PENGERTIAN DEFINISI DAN FUNGSI KETERAMPI

PENGERTIAN, DEFINISI, DAN FUNGSI KETERAMPILAN MENYIMAK
PADA PEMBELAJARAN BAHASA.
Keterampilan menyimak merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat esensial,
sebab keterampilan menyimak merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa.
Anak kecil yang mulai belajar berbahasa, dimulai dengan menyimak rentetan bunyi yang
didengarnya, belajar menirukan, kemudian mencoba untuk menerapkan dalam pembicaraan.
Setelah masuk sekolah, anak tersebut belajar membaca dari mengenal huruf atau bunyi bahasa
yang diperlihatkan oleh guru sampai pada mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kegiatan
menirukan bunyi-bunyi bahasa tersebut. Pada situasi ini, anak sudah mulai menulis. Demikian
seterusnya sampai anak bisa mengutarakan isi pikiran melalui bahasa lisan maupun bahasa
tulisan, dan mampu memahami isi pikiran orang lain yang diungkapkan melalui bahasa lisan
maupun bahasa tulisan.
Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa di antara empat keterampilan bahasa
lain seperti menulis, membaca, dan berbicara. Kegiatan menyimak berperan penting dalam
pengembangan kemampuan berbahasa seseorang. Menyimak sangat dekat maknanya dengan
mendengar dan mendengarkan. Namun kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu memiliki
perbedaan pengertian. Banyak orang yang masih kurang memahami perbedaan tersebut. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sutari,1997:16), mendengar mempunyai makna dapat
menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada bunyi maka alat pendengaran kita
akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita mendengar suara itu, tanpa unsur
kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Bunyibunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin juga tidak.

Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan
melalui ujaran. Mendengarkan adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting,
disamping membaca, berbicara, dan menulis. Komunikasi tidak akan dapat berlangsung dengan
lancar tanpa keterampilan Mendengarkan. Keterampilan Mendengarkan merupakan dasar
keterampilan berbicara yang baik. Apabila kemampuan seseorang dalam mendengarkan kurang,
dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik. Dalam proses
mendengar, seseorang tidak memusatkan perhatian pada setiap kata yang didengarnya melainkan
inti pesan yang terdengar. Misalnya sewaktu kita menyimak acara di radio, kita hanya
menangkap beberapa hal dan tidak dapat menangkap beberapa hal yang lain. Tidak
tertangkapkan beberapa hal itu disebabkan oleh kurang perhatian, kurang tertarik pada topik,
atau kurang efisien dalam menyimak. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk memperluas wawasan, pengetahuan maupun hanya untuk kesenangan.
Dalam kehidupan banyak komunikasi banyak dilakukan secara lisan sehingga kemampuan
menyimak sangat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa menyimak mendominasi kegiatan berbahasa yang lain. Meskipun mendengarkan sangat
perperan penting, namun sering kali penyimak mengalami kesulitan sehingga informasi yang
diperoleh pun tidak maksimal. Dibandingkan dengan kemampuan berbicara atau menulis yang
aktif-produktif, kemampuan menyimak merupakan kemampuan yang pasif-reseptif, sebagaimana
halnya kemampuan memahami bacaan. Tentu saja hal itu tidak berarti, bahwa dalam menyimak
atau mendengarkan, seseorang sepenuhnya pasif, dan tidak melakukan atau mengalami suatu

proses yang aktif. Menyimak pada dasarnya bersifat pasif-reseptif, dalam arti bahwa-inisiatif
untuk berkomunikasi tidak semata-mata berasal dari dirinya, melainkan dari orang lain. Sikap

dan tindakan yang diharapkan dari seorang pendengar yang diajak berkomunikasi, terutama
adalah mendengarkan dan memahami apa yang didengamya. Kegiatan untuk mendengarkan dan
memahami ungkapan orang lain itulah yang membuat kegiatan menyimak sebagai pertama-tama
bersifat pasif-reseptif.Tentu saja mendengar dan memahami ungkapan orang lain itu tidak
sepenuhnya pasif.
Pemahaman yang utuh dan tepat hanya dapat terjadi apabila pendengar secara aktif memproses
apa yang didengamya itu secara linguistik dan intelektual dalam dirinya. Namun semua itu
dilakukan sebagai akibat dari tanggapan terhadap ungkapan seorang pembicara. Dengan
demikian perbedaan kemampuan berbahasa aktif-produktif dan pasif-reseptif itu didasarkan atas
prakarsa untuk terjadinya komunikasi dalam bentuk penggunaan bahasa. Dalam pengertian itu,
kegiatan menyimak yang tujuan utamanya adalah pemahaman penggunaan bahasa lisan,
mengandalkan pada kemampuan menyimak yang bersifat pasif-reseptif. Alasan lain adanya
kenyataan bahwa menyimak dapat ditutupi dengan menganggukkan kepala atau berpura-pura
mengerti. Sebagai suatu keterampilan, menyimak merupakan ketetampilan yang harus dimiliki
semua orang agar dapat memahami bahasa yang digunakan orang lain secara lisan. Tanpa
kemampuan menyimak secara baik dimungkinkan terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi
antara sesama pemakai bahasa yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan

tugas dan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu kemampuan menyimak merupakan bagian yang
penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuan
penyelenggaraannya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya.
A. Pengertian dan Definisi
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan
orang lain. Jelas faktor kesengajaan dalam kegiatan menyimak cukup besar, lebih besar daripada
mendengarkan karena dalam kegiatan menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya
sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan. Dalam
kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar lalu diidentifakasi,
dikelompokkan menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan akhirnya menjadi wacana
(Sutari,dkk.1997:17).
Tarigan (1983:19) menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak
disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Pengertian menyimak menurut Akhadiah (dalam Sutari,dkk.1997:19) adalah suatu proses yang
mencakup kegiatan memdengarkan bunyi bahasa, mengidentifakasi, menginterpretasikan, dan
mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Menyimak adalah salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator. Menyimak
bukanlah hanya mendengarkan sesuatu yang “masuk kuping kiri keluar kuping kanan” atau

sebaliknya. Menyimak adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain
dengan proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks
maupun insting. (Adnan, http://jejakkelana. wordpress.com).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah
mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian
disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan,
informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak tak pernah terlewati. Secara sadar atau tidak

sadar perbuatan menyimak yang dilakukan mempunyai tujuan tertentu. Menyimak dilakukan
untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, dan memahami komunikasi.
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan atau memahami bahan simakan. Karena itu
dapatlah disimpulkan bahwa “tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau
menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan” (Tarigan, 1991:4).
Kalau ada orang bertanya: “Apa fungsi menyimak bagi Anda?” maka secara praktis kita dapat
memberi jawaban, antara lain:
1. Saya menyimak untuk memperoleh informasi yang ada hubungan atau sangkut-pautnya
dengan pekerjaan atau profesi saya.
2. Saya menyimak agar saya menjadi lebih efektif dalam hubungan-hubungan antarpribadi dalam
kehidupan sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan masyarakat.

3. Saya menyimak untuk mengumpulkan data agar saya dapat membuat keputusan-keputusan
yang masuk akal.
4. Saya menyimak agar dapat memberikan responsi yang tepat terhadap segala sesuatu yang saya
dengar (Hunt dalam Tarigan, 1987:55).
Memang, tujuan orang untuk menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:
1. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari
bahan ujaran sang pembicara; dengan perkataan lain, menyimak untuk belajar.
2. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi
yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam bidang seni);
pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audio maupun visual (audiovisual).
3. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baikburuk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, menyimak untuk
mengevaluasi.
4. Ada orang menyimak agar dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimak itu
(misalnya: pembaca cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan);
pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.
5. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasangagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak
contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan
penting untuk menunjang dalam mengkomunikasikan ide-idenya sendiri.
6. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dapat membedakan bunyibunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) mana bunyi yang tidak
membedakan arti; biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing

yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).
7. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dapat memecahkan masalah secara
kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan; dengan perkataan lain, dia
menyimak secara persuasive (Logan dan Shrope dalam Tarigan, 1987:56).
Menurut Sutari (1997:22), tujuan menyimak adalah : (1) mendapatkan fakta (2) menganalisis
fakta (3) mengevaluasi fakta (4) mendapatkan inspirasi (5) mendapatkan hiburan (6)
memperbaiki kemampuan berbicara
1. Untuk mendapatkan fakta
Banyak cara yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk memperoleh fakta. Cara yang pertama
adalah dengan mengadakan eksperimen, penelitian, membaca buku, surat kabar, majalah, dan

sebagainya. Cara yang kedua adalah dengan dengan mendengarkan radio, melihat televise,
berdiskusi, menghadiri seminar, dan sebagainya. Dari uraian di atas, maka menyimak merupakan
suatu media untuk mendapatkan fakta dan informasi.
2. Untuk menganalisis fakta
Proses menganalisis fakta adalah proses menaksir kata-kata atau informasi sampai pada tingkat
unsur-unsurnya dan menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta tersebut.
3. Untuk mengevaluasi fakta

Setelah menganalisis fakta, dalam benak penyimak yang kritis akan muncul beberapa pertanyaan
sehubungan dengan hasil analisisnya terhadap suatu bahan simakan. Dalam mengevaluasi fakta,
penyimak perlu mempertimbangkan bahan simakan dengan menggunakan segala pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya.
4. Untuk mendapatkan inspirasi
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering dihadapkan pada beberapa masalah dalam hidup
mereka. Kadang-kadang, kegiatan menyimak dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalahmasalah tersebut dengan cara mencari inspirasi. Kegiatan menyimak yang dapat menimbulkan
inspirasi adalah seperti menyimak pengajian, seminar, dan sebagainya.
5. Untuk mendapatkan hiburan
Pada dasrnya, manusia dalam hidup ini memerlukan hiburan Hiburan dapat diperoleh melalui
berbagai kegiatan, salah satunya adalah kegiatan menyimak. Manusia jaman sekarang sering
menyimak radio, televisi, film, dan sebagainya untuk memperoleh hiburan.
Seorang pembicara yang baik harus mampu menciptakan suatu suasana yang gembira dan
menyenangkan. Hal ini akan membantu pembicara dalam mencapai tujuannya, yaitu
menyampaikan materi agar dapat diterima dengan baik karena akan merangsang penyimak lebih
berminat dan memperhatikan materi yang sedang disampaikan.
6. Memperbaiki kemampuan berbicara
Tujuan menyimak yang terakhir adalah memperbaiki kemampuan berbicara. Dengan menyimak
pembicaraan yang terpilih, kita dapat memperbaiki kemampuan berbicara. Hal ini sering
digunakan dalam pengajaran bahasa asing, karena dengan menyimak penutur asli, maka

penyimak akan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahannya dalam pengucapan kata-kata asing.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan menyimak dapat
dipandang dari berbagai segi, yaitu:
1. Menyimak bertujuan untuk belajar
2. Menyimak bertujuan untuk menikmati
3. Menyimak bertujuan untuk mengevaluasi
4. Menyimak bertujuan untuk mengapresiasi
5. Menyimak bertujuan untuk mengkomunikasikan ide-ide
6. Menyimak bertujuan untuk membedakan bunyi-bunyi
7. Menyimak bertujuan untuk memecahkan masalah
8. Menyimak bertujuan untuk meyakinkan
Seperti yang diketahui bahwa tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap
isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui
ujaran. Inilah yang merupakan tujuan umum.
Di samping tujuan umum itu terdapat pula berbagai tujuan khusus, yang menyebabkan adanya
aneka ragam menyimak, yaitu:
1. Menyimak Ekstensif, yang terdiri atas; menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak
estetik, dan menyimak pasif.

2. Menyimak Intensif, yang terdiri atas; menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak

kreatif, menyimak eksplorasif, menyimak interogatif, dan menyimak selektif (Tarigan, 1987:35).
Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal
yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan
langsung dari seorang guru (Tarigan, 1987:35-36).
Penggunaan yang paling dasar adalah untuk menangkap atau mengingat kembali bahan yang
telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara baru. Keuntungan
mengingatkan bahan lama kepada para siswa, bahwa mereka melihat hal itu secara wajar dalam
lingkungan yang asli dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam hubungan kelas, tempat pertama
kali disajikan secara formal.
Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut.
1. Menyimak Sosial
Menyimak Sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening)
ataupun menyimak sopan (courtreous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial
tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian
semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsiresponsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar
terhadap apa-apa yang dikemukakan (Dawson dalam Tarigan,1987:37).
Dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu menyimak
secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dan menyimak serta memahami
peranan-peranan pembicara dalam proses komunikasi.

2. Menyimak Sekunder
Tarigan (1987:38) menyatakan bahwa “menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis
kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive
listening).” Menyimak ini lebih bersifat umum tanpa ada bimbingan. Apa yang didengar oleh
penyimak bukan menjadi tujuan utama. Salah satu contoh, bila menikmati musik sementara ikut
berpartisipasi dalam kegiatan menulis atau melukis.
3. Menyimak Estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah
fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif
(Tarigan, 1987:38). Menyimak estetik mencakup menyimak musik, puisi, menikmati cerita, tekateki yang dapat mengapresiasikan terhadap suatu hal tertentu. Menyimak estetik bertujuan untuk
siswa agar dapat menyimak musik, puisi, dan drama. Sehingga dapat menikmati dan
mengapresiasikan cerita-ceritanya dalam lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru
atau siswa.
4. Menyimak pasif
Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ajaran tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal
luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa. Untuk melakukan hal ini, perlu
mempergunakan teknik-teknik tertentu yang bermanfaat, antara lain:
1) Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak.
2) Tenang dan santai.

3) Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
4) Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak.
5) Beri kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara mengerjakan sesuatu yang lain

(Nida dalam Tarigan, 1987:39-40)
Menyimak Intensif
Tarigan (1987:40) menyatakan bahwa “menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang
jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.” Dalam kegiatan ini diperlukan
pengarahan dari guru. Salah satu cara yang sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini
adalah menyuruh siswa menyimak tanpa memberi teks tertulis sekali atau dua kali, misalnya teks
mengenai suatu paragraf yang mengandung beberapa penghubung kalimat. Tugas siswa adalah
mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi. Kemudian memberikan teks tertulis dengan
mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Tugas siswa adalah
mengisinya tanpa menyimak rekaman lagi.
Mungkin dalam kegiatan menyimak intensif, dapat dikatakan sebagai kegiatan menyimak atau
mendengarkan dengan sempurna, tetapi belum tentu memahami maknanya. Oleh karena
menyimak makna merupakan suatu keterampilan penting untuk dikembangkan, haruslah disadari
benar-benar isi yang terkandung sebenarnya dari pesan tersebut dan berada dalam jangkauan
intlektual dan kedewasaan siswa.
Menurut Kamidjan dan Suyono (dalam Depdiknas 2005:41), ada beberapa ciri yang harus
diperhatikan dalam menyimak intensif. Ciri-ciri menyimak intensif tersebut adalah sebagai
berikut.
Menyimak intensif adalah menyimak pemahaman
Pemahaman adalah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari
proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dapat dikatakan memahami suatu objek,
jika ia telah menguasai seluruh objek tersebut.
Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif bertujuan memahami makna bahan
yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan menyimak ekstensif yang lebih menekankan
pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Prioritas utama dalam menyimak intensif adalah
memahami makna pembicaraan.
Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi adalah memusatkan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan, dan sebagainya
kepada satu objek. Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang
disimak.
Agar dalam menyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan beberapa
cara antara lain : (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak
bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu
menghindari berbagai hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan menyimak, baik internal maupun
eksternal.
Menyimak intensif adalah memahami bahasa formal
Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya ceramah,
diskusi, temu ilmiah, seminar, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut
adalah bahasa resmi atau bahasa bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
Menymak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi dilakukan setelah menyimak. Fungsi reproduksi antara lain : (a) mengukur
kemampuan integrative antara menyimak dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan
integratif antara menyimak dengan berbicara, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan
(d) untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif sebagai berikut.

1. Menyimak Kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah “sejenis kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan
atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara,
dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat” (Tarigan, 1987:42).
Menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan dan kekeliruan dalam pembicaraan
seseorang karena dalam menyimak secara kritis, segala ucapan atau informasi lisan yang disimak
untuk memproleh suatu kebenaran.
2. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau
menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak
konsentratif ini adalah:
1) Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
2) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan
serta sebab-akibat.
3) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
4) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
5) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.
6) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
7) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan Dawson dalam Tarigan, 1987: 45).
3. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) merupakan kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan
kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang dirangsang oleh apa-apa yang
disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 1987: 46).
4. Menyimak Eksplorasif
Tarigan (1987:47) menyatakan bahwa “menyimak eksplorasif (exploratory listening) adalah
sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah
dan lebih sempit.” Dalam menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk
menjalani serta menemukan hal-hal yang menarik sebagai informasi tambahan mengenai suatu
topik.
5. Menyimak Interogatif
Tarigan menyatakan pengertian mengenai menyimak interogatif sebagai berikut.
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang
menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir
dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan
(1987:48).
Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara mengintrogasi atau menanyai sang
pembicara.
6. Menyimak Selektif
Merdhana (1987:32) menyatakan bahwa “menyimak selektif (selective listening) adalah
menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di
samping terhadap isi pesan itu.” Dalam menyimak selektif penyimak mungkin berhadapan
dengan pesan-pesan yang tidak perlu.
Tahap-Tahap Dalam Menyimak

Dalam kegiatan menyimak, proses menyimak dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat
mempengaruhi hasil menyimak yang tujuan akhirnya adalah apakah si penyimak memahami apa
yang telah disampaikan. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam menyimak :
Tahap mendengar, yaitu proses yang dilakukan dalam pembicaraan baru pada tahap mendengar
atau berada dalam tahap hearing.
Tahap memahami. Setelah proses mendengarkan pembicaraan yang disampaikan maka isi
pembicaraan tadi perlu untuk dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap
understanding.
Tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan
atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap
interpreting.
Tahap mengevaluasi, yaitu merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Dalam tahap
ini, penyimak menanggapi isi dari pembicaraan setelah menerima gagasan, ide, dan pendapat
yang disampaikan oleh pembicara.
Menurut Strickland (dalam Tarigan 1984:20-21), Terdapat 9 tahap menyimak yang secara
berurutan mulai dari yang tidak berketentuan sampai kepada yang amat bersungguh-sungguh.
Tahap-tahap tesebut adalah sebagai berikut :
a) menyimak secara sadar yang bersifat berkala hanya terjadi pada saat-saat sang anak
merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya;
b) selingan-selingan atau gangguan-gangguan yang sering terjadi sebaik dia mendengarkan
secara intensional (disengaja) tetapi yang bersifat dangkal (superficial);
c) setengah mendengarkan sementara dia menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi
hatinya, mengutarakan apa yang terpendam dalam hatinya;
d) penyerapan, absorpsi, keasyikan yang nyata selama resepsi atau penangkapan pasif yang
sesungguhnya;
e) menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar di mana perhatian yang seksama
bergantian dengan keasyikan, dengan ide-ide yang dibawa oleh kata-kata sang pembicara ke
dalam hati dan pikiran;
f) menyimak asosiatif di mana pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan diingat sehingga
si penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh si
pembaca;
g) reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan;
h) menyimak secara seksama dan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara;
danmenyimak secara aktif mendapatkan serta menemukan pikiran dan pendapat sang pembicara.
Manfaat Menyimak
Menurut Setiawan (dalam Suci 2007:20-21), manfaat menyimak adalah sebagai berikut :
Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan sebab
menyimak memiliki nilai informatif yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang
menjadikan kita lebih berpengalaman.
Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita.
Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan
puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang
digunakan menjadi lebih variatif.
Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan

objektif.
Meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial.
Meningkatkan citra artistik jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus
dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuh suburkan sikap apresiatif, sikap
menghargai karya atau pendapat orang lain dalam kehidupan serta meningkatkan selera estetis
kita.
Menggugah kreatifitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan
tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak, kita akan mendapatkan ide-ide yang
cemerlang dan segar serta pengalaman hidup yang berharga. Semua itu akan mendorong kita
untuk giat berkarya dan kreatif.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak, yaitu: (1) sikap, (2)
motivasi, (3) pribadi, (4) sistuasi kehidupan, dan (5) peranan dalam masyarakat (Hunt dalam
Tarigan, 1987:97).
Pakar lain mengemukakan hal-hal yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
menyimak: (1) pengalaman, (2) pembawaan, (3) sikap atau pendirian, (4) motivasi, daya
penggerak, prayojana, dan (5) perbedaan jenis kelamin atau seks (Webb dalam Tarigan,
1987:97).
Di samping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
menyimak, yaitu: (1) faktor lingkungan, yang terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial,
(2) faktor fisik, (3) faktor psikologis, dan (4) faktor pengalaman (Logan dalam Tarigan, 1987:9798).
Berdasarkan ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, ketiga
sumber tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan. Setelah dibandingkan sumber tersebut,
dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses kegiatan menyimak
adalah: (1) faktor fisik, (2) faktor psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor sikap, (5) faktor
motivasi, (6) faktor jenis kelamin, (7) faktor lingkungan, dan (8) faktor peranan dalam
masyarakat.
1) Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan
serta kualitas dalam menyimak. Misalnya, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam
keadaan seperti itu, mungkin saja dia terganggu atau kehilangan ide-ide pokok seluruhnya. Juga
secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah
polahnya tidak karuan. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan modal penting dalam
melakukan kegiatan menyimak. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti
ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang
yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
2) Faktor Psikologis
Tarigan (1987:100) menyebutkan bahwa faktor-faktor psikologis dalam menyimak mencakup
masalah-masalah: 1) prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka
sebab dan alasan; 2) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah pribadi;
3) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas; 4) kebosanan dan kejenuhan yang
menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan; 5) sikap yang tidak layak
terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.

3) Faktor Pengalaman
Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat
dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan
disimak tersebut. Sikap-sikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang
tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada di luar
jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
4) Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok
pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. Pada
dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima
dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan
menguntungkan baginya, tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak
menguntungkan baginya.
5) Faktor Motivasi
“Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk
mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan” (Tarigan,
1987:103).
Dorongan dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dalam mengutarakan
maksud dan tujuan yang hendak dicapai, bagi seorang guru merupakan suatu bimbingan kepada
para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak dengan
tekun.
6) Faktor Jenis Kelamin
Berdasarkan beberapa penelitian, para pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada
umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada
sesuatu pun berbeda pula.
Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya
bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur,
menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan
gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik, difusif (menyebar),
sensitif, mudah dipengaruhi/gampang terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak
berdikari), dan emosional (dalam Tarigan, 1987:104).
7) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam
lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan
menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar
siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Para guru
harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan
setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak.
Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anakanak cepat sekali merasakan suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ideide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. Anakanak yang mempunyai kesempatan untuk didengarkan akan lebih sigap lagi mendengarkan
apabila seseorang mempunyai kesempatan berbicara. Jadi, suasana dimana guru merencanakan
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan anak-anak dapat memanfaatkan situasi ruangan
kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka.
8) Faktor Peranan dalam Masyarakat

Tarigan (1987:107) menyatakan bahwa “banyak berjalan banyak dilihat; banyak disimak banyak
diserap banyak pengatahuan.” Kemauan menyimak dapat dipengaruhi oleh peranan dalam
masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, dipandang perlu untuk menyimak ceramah, kuliah atau
siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran.
Sebagai seorang mahasiswa, diharapkan dapat menyimak lebih seksama dan penuh perhatian
daripada sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Jelaslah betapa pentingnya
faktor peranan dalam masyarakat bagi peningkatan menyimak.
Kendala Yang Menghambat Menyimak
Hambatan dan kendala dalam menyimak banyak dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasan jelek.
Seperti menyimak lompat tiga, maksudnya perhatian penyimak melompat-lompat karena
kecepatan berpikir menyimak kurang lebih 400 kata per menit sedangkan kecepatan berbicara
hanya kurang lebih 200 kata per menit. Selain itu, menyimak daku dapat fakta, maksudnya
penyimak berusaha menangkap satu dua fakta dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak
tidak dapat bernalar dengan baik.
Hambatan juga terjadi karena sering mengungkapkan penolakan secara gegabah terhadap sesuatu
objek sebagian tidak menarik perhatian, menyimak dengan pensil dan kertas di tangan,
menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit dicerna, melakukan kegiatan perhatian dengan
berpura-pura.
Kendala lain adalah faktor psikologi, selalu berprasangka dan kurang simpati terhadap
pembicara, kegosentrian serta masalah-masalah pribadi, kurang luasd pandangan.Juga yang tak
kalah pentingnya adalah faktor motivasi, ini berkaitan dengan pribadi seseorang.
Keegosentrisan
Sifat mementingkan diri sendiri (egois) mungkin saja merupakan cara hidup bagi sebagian orang.
Orang yang egois tidak akan bergaul dalam masyarakat dengan baik. Dia lebih senang didengar
oleh orang daripada mendengarkan pendapat orang lain. Sifat seperti ini merupakan kendala
dalam menyimak.
Keengganan ikut terlibat
Keengganan menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak
adalah salah satu kegiatan yang mau tidak mau harus melibatkan diri dengan sang pembicara.
Bagaimana seseorang dapat menjadi penyimak yang baik kalau dia enggan atau tidak mau
melibatkan dirinya dengan pembicara dan para penyimak lainnya. Keengganan ikut terlibat
dengan orang lain memang merupakan suatu kendala dalam kegiatan menyimak yang efektif.
Ketakutan akan perubahan
Perubahan dapat saja terjadi, tetapi perubahan yang kita harapkan adalah perubahan yang
membawa keinginan. Orang yang takut akan perubahan, takkan bisa menjadi penyimak yang
efektif. Apabila ingin menjadi seorang penyimak yang baik, jangan takut dan harus rela
mengubah pendapat, bila perlu harus berani mengubah dan menukar pendapat sendiri kalau
memang ada pendapat atau gagasan partisipan lainnya yang lebih unggul dan lebih dapat
diandalkan. Orang yang takut akan perubahan tidak akan dapat mengalami kemajuan, karena dia
sendiri hidup dalam suasana yang selalu berubah.
Keinginan menghindari perrtanyaan
Malu bertanya, sesat di jalan. Jika isi peribahasa ini kita pahami benar-benar, maka tidak akan
ada alas an bagi kita untuk menghindari atau tidak mau menjawab pertanyaan orang lain. Dapat
memberikan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan orang lain, berarti kita telah membantu dia.
Keinginan menghindari pertanyaan, dengan alas an takut nanti jawaban yang diberikan akan

memalukan, jelas merupakan kendala dalam kegiatan diskusi, kegiatan berbicara, dan kegiatan
menyimak. Kondisi internal ini harus diperbaiki kalau memang kita ingi menjadi penyimak yang
efektif.
Puas terhadap penampilan eksternal
Pada saat kita mengemukakan suatu pendapat, kita melihat partisipan mengangguk-anggukkan
kepala sambil tersenyum. Kalau kita terus merasa puas dengan tanda simpatik dan pengertian
seperti itu, maka kita akan gagal menyimak lebih intensif lagi untuk kalau pengertian itu
memang benar-benar wajar. Orang yang cepat merasa puas telah mengetahui maksud sang
pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak baik. Sifat lekas merasa puas terhadap
penampilan eksternal, jelas merupakan suatu kendala atau rintangan dalam kegiatan menyimak
efektif.
Pertimbangan yang prematur
Kalau ada sesuatau yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Segala sesuatu
yang akan diutarakan para pembicara telah diketahui oleh penyimak yang mempunyai
pertimbangan dan keputusan yang prematur. Ini adalah contoh penyimak yang jelek, dan sifat
seperti ini justru menghalanginya untuk menjadi seorang penyimak yang afektif.
Kebingungan semantik
Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi tertentu dan waktu
yang tertentu juga. Kalau seorang penyimak yang tidak memahami hal ini, maka dia akan
kebingungan dalam mengartikan kata-kata yang dipakai oleh sang pembicara. Kebingungan
semantik ini jelas merupakan kendala serius bagi seorang penyimak. Bagaimana mungkin
seseorang menyimak dengan baik, dapat menangkap, menyerap, memahami, apalagi menguasai
isi ujaran, kalau dia tidak memahami makna kata-kata atau wacana yang dipergunakan oleh sang
pembicara. Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai kosa kata
yang memadai.
Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak seperti
berikut ini: (1) bersikaplah secara positif; (2) bertindak responsif; (3) cegahlah gangguangangguan; (4) simaklah dan ungkaplah maksud pembicara; (5) carilah tanda-tanda yang akan
datang; (6) carilah rangkuman pembicaraan terlebih dahulu; (7) nilailah bahan-bahan penunjang;
dan (8) carilah petunjuk-petunjuk nonverbal.
Prinsip-prinsip Peningkatan Kemampuan Menyimak
Ada perbedaan dalam gaya belajar dari setiap jenis pembelajar. Semua gaya belajar memuat
strategi-strategi belajar dan menggambarkan prinsip-prinsip belajar. Dari gambaran ini dan
berdasarkan pengembangan keterampilan berbahasa, dapat ditarik beberapa garis panduan
umum:
a. Kemampuan menyimak meningkat melalui interaksi tatap muka. Melalui interaksi dalam
bahasa Indonesia, pembelajar memiliki kesempatan untuk mendapatkan masukan bahasa yang
baru dan kesempatan untuk mengecek kemampuan menyimaknya sendiri. Interaksi tatap muka
menyediakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan memaknai bahan simakan.
b. Kemampuan menyimak meningkat melalui pemusatan perhatian pada makna dan upaya
mempelajari bahan yang penting dan baru dalam bahasa sasaran.
c. Kemampuan menyimak meningkat melalui kegiatan pemahaman. Dengan memusatkan
perhatian pada tujuan-tujuan khusus menyimak, para pembelajar memiliki kesempatan untuk
menilai dan merevisi apa yang telah mereka capai.
Kemampuan menyimak meningkat melalui perhatian terhadap kecermatan dan analisis bentuk.

Dengan belajar memahami bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat pada saat melakukan
aktivitas yang berorientasi pada makna, para pembelajar dapat memperoleh kemajuan. Dengan
belajar mendengarkan bunyi-bunyi dan kata-kata secara cermat, mereka memperoleh keyakinan
dalam memahami bahan simakan (Rost, 1991: 7).
Teknik Pembelajaran Menyimak
Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik,
ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam prose belajar mengajar. Teknik-teknik itu,
antara lain sebagai berikut:
(1) Simak Ulang-Ucap, teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan
pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau menutur rekaman
bunyi bahasa tertentu seperti vonem, kata, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan
intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok,
dan klasikal.
(2) Identifikasi kata kunci, sasarannya untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu
mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci
itulah yang mewakili pengertian kalimat.
(3) Parafrase, guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah
menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya
sendiri.
(4) Merangkum, guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan
secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak, siswa disuruh
membuat rangkuman.
(5) Identifikasi kalimat topik, setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur,
yaitu (1) kalimat topik dan (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah,
dan akhir. Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya.
(6) Menjawab pertanyaan, untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.
(7) Bisik berantai, suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan
pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir.
Siswa yang terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah
yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulang, dan jika
sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.
(8) Menyelesaikan cerita, guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa
menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri.
Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan cerita
itu berakhir seperti yang disimaknya.
Ciri-Ciri Penyimak Yang Baik
Dalam menyimak kita mengenal cirri-ciri penyimak yang baik. Di bawah ini adalah dua
pendapat para ahli tentang ciri penyimak yang baik.
Kamidjan dan Suyono (dalam Depdiknas 2002:17) menyatakan bahwa penyimak yang baik
adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini.
a. Sikap objektif. Sikap yang objektif adalah pandangan penyimak terhadap bahan simakan. Jika
bahan simakan itu baik, ia akan menyatakan baik, demikian pula sebaliknya. Penyimak
sebaiknya tidak mudah terpengruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pribadi
pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.

b. Sikap kooperatif. Sikap kooperatif adalah sikap penyimak yang siap bekerjasama dengan
pembicara untuk keberhasilan komunikasi tersebut. Sikap yang bermusuhan atau bertentangan
dengan pembicara akan menimbulkan kegagalan dalam menyimak. Jika hal itu terjadi, maka
penyimak akan mendapatkan pesan dari pembicara. Sikap yang baik adalah sikap berkooperatif
dengan pembicara.
c. Bahan simakan. Bahan simakan merupakan unsure terpenting dalam komunikasi lisan,
terutama dalam menyimak. Yang dimaksud bahan simakan adalah pesan yang disampaikan
pembicara kepada penyimak. Bahan simakan itu dapat berupa konsep, gagasan, dan informasi.
Jika pembicara tidak dapat menyampaikan informasi dengan baik, maka pesan itu tidak dapat
diserap oleh penyimak. Jika hal itu terjadi, berakibat terjadinya kegagalan dalam komunikasi
lisan tersebut.
Selanjutnya, Tarigan (1983:4-13) mengatakan bahwa penyimak yang baik itu ada 14 jenis.
Siap fisik dan mental. Yaitu penyimak benar-benar menyiapkan diri untuk menyimak, misalnya
menjaga kondisi badan yang sehat, tidak lelah, mental stabil, dan pikiran jernih.
Konsentrasi. Yaitu dapat memusatkan perhatian dan pikirannya terhadap apa yang disimak. Hal
ini dapat membantu untuk menghubungkan bahan yang disimak dengan apa yang diketahuinya.
Bermotifasi. Yaitu memiliki tujuan tertentu, misalnya ingin menambah ilmu pengetahuan, ingin
mempelajari sesuatu, dan sebagainya. Hal ini dapat membuat penyimak menjadi bersungguhsungguh dalam menyimak.
Objektif. Yaitu selalu tahu apa yang sedang dibicarakan dan sebaiknya selalu menghargai
pembicara walaupun pembicara kurang menarik penampilannya atau sudah dikenal oleh
penyimak.
Menyimak secara utuh. Yaitu penyimak harus menyimak secara keseluruhan. Si penyimak tidak
hanya menyimak apa yang ia sukai, tetapi menyimak secara keseluruhan apa yang dibicarakan
oleh si pembicara.
Selektif. Yaitu memilih bagian yang penting dari bahan simakan. Tidak semua bahan simakan
diterimanya brgitu saja, tetapi ia dapat menentukan bagian mana saja yang dianggap penting.
Tidak mudah terganggu. Yaitu penyimak harus focus terhadap bahan simakan dan tidak mudah
terpengaruh oleh gangguan-gangguan dari luar seperti suara-suara dan sebagainya.
Menghargai pembicara. Yaitu tidak boleh menganggap remeh orang lain, dalam hal ini adalah
pembicara.
Cepat menyesuaikan diri dan kenal arah pembicaraan. Yaitu dengan cepat dapat menebak
kemana arah pembicaraan akan berlangsung dan menduga garis besar isi penbicaraan.
Tidak emosi. Yaitu penyimak harus dapat mengendalikan emosinya dan tidak mencela
pembicara.
Kontak dengan pembicara. Yaitu memperhatikan pembicara, memberikan dukungan kepada
pembicara melalui mimik, gerak, atau ucapan tertentu.
Merangkum. Yaitu dapat menangkap isi pembicaraan atau bahan simakan dengan membuat
rangkuman dan menyjikan atau menyampaikannya setelah selesai menyimak.
Menilai. Yaitu proses penilaian terhadap materi yang disampaikan.
Mengadakan tanggapan. Yaitu mengadakan tanggapan atau reaksi misalnya dengan memberikan
applaus maupun memberikan komentar.
http://kleang.blogspot.com/2010/02/pengertian-definisi-dan-fungsi.html