View of TINJAUAN UMUM MASALAH PSIKOLOGIS DAN MASALAH SOSIAL INDIVIDU PENYANDANG TUNANETRA

Jurnal Buana Pendidikan

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

TINJAUAN UMUM MASALAH PSIKOLOGIS DAN MASALAH SOSIAL
INDIVIDU PENYANDANG TUNANETRA
Sambira Mambela
Dosen Prodi Pendidikan Khusus FKIP Unipa Surabaya
Sam.mambela@gmail.com
Abstrak
Ketunanetraan atau tunanetra adalah istilah yang digunakan untuk keadaan
individu yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi indra penglihatan.
Berdasarkan derajat/tingkat kelainannya individu yang mengalami kelaianan
penglihatan dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu individu yang buta total
( blind). dan individu yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low
Visioan).Kelaianan penglihatan atau ketunanetraan menimbulkan dampak
langsung dan damapak tidak langsung pada penyandangnya. Dampak langsung,
berupa keterbatasan yang terjadi pada individu karena mengalami kelainan
penglihatan seperti tidak dapat/ kesulitan dalam melihat, dan kesulitan/terbatas
dalam bermolitas. Dampak tidak langsung, adalah berupa reaksi penyandang
tunanetra sendiri pada kelainan penglihatannya seperti: minder, merasa tidak

berdaya, putus asa, dan lain-lain. Disamping berdampak pada kepribadian,
kelainan penglihatan juga menimbulkan dampak sosial, dampak sosial kelaianan
penglihatan nampak pada sikap dan reaksi lingkungan (keluarga) dan lingkungan
luas (masyarakat luas) terhadap individu atau anak yang mengalami kelainan
penglihatan. Selain sikap dan reaksi lingkungan, kebijakan-kebijakan politik yang
mengenai warga negara yang mengalami kelainan penglihatan, juga diwarnai cara
pandang pada penyandang tunanetra.
Kata Kunci: Kelainan penglihatan/Tunanetra, dampak langsung, dampak tidak
langsung, masalah psikologis, masalah sosial

PENDAHULUAN
Tunanetra
digunakan
yang

tunanetra juga dapat diklasifikasikan

adalah
untuk


mengalami

istilah

keadaan

yang

berdasarkan

individu

terejadinya

ketunanetraan (tunanetra sejak lahir dan

atau

tunanetra setelah lahir), berdasarkan


penglihatan.

kondisi kemampuan daya penglihatan (

Berdasarkan derajat/tingkat kelainannya

tunanetra ringan, tunanetra agak berat,

individu yang mengalami kelaianan

dan tunanetra berat), dan berdasarkan

penglihatan

kelainan pada mata (miopia,hyperopia,

gangguan

fungsi


kelainan

waktu

indra

dikelompokkan

kedalam

dua kelompok yaitu individu yang buta

dan astigmatisme).

total ( blind) dan individu yang masih
mempunyai

sisa

penglihatan


Ketunanetraan/kelainan penglihatan

(Low

Visioan). Selain pengelompokan tersebut,

yang

terjadi

sejak

lahir,

umumnya

disebabkan oleh maslah keturunan dan

65


Jurnal Buana Pendidikan

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

maslah gangguan pertumbuhan dalam

gangguan penglihatan sehingga mereka

kandungan. Ketunanetraan yang dialami

memerlukan pelayanan dan cara khusus

individu setelah kelahiran, umumnya

untuk

antara lain disebabkan oleh kerusakan

terutama


pada mata atau saraf mata pada waktu

Kelaianan penglihatan yang terjadi atau

hamil dan kelahiran ibu menderita

dialami anak,

penyakit gonorrhoe, dan penyakit mata

dan

lain

yang

ketunanetraan,

memenuhi


kebutuhannya

dalam

bermobilisasi.

tidak

dapat secara langsung
langsung

menimbulkan

dapat

menyebabkan

masalah psikologis dan gejala sosial.


seperti

trachoma,dan

1. Dampak Ketunanetraan Terhadap

akibat kecelakaan, serta keturunan yang

Penyandangnya

baru timbul setelah lahir bahkan setelah

Kelaianan

ia pernah bisa melihat.

penglihatan

menimbulkan


Sebagai

penyandangnya.

dampak/akibat

hilang/berkurangnya

fungsi

berbagai

indra

kelainan

akibat

pada


Dampak/akibat

penglihatan

pada

penyandang

penyandangnya, dapat dikelompok kan

berusaha

menjadi 2 yaitu dampak langsung, dan

memaksimalkan fungsi indra-indra yang

dampak yang tidak langsung. Dampak

lainnya seperti, perabaan, penciuman,

langsung,

pendengaran,

sebagainya

terjadi pada anak karena mengalami

penyandang

kelainan penglihatan. Dampak tidak

penglihatannya,
tunanetra

sehingga

para

umumnya

dan

tidak

lain

sedikit

adalah

tunanetra yang memiliki kemampuan

langsung,

luar biasa misalnya di bidang musik

penyandang

atau ilmu pengetahuan.

penglihatannya.

Selain

dampak/akibat

dipastikan

ketunanetraan

adalah

yang

reaksi

pada

kelainan

dan

dampak

langsung

tidak langsung

juga

berupa

sendiri

Dampak

tersebut,

keterbatasan

kelainan penglihatan/

menimbulkan dampak psikologis, dan

ketunanetraan, bersifat kausalitas, dan

dampak

untuk memahami kausalitasnya, kita

pada

penyesuaian

sosial.

Bagaimanakah dampak psikologis dan

dapat

penyesuaian

menurut tingkatannya, sebagai berikut.

sosial

ketunanetraan ?.

a.

Berikut kita akan membahas: Masalah

meninjau

Terjadinya

secara

kelaianan

penglihatan

psikologis dan Ketunanetraan sebagai

pada

gejala sosial.

dampak langsung, yaitu hilangnya
suatu

PEMBAHASAN
Anak

individu,

bersusun

fungsi,

hilangnya
dengan

gangguan

menimbulkan
terganggu

fungsi

dari

atau
organ

penglihatan.

penglihatan atau anak tunanetra, adalah

b. Kurang

anak yang mengalami kelainan atau

66

atau tidak

berfungsinya

organ penglihatan, maka anak akan

Jurnal Buana Pendidikan
terhambat

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

dalam

berbagai

Di

melakukan

aktivitas

berdampak

pada

yang

kepribadian, kelainan penglihatan juga

berhubungan

dengan

organ

menimbulkan dampak sosial. Dampak

penglihatan,

karena

yang

sosial kelaianan penglihatan nampak

itu

merupakan

pada sikap dan reaksi

untuk

melakukan

terbatas (keluarga) dan lingkungan luas

kegiatan-kegiatan seperti mobilitas,

(masyarakat luas) terhadap individu

menangkap sinar atau cahaya atau

atau

melihat

kelainan penglihatan.

berkelainan
instrumen

apa

saja

yang

ada

di

orang/anak

lingkungan

yang

mengalami

Selain sikap dan reaksi lingkungan,

sekitarnya.
c.

samping

Hambatan dan keterbatasan yang

kebijakan-kebijakan

politik

yang

dialami

penyandang

mengenai

negara

yang

penglihat

an

dalam

kelainan

mengalami

melakukan

aktivitas,

mengakibatkan

mereka

timbul

warga

kelaianan

penyandang tunanetra,

pada

termasuk
juga diwarnai

cara pandang pada individu/orang yang

reaksi-reaksi

emosional. Dalam taraf ini reaksi-

menyandang ketunanetraan.

reaksi yang merupakan dampak

2. Ketunanetraan

Sebagai

Gejala

Sosial

emosional yang masih merupakan

Kelainan

reaksi emosional biasa.

penglihatan

yang

terjadi

dialami anak, lebih dipandang oleh

sebagai damapak keterbatasan atau

masyarakat dari sisi yang kurang positif.

ham

Masyarakat

d. Reaksi

emosional
batan

yang

dalam

melakukan

lebih

memfokuskan

kegiatan/aktivitas yang disebabkan

pandangannya

ketunanetraan itu, akan semakin

keterbatasan

banyak dan intensitasnya semakin

kelainan

menumpuk sehingga pada akhirnya

kurang bahkan tidak lagi memandang

akan menjadi suatu reaksi emosional

hal yang masih potensial pada anak,

yang menetap. Reaksi emosional

masyarakat

yang menetap itu akan membentuk

memfokuskan

dan

masalah perbedaan anak berkelainan

mewarnai

kepribadiannya

perkembangan
sehingga

pada kekurangan dan

yang

ditimbulkan

penglihatan.

juga

oleh

Masyarakat

cenderung

pandangannya

lebih
pada

penglihatan dengan anak-anak yang

anak

tidak mengalami kelainan penglihatan.

tunanetra akan dapat menunjukkan
negatif,

Cara pandang masyarakat yang

seperti: minder, rendah diri, kurang

bersifat negatif ini, merupakan cara

bahkan tidak percaya diri, menarik

pandang yang turun temurun sejak dari

diri

peradaban kuno. Secara historis dalam

gejala

kepribadian yang

dari

pergaulan

dan

gejala

zaman kuno, anak-anak berkelainan

kepribadian negatif lainnya.

67

Jurnal Buana Pendidikan
termasuk

anak

kelainan

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

yang

berdaya, tidak dapat berdiri sendiri,

mengalami

penglihatan,

selalu mau dan minta ditolong.

cuma

Pendapat

dipersepsikan sebagai individu yang

dan

pandangan

sudah tidak punya kemampuan apa-

mayarakat pada penyandang kelainan

apa, sehingga dirasakan sebagai beban

penglihatan

belaka. Karena dianggap tidak bisa apa-

respon-respon masyarakat pada saat

apa

maka

bertemu dengan penyandang tunanetra.

perlakuan masyarakat terhadap mereka

Pada umumnya masyarakat sertamerta

membelaskasihani dan bahkan kejam.

berusaha menolong, walaupun mereka

dan jadi

beban belaka,

mereka

pada

minta pertolongan.

menunjukkan ada perubahan sikap dan
terhadap

nampak

“si” Tunanetra tidak butuh atau tidak

Walaupun perjalanan/pengalaman
perlakuan

tersbut

Pendapat

yang

dan

cara

mengalami kelainan penglihatan, makin

masyarakat

baik dan positif, namun pandangan

menyebabkan

yang

bagi

berbeda pada mereka. Sikap dan reaksi

mereka yang mengalami ketunanetraan,

yang ditunjukkan berupa: melindungi

sampai saat ini masih ada.

secara berlebihan, menaruh kasih secara

a. Peran Sosial

berlebihan (belas kasihan), menjauhi,

kurang

menguntungkan

dan Harapan Sosial

pada

pandang
tunanetra,

masyarakat

bereaksi

dan bahkan mencemooh.

pada Penyandang Tunanetra
Sesuai dengan pengelompokan

Responsibilitas lingkungan pada

yang berdasarkan berbagai ciri (agama,

penyandang tunanetra, menimbulkan

suku, status sosial ekonomi, dan lain-

beragam masalah, diantaranya adalah:

lain),

orang

tiap

mempunyai
menumbuhkan

warga
peranan

masyarakat
tertentu,

pandangan

yang

penglihatannya

normal

sikapnya berbeda terhadap orang yang

ini
atau

menyandang

tunanetra,

orang

yang

anggapan masyarakat pada peranan-

tunanetra akan merasa tidak mendapat

peranan yang mengenai tingkah laku

tempat dan tidak sesuai dalam situasi

atau ciri khas dari peranan sosial,

normal; terjadinya kesulitan dalam social

tertentu.

interchange; kesulitan-kesulitan itu akan

Demikian halnya pada individu

menimbulkan

frustrasi

atau anak yang menalami kelainan

penyandang

penglihatan,

yang pada akhirnya

yang

harus

berperan

penyandang

pada

si

tunanetra

mengakibatkan

sebagai orang tuna (tunanetra),cacat

terciptanya perilaku dsn penyesuaian

(cacat netra), dan lain-lain. Pendapat dan

sosial yang kurang baik.

pandangan terhadap anak cacat netra
atau tunanetra, antara lain adalah: tidak

68

Jurnal Buana Pendidikan
b. Harapan

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

Masyarakat

Pembentukan

Citra

dan

rasa bersalah atau rasa berdosa; orang

diri

tua menghadapi ketunanetraan anaknya
dengan

Anak/Individu Tunanetra

perasaan

kecewa

karena

diri

keadaan anak tidak sesuai harapannya;

individu sangat ditentukan oleh cara

orang tua malu menghadapi kenyataan

lingkungan bereaksi terhadap dirinya

bahwa anaknya berbeda dari anak-anak

dan

yang lain; dan orang tua menerima

Pembentukan

membutuhkan

citra

dirinya.

Jika

lingkungan menghargai dan memberi

anaknya

kesempatan pada orang penyandang

sebagaimana adanya.

tunanetra

untuk

potensinya

beserta

Sikap orang tua terhadap

mengembangkan

sehingga

penyandang

keadaanya

anaknya

yang

menyandang

tunanetra tidak sangat tergantung pada

ketunanetraan, sangat tergantung pada

orang

pola

lain

dalam

menapaki

reaksi

dan

responnya

anaknya

kehidupannya, maka akan terbentuk

menerima

kepercayaan pada dirinya sendiri. Jika

ersebut. Ada bermacam-macam sikap

lingkungan

menganggap

bahwa

orangtua pada ketunanetraan anaknya,

penyandang

tunanetra

mampu

diantaranya adalah: disebabkan oleh

mewujudkan potensi-potensinya, maka

perasaan

anggapan itu akan mendorong dan

menebus

dosanya

membantu

mengasihi

anaknya

tunanetra

individu
untuk

penyandang

membentuk

citra

berdosa,

yang

dalam

orang

tunanetra

tua

ingin

dengan

cara

yang

tunanetra

secara berlebih-lebihan(over protection);

diri/konsep diri yang positif. Harapan

Karena kecewa, anaknya

masyarakat sangat berpengaruh pada

tidak sebagaimana yang diharapkan dan

pembentukan konsep/citra diri anak

seakan-akan

penyandang ketunanetraan.

orang tua, maka sikap orang tua sering

c. Lingkungan Keluarga

berupa

mencemari

penolakan

nama

anaknya

baik
yang

bagi

mengalami tunanetra; orang tua yang

orang tua untuk menerima kenyataan

malu menghadapi kenyataan bahwa

bahwa

anaknya menyandang

Tidak
anaknya

gampang

menderita

ketunanetraan,

ketunanetraan. Umumnya respon awal

maka anaknya terbut disembunyikan;

orangtua

saat

bahwa

dan orang tua yang menerima kelaianan

anaknya

mengalami

ketunanetraan

penglihatan anaknya secara realistis

ada1ah merasa terpukul dan bingung.

akan dapat menunjukkan sikap yang

Respon awal ini lalu akan disertai reaksi

wajar terhadap anaknya yang tunanetra

yang beragam/lain-lain. Banyak wujud

tersebut.

mengetahui

reaksi orang tua terhadap ketunanetraan

Sikap-sikap, respon, dan reaksi

anaknya, diantaranya adalah: Timbul

orang tua tersebut sangat berpengaruh

69

Jurnal Buana Pendidikan
pada

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

perkembangan

anaknya

yang

penglihatannya normal/biasa. Selain itu

kepribadian

tunanetra.

ia

Sikap

harus

berkompetisi

dengan

melindungi anak yang tunanetra secara

indeividu/orang yang penglihatannya

berlebihan,

normal/biasa. Sulit bahkan tidak dapat

tidak

akan

memberikan

kesempatan kepada anaknya tersebut

dipungkiri

untuk mengasah potensi yang

ada

masyarakat belum semuanya memberi

dilindungi,

ruang yang selebar bagi penyandang

akan semakin tidak

tunanetra. Pemilik lapangan kerja belum

berdaya dan akan senantiasa tergantung

bahkan tidak bersedia menerima tenaga-

kepada

tenaga kerja yang tunanetra walaupun

padanya

karena

terlalu

dampaknya anak
orang

lain.

Sikap

menolak

bahwa

pekerjaan

hingga

ini

karena tidak ada rasa kasih sayang, akan

jenis

menimbulkan bayangan hitam yang

dikerjakan oleh mereka. Hal tersebut

menghantui seluruh hubungan sosial

disebabkan cara pandang dan pendapat

anak. Tunanetra dalam kondisi ini akan

yang kurang positif, sebagaimana sudah

menumbuhkan rasa rendah diri dan rasa

dijelaskan sebelumnya.

tidak berharga. Perilaku menjauhkan

itu

saat

dapat/sanggup

Kesulitan

penyandang

anak tunanetra dari pengaruh dengan

disabilitas khususnya yang berkelainan

cara

penglihatan

menyembunyikan

nya,

akan

dalam

mendapatkan

menghambat perkembangan sosial anak.

pekerjaan di masyarakat, juga menjadi

Oleh karena itu, sikap yang secara

penyebab adanya berbagai kecemasan,

realistis/menerima anak apa adanyalah

dan frustasi pada mereka (tunanetra).

yang

akan

dapat

tunanetra

membantu

untuk

kepribadian yang

Berbagai

anak

dan

pendapat yang menjelaskan masalah

membentuk

penyesuaian

sosial

individu/anak

dan

positif,

menolong

anak

tunanetra, diantarnya adalah pendapat

tunanetra mengatasi hambatan dengan

Rudolf Pintner. Pintner mengemukakan

memberi

masalah-masalah

membantu

dan

baik

teori

kesempatan

berkembang

psikologis

optimal sesuai dengan potensi dan

penyandang

batas-batas kemampuannya.

problem dari orang-orang cacat fisik), sari

d. Kesempatan Kerja Anak Tunanetra

pati teori dan pendapatnya, adalah:

Individu/anak
menghadapi dan

tunanetra,

orang-orang cacat dipengaruhi oleh

yang

sikap masyarakat.

harus

2) bahwa ketunaan atau kecacatan

menerima kenyataan

bahwa ruang lingkup lapangan kerja

mempengaruhi

dan

terhadap

kesempatan

tidaklah seluas

(sychological

1) bahwa partisipasi sosial dengan

di Masyarakat
menyandang

disabilitas

bekerja

baginya

orang/individu yang

70

sikap

lingkungan

individu
dan

Jurnal Buana Pendidikan
bagaimana

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

lingkungan

bereaksi

ketunaan

terbentuknya

lingkungan

interaksi

secara

(termasuk
untuk

bebas.
4) bahwa penderita ketunaan harus
keterbatasan-

keterbatasannya

secara

ketunaan

Kebutuhan dasar manusia

menghambat

menerima

terhadap

netraan anak.

terhadap orang-orang cacat.
3) bahwa

dari

obyektif

anak/individu

tunanetra),

melangsungkan

hidupnya,

meliputi: (1)Kebutuhan physic-biologis,
seperti

;

sandang,

Kebutuh

pangan,

papan.

an ini dapat dikatakan

dan realistis, dan lingkungan harus

sebagai kebutuhan primair terutama

menunjukkan

pada masa anak-anak, (2) Kebutuhan

pengertian

dan

untuk menjadi bagian dari kelompok.

bukan belas kasihan.
Pendapat dan teori Pitner

Pada anak yang menyandang tunanetra

yang telah dikemukakan, menyangkut

kebutuhan,

cacat fisik pada umumnya, termasuk

mengalami

penyandang ketunanetraan.

pemenuhannya karena sikap lingkungan

Untuk melangsungkan hidupnya,

yang

kebutuhan

ini

sering

kegagalan

mengucilkan

mereka

Kebutuhan

dasar

untuk

dianggap penting dan berguna. Anak

dipenuhi. Pada dasarnya kebutuhan

tunanetra banyak yang menghadapi

dasar anak tunanetra tidak berbeda

kesulitan untuk mendapatkan perasaan

dengan

ini, karena mereka selalu dibebankan

selalu menuntut

kebutuhan

dasar

anak

normal/biasa. Namun anak tunanetra

kepada

lebih

ketidakmampuannya.

sering

dan

lebih

banyak

merasa

(3)

manusia dibekali dengan kebutuhan
yang

untuk

dalam

ketunanetraannya
(4).

dirinya

dan

Kebutuhan

mengalami hambatan-hambatan dalam

untuk mencapai sesuatu. Anak yang

pemenuhan

menyandang

kebutuhan-kebutuhan

dasarnya

tersebut.

dialami

anak

akan

sering

yang

mengalami kendala untuk memenuhi

untuk

kebutuhan ini. Karena keterbatasannya

Hambatan
tunanetra

tunanetra

itu

dalam melakukan berbagai kegiatan

sering menimbulkan maslah psikologis.

sebagai akibat dari dampak langsung

Masalah psikologis yang timbul karena

kelainannya.

memenuhi

kebutuhan

dasarnya

pemenuhan

Pakar psikologi menitik beratkan

kebutuhan-kebutuhan dasar pada anak

pentingnya hubungan antara kebutuhan

tunanetra, bersumber pada berbagai hal

dasar ini dengan penyesuaian pribadi

terutama

yang

dan sosial. Stres yang dialami oleh anak

disebabkan oleh keterbatasan sebagai

tunanetra, akan menimbulkan berbagai

akibat daripada ketunanetraannya, dan

reaksi pada anak terhadap stresnya

2) hambatan yang disebabkan oleh sikap

tersebut.

hambatan

dalam

pada:

1)

hambatan

71

Reaksi-reaksi

tersebut

Jurnal Buana Pendidikan

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018
penyesuaian

Reaksi emosional yang terjadi

diri anak, sehingga anak tunanetra akan

sebagai damapak keterbatasan atau ham

menunjukkan gejala perilaku salahsuai

batan

baik secara emosional maupun sosial.

kegiatan/aktivitas

Perilaku salahsuai ini akan tercermin

akan semakin banyak dan intensitasnya

dalam berbagai bentuk reaksi dan aksi

semakin

yang dapat menambah lebih rumit

akhirnya akan menjadi suatu reaksi

masalah yang mereka hadapi.

emosional

umumnya

menghambat

dalam

yang
yang

membentuk

Berdasdarkan
tentang

dan

menumpuk

emosional
SIMPULAN
Masalah

pembahasan
Psikologis

Sosial

kelainan

penglihatan/tunanetra,

akan

pada

dapat

kepribadian

disimpulkan bahwa sebagai berikut.
penglihatan

sehingga

pada

menetap.

Reaksi

menetap

itu

akan

dan

mewarnai

anak penyandang kelainan penglihatan

Penyandang

Terjadinya

bermobilisasi,

perkembangan kepribadiannya sehingga

dan

Penyesuaian

melakukan

menunjukkan
yang

negatif,

gejala
seperti:

minder, rendah diri, kurang bahkan

kelaianan

tidak percaya diri, menarik diri dari

individu,

pergaulan dan sebagainya.

menimbulkan dampak langsung, yaitu

Di samping berdampak pada

hilangnya suatu fungsi, terganggu atau

kepribadian, kelainan penglihatan juga

hilangnya fungsi dari organ penglihatan.

menimbulkan dampak sosial. Dampak

Kurang atau tidak berfungsinya

sosial kelaianan penglihatan nampak

organ penglihatan, maka anak akan

pada sikap dan reaksi

terhambat dalam melakukan berbagai

terbatas (keluarga) dan lingkungan luas

aktivitas organ penglihatan, karena yang

(masyarakat luas) terhadap individu

berkelainan itu merupakan instrumen

atau

untuk

kelainan penglihatan.

melakukan

kegiatan-kegiatan

seperti bermobilisasi, menangkap sinar

orang/anak
Selain

yang

sikap

lingkungan

mengalami
dan

reaksi

atau cahaya atau melihat apa saja yang

lingkungan, kebijakan-kebijakan politik

ada di sekitarnya.

yang mengenai warga negara yang

Hambatan
yang

dialami

dan

keterbatasan

penyandang

mengalami

kelainan

kelaianan

penyandang kelainan penglihatan, juga

penglihat an dalam melakukan aktivitas,

merupakan

mengakibatkan pada mereka timbul

individu/orang

reaksi-reaksi emosional. Dalam taraf ini

kelainan penglihatan.

reaksi- reaksi yang merupakan dampak
emosional

masih

merupakan

termasuk

reaksi

emosional sesaat.

72

cara

pandang

yang

menyandang

Jurnal Buana Pendidikan

Tahun XIV, No. 25. Februari 2018

DAFTAR PUSTAKA

Purwaka,

Alloy, Lauren B. Riskind, John H and
Mamos,

Hasi.

2005.

Kemandirian

Tunanetra. Jakarta: Depdiknas.

Margareth,J.2004.

Soemantri, S. 2007. Psikologi Anak Luar

Abnormal Psychology: Current

Biasa.

Bandung:

Perspektive. McGraw

Aditama.

PT.

Refika

Ashman, Adrian, Elinks, John. 1994.

Suhaeri, HN., dan Purwanta, E. 1996.

Educating Children with Special

Bimbingan Konseling Anak Luar

Needs. Sydney: Prentice Hall

Biasa. Jakarta: Depdikbud, Dirjen

Cruickshank,

William

Psychology

of

M.

1980.

Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga

Exceptional

Guru.

Children and Youth. New Jersey:

Suwandi, Munawar. 2013. Mengenal dan

Prentice Hall

Memahami

Hallahan, D.P., & Kauffman, J. 1986.
Introduction

Special

Orientasi
Luxima

danMobilitas.Jakarta:
Metro Media;

Education,

Third Edition. Printice Hall.

Thomson,

Hidayat, dkk. (2006). Bimbingan Anak

J.

2010.

Memahami

Anak

Berkebutuhan Khusus. Terj. Oleh:

Berkebutuhan Khusus. Bandung:

Widayati, E. Jakarta: Erlangga.

UPI Press.

Wardani, I, G, A, Hernawati, K. dan

Kurikulum. 2013. Pedoman Pembelajaran

Astati,

T.

(2007).

Untuk Siswa Tunanetra. Jakarta:

Pendidikan

Depdiknas.

Universitas Terbuka.

Musyafak, A. 1995. Orthopedagogik Anak

Wenar,

Tunanetra. Jakarta: Depdik bud.

C.,

&

Pengantar

Luar Biasa. Jakarta:
Kerig,

P.

(2005).

Developmental Psychopathology from

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B.

Infancy

through Adolescent (10th

(2005). Psikologi Abnormal. Edisi

Edition ed.). New York: McGraw-

Kelima Jilid 2. Jakarta: Penerbit

Hill Companies Inc.

Erlangga.

73