PROSEDUR DARURAT DAN SAR. pptx

PROSEDUR DARURAT DAN SAR
DISUSUN
OLEH

Capt. M.T.Randabunga,M.Mar

PENDAHULUAN
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran,
maupun sedang melakukan kegiatan bongkar muat di pelabuhan atau
di terminal meskipun sudah dilakukan suatu usaha ataupun upaya
yang kuat, namun tidak dapat dihindari.
Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam, health
and safety work act, 1974 untuk melindungi pelaut / pelayar dan
mencegah reseko-resiko dalam melakukan suatu activitas di atas kapal
terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam
keadaan normal maupun dalam keadaan darurat.
Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat dari tidak
bekerjanya
Dengan normal suatu sistim secara prosedural ataupun karena
gangguan alam.




Definisi

Prosedur adalah tata cara / pedoman kerja yang harus di ikuti
dalam melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang
maksimal.
Keadaan darurat adalah keadaan yang lain dari keadaan
normal yang mempunyai kecenderungan atau potensi tingkat
yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta
benda, maupun lingkungan.
Prosedur keadaan darurat adalah suatu tata cara / prosedur
kerja dalam menanggulangi keadaan darurat, dengan maksud
untuk mencegah atau mengurangi korban manusia, kerugian
harta benda dan kerusakan lingkungan yang lebih besar.
Maste List adalah suatu daftar atau absen

CONTIGENCY PLAN
Dalam mengembangkan rencana keadaan darurat (Contigency Plan)
perusahaan dapat membaginya menjadi dua bagian besar yaitu

pengembangan rencana keadaan darurat di darat (Shore Based) dan di
Kapal (Ship Board).

Shipboard Contigency Plan (Rencana Keadaan Darurat di
Kapal ),
Yang harus dipertimbangkan :
1.
2.
3.
4.
5.

Alokasi tugas dan tanggung jawab di atas kapal
Tindakan yang diambil untuk mengontrol situasi
Metode komunikasi yang digunakan diatas kapal
Prosedur untuk meminta bantuan dari pihak ketiga
Prosedur untuk memberi informasi kepada perusahaan dan
melaporkan kepada pihak yang berwenang
6. Menjaga komunikasi antara kapal dan darat
7. Prosedur untuk menghadapi media atau pihak ketiga


Shore Based Contigency Plan
( Rencana Pengembangan Keadaan Darurat di Darat )
Yang harus dipertimbangkan :
1. Komposisi dan tugas personil – personil yang terlibat dengan
rencan keadaan
darurat.
2. Prosedur untuk memobilisasi Emergency Response Team / Tim
Respon
Darurat.
3. Prosedur untuk menangani jenis yang berbeda dari setiap
kecelakaan atau
bahaya
4. Prosedur untuk mengadakan dan menjaga kontak antara kapal dan
manajemen darat
5. Tersedianya denah kapal, rencana, informasi stabilitas, dan
peralatan
keselamatan dan pencegahan pencemaran diatas kapal.
6. Tersedianya Check list yang tepat untuk setiap kondisi di darurat
untuk

membantu dalam menghadapi kondisi darurat yang terjadi di atas
kapal.
7. Daftar nomor telepon yang harus dihubungi pada saat kondisi
darurat
8. Metode pelaporan dari kapal ke manajemen di darat

Prosedur Darurat (Emergency)
Prosedur emergency yang dikembangkan oleh perusahaan
disesuaikan dengan identifikasi resiko yang ada diperusahaan.
Prosedur kondisi darurat untuk kapal penumpang tentunya akan
berbeda dengan Log Carrier, begitu pula untuk Kapal Tanker.
Identifikasi Kecelakaan yang potensial terjadi ( identified
Potential Acccident) pada kapal – kapal yang melayani
penyeberangan selat akan berbeda pula dengan kapal – kapal
yang melayani pelayaran intersuler.

Pelaporan
Jika terjadi kecelakaan dan situasi keadaan darurat di kapal, nakhoda
harus melaporkan kepada dinas penjaga pantai (Coast Guard) atau
penguasa pelabuhan (Harbour Authority) dan kepada perusahaan

segera mungkin.
Untuk memanfaatkan waktu yang ada dan memberikan informasi
sebanyak mungkin

Hal – hal yang harus dilaporkan :
1. Nama kapal
2. Posisi kapal ( lintang , bujur )
3. Dari pelabuhan mana ke mana ( Jadwal Pelayaran )
4. Sifat / bentuk kecelakaan yang terjadi ( tubrukan, kandas, dll )
5. Sifat dan perkembangan kerusakan
6. Daftar nama orang - orang yang harus dihubungi bila terjadi
keadaan darurat ( pihak pencharter, agen, Owner / DPA, Dll ).
7. Nama kebangsaan / bendera, tipe dan keadaan terakhir kapal lain
yang terlibat dalam kejadian tersebut
8. Korban -korban dan tingkat kefatalan yang ada
9. Bentuk - bentuk servis yang dibutuhkan ( gandeng / towage,
helikopter, sekoci penyelamat, dll )
10 Jasa pertolongan yang telah didapat atau dipanggil
11. Agen / perwakilan nasional, lokal atau pihak - pihak pemerintah
yang telah

diinformasikan
12. Cuaca dan kondisi laut, sekarang dan yang diramalkan
13. Keterangan yang lain
14. Tanggal dan waktu kejadian

Bila terjadi tumpahan dari Cargo atau bunker, harus
ditambahkan :
1. tipe dari tumpahan minyak dari cargo atau dari bunker
2. sebab – sebab insiden, jika diketahui, misalnya overflow, pipa
yang rusak,
keusakan – kerusakan pada lambung, dll.
3. Perkiraan jumlah tumpahan
4. Perkiraan arus dari tumpahan
5. Apakah pembersihannya telah dilaksanakan oleh kapal atau dari
pihak –
pihak lain.

Pelatihan
Latihan Penanganan Keadaan darurat dan cara penyelamatan harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dari perusahaan yaitu dengan

mengaktifkan respon team dikantor pusat dan berkoordinasi dengan
pihak kapal dalam menanggulangi keadaan darurat dan latihan
tersebut harus dicatat di log book dan dilaporkan ke kantor pusat.
`
Nahkoda harus menjamin bahwa latihan tersebut dilaksanakan untuk
mendetifikasi keadaan darurat.

Tujuan dari latihan tersebut :
1. Meningkatkan kesadaran pada awak kapal terhadap bahaya –
bahaya yang
potensial yang dapat terjadi dikapal
2. Meningkatkan stsndar pada kecepatan respon awak kapal terhadap
keadaan
darurat yang telah didentifikasi.
3. Melancarkan koordinasi dengan team emergency di kantor pusat
serta
kecepatan beroperasinya sistim tersebut.
Setiap kapal harus menerbitkan jadual latihan yang akan dilaksanakan
dan harus dilaksanakan sesuai dengan yang telah disusun.
Nakhoda kapal harus membuat catatan di log book bahwa latihan

tidak dapat dilaksanakan dan di re-schedule ulang.

Cara yang harus ditangani untuk mengindentifikasi semua hal
yang berpotensi Dalam keadaan darurat.

Setiap rencana minimun berisikan :
1. Alokasikan tugas dan tanggun jabab dikapal
2. Aksi yang diambil untuk menggontrol situasi
3. Metode komunikasi yang digunakan dikapal dan antara kapal dan
darat.
4. Prosedur unutk meminta bantuan pihak ketiga, jika dibutuhkan.
5. Prosedur untuk memberitahu perusahaan dan otorita yang
relevan.
6. Chek list untuk pertolonagan dan monitoring dan reporting.
Semua latihan yang telah dilaksanakan harus dicatat di log Book dan
dilaporkan ke kantor pusat. Catatan ini meliputi personil yang terlibat,
peralatan yang digunakan dan detail dari problem yang ada ( jenis
latihan yang dilaksanakan ) dan di tandatagani oleh nakhoda.
Keefektifan dari latihan harus direview dlam pertemuan safety on
Board. Saran-saran yang ada untuk perbaikan harus segera di laorkan


Emergency Response Team
Emergensy Response Team adalah suatu Tim Penanganan
Keadaan yang ada dikantor pusat, Tuajuan dari Emergensy
Response Team ini adalah :
1. Menghunungi pihak-pihak eksternal perusahaan yang terkait
terhadap operasi
penanganan suatu keadaan darurat, misalnya Deperla, Syahbandar,
Perusahaan Asuransi Emergensy Services, P & I club, Agen dll.
2. Menyediakan jalur komunikasi antara perusahan dengan keluarga
dari awak
kapal.
3. Menjadi pusat informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan
kecelakaan yang terjadi.
4. Memberikan masukan dan petunjuk kepada Nakhoda.
5. Memberikan semua informasi kepada Direktur Utama untuk
menghadapi
media massa dan keluarga korban.


FAKTOR PENYEBAB KEADAAN DARURAT DI KAPAL
1. Faktor Yang Menyebabkab Keadaan Darurat :
a. Faktor alam
Yaitu keadaan darurat yang menyebabkan karena adanya cuaca
buruk dan
Keadaan yang lainnya yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.
b. Faktor manusia
Yaitu misalnya kelalaian manusia yang dapat mengakibatkan
kebakaran
atau Ledakan yang disertai kebakaran dan sebagainya.
c. Faktor tekhnis
yaitu keadaan darurat yang mengakibatkan misalnya yang ada
kaitannya
dengan kelaik lautan kapal, sehingga kapal tidak mampu
meneruskan
pelayaran dengan aman, akibat yang ditimbulkan boleh jadi kapal
bocor,
terbalik atau mesin rusak.

2. Jenis Keadaan Darurat

a. Bahaya (musibah ) yang dapat memyebabkan untuk
megendalikan kapal :
1. Tubrukan
2. Kebakaran
3. Kandas ( terdampar)
4. Ledakan
5. Reaksi dari muatan berbahaya
6. Pergeseran muatan
7. Kemasukan Air
8. Kerusakan mesin
9. Keadaan darurat kerena cuaca buruk, perang atau
pembajakan
Kapal tenggelam .
10. Faktor-faktor kesulitan pada saat meninggalkan kapal yang
dapat di
temukan dalam berbagai bentuk keadaan darurat.
11. Menurunkan pesawat penyelamat pada saat kebakaraan

3. Mencegah Terjadinya situasi darurat di kapal
1. Badan kapal dan mesin harus kuat dan memenuhi syarat.
2. Peralatan dan perlengkapaln harus yang tebaik dan di pelihara
sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
3. Fasilitas pelabuhan dan alat bantu navigasi harus tepelihara
dengan baik.
4. Berita cuaca harus dipantau dengan baik setiap saat.
5. Anak buah kapal harus mempunyai kemampaun fisik dan mental
yang
kuat dan terdidik dan terampil dalam menjalankan tugasnya.
Juga
mempunyai dedikasi yang tinggi.
6. Anak buah kapal harus mempunyai sidiplin yang tinggi dan
mampu
bekerja sama antara mereka. Sehingga dapat menangani setiap
keadaan
darurat yang cepat dan tepat.

1. Sijil Bahaya atau darurat
Dalam keadaan darurat atau bahaya setiap awak kapal wajib
bertindak sesuai
dengan ketentuan yang ada, sijil darurat senantiasa dibuat dan
diinformasikan
pada seluruh awak kapal.
Sijil darurat dikapal perlu digantungkan ditempat yang strategis,
muda dicapai,
muda dilihat dan muda dibaca oleh seluruh pelayar dan memberikan
perincian prosedur dalam kaadaan darurat seperti :
a. Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi didalam keadaan
darurat oleh
setiap anak buah kapal.
b. Sijil darurat selain menunjukan tugas-tugas khusus, juga
menunjukkan
tempat berkumpul ( kemana awak kapal harus pergi bila terjadi
keadaan
darurat )
c. Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam bentuk
yang
ditetapkan oleh pemerintah.
d. Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus dibuat dan salinannya
digantungkan dibeberapa tempat yang stategis di kapal, terutama

e. Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang
berlainan bagi
setiap ABK, misalnya:
1. Menutup pintu kedap air, katup-katup bagian mekanis dari
lunag-lubang
pembuangan air di kapal dll.
2. Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat jinjing
maupun
perlengkapan lainnya.
3. Menurunkan sekoci penolong.
4. Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat lainnya.
5. Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi penumpang.
6. Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel control
kebakaran.

khusus yang
dikerjakan oleh anak buah kapal bagian CD ( koki,
Pelayan dll ):
1. Memberikan peringatan kepada penumpang.
2. Memperhatikan apakah memakai rompi renang secara
semestinya atau
tidak.
3. Megumpulkan para penumpang di tempat berkumpul darurat.
4. Mengawasi gerakan dari penumpang dan memberikan
petunjuk diganggang atau di tangga.
5. Memastikan bahwa persedian selimut telah dibawa ke sekoci /
rakit
penolong.
g. Dalam hal ini yang menyangkut pemadam kebakaran, sijil darurat
memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya dikerjakan bila
terjadinya kebakaran, serta tugas-tugas khusus yang harus

h. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyansemboyan
panggilan bagi ABK untuk berkumpul di sekoci penolong masingmasing, di
rakit penolong atau di tempat berkumpul untuk memadamkan
kebakaran.
Semboyan-seboyan tersebut diberikan dengan serine atau suling,
Kecuali di kapal penumpang untuk pelayaran internasional jarak
pendek dan di kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki
( 4,7 M ), yang harus dilengkapi dengan semboyan-semboyan yang
dijalankan secara electronic, semua senboyan ini dibunyikan dari
anjungan.
Semboyan-semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat
terdiri dari 7 tiup pedek dan 1 tiup panjang dengan menggunakan
suling kapal atau serine dan sebagai tambahan semboyan ini boleh
dilengkapi dengan bunyi bel atau gong secara terus menerus.
Jika semboyan ini berbunyi, berarti bahwa semua orang di atas
kapal harus mengenekan pakaian hangat dan baju renang dan
menuju ke tempat berkumpul atau station darurat. ABK melakukan
tugas ditempat darurat sesuai dengan apa yang tertera dalam sijil
darurat serta selanjutnya menunggu perintah dari Nahkoda.

Setiap juru mudi dan anak buah kapal menuju kesekoci dan
mengerjakan :
1. Membuka tutup sekoci, lipat dan masukkan ke dalam sedkoci
2. Dua orang di dalam sekoci masing-masing seorang didepan untuk
memasang tali penahan sekoci yang berpesak ( cakil ) dan seorang
yang di
belakang untuk memasang prop sekoci.
3. Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh mungkin ke
depan
tetapi sebelah dalam dari lopor sekoci dan sebelah luar tali-tali
lainnya lalu di
kencangkan.
4. Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah
memakai rompi
penolong dengan benar/ baik.
5. Selanjutnya siap menunggu perintah.
Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak kapal
harus mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan
keselamatan jiwa di laut dan mampu menggunakan sekoci dan

2. Tindakan untuk mencegah terjadinya tubrukan
a. Harus benar-benar menguasai peraturan pencegahan tubrukan di
laut
(PPTL)
b. Selalu megadakan pengawasan.
c. Mengurangi kecepatan pada waktu kabut atau dalam perairan
sempit.
d. Tindakan yang tepat apabila kapal akan merubah arah sehingga
kapal lain
dapat mengetahui maksud anda.
e. Laksanakan hubungan dengan segera antara ruang kemudi dan
ruang
mesin.
f. Periksa lampu navigasi kapal pada waktu malam hari.
g. Jangan saling menyerobot dengan kapal lain apabila kapal berada
dalam
daerah pelabuhan.
h. Pada waktu mendahului kapal lain di usahakan sedapat mungkin
dalam
jarak yang cukup jauh ( jangan terlalu dekat).
i. Usahakan mengunakan mesin secara efektif pada waktu
megolah gerak.
j. Berikan antara yang cukup waktu kaplal sedang merobah haluan.
k. Pikiran yang tenang dan tindakan yang tepat sangat perlu dalam

menghidari batu bara itu menangas ( terbakar sendiri).
b. Usahakan menempatkan gas yang mudah terbakar / meledak,
minyak
dan sejenis pada tempat yanga aman.
c . Jaga dan simpan barang mudah terbakar, seprti kapok, wol dan
lainlain. Jauhkan dari api dan perhatikan benar penempatan
barang
tersebut.
d. jangan mengunakan api terbuka dalam ruangan, ruang tertutp
dan
tempat-tempat khusus di kapal.
e. Awasi bunga api yang berasal dari ketel, cerobong atau dapur .
f. Cegah agar api jangan masuk ruangan muatan lewat ventilasi
kapal.
g. Periksa kabel listrik kemungkinan ada hubungan singkat
(koslioting).
h. Jaga terhadap kemungkinan jatuhnya bunga api ke dalam
kamar mesin
dimana terdapat campuran minyak.
i. Adakan pengamanan pada waktu mengadakan pekerjaan
pengelas ,
waktu perbaikan atau di dok. Tempatkan alat pemadam
dengan baik
dan strategis dan baut daftar pembagian tugas pemadam (Fire

4. Tindakan mencegah terjadinya kandas/ terdampar
a. Kewaspadaan harus tetap dijaga pada saat peglihatan terbatas
(umumnya kurnag dari 2mil ) dan selalu mengecek posisi
dengan
megunakan sarana navigasi ayang ada. Mesin stand by dan
jangkar
siap sewaktu-waktu digunakan apabial mendapat dangkal.
b. Hindari berlayar di daerah berbahaya , menghindari karang
yang tidak
kelihatan, pulau-pulau kecil, batu karang, dengan mengolah
gerak
dengan baik dan memperhitungan arah angin dan arus
terhadap
kemungkinan terjadinya kerusakan mesin. Periksa haluan dan
kompas
sesering mungkin.
c. Hindari pengunaan peta lama atau peta dengan skala kecil.
Apabila tidak
tersedia, dapat diguankan peta lama yang sudah di koreksi
dengan baik
dan skalanya besar.

PROSEDUR PENANGGULANGAN DAN PENYELAMATAN
TERHADAP
BERBAGAI MACAM KEADAAN DARURAT DI KAPAL.
Penaggulangan keadaaan darurat didasarkan pada suatu pola ter
padu yang mampu mengintegrasikan aktivitas atau upaya
penangulangan keadaan darurat tersebut secara cepat, tepat dan
terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya
manusia serta fasilitas yang tersedia.

Dengan memahami pola penangulangan keadaan darurat
ini dapat diperoleh manfaat:
1. Mencegah (menghilangkan ) kemungkinan kerusakan
akibat
meluasnya kejadian darurat itu.
2. Memperkecil kerusakan-kerusakan matrial dan lingkungan.
3. Dapat menguasai keadaan ( Under Control )

A. Pendataan
Dalam menghadapi setiap kaadaan darurat dapat selalu di
putuskan tindakan yang akan dilakukan, pendataan sejauh mana
keadaan daruratnya dapat membahayakan manusia (pelayar),
kapal dan lingkungan serta bagaimana cara mengatasinya di
sesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersediah.
B. Langkah-langkah pedataan :
1. Tingkat kerusakan kapal
2. Ganguan keselamatan kapal (stabilitas)
3. Keselamatan manusia
4. Kondisi muatan
5. Pengaruh kerusakan pada lingkungan
6. Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal
lain.

C. Peralatan
Sarana dan prasarana yang akan di gunakan disesuaikan dengan
kaedaan darurat yang dialami dengan memperhatiakn
kemampuan kapal dan manusia untuk melepaskan diri dari
keadaan darurat tersebut sehingga kondisi normal kembali .
Petugas atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi
mengatasi keadaan darurat ini seharusnya mampu bekerjasama
dengan pihak lain bila mana diperlukan ( dermaga ,kapal lain ,
taem SAR).
Secara keseluruhan peralatan yang dipergunakan dalam keadaan
darurat adalah :
1. Breathing Apparatus
2. Fireman Out fit
3. Alat komunikasi
4. Alarm
5. Tandu
6. Dll disesuaikan dengan keadaan darurat yang di alaminya.

D. Mekanisme Kerja
Setiap kapal mempunyai team-team yang bertugas dalam
perencanaan dan pengeterapan dalam mengatasi keadaan darurat.
Keadaan-keadaan darurat ini harus meliputi semua aspek dari
tindakan-tindakan yang harus diambil pada saat keadaan darurat
serta di bicarakan dengan perusahaan pelabuhan , pemadam
kebakaran dan alat negara dan instansi lain yang berkaitan dengan
pengarahan tenaga penyiapan prosedur dan tanggung
jawab,organisasi, sistem, komunikasi pusat pengawasan, inventaris,
dan detail lokasinya.

Tata cara dan tindakan yang akan di ambil bila
terjadi keadaan darurat antara lain :
1. Persiapan, yaitu langkah-langakah persiapan yang diperlukan
dalam
menangani keadaan darurat tersebut berdasarkan jenis dan
keadaannya.
2. Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti dan
beberapa
kegiatan / bagian secara terpadu.
3. Organiusasi yang solid dengan gais-garis komunikasi dan tanggung
jawabnya.
4. Pelaksanaan berdasarkan 1,2, dan 3, secar efektif dan terpadu.
Prosedur di atas harus meliputi segala macam keadaan darurat yang di
temui, baik menghadapi kebakaran, kandas, pencemaran, dan lain-lain
dan harus di pahami dengan baik tentang pelaksanaan latihan secara
teratur dapat dilaksanakan dengan baik.

Dalam keadaan darurat Nakhoda harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut untuk melakukan suatu tindakan :
1. Apakah tindakan darurat tersebut kemungkinan berhasil akibat
kerusakan
badan kapal.
2. Apakah kemungkinan berhasil mengembalikan stabilitas kapal
tersebut.
3. Apakah ada waktu yang cukup untuk meluncurkan alat
penolong dan
meninggalkan kapal dengan alat penolong tersebut.

Tindakan yang perlu diperhatikan bila terjadi keadaan
darurat adalah sebagai berikut :
1. Tindakan yang di lakukan oleh nakhoda :
a. Menyatakan adanya keadaan darurat.
b. Memutuskan untuk segera meninggal kapal.
c. Mengirim isyarat Bahaya.
d. Mempersiapkan makanan dan air minum.
e. Mempertimbangkan kelemahan-kelemahan dan kecelakaan
orangorang di kapal.
f. Menjaga disipli dan ketentraman mental terhadap
kelemahan yang
disebabkan oleh keadaan darurat tersebut.
g. Memberikan semangat agar tidak putus asa dalam
menunggu
pertolongan .

kerusakan.
b. Mengetahui keterbatasan prosedur keadaan darurat dan di perlukan
tindakan
cepat khususnya pada masalah kebakaran sehingga asap beracun
yang
terjadi dan tersebar akan cepat di musnahkan.
c. Sebelum meninggalkan kapal, segera memakai pakaian setebal
mungkin
walaupun di daerah tropis atau immertion suit dan life jacket, serta
siap-siap
untuk turun ke life boat atau life raft. Semua orang di kapal harus
telah
mengetahui
d. cara memakai life jacket tersebut agar dengan mudah memakainaya
pada
saat keadaan darurat.
e. Meskipun di lifeboat dan life raft tersedikan perlengkapan tapi jika
waktu
mengisinkan, disarankan untuk membawa spare-nya.
f. Pastikan bahwan peralatan radio telah di persiapkan pada
tempatnya.
g. Siapkan PPPK untuk menjaga kemungkinan ada yang terluka .
h. Perhatikan keamanan dalam pelaksanaan penurunan life boat , life
raft dan
berusaha agar tidak terjadi kecelakaan.

PROSEDUR DARURAT PADA SAAT KAPAL KANDAS
( STANDING AND BEACHING )
Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran
baling-baling terasa berat, asap dari cerobong mendadak menghitam,
badan kapal bergerak dan kecepatan kapal berubah kemudian
bethenti mendadak.
Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat
tergantung pada permukaan dasar laut atau sungai dan situasi di
dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan
menimbulkan pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang
masuk kedalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya
kebakaran tentu akan dapat saja terjadi kalau bahan bakar atau
minyak terkontaminasi dengan jaringan listrik yang rusak sehingga
dapat menimbulkan nyala api yang tidak terdeteksi dan menimbulkan
kebakaran.

Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kadas dapat saja
terjadi karena situasi yang tidak terduga / jatuh saat terjadi perubahan
posisi kapal.
Kapal kandas sifatnya dapat permanent dan dapat pula bersifat
sementara,,tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai ,
adapun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan
membuat situasi dilingkungan kapal menjadi rumit.
Dengan menggerakkan mesin mundur penuh merupakan tindakan
yang paling wajar untuk diambil oleh perwira jaga, bila ia menyadari
bahwa kapalnya kandas.
Sering tindakan ini yang paling cepat, namun tidak selalu demikian.
Bila kapal kandas pada batu dan akibatnya mengalami kerusakan
berat pada dasar kapal, maka kemungkinan akibat dari gerakan
mundur, kapal akan tenggelam, segera setelah kapal tersebut
terapung.
Bila kapal berbaling – baling tunggal kandas pada haluannya saja
maka oleh pengaruh gerakan mundurnya baling –baling, kapal akan
berputar dengan cepat dan mungkin akan kandas dengan seluruh
panjangnya.

Bila kapal kandas pada dasar yang lunak atau ( lumpur atau pasir ),
harus dicegah untuk mesin dimundurkan untuk waktu lama, karena
arus baling – baling yang didorong kedepan membawa pasir dan lumpur,
sehingga bagian di tengah –tengah kapal terbentuk ambang dibawah
kapal, sehingga kapal akan duduk lebih kokoh lagi.
Keberatan lain atas gerakan mundur adalah kemungkinan masuknya
lumpur atau pasir kedalam kondensor.

1. Stop mesin
2. Bunyikan serine bahaya
3. Pintu-pitu kedap air di tutup
4. Nahkoda diberi tahu
5. Kamar mesin diberitahu.
6. VHF dipindahkan ke chanel 16.
7. Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan.
8. Lampu-lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan.
9. Lampu dek dinyalakan.
10. Menonding got-got dan tangki - tangki dengan tujuan untuk
memeriksa
apakah kapal bocor.
11. Di sekililing kapal di perum untuk menentukan seberapa jauh
dan seberapa
panjang kapal yang kandas.
12. Kemudian segera menurunkan sekoci untuk memerum lanjut
daerah
sekitarnya, dengan tujuan untuk memeriksa pada arah-arah
mana terdapat
air yang dalam.
13. Dari peta, buku – buku kepanduan bahari dan daftar – daftar
pasang surut
dikumpulkan keterangan – keterangan yang diperlukan tentang
kedudukan 14. partikel dari gerakan pasang surut.
15. Apakah air akan naik atau turun seberapa banyak dan

Selanjutnya, bila dengan menggunakan mesin, kapal tidak terapung
dalam waktu singkat sedikit – sedikitnya menggunakan jangkar ringan
(jangkar buritan atau jangkar cemat), kemudian tali dari jangkar
tersebut dihibob kencang dan dibelit.
Tujuan menggunakan jangkar ini adalah pertama – tama untuk
mencegah bahwa kapal akan naik lebih tinggi kedarat dan terbawa
kedalam posisi yang lebih kurang menguntungkan maka arah kemana
jangkar akan ditempatkan tergantung dari arah angin dan arah
jalannya arus.

Usaha untuk melepaskan kapal tidak dilakukan sebelum rantai jangkar
dihibob kencang dan terbelit. Dalam kedaan yang menguntungkan,
misalnya bila kapal kandas hanya pada bagian kecil atau hanya kandas
ringan diwaktu air sedang pasang, terdapat kemungkinan walaupun
hanya kecil, bahwa kapal akan terapung hanya karena pada rantai
jangkar.
Bila kapal sedang kandas pada dasar keras dan air sedang surut,
sehingga terdapat banyak patahnya kapal bukan tidak mungkin atau
diramalkan cuaca buruk, maka tidak boleh ragu – ragu untuk secepat
mungkin minta bantuan dari kapal – kapal lain atau menerima bantuan
yang ditawarkan.

Bila keadaan sedemikian rupa bahwa adanya bahaya langsung
dapat dipertimbangkan :
1. Biasanya bantuan yang paling tepat dapat diharapkan dari kapal –
kapal,
yang khsus dirancang untuk jasa – jasa tunda dan penyelamatan.
2. Gaya, yang dapat diberikan pada tali tunda oleh kapal yang
datang untuk
memberi bantuan sering kali lebih kecil dari pada gaya yang
tersedia pada
kapal anda sendiri untuk pengapungan, bila dengan bantuan wins
– wins
dan takal–takal dapat menghibob pada rantai dari jangkar yang
dimtepatkan pada arah yang tepat dan berdaya tahan yang
cukup.
Bila tindakan – tindakan untuk mengapungkan kapal, tidak langsung
membawa hasil, harus segera beralih kepenggunaan jangkar. Jangkar

jangkar ini harus dibawa keluar dari kapal sejauh mungkin, daya
tahan
jangkar harus cukup untuk menerima gaya besar, tanpa
menggaruk. Pada
arah mana jangkar harus dibawa keluar
tergantung dari banyaknya hal,
namun dalam hal apapun arah ini harus sedemikian rupa, sehingga
dengan
menghibob jangkar bagian kapal yang kandas akan ditarik ke air yang
lebih
dalam.

Bila kapal berkedudukan tegak lurus dan hampir tegak lurus terhadap
darat maka sebaiknya untuk mengeluarkan jangkar terhadap
perpanjangan dari garis lunas linggi, bila arah lain mungkin tidak
dianggap lebih cepat lagi. Sehubungan dengan kedalaman air, arah
dan gaya dari arus atau angin. Bila mungkin jangkar berat
dikeluarkan dengan tali baja yang kuat sebagai tali jangkar. Dikapal
agak besar mungkin tali tunda dapat digunakan sebagai tali jangka.
Bila tidak mungkin untuk mengeluarkan jangkar berat bagi jarak yang
dikehendaki, maka mungkin dapat beralih pada dua jangkar arus atau
dua jangkar buritan yang disambung.

Untuk keluar membawa jangkar arus sampai bobot 300 kg dapat
dilakukan dengan sekoci kerja asalkan sekoci kerja tersebut
sebelumnya telah dibalas secukupnya.
Ballas tetap ini harus disebarkan sedemikian rupa sehingga sekoci
agak menungging.
Berat dari ballas yang digunakan adalah kurang lebih adalah sama
dengan bobot jangkar.
Jangkar arus diturunkan dengan rip muatan keluar kapal sampai sedikit
diatas permukaan air.
Tali pelampung diikat dengan simpul jangkar pada talang; ujungnya
diikat pada batang jangkar.
Tali pelampung ini harus cukup kokoh, karena jangkar harus dinaikkan
dengan tali tersebut.
Panjangnya tali harus paling sedikit 1 ½ x kedalaman air waktu air
harus memiliki daya apung yang cukup, sehingga pelampung tersebut
tidak “ ditenggelamkan “ oleh setiap adanya arus.

Pelampung dan tali pelampug diletakkan didalam sekoci.
Kemudian jangkar dan tali pelampung diletakkan sampai cincin
jangkar berada pada setinggi bangku ( doft ).
Kemudian sekoci dirapatkan dengan buritan ke batang jangkar,
dimana jangkar diputar sedemikian rupa sehingga tongkat jangkar
( stok ) bersandar pada buritan datar.
Sepotongan tali baru yang kuat dipasang keliling batang jangkar di
bawah tongkat
dan di ikat pada bangku atau kait
pengangkat ( hijshaak ) sekoci.
Di kimbul ( achterplecht ) sepotong tali tersebut diberi alas
berupa balok - balok untuk mencegah bobot jangkar membebaskan
buritan.
Tali jangkar dipasang pada cincin jangkar. Kemudian rip muatan di
aria dengan hari –hati sampai bobot jagkar secara penuh ditampung
oleh tali tersebut. Sekoci kini akan sedikit

menonggak, namun karena ballas yang ditempatkan,
penonggakan tidak akan begitu besar sehingga sekoci sulit
untuk dikendalikan.
Penggantungan jangkar arus pada buritan.
Tali jangkar yang di dalam gambar belum di pasang, kemudian
diletakkan didalam sekoci dan dibawa dengan jalan
mendayung, sebagaimana telah dibicarakan waktu membawa
keluar tali.
Anda mendayung terus demikian jauh; sampai seluruh tali
keluar dari sekoci dan dengan demikian menunjuk ke belakang.

Jangkar diletakkan diburitan sekoci sedemikian rupa, sehingga tongkat jangkar
berdiri tegak lurus di belakang buritan.
Talang dan kuku– kuku jangkar terletak pada balok yang diletakkan di
atas tutup tajuk ( potdeksel ).
Di atas balok ini terletak dua buah jeruji tangan sedemikian rupa sehingga
ujungnya agak menjorok keluar dari buritan.
Tali pelampung dan tali jangkar dipasang seperti yang telah diuraikan
sebelumnya.
Bila tali telah dibawa dengan cara mendayung, pelampung dan tali pelampung
telah diturunkan dari kapal dan setelah diperiksa apakah segala sesuatu akan
berjalan dangan lancar.
Ujung dari jeruji tangan di sekoci diangkat secukupnya sehingga jangkar
meluncur keluar sekoci.
Sementara itu para pendayung mengusahakan, agar tali tetap kencang ke arah
belakang. Hal yang terakhir ini adalah untuk mencegah agar jangkar tidak
tersangkut pada tali bila dilego.

Keuntungan
Darii cara ini adalah, bahwa jangkar praktis akan jatuh dengan sendiri
begitu lasingan A dipotong.
Pada gambar ini B adalah balok kayu pada kimbul.
Bila balok ini cukup tinggi, maka dapat dicegah bahwa batang C dari
jangkar arus bersandar pada buritan C.
Mengenai cara mengeluarkan jangkar dengan arus, berlaku juga apa
yang telah diuraikan mengenai membawa keluar tali –tali dengan arus.
Bila seluruh gulungan tali telah diletakkan di sekoci, mata tali yang
berada disebelah atas disambung pada cincin jangan dengan segel.
Dalam hal ini tempat dimana jangkar akan diturunkan dari sekoci, kini
segala sesuatu harus dilakukan dengan sangat cermat. Karena
kemungkiann terjadi “jangkar tidak bebas “ pada saat ini besar.
Bila waktu kembali dengan ujung tali tidak sampai pada kapal, anda
dapat memasang tali buangan pada ujung tali tersebut, setelah itu
mendayung ke kapal dan mengambil tali lain, tali ini kemudian
disambung dengan “simpul mati“ pada tali lain.

Anda juga dapat menyambung ujung tali pelampung terserbut dengan
tali buangan berpelampung, kemudian kembali ke kapal untuk
mengambil tali lain.
waktu mengeluarkan jangkar arus atau jangkar buritan yang lebih
berat anda mungkin tidak dapat mengedalikan lagi.
Terpaksa anda harus beralih ke penggunaan sekoci penolong, yang
mempunyai bobot mati yang lebih besar.
Karena sekoci ini, haluan dan buritannya berbentuk lancip, maka
jangkar tidak dapat digantung pada buritan seperti yang diuraikan
pada sekoci kerja, atau diletakkan di dalam sekoci di kimbul.
Kini jangkar harus digantung di bawah bagian tengah dari sekoci. Ini
dapat dilakukan secara tegak lurus atau dengan cara “ terapung “.

Cara mana yang harus diterapkan, tergantung dari kedalaman air yang tersedia.
Cara yang paling mudah adalah penggantungan tegak lurus.
Namun untuk ini diperlukan kedalaman yang melebihi 5 meter. Pada bagian
tengah dari sekoci diletakkan “papan biola”.
Papan biola ini merupakan balok yang ujng-ujungnya bertakik. Untuk mencegah
jangan sampai ujung –ujung akan sobek, ujung – ujung tersebut diberi pita besi.
Selanjutnya diambil dua potong tali baja yang sama panjang, yang disambung
dengan segel berat atau dengan cincin.

Ujung – ujung yang lain dari kedua potongan tali baja tersebut
disambung pada tengah – tengah papan biola dengan tali yang sangat
kuat secara “ simpul Matthew “ (tali reep).
pada segel atau cincin yang dimaksudkan di atas dipasang tali baja.
Tali baja tersebut harus sedemikian panjang agar tali tersebut dapat
disambung pada cincin jangkar bila jangkar tersebut diturunkan dengan
“sleng mengunakan segel”.
A. Jangkar buritan
B. Tali jangkar
C. Tali pelampung
D. Sleng tali baja
E. Rip muat dan kait muat

Digeladak jangkar di gantung di bawah papan biola. Begitu sekoci
berada pada tempat yang dikehendaki.
Rip muat diarea secara hati –hati sehingga papan biola di sekitar ujung –
ujung bangku melintang ditopang dengan potongan–potongan kayu dan
agak diganjal dengan baji – baji.
Selanjutnya harus juga di usahakan agar papan biola berada di atas
bangku melintang.
Cara membawa dengan mendayung dan menurunkan jangkar kembali
dilakukan seperti yang telah diuraikan diatas.

Bila kedalaman air terlalu kecil untuk mengeluarkan jangkar dengan cara
yang telah diuraikan, maka jangkar dapat dikeluarkan dengan cara “terapung “.
Bila dalam hal ini juga digunakan cara ke 2, maka mungkin yang diperlukan
hanya kedalaman 3 ½ atau 4 m.
Seng tali baja pendek dilingkarkan pada batang jangkar disekitar “sendi” ( kom )
sehingga sleng tersebut tidak dapat bergeser ( lihat gambar dibawah ini ).
Melalui kedua mata sleng dipasang segel besar, yang dapat disambung pada
cincin brendel ( spruit ).

Bila jangkar digantung dibawah sekoci dengan cara ini, jangkar tersebut
tergantung terbalik dengan batangnya menunjuk agak ke bawah.
Untuk mempertahankan jangkar tetap “ terapung “, pada cincin jangkar
dipasang sepotong tali lagi, yang dapat menarik batang jangkar ke atas
Potongan tali ini dibelit pada cincin buritan.

Sebelum jangkar diletgo, potongan tali tersebut harus di area dengan
hati-hati dan lepaskan, Tahanan jangkar tergantung dari in dari
bobotnya.
Dengan sendirinya maka jangkar arus atau bahkan jangkar buritan
tidak dapat menghasilkan daya tahan yang dikehendaki dalam segala
hal.
Untuk agak mengimbangi keberatan ini, dapat digunakan “jangkar
yang bersambung “ Pada jangkar yang bersambung digunakan 2
jangkar secara beruntun, dimana tali dari jangkar yang terikatkan pada
batang dari jangkar yang lebih berat.
Daya tahan dari jangkar yang bersambung adalah jauh lebih besar
daripada daya tahan dari satu jangkar yang bobotnya sama dengan
jumlah bobot dari kedua jangkar yang dipakai.
Bila dengan material ya
ng relatif terbatas anda hendak mencapai hasil yang baik maka anda
harus menggunakan jangkar yang bersambung.
Untuk mengeluarkan jangkar yang bersambung, jangkar yang paling
berat yang pertama – tama dikeluarkan.
Tali pelampung dari jangkar ini menjadi tali jangkar untuk jangkar ke-2
dan panjang talinya harus dikitnya 1 ½ kali kedalam air.

Bila jangkar arus telah melakukan tugasnya, jangkar tersebut harus
dihibob masuk.
Bila hal ini tidak dapat dilakukan oleh kapal, maka ini harus diangkat oleh
sekoci.
Pengangkatan ini dilakukan dengan tali pelampung. Karena untuk
mengeluarkan jangkar yang menahan dengan baik dari dasar diperlukan
gaya yang lebih besar, daripada untuk menaikkannya, maka untuk
pekerjaan ini harus digunakan sekoci penolong besar, yang dengan ballas
talah diberikan trim menungging yang cukup.
Untuk digunakan jeruji kerja (jeruji tangan besar) dimana terikat balok
pengantar (voetblok).
Jeruji ini diikat kencang pada buritan.
Selanjutnya pelampung diangkat dan tali pelampung dimasukkan ke
dalam blok pengantar dan dikencangkan dengan tangan.
Dengan “pemasak” balok yang berjalan dari takal bermata tiga atau yang
bermata empat disambungkan pada tali pelampung.
Blok yang lain diikat pada cincin haluan .

Catatan :
Kapal besar tidak perlu untuk mencoba hal ini, karena jangkar – jangkarnya
walaupun dapat dikeluarkan, tetapi terlalu berat.
Segera setelah jangkar telah dibawa keluar selek (loos) dari tali sedapat mungkin
dihibob.
Kemudian pada tali dipasang pada takal – takal yang blok – bloknya diletakkan
pada jarak antara masing – masing sejauh mungkin.
Bagian yang bergeraka dari takal ini dilingkarkan pada salah satu tromol dari wins.
Sehubungan dengan panjangnya talilopor dapat dianjurkan untuk membuat dua
bagian yang bergerak bagi takal, yang masing-masing dilingkarkan pada tromol
wins sendiri-sendiri.
Dengan menghibob pada takal, gaya dapat digunakan dalam arah yang
dikehendaki

Setelah jangkar dibawa keluar dan pengencang tali jangkar, pada
umumnya tersedia tiga tindakan untuk mengapungkan kapal, ialah :
1. Mengurangi sarat
2. Merubah trim dan
3. Mengusahakan menimbulkan gerakan pada kapal.
Pengurangan sarat adalah meringankan kapal, dapat dilakukan
tercepat dan dengan cara yang paling ekonomis dengan
mengosongkan tangki – tangki ballas dengan pompa Selanjutnya dapat
dianjurkan untuk mengosongkan tangki – tangki air minum dan air
pengisi, penurunan sekoci – sekoci, pembongkaran muatan dan barang
– barang inventaris dan dalam keadaan sangat terpaksa membuang
muatan dan memompa keluar bahan bakar.
Tindakan – tindakan tersebut terakhir atas pertimbangan –
pertimbangan bersifat ekonomis dan teknis pelestarian lingkungan.
Perubahan trim menonggak bertujuan untuk pengurangan sarat di
tempat, dibagian mana kapal kandas.

Dengan demikian, bila misalnya hanya bagian depan kapal yang kandas, bila
mungkin untuku membongkar muatan dari palka–palka depan dan
memuatnya kembali di palka – palka belakang atau mengosongkan ruangan
– ruangan depan dari ballas ganda dan mengisi ke dalam tangki –tangki
ballas dibagian belakang.
Bila mungkin untuk menimbulkan gerakan pada kapal kandas dengan
sebagian besar dari panjangnya, untuk menggunakan kedua jangkar haluan
( dengan rantai jangkar ) dari haluan dan kedua jangkar buritan atau kedua
jangkar cadangan dari buritan, kesemuanya ke arah kurang lebih 4 surat di
belakang arah melintang.
Menjelang air pasang untuk menghibob secara bergantian pada rantai
jangkar kiri dan pada tali jangkar buritan kanan dan pada tali jangkar buritan
kiri, bila mungkin mesin digerakkan mundur, bila berhasil untuk menimbulkan
gerakan pada kapal meskipun hanya sedikit, maka hampir dapat dipastikan
kapal akan mengapung dengan usaha – usaha lanjut.

Kapal yang tidak diperlengkapi khusus untuk tugas–tugas tunda.
Pada umumnya hanya dapat mengharapkan akan berhasil untuk
usaha -usaha dalam mengapungkan kapal yang kandas bila kapal
tersebut berlabuh jangkar arah yang tepat dan jarak yang tepat dari
kapal yang kandas.
Bila tidak ada arus, kapal yang akan memberi bantuan, bila mungkin
berlabuh jangkar dengan satu atau dua jangkar dengan rantai
panjang, pada arah perpanjangan dari garis lunas linggi dari kapal
yang kandas ( gambar E.9. ).
Bila hubungan telah terlaksana, maka kapal yang membantu mulai
menghibob jangkar dan memajukkan mesin secara bertahap.

Kapal yang tidak diperlengkapi khusus untuk
tugas–tugas tunda.
Pada umumnya hanya dapat mengharapkan akan berhasil untuk
usaha -usaha dalam mengapungkan kapal yang kandas bila kapal
tersebut berlabuh jangkar arah yang tepat dan jarak yang tepat dari
kapal yang kandas.
Bila tidak ada arus, kapal yang akan memberi bantuan, bila mungkin
berlabuh jangkar dengan satu atau dua jangkar dengan rantai
panjang, pada arah perpanjangan dari garis lunas linggi dari kapal
yang kandas ( gambar E.9. ).
Bila hubungan telah terlaksana, maka kapal yang membantu mulai
menghibob jangkar dan memajukkan mesin secara bertahap.
Di tempat, dimana terdapat lata ( verval), dengan sendirinya harus
menunggu dengan usaha – usaha tunda untuk mengapungkan kapal
sampai pada soal mendekati air pasang.
Kapal yang kandas, bila mungkin akan membantu dengan mesinnya
dan terutama dengan menghibob pada jangkar – jangkar yang telah
dikeluarkan. Ada dua alasan, yang menghendaki atau setidak –
tidaknya yang sangat menganjurkan untuk sebelum menunda bebas

Pertama – tama kini akan senantiasa menarik ke arah yang paling tepat,
sedangkan bila tidak ada jangkar didasar, akan ternyata bahwa praktis tidak
mungkin untuk mengendalikan kapal.
Kedua, hasil guna dari menghibob pada jangkar adalah cukup besar, bahkan
mungkin lebih besar daripada dengan bergerak majunya mesin – induk.
Tali tunda atau yang dibujat panjang
Dengan alasan yang sama maka diperlukan untuk menyiapkan paling sedikit satu
jangkar untuk di letgo pada kapal yang kandas.

Bila arus mengalir sejajar dengan pantai, maka kapal yang datang
membantu bila mungkin untuk berlabuh jangkar diatas arus dari
perpanjangan dari garis lunas linggi dari kapal yang kandas.

Bila terdapat arus sepanjang pantai, maka dengan sendirinya
diusahakan untuk berlabuh jangkar di atas arus dari garis, bila usaha
– usaha untuk menunda harus dimulai, ialah sebelum air-pasang.
Bila terdapat arus dan tidak tersedia kesempatan untuk berlabuh
jangkar, penundaan bebas mungkin dapat dicoba dengan bantuan
tali tunda, yang dilakukan melalui lobang tali di sekitar bagian
tengah kapal.
Bila tali tunda ini telah diikat pada kedua kapal, maka kapal yang
membantu, dengan bantuan kemudi dan mesinnya yang bergerak
maju, diarahkan untuk melintangi arus, sehingga dengan demikian
kapal cenderung untuk menghanyut dari darat dengan penempatan
demikian bagi tali tunda terdapat kemungkinan untuk
mengendalikan kapal yang membantu, yang mana tidak mungkin
bila tali dipasang melalui ulup buritan atau sisir buritan.

KEADAAN DARURAT PADA SAAT KAPAL MENGALAMI

TUBRUKAN

1. Keadaan daruat karena tubrukan kapal dengan kapal lain
atau kapal
dengan dermaga maupun dengan benda tertentu akan
mungkin
terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia,
tumpahan
minyak kelaut ( kapal tengki ),pencemaran dan
kebakaran.
Situasi lain adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal
yang justru
memperlambat tindakan, pengamanan,penyelamatan,dan
penangulangan
keadaan darurat tersebut.

2. Persiapan.
Persiapan adalah syarat utama untuk mencapai keberhasilan pada
saat kapal mengalami tubrukan.
Nahkoda dan para perwira harus menyadari apa yang mereka harus
lakukan pada saat kapal mengalami tubrukan tersebut, harus dapat
secara cepat dan tepat mengambil tindakan, keputusan apa yang
harus di lakukan untuk mengatasi situasi pada saat kapal tubrukan.
Data info harus selalu siap :
a. Jenis dan jumlah pengaturan muatan.
b. Apakah ada cairan kimia yang berbahaya.
c. General arrangement dan stabilitas info.

3. Penataan.
Dalam mengahadapi keadaan darurat di kapal (tubrukan) selalu
di putuskan tindakan yang akan di lakukan untuk mengatasi
peristiwa tersebut maka perlu di lakukan penataan sejauh mana
keadaan darurat dapat membahayakan manusia , kapal dan
lingkungan serta bagaimana cara mengatasinya di sesuaikan
dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
Langkah –langkah penataan :
a. Tindakan kerusakan Kapal
b. Ganguan Keselamatan Kapal
c. Keselamatan manusia
d. Kondisi muatan
e. Pengaruh kerusakan pada lingkungan
f. Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain

4. Tindakan yang harus di lakukan pada saat mengalami
tubrukan (mminet collission ).
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Kamar mesin di beri tahu.
VHF di pindahkan ke chanel 16.
Lampu-lampu dek di nyalakan nakhoda diberitahu .
Awak kapal dan penumpang di kumpulan di stasiun darurat.
Pintu-pintu kedap air dan pintu –pintu kebakaran otomatis di tutup.
Mengerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan.
Posisi kapal tersedia di ruang radio dan di perbaharui bila ada perubahan.
Bunyikan sirine bahaya ( emergency Alarm sounded ).
Setelah tubrukan got-got dan tengki-tengki di sonding.

Proses terjadinya kecelakan ( tubrukan ).
Dari hasil penyelidikan ternyata faktor manusia dalam
menimbulkan kesalahan sehingga terjadi kecelakanaan
sangat dominan.
Menurut data statistic dari IM0 80 % s/d 85 % kecelakaan di
sebabkan oleh kesalahan manusia sehingga penyusun buku
ini berpendapat, bahwah akhirrnya langsung atau tidak
langsung semua karena faktor manusia.
Tampak bahwan terjadinya kecelakaan di karenakan karena
adanya ketimpangan sehinggah mengakibatkan terjadinya
tindakan dan keadaan yang tidak aman.

Kecelakaan ( tubrukan ) di laut dapat di kelompokkan menjadi 2
sebab :
1. Tindakan tidak aman dari manusia ( Unsape UCTS ).
2. Keadaan tidak aman

b. Gagal untuk memberi peringatan.
c. Bertugas jaga dengan kecepatan yang salah.
d . Menyebabkan alat pelindung tak berpungsi.
e. Mengunakan alat yang rusak.
f. Mengunakan alat secara salah.
g. Melanggar peraturan keselamatan jiwa di laut.
i. Bergurau pada waktu bertugas dinas jaga.
j. Mabuk , ngantuk dan lain-lain. Seorang mualim jaga yang
melakukan
tindakan yang mngakibatkan kecelakaan .
k. Tidak tahu bagaimana melakukan tindakan dengan aman dan
tidak
tahu bahaya-bahaya tubrukan, sehingga terjadi kecelakaan.
l. Tidak mampu yang bersangkutan telah mengetahui cara yang
aman,
bahaya-bahaya, tetapi belum mampu / kurang terampil atau
kurang
ahli, akhirnya melakukan kesalahan yang sangat patal dan
gagal
melaksanakan tugas dengan baik.
n. Walaupun telah mengetahui dengan jelas peraturan dan
bahaya-bahaya
yang ada serta yang bersangkutan mampu melakukannya,
tetapi
kemauan yang tidak ada akhirnya melakukan kesalahan yang

2. Keadaan tidak aman :
a. Peralatan pengamatan yang tidak memenuhi
syarat.
b. Peralatan yang rusak yang tidak dapat di pakai.
c. Penerangan yang kurang.
d . Kurangnya sarana pemberi tanda.
e. Situasi atau keadaan.

MEMBATASI KERUGIAN AKIBAT KEBAKARAN.
1. FAKTOR – FAKTOR PENTING YANG PERLU DIPERHATIKAN :
a. Pengaruh Angin
Kekuatan angin dan arah berhembusnya dapat dipakai sebagai
pedoman
dalam menentukan arah menjalarnya api dan usaha pemadaman
tidak
dibenarkan melawan arah angin.
Hal ini dapat berbahaya pertama karena terhalang oleh asap,
kedua dapat
menjadi korban jilatan api.
b. Warna asap kebakaran
Benda – benda yang terbakar kadang – kadang tidak dapat dikenali
karena
terhalang oleh asap, namun dengan melihat warna asapnya dapat
diperkirakan jenis benda yang terbakar.

c. Lokasi kebakara
Usaha pemadaman harus memperhatikan lokasinya, apakah
kebakaran tersebut terjadi dikapal atau diperahu motor, harus
dijaga agar usaha pemadaman jangan sampai mengakibatkan
kerugian yang lebih besar.
d. Bahaya – bahaya lain yang mungkin terjadi
Setiap usaha pemadaman harus dapat memperhatikan faktor
keselamatan. Baik keselamatan petugas pemadam sendiri maupun
keselamatan korban, terutama dikapal penumpang anak –anak,
wanita atau mungkin orang yang berusia lanjut perlu diutamakan.

e. Evakuasi Situasi Kebakaran
Penilaian situasi secepatnya dilakukan dan diputuskan berdasarkan :
1. Kelas kebakaran ( material apa yang terbakar )
2. Kecocokan media pemadam
3. Kecocokan metode pemadaman
4. Bagaimana mencegah meluasnya kebakaran.
f. Penyerangan Kebakaran
1. Penyerangan api secara langsung ( Direct Attack ).
2. Regu pemadam maju mendekati area kebakaran dan langsung
melakukan
penyemprotan media pemadaman ke pangkal api.
3. Penyerangan api tidak langsung ( Indirect Attack )
4. Hal ini di lakukan jika tidak mungkin ada regu pemadam
mencapai pangkal
api.

2.TINDAKAN PENDAHULUAN JIKA KAPAL TERBAKAR
Seseorang yang menemukan keadaan darurat :
a. Membunyikan tanda bahay
b. Melapor kepada perwira jaga
c. Nahkoda di beri tahu
d. Kamar mesin diberitahu.
e. Menyuiapkan organisasi
f. Orang yang berada di lokasi segera mengambil tindakan untuk
mengendalikan keadaan.
g. Tempatkan kapal di atas angin sebelum memadamkan kebakaran

. PERALATAN
Saran dan prasarana yang digunakan pada saat terjadi kebakaran tersebut :
a. Breathing Apparatus
b. Fireman Out Fit
c. Alat komunikasi
d. Alarm
e. Tandu
f. Selang kebakaran.
g. Hydran.
h. Botol pemadan kebakaranatnya.

PERAN DALAM STASIUN KEADAAN DARURAT DAN KEBAKARAN

Deck departemen

ENGINE DEPARTEMEN

No. Urut
1.Nakhoda

Stasiun Kebakaran

Engine
departemen

DECK DEPARTEMEN

No. urut

Stasiun Kebakaran

Pemimpin umum di anjungan

1. KKM

Bertugas dikamas mesin

2. Mualim I

Bertugas ditempat kejadian

2. Masinis I

Membantu KKM

3. Mualim II

Membantu mualim I mengawasi keadaan darurat

3. Masinis
II

Berjaga di generator darurat atau berjaga
menghidupkan CO2

4. Mualim III

Membantu nakhoda membawa surat penting dan lainnya

4. Masinis
III

Berjaga di pompa pemadam darurat

Membantu mualim I dan kelompok selang pemadam

5. Mandor I

Mengawasi dan me- nutup perlengkapan peranginan

Berjaga di ruang radio kelompok selang dan menerima
berita

6. Oiler A

Berjaga pada mesin induk didalam ruang pengontrol
mesin

Pimpinan dari kelompok selang pemadam

7. Oiler B

Kelompok selang pemadam dan nozzle

8. Juru Mudi A

Berjaga di anjuangan

8. Oiler C

Kelompok selang pemadam dan nozzle

9. Juru Mudi B

Membantu mualim II

9. Oiler D

Kelompok selang pemadam dan nozzle

10. Juru Mudi C

Memakai baju tahan api

10.Pelayan
A/ B

Menutup semua pintu dan lubang – lubang dikapal.

11. Kelasi

Kelompok selang pemadam dan Nozzle

5. Mualim IV

6.Markonis

7. Serang

4. Tata cara dan tindakan yang akan diambil antara lain :
a. Persiapan, yaitu langkah – langkah persiapan yang diperlukan
dalam
menangani keadaan darurat tersebut berdasarkan jenis dan
kejadiannya.
b. Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti
dari
beberapa kegiatan / bagian secara terpadu.
c. Organisasi yang solid dengan garis – garis komunikasi dan
tanggung
jawabnya.
d. Pelaksanaan berdasarkan a,b dan c cara efektif dan terpadu.
e. Prosedur diatas harus meliputi segala macam keadaan darurat
yang
ditemui dalam menghadapi kebakaran.

Prosedur darurat jika kapal terbakar
1. Kebakaran kapal tanker pada saat dilaut atau
pelabuhan dan
pemadaman dilakukan dari atas angin.
Anak buah kapal yang menentukan / melihat kebakaran harus
segera membunyikan alarm dan melaporkan lokanya, setelah
itu segera menyiapkan regu pemadam kebakaran.

Anak buah kapal yang terdekat dengan lokasi kebakaran agar segera
melakukan tindakan pencegahan terhadap kebakaran dengan
menggunakan alat pemadam kebakaran yang terdekat, agar api tersebut
tidak bertabah besar dan segera dapat di padamkan.
Apabila pemadaman tersebut tidak berhasil, maka segera