PDF ini IMPLIKASI PERUBAHAN PENYEBUTAN KEPALA DESA MENJADI RIO DALAM PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI | Parliansyah | 1 PB

1

THE MENTION IMPLICATIONS OF CHANGES TO THE HEAD OF VILLAGE
RIO IN LOCAL GOVERNANCE IN THE DISTRICT BUNGO
JAMBI PROVINCE

Zulfianto Parliansyah¹, Sjofjan Thalib¹, Sanidjar Pebrihariati R¹
Law of Study Program, Postgraduate of Bung Hatta University¹
Email : [email protected]

The mention of the village in Indonesia vary in each region . Some call it " Nagari " as in
West Sumatra , " the Village " in Aceh, " Lembang " in South Sulawesi , " village " in
South Kalimantan and Papua , and the " State " in Maluku, But, characteristic of a village
is not lost . In the village head Bungo mention changing into Rio . It refers to the
Regional Regulation No. 9 of 2007 on the " Change Reference to the Village Head into
Rio , the village becomes Hamlet , Hamlet into Kampung " . Rio is a customary title
given traditional institutions as adat Hamlet in Hamlet by referring to " wear ico " (
customary provisions already in force in the local village ) . But the problem is the head
of the village selected through Pilkades , while Rio is a title given by the traditional
institutions to someone who is considered able to lead the hamlet with the criteria
contained in ico wear , and the selection of Rio was not through the mechanism of

village elections , but only through traditional leaders / stakeholders in the indigenous
village . The purpose of this study is to analyze what is behind the change mention of the
village head into Rio , the implications of what happens after the change becomes village
chief mention of Rio and what constraints after the mention of the village head changes
into Rio . From the results of this penelitaian expected to provide input to the
government Bungo District to better understand the mention of the village head that
changes into Rio is a policy that needs to be reexamined , because there is contradiction
between local knowledge and regional regulation .
Key Words : implications, the change becomes chief mention of the village head into
Rio

1

2

IMPLIKASI PERUBAHAN PENYEBUTAN KEPALA DESA MENJADI RIO
DALAM PEMERINTAHAN DAERAH DI
KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI

Zulfianto Parliansyah¹, Sjofjan Thalib¹, Sanidjar Pebrihariati R¹

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pasca Sarjana Universitas Bung Hatta¹
E-mail : [email protected]
Penyebutan desa di Indonesia berbeda-beda pada setiap daerah. Ada yang menyebutnya
"Nagari" seperti di Sumatra Barat, "Gampong" di Nanggroe Aceh Darussalam,
"Lembang" di Sulawesi Selatan, "Kampung" di Kalimantan Selatan dan Papua, dan
"Negeri" di Maluku akan tetapi ciri khas suatu desa tidak hilang. Di Kabupaten Bungo
kepala desa mengalami perubahan penyebutan menjadi Rio. Ini mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang “ Perubahan Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio,
Desa menjadi Dusun, Dusun menjadi Kampung”. Rio merupakan gelar adat yang
diberikan lembaga adat Dusun sebagai pemangku adat di Dusun dengan berpedoman
kepada “ico pakai” (ketentuan adat yang sudah berlaku di dusun setempat). Yang
menjadi permasalahan adalah kepala desa dipilih melalui

Pilkades, sedangkan Rio

merupakan gelar adat yang diberikan oleh lembaga adat kepada sesorang yang dianggap
mampu untuk memimpin dusun dengan kriteria yang terdapat di dalam ico pakai, dan
pemilihan Rio pun tidak melalui mekanisme pemilihan kepala desa, tetapi hanya melalui
tokoh-tokoh adat/pemangku adat yang ada di dusun. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis apa yang melatarbelakangi perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio,

implikasi apa yang terjadi setelah perubahan penyebutan kepala Desa menjadi Rio dan
apa kendala setelah perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio. Penelitian ini
bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan Sosiolegal Research. Tehnik pengumpulan
data dengan cara indepth interview dan dokumentasi. Dari hasil penelitaian ini
diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah Daerah Kabupaten Bungo
untuk lebih memahami bahwa perubahan penyebutan kepala desa menjadi Rio
merupakan kebijakan yang perlu dikaji ulang, karena ada kotradiksi antara kearifan lokal
dan Peraturan Daerah.
Kata Kunci : implikasi, penyebutan, kepala desa, Rio
2

3

setempat berdasarkan asal-usul dan adat-

A. PENDAHULUAN

istiadat setempat yang diakui dan/atau
Penyebutan desa di Indonesia
berbeda-beda pada setiap daerahnya.

Ada

yang

menyebutnya

"Nagari",

seperti di Sumatra Barat, "Gampong" di
Nanggroe

Aceh

"Lembang"

di

Darussalam,

Sulawesi


dibentuk dalam sistem Pemerintahan
Nasional dan berada di Kabupaten/Kota,
sebagaimana dimaksud dalam Undangundang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia tahun 1945.

Selatan,

"Kampung" di Kalimantan Selatan dan

Pemerintahan

Desa


adalah

Papua, dan "Negeri" di Maluku1, namun

penyelenggaraan urusan pemerintahan

ciri khas suatu desa tidak hilang. Desa

oleh Pemerintahan Desa dan Badan

merupakan

sebuah

Pemusyawaratan Desa dalam mengatur

kecamatan. Setiap desa dipimpin oleh

dan mengurus kepentingan masyarakat


seorang kepala desa. Kepala desa dipilih

setempat berdasarkan asal-usul dan adat-

langsung oleh masyarakat di desa

istiadat setempat.

tersebut.

bagian

Syarat

dari

dan

cara


Di Kabupaten Bungo sendiri

pemilihannya diatur oleh peraturan

mengenai Pemerintahan Desa diatur

daerah yang berpedoman pada peraturan

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

pemerintah.

2006 tentang tata cara pencalonan,

Berdasarkan

tata

Undang-undang


Nomor. 32 Tahun 2004, Desa atau yang
disebut

dengan

kesatuan

nama

masyarakat

lain,
hukum

adalah
yang

memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi,
berwenang

mengurus

untuk

mengatur

kepentingan

dan

masyarakat

pemilihan, pengangkatan, pelantikan,
dan

pemberhentian

Namun

dalam


mengalami

kepala

desa.

pelaksanaannya
perubahan

penyebutan/istilah kepala desa menjadi
Rio. Ini mengacu pada Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang “
Perubahan Penyebutan Kepala Desa

1

Dasril Radjab, Hukum Tata Negara

Indonesia. PT. Rhieneka Cipta. Jakarta. 2005. Hlm.
42.

menjadi Rio, Desa menjadi Dusun,
Dusun

menjadi

Kampung”.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
9 Tahun 2007, di Kabupaten Bungo
3

4

tidak ada lagi istilah kepala desa,

dusun atau berdasarkan Perda Nomor 9

namun

Tahun 2007 Bab III Pasal 3 “ Gelar Rio

diganti

wilayah

dengan

kekuasaan

Rio,

Rio

dan

berubah

diberikan oleh Lembaga Adat

Dusun

menjadi Dusun. Perubahan penyebutan

dengan berpedoman kepada “ico pakai”

ini berlandaskan kearifan lokal yang

atau ketentuan adat yang sudah berlaku

ada

di dusun setempat yang ditetapkan

di

Kabupaten

Bungo.

Rio

merupakan gelar adat yang diberikan
lembaga

adat

Dusun

sebagai

Peraturan Daerah ini”.
Akan

tetapi

yang

menjadi

pemangku adat di Dusun dengan

permasalahan adalah berdasarkan ico

kepada

pakai”

pakai yang ada di kabupaten Bungo,

(ketentuan adat yang sudah berlaku di

gelar Rio diberikan oleh Lembaga Adat

dusun setempat).

Muara Bungo (LAM) bukan melalui

berpedoman

“ico

Tata cara pemilihan kepala desa
menurut Peraturan Daerah Nomor 5
Tahun

2006

Tentang

“Tata

Cara

Pencalonan, Pemilihan, Pengangkatan,
Pelantikan, dan Pemberhentian Kepala
Desa”

adalah

(pemilihan
langsung

melalui

kepala
oleh

desa),

mesyarakat

pilkades
dipilih
desa.

Sedangkan Rio merupakan gelar yang
diberikan oleh lembaga adat kepada
sesorang yang dianggap mampu untuk
memimpin dusun dengan kriteria bahwa
seseorang

tersebut

terjamin

kepribadiannya (kepribadian yang baik),
paham tentang adat, agama, tidak pernah
terjerat hukum, dan pemilihan Rio pun
tidak melalui mekanisme pemilihan
kepala desa, tetapi hanya melalui tokohtokoh adat/pemangku adat yang ada di

mekanisme
sebagai

pemilihan

Kepala

Desa

pemangku jabatan terendah

dalam pemerintahan daerah kabupaten.
Jika setiap kepala desa disamakan
dengan rio maka rio yang semula
menjadi pemangku adat dusun maka
sudah berubah menjadi jabatan politis,
bukan lagi sebagai pemangku adat
berdasarkan ketentuan/”ico pakai” yang
ada di dusun.
Fenomena

tersebut

mendapat

berbagai reaksi dari berbagai elemen
masyarakat,

salah

satunya

adalah

pemuka adat dan tokoh masyarakat yang
menentang

perubahan

penyebutan

kepala desa menjadi rio. Namun reaksi
beberapa tokoh masyarakat ini tidak
ditindaklanjuti ataupun dapat dikatakan
tidak mendapat respon dari pemerintah
4

5

persoalan

menganalisis alasan, implikasi kendala-

dikemukakan pemuka adat dan tokoh

kendala yang timbul setelah perubahan

adat adalah beralih fungsinya aset adat

penyebutan Kepala Desa menjadi Rio

(lahan adat, lubuk larangan, tanah ulayat,

dalam

beberapa potensi adat lainnya) sudah

Kabupaten Bungo.

daerah.

Yang

menjadi

Pemerintahan

Daerah

di

diambil alih oleh pemerintah daerah
setempat. Contohnya adalah dibuatnya
sebuah

Peraturan

daerah

mengenai

Lubuk larangan sehingga yang semula

Metode Penelitian
1. Sifat penelitian

kewenangan pengelolaan lubuk larangan

Penelitian ini menggunakan penelitian

sepenuhnya menjadi aset adat dan

yang bersifat deskriptif analitis, yaitu

sekarang

berupa penggambaran hal-hal yang

berubah

menjadi

aset

menjadi

pemerintah daerah.
Berdasarkan

uraian

di

atas

dapat

permasalahan

dalam

penelitian ini. 2 Dengan penelitian ini

dirumuskan masalah sebagai berikut :

diharapkan dapat menguraikan atau

1. Alasan

memberikan

apa

yang

mendorong

gambaran

mengenai

perubahan penyebutan Kepala Desa

Implikasi perubahan pengaturan Desa

menjadi Rio

menjadi Rio terhadap sistem otonomi

dalam Pemerintahan

daerah di Kabupaten Bungo Provinsi

daerah di Kabupaten Bungo.
2. Pendekatan Masalah

Jambi ?
2. Apa implikasi perubahan penyebutan

Pendekatan yang digunakan adalah

Kepala Desa menjadi Rio dalam

pendekatan yuridis sosiologis/sosio

sistem otonomi daerah di Kabupaten

legal

Bungo Provinsi Jambi ?

secara langsung terhadap impilkasi

3. Kendala
setelah

apa saja yang timbul
Perubahan

Penyebutan

research

yaitu

pendekatan

perubahan penyebutan kepala desa
menjadi

Rio

dan dilihat

sendiri

Kepala Desa Menjadi Rio dalam

kenyataannya dari sudut-sudut hukum

Pemerintahan Daerah di Kabupaten

yang berpedoman pada Peraturan

Bungo Provinsi Jambi ?

perundangan-undangan,

buku-buku,

Adapun yang menjadi tujuan penelitian
ini

adalah

untuk

mengetahui

dan

2

Soerjono Soekanto, Penelitian Deskriptif
Analisis. 1986. Hlm 9-10.

5

6

teori-teori hukum dan literatur hukum

wawancara

mendalam

serta

intervieuw)

dengan

bahan-bahan

berhubungan

lain

dengan

yang
masalah

(indepth
pihak-pihak

terkait yaitu :
a. Datuk Mahmud selaku Ketua

penelitian.

Lembaga Adat Kabupaten Bungo

3. Tehnik Sampling
a. Dalam penlitian ini, yang menjadi

(LAM).

sampel sampel adalah dua dusun

b. Usman Hasibuan selaku Kabag

yang ada dalam populasi diambil

Pemerintahan Setda Kabupaten

berdasarkan kriteria yaitu satu

Bungo.

dusun yang dekat dengan kota

c. Bagian Hukum Setda Kabupaten

yaitu dusun Sungai Arang , dan

Bungo melalui Kabid Perundang-

satu dusun lagi adalah yang jauh

undangan Hambali.

dari kota yaitu Tanjung Agung.

d. Badan

Pemberdayaan

Alasan menjadikan dusun yang

Masyarakat,

dekat dengan kota menjadi sampel

Dusun,

adalah karena

Perempuan,

dan

Keluarga

sangat besar dipengaruhi oleh

Berencana

(BPMPD

PP-KB)

sistem pemerintahan yang ada di

Kabupaten Bungo melalui Kabid

kelurahan/kota sehingga terkesan

Pemerintahan

lebih maju dibandingkan dengan

Sudjadi.

dusun

tersebut

dusun yang jauh dari kota. Maka
berdasarkan

kriteria

sampel

e. Datuk

Pemerintahan
Pemberdayaan

Rio

Dusun

Dusun

yaitu

Tanjung

Agung yaitu Ibrahim.

dipilihlah dusun Tanjung Agung

f. Ketua Lembaga Adat Kecamatan

sebagai dusun yang jauh dari kota,

Muko-muko Bathin VII yaitu

dan Sungai Arang sebagai dusun

Datuk Ahmad Nasuki.
g. Tokoh

yang dekat dari kota.

kualitatif,
mengumpulkan

ini

dusun

Tanjung

Agung yaitu Fahri.

4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian

adat

bersifat

maka

untuk

data

dilakukan

dengan dua cara yaitu melakukan

h. Tokoh adat dusun Sungai Arang
yaitu Furqon.
i. Heri Mulyadi tokoh adat dusun
Sungai.
6

7

Kemudian teknik selanjutnya

koreksi ulang ke sumber data

adalah metode dokumentasi yaitu

penelitan

mengumpulkan dokumen atau bahan-

permasalahan

bahan

implikasi perubahan penyebutan

tulisan,

jurnal,

perundang-undangan,
bahan-bahan

peraturan

buku,

penunjang

dan
berupa

Penelitian ini dilakukan di
Kabupaten Bungo, karena hanya di
Bungo

yang

ada

perubahan penyebutan kepala desa
Rio.

Populasi

penelitian

adalah semua dusun yang ada di
Kabupaten

Bungo,

mempersempit

namun

penelitian

untuk
maka

diambillah beberapa sampel dengan
kriteria sebagai berikut :
a. 1 Dusun yang dekat dengan
kota/ibu kota kabupaten.
b. 1 Dusun yang jauh/tepencil dari
ibu kota kabupaten.

Analisis data yang digunakan
deskriptif

kualitatif

yaitu

dengan cara:
a. Editing, yaitu meneliti kembali
kelengkapan data yang diperoleh ,
apabila masih belum lengkap
maka diusahakan melengkapinya
kembali

yaitu

Kabupaten Bungo.

dengan

yang

diperoleh

untuk

mempermudah dalam melakukan
analisis kasus yang ada dalam
penelitian.
c. Sistematisasi

yaitu

melakukan

penyusunan dan penempatan data
yang

diperoleh

untuk

mempermudah dalam pembahasan,
sehingga dalam pembahasan nanti
dapat

ditemukan

permasalahan

utama yaitu Implikasi perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi
Rio dalam sistem otonomi daerah
di Kabupaten Bungo.
Setelah

data

didapat

dan

diolah dengan tiga cara diatas,

6. Pengolahan dan Analisis Data

adalah

pokok

Kepala Desa menjadi Rio di

data

5. Lokasi Penelitian

menjadi

ditemukan

b. Mengelompokkan/mengklasifikasi

tulisan lainnya.

Kabupaten

sehingga

melakukan

kemudian
teori

dianalisis

Roscou

Engineering)

berdasarkan

Pound

untuk

(Sosial

mendapatkan

jawaban atas alasan yang mendorong
Perubahan Penyebutan Kepala Desa
menjadi

Rio,

imlplikasi

dari

perubahan penyebutan tersebut, dan
diketahui

kendala-kendala

yang
7

8

muncul dalam sistem pemerintahan

essensi dari ico pakai harus ada

daerah di Kabupaten Bungo setelah

pengaturannya dalam Alqur’an dan

perubahan penyebutan kepala desa

hadits. Dasar ini dipakai karena

menjadi Rio.

menyelaraskan
adat

A. Alasan yang mendorong perubahan
penyebutan Kepala Desa menjadi Rio
Pemerintahan

Daerah

di

Kabupaten Bungo.
Secara

umum

masyarakat

alasan perubahan penyebutan kepala desa
menjadi Rio. Untuk mengetahui alasan

menjadi

penyebutan
Rio,

kepala

digunakan

desa

wawancara

mendalam (indepth interview) dengan
tujuan mengetahui alasan sebenarnya dari
perubahan

penyebutan

bersandikan

syara’,

syara’

bersandi kitabullah”.
b. Cermin yang tak kabur
Makna dari cermin yang tak kabur
untuk menegakkan ico pakai dan

Kabupaten Bungo tidak mengetahui apa

Perubahan

falsafah

masyarakat Kabupaten Bungo yaitu “

Hasil Penelitian dan Pembahasan

dalam

dengan

kepala

desa

hukum hakam adalah pemangku adat
haruslah

objektif

dalam

melihat

permasalahan yang ada ditengahtengah masyarakat. Tidak melihat
siapa

pelakunya

namun

melihat

kepada apa yang telah diperbuatnya.
c. Langkah yang tak goyah
Ketika menerapkan hukum hakam
datuk Rio tidak boleh ragu-ragu
dalam mengambil sebuah keputusan.

menjadi Rio.

Sehingga diharapkan keputusan yang
Adapun dasar dari hukum hakam
3

tersebut harus mengacu kepada :
a. Alqur’an dan hadits

diambil sudah sesuai dengan prinsip
keadilan, dan kebijaksaan Rio selaku
pemangku adat dan kepala dusunpun

Jika menerapkan sanksi yang ada

tetap terjaga dengan baik dimata

dalam ico pakai haruslah mengacu

masyarakat.

kepada aturan agama yaitu Alqur’an

d. Dak lekang dek paneh, dak lapuk dek

dan hadits. Tidak boleh ada satupun

hujan.

ico pakai yang bertentangan dengan

Makna dari dak lekang dek paneh,

Alqur’an dan hadits, dan juga semua

dak lapuk dek hujan adalah Rio tidak
terpengaruh oleh berbagai kondisi

3

Ibid.

8

9

dimasyarakat.

memudahkan pemerintah daerah dalam

Bagaimanapun kondisi dan gejala-

melaksanakan urusan pemerintahan di

gejala

pada

wilayah dusun, dan Rio pun dapat

konsisten

melaksanakan perannya dengan baik,

yang

ada

sosial

masyarakat

yang

Rio

ada

tetap

menjalankan tugas dan kewajibannya

yaitu

baik sebagai pemangku adat maupun

sebagai

kepala dusun.

tersebut4.

e. Kato seiyo
Makna dari kato seiyo merupakan
kunci dari semua dasar yang ada
diatas,

Rio

tugasnya

dalam

harus

menjalankan

selaras,

seiring

dengan keinginan masyarakat dusun,
karena

Rio

merupakan

corong

selaku

pemimpin

pemangku

dusun

adat

di

juga
dusun

Berdasarkan data yang didapat
dari

hasil

wawancara

narasumber

secara

dengan

umum

alasan

perubahan penyebutan kepala desa
menjadi Rio adalah sebagai berikut :
1. Mengembalikan

sistem

adat

penerangan kepada masyarakat untuk

(kearifan lokal) yang pernah ada

membangun dusun sesuai dengan

di Kabupaten Bungo dan telah

keinginan masyarakat dusun. Dalam

lama ditinggalkan.

mengambil
haruslah

keputusanpun

mendengarkan

Rio

2. Memudahkan dan menyesuaikan
keteraturan

masukan

bentuk

dari

penyaluran

ada

dalam

masyarakat desa.

dari masyarakat dan berbagai pihak
sebagi

yang

3. Untuk memudahkan pemerintah

aspirasi, sehingga keputusan yang

daerah

lahir adalah keputusan bersama.

urusan pemerintahan di wilayah

Tidak hanya dengan masyarakat

dusun,

dusun saja, Rio pun haru bias

melaksanakan perannya dengan

menjalin kerjasama dengan berbagai

baik,

pihak, baik dari pemerintah daerah

dusun juga sebagai pemangku

maupun unsur-unsur lainnya, agar

adat di dusun tersebut.

terjalin sebuah sinergi yang baik.
Alasan

selanjutnya

dalam

dan

yaitu

4. Mengacu
ketentuan

menurut

melaksanakan

Rio

selaku

kepada
umum

pun

dapat

pemimpin

Pasal
angka

1
12

menurut Datuk Mahmud adalah untuk
4

Ibid.

9

10

Undang-undang No 32 tahun

umum

2004, dan Pasal 2 angka 1 PP

perubahan

No.72

menjadi Rio adalah :

tahun

2005,

Peraturan

Daerah nomor 9 tahun 2007
tentang Perubahan

penyebutan

imlpikasi
kepala

desa

1. Kembali berlakunya hukum adat

Penyebutan

(ico pakai) sebagai norma yang

Kepala Desa menjadi Rio, dan

mengatur kehidupan masyarakat

kepada ico pakai yang ada di

dusun.

Kabupaten Bungo
5. Banyaknya

2. Tidak bisa sembarangan orang

kepribadian

kepala

desa yang tidak sesuai filosofi
adat
B. Implikasi

sistem

untuk menjadi kepala Desa atau
Rio.
3. Masyarakat

perubahan

penyebutan

Kepala Desa menjadi Rio dalam
pemerintahan

daerah

di

Secara tidak langsung

ada

pengaruh yang timbul setelah perubahan
Penyebutan Kepala Desa menjadi Rio,
terhadap

sistem

perundang-undangan

hukum

atau

(Pemerintahan

Daerah) dan sistem adat Kabupaten
Bungo.

akan

lebih

memahami ico pakai/hukum hakam
yang ada di kabupaten Bungo.
4. Ketika

tahapan

calon

Rio

seleksi

Rio

tahapan

yang

gugur

dalam

seleksi,

karena

tidak

memahami adat.
5. Ada kasus kepala desa/Rio yang
diberhentikan
adat

yang

Implikasi mengandung makna

karena

melanggar

berlaku

di

dusun

setempat.
6. Adanya

pengaruh

dusun

dilaksanakan banyak sekali bakal

Kabupaten Bungo.

baik

Secara

kewenangan

kerancuan
adat

antara

dusun

dan

ataupun

dampak

yang

kewenangan pemerintah daerah.

dari

sesuatu.

Jika

7. Warga masyarakat yang merupakan

dihubungkan dengan judul penelitian

pendatang dari daerah lain tidak

maka maksud implikasi disini adalah

mengerti adat dan ico pakai yang

pengaruh perubahan penyebutan kepala

ada di Kabupaten Bungo, tetapi

desa menjadi Rio di Kabupaten Bungo.

karena peraturan daerah Nomor 9

ditimbulkan

tahun 2007 tentang Penyebutan
10

11

kepala Desa menjadi Rio sudah

C. Kendala-kendala yang timbul setelah

keluar maka setiap kepala dusun

perubahan penyebutan Kepala Desa

harus mengikuti mekanisme yang

menjadi

ada

Daerah di Kabupaten Bungo.

termasuk

di

mayoritas

dusun

yang

masyarakatnya

pendatang.

dalam

Setelah

pemerintahan

dianalisis

hasil

wawancara dengan nara sumber, secara

8. Beralihnya aset adat yang semula
menjadi

aset

beralih

ketangan

dusun

sekarang
pemerintah

Daerah.
9. Beralih

Rio

umum kendala-kendala yang timbul
adalah :
1. Perbenturan sistem hukum Nasional
dengan hukum adat (ico pakai) yang

fungsinya

hutan

adat

menjadi hutan yang dikelola oleh
pemerintah (hutan lindung).

ada pada masyarakat adat.
2. Banyaknya calon-calon kepala dusun
(Rio) yang tidak mengerti latar

10. Masyarakat maupun Datuk Rio

belakang perubahan penyebutan ini,

akan sulit untuk membedakan yang

sehingga calon yang maju untuk

mana kewenangan sebagai abdi

diseleksi minim pemahaman tentang

Negara (kepala dusun) dan mana

adat, agama dan pemerintahan. Hal

sebagai abdi masyarakat (Rio).

ini disebabkan karena kurangnya

11. Jika dulu untuk menjadi Rio tidak
perlu

persaingan

secara

politis

sosialisasi dari pemerintah daerah,
selama ini

hanya

mengandalkan

karena pemilihan dilakukan dengan

Badan Pemberdayaan Masyarakat,

jalan

adat,

Pemerintahan Dusun, Pemberdayaan

sudah

Perempuan dan Keluarga Berencana

musyawarah

namun

sekarang

tetua
Rio

disamakan dengan jabatan politik

(BPMPDPP-KB)

karena dipilih melalui pilkadus

proses sosialisasi tentang perubahan

sehingga

penyebutan kepala Desa menjadi Rio

sekali

menimbulkan
kecurangan

pemilihan.

pada

banyak
saat

saja,

sehingga

sangat terhambat.
3. Masih terdapat perilaku datuk Rio
yang menyimpang.
4. Rio hanya faham dan mengerti adat
namun tidak pandai berbicara di
11

12

depan

orang

banyak

(berbicara

yang semula hanya sebagai

kepala

dengan masyarakat sesuai dengan

pemerintahan terkecil di dalam Sistem

prosedur sistem Pemerintahan).

Pemerintahan Daerah, namun dengan

5. Untuk pelantikan memerlukan biaya

keluarnya Peraturan Daerah Nomor 9

yang sangat besar, lebih kuang dua

Tahun 2007 rio juga sebagai kepala

puluh lima sampai tiga puluh juta

adat,

rupiah.

dilaksanakan dengan cara formal atau

karena

prosesi

pelantikan

dengan pemerintahan dan dengan

PENUTUP

prosesi adat. Beralihnya aset dudun

A. Simpulan

yang merupakan bagian dari asset adat

Perubahan

penyebutan

Kepala

yang kewenangannya beralih kepada

Desa Menjadi Rio menimbulkan berbagai

Pemeintah

macam

sistem

hanya sebatas asset adat saja ada

Pemerintahan Daerah maupun sistem adat

beberapa kebiasaan yang ada didusun

Kabupaten

beralih

persoalan,

baik

dari

Bungo.

Berdasarkan

Daerah.

menjadi

Namun

acara

tidak

formal

pembahasan diatas dapat ditarik sebuah

pemerintah daerah. Contoh adanya

kesimpulan

bahwa

umum

lubuk larangan yang diperdakan oleh

perubahan

penyebutan

Desa

Pemerintah Daerah, hilangnya hutan

menjadi Rio masih perlu diperbaiki

adat menjadi hutan lindung yang

kembali.

diatur

1. Latar belakang perubahan penyebutan

Kabupaten Bungo, penentuan hari

kepala

Desa

secara
kepala

menjadi

Rio

tidak

dengan

panen

yang

Peraturan

semula

Daerah

merupakan

diimbangi dengan kualitas sumber

kewenangan pemangku adat dusun

daya masyarakat dusun yang ada,

berubah

keadaan

masyarakat,

Pemerintah Daerah. Implikasi lain dari

keadaan politis daerah dan tidak

perubahan penyebutan kepala desa

memperhatikan

menjadi rio adanya datuk Rio yang

geografis

ico

pakai

yang

sebenarnya.
2. Implikasi

menjadi

kewenangan

diberhentikan karena menyalahi aturan
perubahan

penyebutan

adat bukan karena pelanggaran kode

kepala Desa menjadi Rio adalah

etik

berubahnya status kepala Desa (dusun)

ditetapkan

ataupun

pelanggaran

oleh

yang

undang-undang.
12

13

Contoh

seorang

datuk

rio

sosialisasi

kepada

seluruh

diberhentikan karena duduk didepan

masyarakat di Kabupaten Bungo.

rumah hanya memakai celana pendek

2. Tugas sosialisasi sebaiknya tidak
dibebankan kepada BPMPDPP-KB

dan tidak memakai baju.
3. Kendala-kendala yang timbul terhadap
perubahan penyebutan kepala desa

saja,

namun

melibatkan

semua

unsur SKPD dan perangkatnya.
3. Memberikan bantuan dana untuk

menjadi Rio diantaranya adalah :
a. Kurangnya pemahaman masyarakat

prosesi pelantikan Rio terpilih, jika

penyebutan

tidak ada alokasi/ anggaran dana

kepala desa menjadi Rio dan

untuk pelatikan tersebut sebaiknya

pemahaman terhadap ico pakai

Pemerintah

yang disebabkan oleh minimnya

kepada masing-masing Rio untuk

sosialisasi dari Pemerintah Daerah

menyelenggarakan

maupun pihak lainnya.

pelantikan dengan sangat sederhana

tentang

perubahan

b. Jauhnya jarak proses pelantikan
dengan

pemilihan

disebabkan

oleh

semua

biaya

pemilihan dan pelantikan tidak

juta rupiah.
B. Saran
maka

penulis

memberikan beberapa saran terhadap
Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo
sebagai berikut :
Pemerintah

Daerah

memberikan perhatian yang sangat
besar

terhadap

perubahan

penyebutan Kepala Desa menjadi
Rio

dengan

dan

membebani

masyarakat

dua puluh lima sampai tiga puluh

1. Sebaiknya

tidak

prosesi

yang

biaya yang dibutuhkan lebih kurang

masukan

sehingga

menekankan

Rio

dibebankan kepada Dusun dan

Sebagai

Daerah

meningkatkan

jarak

antara

terlalu jauh.
Daftar Pustaka
A. Buku
Aziz Hakim, A 2011. Negara Hukum
Dan
Demokrasi
di
Indonesia.
Pusataka
Pelajar. Yogjakarta.
C.S.T,

Kansil
2007.
Ilmu
Negara.Jakarta.
PT.
Pradya Paramita. Jakarta.

Dasril, Radjab 2005. Hukum Tata
Negara
Indonesia.
Jakarta. PT. Rhieneka
Cipta.
Darmo Diharjo, D dan Shidarta 2006.
Pokok-pokok
Filsafat
13

14

Hukum. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Daud Busroh, A 1990. Ilmu Negara,
PT.
Bumi
Aksara.
Jakarta.
F Susanto, A 2010. Ilmu Hukum Non
Sistemik. Genta Publising,
Jogjakarta.
Hadikusuma, H 1992. Pengantar Ilmu
Hukum Adat Indonesia.
Mandar Maju.Bandung.
H.F. Abraham Amos, H.F.A 2007.
Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. PT. Grapindo
Persada. Jakarta.
Kaelan,2010.

Pendidikan Pancasila.
Paradikma. Jogjakarta.

Pantja Astawa, I.G dan Na’, S 2009.
Memahami Ilmu Negara
dan Negara. PT. Refika
Aditama. Bandung.
Raharjo, S 2007. Membedah Hukum
Progresif. Buku Kompas.
Jakarta.
Saptomo, A 2010. Hukum dan Kearifan
Lokal, PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Salim HS, H dan Septiana, E 2013.
Penerapan Teori Hukum
Pada Penelitian Tesis
Dan Disertasi. PT.
Rajagrapindo Persada.
Jakarta.
Salaman, H.R.O dan F Susanto, F 2008.
Teori Hukum (Mengingat,
Mengumpulkan,
dan
embuka Kembali). Refika
Aditama. Bandung.

Soerjono Soekanto, S 1986. Penelitian
Deskriptif Analisis. PT.
Pradya Paramita. Jakarta.
Sarman dan Taufik Makarao, M 2011.
Hukum Pemerintahan
Daerah Di Indonesia. PT.
Rineka Cipta. Jakarta.
Setiadi, T 2008. Intisari Hukum Adat
Indonesia (Dalam Kajian
Kepustakaan). Alfabeta.
Bandung.
Trisantono
Soemantri,
B
2010.
Pedoman
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa.
Fokusmedia. Bandung.
Zulganef, 2008. Metode Penelitian
Sosial dan Bisnis. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
B. Jurnal
Abdi Aprasing, 2012, “Otonomi Daerah
Berdasarkan
Asas
Pemerintahan Yang Baik”, The
Principle of Good Governance
: Jurnal Hukum Online,
Volume 01, No 01, Januari
2012.
Muntoha, “Otonomi Daerah Dan
Perkembangan
PeraturanPeraturan Daerah Bernuansa
Syari’ah”, Hukum Ootnomi
Daerah : Jurnal Hukum, Edisi
No. 2 Vol. 260 – 280, 15 April
2008
C. Sumber lain
Candra Purnama, 2010. “Pengelelolaan
Hutan
Adat
Berdasarkan
Kearifan Lokal di Kecamatan
Sitinjau
Laut
Kabupaten
Kerinci”.
Program
Pasca
Sarjana
Universitas
Bung
Hatta, Padang.
14

15

Haidandri. 2011.” Peran Lembaga adat
dalam pemilihan kepala Desa
Secara
Langsung
di
Kedepatian
Semerap
Kecamatan Keliling Danau
Kabupaten Kerinci”. Program
Pasca Sarjana Universitas Bung
Hatta, Padang.
Bahtiar, 2010, Fungsi Kepala Desa
Sebagai Mediator Dalam
Pelaksanaan Pembangunan
Di Desa Rasabou Kecamatan
Sape Kabupaten Bima.
IMDS. 24 Februari 2014,
http://anggohijan.blogspot.co
m/2010/12/fungsi-kepaladesa-sebagai-mediator.html
USU

Intitusional Respotory. 2011.
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Perencanaan Pembangunan
Desa di Desa Sekijang
Kecamatan Tapung Hilir
Kabupaten kamapar.2011.
http://repository.usu.ac.id/bits
tream/123456789/30568/5/Ch
apter%20I.pdf

Taofik hidayah, 2012. Memahami dan
menghayati kenyataan yang
diwujudkan
oleh
gejolak
masyarakat
perkotanaan,
memahami dan meghayati
kenyataan
sosial
yang
diwujudkan oleh keberadaan
masyarakat
pedesaan,
mengkaji hubungan antara
masyarakat
perkotaan
dan pedesaan. Diakses Pada
Tanggal 24 Februari 2014.
http://taufikhidayah21.wordpre
ss.com/2012/11/25/memahamidan-menghayati-kenyataan-

yang-diwujudkan-oleh-gejolakmasyarakat-perkotanaanmemahami-dan-meghayatikenyataan-sosial-yangdiwujudkan-oleh-keberadaanmasyarakat-pedesaanmengkaji-hubungan-an/
S. Warisi Geriya. Menggali kearifan
lokal untuk Ajeg Bali. Diakses
Tanggal 24 September 2014
http:/WWW.balipos.co.id.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_adat
. Diakses pada Tanggal 26
Februari 2014.
Asma, 2011, Contoh Proposal
Penelitian Hukum.15 Juni 2011.
http://asma1981.blogspot.com/2011/06/
contoh-proposal-penelitian-hukum.html
Wiwit

Nurasih. 2013. Kontribusi
Hukum
Adat
Bagi
Pembangunan
Sistem
di
Indonesia. Jurnal Kuliah. 3
Mei 2012.
file:///C:/Users/Wiwit/Docume
nts/perkembangan-dankontribusi-hukum-adat.html.

S. Warisi Geriya. Menggali kearifan
lokal untuk Ajeg Bali. Diakses
Tanggal 24 September 2014.
http:/WWW.balipos.co.id.
Sudikno Mertokusumo,2008.
Meningkatkan KESADARAN
Hukum Masyarakat. Jurnal
Hukum. Kamis 20 Maret 2008.

15

16

http://sudiknoartikel.blogspot.c
om/2008/03/meningkatkankesadaran-hukummasyarakat.html.
Bali Pos , 2003. Menggali Kearifan
Lokal Untuk Ajeg Bali. 2003.
http://www.balipost.co.id/balip
ostcetak/2003/9/17/bd1hl.htm.
Diakses Pada Tanggal 26
Februari 20014.
D. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Perubahan Kedua atas
Undang-undang Nomor 32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1979 Tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1974 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005
tentang Tata Cara Pencalonan,
Pemilihan,
Pengangkatan,
Pelantikan, dan Pemberhentian
Kepala Desa.
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007
tentang Perubahan Penyebutan
Kepala Desa menjadi RIO,
Desa menjadi Dusun, Dusun
menjadi Kampung.

16