Kata Kunci: kemamuan guru, pengajaran, inkuiri Pendahuluan - View of MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI DENGAN SUPERVISI AKADEMIK PADA SEKOLAH DASAR DALAM WILAYAH BINAAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENERAPKAN
PENGAJARAN BERBASIS INKUIRI DENGAN SUPERVISI AKADEMIK
PADA SEKOLAH DASAR DALAM WILAYAH BINAAN
ACH. ZAHRI
Pengawas SD Kabupaten Bangkalan
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Mengetahui peningkatan
kemampuan guru IPA, (b) Mengetahui pengaruh model pengajaran berbasis
inkuiri. Penelitian ini menggunakan tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah Sekolah Dasar
Negeri Dalam Wilayah Binaan Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan
Tahun Pelajaran 2014/2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar. Simpulan yang diambil adalah bahwa dengan
pembelajaran inkuiry dapat meningkatkan kemampuan guru IPA pada Sekolah
Dasar Wilayah Binaan di Kecamatan Bangkalan Kabupaten Bangkalan Tahun
Pelajaran 2014/2015.
Abstract: The purpose of this study are: (a) Knowing the science teacher capacity
building, (b) Determine the influence of inquiry-based teaching model. This study
uses the action (action research) three rounds. Each round consists of four phases:
design, activities and observations, reflections, and refisi. Goal of this research is
a public elementary school in the District Patronage Territory Bangkalan

Bangkalan in academic year 2014/2015. he data obtained as the result of
formative tests, observation sheet teaching and learning activities. The inference
drawn is that by learning inkuiry can improve the ability of science teachers in
elementary schools in the District Regional Patronage Bangkalan Bangkalan in
academic year 2014/2015.
Kata Kunci: kemamuan guru, pengajaran, inkuiri
Pendahuluan
Begitu banyak permasalahan
yang menjadi PR bagi instansi terkait
yang hampir melanda setiap segi
kehidupan. Salah satu permasalahan
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan,
khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru
terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas, antara lain dalam
pengelolaan sekolah, peningkatan

sumber daya tenaga pendidikan,
pengembangan/penulisan materi ajar,

serta pengembangan paradigma baru
dengan metodologi pengajaran. Pengajaran berbasis inkuiri harus gesit,
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka,
bergerak leluasa dan berfikir keras
(moving about dan thinking aloud).
Untuk memecahkan permasalahan sebagaimana dikemukakan di atas
penulis merencanakan aksi untuk pe-

289

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

lajaran modern, pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan undang-undang maupun kebutuhan masyarakat
di abad 21, yakni Pembelajaran yang
Aktif, atau Cara Belajar Siswa Aktif.
Tujuan Peneliatan: Untuk mengetahui
peningkatan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis
Inkuiry Pada Sekolah Dasar Wilayah
Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun

Pelajaran 2014/2015.
Manfaat Penelitian: a) Manfaat
bagi Guru ,untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran inkuiry, b) Manfaat bagi Sekolah : untuk meningkatkan kinerja guru
utamanya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pengajaran inkuiry,
sehingga di sekolah tersebut dapat
menumbuhkan output atau lulusan
yang bermutu, kreatif dan inovatif.
Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak
dikemukakan dalam kepustakaan.
Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada
umumnya dan bidang intelektual
pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian bahwa
prestasi merupakan hasil yang
telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan
/aktivitas tertentu. Oleh karena itu

setiap individu harus belajar
dengan sebaik-baiknya supaya
prestasinya berhasil dengan baik.
Sedang pengertian prestasi juga

mecahan masalah dengan menggunakan Penelitian Tindakan Sekolah.
Penelitian tindakan sekolah ini akan
dilaksanakan selama kurang lebih tiga
bulan yakni bulan September sampai
dengan bulan November 2014. Hasil
identifikasi masalah diketahui adanya
kelemahan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah :1) Masih
banyak Guru yang belum mampu
menerapkan pembelajaran berbasis
inkuiri, 2) Masih banyak Guru kurang
mampu menerapkan variasi metode
dalam pembelajaran, 3). Masih banyak Guru yang belum menerapkan
penilaian dalam proses, 4) Masih
terlalu banyak Guru yang selalu mendominasi kegiatan pembelajaran, 5)
Kegiatan supervisi akademik belum

optimal dilakukan oleh pengawas
sekolah, karena kebanyakan pengawas sekolah melakukan supervisi manajerial, 6) Masih banyak Guru lebih
bersifat instruktif dan memberi
informasi daripada membangkitkan
motivasi dan mengaktifkan siswa, 7)
Akibat dari kegiatan pembelajaran
yang demikian siswa menjadi pasif,
kurang inisiatif, kurang mampu
bertanya, kurang mampu memberikan
jawaban yang bersifat uraian. Dan
masih banyak lagi hal lain sebagai
akibat model pembelajaran konvensional.
Berdasar hasil identifikasi masalah tersebut penulis menetapkan
untuk memprioritaskan pemecahan
masalah dengan menggunakan pembelajaran Inkuiry. Karena dengan
model ini penulis yakin bahwa guru
akan dapat ditingkatkan kemampuannya dalam menerapkan pembe-

290


Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri, Ach. Zahri

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu
merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang
berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat
dilalui dengan lancar dan pada
gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.

ada yang mengatakan prestasi
adalah kemampuan.
3. Pedoman Cara Belajar
Setiap orang mempunyai cara
atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang
satu cocok digunakan oleh seorang
siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain.
Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam
hal kemampuan, kecepatan dan
kepekaan dalam menerima materi
pelajaran. Faktor yang paling

menentukan keberhasilan belajar
adalah para siswa itu sendiri.
Untuk dapat mencapai hasil belajar
yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang
baik.

Pengajaran Berbasis Inkuiri
Pembelajaran dengan penemuan
(inquiry) merupakan satu komponen
penting dalam pendekatan konstruktivistik yang telah memiliki sejarah
panjang dalam inovasi atau pembaharuan pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan/inkuiri, siswa
didorong untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka
sendiri, Bruner (1966), penganjur
pembelajaran dengan basis inkuiri,
menyatakan sebagai berikut: “Kita
mengajarkan suatu bahan kajian tidak
untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang bahan kajian itu, tetapi
lebih ditujukan untuk membuat siswa

berpikir. Untuk diri mereka sendiri,
meneladani seperti apa yang dilakukan oleh seorang sejarawan, mereka
turut mengambil bagian dalam proses,
bukan suatu produk (Nur & Wikandari, 2000:10). Belajar dengan penemuan dapat diterapkan dalam banyak
mata pelajaran. Sebagai contoh, siswa
diberi sederet silinder dengn ukuran
dan berat yang berbeda-beda. Siswa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu: a) Faktor
yang
ada pada diri siswa itu sendiri yang
kita sebut faktor individu. Faktor
individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor
pribadi. b) Faktor yang ada pada
luar individu yang kita sebut
dengan faktor sosial. Sedangkan
yang faktor sosial antara lain

faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan
motivasi sosial.

291

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

Pengumpulan data (Data Gathering);
dan Penyimpulan (Conclusion).
Inkuiri adalah satu proses yang
bergerak dari langkah observasi
sampai langkah pemahaman. Inkuiri
dimulai dengan observasi yang menjadi dasar pemunculan berbagai pertanyaan yang diajukan siswa. Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dikejar dan diperoleh melalui
suatu siklus pembuatan prediksi,
perumusan hipotesis, pengembangan
cara-cara pengujian hipotesis, pembuatan observasi lanjutan, penciptaan
teori dan model-model konsep yang
didasarkan pada data dan pengetahuan. Inkuiri menciptakan berbagai

kesempatan bagi guru untuk mempelajari bagaimana otak siswa bekerja. Guru dapat memanfaatkannya untuk menentukan situasi-situasi belajar
yang tepat dan memfasilitasi siswa
dalam proses pencarian ilmu.
Dalam proses inkuiri, siswa
belajar dan dilatih bagaimana mereka
harus berpikir kritis. Berpikir kritis
merupakan slah satu tujuan pendidikan. Ketika siswa belajar berpikir kritis, merka kan memperlihatkan pikiran-pikiran dan proses-proses sebagai
berikut:
a. Mengajukan pertanya seperti “Bagaimana itu kita tahu?” atau “Apa
buktinya?”
b. Mengetahui perbedaan antara observasi dan kesimpulan.
c. Mengetahui bahwa semua gagasan
ilmiah itu dapat berubah dan
bahwa teori yang ada adalah teoriteori yang terbaik berdasarkan
bukti yang kita miliki sejuh nini.

diminta untuk menggelindingkan
silinder tersebut pada suatu bidang
miring. Bila percobaan itu dilakukan
dengan benar, siswa akan dapat

menemukan prinsip-prinsip utama
yang menentuan kecepatan silinder
tersebut.
Belajar dengan penemuan mempunyai berbagai keuntungan. Pembelajaran dengan inkuiri memacu keinginan siswa untuk mengetahui,
memotivasi mereka untuk melanjutan
pekerjaannya hingga mereka menemukan prinsip-prinsip utama yang
menentukan kecepatan silinder tersebut. Siswa juga belajar memecahkan masalah secara mandiri dan
memiliki keterampilan berpikir kritis
karena mereka harus selalu menganalisa dan menangani informasi.
Inkuiri adalah seni dan ilmu
bertanya dan menjawab. Inkuiri
melibatkan observasi dan pengukuran, pembutan hipotesis dan interpretasi, pembentukan model dan pengujian model. Inkuiri menuntut adanya
eksperimentasi, refleksi, dan pengenalan akan keunggulan dan kelamahan metode-metodenya sendiri. Selama proses inkuiri berlangsung, seorang guru dapat mengajukan suatu
pertanyaan atau mendorong siswa
untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaannya
bersifat open-ended, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki
sendiri dan mereka mencari jawaban
sendiri (tetapi tidak hanya satu
jawaban yang benar). Siklus inkuiri
adalah: (1) Observasi (Observation);
(2) Bertanya (Questioning); (3)
Mengajukan dugaan (Hipothesis); (4)

292

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri, Ach. Zahri

kah-langkah tetapi lebih merupakan
daftar cra yang dapat dilakukan.
Dengan cara-cara itu, siswa dapat
menangani informasi untuk mengevaluasi apakah informasi itu benar
atau masuk akal. Tugas utama dalam
mengajarkan berpikir kritis kepada
siswa adalah membantu mereka belajar tidak hanya bagaimana menggunakan tiap-tiap strategi berpikir kritis
itu, tetapi juga menyampaikan kapan
tiap-tiap strategi berpikir kritis itu
cocok untuk dipakai.
Proses inkuiri tidak dpat dipisahkan dari konsep berpikir kritis.
Konsep berpikir kritis tidak dapat
pula dipisahkan dari konsep inteligensi. Inteligensi bukan sesuatu yang
hanya dpat diukur dengan tes, buan
pula sesuatu yang semata-mata pembawaan genetis secara lahiriah.
Howard Gardaner (1983) menunjukan
bahwa intelgensi dapat diubah.
“Intelligence is the ability to solve
problems or to create products that
are valued between one or more
cultural settings” (Johnson, 2002
:141). Intelligensi tidak dapat dipisahkan dari konteks di mana manusia
itu hidup dan berkembang.
Menurut Gardaner, inteligensi
tidak dilahirkan, tapi dapat berkembang atau berkurang, bergantung pada
lingkungan atau konteks seseorang.
Lingkungan yang dimaksud adalah
teman, guru, orang tua, buku, alat-alat
belajar (pena, computer, kegiatankegiatan fisik, musik), dan hal-hal
lain yang mencapai otak melalui panca indera. Dengan menggunakan
kriteria khusus untuk mengidentifikasi konsep inteleigenais, Gardaner

d. Mengetahui bahwa diperlukan
bukti yang cukup untuk menarik
suatu kesimpulan yang kuat.
e. Memberi penjelasan atau interpretasi, memalkukan observasi dan
/ atau prediksi.
f. Selalu mencari konsistensi terhadap kesimpulan-kesimpulan yang
diambil dan memgerikan penjelasan dengan rasa percaya diri.
Beyer (1988:57) mengidentifiksi 10 keterampilan berpikir kritis
yang dpat digunakan siswa untuk
mempertimbangkan validitas (keabsahan) tuntutan atau argument, memahami periklanan, dan sebagainya.
(1)Membedakan fakta-fakta yang dapat diverifikasi dan tuntutan nilainilai yang sulit diverifikasi (diuji
kebenarannya).
(2)Membedakan antara informasi,
tuntutan, atau alasan yang relevan
dengan yang tidak relevan.
(3)Menentukan kecermatan factual
(kebenaran) dari suatu penyataan.
(4)Menentukan kredibilitas (dapat
dipercaya) dari suaut sumber.
(5)Mengidentifikasi tuntutan atau argument yang mendua.
(6)Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakn.
(7)Mendeteksi bias (menemukan penyimpangan).
(8)Mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan logika.
(9)Mengenali ketidak-konsistenan logika dalam suatu alur penalaran.
(10) Menentukan kekuatan suatu argument atau tuntutan.
Beyer mengingatkan bahwa 10
keterampilan berpikir kritis di atas
bukan merupakan suatu urutan lang-

293

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

dengan asumsi bahwa siswa belajar
dalam suatu lingkungan belajar yang
kaya yang memungkikan mereka
menghubungkan makna dengan konteks. “CTL’s component work
together to provide this rich environment, offering students many opportunities to ignite the eight multiple
intelligences” (Amstrong, 1994:35).
Guru CTL menyadari dan menghargai
bahwa setiap anak memiliki derajat
yang berbeda dalam hal inteligensinya dan bahwa CTL sebagai suatu
system holistic berhubungan dengan
delapan inteligensi yang dibawa
setiap anak pada lingkungan belajar.
Delapan inteligensi (Howard
Gardaner, 1983)

mengusulkan delapan jenis inteligenwsi, yakni: linguistic, logical-mathematic, musical, spatial, bodily-kinesthetic, interpersonal, intra-personal,
dan naturalist. Jenis pekerjan dan
aktivitas yang dapat dikembangkan
untuk kedelapan jenis inteligensi ini
dpat dicontohkan sebagai beikut: (1)
linguistic: wartawan, reporter, politikus, atau penulis; (2) logis-mathematis; ahli fisika, neurology, atau
insinyur; (3) spasial: pelukis, interior
decorator, atau pemain tennis; (4)
bodily-kinesthic: penari balet, pemain
golf, pembalap, atau petinju; (5)
musik: pengarang lagu, penyanyi,
atau organis/pianis; (6) interpersonal:
hakim, saleperson, atau guru; (7)
intrapersonal: biarawan/rohaniawan,
pujangga, atau ahli ilmu jiwa/
psikolog; dan (8) naturalist: ahli botani, ahli kebun binatang, atau ahli pertamanan.
Kedelapan jenis inteligensi ini
telah mengilhami para pendidik untuk
mengajar dengan dengan mengac
pada salah satu dari delapan jenis
inteligensi tersebut. “Hundred, perhaps thousands, of classrooms
around the world rely today on
Gardaner’s theory of multiple
intelligences to help students realize
their latent potential” (Johnson, 2002:
141). Apakah kelas berfokus pada
siswa yang kurang mampu atau kelas
yang siswa-siswanya berbakat, para
pendidik melihat manfaat mengajar
yang sesuai dengan cara-cara untuk
mencapai berbagai jenis inteligensi
yang dikemukakan Gardaner.
Setiap siswa mampu mengembangkan setiap jenis inteligensidi atas

Multiple Intelligences
Peka terhadap pola,
Logikaketerampilan
dan
matematika
sistematika.
Linguistic / Peka terhadap bunyi,
ilmu bahasa
ritme, dan makna kata
Kemapuan
menghasilkan
dan
menghargai
ritme,
Musik
tinggi rendah suara,
dan warna suara
Kemampuan
untuk
melakukan
transformasi mengenai
persepsi
awal
seseorang
dan
Spatial/jarak
kemampuan
mengkreasi kembali
aspek-aspek
pengalaman
visual
seseorang.
BodilyKemampuan
kinesthetic / mengontrol
gerak
fisiktubuh
seseorangdan
kinestetik
kemampuan

294

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri, Ach. Zahri

menangani
objek
secara terampil.
Kemampuan
untuk
menjawab
atu
memberikan
reaksi
Inter
secara tepat berbagai
personal
/
suasana
batin,
antar-pribadi
temperamen, motivasi
dan
keinginanorang
lain.
Bagaimana menjiwai
perasaan
sendiri,
kemampuan
mendiskriminasikan
Intapersonal
berbagi
perasaan
/
antarseseorang,
dan
pribadi
kemampuan menarik
kesimpulan
untuk
menuntun tingkah laku
seseorang
Mengamati,
mengalami
dan
Naturalist /
mengorganisasikan
alamiah
berbagai pola dalam
lingkungan alamiah

Putaran 1
Refleksi

Rencan
a
Putaran 2

Tindak
an/
Refleksi

Rencan
a yang
Putaran 3

Tindak
an/
Refleksi

Rencan
a yang

Tindak
an/

Gambar 1 Alur Penelitian Tindakan
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran model pembelajaran terbimbing.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari

Metode Penelitian
A. Desain Penelitian.
Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap
penelitian tindakan kelas dapat
dilihat pada gambar berikut.

295

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

3. Pengorganisasian Materi pelajaran.
4. Pemilihan sumber / media
pembelajaran.
5. Kejelasan skenario pembelajaran.
6. Kesesuaian tehnik evaluasi
yang direncanakan.
7. Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan.

pengamat membuat rancangan
yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
B. Subyek dan Obyek Penelitian.
Subyek penelitian dalam hal
ini adalah guru IPA dalam
pembelajaran Inkuiri pada Sekolah Dasar Wilayah Binaan di
Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan Tahun Pelajaran 2014
/2015. Jumlah guru yang diamati
atau menjadi subyek penelitian
adalah sebanyak 5 orang yang
terbagi di 5 SDN di Kecamatan
Bangkalan Kabupaten Bangkalan
Tahun Pelajaran 2014/2015 yang
semuanya adalah guru kelas V.

IPKG 2 berisi aspek pegamatan tentang kegiatan pembeajaran kontekstal yang meliputi:
1. Mempersiapkan siswa untuk
belajar.
2. Melakukan kegiatan apersepsi.
3. Penguasaan materi pembelajaran.
4. Mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan
lain yang relevan.
5. Menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan
runtut sesuai dengan hierarkhi belajar dan karakteristik
siswa.
6. Mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan.
7. Melaksanakan pembelajaran
sesuai dengn tujuan.
8. Menguasai kelas.
9. Melaksanakan pembelajaran
dengan mengaktifkan siswa.
10. Melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya
kebiasaan positif bagi siswa.

A. Instrumen Pengumpulan Data
dan Tehnik Pengumpulan Data.
a. Instrumen Pengumpulan Data.
Instrumen yang digunakan
untuk pengupulan data dalam
penelitian ini adalah Instrumen
Penilaian Kinerja Guru atau
yang isebut IPKG. Dalam penelitian ini igunakan dua instrumen yakni IPKG 1 yang digunakan untuk menilai Rencana
Pembelajaran yang digunakan
oleh Guru dan IPKG 2 yang
digunakan untuk menilai kgiatan pembelajaran guru.
IPKG 1 berisi tentang aspek
pengamatan yang berkenaan dengan rencana pembelajaran
mencakup :
1. Kejelasan perumusan tujuan
pembelajaran.
2. Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran.

296

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri, Ach. Zahri

11. Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
12. Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan
efisien.
13. Menumbuhkan partisipasi
aktif dalam pembelajaran.
14. Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa.
15. Menubuhkan keceriaan dan
antusiasme siswa dalam belajar.
16. Memantau/melakukan
penilaian dalam proses.
17. Melakukan penilaian akhir
sesuai dengan tujuan.
18. Penggunaan gaya yang sesuai dan bahasa baik tulis
maupun lisan dengan jelas
baik dan benar.
19. Melakukan refleksi atau
membuat rangkuman dengan melibatkan siswa.
20. Melakukan tindak lanjut
dengan memberikan arahan
atau kegiatan atau tugas
sebagai bagian remidial/
pengayaan.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan mengumpulkan para guru untuk mendapatkan penjelasan tentang cara menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif. Bahan penjelasan dan pembahasan tentunya berdasar pengamatan sebelumnya yakni temuan di
lapangan dalam pelaksanaan Supervisi, utamaya kekurangan apa
yang ditemukan di lapangan untuk
disempurnakan pada kegiatan
perencaaan pembelajaran.
Selanjutnya dengan bimbingan
Pengawas guru penyusunan rencana pembelajaran yang digunakan
pada siklus I. Pada perencanaan ini
Rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan ketetentuan
pada pembelajaran dengan model
berbasis inkuiri sebagaimana yang
diteliti. Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 25
September 2014.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 26 sampai
dengan 28 September 2014. Pada
tahap ini Guru melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan
pembelajaran dengan pembelajaran
kooperatif sesuai dengan kriteria
model berbasis inkuiri yang telah
dibahas pada tahap perencanaan.
c. Observasi
Observasi dilakukan secara
bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan, dengan tujuan untuk

b. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mengupulkan data
penulis menggunakan metode
observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru
melaksanakan pembelajaran Inkury.
Dokumentasi digunakan untuk menilai rencana pembelajaran yang digunakan guru.

297

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

Tabel 1
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
pertama

memperoleh informasi yang lebih
mendalam dan menyeluruh tentang
pembelajaran pada siklus I. Fokus
observasi adalah bagaimana proses
pembelajaran yang dilakukan guru.
d. Refleksi
Siklus I dilaksanakan sebanyak
tiga kali pertemuan yaitu pada
tanggal 2 Oktober 2014. Pembelajaran dilaksanakan masih banyak
perlu mendapatkan penyempurnaan. Seperti pada rencana pembelajarannya masih ada 6 orang
guru yang belum tuntas atau sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam pembelajaran Inkury. Dalam
kegiatan pembelajarannya juga
masih terdapat 2 orang guru yang
belum melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan ketentuann yang
ditetapkan dalam pembelajaran
Inkury.
Untuk itu kekurangan yang
terdapat pada siklus pertama ini
akan dijadikan bahan penyempurnaan pada siklus berikutnya. Kekurangan ini disempurnakan pada
tahap perencanaan siklus kedua.
Sesuai dengan perencanaan awal
bahwa kekurangan pada suatu
siklus akan menjadi bahan perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus pertama ternyata
masih terdapat 6 orang guru yang
belum tuntas dalam menyusun
rencana pembelajaran dan terdapat
2 guru yang belum tuntas dalam
melaksanakan pembelajaran kooperatif.
Hasil pengamatan atau observasi pada siklus pertama dapat
direkap sebagai berikut.

NO
I
1

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJARA
N
Kurang dari 28

2
II
1
2

JML
GURU

6
2

KET

Belum
berhasil
Berhasil

Sama atau lebih
dari 28
PELAKSANAAN
PEMBELAJARA
N
Kurang dari 80

6
2

Belum
berhasil
Berhasil

Sama atau kebih
dari 80

Siklus II
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus kedua
dilaksanakan pada tanggal 4
Oktober 2014, di sekolah lokasi
penelitian. Peneliti mempelajari
hasil refleksi tindakan pada siklus I
dan tindakan yang dilaksanakan
pada siklus II ini masih tetap sama
yaitu dengan penerapan pembelajaran Pakem mengadakan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil
refleksi siklus I. Pada siklus 2 ini
yang membedakan dengan siklus 1
adalah pada pegamat atau observer
yaitu menambah observer, kecuali
peneliti observer juga melibatkan
kepala sekolah untuk mengamati
kegiatan pembelajaran Inkury.
Kekurangan pada penyusunan
rencana pembelajaran seperti penyusunan tujuan pembelajaran penyusunan alat evaluasi maupun

298

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri, Ach. Zahri

siklus 1, siswa mulai banyak yang
aktif bertanya maupun mengelurkan pendapat yaitu ada 5 orang
bahkan yang menjawab pertanyaan
lebih banyak lagi. Di samping itu
aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu
mendominasi kegiatan lagi, guru
mulai berperan sebagai motivator
dan fasilitator meskipun masih sering muncul dominasi sekali-kali.
Meskipun demikian masih terdapat
beberapa kekuragan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

komponen lain disempurnakan pada siklus kedua.
Kekurangan pada pelaksanaan
pembelajaran Inkury terletak pada
kegiatan bahwa guru terlalu mendominasi kegiatan sedangkan siswanya relatif pasif, penggunaan
media pembelajaran juga masih
sangat kurang optimal, sedangkan
penilaian dalam proses belum
dilaksanakan oleh guru. Dengan
demikian masih terdapat beberapa
kekurangan dalam pelaksanaan
pembelajaran Inkuri.
Kekurangan tersebut disampaikan kepada para guru sebagai
subyek penelitian untuk direncanakan dan disempurnakan pada kegiatan siklus kedua. Pada tahap
perencanaan siklus kedua inilah
guru menyusun rencana pembelajaran dan semua fasilitas yang
diperlukan untuk menerapkan
pembelajaran Inkury pada siklus
kedua. Dengan persiapan dan masukan yang diberikan oleh peneliti
atau pengawas diharapkan perancanaan dan pelaksanaan pembelajaran Inkury dapat dilakukan lebih sempurna.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai
dengan 17 Oktober 2014 di lokasi
penelitian. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah
disempurnakan dari siklus pertama. Guru menyampaikan informasi tujuan pembelajaran yang
akan disampaikan. Dalam pertemuan ini tampak berbeda dengan

c. Observasi
Tahap observasi merupakan
tahapan dalam penelitian dimana
peneliti dibantu oleh observer mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan
pembelajaran inkury. Pada siklus
kedua ini sengja ditambah seorang
observer agar pengamatan menjadi
lebih cermat dan lebih sempurna
dengan demikian hasil penelitian
akan lebih akurat.
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan,
yakni tanggal 15 sampai dengan 17
Oktober 2014. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan, dengan
tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus 2. Fokus
observasi adalah bagaimana proses
penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitas-

299

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

penilaian dalam proses belum
dilaksanakan oleh guru, serta guru
masih kurang maksimal dalam
mengaktifkan siswa.

aktivitas siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab
pertanyaan serta rekaman situasi
kelas yang lain seperti penggunaan
media, penilaian dalam proses
selama kegiatan belajar mengajar.
Observasi dilakukan oleh peneliti
dan kepala sekolah yang bertindak
sebagai observer.
Tabel 2
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
kedua.

NO
I
1

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJAR
AN
Kurang dari 28

2

JML
GUR
U

4
4

Sama atau lebih
dari 28

Pembahasan
Hasil pengamatan pada rencana
pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua terdapat perubahan yang
sangat signifikan. Hasil pengamatan
pada siklus pertama masih banyak
ditemukan kekurangan sehingga prosentase keberhasilan masih dibawah
kiteria keberhasilan atau kriteria ketuntasan dalam penelitian. Hasil
pengamatan tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ketiga
didapatkan bahwa untuk penilaian
rencana pembelajaran tidak ada
seorang gurupun yang mendapat nilai
di bawah 28 dari 7 aspek yang
diamati, artinya nilai minimal tiap
aspek 4. Perbandingan hasil pengamatan tersebut dapat disajikan pada
tabel 4.4.
Tabel 3
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Rencana Pembelajaran
Masing masing siklus

KET

Belum
berhasi
l
Berhasi
l

II
1
2

PELAKSANAA
N
PEMBELAJAR
AN
Kurang dari 80
Sama atau kebih
dari 80

3
5

Belum
berhasil
Berhasi
l

d. Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap
untuk merenungkan tentang hasil
pengamatan atau obsevasi yang
dilakukan baik oleh observer maupun oleh peneliti. Dari hasil observasi ternyata masih ada beberapa
hal yang perlu disempurnakan seperti penggunaan media pembelajaran artinya penggunaan media
pembelajaran
kurang
efektif,

N
O

RENTANG
NILAI

1

Kurang dari
28

2

JUMLAH
GURU
S- I S
S
II II
I
6
4
1
2

4

7

KET

Belum
berhasil
Tuntas

Sama atau
Lebih dari 28

Berdasar perbandingan nilai pada tabel tersebut diatas dapatlah di-

300

Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pengajaran Berbasis Inkuiri, Ach. Zahri

simpulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 6 orang guru
yang belum mencapai nilai minimal
keberhasilan dalam menyusun rencana pembelajaran sedangkan pada
siklus kedua 4 guru telah tuntas atau
berhasil dalam menyusun rencana
pembelajaran. Pada siklus ketiga tidak ada seorang gurupun yang hasil/
nilai penyusunan rencana pembelajarannya kurang 28. Semua guru hasil/
nilai penyusunan rencana pembelajarannya adalah 28 kelas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik dengan pembelajaran Inkuiry dapat
meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun rencana pembelajaran.
Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam
bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Perbandingan Hasil Pengamatan
Tentang
Pelaksanaan Pembelajaran Masing
masing siklus
N
O
1

RENTANG
NILAI
Kurang
80

dari

2

JUMLAH GURU
S- I
6

S- II
3

S- III
0

2

5

8

sebanyak 2 orang guru artinya
tingkat keberhasilannya mencapai
60%.
2) Pada siklus kedua terdapat 4 orang
guru yang mendapat nilai dibawah
kriteria keberhasilan,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 80%.
3) Pada siklus ketiga didapatkan
kondisi guru bahwa tidak ada satupun orang guru yang mendapatkan
hasil dibawah 80 dalam pengamatan yang dilakukan peneliti.
Artinya prosentase keberhasilan
pada siklus ketiga mencapai 100
%, dengan demikian guru telah
mencapai kriteria keberhasilan
dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiry.

KET
Belum
berhasil
Tuntas

Sama
atau
Lebih dari 80

Berdasar rekapitulasi dan pebandingan hasil pengamatan tentang
pelaksanaan pembelajaran kontekstual dapatlah disimpulkan bahwa :
1) Pada siklus pertama masih terdapat
6 guru yang mendapatkan hasil
kurang dari 80 sedang yang tuntas

301

Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1) Pelaksanaan supervisi dengan
melibatkan banyak pihak untuk
memberikn masukan kepada guru
yang disupervisi.
2) Dengan yang ditandai dengan
anggapan dan pembelajaran Inkuiry kepada guru. Karena dengan
pembelajaran Inkuiry ini guru
tidak merasa disalahkan, tetapi
diajak berfikir bersama atas permasalahan yang dihadapi, atas
kondisi yang ada dan akhirnya
pengawas sebagai nitra guru
memfasilitasi kebutuhan guru
dalam meningkatkan kinerjanya.
3) Guru lebih terbuka jika diajak
musyawarah layaknya mitra kerja
dalam membahas dan menyempurnakan kekurangan yang dilakukan
dalam pembelajaran di kelas.

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 289--302

4) Guru tidak lagi merasa takut jika
didatangi pengawas sekolah, bahkan diharapkan agar pengawas sering-sering datang ke sekolah. Hal
tersebut disebabkan karena kehadiran pengawas ke sekolah sangat
membantu guru dalam melaksanakan tugas.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi
Research, Jilid 1. Yogyakarta:
YP. Fak. Psikologi UGM.
Melvin, L. Siberman. 2004. Active
Learning, 101 Cara Belajar
Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Simpulan
Berdasar hasil penelitian dan
pembahasan dapatlah disimpulkan
bahwa :
“Supervisi Akademik dapat
Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri baik dalam Menyusun
RPP maupun Penerapan Pembalajaran di SD dalam wilayah binaan
Kecamatan Bangkalan Kabupaten
Bangkalan Tahun Pelajaran 2014
/2015”.

Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang
(UM Press).
Riduwan. 2004. Belajar Mudah
Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004.
Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode
Pengajaran Nasional. Bandung:
Jemmars.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan
Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

302