KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH POLA ASUH OR
MOTIVASI BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XII DI SMA XYZ
Diajukan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dan Muatan Lokal Karya Tulis Ilmiah
NAMA
NIRWAN WIJAYA
Nirwan Wijaya (151610049)
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XII DI SMA XYZ
( xii + 70 halaman: 2 gambar; 13 tabel; 2 diagram; 10 lampiran)
Pola asuh orangtua memiliki hubungan erat dengan motivasi belajar. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui hubungan di antara keduanya. Pola
asuh orangtua selalu berkaitan dengan sikap, cara, dan kebiasaan. Pola asuh orangtua cenderung menentukan sikap dan perasaan anak di dalam kesehariannya. Secara tidak langsung, orangtua memberikan pengaruh kepada anak, sehingga peran orangtua sangat memengaruhi motivasi belajar anak. Penelitian ini dilakukan sebagai tindakan untuk mengetahui hubungan di antara keduanya.
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan metode penelitian mix method yang merupakan metode penelitian gabungan antara metode penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar siswa. Pengaruh terhadap motivasi belajar terjadi secara positif dan signifikan sebesar 100% melalui 2 (dua) pola asuh orangtua yang berbeda, yaitu 6% pola asuh otoriter dan 94% pola asuh demokratis atau autoritatif. Pengaruh yang diberikan melalui sikap, cara, dan kebiasaan yang diberikan oleh orangtua kepada anak untuk mendorong motivasi belajar anak. Dorongan-dorongan yang diberikan berupa perhatian, penyediaan fasilitas, pemberian penghargaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.
Nirwan Wijaya (151610049)
THE INFLUENCE OF PARENTS’ PARENTING STYLE TO LEARNING MOTIVATION IN SCHOOL ON GRADE XII STUDENTS IN XYZ SENIOR HIGH SCHOOL
( xii + 70 pages: 2 pictures; 13 tables; 2 diagrams; 10 appendixes)
P arents’ parenting style is closely related to learning motivation. However, not many people know the connection between them. Parents’ parenting style is always related to attitudes, ways, and habits. P arents’ parenting style tends to determine attitude and feelings of children in their daily life. Indirectly, parents give effect to children, so the r ole of parents greatly affect children’s learning motivation. This research did as an action to know the relations between them.
The research method used in this research is mix method research which is the combination between quantitative method research and qualitative method research. Based on the research that has been done, the results show that there is influence of parents’ parenting style to student learning motivation. Influence on learning motivation occurs positively and significantly by 100% through 2 (two) different parents’ parenting style, which are 6% authoritarian parents’ parenting style and 94% democratic or autoritative parents ’ parenting style. Influence given through attitudes, ways, and habits provided by parents to children to encourage children's learning motivation. The encouragement given in the form of attention, provision of facilities, awards, and others. Therefore it can be concluded that parents’ parenting style effect on student learning motivation.
Key Words :P arents’ Parenting Style, Learning Motivation Key Words :P arents’ Parenting Style, Learning Motivation
Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, maka karya tulis ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama proses penelitian ini, yaitu:
1. Bapak Martin Binsartua, M.Pd., selaku Kepala SMA Lentera Harapan Curug,
2. Bapak Samuel M. Siagian, S.Pd., dan Bapak Marton M. Yalindua, S.Pd., selaku wali kelas XI IPA,
3. Ibu Friscila M. Hendrakusuma, S.Pd., Ibu Theresia Y. Rahayu, S.Pd., 3. Ibu Friscila M. Hendrakusuma, S.Pd., Ibu Theresia Y. Rahayu, S.Pd.,
6. Keluarga Glow Choir Dynaplast atas kebersamaan yang boleh dirasakan, juga untuk doa, dukungan, serta semangat yang diberikan kepada peneliti,
7. Mentor rohani Cici Christie Amelia dan Cici Elya Christian atas doa, dukungan, semangat, serta waktu bertukar cerita yang diberikan kepada peneliti,
8. Seluruh anggota OSIS SMA Lentera Harapan Curug atas kebersamaan, pengalaman, pelajaran, doa, serta dukungan yang diberikan kepada peneliti,
9. Kakak komunitas Maria Eka Sulistyawati atas bantuan, pengalaman, pelajaran, serta semangat yang diberikan kepada peneliti,
10. Seluruh siswa/i kelas XII tahun ajaran 2016/2017 di SMA XYZ yang telah bersedia membantu peneliti di dalam penelitian ini,
11. Teman-teman kelas XI IPA yang tidak dapat dituliskan satu per satu, 11. Teman-teman kelas XI IPA yang tidak dapat dituliskan satu per satu,
Tangerang, 02 Mei 2017 Peneliti
Nirwan Wijaya
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga dapat diartikan sebagai unit terkecil di dalam masyarakat yang terbentuk akibat adanya perkawinan berdasarkan agama dan hukum yang sah. Pengaruh dari keluarga sangatlah penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial primer di dalam kehidupan bermasyarakat. Keluarga menjadi tahapan awal pembelajaran bagi seorang anak. Wujud nyata yang dapat diberikan dari keluarga kepada anak salah satunya adalah pendidikan.
Orangtua merupakan motor penggerak kehidupan di dalam keluarga. Orangtua memiliki peranan utama di dalam pembentukkan karakter anak. Peranan orangtua dan anggota keluarga lainnya harus dapat memberikan bimbingan dan layanan kepada anak dengan semaksimal mungkin (Lawang, 2007:103). Perkembangan pribadi, intelektual, serta pembentukkan karakter anak yang optimal dapat membantu anak untuk menghadapi petualangan baru di dalam dunia Orangtua merupakan motor penggerak kehidupan di dalam keluarga. Orangtua memiliki peranan utama di dalam pembentukkan karakter anak. Peranan orangtua dan anggota keluarga lainnya harus dapat memberikan bimbingan dan layanan kepada anak dengan semaksimal mungkin (Lawang, 2007:103). Perkembangan pribadi, intelektual, serta pembentukkan karakter anak yang optimal dapat membantu anak untuk menghadapi petualangan baru di dalam dunia
Pola asuh orangtua cenderung menentukan sikap dan perasaan anak di dalam kesehariannya. Secara tidak langsung, orangtua memberikan pengaruh kepada anak dalam bentuk verbal, misalnya perkataan. Sikap yang orangtua berikan kepada anaknya dapat dilihat melalui sikap anaknya, misalnya periang, pemurung, pemikir, dan lain sebagainya. Peran orangtua yang sangat besar juga mendorong anaknya untuk memiliki motivasi belajar yang baik. Umumnya, anak enggan pergi ke sekolah dikarenakan sikap orangtua yang tidak suportif terhadap anaknya.
Motivasi berasal dari kata move yang berarti bergerak. Secara teoritis, motivasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Motivasi menunjuk kepada faktor-faktor yang memperkuat perilaku. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri (internal) atau dari luar diri (eksternal) seseorang. Motif mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu dorongan terus- menerus, kekuatan pada suatu perilaku, dan perilaku selektif. Pengembangan terhadap dorongan-dorongan tersebut sangat penting, karena merupakan motif fundamental yang menentukan perilaku individu (Woodworth & Marquis, 1957:320-321) . Di dalam pendidikan di sekolah, motivasi sangat erat kaitannya dengan proses belajar. Oleh karena itu, peran pola asuh orangtua yang sangat besar sangat diperlukan untuk memberikan dorongan kepada anak guna membentuk perilaku dan motivasi belajar yang baik di sekolah.
Berdasarkan permasalahan yang telah diamati oleh penulis selama beberapa kesempatan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XII DI SMA XYZ”. Penulis
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah untuk menguji penelitian ini, yaitu:
1. Apakah pola asuh orangtua berpengaruh terhadap motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII di SMA XYZ?
2. Bagaimanakah pola asuh orangtua berpengaruh terhadap motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII di SMA XYZ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII di SMA XYZ.
2. Mengetahui cara pola asuh orangtua berpengaruh terhadap motivasi 2. Mengetahui cara pola asuh orangtua berpengaruh terhadap motivasi
b. Penelitian ini dapat menjadi suatu latihan untuk mengingkatkan kemampuan berpikir kritis dan upaya pemecahan suatu permasalahan di lingkungan sosial sekitar.
2. Manfaat bagi orangtua:
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan orangtua dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-anaknya, sehingga memiliki motivasi belajar yang baik di sekolah.
3. Manfaat bagi siswa:
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pemahaman siswa terhadap pola asuh orangtua yang diterapkan kepadanya dan sikap timbal balik yang seharusnya ditunjukkan.
LANDASAN TEORI
Setelah mendeskripsikan latar belakang pada bab I untuk penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan landasan teori pada bab II untuk mendukung penelitian ini. Landasan teori pada bab II terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu pola asuh orangtua dan motivasi belajar. Di dalam landasan teori ini, peneliti akan menggunakan pendapat maupun teori-teori menurut para ahli yang mendukung dan terkait dengan topik penelitian.
2.1 Pola Asuh Orangtua
2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orangtua
Menurut Gunarsa (2008:49), pola asuh adalah perlakuan orangtua di dalam interaksi yang meliputi orangtua menunjukkan kekuasaan dan cara orangtua memerhatikan keinginan anak. Pola asuh orangtua menunjukkan sikap, cara, dan kebiasaan orangtua yang diterapkan untuk
dengan kehidupan masyarakat. Pola asuh di dalam masyarakat dapat bersifat kedaerahan, sehingga berbeda-beda tergantung setiap daerah. Pola asuh yang diterapkan oleh orangtua di dalam suatu daerah mengikuti nilai dan norma yang berlaku di dalamnya. Keluarga yang berasal dari daerah Jawa akan mengajarkan nilai, adat, dan norma yang begitu kental dengan kelembutan. Namun, pola asuh yang mendasar merupakan pola asuh yang bersifat menyeluruh, karena berlaku di setiap tempat. Bentuk pola asuh yang bersifat menyeluruh adalah kasih sayang yang diberikan oleh orangtua kepada anak.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pola asuh orangtua adalah perlakuan orangtua di dalam interaksi keluarga yang ditunjukkan melalui sikap, cara, dan kebiasaan untuk menunjukkan kekuasaan guna membentuk perilaku, memerhatikan keinginan anak, dan menerapkan nilai Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pola asuh orangtua adalah perlakuan orangtua di dalam interaksi keluarga yang ditunjukkan melalui sikap, cara, dan kebiasaan untuk menunjukkan kekuasaan guna membentuk perilaku, memerhatikan keinginan anak, dan menerapkan nilai
(dalam Marlina, 2014:11) berkenaan dengan sikap orangtua yang menerima, penuh kasih sayang, mendengarkan, berorientasi untuk memenuhi kebutuhan anak, menentramkan, dan sering memberi pujian. Proses komunikasi dan sosialisasi yang saling menanggapi antara orangtua dan anak memungkinkan terjadinya suatu diskusi terbuka. Melalui hal ini, anak akan merasakan nyaman ketika dirinya berada bersama orangtua. Wujud nyata yang dapat diberikan melalui dimensi ini berupa kasih sayang dan simpati.
b. Tuntutan atau demandingness Tanggapan berupa kasih sayang dan simpati yang diberikan
orangtua kepada anak tidak cukup untuk mengarahkan perkembangan
Tuntutan-tuntutan tersebut dilakukan sebagai bentuk pengawasan dan upaya pendisiplinan terhadap anak. Jika tuntutan yang diminta oleh orangtua tidak terpenuhi oleh anak, maka ada konsekuensi yang harus diterima oleh anak. Tidak sedikit anak yang menjadi anti sosial, rendah kreativitas, kurang inisiatif, tidak fleksibel, dan cenderung memiliki motivasi belajar yang rendah karena tuntutan-tuntutan ekstrim yang diberikan oleh orangtua. Kesalahpahaman terhadap makna tuntutan seringkali terjadi pada orangtua.
2.1.3 Jenis, Macam, dan Dampak Pola Asuh Orangtua
Setiap orangtua memiliki pola asuh yang beragam. Berdasarkan dua dimensi responsiveness dan demandingness yang telah dideskripsikan, pola asuh orangtua menurut Baumrind (dalam Habibi, 2015:82) terbagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
kendali di dalam pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter merupakan pola asuh orangtua yang tinggi tuntutan (demandingness) dan rendah tanggapan (responsiveness). Di dalam pola asuh otoriter, orangtua berperan seperti seorang arsitek. Orangtua cenderung melakukan pendekatan, namun bersifat diktator. Umumnya, orangtua akan menunjukkan wibawa yang begitu tinggi dan menghendaki ketaatan pada anak yang mutlak. Anak harus tunduk, menaati, dan mematuhi semua kemauan orangtua.
Orangtua yang menerapkan pola asuh otoriter di dalam mendidik anak cenderung menetapkan standar yang mutlak untuk dituruti. Standar-standar yang ditetapkan biasanya diikuti oleh berbagai ancaman dan konsekuensi yang diungkapkan melalui perkataan, seperti “harus”, “mesti”, “tidak boleh ... “, dan “jangan”.
Ciri-ciri pola asuh otoriter yang dapat dilihat menurut Baumrind
5. orangtua tidak mendorong tingkah laku anak secara bebas dan membatasi anak.
Dampak yang ditimbulkan melalui pola asuh otoriter menurut Baumrind (dalam Habibi, 2015:82) antara lain anak merasa tidak bahagia, sering merasa ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan masalah. Anak yang mendapatkan pola asuh orangtua otoriter juga tidak mampu mengendalikan diri, kurang percaya diri, tidak bisa mandiri, kurang kreatif, kurang dewasa di dalam perkembangan moral, dan memiliki rasa ingin tahu yang rendah.
b. Permisif Menurut Baumrind (dalam Santrock 2003:186) di dalam buku
yang berjudul Adolescnece, 6 th Edition mendeskripsikan bahwa pola asuh permisif adalah suatu pola di mana orangtua sangat terlibat
(responsiveness). Pola asuh permisif memberikan pengawasan yang sangat longgar. Di dalam hal ini, orangtua memperlihatkan kecenderungan untuk menghindari konflik dengan anak, sehingga orangtua banyak bersikap membiarkan apa saja yang dilakukan oleh anak. Orangtua memberikan kesempatan yang sangat besar bagi anak untuk melakukan sesuatu tanpa adanya pengawasan. Orangtua cenderung tidak menegur apabila anak melakukan kesalahan. Pada akhirnya, anak akan terbiasa dengan hal ini dan memiliki sikap yang keras terhadap orangtua.
Orangtua yang menerapkan pola asuh permisif biasanya lebih sering mengalah terhadap anak, karena kalah di dalam argumen- argumen yang diberikan oleh anak. Hal ini dapat terjadi karena orangtua terbiasa untuk mewujudkan keinginan anak. Orangtua akan
lebih sering mengatakan “baiklah, ibu mengalah”, “boleh”, “terserah kamu”, dan “tidak apa-apa kalau kamu suka”.
4. orangtua lebih senang menganggap dirinya sebagai pusat bagi anak dan tidak peduli anak menganggapnya atau tidak.
Dampak yang ditimbulkan melalui pola asuh permisif menurut Baumrind (dalam Habibi, 2015:82) antara lain anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak memiliki kontrol diri yang baik, memiliki kemampuan sosial yang buruk, dan merasa bukan bagian penting di dalam keluarga. Anak yang mendapatkan pola asuh orangtua permisif juga cenderung bersikap puas diri, karena memiliki segala sesuatu yang menjadi keinginannya.
c. Demokratis atau Autoritatif Menurut KBBI (2016), demokratis berarti bersifat demokrasi atau berciri demokrasi. Berdasarkan kata dasarnya, demokrasi sendiri memiliki arti gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua
“pola asuh demokratis atau autoritatif mendorong anak untuk bebas, tetapi orangtua tetap memberikan batasan dan mengendalikan
tindakan-tindakan anak. Komunikasi timbal balik dapat berlangsung dengan bebas. Orangtua bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati anak. Pola asuh demokratis atau autoritatif berkaitan dengan perilaku sosial anak yang kompeten.”
Pola asuh demokratis atau autoritatif merupakan pola asuh orangtua yang tinggi pada tuntutan (demandingness) dan tanggapan (responsiveness). Orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis atau autoritatif selalu memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak segan-segan untuk mengendalikannya. Orangtua bersikap rasional, realistis, dan menghargai kemampuan anak. Orangtua tidak akan mengharapkan anak untuk melakukan hal yang di luar kemampuannya.
Di dalam pola asuh demokratis atau autoritatif, orangtua juga membebaskan anak untuk memilih dan menentukan pilihannya. Orangtua akan melakukan pendekatan terhadap anak dengan bersikap
Ciri-ciri pola asuh demokratis atau autoritatif yang dapat dilihat menurut Baumrind (dalam Casmini, 2007:50) adalah:
1. orangtua bersikap hangat, namun tegas,
2. orangtua mengatur standar agar anak dapat melaksanakan serta memberi harapan yang konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak,
3. orangtua memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang secara otonomi dan mampu mengarahkan diri, namun anak harus memiliki tanggung jawab terhadap tingkah lakunya, dan
4. orangtua menghadapi anak secara rasional, berorientasi pada masalah-masalah memberi dorongan dalam diskusi keluarga, dan menjelaskan disiplin yang mereka berikan.
2.1.4 Indikator Pola Asuh Orangtua
Setiap pola asuh orangtua memiliki standar dan batasan pada masing-masing jenisnya. Hurlock (1980:125) di dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan mendeskripsikan indikator-indikator pola asuh orangtua, yaitu:
a. Pola asuh otoriter
1. Orangtua menerapkan peraturan yang ketat.
2. Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan pendapat.
3. Segala peraturan yang dibuat orangtua harus dipatuhi oleh anak.
4. Orangtua berorientasi pada hukuman, baik fisik maupun verbal.
5. Orangtua jarang memberikan hadiah.
5. Orangtua hanya berperan sebagai pemberi fasilitas.
c. Pola asuh demokratis atau autoritatif
1. Adanya kesempatan bagi anak untuk berpendapat.
2. Hukuman diberikan akibat perilaku salah.
3. Orangtua memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.
4. Orangtua membimbing dan mengarahkan tanpa memaksakan kehendak kepada anak.
5. Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat anak tidak sesuai.
6. Orangtua mempunyai pandangan masa depan yang jelas terhadap anak.
2.2 Motivasi Belajar 2.2 Motivasi Belajar
Menurut Donald (dalam Sardiman, 1984:71), motivasi adalah perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dorongan yang terjadi bekerja sebagai pelepas energi untuk melakukan sesuatu. Kemudian, dorongan tersebut akan menentukan arah perbuatan yang hendak dilakukan. Akhirnya, dorongan tersebut akan menyeleksi perbuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sementara itu, Ford (dalam Sabran, 2005:7) mendeskripsikan bahwa motivasi adalah suatu proses membangkitkan, mengarahkan, dan mengekalkan tindakan tingkah laku mengarah ke tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi bukan saja menggerakan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan Sementara itu, Ford (dalam Sabran, 2005:7) mendeskripsikan bahwa motivasi adalah suatu proses membangkitkan, mengarahkan, dan mengekalkan tindakan tingkah laku mengarah ke tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi bukan saja menggerakan tingkah laku, tetapi juga mengarahkan dan
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang ditandai dengan munculnya perasaan menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut.
2.2.2 Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi belajar mengarahkan seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Sardiman (2008:85) menuliskan beberapa fungsi motivasi belajar, yaitu:
1. mendorong pelajar untuk berbuat, sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi,
2. menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan
3. menentukan perbuatan yang harus dilakukan.
Berdasarkan beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa fungsi motivasi belajar adalah mendorong dan mengarahkan pelajar untuk menentukan perbuatan yang harus dilakukan guna mencapai suatu tujuan.
2.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar
Setiap pelajar memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda. Adapun 4 (empat) faktor besar yang memengaruhi motivasi belajar menurut Wlodkowski & Jaynes (dalam Hawadi, 2001:94-95), antara lain:
a. Kultur Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu keluarga akan
Bloom, profesional muda dengan kisaran umur 28-35 tahun mendapatkan dorongan yang besar dari keluarga semasa kecilnya. Adanya keterlibatan orangtua di dalam proses belajar anak menunjukkan hasil yang besar. Peran orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan sangat diperlukan untuk mendorong motivasi belajar anak.
c. Sekolah Tuntutan yang diberikan oleh setiap sekolah terhadap kemampuan pelajar berbeda-beda. Sekolah yang memberikan tuntutan lebih besar kepada pelajar akan membangkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan sekolah yang memberikan tuntutan lebih kecil.
d. Faktor internal anak Dorongan dari dalam diri anak juga merupakan salah satu
1. tekun menghadapai tugas,
2. ulet menghadapi kesulitan,
3. menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah,
4. lebih senang bekerja mandiri,
5. cepat bosan pada tugas-tugas rutin,
6. dapat mempertahankan pendapatnya,
7. tidak mudah melepaskan suatu hal yang diyakini, dan
8. senang memecahkan masalah soal-soal. Sementara itu, Uno (2008:23) mendeskripsikan indikator motivasi
belajar sebagai berikut:
1. adanya hasrat dan keinginan berhasil,
2. adanya dorongan dan kebutuhan di dalam belajar,
3. adanya harapan dan cita-cita masa depan,
4. adanya penghargaan di dalam belajar,
3. menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah,
4. lebih senang bekerja mandiri,
5. cepat bosan pada tugas-tugas rutin,
6. dapat mempertahankan pendapatnya,
7. senang memecahkan masalah soal-soal,
8. adanya hasrat dan keinginan berhasil,
9. adanya dorongan dan kebutuhan di dalam belajar, dan
10. adanya harapan dan cita-cita masa depan.
2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan yang yang ditandai dengan munculnya perasaan menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu untuk melakukan suatu tindakan guna mencapai tujuan tertentu, di mana sebelumnya tidak ada
kekuasaan guna membentuk perilaku, memerhatikan keinginan anak, dan menerapkan nilai serta norma yang sesuai dengan kehidupan masyarakat. Setiap pola asuh orangtua memiliki ciri masing-masing. Pola asuh orangtua menghasilkan atau memberikan dampak bagi anak. Dampak yang ditimbulkan dari setiap pola asuh orangtua berbeda-beda. Perbedaan pola asuh orangtua yang diterapkan kepada anak akan menghasilkan sikap anak yang berbeda pula, misalnya pola asuh otoriter yang menghasilkan anak yang tidak merasa bahagia berbeda dengan pola asuh demokratis atau autoritatif yang menghasilkan anak yang selalu merasa bahagia.
Setiap pola asuh orangtua yang diterapkan kepada anak menjadi faktor yang memengaruhi motivasi belajar. Orangtua yang menerapkan pola asuh yang tepat kepada anak dapat meningkatkan motivasi belajar dengan optimal.
Otoriter Permisif
X Demokratis atau autoritatif
X = Variabel pola asuh orangtua, diantaranya otoriter, permisif, dan demokratis atau autoritatif (variabel bebas atau independent variable).
Y = Variabel motivasi belajar (variabel terikat atau dependent variable).
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori maupun pendapat para ahli serta kerangka berpikir yang telah dideskripsikan, maka peneliti mengajukan hipotesis atau menarik
kesimpulan sementara bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh orangtua terhadap motivasi belajar di sekolah pada siswa kelas XII pada SMA XYZ.
Metodologi penelitian merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode di dalam suatu penyelidikan untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan melalui usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Metodologi penelitian pada bab III terdiri atas 7 (tujuh) bagian, antara lain: (1) metode penelitian, (2) subjek, waktu, dan tempat penelitian, (3) sampel dan populasi, (4) instrumen penelitian, (5) validasi data, (6) teknik analisis data, dan (7) uji hipotesis.
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian mix method. Metode penelitian mix method adalah sebuah metode penelitian yang melibatkan asumsi filosofis yang menentukan teknik pengumpulan dan analisis data melalui proses campuran kualitatif dan kuantitatif (Creswell & Clark dalam Herlanti, 2014:10) . Sehingga, metode penelitian mix Metode penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian mix method. Metode penelitian mix method adalah sebuah metode penelitian yang melibatkan asumsi filosofis yang menentukan teknik pengumpulan dan analisis data melalui proses campuran kualitatif dan kuantitatif (Creswell & Clark dalam Herlanti, 2014:10) . Sehingga, metode penelitian mix
Sementara itu, Sugiyono (2003:14) mendeskripsikan bahwa metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau kualitatif yang diangkakan. Metode penelitian kuantitatif dianggap lebih sistematis, terencana, dan terstruktur. Hasil yang didapatkan juga ketat terhadap objektivitas, karena berupa angka yang valid dan mutlak.
3.2 Subjek, Waktu, dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada siswa/i kelas XII di SMA XYZ. Penelitian ini akan berlangsung sejak awal bulan Maret 2017 hingga awal bulan April 2017. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan:
Penyusunan angket Penyusunan angket
Tabel 3. 2 : Jumlah Responden
Peneliti akan menggunakan teknik simple random sampling. Easton & McColl (dalam Rahman 2015:53) di dalam buku yang berjudul Lecture Notes on Statistics mendeskripsikan bahwa:
“simple random sampling is the basic sampling technique where we select a group of subjects−a sample for study from a larger group−a population. Each individual is chosen entirely by chance and each member of the population has an equal chance of being incl uded in the sample.” “simple random sampling is the basic sampling technique where we select a group of subjects−a sample for study from a larger group−a population. Each individual is chosen entirely by chance and each member of the population has an equal chance of being incl uded in the sample.”
3.4.1 Angket
Angket merupakan suatu lembaran berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh responden untuk tujuan tertentu. Menurut Kartono (dalam Sarwono, 2010:34) di dalam buku yang berjudul Pintar Menulis Karangan Ilmiah – Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah, angket adalah suatu masalah yang umumnya menyangkut kepentingan umum atau orang banyak, kemudian dilakukan dengan mengedarkan formulir secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan. Hal ini semakin diperjelas oleh Juliandi dkk. (2014:69), bahwa angket adalah pertanyaan atau pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui pendapat atau persepsi responden penelitian tentang suatu variabel yag diteliti. Berdasarkan bentuknya, angket di bagi menjadi Angket merupakan suatu lembaran berisi daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi oleh responden untuk tujuan tertentu. Menurut Kartono (dalam Sarwono, 2010:34) di dalam buku yang berjudul Pintar Menulis Karangan Ilmiah – Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah, angket adalah suatu masalah yang umumnya menyangkut kepentingan umum atau orang banyak, kemudian dilakukan dengan mengedarkan formulir secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan. Hal ini semakin diperjelas oleh Juliandi dkk. (2014:69), bahwa angket adalah pertanyaan atau pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui pendapat atau persepsi responden penelitian tentang suatu variabel yag diteliti. Berdasarkan bentuknya, angket di bagi menjadi
Orangtua menerapkan peraturan 6
yang ketat Tidak adanya kesempatan untuk
12 mengemukakan pendapat
Segala peraturan yang dibuat 3
Otoriter
harus dipatuhi oleh anak Orangtua berorientasi pada
PENGARUH POLA hukuman, baik fisik maupun 9 ASUH ORANGTUA
verbal
TERHADAP Orangtua jarang memberikan MOTIVASI BELAJAR
Pola Asuh Orangtua
hadiah
DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XII DI
Orangtua memberikan
SMA XYZ kebebasan kepada anak tanpa 1 ada batasan dan aturan dari
orangtua Anak tidak mendapat hadiah
Permisif
ataupun pujian meski anak 7 berperilaku sosial baik
Anak tidak mendapatkan hukuman meski anak melanggar
peraturan
Orangtua kurang kontrol terhadap perilaku dan kegiatan
anak sehari-hari Orangtua hanya berperan
10 sebagai pemberi fasilitas
Adanya kesempatan bagi anak 14
untuk berpendapat Hukuman diberikan akibat
perilaku salah Orangtua memberi pujian
ataupun hadiah kepada perilaku 8
yang benar Orangtua membimbing dan
Demokratis atau Autoritatif
mengarahkan tanpa
16 memaksakan kehendak kepada
anak
Orangtua memberi penjelasan secara rasional jika pendapat
anak tidak sesuai Orangtua mempunyai
pandangan masa depan yang 11
jelas terhadap anak
Tekun menghadapi tugas 1, 11 Ulet menghadapi kesulitan
2, 12
Menunjukkan minat terhadap 3, 13 bermacam-macam masalah
Lebih senang bekerja mandiri 4, 14 Cepat bosan pada tugas-tugas
5, 15
rutin
Motivasi Belajar
Dapat mempertahankan 6, 16
pendapatnya Senang memecahkan masalah
7, 17
soal-soal Adanya hasrat dan keinginan
8, 18
berhasil Adanya harapan dan cita-cita
9, 19
masa depan Adanya lingkungan belajar
10, 20
kondusif
Tabel 3. 3 : Kisi- kisi Instrumen−Angket
melibatkan seorang pewawancara dan seorang narasumber untuk mendapatkan suatu informasi. Menurut Kartono (dalam Sarwono, 2010:34) di dalam buku yang berjudul Pintar Menulis Karangan Ilmiah – Kunci Sukses dalam Menulis Ilmiah, wawancara adalah suatu percakapan secara lisan antara dua orang atau lebih yang saling berhadapan secara fisik untuk diarahkan pada suatu masalah tertentu. Hal ini semakin diperjelas oleh Juliandi dkk. (2014:69), bahwa wawancara adalah dialog langsung antara peneliti dengan responden penelitian. Berdasarkan bentuknya, wawancara di bagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur merupakan wawancara yang diarahkan melalui pedoman yang telah disusun, sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang tidak diarahkan, karena tidak adanya pedoman yang disusun oleh pewawancara. Di dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
Orangtua menerapkan peraturan yang ketat
peraturan yang harus dilakukan dan
Pola asuh otoriter
Segala peraturan
tidak boleh dilanggar.
yang dibuat harus
Apakah
1. orangtua
dipatuhi oleh anak
menerapkan peraturan-
Orangtua
peraturan yang harus
PENGARUH
Anda lakukan?
1. Orangtua saya jarang atau tidak
memberikan
POLA ASUH
pernah memberikan peraturan untuk
kebebasan kepada
ORANGTUA
saya lakukan.
Pola asuh permisif
anak tanpa ada
batasan dan aturan
MOTIVASI Pola Asuh
dari orangtua
BELAJAR DI Orangtua
melakukan segala hal.
SEKOLAH
1. Orangtua saya jarang atau bahkan
PADA SISWA
Tidak adanya
1. Apakah
tidak pernah melibatkan saya di
KELAS XII DI
Anda
dan
dalam diskusi keluarga.
SMA XYZ
kesempatan untuk
orangtua
sering 2. Orangtua
melakukan diskusi?
Pola asuh otoriter
mengemukakan
2. Apakah Anda sering
memberikan saya untuk memberikan
pendapat
pendapat di dalam diskusi keluarga.
Orangtua selalu menolak pendapat yang saya berikan.
Adanya kesempatan
3. Bagaimana
Orangtua saya selalu melibatkan
respon
bagi anak untuk
2. berpendapat Pola asuh demokratis atau
orangtua
terhadap
saya di dalam diskusi keluarga.
Orangtua saya selalu memberikan
pendapat yang Anda
Orangtua memberi
3. Orangtua saya selalu meminta saya
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
penjelasan secara
rasional jika pendapat
terhadap suatu hal.
4. Orangtua
anak tidak sesuai
saya, namun
dengan
penjelasan yang rasional.
Orangtua berorientasi
1. Orangtua saya sering memberikan
pada hukuman, baik
hukuman kepada saya bila ada
Pola asuh otoriter
fisik maupun verbal
sesuatu yang tidak sesuai dengan
1. Apakah Anda pernah
keinginannya.
Anak tidak
mendapatkan hukuman
Orangtua memberikan hukuman kepada saya
dari orangtua?
1. saya
hukuman meski anak
2. Seberapa sering Anda
Pola asuh permisif
mendapatkan hukuman
sekalipun saya melakukan suatu
melanggar peraturan
dari orangtua?
kesalahan.
3. Mengapa
orangtua 1. Orangtua
saya
terkadang
memberikan hukuman
Hukuman diberikan
memberikan hukuman kepada saya
kepada Anda?
atas kesalahan yang saya buat.
Pola asuh demokratis atau
akibat perilaku salah
2. Orangtua memberikan hukuman
autoritatif
kepada saya sesuai dengan tingkat kesalahan yang saya buat.
Orangtua kurang
1. Apakah orangtua sering 1. Orangtua saya hampir tidak pernah
kontrol terhadap
menanyakan
kegiatan
menanyakan kegiatan sehari-hari
perilaku dan kegiatan
yang Anda lakukan di
saya, baik di sekolah maupun di luar
anak sehari-hari
Apakah orangtua sering Pola asuh permisif 2. Orangtua saya tidak pernah
Orangtua hanya
menanyakan
materi
menanyakan materi pelajaran yang
berperan sebagai
pelajaran yang Anda
saya pelajari di sekolah.
pemberi fasilitas
pelajari di sekolah?
3. Apakah orangtua sering
mendorong saya untuk belajar di
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
mendorong Anda untuk
rumah.
belajar di rumah?
4. Orangtua saya selalu menyediakan
4. Bentuk perhatian seperti
fasilitas bagi saya.
apa
yang
orangtua 5. Orangtua saya selalu memenuhi
berikan kepada Anda?
kebutuhan bahkan keinginan saya.
Orangtua jarang
1. Apakah orangtua pernah
memberikan
Pola asuh otoriter
memberikan hadiah
penghargaan,
pujian, 1. Orangtua saya jarang atau bahkan
Anak tidak mendapat
ataupun hadiah kepada
hadiah ataupun pujian
Anda?
penghargaan, pujian, ataupun hadiah
2. Seberapa
meski anak
Pola asuh permisif
orangtua
memberikan
berperilaku sosial
berperilaku baik.
ataupun hadiah kepada Anda?
Orangtua memberi
3. Mengapa
orangtua 2. Orangtua saya selalu memberikan
pujian ataupun hadiah
memberikan
penghargaan, pujian, dan hadiah atas
Pola asuh demokratis atau
kepada perilaku yang
penghargaan,
pujian,
perbuatan baik yang saya lakukan,
autoritatif
benar
ataupun hadiah kepada
misalnya mendapatkan nilai yang
membimbing dan
memberi target
atau 1. Orangtua saya selalu mendukung
mengarahkan tanpa
standar bagi masa depan
minat dan bakat saya.
memaksakan
Anda?
2. Orangtua saya tidak pernah memberi
2. Apakah orangtua selalu
target atau batasan terhadap cita-cita
Pola asuh demokratis atau
kehendak kepada
mendukung minat dan
dan masa depan saya.
autoritatif
anak
bakat Anda?
3. Orangtua saya selalu mendorong
3. Adakah batasan-batasan
saya untuk belajar dengan giat agar
Orangtua mempunyai
yang diberikan orangtua
saya berhasil di masa depan.
pandangan masa
terhadap masa depan
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
depan yang jelas
Anda?
terhadap anak
4. Apakah orangtua selalu
mendorong Anda untuk belajar dengan giat dan menjelaskan
dapatkan? 1. Bagaimana
perasaan 1. Saya selalu merasa senang dan
Anda saat mendapatkan
Motivasi belajar tinggi
tugas
dari
guru di
Tekun menghadapi
2. Apakah Anda selalu 1. Saya selalu merasa malas dan tidak
Motivasi belajar rendah
mendapatkan tugas dari
Motivasi Belajar
guru di sekolah?
kerjakan.
1. 1. Apakah Anda sering Ketika saya mengalami kesulitan
belajar, saya selalu mencari cara agar
mengalami
kesulitan
Motivasi belajar tinggi
Ulet menghadapi
ketika belajar?
pelajaran tersebut.
kesulitan
2. Hal apa yang Anda
untuk 1. Ketika saya mengalami kesulitan belajar, saya akan mengabaikannya
Motivasi belajar rendah
belajar tersebut?
karena saya memang tidak bisa memahami materi pelajaran tersebut.
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
1. Apa yang Anda lakukan ketika menemukan soal- 1. Saya sangat menyukai soal-soal yang
menantang dan di luar bagian dari
Motivasi belajar tinggi
2. pendapat Bagaimana 2. Saya cenderung lebih tertarik untuk
kemampuan Anda?
kemampuan saya.
Menunjukkan minat
Anda
dengan
menguasai banyak mata pelajaran.
terhadap bermacam-
pernyataan: lebih baik
macam masalah
menguasai satu mata 1. Saya mampu mengerjakan soal-soal
pelajaran
secara
yang sudah saya pahami, namun
maksimal
daripada
tidak untuk soal-soal baru yang di
Motivasi belajar rendah
menguasai banyak mata
luar bagian dari kemampuan saya.
pelajaran, namun tidak 2. Saya cenderung lebih tertarik untuk
maksimal?
menguasai satu pelajaran saja.
1. Cara belajar manakah 1. Saya merasa lebih senang bekerja
yang membuat Anda
secara individu, karena saya akan
Motivasi belajar tinggi
lebih merasa senang,
belajar banyak hal yang baru dan
secara
individu atau
mengeluarkan usaha yang lebih.
Lebih senang bekerja
2. Mengapa Anda lebih Saya merasa lebih senang bekerja
pekerjaan akan terasa lebih ringan
Motivasi belajar rendah
(sesuai
jawaban
jika dikerjakan secara bersama-sama.
Saya bisa mengandalkan teman ketika bekerja di dalam kelompok. 1. Apakah Anda menyukai 1. Saya sangat menyukai tugas dengan
narasumber)?
Cepat bosan pada
tugas dengan variasi
variasi yang beragam, sehingga saya
tugas-tugas rutin
yang beragam?
Motivasi belajar tinggi
2. Bagaimana
perasaan
mendapatkan tugas dari guru dengan
Anda ketika mendapat
variasi yang sama.
KALIMAT KUNCI
guru di 1. Saya sangat menyukai tugas dengan
sekolah dengan variasi
variasi yang sama, karena tugas
yang sama?
dengan variasi yang beragam akan
Motivasi belajar rendah
mengerjakannya. 1. Apakah Anda mampu
pendapat di dalam suatu diskusi
pendapat di dalam suatu
Motivasi belajar tinggi
Dapat
dengan menambah argumen yang
diskusi?
2. mempertahankan mendukung pendapat saya. Apa yang akan Anda
Saya akan memercayai pendapat
Anda
memiliki
pendapat yang lebih
teman saya di dalam suatu diskusi,
Motivasi belajar rendah
karena saya malas untuk berdebat
meyakinkan
daripada
dengan teman saya. pendapat milik Anda?
1. Apakah Anda menyukai Saya sangat menyukai soal-soal yang memiliki keterkaitan antar pelajaran,
soal-soal yang memiliki
Motivasi belajar tinggi
keterkaitan
antar
berpikir lebih kritis melalui konsep
Senang memecahkan
pelajaran?
analisis dan pemecahan masalah.
masalah soal-soal
2. Bagaimana
perasaan
Anda ketika mendapat 1. Saya sangat tidak menyukasi soal- soal yang memiliki keterkaitan antar
soal-soal dengan konsep
pelajaran, apalagi soal-soal dengan
Motivasi belajar rendah
analisis dan pemecahan konsep analisis dan pemecahan masalah? masalah.
1. Apakah Anda memiliki 1. Saya tidak pernah takut pada
Adanya hasrat dan
perasaan takut untuk
kegagalan,
karena saya
belajar
keinginan berhasil
mengalami
suatu
banyak hal dari suatu kegagalan.
Motivasi belajar tinggi
kegagalan?
2. Saya percaya bahwa suatu kegagalan
2. Apa yang akan Anda
adalah suatu keberhasilan yang
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
lakukan jika mengalami
tertunda.
suatu
kegagalan, 3. Saya akan belajar lebih giat jika saya
misalnya mendapatkan
mendapatkan nilai ulangan harian
yang jelek.
yang jelek?
1. Saya takut untuk mengalami suatu kegagalan. 2. Saya tidak pernah takut pada kegagalan, karena saya menganggap kegagalan yang telah berlalu biarlah
Motivasi belajar rendah
berlalu. 3. Saya akan bersikap cuek walaupun saya mendapatkan nilai ulangan harian yang jelek.
1. Apa cita-cita Anda?
1. Saya memiliki perencanaan yang
Motivasi belajar tinggi
2. Apakah Anda memiliki
matang terhadap masa depan saya.
perencanaan
yang 1. Saya belum tahu pekerjaan yang
Adanya harapan dan
matang terhadap masa
akan kerjakan ke depan.
cita-cita masa depan
depan Anda?
2. Saya belum memiliki perencanaan
3. Bagaimana perencanaan
yang matang terhadap masa depan
Motivasi belajar rendah
terhadap masa depan 3. Saya masih bingung untuk jurusan
Anda?
kuliah saya nantinya.
1. Lingkungan seperti apa 1. Saya butuh tempat yang sunyi, sejuk,
yang membuat Anda
dan tenang untuk belajar dengan
Motivasi belajar tinggi
Adanya lingkungan
merasa nyaman untuk
baik.
belajar kondusif
belajar?
1. Saya bisa belajar di mana saja,
2. Menurut
Anda,
karena saya tidak memiliki kriteria
Motivasi belajar rendah
dimanakah
tempat
tempat untuk belajar.
terbaik untuk belajar?
2. Kemampuan belajar saya memang
KALIMAT KUNCI
INTERPRETASI
rendah.
Tabel 3. 4 : Kisi-kisi Instrumen−Wawancara
proses, atau metode di dalam suatu penelitian. Suatu data, proses, atau metode yang telah divalidasi memiliki tingkat validitas. Bruce (dalam Swarjana, 2016:39) di dalam buku yang berjudul Statistik Kesehatan mendeskripsikan bahwa validitas merupakan kapasitas sebuah tes, instrumen, atau pernyataan untuk memberikan hasil yang benar. Tahap validasi dapat dilakukan orang-orang yang ahli di dalam bidangnya atau orang-orang yang lebih senior. Orang-orang yang melakukan validasi disebut sebagai validator. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa ahli sebagai validator untuk melakukan validasi terhadap instrumen yang akan dipakai. Beberapa ahli sebagai validator yang akan melakukan validasi, antara lain (1) guru mata pelajaran Karya Tulis Ilmiah, sehingga mampu melakukan validasi terhadap pola instrumen angket dan wawancara, dan (2) guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga mampu melakukan validasi terhadap struktur kalimat dan kebahasaan instrumen angket dan wawancara.
Skala Likert merupakan skala yang mengukur kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang terhadap serangkaian pernyataan berkaitan dengan keyakinan atau perilaku mengenai suatu objek tertentu (Hermawan, 2009:134). Skala ini dikembangkan oleh seorang ahli bernama Rensis Likert, sehingga dikenal dengan skala Likert. Pada umumnya, skala Likert menggunakan 5 (lima) angka penilaian, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju. Namun, di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan 4 (skala) angka penilaian, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat setuju.
SKALA
PREDIKAT
NILAI
SS
Likert
TS
STS
Keterangan:
SSV = Skor Sub Variabel
BCKSTS = Banyak Centang Kolom Sangat Tidak Setuju
BCKTS = Banyak Centang Kolom Tidak Setuju
BCKS = Banyak Centang Kolom Setuju
BCKSS = Banyak Centang Kolom Sangat Setuju
TS = Total Skor yang diperoleh dari keseluruhan jawaban responden
Di dalam analisis data angket untuk variabel motivasi belajar di sekolah, peneliti masih menggunakan prinsip perhitungan yang sama seperti yang telah
Keterangan:
Q1 = Daerah kuartil 1 yang menunjukkan tingkat motivasi belajar yang rendah Q2
= Daerah kuartil 2 yang menunjukkan batas tengah tingkat motivasi belajar Q3
= Daerah kuartil 3 yang menunjukkan tingkat motivasi belajar yang tinggi
3.7 Uji Hipotesis
Di dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu ketentuan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan pada bab II. Berikut ketentuan uji hipotesis yang
akan dipakai peneliti di dalam penelitian ini:
Di dalam bab IV, peneliti akan mengolah data yang telah diperoleh melalui penyebaran angket dan hasil wawancara. Kemudian, peneliti akan melakukan analisis dengan landasan teori yang terdapat di dalam bab II untuk menjawab rumusan masalah yang dituliskan di dalam bab I.
4.1 Penyajian Data Hasil Penelitian
Peneliti telah menyebarkan lembar angket kepada jumlah populasi sebanyak 52 subjek penelitian. Dari jumlah populasi yang tersedia, peneliti mengambil 30% bagian sebagai sampel untuk diteliti. Sampel yang didapatkan terdiri dari 16 subjek penelitian, di antaranya terdapat masing-masing 4 laki-laki dan perempuan di kelas XII IPA dan XII IPS. Berikut penjelasannya:
4.1.1 Data Hasil Penelitian Variabel X
Pada lembar angket pola asuh orangtua yang telah disebarkan oleh
Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa pola asuh otoriter yang diterapkan oleh orangtua responden 1 sebesar 27,27%. Perhitungan terhadap pola asuh orangtua lainnya dapat dilihat melalui tabel berikut:
NO. ASUH ORANGTUA
KESIMPULAN RESPONDEN
NO. ASUH ORANGTUA
KESIMPULAN RESPONDEN
Tabel 4. 1 : Hasil Angket Variabel Pola Asuh Orangtua
Keterangan: (1) = Pola Asuh Otoriter (2) = Pola Asuh Permisif
(3) = Pola Asuh Demokratis atau Autoritatif (3) = Pola Asuh Demokratis atau Autoritatif
KATEGORI POLA ASUH ORANGTUA
DEMOKRATIS ATAU AUTORITATIF
Tabel 4. 2 : Tabel Distribusi Kelompok Variabel Pola Asuh Orangtua
Berdasarkan hasil distribusi kelompok yang diperoleh di dalam Tabel 4. 2, peneliti menjabarkan kategori sampel ke dalam diagram sebagai berikut:
PERSENTASE POLA ASUH ORANGTUA
OTORITER
4.1.2 Data Hasil Penelitian Variabel Y
Pada lembar angket motivasi belajar yang telah disebarkan oleh peneliti pada tahap kedua, peneliti akan melakukan perhitungan data untuk mengetahui tingkat motivasi belajar pada siswa/i kelas XII IPA dan XII IPS. Berikut hasil penyajian data di dalam bentuk tabel terhadap variabel motivasi belajar:
SKOR RESPONDEN
SKOR RESPONDEN
Tabel 4. 3: Hasil Angket Variabel Motivasi Belajar Tabel 4. 3: Hasil Angket Variabel Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil perhitungan data terhadap nilai maksimal, nilai minimal, Q1, Q2 / median, dan Q3 yang telah dilakukan di atas, peneliti merumuskan hasil perhitungan data tersebut ke dalam suatu interval sebagai berikut:
nilai min. Q1 Q2 / median Q3 nilai maks.
Motivasi belajar rendah
50 – 64 Motivasi belajar sangat tinggi
Motivasi belajar tinggi
Tabel 4. 4: Kategori Sikap Variabel Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil angket yang diperoleh melalui Tabel 4. 3 dan kategori sikap yang diperoleh melalui Tabel 4. 4, peneliti mengelompokkan responden ke dalam tabel distribusi kelompok sebagai berikut:
KATEGORI SIKAP
SKALA
FREKUENSI PERSENTASE
Motivasi belajar sangat rendah
Motivasi belajar rendah
Motivasi belajar tinggi
Motivasi belajar sangat tinggi
Motivasi belajar sangat rendah
Motivasi belajar rendah
Motivasi belajar tinggi 81,25%
Motivasi belajar sangat tinggi
Diagram 4. 2 : Persentase Variabel Motivasi Belajar