Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Jigsaw Learning Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri Kutowinangun 10 Kota Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2015/ 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

  Kajian teori yang akan diuraikan adalah kajian teori yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu mengenai model jigsaw dan hasil belajar IPA.

2.1.1 Jigsaw

  Berikut adalah uraian mengenai model jigsaw meliputi hakekat dan pengertian jigsaw serta langkah-langkah jigsaw.

2.1.1.1 Hakekat Jigsaw

  Pembelajaran dengan jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan- rekannya (1978:53) menyatakan bahwa jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana tiap siswa dalam kelompok memiliki satu potongan gambaran informasi khusus yang masing-masing berbeda, kemudia ia bertanggung jawab untuk mengajarkan kepada teman satu kelompoknya. Tipe pembelajaran jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan adanya kerjasama antar anggotanya untuk menyelesaikan suatu masalah. Penerapan jigsaw dalam proses pembelajaran dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga mereka terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok (Hosnan, 2013:248).

  Menurut Johnsons dalam Hosnan (2013: 249) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengetahuan belajar yang maksimal, baik pengalaman inndividu maupun pengalaman kelompok.

  Hosnan (2013:247) mengemukakan bahwa jigsaw adalah salah satu tipe kooperatif learning yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran. Tujuannya tidak lain adalah mencapai prestasi yang maksimal baik individu maupun kelompok.

  Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa jigsaw merupakan sebuah metode pembelajaran kooperatif yang terbagi dalam kelompok yang mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya.

2.1.1.2 Langkah Pembelajaran Jigsaw

  Tahapan pelaksanaan langkah-langkah model jigsaw menurut Trianto (2007:71) adalah sebagai berikut: a.

  Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok beranggotakan 5- 6 orang).

  b.

  Materi penjelasan diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

  c.

  Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi, maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.

  d.

  Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

  e.

  Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

  f.

  Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu. Terdapat beberapa aktivitas penting yang dilakukan dalam pembelajaran jigsaw menurut Slavin dalam Hosnan (2013: 249) yaitu: a.

  Membaca, siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.

  b.

  Diskusi kelompok ahli, siswa yang telah mendapat topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok (kelompok ahli) untuk mendiskusikan topic permasalahan tersebut.

  c.

  Laporan kelompok, ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan hasil diskusinya pada anggota kelompoknya masing- masing.

  d.

  Kuis, siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik permasalahn.

  e.

  Perhitungan skor kelompok dan penentuan penghargaan kelompok. Sementara itu Miftahul Huda (2013:29) mengemukakan langkah jigsaw sebagai berikut: a.

  Guru membagi topik pelajaran menjadi empat bagian/subtopik.

  Misalnya, topik tentang novel dibagi menjadi alur, tokoh, latar, dan tema.

  b.

  Sebelum subtopik-subtopik itu diberikan, guru memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Guru bisa menuliskan topik ini di papan tulis dan bertanya kepada siswa apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan bertanya dimaksudkan untuk mengaktifkan kemampuan siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.

  c.

  Siswa dibagi dalam kelompok berempat.

  d.

  Bagian/subtopik pertama diberikan pada siswa/anggota 1, sedangkan siswa/anggota 2 menerima bagian/subtopik yang kedua. Demikian seterusnya.

  e.

  Kemudian, siswa diminta membaca/mengerjakan bagian/subtopik f.

  Setelah selesai, siswa saling berdiskusi mengenai bagian/subtopik yang dibaca/dikerjakan masing-masing ersama rekan dari satu anggotanya.

  Dalam kegiatan ini, siswa melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.

  g.

  Khusus untuk kegiatan membaca, guru dapat membagi bagian-bagian sebuah cerita yang belum utuh kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian-bagian tersebut untuk memprekdisikan apa yang dikisahkan dalam cerita tersebut.

  h.

  Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik tersebut.

  Diskusi ini bisa dilakukan antar kelompok atau bersama seluruh siswa. Menurut Hosnan (2013: 224) langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw adalah sebagai berikut: a.

  Pilih materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian (segmen).

  b.

  Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada.

  c.

  Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi pelajaran yang berbeda-beda.

  d.

  Setiap kelompok mengirimkan anggota-anggotanya ke kelompok- kelompok lain untuk menyampaikan apa yang mereka pelajari di kelompok.

  e.

  Kembalikan ke suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

  f.

  Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi. Dari beberapa langkah yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, langkah-langkah model jigsaw dapat dimodifikasi sebagai berikut: a.

  Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (terdiri dari 4-6 orang) b.

  Siswa diberi sedikit pengenalan mengenai materi yang akan dibahas.

  c.

  Materi pelajaran dibagi menjadi subbab d.

  Setiap anggota kelompok mendapat subbab yang berbeda-beda.

  e.

  Anggota kelompok lain yang mendapat subbab sama bertemu dalam kelompok ahli dan mendiskusikannya.

  f.

  Setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mengajarkan kepada anggotanya.

2.1.2 Hasil Belajar IPA

  Berikut adalah uraian mengenai hasil belajar IPA meliputi hakekat hasil belajar, faktor yang mempengaruhi hasil belajar, dan IPA Sekolah Dasar.

2.1.1.1 Hakekat Hasil Belajar

  Setelah siswa belajar, siswa akan mendapat hasil belajar dari apa yang ia pelajari selama mengikuti kegiatan belajar. Menurut KBBI (2005), hasil belajar adalah penguasaaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan.

  Menurut Nana Sudjana (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Purwanto (2013) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilkaku disebabkan karena ia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar yang diperoleh dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses belajar mengajar untuk mencapai suatu kompetensi tertentu yang ditunjukkan dengan nilai tes maupun angka.

  2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

  Dalam pencapaian hasil belajar siswa, pasti terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Seperti yang di utarakan oleh Slameto (2010), bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  a. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar, antara lain faktor jasmaniah (kesehatan dam cacat yubuh), fakto psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan.

  b. Faktor eksternal,adalah faktor dari luar individu, antara lain faktor keluarga (cara mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,pengajaran dan waktu sekolah, standar pengajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah).

  2.1.2.3 IPA Sekolah Dasar

  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Permendiknas No.22 Tahun 2006).

  IPA merupakan mata pelajaran yang sudah diberikan pada siswa sekolah dasar, karena pelajaran ini mempelajari kehidupan yang dialami sehari-hari dalam setiap aktifitas.

  Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2013:136) IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala menurut Trianto (2013:136-137) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

  Salirawati (2008:21) mengemukakan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas/ khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengait antara cara satu dengan cara yang lainnya.

  IPA sangat penting diajarkan saat sekolah dasar untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini digunakan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti yang ada, dan mengembangkan cara berfikir ilmiah (Samatowa Usman : 2010). Dengan begini, siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk dapat menjelajahi alam sekitarnya yang ia dapat langsung dari pengalamannya. Namun juga tidak meninggalkan materi yang diberikan guru di kelas saat proses pelajaran.

  Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

  

inquiry ) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

  serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi). Hal ini sangat berkaitan dengan pembelajaran siswa yang lebih cenderung mudah ditangkap melalui pengalaman langsung.

  Salirawati mengemukakan pula bahwa pada hakikatnya IPA adalah sebagai berikut: a.

  Kumpulan pengetahuan (a body of knowledge). Hasil penemuan dari kegiatan kreatif ilmuan dikumpulkan menjadi kumpulan pengetahuan sesuai dengan bidang kajiannya misalnya fisika, biologi, kimia dan sebagainya.kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, b.

  Cara berpikir (a way of thinking). IPA ditandai dengan proses berpikir yang berlangsung dalam pikiran orang-orang dibidang itu.

  c.

  Cara penyelidikan (a way of investigating), memberikan ilustrasi tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menyusun pengetahuan. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mata pelajaran IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

  1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

  3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

  4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

  5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memlihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

  6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

  7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006 juga disebutkan ruang lingkup

  IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1.

  Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

  2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3.

  Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

  4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

  Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI adalah standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Adapun SK dan KD yang diambil dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 3 Semester I Kompetensi Dasar Standar Kompetensi

  2. Memahami kondisi lingkungan

  yang berpengaruh terhadap

  2.2 Mendeskripsikan kondisi lingkungan

kesehatan, dan upaya menjaga yang berpengaruh terhadap kesehatan

kesehatan lingkungan

  2.3 Menjelaskan cara menjaga kesehatan lingkungan sekitar (Permendiknas No. 22 tahun 2006)

2.2 Penelitian yang Relevan

  Sumarni. 2010. Penggunaan Model Jigsaw dan Penggunaan Media Benda Asli untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Pesawat Sederhana pada siswa Kelas 5 SDN Poncowarno, Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen 2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran jigsaw dan media asli kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan cepat mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa sebesar 52,17% dari siklus I ke siklus II; Mampu meningkatkan tanggung jawab belajar siswa sebesar 56,52% dari siklus I ke siklus II; Mampu memberikan tingkat penguasaan materi yang lebih baik pada hasil belajar dengan kenaikan ketuntasan belajar sebesar 34,78% dari siklus I ke

  Priyo, Dwi. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas VI SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2011/2012. Program Studi PSKGDJ-S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana. Penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 64 naik menjadi 82.5 sehingga terjadi peningkatan sebesar 18.5%. Dan ketuntasan belajar siswa yang pada kondisi awalnya hanya 36% menjadi 86% pada siklus 2. Saran dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pendidik khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat mengembangkan metode jigsaw dalam mengajar dan menambah pengetahuan, pemahaman materi yang akan diajarkan dan dapat memberikan manfaat pada Pendidikan Nasional pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar pada khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

  Kuwati, Arismi. 2010 . Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas V SDN 02 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, Sarjana Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh nilai rata-rata hasil prestasi belajar mengalami peningkatan.

  Pada siklus I nilai rata-rata perolehan hasil belajar IPA sebesar 65 dan persentase ketuntasan 50%, pada siklus II nilai rata-rata perolehan IPA sebesar 82 dan persentase ketuntasan 77%, dan pada siklus III nilai rata-rata perolehan IPA sebesar 83 dan persentase ketuntasan 87%. Pada observasi aktivitas siswa selalu megalami peningkatan persentase dari siklus I hingga siklus III. Pada siklus I rata-rata persentase 67% siklus II 76% siklus III 98%. Demikian juga dengan hasil observasi aktivitas guru mengalami peningkatan disetiap siklus. Pada siklus I diketahui penilian hasil observasi aktivitas guru sebesar 39, siklus II sebesar 43 , dan siklus III sebesar 47 . Respon siswa siklus I 73% siklus II 80% siklus 87%. Respon guru sangat baik terlihat siklus I-III guru berusaha dan aktif mencari diartikan bahwa penerapan model kooperatif tipe Jigsaw sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar siswa bidang studi IPA Di Kelas V SDN 02 Bulungkulon Kec Jekulo Kab Kudus. Dari hasil penelitan diperoleh simpulan bahwa penerapan model kooperatif tipe jigsaw sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar IPA Di Kelas V SDN 02 Bulungkulon Kec Jekulo Kab Kudus. Disarankan dapat dimanfaatkan sebagai masukan atau bahan pertimbangan guru khususnya pada mata pelajaran IPA bahwa pembelajaran model jigsaw perlu dikembangkan dan diterapkan, karena pembelajaran tersebut dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

2.3 Kerangka Berfikir

  Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran IPA kelas 3 SDN Kutowinangun 10 adalah kurang variatifnya pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa merasa bosan. Akibatnya hasil belajar siswa rendah. Presentasi ketuntasan siswa pada mata pelajaran IPA hanyalah sebesar 20% atau hanya 4 anak dari 19 siswa yang ada di kelas 3. Hal ini menunjukkan bahwa presentase ketuntasan siswa dalam kelas masih cukup rendah.

  Dengan model jigsaw, siswa diarahkan untuk lebih aktif dan ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Model jigsaw mengacu pada kerjasama individu dalam kelompok sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa dan memudahkan siswa untuk belajar tanpa rasa canggung, sehingga pertukaran informasi seputar materi pembelajaran akan lebih mudah dimengerti oleh siswa.

  Kelebihan yang dimiliki model jigsaw diantaranya meningkatkan kerjasama, interaksi dan kreativitas siswa untuk bertukar dan mengolah informasi akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori Teori Johnsons (1991: 27) yang juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif jigsaw yang menekankan kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengetahuan belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun

2.4 Hipotesis Tindakan

  Berdasar pada kerangka berfikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah penerapan model pembelajaran jigsaw diduga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA di SDN Kutowinangun 10 Salatiga.

Dokumen yang terkait

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Neg

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 0 25

Hasil Tes Formatif IPA Pra Tindakan Siswa Kelas 5 Semester II SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Ketuntasan Frekuensi (f) Persentase ()

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatig

0 0 82

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning Berbantuan Media Benda Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Kebonagung Semester II Tahun Pelajaran 2014

0 0 52

UPAYA PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN MEDIA BENDA KONKRET SISWA KELAS 5 SD NEGERI 1 KEBONAGUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 15