PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 20112012

DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI

Oleh: MUSTAHSIN NIM X7210090 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Oktober 2012

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Jurusab/Program Studi : FKIP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENERAPAN METODE SILABA

DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA

KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar- benar merupakan karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Oktober 2012

Yang membuat pertanyaan

Mustahsin

DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh: MUSTAHSIN NIM X7210090

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober 2012

Skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”

yang disusun oleh: Nama

telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Oktober 2012 DosenPembimbing I

Warsiti, M.Pd.

NIP19500709197603 2001

DosenPembimbing II

Drs. H. Setyo Budi, M.Pd.

NIP 19580428 198403 1001

Skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II

SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”

yang disusun oleh: Nama

telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari

: Jumat Tanggal : 12 Oktober 2012 Tim Penguji Skripsi

Nama Terang

Tanda Tangan Ketua

: Drs. Hadi Mulyono, M. Pd.

Sekretaris

: Kartika Chrysti Suryandari, M. Si.

Anggota I

: Warsiti, M. Pd.

Anggota II

: Drs. H. Setyo Budi, M. Pd.

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta a.n. Dekan Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si. NIP 19660415 199103 1 002

Mustahsin. PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012.

Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Oktober 2012.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menguji dapat tidaknya metode silaba meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012, (2) mendeskripsikan langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD N 2 Pejagatan yang berjumlah 23 siswa. Sumber data berasal dari guru kelas II, teman sejawat, serta siswa kelas II. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, angket, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif model miles dan Huberman yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II SD N 2 Pejagatan sesuai indikator kinerja. (2) Langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas 2 adalah: a) Guru memberikan materi secara singkat sesuai tema, b) Siswa membentuk kelompok bermain, dan mendengarkan penjelasan aturan permainan, c) Siswa melakukan permainan babak pertama yang berkaitan dengan suku-suku kata, d) Siswa melanjutkan permainan babak kedua tentang perangkaian suku-suku kata menjadi kata bermakna, e) Di babak ketiga, siswa bermain permainan tentang perangkaian kata-kata acak menjadi kalimat sederhana. f) babak terakhir, siswa bersama kelompok membaca teks dengan metode silaba yang sekaligus sebagai tes psikomotor keterampilan membaca.

Kata kunci: metode silaba, keterampilan, membaca.

Mustahsin: Application of Silaba Method in Increasing Reading

Skill at Second Grade Student of State Elementary School 2

Pejagatan In Academic Year 2011/2012. Skripsi, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. October 2012.

The purpose of this research were (1) examine capability of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012, (2) describe the right steps on application of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012.

This research is a Class Room Action Research (CAR). The research was conducted in two cycles. Each cycle consist of planning, action, observation, and reflection. Subject were 23 second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012. The data source came from the second grade teacher, peers, and students. The data are collected by technique of observation, interview, questionnaire, testing, and documentation. The data were analysis using Miles and Huberman interactive model consist of three component ar: data reduction, data display, and conclusion drawing/verification.

The result showed that (1) silaba method can increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year

2011/2012 appropriate work indicator, (2) the right step application of silaba method in increasing reading skill at second grade student of State Elementary School 2 Pejagatan in academic year 2011/2012 are: a) The teacher brief learning the subject of lesson, b) Students are make 5 groups and listening a rule of game, (c) Students are playing first stage game on occasion of syllable, (d) Student continuing second stage game on occasion of string up syllable to a means word. (e) I n stage three, students are playing game on occasion of string up random word to good simple sentence, (f) The last stage, students in groups are reading text with silaba method, all at once to a reading skill test.

Key words: Silaba method, reading, skill.

MOTTO

Sukses selalu menyertai orang-orang yang ulet dan penuh kepercayaan pada diri sendiri (Leonardo da vinci)

Keberhasilan tanpa menempuh resiko tak beda dengan kemenangan tanpa kebanggaan (Pierre Corneila)

“Defer no time, delays have dangerous ends.” (William Shakespeare)

“Be modest, be respectful of others, try to understand.” (Lakhdar Brahimi )

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu kusuntingkan karya ini untuk:

v My self … you can do it. v My father and mother …you are super parent.

v My little sister and brother…you are my inspiration. v My friend… without you, what is the meaning of me. v My student in SD N 2 Pejagatan…I do love you. v Mr. Imam Suyanto… thank you so much. v Mrs. Kartika Chrysti…thank’s a lot v Mrs. Warsiti … my motivation. v Mr. H. Setya Budi.… thank’s for all. v And for Indonesia…don’t give up.

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN METODE SILABA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS II SD N 2 PEJAGATAN TAHUN AJARAN 2011/2012”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Warsiti, M.Pd. selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Harun Setyo Budi, M.Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepala SD N 2 Pejagatan, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.

7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Oktober 2012 Penulis

Gambar Halaman

3.1. Denah SD N 2 Pejagatan ......................................................................

32

3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian ...................................................................

33

3.3. Indikator Kinerja Penelitian ..................................................................

47

3.4. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ........................................................

47

4.1. Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ...........

86

4.2. Perbandingan Nilai Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ...........

86

4.3. Diagram Ketuntasan Tes Psikomotor Keterampilan Membaca.........

88

4.4. Diagram Ketuntasan Tes Kognitif Keterampilan Membaca ..............

89

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Cakupan Materi Membaca Kelas 2 Semester II ................................... 21

3.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif Keterampilan Membaca .......................... 38

3.2. Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklus I ...... 39

3.3. .... Kisi-Kisi Soal Tes Psikomotor Keterampilan Membaca Siklus II 40

3.4. Kisi-Kisi Butir Angket Siswa ................................................................ 41

3.5. Kisi-Kisi Lembar observasi ................................................................... 43

3.6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ............................................................. 44

3.7. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ........................... 48

3.8. Materi Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ............................ 50

4.1. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ............................ 57

4.2. Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ....................................... 59

4.3. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ........................... 63

4.4. Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ....................................... 64

4.5. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan 3 ........................... 69

4.6. Analisis Nilai Evaluasi Siklus I Pertemuan 3 ....................................... 70

4.7. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan I .......................... 74

4.8. Analisis Nilai Evaluasi S iklus II Pertemuan 1...................................... 75

4.9. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 .......................... 78

4.10 Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 2...................................... 80

4.11. Hasil Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan 3 .......................... 82

4.12. Analisis Nilai Evaluasi Siklus II Pertemuan 3...................................... 84

4.13. Perbandingan hasil Tindakan Antar Siklus........................................... 85

4.14 Perbandingan Hasil Pembelajaran dari Angket Siswa ......................... 85

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Nilai Keterampilan Membaca Siswa Kelas II Semester I ...................

2 Silabus Pembelajaran.............................................................................

3 Skenario Siklus 1 Pertemuan 1 .............................................................

4 Lembar observasi ...................................................................................

5 Pedoman Wawancara (Daftar Pertanyaan) ..........................................

6 Instrumen Tes Psikomotor Keterampilan Membaca ...........................

7 Instrumen Tes Kogn itif Keterampilan Membaca ...............................

8 Instumen Angket Siswa .........................................................................

9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I .......................................

10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II......................................

11 Daftar Presensi Siklus I dan II ..............................................................

12 Rekap Hasil Observasi Siklus I ............................................................

13 Rekap Hasil Observasi Siklus II ...........................................................

14 Sampel Hasil Wawancara......................................................................

15 Sampel Hasil Pekerjaan Siswa Tertinggi dan Terendah .....................

16 Data Hasil Angket S iswa.......................................................................

17 Data Hasil Tes Psikomotor Keterampilan Membaca .........................

18 Data Hasil Tes Kognitif Keterampilan Membaca ..............................

19 Foto Pembelajaran Siklus I dan II ........................................................

20 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Observer...................................

21 Surat Ijin Menggunakan SD ..................................................................

22 Surat Keterangan Kepala Sekolah ........................................................

23 Data Siswa Kelas II Semester I.............................................................

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan Negara Indonesia di semua jenis dan jenjang sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, memegang peranan penting dalam pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan. Perhatian dan kegiatan pendidikan pelajaran Bahasa Indonesia dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) bukan lagi pengajaran tentang tata bahasa semata. Mambaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang saling terkait dan penting dimiliki agar dapat berkomunikasi secara optimal. Seseorang akan memperoleh berbagai pengetahuan baru yang semakin meningkatkan wawasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup kedepan.

Heckman (2006) menuliskan pendapatnya tentang membaca sebagai berikut: ”Teaching children to read accurately and with comprehension is one of

the main goals of early education. Reading is critical because a great deal of formal education depends upon being able to read with understanding. Reading difficulties will inevitably create educational difficul-ties, which, in turn, are a major source of economic and social disadvantage. But such difficulties may be reduced by suitable early intervention ” (Mengajarkan anak untuk membaca dengan teliti, dengan fasih, dan dengan pemahaman yang cukup adalah satu dari tujuan utama pendidikan awal. Membaca itu kritis karena tujuan utama pendidikan formal bergantung pada kemampuan membaca dengan pemahaman. Kesulitan membaca tidak bisa diacuhkan, karena menjadikan kesulitan pendidikan yang mana, perubahan itu akan mendatangkan kerugian di sumber utama yaitu sosial dan ekonomi. Tetapi kesulitan seperti itu mungkin dapat diatasi dengan tindakan yang cocok), Hulme C. and Snowling M.J., 2010: 139.

Burns, dkk (1996) menuliskan bahwa membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk membaca (Rahim, 2008: 1). Sedangkan John Gardner menyatakan “Masyarakat kompleks setiap jam bergantung pada kapasitas membaca dan menulis warganya, membuat

Ahuja, G.C. 2010: 5). Bila tidak demikian, perkembangan ekonomi dan sosial modern mustahil terjadi”. Kedua pendapat diatas tentunya mengindikasikan

bahwa keterampilan membaca harus dikuasai seseorang yang pada hakikatnya merupakan makhluk monodualis, yaitu selain berdiri sendiri, mereka juga membutuhkan orang lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru SD N 2 Pejagatan, kenyataan di lapangan adalah hampir di setiap kelas selalu ada siswa yang belum menguasai keterampilan membaca dengan baik padahal dari sisi usia sudah semestinya keterampilan tersebut dimiliki. Di kelas tinggi, siswa banyak melakukan kesalahan membaca, terlihat saat pelaksanaan upacara bendera ketika membaca teks protokol, do’a, maupun UUD 1945. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan membaca juga sangat kurang, buku-buku di perpustakaan hanya berjumlah ratusan dan mulai usang dimakan usia, serta kondisi ruangannya juga tidak nyaman.

Di kelas rendah terutama kelas II juga demikian, banyak siswa yang belum menguasai keterampilan membaca. Berdasarkan dokumen nilai keterampilan membaca siswa kelas II di semester I terlihat bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai keterampilan membaca, dari 23 siswa yang dinyatakan tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60 hanya 7 anak (30,43 %) dan yang belum tuntas sebanyak 16 anak (69,56%). Kurangnya penguasaan keterampilan membaca siswa tersebut menimbulkan banyak masalah. Guru merasa kesulitan saat mengajarkan materi dengan banyak tuntutan membaca didalamnya, sebab harus menjelaskan terus menerus secara indvidu, sementara dari sisi waktu dan tenaga sangat terbatas. Siswa yang berkesulitan membaca (belum menguasai keterampilan membaca) selalu berbuat gaduh saat mengerjakan soal. Mereka sering jalan-jalan untuk melihat jawaban teman sehingga pertengkaran pun kerap terjadi. Prestasi siswa yang berkesulitan membaca juga jauh dari teman yang lancar membaca, hampir di semua mata pelajaran. Jika guru tidak segera melakukan tindakan, maka permasalahan akan menjadi semakin banyak dan prestasi siswa akan menjadi semakin buruk.

metode lainnya untuk diterapkan dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca. Pertimbangannya adalah metode ini mudah dipasangkan dengan

strategi maupun media lain. Proses pembelajarannya dimulai dari pengenalan berbagai suku kata yang dapat dibaca siswa, mengingat mereka telah masuk fase pertama yang telah mengenal huruf serta mampu membaca suku kata dengan baik. Beban siswa ketika bertemu kata-kata yang panjang dapat teratasi dengan metode silaba yang menampilkan kata-kata menjadi beberapa suku-suku kata. Melalui pengalaman saat pembelajaran, siswa yang berkesulitan membaca, mampu membaca dengan metode silaba sedikit demi sedikit per suku kata hingga akhir bacaan.

Peneliti semakin termotivasi untuk mengadakan penelitian, selain sebagai tugas penelitian, juga merupakan tantangan. Agar peneliti dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas II, maka peneliti mengajukan judul penelitian ”Penerapan Metode Silaba dalam Peningkatan Keterampilan Membaca Pada Siswa Kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan metode silaba dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Bagaimanakah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguji dapat tidaknya metode silaba meningkatan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD N 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012.

2. Mendiskripsikan langkah penerapan metode silaba yang dapat meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SDN 2 Pejagatan Tahun Ajaran 2011/2012.

Penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memiliki beberapa manfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan/teori baru tentang membaca dengan menggunakan metode silaba, serta sebagai tambahan dokumen ilm iah agar dapat ditindaklanjuti oleh peneliti berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa diharapkan merasa gembira dengan berbagai kegiatan pembelajaran membaca yang menyenangkan.

b. Bagi Guru

Memberikan pandangan bagi guru kelas rendah dalam merancang pembelajaran membaca maupun memperbaiki keterampilan membaca.

c. Bagi Lembaga Sekolah

Mampu melihat pentingnya keterampilan membaca, sehingga turut mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan minat baca.

d. Bagi Peneliti Lain

Mendapatkan gambaran tentang penerapan metode silaba dan keterampilan membaca siswa sehingga dapat mengadakan penelitian lebih lanjut.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan

1. Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Kelas II

a. Karakteristik Siswa Kelas II

Rentangan usia pada kelas dua secara umum adalah 7 sampai 8 tahun. Anak dalam masa ini berada dalam stadium operasional konkrit (7-11 tahun) Stadium operasional konkrit dapat digambarkan sebagai menjadinya positif ciri-ciri yang negativ pada stadium berfikir pra-operasional, artinya anak sekarang misalnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain. Kekurangannya adalah anak akan mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi yang konkrit (Haditono, 2006)

Perkembanyan egosentrisme pada stadium operasional konkrit disebut Elkind (1971) sebagai realitas asumtif, dimana anak melihat kenyataan berdasarkan informasi yang terbatas dan tidak dipengaruhi oleh informasi baru atau informasi yang bertentangan. Sekarang anak tidak lagi memandang orang tua sebagai yang serba tahu, bahkan mereka lebih percaya pada teman-teman sebaya atau pada guru yang dalam hal ini dinamakan Elkind (1971) sebagai keseimbangan kognitif . Mereka juga sering menunjukkan kecerdikan dan superiornya mereka dengan berbuat kenakalan-kenakalan (Haditono, 2006: 115-116).

Ros dan Roe (1990) berpendapat bahwa perkembangan bahasa pada periode operasional masuk pada fase semantik, yaitu anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kata (Zuchdi dan Budiasih, 2001). Memang benar bahwa rata-rata anak kelas dua sudah mengenal huruf dan dapat membaca dan maupun menulis kata-kata yang pendek.

Zuchdi dan Budiasih juga mengemukakan bahwa anak-anak kelas dua sudah dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis, Zuchdi dan Budiasih juga mengemukakan bahwa anak-anak kelas dua sudah dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis,

Kesimpulannya adalah bahwa anak-anak kelas dua masuk dalam periode kognitif, operasional konkrit dan periode bahasa semantik dimana mereka dapat melakukan aktivitas logis tertentu dalam situasi konkrit, mereka sudah mengenal huruf dan dapat membaca dan maupun menulis kata-kata yang pendek serta dapat dilatih bercerita mengenai beberapa kejadian secara kronologis, meskipun alurnya belum jelas.

b. Pengertian Membaca

Mengenai pengertian membaca Rahim (2008) berpendapat, ”Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif” (hlm. 2). Menurut peneliti membaca bagaikan sebuah permainan, jika kita belum memilliki modal dasar dan aturannya kita tidak dapat melakukan permainan atau dalam hal ini tidak mampu membaca. Hal ini terbukti ketika kita membaca huruf jawa, kita perlu hafal simbol dan tata bacanya hal itu berarti ”Membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan (Abdurrahman, 2003: 200).

Menurut Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. (2010: 36) Membaca adalah kecakapan memaknai dan menemukan arti. Proses pendekodean (memaknai dan menemukan arti) ini berfungsi sebagai alat atau sarana bagi proses mental ketika pembaca mencoba memperoleh makna dari bahan bacaan. Pendapat tersebut tentu mengarah pada tujuan lanjut dari keterampilan membaca.

Zuchdi dan Budiasih mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif, karena seseorang dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pegalaman-pengalaman baru (2001). Pendapat ini mengingatkan kita kembali tentang arti pentingnya Zuchdi dan Budiasih mengemukakan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif, karena seseorang dapat memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pegalaman-pengalaman baru (2001). Pendapat ini mengingatkan kita kembali tentang arti pentingnya

khayalan atau imajinasi ketika membaca sesuatu. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Matedu (mengutip pernyataan Tampubolon) menjelaskan pada hakikatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. (2009)

Finocchiaro dan Bonomo mengatakan bahwa reading adalah bringing meaning to and getting meaning from printed or written material , memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Para pelajar harus dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang telah mereka tanggapi. Setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi, intonasi, atau jeda haruslah dijelaskan terleb ih dahulu sebelum para pelajar membacanya (Tarigan, H.G. 2008).

Pendapat para ahli diatas menuju kesimpulan, membaca adalah kegiatan reseptif yang melibatkan berbagai aktivitas secara serentak (melafalkan tulisan, aktivitas visual, berfikir psikolinguistik dan metakognitif), dalam melihat rangkaian simbol-simbol bahasa atau tulisan demi mencari makna.

1) Manfaat Membaca

Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. (2010: 20-23) menuliskan dua manfaat besar membaca yaitu a) pembaca mampu menggunakan bacaannya untuk meningkatkan pemahamannya dan menemukan wawasan baru, b) membaca memberikan kontribusi ide-ide yang membantu orang-orang menjernihkan nila-nilai dan merumuskan keputusan-keputusan. Besarnya manfaat membaca dapat digunakan guru untuk memberikan dorongan lebih bagi siswa dalam menguasai keterampilan ini.

Di sisi lain, manfaat membaca juga diuraikan oleh Sukirno (2009:

3) dalam bukunya ”Sistem Membaca yang Efektif” yaitu dengan membaca seseorang dapat: a) berkomunikasi dengan orang lain, b) memberikan 3) dalam bukunya ”Sistem Membaca yang Efektif” yaitu dengan membaca seseorang dapat: a) berkomunikasi dengan orang lain, b) memberikan

dalam masyarakat, g) memasuki dunia keilmuan yang penuh pesona dan memahami khasanah kearifan yang banyak hikmah, h) mengembangkan berbagai keterampilan yang berguna untuk mencapai sukses dalam hidup, i) membukakan jendela pengetahuan yang luas, gerbang kearifan yang dalam, dan lorong keahlian yang lebar di masa depan, dan j) memperbaiki nasibnya menjadi lebih baik.

Pendapat Sukirno memberikan gambaran bahwa kegiatan membaca memberikan banyak manfaat bagi para pelakunya, tetapi memerlukan peran serta guru dalam merangsang dan menggali manfaat membaca agar peserta didik dapat mendapatkan dan merasakan manfaatnya. Dengan kata lain, besarnya manfaat membaca yang dapat diperoleh atau dirasakan siswa merupakan hasil dari efektifnya kegiatan membaca yang dilakukan siswa maupun baiknya kualitas pembelajaran membaca yang dilakukan guru, sehingga dapat menjadi salah satu indikator dalam keterampilan membaca yang menjadi fokus penelitian ini.

2) Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Tarigan,

H.G. 2008). Goodman (1980); Heath (1980); Mason (1977); Mason & McCormick (1981); dan Taylor (1983) menuliskan tentang pentingnya tujuan membaca ”Children are more likely to become involved in formal reading if they have seen reading, writing, and speaking as functional, purpose, and useful. Studies of early reading behaviors clearly ilustrate that young children acquire their first information about reading and writing through their functional uses ” (Anak akan memungkinkan untuk terlibat dalam membaca formal jika mereka dapat melihat bahwa membaca, menulis, dan berbicara itu memiliki fungsi, tujuan dan bermanfaat. Perlakuan pada pelajaran membaca permulaan harus secara jelas H.G. 2008). Goodman (1980); Heath (1980); Mason (1977); Mason & McCormick (1981); dan Taylor (1983) menuliskan tentang pentingnya tujuan membaca ”Children are more likely to become involved in formal reading if they have seen reading, writing, and speaking as functional, purpose, and useful. Studies of early reading behaviors clearly ilustrate that young children acquire their first information about reading and writing through their functional uses ” (Anak akan memungkinkan untuk terlibat dalam membaca formal jika mereka dapat melihat bahwa membaca, menulis, dan berbicara itu memiliki fungsi, tujuan dan bermanfaat. Perlakuan pada pelajaran membaca permulaan harus secara jelas

Tarigan lebih lanjut mengemukakan tujuan membaca sebagai berikut.

a) Reading for details or facts, membaca untuk memperoleh rincian atau fakta-fakta;

b) Reading for main ideas, membaca untuk memperoleh ide-ide utama,;

c) Reading or sequence or organization, membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita;

d) Reading for inference, membaca untuk menyimpulkan;

e) Reading to classify , membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan;

f) Reading for evaluate, membaca untuk menilai atau mengevaluasi;

g) Reading to compare of contrast, merupakan tujuan membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan, contohnya menemukan bagaimana cara tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda, bagaimana tokoh menyerupai pembaca (Tarigan, H.G. 2008).

Seseorang cenderung akan mudah memahami bacaannya jika disertai atau mempunyai tujuan tertentu. Sehingga guru dapat menetapkan tujuan membaca sesuai silabus yang berlaku, dengan harapan siswa mampu menguasai keterampilan membaca sesuai fase perkembangannya. (Rahim, 2008), Lebih lanjut Rahim menuliskan tujuan membaca yang mencakup: a) kesenangan, b) menyempurnakan membaca nyaring, c) menggunakan strategi tertentu, d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (2008).

membaca dalam penelitian ini adalah: a) membaca untuk memperoleh ide- ide utama, b) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi

cerita anak, c) membaca untuk menilai atau mengevaluasi, d) membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan, e) kesenangan, f) menyempurnakan membaca nyaring, g) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, h) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, i) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, j) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Kesepuluh tujuan membaca tersebut menjadi pedoman guru dalam merumuskan fokus tujuan, setiap kegiatan membaca yang dilakukan siswa. Jika tujuan membaca yang diinginkan tercapai, berarti kemampuan membaca siswa menunjukan perkembangan yang baik, sekaligus dapat menjadikan indikator untuk menguji keterampilan membaca siswa.

3) Proses dan Produk Membaca

Proses membaca merupakan proses kompleks yang melibatkan unsur visik dan mental, seperti penjelasan Burns dkk. (1997) yang menyatakan bahwa proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensor, persepsi, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Membaca dimulai dengan sensor visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera penglihatan;

b) Kegiatan berikutnya adalah persepsi terhadap makna simbol tadi berdasarkan pengalaman yang dimiliki;

c) Aspek urutan proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun pada halaman dari kiri ke kanan kecuali tulisan bahasa Arab;

d) Pengalaman merupakan aspek penting dimana pengalaman luas dan kosakata yang banyak akan lebih cepat menangkap makna bacaan;

e) Membaca adalah berpikir untuk memahami makna kata, kalimat, paragraf yang dibaca, kemudian menyimpulkan maknanya; e) Membaca adalah berpikir untuk memahami makna kata, kalimat, paragraf yang dibaca, kemudian menyimpulkan maknanya;

disekolah;

g) Mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna merupakan aspek asosiasi dalam membaca, tanpa asosiasi, pembaca mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan;

h) Aspek sikap atau afektif pembaca yang sangat diperlukan adalah mempunyai minat/kegemaran membaca yang kuat, memusatkan perhatian saat membaca, dan mempunyai motivasi membaca untuk kebutuhan hidup;

i) Pembaca yang sudah terampil akan mudah menangkap gagasan yang ada di dalam bacaan, baik berupa pikiran pokok atau topik bacaan (Sukirno, 2009: 5).

Sembilan tahapan membaca yang dikemukakan Burns, merupakan proses otomatis yang membutuhkan keterampilan dari hasil latihan dan bimbingan yang berkelanjutan, sehingga proses tersebut dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan Ahuja, P. dan Ahuja, G.C mendefinisikan membaca adalah proses ganda yaitu: a) proses indrawi (sensori) yang bergantung pada keterampilan visual tertentu, melibatkan pengenalan (identifikasi) simbol-simbol dimana mata memainkan peran penting dan, b) proses pemahaman (perseptual) yaitu mengacu pada interpretasi segala sesuatu yang kita pahami, kita persepsi (2010).

Seseorang akan melalui tiga komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan, meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, decoding (penyandian) adalah proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata dan meaning, adalah pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat mulai dari pemahaman literal, interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu kelas I dan II Seseorang akan melalui tiga komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan, meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, decoding (penyandian) adalah proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata dan meaning, adalah pemahaman makna berlangsung melalui berbagai tingkat mulai dari pemahaman literal, interpretatif, kreatif, dan evaluatif. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal yaitu kelas I dan II

yang memperlihatkan bahwa mata menyimak bahan yang tercetak dalam baris-baris huruf dengan serangkaian gerakan dan hentian, ada satu gerakan kemudian satu hentian, dan demikian seterusnya hingga baris itu habis. Gerakan mata dicirikan oleh istilah-istilah: fiksasi, regresi atau refiksasi, kembali menyapu , dan gerakan antar fiksasi, dengan penjelasan sebagai berikut.

a) Fiksasi adalah hentian oleh mata sedemikian rupa sehingga mata dapat bereaksi terhadap stimulus grafis. Banyak dan lama fiksasi bergantung pada kesulitan bahan atau kematangan pembaca;

b) Regresi atau refiksasi adalah gerakan balik, atau fiksasi dalam arah kanan-ke kiri pada gerakan mata, dimana banyak pembaca balik kembali ke belakang karena merasa kurang percaya diri dan merasa membutuhkan pembacaan ulang terus menerus. Regresi dapat terjadi karena pembaca terselang oleh sesuatu atau adanya ketakutan persepsi;

c) Kembali menyapu, ketika menyelesaikan suatu baris bacaan, pembaca membuat sapuan penglihatan ke permulaan baris berikutnya. Jika seluruh baris di bawahnya hilang karena satu dan lain sebab, maka pembaca harus melokasikan tempas yang pas untuk melakukan refiksasi. Pembaca yang payah, akan membuat fiksasi ekstra, bahkan refiksasi atau regresi karena tidak memahami bahan bacaan. Pembaca seperti ini membutuhkan latihan untuk meningkatkan pengenalan dan pemahaman kata, bukan sekedar gerakan mata;

d) Gerakan antar fiksasi, merupakan gerakan mata dari fiksasi ke fiksasi lainnya. Banyak bahan atau jumlah kata yang dipersepsi seseorang dalam setiap fiksasi (hentian oleh mata) disebut rentang pengenalan. lebih lebar rentang pengenalan, lebih sedikit jumlah fiksasi. Bentukan rentang pengenalan bergantung pada faktor psikologis yang intrinsik, tetapi kondisi tertentu seperti terlalu dini dan terlalu dipaksakan pada bahan d) Gerakan antar fiksasi, merupakan gerakan mata dari fiksasi ke fiksasi lainnya. Banyak bahan atau jumlah kata yang dipersepsi seseorang dalam setiap fiksasi (hentian oleh mata) disebut rentang pengenalan. lebih lebar rentang pengenalan, lebih sedikit jumlah fiksasi. Bentukan rentang pengenalan bergantung pada faktor psikologis yang intrinsik, tetapi kondisi tertentu seperti terlalu dini dan terlalu dipaksakan pada bahan

pembaca memperoleh sesuatu dengan waktu yang sesingkat mungkin, atau dengan kata lain adalah kelancaran membaca.

Kegiatan membaca akan menghasilkan produk berupa komunikasi dari pemikiran dan emosi antara penulis dan pembaca. Syafi’ie (1993) menuliskan ”Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca tersebut” (Rahim, 2008: 15). Pendidik memegang peranan penting dalam membimbing siswa menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca dengan baik.

4) Jenis-jenis Membaca

Jenis-jenis membaca bertalian erat hubungannya dengan tujuan membaca, dengan banyaknya tujuan membaca, banyak juga jenis-jenis membaca yang dilakukan seseorang. Berdasarkan tingkat pendidikan jenis membaca ada dua macam, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan sebagai berikut (Sukirno, 2009).

a) Membaca Permulaan

Membaca permulaan diberikan kepada peserta didik semenjak di taman kanak-kanak, kelas 1, dan kelas 2 sekolah dasar. Membaca Permulaan disajikan melalui dua cara yaitu membaca permulaan tanpa buku dan membaca permulaan dengan buku. Membaca permulaan tanpa buku maksudnya ketika membaca tanpa menggunakan buku sebagai media pembelajaran yang telah tersedia agar tidak membebani siswa.

Adapun membaca permulaan dengan buku maksudnya anak telah diperkenalkan kepada tulisan yang terdapat dalam buku secara berseri karena telah mengenal semua lambang bunyi, jadi fungsi membaca di sini untuk melancarkan. Membaca permulaan dengan buku Adapun membaca permulaan dengan buku maksudnya anak telah diperkenalkan kepada tulisan yang terdapat dalam buku secara berseri karena telah mengenal semua lambang bunyi, jadi fungsi membaca di sini untuk melancarkan. Membaca permulaan dengan buku

b) Membaca Lanjutan

Membaca lanjutan sudah diberikan kepada peserta didik sejak kelas 3 sekolah dasar sampai di perguruan tinggi, tentu dengan tingkat kesukaran yang disesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikannya. Jenis-jenis membaca lanjutan antara lain: (1) Membaca pemahaman, yaitu membaca yang dilakukan dalam hati

secara cermat dan teliti untuk mengetahui isi bacaan sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya. Edwards (1957) menyatakan bahwa membaca pemahaman adalah perkembangan berkesinambungan menuju kecakapan membaca yang lebih besar dan terdiri dari banyak tahapan dengan keberhasilan bergantung pada besar- kecilnya motivasi, latar belakang, substansial yang terait dengan konsep, kemampuan mempersepsi kata, kemampuan menalar, dan kemampuan memahami makna; (Ahuja, P. dan Ahuja, G.C. 2010: 50)

(2) Membaca kritis, yaitu membaca untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat dalam bacaan, kemudian memberi perhatian kepada fakta- fakta itu. Membaca kritis adalah jenis membaca tertinggi yang dicapai seseorang, karena tidak sekedar mengetahui apa yang dibaca, tetapi mengapa penulis membuat tulisan/karangan itu. Membaca kritis memerlukan keterampilan untuk merangkum, menganalisis, dan menilai gagasan yang ada dalam bacaan. Albert et all (1961) mengemukakan bahwa membaca kritis (critical reading ) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analisis, dan bukan hanya mencari kesalahan; (Tarigan, H.G. 2008: 92)

(3) Membaca cepat, yakni kegiatan membaca secara cepat untuk memahami gagasan pokok dalam bacaan secara cepat pula, tentu perlu latihan secara teratur; (3) Membaca cepat, yakni kegiatan membaca secara cepat untuk memahami gagasan pokok dalam bacaan secara cepat pula, tentu perlu latihan secara teratur;

huruf kapital, pengrtuasi, tanda baca, afiksasi, sinonim, homonim, idiom, pola kalimat, peribahasa, defiasi kata, dan gaya bahasa;

(5) Membaca untuk keperluan studi, yaitu kegiatan membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan studi seseorang. Misalnya membaca buku-buku pembelajaran yang dianjurkan oleh para guru;

(6) Membaca untuk keperluan praktis, ialah membaca yang digunakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari sesuai dengan tugas kita masing-masing, baik seorang siswa, mahasiswa, guru, dokter dan lain-lain;

(7) Membaca bebas, yaitu keterampilan membaca yang penekanannya terletak pada latihan kebiasaan mengisi waktu luang dengan kegiatan membaca;

(8) Membaca di perpustakaan, yaitu kegiatan membaca di ruang perpustakaan dengan memanfaatkan buku-buku di perpustakaan; (9) Membaca teknik, yakni keterampilan membaca lisan atau membaca bersuara atau membaca keras yang penekanannya terletak pada kemampuan membaca dengan pengucapan atau pelafalan, intonasi, jeda, dan pelaguan yang tepat sesuai dengan isi dan situasi bacaan. Naskah yang baik untuk dibaca teknik antara lain : naskah pancasila, UUD 1945, ikrar/janji/sumpah, naskah berita, naskah pidato, naskah doa, naskah urutan upacara, kisah/biografi seseorang, naskah pengumuman, atau naskah nonsastra;

(10) Membaca indah, yaitu keterampilan membaca nyaring/bersuara yang sering d isebut juga dengan istilah membaca sastra, membaca estetis, membaca ekspresif. Penekanannya terletak pada kemampuan

pengucapan, intonasi,

jeda,

penggambaran, penghayatan, keindahan, dan keharuan yang terdapat dalam isi penggambaran, penghayatan, keindahan, dan keharuan yang terdapat dalam isi

Tarigan, H.G. menuliskan bahwa jenis-jenis membaca ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara si pembaca waktu dia membaca (2008). Maka proses membaca dapat dibagi atas:

a) Membaca Nyaring

Membaca nyaring, membaca bersuara, membaca lisan (reading out loud; oral reading; reading aloud ) adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang pengarang (Tarigan, H.G. 2008).

Membaca bersuara merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melafalkan setiap kata, kelompok kata, dan kalimat dari bacaan yang kita hadapi (Mulyati, 2007).

Membaca teknik dan membaca indah adalah jenis membaca yang masuk dalam kategori membaca nyaring. Perbedaannya adalah membaca teknik ditujukan pada teks non sastra, sedangkan membaca indah dikhususkan pada teks sastra (Sukirno, 2008).

b) Membaca dalam Hati

Membaca dalam hati (silent reading) merupakan kegiatan membaca yang hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir (Mulyati, 2007). Tujuan utama membaca dalam hati adalah untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati merupakam kunci bagi semua ilmu pengetahuan (Tarigan, H.G. 2008). Para ahli sependapat untuk mememberikan jangka waktu yang lebih banyak untuk membaca jenis ini ketika para pelajar meningkat dari kelas rendah ke kelas tinggi, untuk itu guru harus menyiapkan para peserta Membaca dalam hati (silent reading) merupakan kegiatan membaca yang hanya mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, serta ingatan dalam menghadapi bacaan, tanpa mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir (Mulyati, 2007). Tujuan utama membaca dalam hati adalah untuk memperoleh informasi. Keterampilan membaca dalam hati merupakam kunci bagi semua ilmu pengetahuan (Tarigan, H.G. 2008). Para ahli sependapat untuk mememberikan jangka waktu yang lebih banyak untuk membaca jenis ini ketika para pelajar meningkat dari kelas rendah ke kelas tinggi, untuk itu guru harus menyiapkan para peserta

yang terbagi menjadi dua yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif (2008).

(1) Membaca Ekstensif

Membaca ektensif berarti membaca secara luas, obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tuntutan membaca ektensif adalah memahami isi-isi penting dengan cepat sehingga efisiensi tercapai.

Membaca ektensif meliputi: (a) Membaca survey (survey reading), yaitu membaca untuk mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari, seperti meneliti indeks-indeks, melihat-lihat judul-judul bab dan memeriksa bagan atau skema buku yang bersangkutan;

(b) Membaca sekilas (skimming), adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi, penerangan;

(c) Membaca dangkal (superficial reading), ialah membaca dengan tujuan memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, dan tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Biasanya dilakukan untuk kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang.

(2) Membaca Intensif

Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading) merupakan jenis membaca yang masuk kelompok membaca intensif.

mengetahui dan menelaah isi secara mendalam, serta ingin membaca dengan teliti suatu bahan bacaan yang kita temukan

(menarik hati) setelah membaca sekilas. Membaca telaah isi terbagi atas (a) membaca teliti, (b) membaca pemahaman, (c) membaca kritis, (d) membaca ide.

Membaca telaah bahasa merupakan kegiatan membaca yang berkaitan dengan bahasa (language) sebagai unsur jasmaniyah, bersanding dengan unsur lain yaitu rohaniah berupa isi (content) yang terdapaat dalam setiap bacaan. membaca telaah bahasa mencakup (a) membaca bahasa asing (foreign language reading ), dan (b) membaca sastra.