STRATEGI NEGOSIASI STRATEGIC NEGOTIATION (1)

Disiapkan Oleh :

DRS. AGUS GUNTUR PM, MM .

SUMBER DAYA MANUSIA PROGRAM MAGISTER MANAGEMENT SEMESTER I - 2010

KATA PENGANTAR

Negosiasi atau perundingan adalah proses untuk menghasilkan kesepakatan atau perjanjian diantara kedua pihak yang bermasalah. Negosiasi memerlukan trik dan strategi karena pada dasarnya semua orang tidak mau kalah, semua orang tidak mau dipaksa dan ditindas. Oleh sebab itu, pilihan yang paling baik adalah bagaimana negosiasi dapat tercapai untuk menguntungkan kedua belah pihak. Negosiasi adalah seni dan ketrampilan dalam mengolah perkataan, data pendukung serta informasi yang tepat, sehingga dapat menghasilkan kesepakatan yang terbaik dan dapat diterima oleh kedua pihak untuk dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, baik untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.

Memperhatikan banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan negosiasi maka sudah selayaknya pengetahuan negosiasi disebarluaskan kepada khalayak umum sehingga dapat dipahami dan dikembangkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makalah Negosiasi ini disajikan secara padat, jelas dan rinci, sehingga mudah untuk dipelajari dan diterapkan. Meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini dengan baik, namun penulis menyadari bahwa kesilafan dan kekurang­ cermatan pasti terjadi. Untuk itu kritik dan saran penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini pula penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segalanya dan tak terhitung jumlahnya. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Direktur Program Pasca Sarjana MM ­ STEKPI Jakarta, yang memberikan kesempatan penulis untuk bergabung dan berkembang. Terimakasih juga untuk Isteriku dan Keluarga yang telah membantu segalanya dan doa. Semoga makalah ini dapat diambil manfaatnya bagi kemajuan pendidikan dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, khususnya yang mendalami Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta, 17 Juni 2010

Drs. HM. AGUS GUNTUR PM, MM.

NEGOSIASI (NEGOTIATIONS)

I. PENDAHULUAN

Negosiasi atau perundingan adalah proses mencapai kepuasan bersama melalui diskusi dan tawar menawar. Seseorang berunding untuk menyelesaikan perselisian, mengubah perjanjian atau syarat­syarat, atau menilai komoditi atau jasa, atau permasalahan yang lain. Agar perundingan berhasil, masing­masing pihak harus sungguh­sungguh menginginkan persetujuan yang dapat ditindaklanjuti, dan sebagai perjanjian jangka panjang. Karena tidak ada gunanya sebuah persetujuan apabila tidak dapat diterapkan atau dilaksanakan. Apabila hal itu terjadi maka para perunding (negosiator) yang merupakan wakil­wakil dari suatu pihak yang berkepentingan akan kehilangan kredibilitas dan wibawa.

Perunding harus melakukan beberapa fungsi yang membutuhkan ketrampilan. Mereka harus dapat membuat rencana dan tujuan yang matang. Alasan yang berkaitan dengan setiap pokok persoalan perundingan harus disiapkan seolah­olah pihak lain tidak ada. Setiap argument harus lengkap dan bila diperlukan harus disiapkan data pendukung yang valid/sah. Perunding harus cukup luwes untuk memperdebatkan alas an­alasan dalam konteks dan sesuai dengan prioritas yang akan dirundingkan dengan pihak lain.

Perunding yang baik akan tahu bagaimana menanggulangi konflik. Menganggap remeh suatu konflik akan menimbulkan posisi kritis yang menuju ke pemenuhan tuntutan dan akhirnya menyerah.

Dengan kata lain bahwa negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dua pihak/kelompok atau lebih dengan cara berunding untuk mencapai persetujuan yang sesuai dengan karakteristik tertentu melalui beberapa tahapan yang saling bertentangan satu sama lain.

Tanpa memperdulikan keadaan atau kelompok yang terlibat, negosiasi paling tidak mempunyai 4 elemen, yaitu :

1. Ada beberapa perselisihan atau pertentangan.

2. Ada beberapa tahap saling ketergantungan diantara kelompok.

3. Situasinya harus kondusif untuk mendapatkan kesempatan berinteraksi. Itu artinya bahwa setiap pihak/kelompok ingin tahu dan cenderung untuk saling mempengaruhi kelompok lainnya.

4. Ada beberapa kemungkinan untuk sepakat. Jika elemen­elemen tersebut diatas tidak ada, maka tentu saja negosiasi tidak mambawa

hasil yang positif. Pada saat negosiasi tersebut berhasil, maka setiap kelompok merasa diuntungkan dari hasil tersebut. Sebaliknya jika mereka gagal, maka konflik tersebut akan meningkat.

II. CARA NEGOSIASI/BERUNDING

Seni dan ketrampilan negosiasi adalah tercapainya suatu hasil perundingan untuk jangka panjang dan diharapkan tidak mudah untuk diubah dalam waktu singkat. Oleh karena itu diusahakan sebelum perundingan, sudah harus dilakukan pertukaran informasi yang akan dibahas.

Langkah­langkah perundingan sebagai berikut :

1. Perkenalan Bersikaplah ramah terhadap pihak lain dan ciptakan suasana yang santai dan tidak tegang.

2. Peninjauan umum Jelaskan keinginan serta sasaran yang akan dicapai dari kedua belah pihak. Sebutkan setiap perbedaan yang ada atau harapan yang ada di masing­masing kedua belah pihak/posisi masing­masing.

3. Latar Belakang Tinjaulah catatan kegiatan yang ada sebelum perundingan, jika ada interpretasi/tafsiran yang berbeda mengenai persoalan yang akan dibahas, maka luruskanlah perbedaan­perbedaan tersebut.

4. Penjabaran Pokok­pokok Persoalan Uraikan secara terinci apa yang ingin anda pecahkan/rundingkan, jika mungkin mulailah dengan persoalan yang kemungkinan akan mendapatkan persetujuan. Hubungkan pokok­pokok persoalan yang ada, jika memungkinkan pecahkan persoalan yang lebih mudah dahulu atau pemecahan persoalan yang sekaligus menjawab pokok persoalan yang lain.

5. Rundingkan Persoalan Mulailah dengan mengajukan apa yang anda inginkan dan sebaliknya. Karena kedua belah pihak ingin mendapatkan sebanyak mungkin informasi agar menemukan solusi atau pemecahan masalah dengan baik. Dalam hal ini tentu akan timbul konflik kepentingan yang tidak bisa dihindari.

6. Kompromi Agar kita mendapatkan sesuatu, tentu kita harus memberikan pula sesuatu kepada pihak lain sebagai imbalannya. Jika kompromi sulit tercapai, maka beralihlah ke situasi meminta bantuan orang lain yang dianggap dapat menjembatani pemecahan persoalan tersebut.

7. Penyelesaian Jika persetujuan sudah disepakati oleh kedua belah pihak, maka dibuatlah dokumentasi dengan baik atau nota persetujuan bersama dan ditandatangai bersama.

III. JENIS PERUNDINGAN FORMAL.

Memang tidak ada satupun teori yang komprehensif yang mengatur praktek perundingan yang sangat kompleks itu. Meskipun beberapa lembaga pendidikan bisnis terkemuka dunia, misalnya Havard, telah mencurahkan perhatian yang besar untuk mendapatkan strategi guna membantu para perunding mencapai hasil yang maksimal dan positif. Ada tiga teori dan praktek yang telah muncul dalam dua dekade terakhir ini, walaupun pada ke tiga jenis perundingan tersebut dalam prakteknya terjadi perbedaan yang tidaklah begitu jelas. Jenis perundingan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perundingan Posisional

Adalah bentuk perundingan yang tradisional, para peserta perundingan seringkali bekerja berdasarkan mandat yang ketat. Jika posisi mereka tidak memungkinkan kompromi, akibatnya adalah jalan buntu. Sukses biasanya baru tercapai setelah semua aspek dari posisi yang menentang telah diperiksa dan dimengerti untuk mencoba menemukan dasar­dasar permufakatan. Contoh : Perundingan antara serikat Pekerja/Buruh dengan Manajemen, Perselisihan antara pelanggan dan pemasok/supplier dsb.

2. Perundingan Prinsipil

Dimana perunding didorong untuk mencari prinsip­prinsip yang mendasari untuk mendukung “posisi” tersebut diatas. Ini adalah proses yang lebih lunak/kendur dan kreatif bagi perunding. Perunding dipesankan untuk menghasilkan sasaran, bukan pemecahan masalah, sehingga akan didapat berbagai pilihan yang ada sebagai rekomendasi. Keinginan untuk berhasil seringkali lebih besar daripada perundingan posisional, karena kedua belah pihak akan merasa cenderung berhasil daripada gagal. Perundingan prinsipil berubah menjadi perundingan posisional atau menemui jalan buntu, jika emosi para perunding dibiarkan memperkeruh persoalan yang menjadi masalah tersebut.

3. Perundingan Situasional

Perundingan ini biasanya berlangsung sebelum perundingan posisional atau prinsipil. Ini adalah bentuk perundingan tidak langsung dan merupakan semacam penjajakan pendahuluan. Misalnya dengan mengirimkan pesan melalui pihak ketiga sebelum pertemuan berlangsung, karena hal ini dapat mencegah pemborosan waktu sehingga lebih efektif. Jalan buntu dapat dihindari dan pemecahan masalah dapat ditemukan dengan cepat.

IV. FAKTOR­FAKTOR YANG BERPENGARUH.

Faktor­faktor yang berpengaruh dalam perundingan tentu harus dipahami. Karena bagi pihak yang keperluannya lebih besar tentu berada dalam posisi perundingan yang lebih lemah. Oleh karena itu harus menganalisis faktor­faktor yang mungkin dapat memberikan pengaruh tambahan yang tepat, misalnya sbb. :

a. Seberapa anda membutuhkan pihak lain

b. Seberapa pihak lain membutuhkan anda

c. Apa yang anda ketahui dan yangtidak diketahui oleh pihak lain.

d. Apa yang mungkin diketahui pihak lain yang tidak anda ketahui

e. Apa yang anda berdua ketahui yang anda tidak ingin terungkap ditempat lain

f. Tekanan waktu pada kedua belah pihak

g. Tingkat keterlibatan dan pengaruh kelompok sejawat

h. Perasaan takut gagal, kehilangan prestise atau rasa malu pada salah satu pihak

i. Pengaruh pada rencana masa mendatang tentang hasil menang atau kalah j. Kebutuhan untuk benar, untuk memperoleh pujian dan pengakuan k. Kemampuan mempengaruhi secara formal atau informal l. Kemampuan membuat pihak lain merasa bersalah m. Perampasan kebebasan bertindak n. Ancaman boikot

Setelah menilai sejauh mana kekuatan dan kelemahan kedua belah pihak, tanyakan kepada diri anda :

a. Kekuatan apa yang dimiliki pihak lain yang dapat menjadi sumber kecemasan saya?

b. Kekuatan apa yang saya miliki yang akan mencemaskan pihak lain?

Hasil dari suatu negosiasi belum tentu memuaskan semua pihak, namun demikian hal tersebut adalah kenyataan yang harus bisa diterima oleh para negosiator/perunding.

1. Negosiasi Menang­Kalah (Win­Lose Negotiating) Ketika sebuah kelompok menginginkan menang dan tentu saja kelompok lainnya

akan dikalahkan. Contohnya; seperti orang membeli mobil, maka ia harus membayar kepada penjualnya yang kebetulan perlu uang segera. Maka sebagai pembeli anda dapat dikatakan sebagai pihak yang menang karena dapat membeli mobil tersebut, maka penjual mobil disebut sebagai pihak yang kalah.

2. Negosiasi Menang­menang (Win­win Negotiating) Secara sederhana perundingan tersebut berarti bahwa telah terjadi kesepakatan

yang disetujui oleh kedua belah pihak dengan saling menguntungkan. Pendekatan menang­menang lebih disukai dari pada pendekatan menang­kalah.

Pertanyaannya adalah mengapa harus ada pihak sebagai pemenang dan ada pihak sebagai yang kalah dari pada keduanya menjadi pemenang. Pada kenyataannya bagaimanapun juga, tidak setiap situasi negosiasi memberikan hasil yang diharapkan.

V. CARA MENETAPKAN KEPUTUSAN

Perunding yang baik harus membangun kerangka dasar yang penting tentang negosiasi yang akan dilakukan, agar berhasil menjalankan tugasnya tersebut. Negosiasi adalah cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima beberapa pihak dan menyetujui bagaimana tindakan yang akan dilakukan. Biasanya menyangkut hal­hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan diinginkan. Ujung dari negosiasi adalah poin kesepakatan yang diambil kedua belah pihak.

Senantiasa melibatkan orang baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam kelompok. Negosiasi mempunyai kecenderungan akan terjadinya konflik mulai dari awal sampai akhir pembicaraan. Negosiasi dapat menggunakan cara­cara pertukaran sesuatu baik berupa bargaining maupun barter. Kesempatan ini juga hampir selalu berbentuk tatap­muka, menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah.

Sedangkan untuk membangun kerangka dasar pengambilan keputusan, ada tiga konsep penting yang harus dipahami oleh seorang negosiator, yaitu :

1. Best Alternative to a Negotiated Agreement, atau disingkat BATNA, yaitu langkah­langkah atau alternatif­alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai kesepakatan. Arbono (2005) memberi Contoh ; Bila pasal mengenai besarnya pesangon yang harus diberikan dalam proses PHK yang diajukan pihak pengusaha tidak dapat disepakati oleh pihak serikat pekerja, maka negosiator dari pihak pengusaha mempunyai dua pilihan, yaitu mencoba untuk melakukan trade off dengan pasal mengenai penambahan cuti atau meninggalkan perundingan, bila tidak ada tanda­tanda positif dari pihak perunding pihak serikat pekerja untuk mau beranjak dari posisinya saat ini.

2. Reservation Price, yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam negosiasi. Contoh; Negosiator dari pihak pekerja akan menyepakati hasil perundingan secara keseluruhan, apabila minimum 5 dari 10 usulan mereka dapat diterima oleh pihak perusahaan.

3. Zone of Possible Agreement atau disingkat ZOPA, yaitu suatu zona atau area yang memungkinkan terjadinya kesepakatan dalam proses negosiasi. Contoh; Target UMP (Upah Minimum Propinsi) yang dikehendaki oleh pihak pekerja adalah Rp. 1.000.000,­ sedangkan reservation price­nya adalah Rp. 750.000,­. Sedangkan target UMP yang dikehendaki oleh pihak pengusaha adalah Rp. 650.000,­ dan reservation price­nya adalah Rp. 850.000,­. Zona antara Rp. 750.000,­ dan Rp. 850.000,­ adalah ZOPA.

Para perunding diharapkan dapat mengambil keputusan yang bijak dalam negosiasi, dengan mempertimbangkan besarnya koneksi yang didapat dan diberikan, menentukan perlu tidaknya melanjutkan negosiasi, dan melakukan langkah lain yang lebih menguntungkan.

VI. SEPAKAT UNTUK TIDAK SEPAKAT

Negosiasi tidak selalau berakhir dengan kesepakatan. Kedua belah pihak mungkin saja sepakat untuk tidak sepakat. Yang penting, negosiasi melibatkan persuasi untuk mencapai suatu maksud kompromi yang konstruktif. Melalui persuasi, Anda mendorong dan berusaha untuk meyakinkan pihak lain untuk menerima hal­hal yang Anda ingin mereka terima. Kompromo yang konstruktif artinya menyesuaikan posisi Anda sebagai tanggapan atas kurangnya keinginan pihak lain untuk menerima proposal atau usulan Anda. Kompromi ini adalah kebalikan dari perundingan posisional, dimana salah satu pihak dengan kerasnya mempertahankan suatu rangkaian posisi dan menolak untuk berkompromi atau menyesuaikan disi sebagai tanggapan atas suatu argumentasi atau ajakan yang persuasif.

Untuk menghindari dan menjawab kata “tidak” dari pihak lawan, ikuti empat langkah berikut :

1. Gunakan Metode Socrates. Asumsikan bahwa jawaban “tidak” itu dengan maksud “belum saatnya”, terutama untuk negosiasi awal. Dengan asumsi ini, maka Anda harus berfikir tidak ada kata “ditolak” dalam setiap ide yang bakal Anda sampaikan. Konsep ini mungkin seperti anak kecil yang sering meminta sesuatu ke Anda yang pasti anda tidak bisa menerima kata­kata “tidak”. Nah bila Anda bisa memenangkan negosiasi, Anda bakalan menjadi negosiator ulung.

2. Gunakan Berbagai Perspektif. Orang memang akan mengeluarkan kata­kata “tidak” bila dirasa keinginannya tidak terpenuhi. Nah dari kalimat inilan Anda mungkin bisa menggali makna itu. Jadi, kenalkan lebih dulu ide Anda sebaik mungkin, termasuk bagaimana cemerlangnya ide­ide itu serta apa hasilnya bila diterapkan. Anda juga bisa mengungkapkannya dengan banyak cara, mulai 2. Gunakan Berbagai Perspektif. Orang memang akan mengeluarkan kata­kata “tidak” bila dirasa keinginannya tidak terpenuhi. Nah dari kalimat inilan Anda mungkin bisa menggali makna itu. Jadi, kenalkan lebih dulu ide Anda sebaik mungkin, termasuk bagaimana cemerlangnya ide­ide itu serta apa hasilnya bila diterapkan. Anda juga bisa mengungkapkannya dengan banyak cara, mulai

3. Pecahkan Masalah Bersama­sama. Sekali mereka Anda ada tanda­tanda tertarik, jangan sia­siakan kesempatan itu. Ajaklah terus secara bersama­sama memecahkan persoalan tadi, bahkan kalau perlu jangan segan­segan mencari solusi terbaik tentang kemungkinan diterimanya ide­ide itu. Dengan melakukan kerja sama serius, kemungkinan ide itu akan diterima menjadi sangat besar.

4. Kepung Lawan dengan Data Dan Fakta Akurat. Bila Anda sudah berusaha dengan semaksimal mungkin tetapi tetap jawabannya “tidak”, maka ada baiknya Anda memberikan ide­ide alternatif, yang barangkali lebih pas dan cocok. Cara seperti ini, bukan berarti Anda gagal dalam menyampaikan ide­ide tadi. Tapi, semua itu sudah membuktikan bawa Anda ternyata tidak hanya terpaku dalam satu konsep saja. Dengan memberikan alternatif, bisa saja diakomodasikan beberapa ide baru yang masuk. Jadi, tidak ada istilah ide ditolak, yang penting negosiasi dulu.

VII. LANGKAH­LANGKAH STRATEGIS SEBELUM NEGOSIASI

1. Melakukan Pengukuran Diri Pada tahap ini, perunding perlu sedikitnya menentkan 6 hal, yaitu ; · Sasaran yang ingin dicapai dari perundingan yang akan dilakukan. · Strategi yang akan digunakan untuk mengarahkan jalannya perundingan · Taktik yang akan digunakan selama perunsingan berlangsung · Menetapkan BATNA (Best Aternative of The Negotiated Agreement) yaitu

langkah­langkah atau alternatif­alternatif yang akan dilakukan oleh seorang negosiator bila negosiasi tidak mencapai kesepakatan atau tidak sesuai rencana yang telah dibuat.

· Menentukan Reservation Point yaitu nilai atau tawaran terendah yang dapat diterima sebagai sebuah kesepakatan dalam perundingan.

· Menentukan komposisi anggota tim perunding yang akan terlibat dalam proses perundingan dan peran dari masing­masing anggota tim perunding (bila perundingan dilakukan oleh tim, bukan individual)

2. Melakukan Pengukuran Terhadap Pihak Lain Pada tahap ini perunding, perlu melakukan evaluasi terhadap beberapa hal berikut dari pihak lawan, yaitu : · Memperkirakan anggota tim perunding dari pihal lain dan masing­masing

peran yang akan mereka mainkan, termasuk mengenai hidden table, yaitu bagian dari tim perunding yang tidak secara fisik hadir dalam perundingan, namun mempunyai peran sangat penting dalam mengaharakan perundingan.

· Menentukan kepentingan yang menjadi dasar bagi pihak lain dalam berunding dan posisi yang akan diambil oleh mereka selama perundingan.

· Memperkirakan BATNA dan Reservation Price dari pihak lain.

3. Melakukan Pengukuran terhadap Situasi Pada tahap ini perundingan perlu melakukan sejumlah analisa terhadap situasi atau kondisi yang dapat mempengaruhi perundingan yang terjadi, seperti : · Membuat perkiraan terhadap jangka waktu terjadinya perundingan; sekali

selesai, berkali­kali, berulang­ulang, dan sebagainya. · Membuat perkiraan terhadap kemungkinan proses perundingan akan

memperebutkan sumber­sumber daya yang terbatas (dana, sumber daya manusia, dll) atau menyentuh aspek­aspek politik, sosial dan hukum.

· Menentukan sifat perundingan yang dilakukan. Sifatnya yang dimaksud adalah ada tidanya adanya kepentingan atau kebutuhan yang dapat dipertukarkan (exchange) atau ada tidanya adanya tuntutan atau keluhan dari satu pihak yang tidak dapat diterima oleh pihak lainnya, sehingga menyebabkan terjadinya perselisihan (dispute).

· Memperkirakan ada tidaknya dampai berantai dari perundingan yang dilakukan.

· Mnetapkan ada tidaknya persetujuan yang harus dibuat di akhir perundingan. · Menetapkan aspek­aspek hukum yang perlu dipenuhi untuk memastikan

legitimasi dari perundingan yang dilakkan, termasuk perlu tidaknya pengesahan dilakukan oleh pihak ketiga, atas hasil perundingan yang dicapai.

· Memperkirakan ada tidaknya keterbatasan dalam hal wewenang yang diberikan, biaya, dan waktu yang tersedia.

· Menentukan tempat dilangsukannya perundingan. · Menentukan perlu tidaknya perundingan dilakukan secara tertutup atau secara

terbuka. Pengenalan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan

Anda lakukan. Hal tersebut akan menambah rasa percaya diri yang Anda butuhkan dalam melakukan negosiasi. Gagal mengenali lawan bicara arrinya Anda gagal 90% dari proses negosiasi itu. Investigasi atau penelusuran tentang pihak lawan bicara ini meliputi :

· Mempertimbangkan sasaran dan prioritas yang mungkin diambil oleh pihak lawan. · Mempersiapkan tanggapan atas pertanyaan yang mungkin diajukan oleh pihak lawan. · Memperkirakan kemungkinan komposisi tim negosiasi pihak lawan. · Mengindentifikasi siapa pembuat keputusan utama di dalam tim pihak lawan. · Memperkirakan gaya atau cara negosiasi yang mungkin digunakan oleh pihak

lawan. Mengidentifikasi asumsi Anda mengenai kasus pihak lawan dan mencari tahu

tentang keabsahannya. Pengumpulan informasi ini juga mencakup : · Prosedur yang disetujui untuk menyelasaikan perselisihan. · Keabsahan suatu tuntutan berdasarkan hukum.

· Implikasi biaya dari konsensi­konsensi yang dibuat. · Dampak sosial dari konsensi­konsesi yang dibuat. · Hasil­hasil yang pernah dicapai sebelumnya berdasarkan tuntutan yang sama · Situasi kompetitif eksternal. · Pengupahan dan kondisi ditempat kerja atau perusahaan serta lokasi lainnya. · Indikator seperti inflasi, produktivitas, pertumbuhan industri dan profitabilitas

perusahaan. Dalam mengumpulkan informasi­informasi tersebut, pastikan bahwaAnda

memiliki cukup bukti untuk mendukung fakta­fakta yang ingin Anda ajukan selama negosiasi. Negosiasi yang sukses tidak dapat di sulap dalam sekejap saja, tetapi membutuhkan suatu persiapan yang teliti. Selanjutnya menetapkan sasaran merupakan bagian dari negosiasi. Hal ini meliputi :

· Mengetahui mengapa Anda ingin bernegosiasi dan apa yang dibahas dalam negosiasi tersebut.

· Membedakan antara sasaran yang dapat diterapkan pada negosiasi individual. · Masing­masing pihak mempertimbangkan tiga posisi untuk setiap negosiasi,

yaitu ; posisi ideal, posisi target, posisi resistan/lawan. Posisi ideal adalah hasil terbaik yang dapat dicapai oleh suatu pihak yang

bernegosiasi. Bagi sebuah serikat pekerja hal ini merepresentasikan tuntutan pembukanya. Bagi seorang pengusaha hal ini merepresentasikan penawaran pembukanya. Posisi target merepresentasikan hasil apa yang diharapkan oleh suatu pihak yang bernegosiasi. Bagi sebuah delegasi negara, hal ini merepresentasikan kepentingan negara yang diembannya. Hal ini adalah posisi cadangan jika posisi ideal tidak dapat tercapai. Posisi resisten/lawan merepresentasikan garis bawah atau titik bawah yang sama sekali diharapkan oleh suatu pihak yang bernegosiasi. Para negosiator berusaha untuk mendorong pihak lainnya sedekat mungkin dengan titik resistan pihak tersebut.

Dominasi Gaya Komunikasi seseorang tergantung pada pola sikap, yaitu :

Pasif

Skap pasif biasanya bertalian dengan “kalah”, orang yang selalu mundur, menyerah, dan patuh, cara komunikasi ini penuh dengan permintaan maaf, seperti persetujuan yang penuh dengan keengganan dan pernyataan­pernyataan yang negatif tentang dirinya sendiri. Sikap pasif menyiratkan bahwa “Anda OK, tetapi saya tidak OK”.

Pasif/Agresif

Sikap pasif/agresif biasanya berkaitan dengan “penyabot”. Ini sama sekali tidak dilakukan secara terbuka. Tetapi motivasi agresifnya sangat jelas, sifat yang menonjol dari cara komunikasi ini adalah komentarnya yang sarkastis/tajam, yakni komentar dengan dua arti dengan sinyal­sinyal non verba, seperti menatap ke langit yang bersikap cemooh. Pesan yang terkandung di dalamnya adalah saya tidak OK, Anda juga tidak OK.

Agresif

Adalah sikap yang tidak mengindahkan orang lain. Meskipun orang ini dianggap sebagai orang yang rajin/giat atau salah seorang pemenang dalam hidup ini, namun mereka biasanya ditakuti karena gayanya yang mendorong adanya sikap palsu dari orang lain yang lebih suka tidak berani menghadapi kemarahan agresif ini. Pesan yang disiratkan orang ini adalah “saya OK, tetapi anda tidak OK”.

Tegas

Komunikasi tegas tidak mengurangi atau menurunkan martabat masnusia lainnya, tidak melanggar hak orang lain manapun, dan tidak menjauhkan diri dari berbagai masalah yang penting. Sebaliknya, sikap ini justru mendorong adanya komunikasi yang memuaskan dimana kebutuhan semua orang terpenuhi dengan cara yang terbaik. Yang secara khas dapat menunjukkan sikap tegas ini adalah penggunaan pernyataan “saya”, ini menunjukkan bahwa orang yang berkomunikasi itu mau memikul tanggung jawab atas pesan yang disampaikannya. Bentuk komunikasi ini didasarkan pada rasa hormat terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Pesan yang disiratkan adalah “saya OK dan Anda juga OK”, sehingga tidak ada yang kalah.

Bahasa untuk menang adalah bahasa yang keluar dari sikap tegas. Sebaiknya yang perlu diperhatikan adalah cara untuk menyatakan sesuatu (pengucapannya), bukan yang diucapkan. Kualitas untuk menang dari seorang komunikator yang tegas itu adalah :

· Bahasa yang langsung dan jelas · Kemampuan untuk menunjukkan pemahaman dan untuk merasakan perasaan

orang lain keterampilan mendengarkan secara aktif. · Kemampuan untuk mengadakan hubungan dan mempertahankannya. · Kontak mata, suara, dan sikap tubuh yang baik. · Rasa percaya diri pada apa yang Anda kata, tanpa komentar yang menghindari

perhatian orang atau peminta maaf. Beberapa gaya yang tidak kita sadari dapat muncul dan mengganggu cara berkomunikasi,

diantaranya : · Pandangan yang sangat agresif. · Tidak mau kompromi. · Antitoleran · Tidak mau berubah (baik sikap maupun pendapat) · Tidak sabar · Arogan (sombong) · Sarkastis (berlidah tajam) · Manipulatif (suka mempermainkan) · Dismisif (suka menolak) · Negasif ((suka menegasika pendapat orang lain) · Superior (tinggi hati)

Apabila anda mendengarkan maka : · Berkonsentrasi pada apa yang dikatakan

· Dengarkan baik­baik dan secara aktif · Senantiasa mendengarkan, walaupun yang dibicarakan tidak relevan,

berputar­putar atau berulang­ulang. · Buat kesimpulan dari apa yang dibicarakan. · Telusuri apa yang Anda dengar · Ulang pokok­pokok bahasan yang Anda dengarkan untuk diri Anda sendiri. · Harus peka terhadap bahawa tubuh non verbal si pembicara dan bahasa tubuh

anda sendiri (6—8­% komunikasi langsung tergantung dari aspek nonverbal) · Buat catatan jika perlu (apa yang dibicarakan, oleh siapa) · Tidak menunjukkan ketidaksukaan, ketidaksabaran atau rasa bosan anda

· Tidak menyela pembicaraan atau membiarkan yang lain menginterupsi jalannya pembicaraan

· Perhatikan arti­arti terselubung dari yang disampaikan Pendengar yang baik selain menyimak dengan seksama juga dituntut untuk menggali

lebih dalam. Caranya adalah dengan melemparkan pertanyaan­pertanyaan. Pertanyaan memiliki beberapa fungsi :

· Untuk mendapatkan informasi · Untuk mengajukan pernyataan dan konsistensinya · Untuk memeriksa apakah anda memahami keseluruhan pembicaraan secara

benar · Untuk menunjukkan minat terhadap apa yang dikatakan seseorang.

Pertanyaan dibagi menjadi dua, yakni tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup adalah jenis pertanyaan yang spesifik dan langsung, biasanya mengundang jawaban yang singkat. Contoh :

· Berapa banyak pekerja yang terkena dampaknya ? · Berapa upah minimum regional saat ini ?

Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan yang mengundang penjelasan lebih lanjut dan memberi kesempatan untuk menerangkan dan meyakinkan lawan bicara. Contoh :

· Apakah dasar penentuan harga saham perusahaan anda? · Mengapa jika kami hanya mengambil saham 30% anda tidak akan menerima? · Mengapa gaji yang diberikan peruusahaan anda anggap kurang memadai? · Mengapa kenaikan upah sebesar 10% meningkatkan tingkat kompetisi anda? · Mengapa anda ingin kenaikan upah sebesar 10% sementara biaya hidup hanya

meningkat 5%?

VIII. TEKNIK MEMBUAT DAN MENYAJIKAN PROPOSAL NEGOSIASI

A. Menyusun Proposal Negosiasi Tuntutan dalam ruang negosiasi tidak sekedar diajukan secara “sastra lesan”, melainkan harus ditulis dalam senuah proposal. Apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita harus disusun dalam sebuah proposal yang cerdas. Proposal berasal A. Menyusun Proposal Negosiasi Tuntutan dalam ruang negosiasi tidak sekedar diajukan secara “sastra lesan”, melainkan harus ditulis dalam senuah proposal. Apa yang menjadi keinginan atau tuntutan kita harus disusun dalam sebuah proposal yang cerdas. Proposal berasal

Cara mengajukan proposal : · Buat proposal secar spesifik; jangan hanya mengeluh atau mengatakan anda

tidak dapat menyetujui. · Pengajuan proposal memaksa pihak lawan untuk berkonsentrasi pada kasus

anda. · Buat target yang tinggi pada proposal anda, namun ingat bahwa target yang

tidak realistis dapat membuat negosiasi menjadi gagal. · Menyatakan kondisi­kondisi secara spesifik dimana anda dapat menerima

suatu proposal atau membuat suatu konsesi. · Coba lebh kreatif dalam pengajuan proposan tuntutan atau penawaran.

Sebagai contoh dalam negosiasi perwakilan serikat pekerja terhadap manajemen perusahaan mengenai upah tenaga kerja.. Sebaiknya dari pada tetap bertahan pada kenaikan upah sebesar x%, anda dapat mempertimbangkan bonus dari perusahaan, jangka waktu untuk melihat kembali tingkatan gaji, cara pembayaran upah, tunjangan­tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan dan asuransi, makan siang gratis ditempat kerja, harga yang rendah dalam membeli produk perusahaan, kemungkinan untuk memperoleh bagian saham perushaan dan sebagainya. Pada saat ini andalah yang memegang peran negosiasi kecuali anda mau saja menerima yang ditawarkan atau langsung menolaknya. Anda mungkin akan mendapat masukan dari teman­teman tentang berapa asaran gaji untuk posisi yang akan anda duduki.

Yang perlu diperhatikan dalam proses penyampaian proposal ini adalah : · Tunggu saat yang tepat bagi kedua belah pihak untuk memulai pembicaraan

pada materi pokok negosiasi. · Sampaikan pokok­pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas,

singkat dan penuh percaya diri. · Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai

suatu kesepakatan dengan mereka. · Sediakan ruang untuk menuver atau tawar menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan, ya atau tidak. · Sampaikan bahwa “jika mereka memberi anda ini, anda akan memberi mereka

itu. If you’ll give us this, we’ll give you that”. Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan anda berikan.

· Mendengarkan dengan efektif apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif memerlukan kebiasaan dan teknik­teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Ushakanlah selalu membangun kontak mata dengan pembicara dan anda berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.

B. Penawaran Sebuah Konsesi Sedangkan yang perlu dalam menyampaikan penawaran sebuah konsesi adalah bahwa konsesi selalu harus diperjual­belikan; tak mungkin atau jarang sekali konsesi diberikan tanpa memperoleh sesuatu sebagai gantinya. Cobalah untuk menukar konsesi anda sesuatu yang nilainya sama atau lebih tinggi. Jika anda menawarkan konsesi pertama, konsesi tersebut harus kecil dan bersifat sementara. Hal ini akan mencegah;

· Menimbulkan kesan bahwa anda memberikan lebih banyak dari yang anda miliki.

· Habisnya ruang konsesi yang anda miliki. · Membuat konsesi pertama tidak boleh dilihat sebagai tanda kelemahan. · Tentukan tanggat waktu untuk menanggapi tawaran konsesi. · Perjelas bahwa konsesi yang anda buat adalah penawaran saat itu dan tidak

dapat menjadi standar untuk negosiasi di masa mendatang. · Jangan terlalu cepat menerima konsesi dari pihak lawan, untuk menghindari

kesan bahwa mereka telah menawarkan terlalu banyak. · Jika membuat konsesi, jangan menyimpang dari bahasan pokok dalam

organisasi. Dalam proses tawar menawar ini, anda perlu mengetahui apa itu The Bargaining

Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan tawaran awal oleh pembeli (Bayer’s Opening Offer). Diantara kedua titik tersebut terdapat Bayer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price. Seller’s Realistic Price dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli. Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Bayer’s Realistic Price. Biasanya kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah Final Offer Zone.

C. Penutup dan Kesepakatan Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepatan dan menutup negosiasi. Sebelum kesepakatan itu dilaksanakan, perlu diartifikasi terlebih dahulu oleh pihak­pihak yang terkait. Para perunding dari pihak serikat pekerja akan mendiskusikan hasil kesepakatan yang telah mereka buat untuk mendapatkan persetujuan dari para anggotanya. Sedangkan para perunding dari pihak manajemen akan menyampaikan hasil kesepakatan kepada dewan direksi atau manajemen untuk mendapatkan persetujuan. Setelah persetujuan diperoleh oleh kedua belah pihak, maka hasil kesepakatan yang terjadi kemudian didaftarkan kepada instansi yang berwenang, yaitu Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua belah pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal of agreement) telah dicapai dan kedua belah pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Yang perlu anda ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing­ Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua belah pihak melakukan jabat tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal of agreement) telah dicapai dan kedua belah pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Yang perlu anda ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal masing­

Karena itu, penting sekali dalam awal­awal negosiasi anda memanahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya, conciliation, mediation dan arbitration melalui pihak ketiga.

Dalam tahap penutup ini, kedua belah pihak mencari kesepakatan yang dapat mereka terima dan hasil Menang­Menang. Disini kedua belah pihak secara aktif mencari posisi Menang­Menang dan mencapai suatu kesepakatan yang dapat diterima bersama, anda harus : · Sangat jelas apa yang sebenarnya telah disepakati · Mengajukan pertanyaan untuk memastikan abhawa anda berbicara tentang hal

yang sama. · Mendefinisikan lingkup kesepakatan. · Menulis apa saja yang telah disepakati, kondisi­kondisi yang harus dipenuhi

sebelum kesepakatan tersebut berlaku. · Mulai dengan kesepakatan setelah anda puas dan pasti bahwa kesepakatan itu

jelas dan tidak berkamna ganda. · Memastikan bahwa apa yang disepati berhubungan dengan kerangka waktu

tertentu (tanggal berlaku dan jangka waktu kesepakatan) · Menyetujui konsekwensi jika salah satu pihak yang melanggar kesepakatan

tersebut. · Mempersiapkan prosedur penyelesaian perselisihan.

· Memastikan bahwa sebuah kesepakatan untuk periode yang tidak ditentukan dapat menyebabkan beragamnya pelaksanaan kesepakatan tersebut dimasa mendatang.

· Tindak lanjuti kesepakatan negosiasi setalah ditandatangani untuk memastikan pelaksanaannya. Dalam fase penutup negosiasi, situasi berubah dari “kami”, “mereka” menjadi “kita”.

D. Mangatasi Situasi Deadlock Bila masing­masing pihak tidak mencapai kesepakatan dalam proses perundingan, maka terjadilah kebuntuan atau deadlock. Pada situasi ini, masing­masing pihak tetap perlu berupaya untuk dapat memecahkan kebuntuan yang terjadi, melalu berbagai cara misalnya :

Mediasi Yang dimaksud mediasi menurut Undang­Udang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja, dan Mediasi Yang dimaksud mediasi menurut Undang­Udang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja, dan

Konsiliasi Yang dimaksud dengan konsiliasi menurut Undang­Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral. Konsiliator Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut konsiliator adalah seorang atau lebih yang memenuhi syarat­syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada pihak­pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

Arbitrase Yang dimaksud dengan arbitrase menurut Undang­Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, diluar Pengadilan Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari pihak­pihak yang berselisih untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya mengikat pihak­pihak dan bersifat final. Arbiter Hubungan Industrial yang selanjutnya disebut arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh pihak­pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan putusan mengenai perselisihan kepentingan, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang putusannya mengikat pihak­ pihak dan bersifat final.

Suatu deadlock mendekatkan pada suatu situasi kalah­kalah. Deadlock terjadi jika kedua belah pihak memaksanakan diri untuk bergerak di luar batas posisi tertentu yang telah ditentukan. Dalam situasi deadlock, hasil akhir dari negosiasi biasanya ditentukan dalam ketegangan. Sebelum meminta bantuan dari pihak ketiga yang independen, anda pertimbangakan hal­hal berikut untuk mengakhiri deadlock yang terjadi. · Coba untuk mengerti mengapa lawan berkata “tidak” · Cari masalah­masalah baru yang dapat dijadikan konsesi.

· Coba untuk menyetujui untuk menepikan pokok­pokok bahasan yang spesifik untuk sementara waktu untuk melanjutkan negosiasi tentang pokok bahasan yang lain.

· Jika memungkinkan, konsesi yang telah disepakati dapat ditawarkan untuk ditukar. · Pertimbangkan kemungkinan untuk menukar sekelmpok konsesi­konsesi kecil untuk sebuah konsesi yang lebih besar dan lebih penting. · Dimana masih memungkinkan untuk negosiasi lebih lanjut. · Jangan memperluas lingkup bahasan yang mungkin tengah diperselisihkan. · Jangan ungkit kembali perselisihan lama. · Jangan mempublikasikan posisi anda ke pihak ketiga untuk mengamankan

dukungan.

E. Pasca Kesepakatan

1. Membuat Catatan dan Dokumentasi Pasca negosiasi sangat penting untuk membuat catatan dan dokumentasi.

a. Buat catatan dari tiap­tiap tahap proses negosiasi, termasuk pembicaraan telepon dan pertemuan­pertemuan informal.

b. Dalam melaporkan proses negosiasi ada tiga bagian yang harus anda susun : Pendahuluan, inti laporan dan kesimpulan.

c. Catat jika diperlukan aksi lebih lanjut dan siapa yang akan mengerjakan

d. Buat catatan yang tepat tentang siapa dan mengatakan apa dalam tiap tahap proses negosiasi

e. Laporkan hasil­hasil negosiasi kepada pihak yang telah memberi anda wewenang secara argumentatif dan kronologisnya

f. Serahkan laporan anda dan jika disepakati titik akhir berupa sebuah Memorandum of Understanding (MOU), maka serahkan kepada pimpinan lembaga anda untuk melakukan penandatangan pada waktu yang telah ditentukan bersama.

IX. STRATEGI NEGOSIASI DAN UPAYA MEYAKINKAN PIHAK LAIN

A. Strategi Negosiasi Dalam melakukan negosiasi, kita perlu memilih strategi yang tepat, sehingga

mendapatkan hasil yang kita inginkan. Strategi negosiasi ini harus ditentukan sebelum proses negosiasi dilakukan. Menurut Arbono (2005), ada beberapa macam strategi negosiasi yang dapat kita pilih, sebagai berikut :

1. Win­win. Strategi ini dipilih bila pihak­pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai integrative negotiation. Contoh: Pihak manajemen sepakat untuk memberikan paket PHK di atas ketentuan 1. Win­win. Strategi ini dipilih bila pihak­pihak yang berselisih menginginkan penyelesaian masalah yang diambil pada akhirnya menguntungkan kedua belah pihak. Strategi ini juga dikenal sebagai integrative negotiation. Contoh: Pihak manajemen sepakat untuk memberikan paket PHK di atas ketentuan

2. Win­lose. Strategi ini dipilih karena pihak­pihak yang berselisih ingin mendapatkan hasil yang sebesar­besarnya dari penyelesaian masalah yang diambil. Dengan strategi ini pihak­pihak yang berselisih saling berkompetisi untuk mendapatkan hasil yng mereka inginkan. Contoh: Pihak pekerja terpaksa menyepakati kenaikan gaji di bawah target yang telah mereka usulkan sebelumnya kepada pihak perusahaan.

3. Lose­lose. Strategi ini dipilih biasanya sebagai dampak kegagalan dari pemilihan strategi yang tepat dalam bernegosiasi. Akibatnya pihak­pihak yang berselisih, pada akhirnya tidak mendapatkan sama sekali hasil yang diharapkan. Contoh: Pihak pengusaha akhirnya melakukan upaya “Lock out”, karena pihak pekerja tidak bersedia untuk menghentikan pemogokan.

4. Lose­win. Strategi ini dipilih bila salah satu pihak sengaja mengalah untuk mendapatkan manfaat dengan kekalahan mereka. Contoh: Pihak pengusaha sengaja memberikan beberapa konsesi yang tidak terlalu signifikan kepada pihak pekerja, dengan harapan dapat membangun kepercayaan dengan pihak pekerja di masa yang akan datang.

B. Taktik Negosiasi Dalam proses negosiasi, pihak­pihak yang berselisih seringkali menggunakan

berbagai taktik agar agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan. Arbono (2005), menyarankan beberapa taktit sebagai berikut :

1. Membuat Agenda. Taktit ini harus digunakan karena dapat memberikan waktu kepada pihak­pihak yang berselisih setiap masalah yang ada secara berurutan dan mendorong mereka untuk mencapai kesepakatan atas keseluruhan paket perundingan.

2. Bluffing. Taktik klasik yang sering digunakan para negosiator, bertujuan mengelabui lawan berundingnya dengan membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun suatu gambaran yang tidak benar. Contoh: Pihak pengusaha menunjukkan bahwa mereka tidak peduli sama sekali dengan ancaman pihak pekerja untuk melakukan pemogokan bila perundingan gagal (padahal sebenarnya mereka khawatir bila pemogokan terjadi).

3. Membuat tenggat waktu (deadline). Taktik ini digunakan bila salah satu pihak yang berunding ingin mempercepat penyelesaian proses perundingan dengan cara memberikan tenggat waktu kepada lawannya untuk segera mengambil keputusan. Contoh: Pihak pengusaha menyatakan kepada pihak pekerja, bahwa bila paket PHK yang ditawarkan tidak diambil sekarang, maka paket PHK yang akan diberikan berikutnya akan lebih rendah dari yang ditawarkan saat ini.

4. Good Guy Bad Guy. Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan tokoh “jahat” dan “baik” pada salah satu pihak yang berunding. Tokoh “jahat” ini berfungsi untuk menekan pihak lawan sehingga pandangan­pandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya, sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang dihormati oleh pihak lawannya karena kebaikannya. Sehingga pendapat­pendapat yang dikemukakannya untuk menetralisir pendapat tokoh “jahat”, sehingga dapat diterima oleh lawan berundingnya.

5. The art of Concecion. Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan dipenuhi. Contoh: Pihak pengusaha sepakat untuk memberikan kenaikan gaji yang diminta pihak pekerja asal pihak pekerja sepakat untuk mendukung pihak pengusaha mengurangi jumlah pekerja.

6. Intimidasi. Taktik ini dilakukan bila salah satu pihak membuat ancaman kepada lawan berundingnya agar menerima penawaran yang ada, dan menekankan konsekwensi yang akan diterima bila tawaran ditolak. Contoh: Pihak pekerja mengancam bahwa bila permintaan kenaikan gaji mereka tidak dipenuhi oleh pihak pengusaha, maka mereka akan melakukan pemogokan selama 1 bulan.

C. Merubah Pendapat Orang Lain Banyak orang maupun tim gagal bernegosiasi karena terlalu terbawa emosi untuk

merubah pendapat pihak lain. Ada dua kemungkinan, pertama menemukan jalan buntuk. Dalam hubungan pribadi, pihak lawan merasa tidak tertarik lagi untuk menerima Anda. Kemungkinan kedua, Anda terlibat konflik dan debat kusir dengan pihak lawan secara emosional. Hindari negosiasi yang bersifat emosional, jelaskan dengan sabar kenapa anda meminta hal itu dan kenapa sangat penting buat Anda. Ingatlah bahwa anda bernogosiasi untk mencapai sesuatu kesepakatan, bukan untuk memenagkan pertempuran.

Sampaikan poin­poin yang menunjang anda. Menurut Dale Carnegie (1980), seorang psikolog ternama, terdapat sembilan cara untuk merubah pikiran lain tanpa menimbulkan rasa kecewa dan mendongkol;

1. Mulailah dengan memberi pujian yang ikhlas. Berikan pengantar yang umum, bahwa permusyawaratan itu adalah untuk mencari persaudaraan, mencapai kesepakatan bersama dengan kesejahteraan kedua belah pihak dan yang diwakili. Akhiri dengan pembukaan ini dengan rasa hormat Anda dan tim kepada pihak lawan dengan pujian yang tulus.

2. Jika menunjukkan keslahan­kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak langsung. Sistim tunjuk hidung membuat pihak lawan kebakaran jenggot. Putarlah kalimat anda dengan cerdik, jangan menunjuk nama dan 2. Jika menunjukkan keslahan­kesalahan orang, lakukanlah dengan cara yang tidak langsung. Sistim tunjuk hidung membuat pihak lawan kebakaran jenggot. Putarlah kalimat anda dengan cerdik, jangan menunjuk nama dan

3. Berbicaralah tentang kesalahan­kesalahan anda sendiri, sebelum anda mengecam orang lain.. Tunjukkan diulu kesalahan­kesalahan anda dengan jujur, baru menuju kepada kesalahan pihak lawan secara halus untuk menjadi refleksi bersama.

4. Berilah perintah dalam bentuk usul. Setiap orang tidak suka diperintah. Dengan sebuah usulan yang disepakati, maka pihak orang lain akan menganggap hal itu sebagai pendapatnya sendiri, bukan sebuah perintah dari orang lain.

5. Usahakanlah jang sampai menyinggung perasaan orang. Jagalah perasaan dan harga diri pihak lawan, sebagaimana anda menjaga perasaan dan harga diri pihak anda.

6. Pujilah perbaikan­perbaikan yang bagaimanapun kecilnya dan jika anda memuji, lakukanlah itu dengan ikhlas dan penuh semangat. Janga ada yang tidak aikhlas. Meski suasana sangat politis kompetitif, namun kembalilah kepada hati nurani masing­masing yang menginginkan kebaiakan bagi kedua belah pihak.