Bab 6 (Pertemuan Pertama)
a. Latar (Ruang makan rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Keluarga Tuan HK sedang makan, tiba-tiba Karang datang. Terjadi keributan di
rumah tuan HK, Karang bertindak kasar kepada Melati. Tuan HK bermaksud untuk
mengusirnya, tapi Karang tetap bersikeras untuk mengajari Melati.
b. Latar (Kamar 6x9 di gang sempit di sudut kota, malam hari)
Karang mengetik kata-kata dengan mesin ketik tua. Banyak perubahan yang terjadi
padanya. Ia mulai memperhatikan kebersihan badannya. Tiba-tiba ia teringat akan
pertemuannya dengan pasangan pengemis tuli dan buta pada malam kemarin)
c. Latar (Kamar tidur di rumah mewah lereng bukit, malam hari)

Bunda membujuk Tuan HK agar mau memberikan kesempatan pada Karang selama
seminggu untuk mengajari Melati.
Sementara di lantai 2, seperti biasa Melati menempelkan wajah dan tangannya ke
jendela kaca yang berembun karena air hujan.
Bab 7 (Satu Minggu Berlalu)
a. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Karang pindah ke rumah mewah itu setelah kemarin ia menerima surat dari Bunda
yang memberinya kesempatan untuk mengajari Melati. Berbagai kesepakatan dibuat.

b. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, malam hari)
Untuk malam pertama, tidak banyak yang dilakukan Karang. Dia hanya duduk di
atas kasurnya. Salamah menggosipkan anggota keluarga baru mereka bersama
pembantu yang lain.
c. Latar (Ruang makan rumah mewah di lereng bukit, esok hari)
Terjadi keonaran saat sarapan. Karang memaksa Melati memakai sendok, Melati
merajuk dan meronta-ronta. Karang menyeret melati ke tangga pualam dan tidak
mengizinkannya makan.
d. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, siang – malam)
Siang itu, hanya saat sarapan karang bersama Melati. Menjelang malam dia menemui
bunda dan mengatakan melati mulai besok harus sarapan bersamanya di tempat
terpisah.
e. Latar (Tempat makan yang terpisah di rumah mewah, pagi hari)
Karang memaksa Melati untuk makan memakai sendok, tapi Melati justru merontaronta. Akhirnya Karang tidak memberinya sarapan lagi pagi ini.
f. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, siang- malam)
Karang merubah aturan berikutnya. Makan siang dan makan malam Melati harus
bersamanya. Bunda dan Tuan HK tidak bisa berbuat apa-apa melihat perlakuan
Karang kepada Melati, karena mereka telah bersepakat.
g. Latar (Kamar Karang, malam hari)
Karang mengetik kenangan-kenangan masa lalunya yang terlintas. 2 botol bir habis

dalam semalam.
h. Latar (ruang makan terpisah di rumah mewah lereng bukit, pagi hari)
Terjadi keonaran lagi antara Karang dan Melati. Sudah 3 hari Melati tidak mendapat
sarapan karena tak mau makan dengan sendok. Dia terkulai lemas di lengan Karang.
i. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, malam hari)
Melati jatuh sakit, namun Karang berlagak tak bersalah. Bunda dan tuan HK hanya
pasrah. Diam-diam tuan HK menunggu 7 hari itu segera tiba.
Bab 8 (Gadis Lesung Pipit)
a. Latar (Rumah mewah lereng bukit, malam hari)
Setelah memeriksa Melati, Kinasih bertemu dengan karang di halaman rumah.
Karang hanya melihatnya dengan tatapan mata dingin.
b. Latar (Kamar Melati di Rumah mewah lereng bukit, pagi hari)
Melati diperbolehkan makan dengan disuapi bunda. Karang berjalan-jalan di lereng
bukit dan lupa mengunci kamarnya. Salamah yang tengah membersihkan kamarnya
mendapati botol miras dan melaporkannya kepada Tuan HK.
c. Latar (Rumah Mewah lereng bukit, malam hari)

Setelah mendapat laporan dari Salamah dan informasi dari stafnya mengenai Karang,
Tuan HK berniat untuk mengusir Karang malam itu juga, akan tetapi bunda
mencegah dan meminta agar dia saja yang bicara kepada Karang.

d. Latar (Ruang makan rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Terjadi keributan antara Karang dan Tuan HK yang sedang kesal dan berusaha
mengusir Karang, tapi jam keberangkatannya ke Jerman telah tiba, bunda berjanji dia
yang akan melakukannya.
e. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Bunda meminta Karang dengan halus untuk meninggalkan rumahnya. Akan tetapi
Karang menolak. Ia berjanji tidak akan mabuk lagi. Ia minta kesempatan 21 hari.
Akan tetapi bunda tetap memintanya pergi, hingga keajaiban terjadi. Melati bisa
makan dengan sendok.
Bab 9 (Kursi, Kursi, Kursi)
a. Latar (Rumah mewah di lereng gunung, pagi hari)
Karang tidak jadi diusir. Ia melanjutkan pengajarannya terhadap Melati. Semua benda
disingkirkan dari lantai 2. Melati mulai belajar mengenali benda-benda.
b. Latar (lantai 2 rumah mewah di lereng bukit, siang hari)
Karang mengajari Melati untuk duduk di kursi, seperti biasa Melati marah dan
berontak. Sementara bunda dan Salamah dilarang naik ke lantai 2.
c. Latar (Kamar tidur Melati, sore - malam hari)
Melati sudah terbiasa makan sambil duduk di kursi. Karang menemani Melati tidur
sambil mendogeng, seperti yang pernah ia lakukan ke Qintan dulu. Bunda datang dan
bercerita tentang masa lalunya, juga tentang kecelakaan yang menjadikan Melati buta,

bisu dan tuli.
Bab 10 (Gadis Berkerudung Lembut)
a. Latar (Ruang makan lantai 1 dan ruangan di lantai 2, pagi – siang hari)
Melati makan dengan tenang. Siangnya dia melempar semua tembikar yang diberikan
karang. Pecahannya memenuhi lantai, dan mengenai kaki melati yang sedang marahmarah, sebelum sempat dibersihkan Salamah.
b. Latar ( Kamar Melati, senja)
Kinasih mengobati luka-luka Melati.
c. Latar (Halaman rumah Tuan HK, selepas Maghrib)
Kinasih menemui Karang yang sedang berdiri di halaman rumah. Ia mengatakan
bahwa Melati baik-baik saja, ia juga mengingatkan Karang tentang masa lalu dan
tentang taman bacaan yang berkembang sekarang, mengungkap semua kerinduan
yang bergumul di dada Kinasih, meski Karang tetap terdiam, tapi ia tetap bahagia.
Bab 11 (Boneka Panda)
a. Latar (Lantai 2 rumah mewah di lereng bukit, siang – malam hari)
Melati belajar mengenali benda-benda dari kardus. Seperti biasa dia hanya melemparlempar. Di malam harinya Karang memberi Melati boneka panda. Karang teringat
masa lalu saat tim SAR membawa tubuh tak bernyawa anak-anak ke rumah sakit.
Karang bercerita kepada bunda tentang Qintan, tentang usaha gadis cacat itu untu
berlari.

Bab 12 ( Taman Aurora)
a. Latar (lantai 2 rumah mewah di lereng bukit, siang- sore hari)
Karang mengajari Melati banyak benda. Sayangnya tiada hasil. Pilihan terakhir,
Karang mengajari Melati panasnya nyala api lilin.
b. Latar (Di sudut lantai 2, rumah mewah di lereng bukit, senja)
Melati kelelahan, ia terlalu aktif seharian. Melati tertunduk lemas di bahu karang.
Karang mulai bercerita tentang aurora.
c. Latar (Rumah Mewah di lereng buit, malam hari)
Bunda menemani Melati tidur. Karang bercakap-cakap dengan Salamah mengenai
pemuda masa lalu Salamah, juga mengenai Melati.
Bab 13 (Keajaiban Telapak Tangan)
a. Latar (Ruang makan, rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Sarapan berlangsung dengan tenang. Tiba-tiba suasana berubah saat muncul Tuan
HK yang baru pulang dari Jerman. Terjadi keributan, tuan HK marah karena karang
masih di rumahnya. Tiba-tiba terjadi keributan yang lain, Melati hilang. Seisi rumah
panik. Karang dan bunda mendapati Melati di dekat air mancur. Dari situlah muncul
keajaiban. Melati mulai terpanggil untuk belajar dengan telapak tangannya, belajar
merasakan tetesan air hujan yang jatuh ke tangannya.
b. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, siang – sore hari)
Melati belajar mengenali banyak sekali benda-benda.
Bab 14 (Festival Kembang Api)
a. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Melati mulai terlatih mengenal sekitarnya. Perkembangannya untuk belajar sangat
pesat. Tuan HK tidak marah lagi dengan Karang. Melati terus bertanya tentang
festival bunga api.
b. Latar (Rumah ibu gendut, di gang sempit, di sebuah sudut kota dan di rumah dokter
Ryan/ Kinasih, sore hari)
Sebelum ke pesta kembang api, Melati sekeluarga mengunjungi ibu gendut. Ibu
gendut memberinya sweater rajutan warna biru. Selanjutnya acara makan malam di
rumah dokter Ryan. Karang salah tingkah ketika bertemu Kinasih.
c. Latar ( Di pelabuhan, malam hari)
Semua orang bahagia memadati pelabuhan untuk melihat pesta bunga api peringatan
tahun baru. Salamah bertemu dengan pacar lamanya, Mang Jeje dan pembantu lain
bertemu dengan teman-temannya. Begitu juga dengan Tuan HK dan Om Ryan.
Kinasih berkesempatan untuk bertemu dengan Karang.
Epilog
a. Latar (Di kamar Melati, malam hari)
Bunda mendongeng. Tiba-tiba bunda teringat kehebohan seisi pelabuhan saat tahu
Melati menghilang ketika festival kembang api hampir berakhir)
b. Latar (Rumah mewah di lereng bukit, pagi hari)
Melati merajuk saat tahu Karang akan pergi ke ibukota bersama Kinasih.
c. Latar (Kamar Melati, malam hari)
Melati membuat air mata bunda mengalir deras, ketika sebelum tidur ia berkata
kepada bunda menulis kata-kata di lengan bunda “Bunda, Met Bobo juga, moga
Bunda disayang Allah.”

2. Sekuen Film Semoga Bunda Disayang Allah
Sekuen 1
a. Karang tengah asyik duduk di tepi pantai sambil memainkan bebatuan.
b. Ibu gendut datang mengingatkannya tentang gadis kecil malang yang butuh
bantuannya. Dia juga menasehati Karang untuk menyudahi menyalahkan diri sendiri.
c. Karang berteriak dan marah kepada ibu gendut
Sekuen 2
a. Karang menatap muka dan rambutnya yang awut-awutan di cermin
Sekuen 3
a. Ibu gendut tengah menyiapkan sarapan
b. Karang keluar rumah, ibu gendut hendak mengejarnya, namun ia akhirnya hanya
tersenyum menatap kepergian karang dari balik pintu
Sekuen 4
a. Tuan HK sekeluarga tengah sarapan di ruang makan. Nampak Melati sedang
mengacak-acak makanannya.
b. Salamah datang dan memberitahu bunda bahwa ada tamu.
c. Karang datang disambut ramah oleh bunda dan Tuan HK, namun Karang tetap
dingin. Perhatiannya hanya tertuju pada Melati.
d. Terjadi keributan antara Karang dan Tuan HK, karena Karang telah kasar, memaksa
Melati memakai sendok, bahkan menyeret Melati ke bawah tangga pualam. Katakata Karang terhadap Melati juga kasar.
e. Tuan HK berusaha mengusir Karang, bahkan dia juga meminta Salamah untuk
memanggilkan security.
f. Karang teringat kejadian 3 tahun silam yang menjadikan Melati buta, tuli dan bisu.
g. Melati diperiksa dokter Ryan. Dia mulai buta dan tuli.
h. Karang keluar dari rumah tuan HK
Sekuen 5
a. Di samping jendela berlatarkan pelabuhan, bunda minta Tuan HK agar memberikan
kesempatan kepada Karang untuk mengajari Melati, setelah melalui perdebatan
singkat, akhirnya dengan berat hati Tuan HK mengabulkan permintaan bunda.
Sekuen 6
a. Pagi hari Karang tiba di rumah tuan HK, bunda mengantar Karang ke kamarnya.
Karang menyampaikan banyak peraturan
Sekuen 7
a. Saat sarapan, karang mengajari Melati makan pakai sendok. Melati berontak. Karang
menyeretnya ke bawah tangga pualam dan tidak memberinya sarapan. Sementara itu
dia kembali makan dengan santai

b. Tuan HK yang kesal tidak menghabiskan sarapannya dan langsung berangkat ke
kantor. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena terikat kesepakatan
c. Bunda yang hendak menghampiri Melati dilarang oleh Karang.
d. Karang meminta, mulai besok Melati akan makan sendiri dengannya.
Sekuen 8
a. Karang dan Melati makan di ruangan yang terpisah dari bunda dan Tuan HK. Karang
memaksa Melati makan pakai sendok. Melati marah dan meronta-ronta. Karang
memutuskan tidak ada makanan untuk Melati hari ini.
Sekuen 9
a. Karang tidur dengan setengah mabuk
b. Bunda datang, dan minta izin untuk memberi makan Melati. Karang melarang.
c. Salamah memanggil bunda untuk ke kamar Melati. Melati sakit, bunda meminta
Salamah memanggilkan dokter Ryan.
Sekuen 10
a. Kinasih datang untuk memeriksa Melati. Dia melihat Karang sedang turun dari
tangga.
b. Kinasih dan Karang saling berpandangan. Mereka teringat masa lalu, saat Karang
memberikan cincin kepada Kinasih.
c. Salamah mengajak kinasih untuk segera masuk
Sekuen 11
a. Kinasih sudah selesai memeriksa Melati. Dia berbincang-bincang sebentar dengan
bunda. Dan bermaksud membuang air bekas kompres
b. Karang keluar dari pintu.
c. Kinasih melihat Karang dari balik jendela.
Sekuen 12
a. Karang menuju gazebo dan minum bir di sana. Dia teringat kejadian 3 tahun yang
lalu. Saat kecelakaan perahu yang menewaskan anak-anak taman bacaannya. Dia
juga teringat tentang obrolannya dengan Kinasih dulu, Setelah ia dinyatakan tidak
bersalah oleh pengadilan. Tapi Karang tetap menyalahkan dirinya sendiri. Karang
mengusir Kinasih dan membuang cincin yang dulu ia berikan kepada Kinasih.
b. Kinasih datang, dia menanyakan kabar Karang.
c. Karang marah dan merasa terganggu, lantas dia pergi meninggalkan Kinasih. Ketika
ia menengok ke belakang, Kinasih sudah tidak ada di gazebo.
Sekuen 13
a. Karang masuk kamar dan mengambil bir untuk diminum.
b. Salamah mengintipnya dari balik pintu
Salamah 14

a. Di ruang kerjanya tuan HK memberikan artikel Koran tentang Karang dan
tenggelamnya perahu yang menewaskan anak-anak taman bacaannya kepada Bunda.
Dia juga memberitahu bahwa Salamah telah melapor kepadanya jika Karang adalah
pemabuk. Tuan HK bermaksud mengusir Karang
b. Bunda mencegah dan meminta agar dia saja yang bicara dengan Karang
Sekuen 15
a. Di ruang makan, Tuan HK marah ketika melihat Karang masih berada di rumahnya.
Dia mengusir Karang.
b. Karang menanggapi dengan tenang. Dia tidak akan pergi dari rumah itu
c. Mang Jeje datang memberitahu bahwa sopir sudah menunggu
d. Bunda berjanji dia akan berbicara pada Karang.
Sekuen 16
a. Bunda membujuk Karang untuk pergi dari rumahnya dengan halus.
b. Karang tetap menolak pergi. Dia berjanji pada bunda tidak akan mabuk lagi, dan
tidak akan kasar lagi. Dia minta diberi kesempatan 21 hari kepada bunda
c. Bunda menolak. Dia tidak mau berbohong pada Tuan HK.
Sekuen 17
a. Akhirnya Karang mengalah dan memilih pergi dari rumah itu. Dia memasukkan
baju-bajunya ke dalam tas.
Sekuen 18
a. Bunda memberi tahu Tuan HK bahwa Karang sudah pergi lewat telepon.
b. Karang menuruni anak tangga.
Sekuen 19
a. Bunda menuju kamar Melati. Dia melihat Melati makan dengan sendok.
b. Bunda menghentikan Karang yang sudah hampir meninggalkan rumah. Dia
mengajak Karang melihat Melati.
c. Salamah juga ikut berlarian ke kamar Melati.
d. Mereka bertiga melihat Melati makan dengan sendok.
e. Bunda memberi kesempatan 21 hari kepada Karang untuk mengajari Melati.
f. Karang minta lantai 2 dikosongkan.
Sekuen 20
a. Semua orang sibuk mengkosongkan lantai 2
b. Karang mulai mengajari Melati mengenali benda-benda. Benda pertama yaitu kursi.
c. Karang melarang bunda naik ke lantai 2, sementara Salamah hanya boleh naik ke
lantai 2 ketika pagi dan sore hari untuk bersih-bersih.
Sekuen 21
a. Melati belajar makan sambil duduk. Bunda yang rindu dengan Melati hanya bisa
mengintip dari tangga.
b. Bunda senang ketika Melati bisa makan dengan sendok sambil duduk.

Sekuen 22
a. Kinasih memeriksa kesehatan bunda.
b. Karang mengambil minum dan melihat Kinasih.
Sekuen 23
a. Kinasih keluar dari rumah tuan HK.
b. Karang melihatnya dari lantai 2. Karang meminta Salamah untuk menjaga Melati
yang sedang tidur.
c. Karang mengikuti Kinasih hingga stasiun. Ia juga mengikuti Kinasih masuk ke
dalam kereta Api.
d. Kinasih melihat karang ketika tidak sengaja koin yang sedang ia mainkan jatuh di
dekat kaki Karang.
e. Karang pergi setelah menyerahkan koin itu kepada Kinasih
Sekuen 24
a. Di dekat rel kereta. Kinasih mengejar Karang. Kinasih mengingatkan masa lalu
mereka, juga tentang semangat hidup.
b. Kinasih pergi meninggalkan Karang.
Sekuen 25
a. Karang mengajari Melati mengenal benda-benda. Tetapi Melati hanya melemparlemparkannya.
b. Bunda hanya melihatnya dari tangga bersama Kinasih. (saat itu sudah hari ke 19)
Sekuen 26
a. Karang mengajari Melati mengenali tembikar. Tapi Melati hanya melemparlemparkannya.
b. Tembikar habis, Melati Marah-marah. Dia mulai berjalan tak beraturan.
c. Kaki Melati menginjak pecahan tembikar yang belum sempat dibersihkan Salamah.
Sekuen 27
a. Kinasih mengobati luka Melati.
b. Melati tertidur
Sekuen 28
a. Kinasih memberitahu Karang bahwa Melati baik-baik saja
b. Karang tersenyum dan pergi. Dia mengambil boneka panda di tasnya. Dan
memberikannya kepada Melati yang sedang tertidur.
c. Karang mengajak Melati berbicara.
d. Kinasih masuk ke kamar Melati diam-diam. Dia melihat Karang yang sedang
menemani Melati tidur.
Sekuen 29
a. Hujan mengguyur bumi

b. Melati bangun dari tidurnya. Dia menuju jendela dan menempelkan tangan serta
wajahnya di kaca yang berembun.
c. Karang terbangun dan melihat Melati. Lalu dia membukakan jendela untuk Melati
serta mengajarinya mengenali air hujan.
d. Tuan HK datang dan marah-marah ketika melihat Karang masih ada di rumahnya.
Dia juga marah kepada seluruh isi rumah yang telah bersekongkol.
e. Karang memilih mengalah dan memutuskan untuk pergi. Kinasih mengikutinya dan
berusaha mencegah Karang pergi.
Sekuen 30
a. Karang menaiki perahu
Sekuen 31
a. Peristiwa 3 tahun silam. Qintan dan 17 anak taman bacaan karang merenggang
nyawa setelah perahu yang mereka tumpangi tenggelam.
Sekuen 32
a. Karang tidur di kamarnya.
b. Ibu gendut membangunkannya. Dia khawatir akan keadaan Karang.
Sekuen 33
a. Karang membeli minuman keras di kedai.
Sekuen 34
a. Karang tidur di sebuah bangku. Percikan air hujan membasahinya.
b. Karang terbangun dan seolah mendapat energi dan kekuatan baru.
c. Karang hampir tertabrak truk. Dia tidak menyadari kalau sudah berada di tengah
jalan saking asyiknya menikmati tetesan air hujan.
Sekuen 35
a. Bunda masuk kamar melati sambil membawa sarapan. Ia bingung ketika tidak
mendapati Melati di kamarnya.
b. Semua orang sibuk mencari Melati
Sekuen 36
a. Karang menuju ke rumah Tuan HK. Dia melihat melati kehujanan di dekat air
mancur.
b. Karang mendekati Melati dan mengajarinya mengenali air.
c. Bunda melihat Melati, tapi Karang mencegahnya mendekat.
d. Tuan HK yang marah melihat Karang ada disitu, juga dicegah bunda agar tidak
mendekat.
e. Melati dapat mengucapkan kata Air meski tidak jelas.
f. Melati juga mulai mengenali bunda, ayah dan pak guru Karang.
g. Semua orang hanyut dalam bahagia dan haru.
h. Melati mulai belajar mengenali benda-benda disekitarnya.

Sekuen 37
a. Melati menghabiskan siang dengan belajar mengenali benda-benda. Mengenali
tempat tidur, bantal, boneka panda dan masih banyak lagi.
Sekuen 38
a. Pagi yang cerah, Mang Jeje merapikan tanaman.
Sekuen 39
a. Bunda memberitahu Melati bahwa mereka akan melihat pesta kembang api.
b. Karang sudah menunggu keduanya di depan pintu.
Sekuen 40
a. Sebelum pergi ke pesta kembang api, Melati sekeluarga pergi ke rumah ibu gendut.
b. Melati sekeluarga makan bersama di rumah dokter Ryan.
Sekuen 41
a. Keluarga tuan HK dan keluarga dokter Ryan tiba di pelabuhan. Mereka terlibat
perbincangan asik sambil menunggu pesta kembang api dimulai
b. Karang melihat Kinasih
c. Kinasih mencari-cari Karang. Ibu HK datang bersama Melati dan memberi ikatan
benang kepada Kinasih. Kinasih bingung, dia melihat Karang di geladak atas rumah.
d. Karang menjatuhkan cincin lewat benang, hingga tepat masuk ke jari Kinasih.
Karang melamar Kinasih. Kinasih menerimanya.
e. Pesta kembang api dimulai, semua orang bahagia.
Sekuen 42
a. Dalam perjalanan pulang, bus yang dikendarai Karang, Tuan HK sekeluarga dan
dokter Ryan Sekeluarga mengalami kecelakaan. Bus tercebur ke dalam sungai.
b. Semua orang selamat, Karang menyelamatkan Melati.
Sekuen 43
a. Di kamar Melati, bunda ditemani Tuan HK mengucapkan selamat tidur kepada
melati.
b. Melati bilang kepada bunda “ Bunda met bobo juga, moga bunda disayang Allah.”
Sekuen 44
a. Karang di kamarnya, ia sedang menulis kata-kata.
Sekuen 45
a. Karang di atas perahu sedang mengajari anak-anak sambil ditemani Kinasih.
Sekuen 46
a. (20 tahun kemudian) Karang sedang dikantornya, ia telah menjadi seorang pimpinan.

b. Kinasih datang bersama anak laki-laki dan perempuan. Mereka adalah anak Karang
dan Kinasih.
Sekuen 47
a. Karang sekeluarga menghadiri wisuda Melati. Dia bertemu dengan keluarga tuan
HK dan dokter Ryan.
b. Melati mengucapkan terimakasih kepada bunda saat di podium.
Sekuen 48
a. Seorang anak perempuan sedang asyik bermain. Tiba-tiba seorang anak laki-laki
mengajaknya pergi.
b. Mereka berdua berlarian menuju Melati dewasa yang tengah mendongeng. Di sana
sudah ada beberapa anak yang mendengarkan.
c. Tiba-tiba hujan turun. Melati menengadahkan tangannya.
B. Perbandingan Novel dan Film Semoga Bunda Disayang Allah
1. Pengurangan Dari Novel ke Film Semoga Bunda Disayang Allah
a. Bagian Awal Novel dan Film
Pada bagian awal novel diceritakan tentang tentang adegan bunda yang bermimpi
mendapatkan segelas jeruk panas dari Melati, padahal Melatilah yang telah
menumpahkan jeruk panas buatan Salamah ke pangkuan bunda, hingga membuat
bunda terbangun. Sementara di dalam film tidak terdapat adegan itu yang merupakan
bagian dari sub judul yang pertama dari novel “ Jeruk Panas Spesial”. Alasannya
diduga agar mempercepat dan mempertegas maksud cerita di dalam film karena di
dalam film tidak serta merta menyuguhkan segala hal yang ada di dalam novel.
Selain itu, dimungkinkan cerita dapat lebih mmembuat penonton penasaran apabila
tidak dijelaskan terlebih dahulu keadaan Melati yang buta, bisu dan tuli.
b. Tidak disertakan kisah kedatangan Tim dokter dari ibukota yang berusaha untuk
mengobati Melati.
Bunda dan Tuan HK mengundang Tim dokter dari ibukota untuk mengobati Melati,
namun sayang sekali Melati justru membuat keributan dengan mereka. Melati
menggigit jari salah satu dari Tim dokter itu hingga hampir putus. Para dokter
akhinya menyarankan agar Melati dibawa ke rumah sakit jiwa. Bunda dan Tuan HK
menolak. Sebuah film memang mengharuskan mengambil bagian dari salah satu
adegan penting di dalam novel. Tidak semua bagian yang diambil, tetapi hanya satu
bagian yang dianggap paling mewakili untuk diangkat ke dalam sebuah film.
c. Di dalam film tidak diceritakan tentang surat-surat bunda kepada Karang
Surat-surat bunda kepada Karang yang memintanya agar mengajari Melati tidak
ditampilkan dalam film. Sementara itu dalam film ditampilkan bagaimana upaya ibu
gendut dalam menyadarkan Karang untuk melihat anak malag itu “Melati”. Secara
sepintas hal tersebut dimungkinkan telah dianggap mewakili pengharapan suratsurat bunda terhadap kesediaan Karang untuk mengajari Melati.
d. Penghilangan tokoh Tya
Dalam Novel diceritakan tokoh suster Tya yang kurang begitu sabaran dalam
mengurus Melati. Bahkan pernah terjadi keributan ketika saat sarapan suster Tya
berusaha melarang Melati yang makan tidak memakai sendok. Suster Tya akhirnya
tidak bisa bertahan lama untuk bekerja di keluarga Tuan HK. Dia pamit ke bunda

e.

f.

g.

h.

i.

j.

k.

l.

dengan alasan orangtuanya sakit. Penyebabnya dimungkinkan karena minimalisasi
tokoh yang terlibat dalam film. Supaya tidak bertele-tele menjelaskan suster Tya dan
hubungannya dengan keluarga Tuan HK dan bapak ibu Tya.
Kedatangan bunda untuk menemui Karang di rumah ibu gendut tidak diceritakan.
Di dalam novel diceritakan bahwa setelah surat-surat yang bunda kirim tidak
mendapat jawaban dari Karang, bunda memutuskan untuk mendatanginya di rumah
ibu gendut. Namun dalam film hal tersebut tidak diceritakan, justru langsung
ditampilkan bagaimana upaya ibu gendut mengingatkan Karang untuk mulai peduli
lagi dengan anak-anak yang mana bersetting pantai.
Menghilangkan aktivitas Karang yang terbiasa menggunakan mesin ketik tuanya
untuk menulis segala uneg-unegnya.
Karang membawa mesin ketik tuanya ke rumah Melati. Dan dia terbiasa
menggunakannya sebagai tempat untuk mencurahkan segala inspirasi dan emosinya.
Sementara di dalam film tidak ditampilkan hal itu. hanya di bagian akhir saja
ditampilkan karang sedang mencurahkan isi hatinya dengan menulis di atas selembar
kertas.
Kebiasaan Melati yang suka mencabuti bulu ayam Mang Jeje dihilangkan
Melati yang terbiasa lepas kontrol emosi suka mencabuti bulu ayam mang Jeje. Dia
tidak mengenal benda apa yang sedang ia sentuh. Itulah kenapa ia sering melakukan
hal itu. sementara di dalam film kebiasaan Melati ini tidak ditampilkan. Hal ini
dimungkinkan karena sulit menampilkan adegan ini ke dalam film, juga terkait
dengan efektivitas konten dan efisiensi waktu.
Menghilangkan cerita Karang tentang Aurora
Di dalam novel dijelaskan bahwa Karang bercerita tentang aurora terhadap Melati.
Saat itu melati tengah terkulai lemas di lengan Karang setelah seharian sangat aktif.
Di dalam film hal ini tidak diceritakan, mungkin dianggap terlalu banyak memakan
waktu.
Menghilangkan peristiwa saat Salamah sedang curhat kepada Karang dan pertemuan
Salamah dengan Kekasih lamanya di pesta kembang api.
Di dalam novel diceritakan bahwa Karang sempat bercakap-cakap dengan Salamah
mengenai kekasih lama Salamah yang tidak jadi menikah dengannya. Di bab terakhir
juga di ceritakan bahwa Salamah bertemu kembali dengan kekasih lamanya itu saat
acara pesta kembang api. Sementara itu di dalam film tidak ditampilkan. Hal ini
mungkin Karena peristiwa tersebut dianggap tidak penting, dan jika tidak
ditampilkan tidak dikhawatirkan akan menghilangkan esensi dari cerita.
Menghilangkan peristiwa Melati hilang saat festival bunga api berakhir
Di dalam novel diceritakan bahwa saat pesta kembang api berakhir Melati terpisah
dengan bunda. Dia sedang asyik melihat ikan hiu yang berhasil ditangkap nelayan.
Di dalam film tidak ditampilkan, hal ini dimungkinkan Karena sulitnya adegan
tersebut dimainkan, juga terkait dengan properti dan pendanaan.
Menghilangkan peristiwa Melati yang merajuk karena hendak ditinggal Karang ke
ibukota.
Di dalam novel diceritakan, sementara di dalam film tidak. Hal mungkin
dikarenakan untuk efisiensi waktu.
Menghilangkan pertemuan karang dengan pasangan pengemis but, tuli dan bisu.
Di dalam novel diceritakan bahwa ketika keluar malam Karang bertemu dengan
sepasang pengemis yang buta, tuli dan bisu. Yang buta meminjamkan mulut dan
telinganya untuk si tuli, sementara yang tuli dan bisu meminjamkan matanya untuk

si buta. Itulah yang memantik semangat Karang untuk bangkit lagi. Bangkit
membantu Melati. Di dalam film tidak ditampilkan, mungkin dengan alasan
meminimalisir penokohan. Juga tidak semua cerita penting untuk ditampilkan di
dalam film.
2. Penambahan dari Novel ke Film Semoga Bunda Disayang Allah
a. Ingatan masa lalu Karang yang memberikan cincin kepada Kinasih
Di novel tidak begitu mengangkat kisah asmara Karang-Kinasih, juga tidak
diceritakan peristiwa Karang yang memberikan cincin kepada Kinasih. Adegan itu
ditampilkan di dalam film diduga untuk menguatkan eksistensi peran Kinasih dalam
membangun kembali semangat dan kesadaran Karang.
b. Karang mengusir Kinasih dan membuang cincin yang dulu ia berikan kepadanya.
Di dalam novel tidak diceritakan peristiwa perdebatan Kinasih dengan Karang
hingga Karang membuang cincin yang dulu ia berikan kepada Kinasih. Penambahan
ini diduga alasannya sama dengan yang di atas, juga untuk menguatkan bagaimana
peristiwa 3 tahun yang lalu benar-benar telah merenggut kebahagiaan Karang.
c. Karang mengikuti Kinasih dari rumah tuan HK hingga naik ke kereta
Di dalam novel tidak terdapat cerita tersebut. Penambahan ini mungkin dikarenakan
sebagai penegasan bahwa sebenarnya sekeras apapun hati Karang untuk menolak
menerima kembali dunianya, tetap terbersit dalam hatinya bahwa ia sebenarnya juga
masih menginginkan untuk mendapatkannya kembali. Begitu juga dengan kisah
asmaranya yang sempat kandas. Selain itu mungkin pekerja film juga ingin
menyampaikan bahwa terkadang cinta mampu mendorong seseorang untuk bangkit
kembali.
d. Karang kembali ke rumah ibu gendut setelah diusir oleh tuan HK sepulang dari
Jerman.
Di dalam novel diceritakan bahwa Karang tidak sampai pulang ke rumah ibu gendut.
Karena ketika keributan tengah memuncak seketika itu pula keajaiban datang
menghampiri Melati. Hingga Karang langsung melanjutkan proses mengajari Melati.
Sementara di dalam film Karang sempat pulang ke rumah ibu gendut, dan sempat
frustasi. Ia bahkan juga kembali mabuk. Kesadaran dan semangatnya mulai muncul
kembali ketika tetesan- tetesan air hujan membasahi lengannya dan seolah memberi
ilham kepadanya. Bahkan di dalam film juga ditampilkan adegan Karang yang
hampir tertabrak truk. Penambahan ini kemungkinan terjadi karena beberapa alasan
yaitu untuk menegaskan titik keputusasaan Karang yang semula menaruh harap pada
kemajuan Melati, juga untuk lebih menghidupkan konflik yang tentunya akan
mempengaruhi tingkat rasa penonton terhadap film.
e. Karang memberi cincin kepada Kinasih saat festival kembang api.
Peristiwa ini mungkin untuk menegaskan bahwa Karang sebagaimana Melati mulai
mampu menerima dan mendapatkan kembali dunianya, juga asmaranya.
f. Bus jatuh ke sungai, Karang menyelamatkan Melati.
Penambahan adegan ini di dalam film mungkin untuk menegaskan bahwa Karang
sudah mulai peduli kembali terhadap anak-anak. Bahkan Karang mampu membayar
kesalahan masa lalunya yang tidak diberi kesempatan menyelamatkan Qintan.
g. Karang tengah bercerita di dalam sebuah kapal dan dikelilingi anak-anak.
Alasan penampilan cerita ini kemungkinan sama dengan alasan sebelumyan.
h. Karang telah menjadi seorang pimpinan sebuah perusahaan.

Di dalam film ditampilkan bahwa Karang telah menikah dengan Kinasih dan
memiliki 2 anak. Ia juga telah menjadi seorang pimpinan perusahaan. Penambahan
ini mungkin dengan alasan untuk menegaskan bahwa setelah mengalami masa
keterpurukan, akhirnya Karang kembali menjadi Karang yang dulu. Karang yang
mampu menggenggam kesuksesan dan kasih sayang di tangannya.
i. Melati diwisuda.
Dalam novel tidak diceritakan hingga Melati dewasa. Penambahan cerita hinga
Melati dewasa dan mampu menyelesaikan kuliahnya mungkin dengan alasan sebagai
penegasan bahwa Melati benar-benar mampu keluar dari keterpurukan dan
keterasingan. Melati yang dulu mati dari kata harapan, kini mampu mengenggam
dunianya.
j. Melati bercengkerama dengan anak-anak.
Alasan penampilan cerita ini di dalam film kemungkinan sama dengan yang
sebelumnya.
3. Perubahan bervariasi
a. Penokohan
Di dalam novel tokoh Kinasih digambarkan sebagai sosok wanita berkerudung.
Sementara di dalam film tokoh Kinasih yang dimainkan oleh Sandy Aulia tidak
berkerudung. Alasan yang memungkinkan perubahan ini yaitu untuk alasan totalitas,
karena ada penambahan-penambahan cerita yang menonjolkan aspek asmara antara
Kinasih dengan Karang.
b. Latar tempat cerita
Banyak sekali latar tempat cerita yang berbeda antara novel dengan film,
diantaranya:
- Saat bunda berusaha membujuk Tuan HK untuk memberikan kesempatan kepada
Karang di dalam novel berlatar tempat tidur. Sementara di dalam film berlatar
sebuah jendela besar yang menghadap ke pelabuhan.
- Ketika ibu gendut berusaha meyakinkan Karang untuk membantu Melati, di
dalam novel berlatar tempat tidur Karang, sementara di dalam film berlatar
pantai
- Latar tempat pertemuan pertama antara Karang dan Kinasih setelah lama
berpisah adalah di dalam novel adalah di halaman rumah tuan HK di depan
mobil. Sementara di dalam film adalah di dekat tangga pualam.
- Latar tempat tuan HK marah-marah setelah pulang dari Jerman karena melihat
Karang masih di rumahnya, di dalam novel adalah di ruang makan, sementara di
dalam film adalah di tempat tidur Melati.
c. Latar waktu cerita
Seperti halnya latar tempat, latar waktu cerita yang ada di novel dan di film juga ada
yang berbeda, diantaranya :
- Di dalam novel diceritakan bahwa tuan HK pulang dari Jerman pagi hari, saat
orang-orang sedang sarapan. Sementara di dalam film ditampilkan tuan HK
pulang dari Jerman pada malam hari.
d. Sudut pandang
Di dalam Novel Moga Bunda Disayang Allah lebih menonjolkan sudut pandang
seorang bunda yang begitu sabar menghadapi keterbatasan putri tercintanya. Ia rela
melakukan segalanya demi kemajuan sang putri tercinta. Sementara di dalam film
lebih menonjolkan bagaimana perjuangan seorang Karang, pemuda yang terpuruk
karena masa lalu, untuk bangkit dan mengubah Melati menjadi gadis yang tidak

terpuruk karena keterbatasannya. Di dalam film juga menonjolkan sisi romantisme
asmara Karang dan Kinasih.
e. Alur cerita
- Salamah mengetahui Karang adalah pemabuk
Di dalam novel diceritakan bahwa Salamah mengetahui kalau Karang pemabuk
adalah saat dia tengah membersihkan kamar Karang yang lupa dikunci, Salamah
menemukan botol-botol minuman keras. Sementara itu di dalam film ditampilkan
Salamah mengetahui hal itu ketika Karang sedang meneguk minuman itu di
kamarnya setelah sebelumnya ia baru saja bertemu dengan Kinasih. Hal ini mungkin
dilakukan dengan alasan untuk efisiensi waktu
- Di dalam novel dijelaskan bahwa saat Melati mengucapkan “… Moga bunda
disayang Allah” hanya ditemani bunda saja. Sementara di dalam film ditampilkan
Melati ditemani oleh bunda juga tuan HK. Variasi ini dilakukan kemungkinan
dengan alasan untuk menegaskan eksistensi dan keikutsertaan seorang ayah dalam
merawat dan mencurahkan kasih sayang terhadap anak.
C. Kesimpulan
Novel Semoga Bunda Disayang Allah Karya Darwis Tere Liye adalah novel yang
bertemakan semangat menggapai perubahan menuju yang lebih baik, semangat Melati
juga semangat Karang untuk mengubah penghalang menjadi harapan, belenggu menjadi
kekuatan. Novel ini juga mengungkapkan bagaimana ketabahan dan kasih sayang
seorang bunda yang tercurahkan kepada putri tercintanya yang memiliki keterbatasan
fisik.
Novel Semoga Bunda Disayang Allah terdiri dari 14 bab ditambah epilog, sementara
filmnya terdiri dari 48 sekuen. Perbandingan dalam novel dan film Semoga Bunda
Disayang Allah meliputi (1) pengurangan, (2) penambahan, (3) perubahan bervariasi.

Daftar Pustaka
Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Darwis Tere Liye. 2006. Semoga Bunda Disayang Allah. Jakarta: Republika.
Pamusuk Eneste. 1991. Novel dan Film. Flores: Nusa Indah.