PDF ini IMPLIKASI PERUBAHAN PENYEBUTAN KEPALA DESA MENJADI RIO DALAM PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI | Parliansyah | 1 PB
1
THE MENTION IMPLICATIONS OF CHANGES TO THE HEAD OF VILLAGE
RIO IN LOCAL GOVERNANCE IN THE DISTRICT BUNGO
JAMBI PROVINCE
Zulfianto Parliansyah¹, Sjofjan Thalib¹, Sanidjar Pebrihariati R¹
Law of Study Program, Postgraduate of Bung Hatta University¹
Email : [email protected]
The mention of the village in Indonesia vary in each region . Some call it " Nagari " as in
West Sumatra , " the Village " in Aceh, " Lembang " in South Sulawesi , " village " in
South Kalimantan and Papua , and the " State " in Maluku, But, characteristic of a village
is not lost . In the village head Bungo mention changing into Rio . It refers to the
Regional Regulation No. 9 of 2007 on the " Change Reference to the Village Head into
Rio , the village becomes Hamlet , Hamlet into Kampung " . Rio is a customary title
given traditional institutions as adat Hamlet in Hamlet by referring to " wear ico " (
customary provisions already in force in the local village ) . But the problem is the head
of the village selected through Pilkades , while Rio is a title given by the traditional
institutions to someone who is considered able to lead the hamlet with the criteria
contained in ico wear , and the selection of Rio was not through the mechanism of
village elections , but only through traditional leaders / stakeholders in the indigenous
village . The purpose of this study is to analyze what is behind the change mention of the
village head into Rio , the implications of what happens after the change becomes village
chief mention of Rio and what constraints after the mention of the village head changes
into Rio . From the results of this penelitaian expected to provide input to the
government Bungo District to better understand the mention of the village head that
changes into Rio is a policy that needs to be reexamined , because there is contradiction
between local knowledge and regional regulation .
Key Words : implications, the change becomes chief mention of the village head into
Rio
1
2
IMPLIKASI PERUBAHAN PENYEBUTAN KEPALA DESA MENJADI RIO
DALAM PEMERINTAHAN DAERAH DI
KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI
Zulfianto Parliansyah¹, Sjofjan Thalib¹, Sanidjar Pebrihariati R¹
Program Studi Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta¹
E-mail : [email protected]
Penyebutan desa di Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Ada yang menyebutnya
"Nagari" seperti di Sumatra Barat, "Gampong" di Nanggroe Aceh Darussalam,
"Lembang" di Sulawesi Selatan, "Kampung" di Kalimantan Selatan dan Papua, dan
"Negeri" di Maluku akan tetapi ciri khas suatu desa tidak hilang. Di Kabupaten Bungo
kepala desa mengalami perubahan penyebutan menjadi Rio. Ini mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang “ Perubahan Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio,
Desa menjadi Dusun, Dusun menjadi Kampung”. Rio merupakan gelar adat yang
diberikan lembaga adat Dusun sebagai pemangku adat di Dusun dengan berpedoman
kepada “ico pakai” (ketentuan adat yang sudah berlaku di dusun setempat). Yang
menjadi permasalahan adalah kepala desa dipilih melalui
Pilkades, sedangkan Rio
merupakan gelar adat yang diberikan oleh lembaga adat kepada sesorang yang dianggap
mampu untuk memimpin dusun dengan kriteria yang terdapat di dalam ico pakai, dan
pemilihan Rio pun tidak melalui mekanisme pemilihan kepala desa, tetapi hanya melalui
tokoh-tokoh adat/pemangku adat yang ada di dusun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis apa yang melatarbelakangi perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio,
implikasi apa yang terjadi setelah perubahan penyebutan kepala Desa menjadi Rio dan
apa kendala setelah perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan Sosiolegal Research. Tehnik pengumpulan
data dengan cara indepth interview dan dokumentasi. Dari hasil penelitaian ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah Daerah Kabupaten Bungo
untuk lebih memahami bahwa perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio
merupakan kebijakan yang perlu dikaji ulang, karena ada kotradiksi antara kearifan lokal
dan Peraturan Daerah.
Kata Kunci : implikasi, penyebutan, kepala desa, Rio
2
3
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-
A. PENDAHULUAN
istiadat setempat yang diakui dan/atau
Penyebutan desa di Indonesia
berbeda-beda pada setiap daerahnya.
Ada
yang
menyebutnya
"Nagari",
seperti di Sumatra Barat, "Gampong" di
Nanggroe
Aceh
"Lembang"
di
Darussalam,
Sulawesi
dibentuk dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di Kabupaten/Kota,
sebagaimana dimaksud dalam Undangundang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia tahun 1945.
Selatan,
"Kampung" di Kalimantan Selatan dan
Pemerintahan
Desa
adalah
Papua, dan "Negeri" di Maluku1, namun
penyelenggaraan urusan pemerintahan
ciri khas suatu desa tidak hilang. Desa
oleh Pemerintahan Desa dan Badan
merupakan
sebuah
Pemusyawaratan Desa dalam mengatur
kecamatan. Setiap desa dipimpin oleh
dan mengurus kepentingan masyarakat
seorang kepala desa. Kepala desa dipilih
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-
langsung oleh masyarakat di desa
istiadat setempat.
tersebut.
bagian
Syarat
dari
dan
cara
Di Kabupaten Bungo sendiri
pemilihannya diatur oleh peraturan
mengenai Pemerintahan Desa diatur
daerah yang berpedoman pada peraturan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
pemerintah.
2006 tentang tata cara pencalonan,
Berdasarkan
tata
Undang-undang
Nomor. 32 Tahun 2004, Desa atau yang
disebut
dengan
kesatuan
nama
masyarakat
lain,
hukum
adalah
yang
memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi,
berwenang
mengurus
untuk
mengatur
kepentingan
dan
masyarakat
pemilihan, pengangkatan, pelantikan,
dan
pemberhentian
Namun
dalam
mengalami
kepala
desa.
pelaksanaannya
perubahan
penyebutan/istilah kepala desa menjadi
Rio. Ini mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang “
Perubahan Penyebutan Kepala Desa
1
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara
Indonesia. PT. Rhieneka Cipta. Jakarta. 2005. Hlm.
42.
menjadi Rio, Desa menjadi Dusun,
Dusun
menjadi
Kampung”.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
9 Tahun 2007, di Kabupaten Bungo
3
4
tidak ada lagi istilah kepala desa,
dusun atau berdasarkan Perda Nomor 9
namun
Tahun 2007 Bab III Pasal 3 “ Gelar Rio
diganti
wilayah
dengan
kekuasaan
Rio,
Rio
dan
berubah
diberikan oleh Lembaga Adat
Dusun
menjadi Dusun. Perubahan penyebutan
dengan berpedoman kepada “ico pakai”
ini berlandaskan kearifan lokal yang
atau ketentuan adat yang sudah berlaku
ada
di dusun setempat yang ditetapkan
di
Kabupaten
Bungo.
Rio
merupakan gelar adat yang diberikan
lembaga
adat
Dusun
sebagai
Peraturan Daerah ini”.
Akan
tetapi
yang
menjadi
pemangku adat di Dusun dengan
permasalahan adalah berdasarkan ico
kepada
pakai”
pakai yang ada di kabupaten Bungo,
(ketentuan adat yang sudah berlaku di
gelar Rio diberikan oleh Lembaga Adat
dusun setempat).
Muara Bungo (LAM) bukan melalui
berpedoman
“ico
Tata cara pemilihan kepala desa
menurut Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun
2006
Tentang
“Tata
Cara
Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala
Desa”
adalah
(pemilihan
langsung
melalui
kepala
oleh
desa),
mesyarakat
pilkades
dipilih
desa.
Sedangkan Rio merupakan gelar yang
diberikan oleh lembaga adat kepada
sesorang yang dianggap mampu untuk
memimpin dusun dengan kriteria bahwa
seseorang
tersebut
terjamin
kepribadiannya (kepribadian yang baik),
paham tentang adat, agama, tidak pernah
terjerat hukum, dan pemilihan Rio pun
tidak melalui mekanisme pemilihan
kepala desa, tetapi hanya melalui tokohtokoh adat/pemangku adat yang ada di
mekanisme
sebagai
pemilihan
Kepala
Desa
pemangku jabatan terendah
dalam pemerintahan daerah kabupaten.
Jika setiap kepala desa disamakan
dengan rio maka rio yang semula
menjadi pemangku adat dusun maka
sudah berubah menjadi jabatan politis,
bukan lagi sebagai pemangku adat
berdasarkan ketentuan/”ico pakai” yang
ada di dusun.
Fenomena
tersebut
mendapat
berbagai reaksi dari berbagai elemen
masyarakat,
salah
satunya
adalah
pemuka adat dan tokoh masyarakat yang
menentang
perubahan
penyebutan
kepala desa menjadi rio. Namun reaksi
beberapa tokoh masyarakat ini tidak
ditindaklanjuti ataupun dapat dikatakan
tidak mendapat respon dari pemerintah
4
5
persoalan
menganalisis alasan, implikasi kendala-
dikemukakan pemuka adat dan tokoh
kendala yang timbul setelah perubahan
adat adalah beralih fungsinya aset adat
penyebutan Kepala Desa menjadi Rio
(lahan adat, lubuk larangan, tanah ulayat,
dalam
beberapa potensi adat lainnya) sudah
Kabupaten Bungo.
daerah.
Yang
menjadi
Pemerintahan
Daerah
di
diambil alih oleh pemerintah daerah
setempat. Contohnya adalah dibuatnya
sebuah
Peraturan
daerah
mengenai
Lubuk larangan sehingga yang semula
Metode Penelitian
1. Sifat penelitian
kewenangan pengelolaan lubuk larangan
Penelitian ini menggunakan penelitian
sepenuhnya menjadi aset adat dan
yang bersifat deskriptif analitis, yaitu
sekarang
berupa penggambaran hal-hal yang
berubah
menjadi
aset
menjadi
pemerintah daerah.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
permasalahan
dalam
penelitian ini. 2 Dengan penelitian ini
dirumuskan masalah sebagai berikut :
diharapkan dapat menguraikan atau
1. Alasan
memberikan
apa
yang
mendorong
gambaran
mengenai
perubahan penyebutan Kepala Desa
Implikasi perubahan pengaturan Desa
menjadi Rio
menjadi Rio terhadap sistem otonomi
dalam Pemerintahan
daerah di Kabupaten Bungo Provinsi
daerah di Kabupaten Bungo.
2. Pendekatan Masalah
Jambi ?
2. Apa implikasi perubahan penyebutan
Pendekatan yang digunakan adalah
Kepala Desa menjadi Rio dalam
pendekatan yuridis sosiologis/sosio
sistem otonomi daerah di Kabupaten
legal
Bungo Provinsi Jambi ?
secara langsung terhadap impilkasi
3. Kendala
setelah
apa saja yang timbul
Perubahan
Penyebutan
research
yaitu
pendekatan
perubahan penyebutan kepala desa
menjadi
Rio
dan dilihat
sendiri
Kepala Desa Menjadi Rio dalam
kenyataannya dari sudut-sudut hukum
Pemerintahan Daerah di Kabupaten
yang berpedoman pada Peraturan
Bungo Provinsi Jambi ?
perundangan-undangan,
buku-buku,
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
dan
2
Soerjono Soekanto, Penelitian Deskriptif
Analisis. 1986. Hlm 9-10.
5
6
teori-teori hukum dan literatur hukum
wawancara
mendalam
serta
intervieuw)
dengan
bahan-bahan
berhubungan
lain
dengan
yang
masalah
(indepth
pihak-pihak
terkait yaitu :
a. Datuk Mahmud selaku Ketua
penelitian.
Lembaga Adat Kabupaten Bungo
3. Tehnik Sampling
a. Dalam penlitian ini, yang menjadi
(LAM).
sampel sampel adalah dua dusun
b. Usman Hasibuan selaku Kabag
yang ada dalam populasi diambil
Pemerintahan Setda Kabupaten
berdasarkan kriteria yaitu satu
Bungo.
dusun yang dekat dengan kota
c. Bagian Hukum Setda Kabupaten
yaitu dusun Sungai Arang , dan
Bungo melalui Kabid Perundang-
satu dusun lagi adalah yang jauh
undangan Hambali.
dari kota yaitu Tanjung Agung.
d. Badan
Pemberdayaan
Alasan menjadikan dusun yang
Masyarakat,
dekat dengan kota menjadi sampel
Dusun,
adalah karena
Perempuan,
dan
Keluarga
sangat besar dipengaruhi oleh
Berencana
(BPMPD
PP-KB)
sistem pemerintahan yang ada di
Kabupaten Bungo melalui Kabid
kelurahan/kota sehingga terkesan
Pemerintahan
lebih maju dibandingkan dengan
Sudjadi.
dusun
tersebut
dusun yang jauh dari kota. Maka
berdasarkan
kriteria
sampel
e. Datuk
Pemerintahan
Pemberdayaan
Rio
Dusun
Dusun
yaitu
Tanjung
Agung yaitu Ibrahim.
dipilihlah dusun Tanjung Agung
f. Ketua Lembaga Adat Kecamatan
sebagai dusun yang jauh dari kota,
Muko-muko Bathin VII yaitu
dan Sungai Arang sebagai dusun
Datuk Ahmad Nasuki.
g. Tokoh
yang dekat dari kota.
kualitatif,
mengumpulkan
ini
dusun
Tanjung
Agung yaitu Fahri.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
adat
bersifat
maka
untuk
data
dilakukan
dengan dua cara yaitu melakukan
h. Tokoh adat dusun Sungai Arang
yaitu Furqon.
i. Heri Mulyadi tokoh adat dusun
Sungai.
6
7
Kemudian teknik selanjutnya
koreksi ulang ke sumber data
adalah metode dokumentasi yaitu
penelitan
mengumpulkan dokumen atau bahan-
permasalahan
bahan
implikasi perubahan penyebutan
tulisan,
jurnal,
perundang-undangan,
bahan-bahan
peraturan
buku,
penunjang
dan
berupa
Penelitian ini dilakukan di
Kabupaten Bungo, karena hanya di
Bungo
yang
ada
perubahan penyebutan kepala desa
Rio.
Populasi
penelitian
adalah semua dusun yang ada di
Kabupaten
Bungo,
mempersempit
namun
penelitian
untuk
maka
diambillah beberapa sampel dengan
kriteria sebagai berikut :
a. 1 Dusun yang dekat dengan
kota/ibu kota kabupaten.
b. 1 Dusun yang jauh/tepencil dari
ibu kota kabupaten.
Analisis data yang digunakan
deskriptif
kualitatif
yaitu
dengan cara:
a. Editing, yaitu meneliti kembali
kelengkapan data yang diperoleh ,
apabila masih belum lengkap
maka diusahakan melengkapinya
kembali
yaitu
Kabupaten Bungo.
dengan
yang
diperoleh
untuk
mempermudah dalam melakukan
analisis kasus yang ada dalam
penelitian.
c. Sistematisasi
yaitu
melakukan
penyusunan dan penempatan data
yang
diperoleh
untuk
mempermudah dalam pembahasan,
sehingga dalam pembahasan nanti
dapat
ditemukan
permasalahan
utama yaitu Implikasi perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi
Rio dalam sistem otonomi daerah
di Kabupaten Bungo.
Setelah
data
didapat
dan
diolah dengan tiga cara diatas,
6. Pengolahan dan Analisis Data
adalah
pokok
Kepala Desa menjadi Rio di
data
5. Lokasi Penelitian
menjadi
ditemukan
b. Mengelompokkan/mengklasifikasi
tulisan lainnya.
Kabupaten
sehingga
melakukan
kemudian
teori
dianalisis
Roscou
Engineering)
berdasarkan
Pound
untuk
(Sosial
mendapatkan
jawaban atas alasan yang mendorong
Perubahan Penyebutan Kepala Desa
menjadi
Rio,
imlplikasi
dari
perubahan penyebutan tersebut, dan
diketahui
kendala-kendala
yang
7
8
muncul dalam sistem pemerintahan
essensi dari ico pakai harus ada
daerah di Kabupaten Bungo setelah
pengaturannya dalam Alqur’an dan
perubahan penyebutan kepala desa
hadits. Dasar ini dipakai karena
menjadi Rio.
menyelaraskan
adat
A. Alasan yang mendorong perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi Rio
Pemerintahan
Daerah
di
Kabupaten Bungo.
Secara
umum
masyarakat
alasan perubahan penyebutan kepala desa
menjadi Rio. Untuk mengetahui alasan
menjadi
penyebutan
Rio,
kepala
digunakan
desa
wawancara
mendalam (indepth interview) dengan
tujuan mengetahui alasan sebenarnya dari
perubahan
penyebutan
bersandikan
syara’,
syara’
bersandi kitabullah”.
b. Cermin yang tak kabur
Makna dari cermin yang tak kabur
untuk menegakkan ico pakai dan
Kabupaten Bungo tidak mengetahui apa
Perubahan
falsafah
masyarakat Kabupaten Bungo yaitu “
Hasil Penelitian dan Pembahasan
dalam
dengan
kepala
desa
hukum hakam adalah pemangku adat
haruslah
objektif
dalam
melihat
permasalahan yang ada ditengahtengah masyarakat. Tidak melihat
siapa
pelakunya
namun
melihat
kepada apa yang telah diperbuatnya.
c. Langkah yang tak goyah
Ketika menerapkan hukum hakam
datuk Rio tidak boleh ragu-ragu
dalam mengambil sebuah keputusan.
menjadi Rio.
Sehingga diharapkan keputusan yang
Adapun dasar dari hukum hakam
3
tersebut harus mengacu kepada :
a. Alqur’an dan hadits
diambil sudah sesuai dengan prinsip
keadilan, dan kebijaksaan Rio selaku
pemangku adat dan kepala dusunpun
Jika menerapkan sanksi yang ada
tetap terjaga dengan baik dimata
dalam ico pakai haruslah mengacu
masyarakat.
kepada aturan agama yaitu Alqur’an
d. Dak lekang dek paneh, dak lapuk dek
dan hadits. Tidak boleh ada satupun
hujan.
ico pakai yang bertentangan dengan
Makna dari dak lekang dek paneh,
Alqur’an dan hadits, dan juga semua
dak lapuk dek hujan adalah Rio tidak
terpengaruh oleh berbagai kondisi
3
Ibid.
8
9
dimasyarakat.
memudahkan pemerintah daerah dalam
Bagaimanapun kondisi dan gejala-
melaksanakan urusan pemerintahan di
gejala
pada
wilayah dusun, dan Rio pun dapat
konsisten
melaksanakan perannya dengan baik,
yang
ada
sosial
masyarakat
yang
Rio
ada
tetap
menjalankan tugas dan kewajibannya
yaitu
baik sebagai pemangku adat maupun
sebagai
kepala dusun.
tersebut4.
e. Kato seiyo
Makna dari kato seiyo merupakan
kunci dari semua dasar yang ada
diatas,
Rio
tugasnya
dalam
harus
menjalankan
selaras,
seiring
dengan keinginan masyarakat dusun,
karena
Rio
merupakan
corong
selaku
pemimpin
pemangku
dusun
adat
di
juga
dusun
Berdasarkan data yang didapat
dari
hasil
wawancara
narasumber
secara
dengan
umum
alasan
perubahan penyebutan kepala desa
menjadi Rio adalah sebagai berikut :
1. Mengembalikan
sistem
adat
penerangan kepada masyarakat untuk
(kearifan lokal) yang pernah ada
membangun dusun sesuai dengan
di Kabupaten Bungo dan telah
keinginan masyarakat dusun. Dalam
lama ditinggalkan.
mengambil
haruslah
keputusanpun
mendengarkan
Rio
2. Memudahkan dan menyesuaikan
keteraturan
masukan
bentuk
dari
penyaluran
ada
dalam
masyarakat desa.
dari masyarakat dan berbagai pihak
sebagi
yang
3. Untuk memudahkan pemerintah
aspirasi, sehingga keputusan yang
daerah
lahir adalah keputusan bersama.
urusan pemerintahan di wilayah
Tidak hanya dengan masyarakat
dusun,
dusun saja, Rio pun haru bias
melaksanakan perannya dengan
menjalin kerjasama dengan berbagai
baik,
pihak, baik dari pemerintah daerah
dusun juga sebagai pemangku
maupun unsur-unsur lainnya, agar
adat di dusun tersebut.
terjalin sebuah sinergi yang baik.
Alasan
selanjutnya
dalam
dan
yaitu
4. Mengacu
ketentuan
menurut
melaksanakan
Rio
selaku
kepada
umum
pun
dapat
pemimpin
Pasal
angka
1
12
menurut Datuk Mahmud adalah untuk
4
Ibid.
9
10
Undang-undang No 32 tahun
umum
2004, dan Pasal 2 angka 1 PP
perubahan
No.72
menjadi Rio adalah :
tahun
2005,
Peraturan
Daerah nomor 9 tahun 2007
tentang Perubahan
penyebutan
imlpikasi
kepala
desa
1. Kembali berlakunya hukum adat
Penyebutan
(ico pakai) sebagai norma yang
Kepala Desa menjadi Rio, dan
mengatur kehidupan masyarakat
kepada ico pakai yang ada di
dusun.
Kabupaten Bungo
5. Banyaknya
2. Tidak bisa sembarangan orang
kepribadian
kepala
desa yang tidak sesuai filosofi
adat
B. Implikasi
sistem
untuk menjadi kepala Desa atau
Rio.
3. Masyarakat
perubahan
penyebutan
Kepala Desa menjadi Rio dalam
pemerintahan
daerah
di
Secara tidak langsung
ada
pengaruh yang timbul setelah perubahan
Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio,
terhadap
sistem
perundang-undangan
hukum
atau
(Pemerintahan
Daerah) dan sistem adat Kabupaten
Bungo.
akan
lebih
memahami ico pakai/hukum hakam
yang ada di kabupaten Bungo.
4. Ketika
tahapan
calon
Rio
seleksi
Rio
tahapan
yang
gugur
dalam
seleksi,
karena
tidak
memahami adat.
5. Ada kasus kepala desa/Rio yang
diberhentikan
adat
yang
Implikasi mengandung makna
karena
melanggar
berlaku
di
dusun
setempat.
6. Adanya
pengaruh
dusun
dilaksanakan banyak sekali bakal
Kabupaten Bungo.
baik
Secara
kewenangan
kerancuan
adat
antara
dusun
dan
ataupun
dampak
yang
kewenangan pemerintah daerah.
dari
sesuatu.
Jika
7. Warga masyarakat yang merupakan
dihubungkan dengan judul penelitian
pendatang dari daerah lain tidak
maka maksud implikasi disini adalah
mengerti adat dan ico pakai yang
pengaruh perubahan penyebutan kepala
ada di Kabupaten Bungo, tetapi
desa menjadi Rio di Kabupaten Bungo.
karena peraturan daerah Nomor 9
ditimbulkan
tahun 2007 tentang Penyebutan
10
11
kepala Desa menjadi Rio sudah
C. Kendala-kendala yang timbul setelah
keluar maka setiap kepala dusun
perubahan penyebutan Kepala Desa
harus mengikuti mekanisme yang
menjadi
ada
Daerah di Kabupaten Bungo.
termasuk
di
mayoritas
dusun
yang
masyarakatnya
pendatang.
dalam
Setelah
pemerintahan
dianalisis
hasil
wawancara dengan nara sumber, secara
8. Beralihnya aset adat yang semula
menjadi
aset
beralih
ketangan
dusun
sekarang
pemerintah
Daerah.
9. Beralih
Rio
umum kendala-kendala yang timbul
adalah :
1. Perbenturan sistem hukum Nasional
dengan hukum adat (ico pakai) yang
fungsinya
hutan
adat
menjadi hutan yang dikelola oleh
pemerintah (hutan lindung).
ada pada masyarakat adat.
2. Banyaknya calon-calon kepala dusun
(Rio) yang tidak mengerti latar
10. Masyarakat maupun Datuk Rio
belakang perubahan penyebutan ini,
akan sulit untuk membedakan yang
sehingga calon yang maju untuk
mana kewenangan sebagai abdi
diseleksi minim pemahaman tentang
Negara (kepala dusun) dan mana
adat, agama dan pemerintahan. Hal
sebagai abdi masyarakat (Rio).
ini disebabkan karena kurangnya
11. Jika dulu untuk menjadi Rio tidak
perlu
persaingan
secara
politis
sosialisasi dari pemerintah daerah,
selama ini
hanya
mengandalkan
karena pemilihan dilakukan dengan
Badan Pemberdayaan Masyarakat,
jalan
adat,
Pemerintahan Dusun, Pemberdayaan
sudah
Perempuan dan Keluarga Berencana
musyawarah
namun
sekarang
tetua
Rio
disamakan dengan jabatan politik
(BPMPDPP-KB)
karena dipilih melalui pilkadus
proses sosialisasi tentang perubahan
sehingga
penyebutan kepala Desa menjadi Rio
sekali
menimbulkan
kecurangan
pemilihan.
pada
banyak
saat
saja,
sehingga
sangat terhambat.
3. Masih terdapat perilaku datuk Rio
yang menyimpang.
4. Rio hanya faham dan mengerti adat
namun tidak pandai berbicara di
11
12
depan
orang
banyak
(berbicara
yang semula hanya sebagai
kepala
dengan masyarakat sesuai dengan
pemerintahan terkecil di dalam Sistem
prosedur sistem Pemerintahan).
Pemerintahan Daerah, namun dengan
5. Untuk pelantikan memerlukan biaya
keluarnya Peraturan Daerah Nomor 9
yang sangat besar, lebih kuang dua
Tahun 2007 rio juga sebagai kepala
puluh lima sampai tiga puluh juta
adat,
rupiah.
dilaksanakan dengan cara formal atau
karena
prosesi
pelantikan
dengan pemerintahan dan dengan
PENUTUP
prosesi adat. Beralihnya aset dudun
A. Simpulan
yang merupakan bagian dari asset adat
Perubahan
penyebutan
Kepala
yang kewenangannya beralih kepada
Desa Menjadi Rio menimbulkan berbagai
Pemeintah
macam
sistem
hanya sebatas asset adat saja ada
Pemerintahan Daerah maupun sistem adat
beberapa kebiasaan yang ada didusun
Kabupaten
beralih
persoalan,
baik
dari
Bungo.
Berdasarkan
Daerah.
menjadi
Namun
acara
tidak
formal
pembahasan diatas dapat ditarik sebuah
pemerintah daerah. Contoh adanya
kesimpulan
bahwa
umum
lubuk larangan yang diperdakan oleh
perubahan
penyebutan
Desa
Pemerintah Daerah, hilangnya hutan
menjadi Rio masih perlu diperbaiki
adat menjadi hutan lindung yang
kembali.
diatur
1. Latar belakang perubahan penyebutan
Kabupaten Bungo, penentuan hari
kepala
Desa
secara
kepala
menjadi
Rio
tidak
dengan
panen
yang
Peraturan
semula
Daerah
merupakan
diimbangi dengan kualitas sumber
kewenangan pemangku adat dusun
daya masyarakat dusun yang ada,
berubah
keadaan
masyarakat,
Pemerintah Daerah. Implikasi lain dari
keadaan politis daerah dan tidak
perubahan penyebutan kepala desa
memperhatikan
menjadi rio adanya datuk Rio yang
geografis
ico
pakai
yang
sebenarnya.
2. Implikasi
menjadi
kewenangan
diberhentikan karena menyalahi aturan
perubahan
penyebutan
adat bukan karena pelanggaran kode
kepala Desa menjadi Rio adalah
etik
berubahnya status kepala Desa (dusun)
ditetapkan
ataupun
pelanggaran
oleh
yang
undang-undang.
12
13
Contoh
seorang
datuk
rio
sosialisasi
kepada
seluruh
diberhentikan karena duduk didepan
masyarakat di Kabupaten Bungo.
rumah hanya memakai celana pendek
2. Tugas sosialisasi sebaiknya tidak
dibebankan kepada BPMPDPP-KB
dan tidak memakai baju.
3. Kendala-kendala yang timbul terhadap
perubahan penyebutan kepala desa
saja,
namun
melibatkan
semua
unsur SKPD dan perangkatnya.
3. Memberikan bantuan dana untuk
menjadi Rio diantaranya adalah :
a. Kurangnya pemahaman masyarakat
prosesi pelantikan Rio terpilih, jika
penyebutan
tidak ada alokasi/ anggaran dana
kepala desa menjadi Rio dan
untuk pelatikan tersebut sebaiknya
pemahaman terhadap ico pakai
Pemerintah
yang disebabkan oleh minimnya
kepada masing-masing Rio untuk
sosialisasi dari Pemerintah Daerah
menyelenggarakan
maupun pihak lainnya.
pelantikan dengan sangat sederhana
tentang
perubahan
b. Jauhnya jarak proses pelantikan
dengan
pemilihan
disebabkan
oleh
semua
biaya
pemilihan dan pelantikan tidak
juta rupiah.
B. Saran
maka
penulis
memberikan beberapa saran terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo
sebagai berikut :
Pemerintah
Daerah
memberikan perhatian yang sangat
besar
terhadap
perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi
Rio
dengan
dan
membebani
masyarakat
dua puluh lima sampai tiga puluh
1. Sebaiknya
tidak
prosesi
yang
biaya yang dibutuhkan lebih kurang
masukan
sehingga
menekankan
Rio
dibebankan kepada Dusun dan
Sebagai
Daerah
meningkatkan
jarak
antara
terlalu jauh.
Daftar Pustaka
A. Buku
Aziz Hakim, A 2011. Negara Hukum
Dan
Demokrasi
di
Indonesia.
Pusataka
Pelajar. Yogjakarta.
C.S.T,
Kansil
2007.
Ilmu
Negara.Jakarta.
PT.
Pradya Paramita. Jakarta.
Dasril, Radjab 2005. Hukum Tata
Negara
Indonesia.
Jakarta. PT. Rhieneka
Cipta.
Darmo Diharjo, D dan Shidarta 2006.
Pokok-pokok
Filsafat
13
14
Hukum. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Daud Busroh, A 1990. Ilmu Negara,
PT.
Bumi
Aksara.
Jakarta.
F Susanto, A 2010. Ilmu Hukum Non
Sistemik. Genta Publising,
Jogjakarta.
Hadikusuma, H 1992. Pengantar Ilmu
Hukum Adat Indonesia.
Mandar Maju.Bandung.
H.F. Abraham Amos, H.F.A 2007.
Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. PT. Grapindo
Persada. Jakarta.
Kaelan,2010.
Pendidikan Pancasila.
Paradikma. Jogjakarta.
Pantja Astawa, I.G dan Na’, S 2009.
Memahami Ilmu Negara
dan Negara. PT. Refika
Aditama. Bandung.
Raharjo, S 2007. Membedah Hukum
Progresif. Buku Kompas.
Jakarta.
Saptomo, A 2010. Hukum dan Kearifan
Lokal, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Salim HS, H dan Septiana, E 2013.
Penerapan Teori Hukum
Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi. PT.
Rajagrapindo Persada.
Jakarta.
Salaman, H.R.O dan F Susanto, F 2008.
Teori Hukum (Mengingat,
Mengumpulkan,
dan
embuka Kembali). Refika
Aditama. Bandung.
Soerjono Soekanto, S 1986. Penelitian
Deskriptif Analisis. PT.
Pradya Paramita. Jakarta.
Sarman dan Taufik Makarao, M 2011.
Hukum Pemerintahan
Daerah Di Indonesia. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Setiadi, T 2008. Intisari Hukum Adat
Indonesia (Dalam Kajian
Kepustakaan). Alfabeta.
Bandung.
Trisantono
Soemantri,
B
2010.
Pedoman
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa.
Fokusmedia. Bandung.
Zulganef, 2008. Metode Penelitian
Sosial dan Bisnis. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
B. Jurnal
Abdi Aprasing, 2012, “Otonomi Daerah
Berdasarkan
Asas
Pemerintahan Yang Baik”, The
Principle of Good Governance
: Jurnal Hukum Online,
Volume 01, No 01, Januari
2012.
Muntoha, “Otonomi Daerah Dan
Perkembangan
PeraturanPeraturan Daerah Bernuansa
Syari’ah”, Hukum Ootnomi
Daerah : Jurnal Hukum, Edisi
No. 2 Vol. 260 – 280, 15 April
2008
C. Sumber lain
Candra Purnama, 2010. “Pengelelolaan
Hutan
Adat
Berdasarkan
Kearifan Lokal di Kecamatan
Sitinjau
Laut
Kabupaten
Kerinci”.
Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Bung
Hatta, Padang.
14
15
Haidandri. 2011.” Peran Lembaga adat
dalam pemilihan kepala Desa
Secara
Langsung
di
Kedepatian
Semerap
Kecamatan Keliling Danau
Kabupaten Kerinci”. Program
Pasca Sarjana Universitas Bung
Hatta, Padang.
Bahtiar, 2010, Fungsi Kepala Desa
Sebagai Mediator Dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Di Desa Rasabou Kecamatan
Sape Kabupaten Bima.
IMDS. 24 Februari 2014,
http://anggohijan.blogspot.co
m/2010/12/fungsi-kepaladesa-sebagai-mediator.html
USU
Intitusional Respotory. 2011.
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Perencanaan Pembangunan
Desa di Desa Sekijang
Kecamatan Tapung Hilir
Kabupaten kamapar.2011.
http://repository.usu.ac.id/bits
tream/123456789/30568/5/Ch
apter%20I.pdf
Taofik hidayah, 2012. Memahami dan
menghayati kenyataan yang
diwujudkan
oleh
gejolak
masyarakat
perkotanaan,
memahami dan meghayati
kenyataan
sosial
yang
diwujudkan oleh keberadaan
masyarakat
pedesaan,
mengkaji hubungan antara
masyarakat
perkotaan
dan pedesaan. Diakses Pada
Tanggal 24 Februari 2014.
http://taufikhidayah21.wordpre
ss.com/2012/11/25/memahamidan-menghayati-kenyataan-
yang-diwujudkan-oleh-gejolakmasyarakat-perkotanaanmemahami-dan-meghayatikenyataan-sosial-yangdiwujudkan-oleh-keberadaanmasyarakat-pedesaanmengkaji-hubungan-an/
S. Warisi Geriya. Menggali kearifan
lokal untuk Ajeg Bali. Diakses
Tanggal 24 September 2014
http:/WWW.balipos.co.id.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat
. Diakses pada Tanggal 26
Februari 2014.
Asma, 2011, Contoh Proposal
Penelitian Hukum.15 Juni 2011.
http://asma1981.blogspot.com/2011/06/
contoh-proposal-penelitian-hukum.html
Wiwit
Nurasih. 2013. Kontribusi
Hukum
Adat
Bagi
Pembangunan
Sistem
di
Indonesia. Jurnal Kuliah. 3
Mei 2012.
file:///C:/Users/Wiwit/Docume
nts/perkembangan-dankontribusi-hukum-adat.html.
S. Warisi Geriya. Menggali kearifan
lokal untuk Ajeg Bali. Diakses
Tanggal 24 September 2014.
http:/WWW.balipos.co.id.
Sudikno Mertokusumo,2008.
Meningkatkan KESADARAN
Hukum Masyarakat. Jurnal
Hukum. Kamis 20 Maret 2008.
15
16
http://sudiknoartikel.blogspot.c
om/2008/03/meningkatkankesadaran-hukummasyarakat.html.
Bali Pos , 2003. Menggali Kearifan
Lokal Untuk Ajeg Bali. 2003.
http://www.balipost.co.id/balip
ostcetak/2003/9/17/bd1hl.htm.
Diakses Pada Tanggal 26
Februari 20014.
D. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1974 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005
tentang Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan,
Pengangkatan,
Pelantikan, dan Pemberhentian
Kepala Desa.
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007
tentang Perubahan Penyebutan
Kepala Desa menjadi RIO,
Desa menjadi Dusun, Dusun
menjadi Kampung.
16
THE MENTION IMPLICATIONS OF CHANGES TO THE HEAD OF VILLAGE
RIO IN LOCAL GOVERNANCE IN THE DISTRICT BUNGO
JAMBI PROVINCE
Zulfianto Parliansyah¹, Sjofjan Thalib¹, Sanidjar Pebrihariati R¹
Law of Study Program, Postgraduate of Bung Hatta University¹
Email : [email protected]
The mention of the village in Indonesia vary in each region . Some call it " Nagari " as in
West Sumatra , " the Village " in Aceh, " Lembang " in South Sulawesi , " village " in
South Kalimantan and Papua , and the " State " in Maluku, But, characteristic of a village
is not lost . In the village head Bungo mention changing into Rio . It refers to the
Regional Regulation No. 9 of 2007 on the " Change Reference to the Village Head into
Rio , the village becomes Hamlet , Hamlet into Kampung " . Rio is a customary title
given traditional institutions as adat Hamlet in Hamlet by referring to " wear ico " (
customary provisions already in force in the local village ) . But the problem is the head
of the village selected through Pilkades , while Rio is a title given by the traditional
institutions to someone who is considered able to lead the hamlet with the criteria
contained in ico wear , and the selection of Rio was not through the mechanism of
village elections , but only through traditional leaders / stakeholders in the indigenous
village . The purpose of this study is to analyze what is behind the change mention of the
village head into Rio , the implications of what happens after the change becomes village
chief mention of Rio and what constraints after the mention of the village head changes
into Rio . From the results of this penelitaian expected to provide input to the
government Bungo District to better understand the mention of the village head that
changes into Rio is a policy that needs to be reexamined , because there is contradiction
between local knowledge and regional regulation .
Key Words : implications, the change becomes chief mention of the village head into
Rio
1
2
IMPLIKASI PERUBAHAN PENYEBUTAN KEPALA DESA MENJADI RIO
DALAM PEMERINTAHAN DAERAH DI
KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI
Zulfianto Parliansyah¹, Sjofjan Thalib¹, Sanidjar Pebrihariati R¹
Program Studi Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta¹
E-mail : [email protected]
Penyebutan desa di Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Ada yang menyebutnya
"Nagari" seperti di Sumatra Barat, "Gampong" di Nanggroe Aceh Darussalam,
"Lembang" di Sulawesi Selatan, "Kampung" di Kalimantan Selatan dan Papua, dan
"Negeri" di Maluku akan tetapi ciri khas suatu desa tidak hilang. Di Kabupaten Bungo
kepala desa mengalami perubahan penyebutan menjadi Rio. Ini mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang “ Perubahan Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio,
Desa menjadi Dusun, Dusun menjadi Kampung”. Rio merupakan gelar adat yang
diberikan lembaga adat Dusun sebagai pemangku adat di Dusun dengan berpedoman
kepada “ico pakai” (ketentuan adat yang sudah berlaku di dusun setempat). Yang
menjadi permasalahan adalah kepala desa dipilih melalui
Pilkades, sedangkan Rio
merupakan gelar adat yang diberikan oleh lembaga adat kepada sesorang yang dianggap
mampu untuk memimpin dusun dengan kriteria yang terdapat di dalam ico pakai, dan
pemilihan Rio pun tidak melalui mekanisme pemilihan kepala desa, tetapi hanya melalui
tokoh-tokoh adat/pemangku adat yang ada di dusun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis apa yang melatarbelakangi perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio,
implikasi apa yang terjadi setelah perubahan penyebutan kepala Desa menjadi Rio dan
apa kendala setelah perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan Sosiolegal Research. Tehnik pengumpulan
data dengan cara indepth interview dan dokumentasi. Dari hasil penelitaian ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah Daerah Kabupaten Bungo
untuk lebih memahami bahwa perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio
merupakan kebijakan yang perlu dikaji ulang, karena ada kotradiksi antara kearifan lokal
dan Peraturan Daerah.
Kata Kunci : implikasi, penyebutan, kepala desa, Rio
2
3
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-
A. PENDAHULUAN
istiadat setempat yang diakui dan/atau
Penyebutan desa di Indonesia
berbeda-beda pada setiap daerahnya.
Ada
yang
menyebutnya
"Nagari",
seperti di Sumatra Barat, "Gampong" di
Nanggroe
Aceh
"Lembang"
di
Darussalam,
Sulawesi
dibentuk dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di Kabupaten/Kota,
sebagaimana dimaksud dalam Undangundang
Dasar
Negara
Republik
Indonesia tahun 1945.
Selatan,
"Kampung" di Kalimantan Selatan dan
Pemerintahan
Desa
adalah
Papua, dan "Negeri" di Maluku1, namun
penyelenggaraan urusan pemerintahan
ciri khas suatu desa tidak hilang. Desa
oleh Pemerintahan Desa dan Badan
merupakan
sebuah
Pemusyawaratan Desa dalam mengatur
kecamatan. Setiap desa dipimpin oleh
dan mengurus kepentingan masyarakat
seorang kepala desa. Kepala desa dipilih
setempat berdasarkan asal-usul dan adat-
langsung oleh masyarakat di desa
istiadat setempat.
tersebut.
bagian
Syarat
dari
dan
cara
Di Kabupaten Bungo sendiri
pemilihannya diatur oleh peraturan
mengenai Pemerintahan Desa diatur
daerah yang berpedoman pada peraturan
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
pemerintah.
2006 tentang tata cara pencalonan,
Berdasarkan
tata
Undang-undang
Nomor. 32 Tahun 2004, Desa atau yang
disebut
dengan
kesatuan
nama
masyarakat
lain,
hukum
adalah
yang
memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi,
berwenang
mengurus
untuk
mengatur
kepentingan
dan
masyarakat
pemilihan, pengangkatan, pelantikan,
dan
pemberhentian
Namun
dalam
mengalami
kepala
desa.
pelaksanaannya
perubahan
penyebutan/istilah kepala desa menjadi
Rio. Ini mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang “
Perubahan Penyebutan Kepala Desa
1
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara
Indonesia. PT. Rhieneka Cipta. Jakarta. 2005. Hlm.
42.
menjadi Rio, Desa menjadi Dusun,
Dusun
menjadi
Kampung”.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
9 Tahun 2007, di Kabupaten Bungo
3
4
tidak ada lagi istilah kepala desa,
dusun atau berdasarkan Perda Nomor 9
namun
Tahun 2007 Bab III Pasal 3 “ Gelar Rio
diganti
wilayah
dengan
kekuasaan
Rio,
Rio
dan
berubah
diberikan oleh Lembaga Adat
Dusun
menjadi Dusun. Perubahan penyebutan
dengan berpedoman kepada “ico pakai”
ini berlandaskan kearifan lokal yang
atau ketentuan adat yang sudah berlaku
ada
di dusun setempat yang ditetapkan
di
Kabupaten
Bungo.
Rio
merupakan gelar adat yang diberikan
lembaga
adat
Dusun
sebagai
Peraturan Daerah ini”.
Akan
tetapi
yang
menjadi
pemangku adat di Dusun dengan
permasalahan adalah berdasarkan ico
kepada
pakai”
pakai yang ada di kabupaten Bungo,
(ketentuan adat yang sudah berlaku di
gelar Rio diberikan oleh Lembaga Adat
dusun setempat).
Muara Bungo (LAM) bukan melalui
berpedoman
“ico
Tata cara pemilihan kepala desa
menurut Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun
2006
Tentang
“Tata
Cara
Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala
Desa”
adalah
(pemilihan
langsung
melalui
kepala
oleh
desa),
mesyarakat
pilkades
dipilih
desa.
Sedangkan Rio merupakan gelar yang
diberikan oleh lembaga adat kepada
sesorang yang dianggap mampu untuk
memimpin dusun dengan kriteria bahwa
seseorang
tersebut
terjamin
kepribadiannya (kepribadian yang baik),
paham tentang adat, agama, tidak pernah
terjerat hukum, dan pemilihan Rio pun
tidak melalui mekanisme pemilihan
kepala desa, tetapi hanya melalui tokohtokoh adat/pemangku adat yang ada di
mekanisme
sebagai
pemilihan
Kepala
Desa
pemangku jabatan terendah
dalam pemerintahan daerah kabupaten.
Jika setiap kepala desa disamakan
dengan rio maka rio yang semula
menjadi pemangku adat dusun maka
sudah berubah menjadi jabatan politis,
bukan lagi sebagai pemangku adat
berdasarkan ketentuan/”ico pakai” yang
ada di dusun.
Fenomena
tersebut
mendapat
berbagai reaksi dari berbagai elemen
masyarakat,
salah
satunya
adalah
pemuka adat dan tokoh masyarakat yang
menentang
perubahan
penyebutan
kepala desa menjadi rio. Namun reaksi
beberapa tokoh masyarakat ini tidak
ditindaklanjuti ataupun dapat dikatakan
tidak mendapat respon dari pemerintah
4
5
persoalan
menganalisis alasan, implikasi kendala-
dikemukakan pemuka adat dan tokoh
kendala yang timbul setelah perubahan
adat adalah beralih fungsinya aset adat
penyebutan Kepala Desa menjadi Rio
(lahan adat, lubuk larangan, tanah ulayat,
dalam
beberapa potensi adat lainnya) sudah
Kabupaten Bungo.
daerah.
Yang
menjadi
Pemerintahan
Daerah
di
diambil alih oleh pemerintah daerah
setempat. Contohnya adalah dibuatnya
sebuah
Peraturan
daerah
mengenai
Lubuk larangan sehingga yang semula
Metode Penelitian
1. Sifat penelitian
kewenangan pengelolaan lubuk larangan
Penelitian ini menggunakan penelitian
sepenuhnya menjadi aset adat dan
yang bersifat deskriptif analitis, yaitu
sekarang
berupa penggambaran hal-hal yang
berubah
menjadi
aset
menjadi
pemerintah daerah.
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
permasalahan
dalam
penelitian ini. 2 Dengan penelitian ini
dirumuskan masalah sebagai berikut :
diharapkan dapat menguraikan atau
1. Alasan
memberikan
apa
yang
mendorong
gambaran
mengenai
perubahan penyebutan Kepala Desa
Implikasi perubahan pengaturan Desa
menjadi Rio
menjadi Rio terhadap sistem otonomi
dalam Pemerintahan
daerah di Kabupaten Bungo Provinsi
daerah di Kabupaten Bungo.
2. Pendekatan Masalah
Jambi ?
2. Apa implikasi perubahan penyebutan
Pendekatan yang digunakan adalah
Kepala Desa menjadi Rio dalam
pendekatan yuridis sosiologis/sosio
sistem otonomi daerah di Kabupaten
legal
Bungo Provinsi Jambi ?
secara langsung terhadap impilkasi
3. Kendala
setelah
apa saja yang timbul
Perubahan
Penyebutan
research
yaitu
pendekatan
perubahan penyebutan kepala desa
menjadi
Rio
dan dilihat
sendiri
Kepala Desa Menjadi Rio dalam
kenyataannya dari sudut-sudut hukum
Pemerintahan Daerah di Kabupaten
yang berpedoman pada Peraturan
Bungo Provinsi Jambi ?
perundangan-undangan,
buku-buku,
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
dan
2
Soerjono Soekanto, Penelitian Deskriptif
Analisis. 1986. Hlm 9-10.
5
6
teori-teori hukum dan literatur hukum
wawancara
mendalam
serta
intervieuw)
dengan
bahan-bahan
berhubungan
lain
dengan
yang
masalah
(indepth
pihak-pihak
terkait yaitu :
a. Datuk Mahmud selaku Ketua
penelitian.
Lembaga Adat Kabupaten Bungo
3. Tehnik Sampling
a. Dalam penlitian ini, yang menjadi
(LAM).
sampel sampel adalah dua dusun
b. Usman Hasibuan selaku Kabag
yang ada dalam populasi diambil
Pemerintahan Setda Kabupaten
berdasarkan kriteria yaitu satu
Bungo.
dusun yang dekat dengan kota
c. Bagian Hukum Setda Kabupaten
yaitu dusun Sungai Arang , dan
Bungo melalui Kabid Perundang-
satu dusun lagi adalah yang jauh
undangan Hambali.
dari kota yaitu Tanjung Agung.
d. Badan
Pemberdayaan
Alasan menjadikan dusun yang
Masyarakat,
dekat dengan kota menjadi sampel
Dusun,
adalah karena
Perempuan,
dan
Keluarga
sangat besar dipengaruhi oleh
Berencana
(BPMPD
PP-KB)
sistem pemerintahan yang ada di
Kabupaten Bungo melalui Kabid
kelurahan/kota sehingga terkesan
Pemerintahan
lebih maju dibandingkan dengan
Sudjadi.
dusun
tersebut
dusun yang jauh dari kota. Maka
berdasarkan
kriteria
sampel
e. Datuk
Pemerintahan
Pemberdayaan
Rio
Dusun
Dusun
yaitu
Tanjung
Agung yaitu Ibrahim.
dipilihlah dusun Tanjung Agung
f. Ketua Lembaga Adat Kecamatan
sebagai dusun yang jauh dari kota,
Muko-muko Bathin VII yaitu
dan Sungai Arang sebagai dusun
Datuk Ahmad Nasuki.
g. Tokoh
yang dekat dari kota.
kualitatif,
mengumpulkan
ini
dusun
Tanjung
Agung yaitu Fahri.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian
adat
bersifat
maka
untuk
data
dilakukan
dengan dua cara yaitu melakukan
h. Tokoh adat dusun Sungai Arang
yaitu Furqon.
i. Heri Mulyadi tokoh adat dusun
Sungai.
6
7
Kemudian teknik selanjutnya
koreksi ulang ke sumber data
adalah metode dokumentasi yaitu
penelitan
mengumpulkan dokumen atau bahan-
permasalahan
bahan
implikasi perubahan penyebutan
tulisan,
jurnal,
perundang-undangan,
bahan-bahan
peraturan
buku,
penunjang
dan
berupa
Penelitian ini dilakukan di
Kabupaten Bungo, karena hanya di
Bungo
yang
ada
perubahan penyebutan kepala desa
Rio.
Populasi
penelitian
adalah semua dusun yang ada di
Kabupaten
Bungo,
mempersempit
namun
penelitian
untuk
maka
diambillah beberapa sampel dengan
kriteria sebagai berikut :
a. 1 Dusun yang dekat dengan
kota/ibu kota kabupaten.
b. 1 Dusun yang jauh/tepencil dari
ibu kota kabupaten.
Analisis data yang digunakan
deskriptif
kualitatif
yaitu
dengan cara:
a. Editing, yaitu meneliti kembali
kelengkapan data yang diperoleh ,
apabila masih belum lengkap
maka diusahakan melengkapinya
kembali
yaitu
Kabupaten Bungo.
dengan
yang
diperoleh
untuk
mempermudah dalam melakukan
analisis kasus yang ada dalam
penelitian.
c. Sistematisasi
yaitu
melakukan
penyusunan dan penempatan data
yang
diperoleh
untuk
mempermudah dalam pembahasan,
sehingga dalam pembahasan nanti
dapat
ditemukan
permasalahan
utama yaitu Implikasi perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi
Rio dalam sistem otonomi daerah
di Kabupaten Bungo.
Setelah
data
didapat
dan
diolah dengan tiga cara diatas,
6. Pengolahan dan Analisis Data
adalah
pokok
Kepala Desa menjadi Rio di
data
5. Lokasi Penelitian
menjadi
ditemukan
b. Mengelompokkan/mengklasifikasi
tulisan lainnya.
Kabupaten
sehingga
melakukan
kemudian
teori
dianalisis
Roscou
Engineering)
berdasarkan
Pound
untuk
(Sosial
mendapatkan
jawaban atas alasan yang mendorong
Perubahan Penyebutan Kepala Desa
menjadi
Rio,
imlplikasi
dari
perubahan penyebutan tersebut, dan
diketahui
kendala-kendala
yang
7
8
muncul dalam sistem pemerintahan
essensi dari ico pakai harus ada
daerah di Kabupaten Bungo setelah
pengaturannya dalam Alqur’an dan
perubahan penyebutan kepala desa
hadits. Dasar ini dipakai karena
menjadi Rio.
menyelaraskan
adat
A. Alasan yang mendorong perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi Rio
Pemerintahan
Daerah
di
Kabupaten Bungo.
Secara
umum
masyarakat
alasan perubahan penyebutan kepala desa
menjadi Rio. Untuk mengetahui alasan
menjadi
penyebutan
Rio,
kepala
digunakan
desa
wawancara
mendalam (indepth interview) dengan
tujuan mengetahui alasan sebenarnya dari
perubahan
penyebutan
bersandikan
syara’,
syara’
bersandi kitabullah”.
b. Cermin yang tak kabur
Makna dari cermin yang tak kabur
untuk menegakkan ico pakai dan
Kabupaten Bungo tidak mengetahui apa
Perubahan
falsafah
masyarakat Kabupaten Bungo yaitu “
Hasil Penelitian dan Pembahasan
dalam
dengan
kepala
desa
hukum hakam adalah pemangku adat
haruslah
objektif
dalam
melihat
permasalahan yang ada ditengahtengah masyarakat. Tidak melihat
siapa
pelakunya
namun
melihat
kepada apa yang telah diperbuatnya.
c. Langkah yang tak goyah
Ketika menerapkan hukum hakam
datuk Rio tidak boleh ragu-ragu
dalam mengambil sebuah keputusan.
menjadi Rio.
Sehingga diharapkan keputusan yang
Adapun dasar dari hukum hakam
3
tersebut harus mengacu kepada :
a. Alqur’an dan hadits
diambil sudah sesuai dengan prinsip
keadilan, dan kebijaksaan Rio selaku
pemangku adat dan kepala dusunpun
Jika menerapkan sanksi yang ada
tetap terjaga dengan baik dimata
dalam ico pakai haruslah mengacu
masyarakat.
kepada aturan agama yaitu Alqur’an
d. Dak lekang dek paneh, dak lapuk dek
dan hadits. Tidak boleh ada satupun
hujan.
ico pakai yang bertentangan dengan
Makna dari dak lekang dek paneh,
Alqur’an dan hadits, dan juga semua
dak lapuk dek hujan adalah Rio tidak
terpengaruh oleh berbagai kondisi
3
Ibid.
8
9
dimasyarakat.
memudahkan pemerintah daerah dalam
Bagaimanapun kondisi dan gejala-
melaksanakan urusan pemerintahan di
gejala
pada
wilayah dusun, dan Rio pun dapat
konsisten
melaksanakan perannya dengan baik,
yang
ada
sosial
masyarakat
yang
Rio
ada
tetap
menjalankan tugas dan kewajibannya
yaitu
baik sebagai pemangku adat maupun
sebagai
kepala dusun.
tersebut4.
e. Kato seiyo
Makna dari kato seiyo merupakan
kunci dari semua dasar yang ada
diatas,
Rio
tugasnya
dalam
harus
menjalankan
selaras,
seiring
dengan keinginan masyarakat dusun,
karena
Rio
merupakan
corong
selaku
pemimpin
pemangku
dusun
adat
di
juga
dusun
Berdasarkan data yang didapat
dari
hasil
wawancara
narasumber
secara
dengan
umum
alasan
perubahan penyebutan kepala desa
menjadi Rio adalah sebagai berikut :
1. Mengembalikan
sistem
adat
penerangan kepada masyarakat untuk
(kearifan lokal) yang pernah ada
membangun dusun sesuai dengan
di Kabupaten Bungo dan telah
keinginan masyarakat dusun. Dalam
lama ditinggalkan.
mengambil
haruslah
keputusanpun
mendengarkan
Rio
2. Memudahkan dan menyesuaikan
keteraturan
masukan
bentuk
dari
penyaluran
ada
dalam
masyarakat desa.
dari masyarakat dan berbagai pihak
sebagi
yang
3. Untuk memudahkan pemerintah
aspirasi, sehingga keputusan yang
daerah
lahir adalah keputusan bersama.
urusan pemerintahan di wilayah
Tidak hanya dengan masyarakat
dusun,
dusun saja, Rio pun haru bias
melaksanakan perannya dengan
menjalin kerjasama dengan berbagai
baik,
pihak, baik dari pemerintah daerah
dusun juga sebagai pemangku
maupun unsur-unsur lainnya, agar
adat di dusun tersebut.
terjalin sebuah sinergi yang baik.
Alasan
selanjutnya
dalam
dan
yaitu
4. Mengacu
ketentuan
menurut
melaksanakan
Rio
selaku
kepada
umum
pun
dapat
pemimpin
Pasal
angka
1
12
menurut Datuk Mahmud adalah untuk
4
Ibid.
9
10
Undang-undang No 32 tahun
umum
2004, dan Pasal 2 angka 1 PP
perubahan
No.72
menjadi Rio adalah :
tahun
2005,
Peraturan
Daerah nomor 9 tahun 2007
tentang Perubahan
penyebutan
imlpikasi
kepala
desa
1. Kembali berlakunya hukum adat
Penyebutan
(ico pakai) sebagai norma yang
Kepala Desa menjadi Rio, dan
mengatur kehidupan masyarakat
kepada ico pakai yang ada di
dusun.
Kabupaten Bungo
5. Banyaknya
2. Tidak bisa sembarangan orang
kepribadian
kepala
desa yang tidak sesuai filosofi
adat
B. Implikasi
sistem
untuk menjadi kepala Desa atau
Rio.
3. Masyarakat
perubahan
penyebutan
Kepala Desa menjadi Rio dalam
pemerintahan
daerah
di
Secara tidak langsung
ada
pengaruh yang timbul setelah perubahan
Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio,
terhadap
sistem
perundang-undangan
hukum
atau
(Pemerintahan
Daerah) dan sistem adat Kabupaten
Bungo.
akan
lebih
memahami ico pakai/hukum hakam
yang ada di kabupaten Bungo.
4. Ketika
tahapan
calon
Rio
seleksi
Rio
tahapan
yang
gugur
dalam
seleksi,
karena
tidak
memahami adat.
5. Ada kasus kepala desa/Rio yang
diberhentikan
adat
yang
Implikasi mengandung makna
karena
melanggar
berlaku
di
dusun
setempat.
6. Adanya
pengaruh
dusun
dilaksanakan banyak sekali bakal
Kabupaten Bungo.
baik
Secara
kewenangan
kerancuan
adat
antara
dusun
dan
ataupun
dampak
yang
kewenangan pemerintah daerah.
dari
sesuatu.
Jika
7. Warga masyarakat yang merupakan
dihubungkan dengan judul penelitian
pendatang dari daerah lain tidak
maka maksud implikasi disini adalah
mengerti adat dan ico pakai yang
pengaruh perubahan penyebutan kepala
ada di Kabupaten Bungo, tetapi
desa menjadi Rio di Kabupaten Bungo.
karena peraturan daerah Nomor 9
ditimbulkan
tahun 2007 tentang Penyebutan
10
11
kepala Desa menjadi Rio sudah
C. Kendala-kendala yang timbul setelah
keluar maka setiap kepala dusun
perubahan penyebutan Kepala Desa
harus mengikuti mekanisme yang
menjadi
ada
Daerah di Kabupaten Bungo.
termasuk
di
mayoritas
dusun
yang
masyarakatnya
pendatang.
dalam
Setelah
pemerintahan
dianalisis
hasil
wawancara dengan nara sumber, secara
8. Beralihnya aset adat yang semula
menjadi
aset
beralih
ketangan
dusun
sekarang
pemerintah
Daerah.
9. Beralih
Rio
umum kendala-kendala yang timbul
adalah :
1. Perbenturan sistem hukum Nasional
dengan hukum adat (ico pakai) yang
fungsinya
hutan
adat
menjadi hutan yang dikelola oleh
pemerintah (hutan lindung).
ada pada masyarakat adat.
2. Banyaknya calon-calon kepala dusun
(Rio) yang tidak mengerti latar
10. Masyarakat maupun Datuk Rio
belakang perubahan penyebutan ini,
akan sulit untuk membedakan yang
sehingga calon yang maju untuk
mana kewenangan sebagai abdi
diseleksi minim pemahaman tentang
Negara (kepala dusun) dan mana
adat, agama dan pemerintahan. Hal
sebagai abdi masyarakat (Rio).
ini disebabkan karena kurangnya
11. Jika dulu untuk menjadi Rio tidak
perlu
persaingan
secara
politis
sosialisasi dari pemerintah daerah,
selama ini
hanya
mengandalkan
karena pemilihan dilakukan dengan
Badan Pemberdayaan Masyarakat,
jalan
adat,
Pemerintahan Dusun, Pemberdayaan
sudah
Perempuan dan Keluarga Berencana
musyawarah
namun
sekarang
tetua
Rio
disamakan dengan jabatan politik
(BPMPDPP-KB)
karena dipilih melalui pilkadus
proses sosialisasi tentang perubahan
sehingga
penyebutan kepala Desa menjadi Rio
sekali
menimbulkan
kecurangan
pemilihan.
pada
banyak
saat
saja,
sehingga
sangat terhambat.
3. Masih terdapat perilaku datuk Rio
yang menyimpang.
4. Rio hanya faham dan mengerti adat
namun tidak pandai berbicara di
11
12
depan
orang
banyak
(berbicara
yang semula hanya sebagai
kepala
dengan masyarakat sesuai dengan
pemerintahan terkecil di dalam Sistem
prosedur sistem Pemerintahan).
Pemerintahan Daerah, namun dengan
5. Untuk pelantikan memerlukan biaya
keluarnya Peraturan Daerah Nomor 9
yang sangat besar, lebih kuang dua
Tahun 2007 rio juga sebagai kepala
puluh lima sampai tiga puluh juta
adat,
rupiah.
dilaksanakan dengan cara formal atau
karena
prosesi
pelantikan
dengan pemerintahan dan dengan
PENUTUP
prosesi adat. Beralihnya aset dudun
A. Simpulan
yang merupakan bagian dari asset adat
Perubahan
penyebutan
Kepala
yang kewenangannya beralih kepada
Desa Menjadi Rio menimbulkan berbagai
Pemeintah
macam
sistem
hanya sebatas asset adat saja ada
Pemerintahan Daerah maupun sistem adat
beberapa kebiasaan yang ada didusun
Kabupaten
beralih
persoalan,
baik
dari
Bungo.
Berdasarkan
Daerah.
menjadi
Namun
acara
tidak
formal
pembahasan diatas dapat ditarik sebuah
pemerintah daerah. Contoh adanya
kesimpulan
bahwa
umum
lubuk larangan yang diperdakan oleh
perubahan
penyebutan
Desa
Pemerintah Daerah, hilangnya hutan
menjadi Rio masih perlu diperbaiki
adat menjadi hutan lindung yang
kembali.
diatur
1. Latar belakang perubahan penyebutan
Kabupaten Bungo, penentuan hari
kepala
Desa
secara
kepala
menjadi
Rio
tidak
dengan
panen
yang
Peraturan
semula
Daerah
merupakan
diimbangi dengan kualitas sumber
kewenangan pemangku adat dusun
daya masyarakat dusun yang ada,
berubah
keadaan
masyarakat,
Pemerintah Daerah. Implikasi lain dari
keadaan politis daerah dan tidak
perubahan penyebutan kepala desa
memperhatikan
menjadi rio adanya datuk Rio yang
geografis
ico
pakai
yang
sebenarnya.
2. Implikasi
menjadi
kewenangan
diberhentikan karena menyalahi aturan
perubahan
penyebutan
adat bukan karena pelanggaran kode
kepala Desa menjadi Rio adalah
etik
berubahnya status kepala Desa (dusun)
ditetapkan
ataupun
pelanggaran
oleh
yang
undang-undang.
12
13
Contoh
seorang
datuk
rio
sosialisasi
kepada
seluruh
diberhentikan karena duduk didepan
masyarakat di Kabupaten Bungo.
rumah hanya memakai celana pendek
2. Tugas sosialisasi sebaiknya tidak
dibebankan kepada BPMPDPP-KB
dan tidak memakai baju.
3. Kendala-kendala yang timbul terhadap
perubahan penyebutan kepala desa
saja,
namun
melibatkan
semua
unsur SKPD dan perangkatnya.
3. Memberikan bantuan dana untuk
menjadi Rio diantaranya adalah :
a. Kurangnya pemahaman masyarakat
prosesi pelantikan Rio terpilih, jika
penyebutan
tidak ada alokasi/ anggaran dana
kepala desa menjadi Rio dan
untuk pelatikan tersebut sebaiknya
pemahaman terhadap ico pakai
Pemerintah
yang disebabkan oleh minimnya
kepada masing-masing Rio untuk
sosialisasi dari Pemerintah Daerah
menyelenggarakan
maupun pihak lainnya.
pelantikan dengan sangat sederhana
tentang
perubahan
b. Jauhnya jarak proses pelantikan
dengan
pemilihan
disebabkan
oleh
semua
biaya
pemilihan dan pelantikan tidak
juta rupiah.
B. Saran
maka
penulis
memberikan beberapa saran terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo
sebagai berikut :
Pemerintah
Daerah
memberikan perhatian yang sangat
besar
terhadap
perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi
Rio
dengan
dan
membebani
masyarakat
dua puluh lima sampai tiga puluh
1. Sebaiknya
tidak
prosesi
yang
biaya yang dibutuhkan lebih kurang
masukan
sehingga
menekankan
Rio
dibebankan kepada Dusun dan
Sebagai
Daerah
meningkatkan
jarak
antara
terlalu jauh.
Daftar Pustaka
A. Buku
Aziz Hakim, A 2011. Negara Hukum
Dan
Demokrasi
di
Indonesia.
Pusataka
Pelajar. Yogjakarta.
C.S.T,
Kansil
2007.
Ilmu
Negara.Jakarta.
PT.
Pradya Paramita. Jakarta.
Dasril, Radjab 2005. Hukum Tata
Negara
Indonesia.
Jakarta. PT. Rhieneka
Cipta.
Darmo Diharjo, D dan Shidarta 2006.
Pokok-pokok
Filsafat
13
14
Hukum. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Daud Busroh, A 1990. Ilmu Negara,
PT.
Bumi
Aksara.
Jakarta.
F Susanto, A 2010. Ilmu Hukum Non
Sistemik. Genta Publising,
Jogjakarta.
Hadikusuma, H 1992. Pengantar Ilmu
Hukum Adat Indonesia.
Mandar Maju.Bandung.
H.F. Abraham Amos, H.F.A 2007.
Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. PT. Grapindo
Persada. Jakarta.
Kaelan,2010.
Pendidikan Pancasila.
Paradikma. Jogjakarta.
Pantja Astawa, I.G dan Na’, S 2009.
Memahami Ilmu Negara
dan Negara. PT. Refika
Aditama. Bandung.
Raharjo, S 2007. Membedah Hukum
Progresif. Buku Kompas.
Jakarta.
Saptomo, A 2010. Hukum dan Kearifan
Lokal, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Salim HS, H dan Septiana, E 2013.
Penerapan Teori Hukum
Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi. PT.
Rajagrapindo Persada.
Jakarta.
Salaman, H.R.O dan F Susanto, F 2008.
Teori Hukum (Mengingat,
Mengumpulkan,
dan
embuka Kembali). Refika
Aditama. Bandung.
Soerjono Soekanto, S 1986. Penelitian
Deskriptif Analisis. PT.
Pradya Paramita. Jakarta.
Sarman dan Taufik Makarao, M 2011.
Hukum Pemerintahan
Daerah Di Indonesia. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Setiadi, T 2008. Intisari Hukum Adat
Indonesia (Dalam Kajian
Kepustakaan). Alfabeta.
Bandung.
Trisantono
Soemantri,
B
2010.
Pedoman
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa.
Fokusmedia. Bandung.
Zulganef, 2008. Metode Penelitian
Sosial dan Bisnis. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
B. Jurnal
Abdi Aprasing, 2012, “Otonomi Daerah
Berdasarkan
Asas
Pemerintahan Yang Baik”, The
Principle of Good Governance
: Jurnal Hukum Online,
Volume 01, No 01, Januari
2012.
Muntoha, “Otonomi Daerah Dan
Perkembangan
PeraturanPeraturan Daerah Bernuansa
Syari’ah”, Hukum Ootnomi
Daerah : Jurnal Hukum, Edisi
No. 2 Vol. 260 – 280, 15 April
2008
C. Sumber lain
Candra Purnama, 2010. “Pengelelolaan
Hutan
Adat
Berdasarkan
Kearifan Lokal di Kecamatan
Sitinjau
Laut
Kabupaten
Kerinci”.
Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Bung
Hatta, Padang.
14
15
Haidandri. 2011.” Peran Lembaga adat
dalam pemilihan kepala Desa
Secara
Langsung
di
Kedepatian
Semerap
Kecamatan Keliling Danau
Kabupaten Kerinci”. Program
Pasca Sarjana Universitas Bung
Hatta, Padang.
Bahtiar, 2010, Fungsi Kepala Desa
Sebagai Mediator Dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Di Desa Rasabou Kecamatan
Sape Kabupaten Bima.
IMDS. 24 Februari 2014,
http://anggohijan.blogspot.co
m/2010/12/fungsi-kepaladesa-sebagai-mediator.html
USU
Intitusional Respotory. 2011.
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Perencanaan Pembangunan
Desa di Desa Sekijang
Kecamatan Tapung Hilir
Kabupaten kamapar.2011.
http://repository.usu.ac.id/bits
tream/123456789/30568/5/Ch
apter%20I.pdf
Taofik hidayah, 2012. Memahami dan
menghayati kenyataan yang
diwujudkan
oleh
gejolak
masyarakat
perkotanaan,
memahami dan meghayati
kenyataan
sosial
yang
diwujudkan oleh keberadaan
masyarakat
pedesaan,
mengkaji hubungan antara
masyarakat
perkotaan
dan pedesaan. Diakses Pada
Tanggal 24 Februari 2014.
http://taufikhidayah21.wordpre
ss.com/2012/11/25/memahamidan-menghayati-kenyataan-
yang-diwujudkan-oleh-gejolakmasyarakat-perkotanaanmemahami-dan-meghayatikenyataan-sosial-yangdiwujudkan-oleh-keberadaanmasyarakat-pedesaanmengkaji-hubungan-an/
S. Warisi Geriya. Menggali kearifan
lokal untuk Ajeg Bali. Diakses
Tanggal 24 September 2014
http:/WWW.balipos.co.id.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat
. Diakses pada Tanggal 26
Februari 2014.
Asma, 2011, Contoh Proposal
Penelitian Hukum.15 Juni 2011.
http://asma1981.blogspot.com/2011/06/
contoh-proposal-penelitian-hukum.html
Wiwit
Nurasih. 2013. Kontribusi
Hukum
Adat
Bagi
Pembangunan
Sistem
di
Indonesia. Jurnal Kuliah. 3
Mei 2012.
file:///C:/Users/Wiwit/Docume
nts/perkembangan-dankontribusi-hukum-adat.html.
S. Warisi Geriya. Menggali kearifan
lokal untuk Ajeg Bali. Diakses
Tanggal 24 September 2014.
http:/WWW.balipos.co.id.
Sudikno Mertokusumo,2008.
Meningkatkan KESADARAN
Hukum Masyarakat. Jurnal
Hukum. Kamis 20 Maret 2008.
15
16
http://sudiknoartikel.blogspot.c
om/2008/03/meningkatkankesadaran-hukummasyarakat.html.
Bali Pos , 2003. Menggali Kearifan
Lokal Untuk Ajeg Bali. 2003.
http://www.balipost.co.id/balip
ostcetak/2003/9/17/bd1hl.htm.
Diakses Pada Tanggal 26
Februari 20014.
D. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1974 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005
tentang Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan,
Pengangkatan,
Pelantikan, dan Pemberhentian
Kepala Desa.
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007
tentang Perubahan Penyebutan
Kepala Desa menjadi RIO,
Desa menjadi Dusun, Dusun
menjadi Kampung.
16