MOTIVASI, HAMBATAN DAN STRATEGI ORANGTUA KELUARGA MISKIN DALAM MERAWAT ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)

77

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

MOTIVASI, HAMBATAN DAN STRATEGI ORANGTUA KELUARGA MISKIN
DALAM MERAWAT ANAK DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT
(LLA)
Feriana Ira Handian 1), Pudjo Hagung Widjajanto2),Sumarni DW 3)
1)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Maharani Malang
2,3)
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta
e-mail: ferianaazar@gmail.com

ABSTRACT
One obstacle in the treatment of leukemia in developing countries is the treatment refusal which leads to
mortality rates. Besides, they encountered their poor families who remain for the acute lymphoblastic
leukemia (ALL) treatment despite the financial constraints. This study used a qualitative approach to
explore the phenomenological experience of parents from poor families in caring the children with ALL
which includes motivation, obstacles and strategies. Participants were 12 parents of 8 poor families who
have children with ALL in the second year of the maintenance phase in Yogyakarta Province. The data

were processed using the Collaizi method with the Open Code Software. In this study revealed the existence
of positive motivation that dominates the hope of healing to survive with treatment, despite the limited
accessibility of health services and confront the stressor during child care. In order to pass the long treatment
period of ALL, parents take advantage of external support. This research is expected more for nurses to
explore and facilitate new source supports for the treatment of ALL, especially on poor families.

Keywords : acute limfoblastik leukemia, motivation, obstacles,strategy
ABSTRAK
Salah satu kendala dalam pengobatan leukemia di negara berkembang adalah penolakan
pengobatan yang berimbas pada meningkatnya kematian. Walaupun penolakan sering
terjadi,namun masih ditemui adanya keluarga miskin yang tetap bertahan untuk pengobatan
limfoblastik akut (LLA). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi
untuk mengeksplorasi pengalaman orangtua dari keluarga miskin dalam merawat anak
dengan LLA yang meliputi motivasi, hambatan dan strategi. Partisipan adalah 12 orangtua
dari 8 keluarga miskin yang memiliki anak dengan LLA pada fase maintenance tahun kedua di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data diolah menggunakan metode collaizi dengan
bantuan open code software. Dalam penelitian ini terungkap adanya motivasi positif serta
harapan kesembuhan mendominasi untuk bertahan dengan pengobatan meskipun
mengalami keterbatasan aksesibilitas pelayanan kesehatan dan menghadapi stressor selama
merawat anak. Untuk melewati masa pengobatan panjang LLA, orangtua memanfaatkan

dukungan dari eksternal. Diharapkan dengan penelitian ini perawat lebih dapat menggali
dan menfasilitasi sumber dukungan untuk pengobatan LLA khususnya pada keluarga
miskin.
Kata Kunci : hambatan, leukemia limfoblastik akut , motivasi, strategi

78

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

PENDAHULUAN
International Agency for Research on Cancer

Dari penelitian secara kuantitatif yang

(IARC) mengungkapkan bahwa anak di

dilakukan di RSUP Dr. Sardjito tahun

seluruh dunia yang menderita kanker


2006, menunjukkan bahwa pengetahuan,

adalah sekitar 250. 000 (Cutland, 2011).

persepsi dan dukungan keluarga terhadap

Salah

untuk

anak dengan acute limfoblastic leukemia

tiga

(ALL) dalam melaksanakan kemoterapi

tahapan pengobatan, yaitu fase induksi

memberikan kontribusi sebesar 49,2%


remisi, konsolidasi dan maintenance yang

(Kusumawati, 2006). Hal ini

harus dilakukan dalam rentang waktu

masih

minimal 2,5 tahun (Imbach et al.,2004).

berpengaruh dalam pengobatan LLA dan

satu

protokol

limfoblastik

terapi


akut(LLA)mencakup

ada

50,8%

berarti

faktor

yang

belum dapat diungkapkan.
Orangtua merupakan salah satu pemberi
perawatan (care giver) utama bagi anak

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap

selama sakit (Smith et al., 2007). Pada


perawat di poliklinik, selain orang tua atau

studi pendahuluan yang dilakukan di

keluarga

RSUP Dr. Sardjito Yogyakara yang

karena masalah finansial, di satu sisi

didasarkan

poliklinik

masih ada orang tua yang terus bertahan

anak,

dengan lamanya perawatan LLA pada


(LLA)

anak bahkan sampai tuntas meskipun

menempati kejadian kasus tertinggi dari

berasal dari keluarga miskin. Dalam

leukemia pada anak, yaitu

rentang

data

hematologi
leukemia

dan

onkologi


limfoblastik

72,09%

akut

sebesar

(155 dari 215 anak) . Pada

penelitian
Dr.Sardjito
adanya

register

sebelumnya
Yogyakarta,


penolakan

atau

di

salah

menolak

waktu

tahun,

pengobatan

pengobatan

orang


tua

minimal

juga

akan

RSUP

dihadapkan pada serangkaian protokol

didapatkan

pengobatan dan situasi yang tidak hanya

penghentian

berdampak langsung pada anak, akan


pengobatan pada anak dengan leukemia
yang

2,5

yang

tetapi juga keluarga atau orang tua.

satu penyebabnya (60%)

adalah masalah keuangan atau finansial.

Untuk

Akibat dari

dieksplorasi

tersebut adalah

penolakan pengobatan

itu

dalam

penelitian

pengalaman

ini

orangtua

70% anak meninggal

khususnya dari keluarga miskin tentang

dunia pada fase konsolidasi, reinduksi dan

motivasi, hambatan dan strategi yang

maintenance pertama (Sitaresmi, 2010).

telah mereka alami secara nyata agar

79

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

dapat dijadikan sebagai masukan dan

mempertahankan

referensi bagi orangtua pasien lainnya dan

dilakukan

triangulasi

tenaga kesehatan agar termotivasi untuk

pasangan,

rekam medik dan protokol

mampu bertahan dalam pengobatan LLA.

LLA dan triangulasi metode dengan

keabsahan
sumber

data
dari

catatan lapangan.
Diharapkan dengan penelitian ini perawat
mampu menggali serta memanfaatkan

HASIL

sumber

strategi

Karakteristik demografi dan partisipan

masyarakat

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

dukungan

pemecahan

dan

masalah

di

khususnya di negara berkembang dalam

dapat dilihat pada Tabel 1.

manajemen kasus pada anak dengan LLA
Pada penelitian ini tereksplorasi tentang
METODE PENELITIAN

motivasi, hambatan dan strategi saat

Penelitian ini menggunakan pendekatan

merawat

kualitatif

harapan

fenomenologi

di

Propinsi

anak dengan LLA yakni
kesembuhan

Yogyakarta melalui RSUP Dr.Sardjito.

mendominasi

Sampel adalah semua partisipan yang

dengan pengobatan.

terdiri

dari

12

dan

keyakinan

untuk terus bertahan

orangtua

dengan 8 keluarga miskin yang memiliki

Seluruh partisipan melakukan pengobatan

anak dengan LLA yang telah memasuki

karena menginginkan anak bisa sembuh

protokol

dan karena yakin dengan pengobatan

terapi

maintenance

tahun

kedua.Pengumpulan data menggunakan
wawancara

mendalam

dan

medis.

catatan

lapangan di rumah atau lokasi yang telah

Hasil wawancara dengan orang tua

disepakati bersama dengan partisipan

tentang alasan tetap bertahan dengan

yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta,

pengobatan, yang disampaikan langsung

Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung

ke peneliti sebagai berikut

Kidul, Kabupaten Bantul dan Kulon
Progo. Instrumen yang digunakan adalah

“wah..terkuat nggih pengen mari niku anak

lembar wawancara. Transkrip wawancara

kulo, nek niku pengen sembuh segera...yo gik

dan

pripun carane...” (wah, terkuat ya ingin anak

catatan

lapangan

dianalisis

menggunakan metode Collaizi dengan

saya

bantuan software Open Code ver.3.6. Untuk

bagaimanapun caranya) (R8)

sembuh

itu,

ingin

segera

sembuh

80

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Tabel 1. Karakteristik Demografi dan Partisipan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Karakteristik
Tingkat pendidikan orang tua (ayah
dan ibu) (n=12)

Variabel
N
%
SD
1
8
Setingkat SMP
5
42
Setingkat SMU
6
50
Penghasilan Keluarga /bln
< 600.000
5
62,5
600-900.000
1
12,5
900.000-1.100.000
1
12,5
>1.100.000
1
12,5
Jarak Tempuh ke RS
100 juta
1
12,5
*biaya yang dihitung : transportasi,penginapan,makan,obat yang dibeli sendiri berdasarkan
perkiraan masing-masing partisipan mulai awal sakit sampai minggu terakhir pengobatan
saat penelitian dilakukan(minggu pengobatan berbeda antar partisipan)
Berbagai alasan yang disampaikan orang

anak

tua antara lain keterbatasan aksesibilitas

kemoterapi yang dihadapi anak berupa

pelayanan

perubahan

kesehatan.

Orangtua

yang

sehat,
fisik

efek

maupun

samping
emosional;

mengungkapkan tentang mahalnya biaya

ancaman kematian akibat penyakit dan

pengobatan terutama pada tahun pertama

ketidakstabilan kondisi fisik anak.

dan keterbatasan finansial orang tua
karena berasal dari keluarga miskin.

Semua partisipan menggambarkan adanya

Mereka juga mengalami hambatan akses

perubahan emosional pada anak pada

transportasi khususnya transportasi lokal

masa sebelum dan sesudah pengobatan.

yang terbatas terutama di daerah dengan

Gambaran perilaku yang sering muncul

kondisi geografis yang berbukit – bukit.

pada anak di antaranya adalah anak

Selain itu saat merawat anak dengan LLA

menjadi lebih mudah marah, mengamuk

orangtua menghadapi stressor yang lain.

dan minta semua kemauan dipenuhi. Hal

Diantaranya adalah reaksi sibling dari

ini diwakili dalam pernyataan partisipan:

81

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

“Riyin niku bocah niki..kadose sabar (dulu itu

Berbagai alasan orang tua bertahan

anak ini sepertinya sabar), trus mulai

dengan pengobatan dapat dilihat pada

kemoterapi niku(itu) nganu, nopo niki(apa itu),

Tabel 2 di bawah.

emosine

tidak

marah..segala

terkontrol,

sering

marah-

keinginane pengine...”(bapak:

PEMBAHASAN
Penyakit

segera) (R8b)

kronis

merupakan

kejadian

hidup yang dapat menjadi stresor bagi
Orang

tua

perawatan

mengatasi
dengan

hambatan

keluarga.

Stresor

tersebut

memicu

memanfaatkan

munculnya respon stres yang dapat

dukungan eksternal. . Orang tua mencari

dijelaskan dengan respon kehilangan oleh

sumber dukungan baru dengan mencari

Martocchio (1985 dalam Kozier, 2004)

bantuan dana, tambahan penghasilan,

dan Kubler-Ross (1969 dalam Kozier et

menjual barang atau ke donatur.

al., 2004).

Modifikasi sumber dukungan dilakukan

Motivasi orangtua agar anak sembuh

dengan memanfaatkan fasilitas yang dapat

sejalan dengan penelitian Walraven et al

dijangkau dengan carter mobil, menginap

(2012)bahwa

di kos dan naik ojek atau taksi serta

menggambarkan

mengendalikan biaya dengan mencari

muncul dalam rentang waktu 2 minggu

alternatif obat atau tempat menginap

sampai dengan 4 bulan, tergantung

yang

kondisi yang dihadapi oleh orang tua, dan

lebih

perawatan

murah.
anak

Strategi

dilakukan

peran
dengan

respon

partisipan

anak

respon

terhadap

mulai
menerima

pengobatan.

pengalihan peran, misalnya pengalihan

Sebanyak 7 partisipan menggambarkan

tugas perawatan anak yang sehat oleh

bahwa mereka melampaui masa-masa

anggota keluarga lain, pengalihan tugas

sulit setelah 2 sampai 4 bulan fase

mencari nafkah kepada anggota keluarga

pengobatan awal. Hal ini dipengaruhi

lain sertapengambilalihan tugas rumah

prosedur protokol LLA yang digunakan

tangga oleh suami dari istri. Strategi

di

terakhir

strategi

pengobatan, misalnya adalah kemoterapi

spiritualitas dengan berdoa atau teknis

(secara oral,intravena maupun intratekal),

ibadah

dan anak yang harus lebih sering di rawat

adalah
lain

sesuai

yasinan,tahlilan).

dengan
agama

(sholat,

rumah

sakit

pada

bulan

awal

inap serta aktivitas perawatan orang tua

82

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

yang lebih intensif sebagai akibat respon

yang muncul pada anak saat kemoterapi.

Tabel 2. Alasan Orang Tua Bertahan Dengan Pengobatan (n=8)
Sub Tema
Harapan
Keyakinan
Pengaruh Kelompok sesama penderita
Tidak ingin mengalami kejadian traumatis

Kategori
Ingin anak sembuh
Yakin dengan pengobatan medis
Yakin LLA dapat disembuhkan
Motivasi sesama penderita
Tidak ingin kehilangan

%
100
100
62.5
37,5
37,5

Jawaban partisipan bisa lebih dari satu

Dyer, 2004; Tugade & Fredrickson,

Pengobatan LLA berada dalam rentang

2004; McGee ,2006 dalam Zander et al.,

waktu minimal 2-2,5 tahun tergantung

2013).

kondisi yang dihadapi oleh anak dan

kemampuan untuk pulih dari stres dan

kriteria LLA yang diderita. Seluruh

krisis, kapasitas untuk bersikap optimis,

partisipan

memecahkan masalah, memiliki sumber

menggambarkan

bahwa

Ketahanan

menyiratkan

motivasi terkuat untuk terus melakukan

daya,

pengobatan adalah adanya keinginan agar

pendukung perawatan (Hanson et al.,

anak sembuh dan dapat kembali kepada

2005).

dan

mengembangkan

sistem

situasi sebelum sakit. Harapan merupakan
salah satu motivasi positif yang dapat

Keyakinan terbagi menjadi dua kategori,

melahirkan sifat optimis. Menurut Fayed

yaitu yakin dengan pengobatan medis dan

et al (2010), sifat optimis yang dimiliki

yakin bahwa LLA dapat disembuhkan.

oleh orang tua dengan anak menderita

Seluruh

kanker mampu memberikan ketahanan

pengobatan medis. Sebanyak 5 partisipan

terhadap stresor kehidupan termasuk

yakin bahwa LLA dapat disembuhkan

kanker yang diderita oleh anak.

asalkan berusaha dan merawat anak

partisipan

yakin

dengan

dengan baik.Partisipan menggambarkan
Berdasarkan

teori

resiliensi

stres,

adanya

pengaruh

kelompok

sesama

ketahanan tidak hanya dilihat sebagai

penderita dalam berinteraksi di rumah

pandangan optimis terhadap kehidupan,

maupun di rumah sakit selama menjalani

tetapi juga kemampuan untuk mengalami

perawatan,

perubahan pribadi yang memungkinkan

dengan saling berbagi pengalaman positif

orang untuk berkembang dan bertahan

dan

hidup dari pengalaman negatif (Tusaie &

termotivasi

keterbukaan

memberikan
ketika

komunikasi

motivasi.
ada

Mereka
sharing

83

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

pengalaman dan motivasi dengan sesama
penderita LLA yang sudah sembuh
sehingga menjadi bersemangat untuk
melakukan pengobatan terhadap anak.
Alasan terakhir adalah orang tua tidak
ingin

mengalami

kejadian

traumatis.

Perasaan tidak ingin kehilangan anak atau
anak meninggal ini menimbulkan ekspresi

Keterbatasan Aksesibilitas Pelayanan
Kesehatan
Penyakit kronis juga merupakan kondisi
yang

mengakibatkan

beban

karena

lamanya perawatan dan tingginya biaya
pengobatan yang harus ditanggung oleh
individu dan keluarga (Friedman, Bowden
& Jones, 2010; Gruire, Anderson, Talley
& Crew,2007).

kasih sayang dari orang tua dalam bentuk
upaya untuk tetap berobat meskipun
banyak kesulitan yang dihadapi.

Sebanyak

4

keluarga

berasal

dari

Kabupaten Gunung Kidul sedangkan
4 keluarga lainnya berasal dari Kabupaten

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Kusumawati (2006),
bahwa faktor yang paling dominan dalam
kepatuhan terhadap kemoterapi pada
pasien LLA adalah dukungan keluarga,
sedangkan dalam penelitian ini harapan
orang

tua agar anak sembuh

dan

keyakinan terhadap pengobatan medis
muncul pada mayoritas partisipan.

Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Kota
Yogyakarta. Menurut Suryatmojo (2006),
permasalahan yang muncul pada daerah
karst di Gunung Kidul adalah kekeringan,
kekurangan air, kualitas sumber daya air,
rendahnya pendapatan, kemiskinan serta
kurangnya sarana dan prasarana yang
tersedia. Lebih lanjut, kondisi alam yang
berbukit – bukit menyulitkan akses untuk
ke luar daerah.

Perbedaan ini kemungkinan disebabkan
oleh metode yang dilakukan dalam
penelitian ini yang menggunakan metode
penelitian
kemungkinan

kualitatif,

selain

itu

faktor

sampel

juga

mempengaruhi karena pada penelitian ini
partisipan berasal dari kategori keluarga
miskin.

Seluruh ibu dari pasien adalah ibu rumah
tangga. Semua partisipan mengeluhkan
tentang

kendala

dikeluarkan

untuk

dana

yang

pengobatan

harus
anak

sementara 6 diantaranya (ayah) menjadi
tidak bekerja karena waktunya digunakan
untuk ikut merawat anak selama di rumah
sakit. Perubahan status pekerjaan ini
mengakibatkan terbatasnya sumber dana
yang dimiliki sehingga orang tua harus

84

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

berusaha untuk mencari sumber dana

sebesar

baru. Alternatif pilihan yang dituju orang

masyarakat melakukan pembiayaan untuk

tua untuk mencari sumber dana baru

rawat inap dengan membayar sendiri

tersebut

(Balitbangkes, 2008).

diantaranya

adalah

yayasan

29%,

yang

berarti

71%

sosial, media cetak yang menyediakan
sumbangan

dari

donatur,

mencari

Akumulasi biaya yang harus dibayarkan di

langsung donatur dari masyarakat atau

luar biaya asuransi inilah yang membuat

pelanggan dari pekerjaan sebelumnya

biaya perawatan anak semakin besar.

serta program jaminan kesehatan yang

Sebanyak 6 partisipan menyampaikan

dimiliki pemerintah misalnya program

bahwa

jaminan

masyarakat

dikeluarkan oleh orang tua diluar biaya

(Jamkesmas), jaminan kesehatan kota

yang ditanggung oleh pemerintah dan

(Jamkesta), dan jaminan kesejahteraan

kebutuhan akomodasi serta transportasi

sosial (Jamkesos).

sampai dengan maintenance tahun ke II

kesehatan

keseluruhan

memperkirakan

biaya

biaya

yang

yang

harus

Waktu pengobatan LLA yang lama

dikeluarkan 30-50 juta, 1 partisipan > 50

membuat keluarga semakin mengalami

juta karena lebih sering menyewa taksi

kesulitan finansial karena orang tua harus

setelah kemoterapi, dengan alasan fisik

berkali – kali ke rumah sakit sehingga

anak tidak kuat jika menggunakan bus,

otomatis

biaya

meningkat.

Persepsi

akomodasi

juga

dan menuruti kemauan anak untuk

mahalnya

biaya

membeli makanan di luar rumah sakit

dikeluarkan

atau mainan yang jumlahnya tidak sedikit.

terutama pada tahun pertama dikarenakan

Satu partisipan lain yang telah mencapai

ketiadaan jaminan kesehatan saat awal

minggu terakhir maintenance tahun II

sakit atau riwayat pernah dirawat di RS

mencapai > 200 juta rupiah

lain

alasan

pengobatan

yang

sebelumnya.

harus

Keterbatasan

dana

lebih

sering

mencari

dengan
obat

membuat 3 partisipan terpaksa menunda

tambahan yang berkualitas dengan tidak

pengobatan pada awal sakit sampai

mempedulikan harga agar anak lekas

mendapatkan

sembuh, serta adanya infeksi paru yang

kesehatan
Riskesdas

biaya

atau

jaminan

dari pemerintah.

Menurut

tahun

2007

sumber

pembiayaan untuk pemanfaatan asuransi
dari pemerintah maupun swasta adalah

berkepanjangan
mengeluarkan
tambahan.

sehingga
biaya

harus

pengobatan

85

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

tingkat stres yang dimiliki oleh orang tua,
Stresor yang dihadapi orang tua

maka semakin rendah hasil capaian

Stresor yang dihadapi oleh orang tua

kesehatan yang didapatkan oleh anak.

adalah

reaksi

sibling,

efek

samping

kemoterapi (perubahan fisik maupun

Orang tua sudah mendapatkan penjelasan

emosional), ancaman kematian akibat

pada saat informed concent tentang berbagai

penyakit dan ketidakstabilan kondisi fisik

macam efek samping kemoterapi yang

anak.Reaksi

ditunjukkan

akan dialami anak , mulai dari perubahan

kepada orang tua diantaranya adalah

kondisi fisik sampai pada perubahan

perasaan iri dari saudara kandung dan

emosi meskipun sudah mendapatkan

adanya

penjelasan dari petugas kesehatan. Semua

sibling

respon

yang

konflik

(bertengkar)

dengan pasien. Perasaan iri dari saudara

anak mengalami perubahan

kandung pasien ini muncul karena anak

setelah kemoterapi dalam bentuk mudah

merasa

perhatian

marah, mengamuk dan minta semua

selama orang tua merawat anak yang

kemauan dituruti. Hal ini sejalan dengan

sakit. Sejalan dengan peneltian Ballard

yang

(2004) orang tua merasakan dukungan

Sitaresmi, et al (2009) bahwa efek samping

yang diberikan untuk saudara kandung

yang paling banyak dilaporkan oleh orang

dari orang tua kurang adekuat selama

tua akibat kemoterapi adalah perubahan

orang tua merawat anak dengan kanker.

perilaku.

kurang

mendapat

diungkapkan

emosional

dalam

penelitian

Mendukung hal ini, Anggraeni (2012)
mengungkapkan dengan adanya anak

Perubahan emosional anak pada saat sakit

yang sakit maka perhatian orang tua akan

membuat orang tua kewalahan dan

lebih fokus kepada anak yang sakit

cenderung

sehingga mengakibatkan respon cemburu

Ketika harus menuruti kemauan anak

pada saudara kandung.

yang bersifat materi (misalkan mainan)
yang

tidak

menuruti

kemauan

terjangkau

oleh

anak.

kondisi

Efek samping yang dihadapi oleh anak

keuangan pada saat itu maka akan

selama kemoterapi menimbulkan stres

menjadi burden bagi caregiver.

tersendiri bagi orang tua. Dari hasil

(2004) menyatakan bahwa walaupun

penelitian

sebagian

Wolfen-christensen

(2010)

caregiver

yang

Kozier
memiliki

terhadap orang tua yang memiliki anak

pengetahuan merawat anggota keluarga

dengan kanker didapatkan semakin tinggi

dapat memberikan pengaruh positif,

86

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

namun di lain pihak tidak sedikit caregiver

(1988), keluarga adalah sebuah sistem

yang

peran

yang dibentuk oleh individu dalam

(caregiver role strain) ketika menghadapi

keluarga sebagai komponennya dan pusat

beban fisik, emosional, sosial maupun

dari sistem adalah keluarga itu sendiri

materi.

(VanBreda, 2001). Keluarga yang berada

mengalami

ketegangan

pada situasi tekanan akibat penyakit
Ketidakstabilan kondisi fisik pada anak

kronis anggota keluarga, kondisi sosial

yang ditunjukkan dengan keadaan anak

ekonomi

yang lebih mudah sakit atau lebih mudah

dukungan instrumental yang dimiliki

terkena

harus mampu membawa keluarganya

infeksi

mengakibatkan

atau

ketidakseimbangan

kekhawatiran orang tua. Stresor yang lain

keluar

adalah adanya ancaman kematian akibat

memanfaatkan dukungan agar mampu

penyakit. Dalam penelitian ini, stresor

beradaptasi (Lee et al., 2004).

dari

situasi

tersebut

dan

tentang kematian lebih banyak muncul
dari lingkungan eksternal yaitu ketika

Dalam penelitian ini, orangtua mengatasi

mendengar pasien yang lain relapse atau

hambatan selama pengobatan dengan

meninggal sehingga orang tua merasa

memanfaatkan dukungan dari eksternal.

harus siap sewaktu – waktu jika anak

Strategi pertama adalah mencari sumber

meninggal akibat dampak buruk dari

dukungan dengan mencari sumber dana

penyakit.

baru. Partisipan mengupayakan bantuan
dana donator, baik secara langsung

Memanfaatkan
dukungan
dari
eksternal
Menurut Hanson, Duff & Kaakinen
(2005),

definisi

keluarga

dinyatakan

sebagai berikut:”Family” refers to two or more
individuals who depend on one another for
emotional, physical, and economical support. The
members of the family are self- defined”.
Keluarga merupakan gabungan individu
yang

tinggal bersama terus menerus,

saling berbagi tanggung jawab dan tugas
(West et al., 2011). Berdasarkan teori
resiliensi stres McCubbin & McCubbin

maupun melalui pihak ketiga, ke instansi
pemerintah untuk mendapatkan bantuan
program dana dan mencari tambahan
penghasilan

diluar

pekerjaan

pokok.

Meskipun ada satu partisipan ibu yang
membantu mencarikan tambahan biaya
untuk anak, tanggung jawab tindakan
mencari sumber dukungan dana lebih
banyak dilakukan oleh ayah, karena ibu
lebih banyak merawat anak selama sakit.
Selain itu, tugas mencari nafkah juga
terkait

dengan

budaya

paternalistik,

87

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

karena semua partisipan ayah berasal dari

sakit yang lebih dekat dengan anak

Jawa.

(Daniel et al., 2013).

Strategi

kedua

sumber

adalah

memodifikasi

dukungan.

Dengan

memanfaatkan
dijangkau

fasilitas

untuk

yang

mengatasi

dapat

Keluarga

menghadapi

dengan

situasi

krisis

mekanisme adaptasi melalui

perubahan

struktur

dalam

keluarga

masalah

meliputi perubahan peran dan atau

transportasi, misalnya dengan mencari

melibatkan sumber dukungan dari luar

transportasi

sistem (Friedman et al., 2012). Dalam

pengganti

agar

dapat

menjangkau rute yang harus ditempuh di

penelitian

wilayah lokal (dengan ojek motor).

perubahan peran dan melibatkan sumber

Modifikasi

adalah

dukungan dari anggota keluarga yang lain

mengendalikan biaya dengan mencari

dengan pengalihan tugas perawatan anak

alternatif yang lebih murah, misalkan

yang sehat oleh anggota keluarga lain

menginap di yayasan kanker atau di

(nenek, kakek, saudara kandung yang

selasar rumah sakit, membeli obat yang

lebih tua), pengalihan tugas ayah untuk

lebih murah di apotek atau obat herbal

mencari nafkah selama anak dirawat di

yang lebih murah. Membeli obat yang

rumah sakit (digantikan oleh keponakan,

lebih murah sesuai dengan penelitian

adik) dan pengalihan tugas rumah tangga

yang dilakukan oleh Kartika (2013) di

oleh anggota keluarga lain. Pada dasarnya,

Jakarta pada penderita penyakit kronis

kondisi pengalihan peran ini dilakukan

untuk mengatasi permasalahan biaya yang

sebagai upaya untuk mempertahankan

dihadapi.

keseimbangan struktur keluarga.

Strategi lainnya sejalan dengan penelitian

Strategi

yang dilakukan di Australia pada anak

spiritualitas.

kanker.

bahwa penyakit yang diderita oleh anak

yang

Untuk

lain

mengatasi

masalah

ini,

orangtua

terakhir

mengalami

adalah

Orangtua

dengan

berpandangan

akomodasi, mereka menginap di yayasan

berasal

kanker,

menyembuhkan juga dengan memohon

akomodasi

pribadi

atau

dari

Tuhan,

maka

untuk

persewaan yang lebih dekat dengan

kepada

rumah sakit, penggunaan hotel atau motel

dilakukan

jika

tidak

misalnya berdoa, tahlilan atau yasinan

memungkinkan, atau tinggal di rumah

(bentuk ibadah untuk yang beragama

ruangan

kamar

yayasan

Tuhan/Allah.
dengan

Strategi

kegiatan

ini

agama

88

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Islam). Alasan tindakan ini adalah karena

sehingga menimbulkan perasaan tenang

merasakan kondisi anak yang lebih baik

dan nyaman. Dari penelitian Doolittle &

setelah berdoa serta sebagai bentuk usaha

Farell (2004) didapatkan hasil bahwa

untuk

kepercayaan terhadap adanya kekuatan

menyembuhkan

anak

sesuai

dengan agama yang diyakini.

yang lebih besar (kekuatan Tuhan) dan
kekuatan doa serta petunjuk agama yang

Orangtua

juga

adanya

didapat dalam kondisi kesulitan terbukti

perasaan lega atau senang ketika anaknya

berkorelasi secara negatif dengan kejadian

menjadi

depresi.

lebih

menyebutkan
baik

setelah

berdoa.

Tindakan berdoa dilakukan oleh beberapa
keluarga ketika menghadapi masalah

KESIMPULAN

karena mereka merasa mampu mencapai

1) Keluarga miskin yang merawat anak

tujuan yang diharapkan dengan berdoa.

dengan LLA mampu mencapai fase

Selain

maintenance

itu,

dengan

penghayatan

tahun

kedua

dengan

spiritualitas keluarga dapat memiliki sikap

optimisme dan keyakinan untuk

optimis (Black & Lobo, 2008). Hasil

kesembuhan

penelitian di Australia pada anak dan

segala sumber dukungan yang berasal

orangtua dengan kanker, aktivitas berdoa

dari eksternal. Sikap positif yang

dapat memberi manfaat, di antaranya

muncul

adalah timbulnya perasaan tenang dan

harapan agar anak sembuh dan

kondisi anak menjadi lebih baik dengan

keyakinan

rasa sakit yang berkurang (Heath et al.,

medis mampu menjadi

2012).

optimisme

Agama

dan kekuatan spiritual

juga

merupakan sumber koping yang penting
untuk

orang

tua

terhadap

berupa

pengobatan
pencetus

sehingga orang tua

memiliki

motivasi

bertahan

dengan

untuk

terus

pengobatan

meskipun ada kendala finansial.
2) Kekayaan sosial budaya sekaligus

melakukan tugas perawatan (Dupois,

sumber modal sosial seperti gotong

Tim-Epp, & Smale, 2004). Dengan

royong dan persaudaraan dalam

berdoa, seseorang akan lebih merasakan

sesama kelompok (self help group)

ketenangan dan relaksasi. Relaksasi stres

merupakan sumber dukungan yang

dengan doa dapat merangsang sekresi

unik dan penting bagi orang tua.

hormon

katekolamin

terus

dari

memanfaatkan

mampu

caregiver

agar

dan

dalam

tubuh

89

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Direkomendasikan
memanfaatkan

perawat
dan

mampu

Cutland. (2011). Your Group is Not

memfasilitasi

Alone:Handbook for New Childhood

sumber-sumber dukungan eksternal bagi

Cancer

orangtua. Pada penelitian mendatang

Developing Countries.

disarankan

mengembangkan

Foundation,especially

in

tentang

Daniel, G., Wakefield, C. E., Ryan, B.,

pengalaman anak saat pengobatan LLA

Fleming, C. A., Levett, N., & Cohn,

dengan konsep family centered care.

R. J. (2013). Accommodation in
pediatric

oncology:

parental

REFERENSI

experiences, preferences and unmet

Anderson, E. T., & Judith, M. (2011).

needs. Rural and Remote Health,

Community As A Partner : Theory And
Practice

in

Nursing

(6th

Ed.).

Philadelphia: Lippincot William &
Wilkins.

13(2),

1–13.

Retrieved

from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/23621328
Doolittle, B. R., & Farrell, M. (2004). The

Angelis, C. De, Pacheco, C., Lucchini, G.,

Association Between Spirituality

Arguello, M., Conter, V., Flores, A.,

and Depression in an Urban Clinic.

… Baez, F. (2012). The Experience

Journal Clinical Psychiatry, 6, 114–

in Nicaragua : Childhood Leukemia

118.

in Low Income Countries — The

Dupois, S. ., Tim-Epp, & Smale, B.

Main Cause of Late Diagnosis May

(2004). Caregiver of Persons With

Be “ Medical Delay ,” 2012(August

Dementia : Roles, experience, supports

2006). doi:10.1155/2012/129707

and

Anggraeni, L. D. (2012). Pengalaman
Saudara kandung (Sibling) dari Anak
yang Menderita Kanker. Universitas
Indonesia.

coping.

Murray

Alzheimer

Research and Education Program
University of Waterloo.
Fayed, N., Klassen, A. F., Dix, D.,
Klaassen, R., & Sung, L. (2011).

Ballard, K. L. (2004). Meeting the needs

Exploring Predictors of Optimism

of siblings of children with cancer.

Among Parents of Children with

Pediatric Nursing, 30(5), 394–401.

Cancer. Psycho-Oncology, 20(4), 411–

Retrieved

8. doi:10.1002/pon.1743

from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
med/15587532

Friedman, M. M., Bowden, V. R., &
Jones, E. G. (2003). Family Nursing:

90

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Research,Theory and Practice (5th Ed.).
New Jersey: Prentice Hall.

Kusumawati, D. (2006). Faktor Faktor
Yang Mempengaruhi Kepatuhan Orang

Friedman, M. M., Bowden, V. R., &

Tua dalam Pengobatan Kemoterapi

Jones, E. G. (2012). Buku Ajar

Anak Penderita Leukemia Limfoblastik

Keperawatan Keluarga:Riset,Teori dan

Akut di RSUP Sardjito Yogyakarta.

Praktek

Skripsi

(Family

Fakultas

Kedokteran

Nursing:Research,Theory and Practice).

Universitas Gadjah Mada. Universitas

(A. Y. Hamid, A. Sutarna, D.

Gadjah

Yulianti, & N. Herdina, Eds.) (edisi

Retrieved from infolib.ugm.ac.id

5.). Jakarta: EGC.

Mada,

Yogyakarta.

Sitaresmi, M. N., Mostert, S., Schook, R.

Goldzweig, G., Merims, S., Ganon, R.,

M., Sutaryo, & Veerman, A. J. P.

Peretz, T., & Baider, L. (2012).

(2010). Treatment Refusal and

Coping and distress among spouse

Abandonment in Childhood Acute

caregivers to older patients with

Lymphoblastic

cancer: An intricate path. Journal of

Indonesia : an Analysis of Causes

Geriatric Oncology, 3(4), 376–385.

and Consequences. Psycho-Oncology,

doi:10.1016/j.jgo.2012.07.003

19(361), 361–367.

Leukemia

in

Heath, J. a, Oh, L. J., Clarke, N. E., &

Smith, M., Greenberg, J., & Seltzer, M.

Wolfe, J. (2012). Complementary

(2007). Siblings of adults with

and Alternative Medicine Use in

schizophrenia: Expectations about

Children With Cancer at The End

future care giving roles. American

of Life. Journal of Palliative Medicine,

Journal of Orthopsychiatry, 77(1), 29–

15(11),

1218–1221.

doi:10.1089/jpm.2012.0150
Imbach, P., Kuhne, T., & Arceci, R.

37.
Suryatmojo, H. (2006). Strategi Pengelolaan
Sistem Karst di Kabupaten Gunung

(Eds.). (2004). Pediatric Oncology a

Kidul (pp. 1–12). Yogyakarta.

Comprehensive Guide. New York:

Svavarsdottir, E. K. (2005). Caring For A

Springer.
Kozier, B. (2004). Fundamental Of Nursing :

Child With Cancer: a Longitudinal
Perspective. Journal of Advanced
50(2),

153–161.

Concept, Process and Practice. (7th

Nursing,

Ed.). Upper Saddle River: Pearson

doi:10.1111/j.13652648.2005.03374

Education Inc.

.x

91

Jurnal Care Vol .5, No.1,Tahun 2017

Svavarsdottir, E. K., & Sigurdardottir, A.

Wolfe-christensen, C., Mullins, L. L.,

O. (2006). Developing a family-

Fedele, D. A., Rambo, P. L., &

level intervention for families of

Carpentier, M. Y. (2010). The

children

with

cancer.

Oncology

Relation of Caregiver Demand to

Nursing

Forum,

33(5),

983–90.

Adjustment Outcomes in Children

doi:10.1188/06.ONF.983-990

With Cancer : The Moderating Role

VanBreda, A. (2001). A Resiliency Theory :
Literature

Review.

Military

Psycological Institute South Africa,
South African.

of

Parenting

Stress,

108–124.

doi:10.1080/02739611003679881
Zander, M., Hutton, A., & King, L.
(2013). Exploring Resilience in

West, C., Usher, K., & Foster, K. (2011).

Paediatric Oncology Nursing Staff.
Collegian,

Model

doi:10.1016/j.colegn.2012.02.002

of

Chronic

Pain

Management. Collegian, 18(1), 3–10.
doi:10.1016/j.colegn.2010.08.004

20(1),

17–25.

Family Resilience: Towards a New