Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian pada Pemerintah Kabupaten Situbondo

  JIAP Vol. 4 No. 1, pp 41-49, 2018 © 2018 FIA UB. All right reserved

  ISSN 2302-2698 e-ISSN 2503-2887

Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP)

  

U R L :

Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian pada Pemerintah Kabupaten Situbondo a

  Tri Wahyudi a

  Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Indonesia

  I N F O R M A S I A R T IK E L A B S T R A C T

  Article history: This study aims to: (1) explain the consistency of agricultural sector strategic Dikirim tanggal: 03 Januari 2018 planning in Situbondo; (2) explain the role of each local actors in the effort to Revisi pertama tanggal: 08 Maret 2018 formulate a consistent agricultural strategic planning document. Based on data and Diterima tanggal: 18 April 2018 data analysis, this research concludes that the consistency level of strategic Tersedia online tanggal: 27 April 2018 planning document of agricultural sector in Situbondo Regency is very good but there are still 33,33% priority program in RPJMD/ Middle Range Work Plans which is not referenced by program of strategic planning document and there are 30% of activity in strategic planning document year 2017 not referenced by

  Keywords: consistency, strategic Renja/Annual Work Plans year 2017. Some important efforts that have been made planning, local acotr by local government actors to produce a consistent Agricultural Strategic Planning document are: Synchronizing between RPJMD and Agricultural Strategic Planning document; Coordinating between BAPPEDA/Local Planning Department and Dinas TPHP/Food Crops, Horticulture and Plantation Department; Assessing the consistency of the Strategic Plan consisting of consistency on targets, programs and activities , performance indicators and activities and indicative strategic ceilings.

  INTISARI

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan konsistensi perencanaan strategis sektor pertanian pada pemerintah Kabupaten Situbondo; (2) menjelaskan peran masing-masing aktor daerah dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis (strategic planning) sektor pertanian yang konsisten. Berdasarkan data dan analisis data, penelitian ini mendapat kesimpulan bahwa tingkat konsistensi dokumen perencanaan strategis sektor pertanian di Kabupaten Situbondo sudah sangat baik tetapi masih terdapat 33,33% program prioritas pada RPJMD yang tidak diacu dokumen Renstra dan terdapat 30% kegiatan pada Renstra tahun 2017 yang tidak diacu oleh Renja tahun 2017. Beberapa upaya penting yang telah dilakukan aktor pemerintah untuk menghasilkan dokumen Renstra yang konsisten antara lain melakukan sinkronisasi dokumen Renstra dan dokumen RPJMD, koordinasi antara BAPPEDA dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, menilai konsistensi Renstra yang meliputi konsistensi sasaran, program dan kegiatan, indikator kinerja dan kegiatan dan pagu indikatif renstra.

  2018 FIA UB. All rights reserved.

  ———  Corresponding author. Tel.: +62-823-3257-7097; e-mail: [email protected]

  2015, laju pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian maupun 1.

   Pendahuluan

  produktivitas (rasio antara produksi dan luas panen) Pemerintah Kabupaten Situbondo adalah salah satu tanaman pangan (padi sawah, padi ladang, jagung dan daerah yang merupakan daerah yang tergolong daerah kedelai) Tahun 2011-2015 sebagai produk unggulan tertinggal di Provinsi Jawa Timur. Sebagaimana yang sektor pertanian di Kabupaten Situbondo tidak disebutkan dalam Lampiran Peraturan Presiden Nomor menampakkan tren yang meningkat. Capaian 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal pembangunan sektor pertanian Tahun 2011-2015 Tahun 2015-2019 di Jawa Timur terdapat empat sebagaimana tersaji pada gambar 1, 2, 3, 4 dan 5. kabupaten yang tergolong daerah tertinggal yaitu: (1) Kabupaten Bondowoso; (2) Kabupaten Situbondo; (3) Kabupaten Bangkalan; dan (4) Kabupaten Sampang.

  Tingginya angka kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan indikator yang menjadi titik lemah Kabupaten Situbondo. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan di Kabupaten Situbondo menurut Badan Pusat Statistik (2016) pada tahun 2014 mencapai 87.670 jiwa atau 13,15% dari total penduduk. Sedangkan warga yang tergolong prasejahtera (yang tidak memenuhi salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs)) di

  Gambar 1 Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Situbondo adalah 67.880 keluarga atau

  Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2015 28,82% dari total 235.547 keluarga di Kabupaten

  Sumber: Hasil Analisis, 2017 Situbondo. Kondisi Keluarga pra sejahtera ini tersebar pada semua kecamatan di Kabupaten Situbondo.

  Fenomena tingkat kemiskinan dan keluarga pra- sejahtera tersebut semakin diperparah oleh rendahnya tingkat pendidikan terutama tingkat pendidikan pada penduduk penggerak perekonomian lokal atau penduduk dengan dengan usia 15 tahun ke atas. Data dari Badan Pusat Statistik (2016) menjelaskan bahwa dari 364.834 jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas sebanyak 284.740 atau sekitar 78 % jenjang pendidikan tertingginya adalah tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau di bawahnya.

  Ditengah situasi problematis tersebut Kabupaten Gambar 2 Peran Sektoral Sektor Pertanian pada PDRB

  Situbondo sebenarnya memiliki potensi beberapa sektor Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2015 (%) basis yang dapat dioptimalkan guna meningkatkan

  Sumber: Hasil Analisis, 2017 perekonomian daerah. Salah satu sektor basis yang perlu mendapat perhatian adalah sektor pertanian. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tahun 2011-2015 memiliki peran sektoral tertinggi pada PDRB Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 33,85% dimana sub sektor tanaman pangan menjadi penyumbang PDRB tertinggi pada sektor tersebut. Peran sektoral sub sektor tanaman pangan memiliki rata-rata peran sektoral tertinggi pada tahun 2011-2015 sebesar 10,42%, diikuti dengan perikanan 8,29% dan perkebunan sebesar 8,26%. Peran masing-masing sektor pada PDRB kabupaten situbondo tahun 2011-2015 tersebut sebagaimana disajikan pada gambar 1.

  Gambar 3 Produktivitas (Rasio antara produksi dan luas Besarnya potensi sumber daya alam pertanian panen) Padi Sawah Kabupaten Situbondo tersebut masih belum terkelola dengan baik, berdasarkan

  Tahun 2011-2015 capaian pembangunan sektor pertanian Tahun 2011- Sumber: Hasil Analisis, 2017 Beberapa penelitian menunjukkan inkonsistensi pada dokumen perencanaan dapat menyebabkan: (1) buruknya siklus sebuah perencanaan; (2) rendahnya pencapaian target kinerja; dan (3) buruknya efisiensi dan efektivitas pelayanan publik (Darlina dkk, 2016; Osrinda dan Delis, 2016; Burin dkk, 2015).

  Dalam konteks perencanaan sektor pertanian didaerah, dokumen Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah yang menangani urusan pertanian adalah satu-satunya dokumen perencanaan strategis

  (strategic planning) sektor pertanian yang mengarahkan

  pembangunan sektor pertanian didaerah, sehingga Gambar 4 Produktivitas padi ladang Kabupaten konsistensi dokumen Renstra sangat diperlukan untuk

  Situbondo Tahun 2011-2015 mencapai tujuan-tujuan pembangunan sektor pertanian Sumber: Hasil Analisis, 2017 didaerah.

  Berangkat dari hal tersebut penelitian ini akan mempelajari fenomena konsistensi perencanaan strategis

  (strategic planning) pada kasus perencanaan daerah

  sektor pertanian di Kabupaten Situbondo dilihat dari konsistensi antara dokumen Rencana Strategis (Renstra) Perangkat daerah dengan dokumen perencanaan lainnya dan peran semua aktor daerah dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis (strategic planning) sektor pertanian yang konsisten.

  2. Teori

  Gambar 5 Produktivitas Jagung Kabupaten Situbondo Tahun 2011-2015

  2.1 Perencanaan dan Perencanaan Strategis

  Perencanaan adalah sebuah tindakan yang meliputi: Sumber: Hasil Analisis, 2017

  (1) Penetapan tujuan organisasi; (2) Perumusan cara guna meraih tujuan yang telah ditetapkan; dan (3) Salah satu yang patut dievaluasi dari belum

  Perumusan hirarki dari perencanaan yang telah optimalnya output sektor pertanian di Kabupaten dirumuskan untuk memudahkan dalam melakukan

  Situbondo adalah kualitas perencanaan khususnya integrasi dan koordinasi (Robbins, 1988; Daft and perencanaan sektor pertanian. Sebagaimana yang Marcic, 2015). dijelaskan oleh Zulkifli (2005:95); Robbins and Coulter

  Berdasarkan cakupannya (breadth of use ), (2007:38-39) perencanaan adalah: perencanaan terbagi menjadi dua yaitu: (1) Perencanaan

  Langkah pertama dan salah satu fungsi manajemen strategis (strategic plans), yaitu jenis perencanaan yang yang harus dilakukan pada sebuah organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dalam mengarahkan semua bagian dari organisasi dalam kontek pembangunan. usahanya mencapai tujuan organisasi. Perencanaan Dwijowijoto (2003:67) menjelaskan perencanaan strategis adalah dasar dari perencanaan taktis/ adalah: operasional/ fungsional (tactical/ operational/ functional

  Kegiatan utama dari sebuah pembangunan plans ); dan (2) Tactical/operational plans, yaitu jenis dikarenakan sebuah produk perencanaan perencanaan yang lebih spesifik dan detail mengenai pembangunan menentukan arah, prioritas dan bagaimana segala tujuan dapat dicapai. strategi pembangunan.

  Lebih khusus Donnelly, et all (1981) menjelaskan Menurut Caiden dan Wildavsky (1974:275) Sebuah

  Perencanaan strategic sebagai: “A planning processs perencanaan yang baik adalah:

  which deals with long-range goals, selection of

  Perencanaan yang konsisten, baik konsisten secara

  activities to achieve those goals, and the allocation of

  vertikal (konsisten pada kebijakan tunggal pada

  resources to those activities” atau sebuah proses

  serangkaian periode waktu yang berlanjut di masa perencanaan yang berhubungan dengan: (1) Tujuan depan) maupun konsisten secara horizontal jangka panjang; (2) Pemilihan tindakan/ kegiatan guna (konsisten pada beberapa kebijakan pada saat mencapai tujuan; dan (3) Alokasi semua sumber daya bersamaan). untuk melakukan tindakan tersebut. Sedangkan Robbins

  (1988) menjelaskan perencanaan strategik (strategic

  3.1 Jenis Penelitian

   Peran aktor masyarakat, yaitu organisasi petani dan peran aktor swasta yaitu pengusaha yang bergerak pada produksi barang dan jasa pertanian dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis (strategic planning) yang konsisten.

  (strategic planning) yang konsisten; dan

   Peran aktor pemerintah daerah, yaitu aktor dari Bappeda dan aktor dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis

  (strategic planning) yang konsisten, dilihat dari:

  b) Peran masing-masing aktor daerah dalam upaya merumuskan dokumen perencanaan strategis

   Konsistensi antara program dan kegiatan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo tahun 2017 dengan program dan kegiatan Rencana Kerja (Renja) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo tahun 2017.

   Konsistensi antara rencana program dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo dengan program prioritas yang telah ditetapkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo; dan

  a) Konsistensi perencanaan strategis sektor pertanian pada pemerintah Kabupaten Situbondo, dilihat dari:

  Fokus penelitian ini, adalah sebagai berikut:

  3.2 Fokus Penelitian

  Penelitian tentang Konsistensi Perencanaan Strategis Sektor Pertanian Pada Pemerintah Daerah (Studi pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur) ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana konsistensi perencanaan strategis (strategic planning) adalah fenomena yang akan dipelajari sedangkan perencanaan daerah sektor pertanian di Kabupaten Situbondo adalah kasus yang di ambil.

  3. Metode Penelitian

  planning ) sebagai proses perencanaan yang dimulai dari

  Konsistensi horizontal membutuhkan pengetahuan yang sangat baik mengenai bagaimana beberapa kebijakan saling berinteraksi dan membutuhkan fleksibilitas yang tinggi untuk mengakomodir beberapa kebijakan.

  ) yang dapat memastikan keberlanjutannya; dan (2) Konsistensi horizontal, yaitu konsistensi yang berkaitan dengan merencanakan beberapa kebijakan yang akan dicapai dalam waktu yang bersamaan.

  regime

  Caiden and Wildavsky (1974) membagi konsistensi sebuah perencanaan menjadi dua: (1) Konsistensi vertikal, yaitu konsistensi yang berkaitan dengan merencanakan sebuah kebijakan tunggal yang akan dicapai melalui serangkaian waktu yang berlanjut di masa depan. Konsistensi vertikal membutuhkan keberlanjutan dan sebuah rezim yang kuat (powerfull

  Planning is good because it is systematic rather than random, efficient rather than wasteful, coordinated rather than helter-skelter, consistent rather than contradictory,.....rational rather than unreasonable.

  Konsisten (consistent) adalah salah satu dari ciri sebuah perencanaan yang baik. Sebagai sebuah tindakan rasional ciri sebuah perencanaan yang baik yaitu sistematis, efisien, terkoordinir, konsisten dan rasional, sebagaimana dijelaskan oleh Caiden and Wildavsky (1974: 275) bahwa

  Lebih lanjut lahirnya UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional (SPPN) mempertegas perencanaan strategis baik dari sisi definisi maupun dari sisi sistimatika perumusannya. Dalam UU No. 25 Tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa dokumen rencana strategis (Renstra) adalah dokumen perencanaan pada kementrian/ lembaga atau dokumen perencanaan pada perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Dokumen rencana strategis (Renstra) baik pada pemerintah pusat (Renstra Kementrian/ Lembaga) dan pemerintah daerah (Renstra SKPD) sebagaimana di jelaskan pada UU. No. 25 tahun 2004 pasal 6 memuat: (a) visi; (b) misi; (c) tujuan; (d) strategi; (e) kebijakan; dan (f) program dan kegiatan pembangunan.

  “Keleluasan otonomi mencakup pola kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi”.

  Perencanaan strategis pada pemerintah daerah digunakan di Indonesia sejak lahirnya UU. No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Nurmandi dan Purnomo, 2011). Pada penjelasan UU No 22 Tahun 1999 disebutkan bahwa

  2.2 Perencanaan Strategis pada Pemerintah Daerah di Indonesia

  menemukan misi dari sebuah organisasi dengan melakukan scanning lingkungan guna mengetahui peluang, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan organisasi sehingga sebuah organisasi lebih kompetitif.

2.3 Konsistensi Perencanaan

3.3 Analisis Data

  Setelah data telah disajikan dengan sempurna maka dilakukan pengambilan kesimpulan berdasar pada data yang telah tersaji. Kesimpulan dibangun guna menjelaskan fenomena perencanaan strategis

   Jumlah program/kegiatan yang konsisten_ Total program/kegiatan yang dibandingkan x100%

  11 program pada Renstra semuanya terimplementasi pada Renja (100%) dan hanya terdapat

  Tingkat konsistensi antara rencana program tahun 2017 pada Renstra Dinas TPHP dan rencana program Renja Tahun 2017 tergolong sangat baik, hal ini terlihat dari

  4.1.2 Konsistensi antara Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo dengan Dokumen Renja 2017

  Sumber: Hasil Analisis, 2017

  Gambar 6 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara Program Prioritas RPJMD dan Dokumen Renstra

  Berdasarkan matriks konsolidasi antara rencana program prioritas pembangunan urusan pertanian Tahun 2016-2021 pada RPJMD dan rencana program Dinas TPHP Tahun 2016-2021 pada Renstra. Renstra Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (Dinas TPHP) memiliki konsistensi sangat baik, yaitu sebesar 90,91% konsisten terhadap rencana program prioritas pada RPJMD (10 program dari 11 program) namun demikian terdapat 5 dari 15 program prioritas pada RPJMD atau 33,33% tidak diacu oleh dokumen Renstra. Tingkat konsistensi tersebut sebagaimana disajikan pada diagram vein pada gambar 6.

  4.1.1 Konsistensi antara Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Situbondo dengan Dokumen RPJMD

  4.1 Tingkat Konsistensi Dokumen Perencanaan Strategis Sektor Pertanian

  4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

  (strategic planning) pada kasus perencanaan daerah sektor pertanian di Kabupaten Situbondo.

  Conclusions)

  Penelitian ini menggunakan dua jenis analisis data yaitu: a) Matrik Konsolidasi antar Dokumen Perencanaan

  c) Pengambilan Kesimpulan (Drawing and Verifying

  Penyajian data adalah proses analisis data yang berupa penyajian data yang telah terorganisir dengan baik dan siap untuk dibahas dan disimpulkan. Penyajian data pada penelitian ini dapat berupa matrik (matrix), jaringan bagan (network display), gambar maupun text.

   Penyajian Data (Data Display)

  Kondensasi data adalah proses melakukan seleksi, pem-fokusan data, penyederhanaan, peringkasan dan transformasi data dari semua data yang diperoleh baik melalui observasi dokumen, catatatan/ rekaman wawancara dan peristiwa. Kondensasi data akan dilakukan sebelum pengumpulan data, selama pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data selesai sampai penelitian telah selesai dituangkan dalam naskah secara lengkap (final report).

  Model) (Miles, Huberman and Saldana, 2014):  Kondensasi Data (Data Condensation)

  b) Analisis Data Kualitatif Model Interaktif (Interactive

   20% - 39,9% : buruk  40% - 59,9% : sedang  60% - 79,9% : baik  80% - 100% : sangat baik

  : sangat buruk

   0%

  Berdasar pada persentase tingkat konsistensi tersebut tingkat konsistensinya dibagi dalam lima skala, yaitu:

  Persentase tingkat konsistensi dihitung dengan rumus: Tingkat konsistensi (%) =

  (MKDP) yang merupakan adaptasi dari Matrik Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran (MKPP) yang mengukur tingkat konsistensi antara perencanaan dan penganggaran. Fitry (2012) serta Osrinda dan Delis (2016) menjelaskan bahwa penyusunan MKPP dilakukan dengan melakukan integrasi antara dokumen perencanaan dan penganggaran. Matrik Konsolidasi antar Dokumen Perencanaan (MKDP) pada penelitian ini akan dilakukan dengan mengintegrasikan antara dokumen Rencana Strategis (Renstra) dengan dokumen RPJMD dan dokumen Rencana Kerja (Renja).

  • – 19,9%

  1 rencana program (8,34%) pada Renja Tahun 2017

  b) Adanya kebijakan top-down dari pusat yang turun yang tidak berpedoman pada Renstra Dinas TPHP ketika RPJMD dan Renstra telah selesai disusun; sebagaimana tersaji pada gambar 7.

  c) Adanya campur tangan Dewan Perwakilan Rakyat Kegiatan pada Renstra Dinas TPHP tahun 2017 Daerah (DPRD) melalui JASMAS; telah memiliki konsistensi yang baik yaitu sebesar 70% d) Kemampuan keuangan daerah; dan konsisten/ telah diacu oleh kegiatan pada Renstra Dinas e) Usulan-usulan baru dari elemen masyarakat yang TPHP tahun 2017 (42 kegiatan dari 51 kegiatan) belum tercantum pada dokumen Renstra. sedangkan sisanya yaitu 18 dari 60 kegiatan pada Kondisi rendahnya Sumber Daya Manusia dalam Renstra Tahun 2017 atau 30% tidak diacu oleh Renja sebuah proses perencanaan strategis di Kabupaten Tahun 2017, sebagaimana tersaji pada gambar 7. Situbondo akibat adanya pergeseran ataupun mutasi pegawai sangat erat kaitannya dengan permasalahan kepemimpinan yang menjadi penghambat proses perencanaan strategis pada lembaga pemerintah.

  Kepemimpinan yang lemah pada pemerintah daerah akan menyebabkan rendahnya konsistensi sebuah perencanaan strategis yang dihasilkan, hal ini dikarenakan konsistensi sebuah perencanaan strategis tergolong dalam konsistensi vertikal. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Caiden and Wildavsky (1974) bahwa sebuah konsistensi vertikal atau konsistensi sebuah kebijakan yang akan dilakukan pada serangkaian waktu yang berkelanjutan membutuhkan sebuah rezim yang

  Gambar 7 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara kuat (powerfull regime) dimana pemimpin dari sebuah Rencana Program Renstra Tahun 2017 dan Program rezim tersebut akan memastikan konsistensi dan

  Renja 2017 keberlanjutannya. Sumber: Hasil Analisis, 2017

  Faktor lemahnya kepemimpinan yang menjadi penghambat konsistensi perencanaan di daerah juga didukung oleh penelitian Burin, dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa komitmen yang berupa ketegasan dan konsistensi dari kepala daerah merupakan faktor pendukung dalam konsistensi perencanaan dan penganggaran didaerah selain faktor kualitas SDM aparatur dan faktor tingkat kelengkapan data dan informasi.

  Tim penyusun dokumen Renstra Dinas TPHP yang hanya beranggotakan pegawai internal Dinas TPHP juga mengakibatkan kurangnya keunggulan prespektif dan

  Gambar 8 Diagram Vein Tingkat Konsistensi antara kredibilitas tim penyusun Renstra. Allison and Kaye Kegiatan Renstra Tahun 2017 dan Kegiatan Renja

  (2005) menjelaskan pentingnya peran panitia perencana Tahun 2017 dalam penyusunan perencanaan strategis, panitia yang

  Sumber: Hasil Analisis, 2017 efektif memiliki keunggulan perspektif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan dan

4.2 Hambatan Konsistensi Perencanaan Strategis menambah kredibilitas proses perencanaan strategis.

  Sektor Pertanian

  Sebuah panitia perencana setidaknya beranggotakan: Berdasarkan hasil wawancara dengan informan

   Orang-orang yang visioner dan realistis;

   setidaknya terdapat lima hambatan dalam penyusunan Orang-orang memiliki kekuasaan informal yang dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman dihormati seluruh organisasi;

  Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang akan

   Terdiri dari beraneka ragam stakeholder yaitu

  mengakibatkan program dan kegiatan yang belum stakeholder internal dan eksternal; dan sepenuhnya diacu oleh dokumen dibawahnya, antara

   Orang-orang yang memiliki sikap bertanggungjawab

  lain: dalam penulisan sebuah dokumen perencanaan

  a) Rendahnya kualitas SDM perencana dikarenakan strategis. seringnya rolling personel pada perangkat daerah;

  Keberadaan aktor internal dan eksternal dalam sebuah tim penyusunan rencana strategis sangat diperlukan hal ini dikarenakan dalam proses perencanaan strategis terdapat penilaian akan lingkungan internal (internal enviromental assessment) dan lingkungan eksternal (external enviromental

  assessment ). Penilaian lingkungan eksternal pada proses

  Peran Bappeda yang sangat mempengaruhi tingkat konsistensi dokumen Renstra Dinas TPHP adalah tahap Penyusunan Rancangan Akhir Renstra dimana pada tahap ini BAPPEDA menentukan tingkat konsistensi dokumen Renstra.

  Berdasarkan fenomena dan informasi mengenai perencanaan strategis (strategic planning) di Kabupaten Situbondo dapat dirumuskan sebuah model ideal mengenai sebuah proses penyusunan dokumen Rencana Strategis (Renstra) sektor pertanian yang dapat meningkatkan konsistensi dari produk perencanaan dihasilkan.

  

4.4

Model Ideal Perencanaan Strategis Sektor Pertanian

  pembangunan pertanian; dan  Kegiatan yang direncanakan tepat sasaran.

   Dapat memberikan sumbangsih pemikiran

  setempat sehingga kegiatan lebih aspiratif dan terarah;

   Masyarakat lebih mengetahui kondisi lingkungan

  Dalam persepsi para informan dari aktor masyarakat keterlibatan mereka sangat penting dalam penyusunan dokumen Renstra Dinas TPHP dikarenakan:

  Aktor masyarakat dan swasta tidak dilibatkan dalam penyusunan dokumen Renstra Dinas TPHP Tahun 2016-2021, dari keterangan informan ketidakterlibatan aktor pemerintah dan masyarakat dikarenakan beberapa perwakilan dari masyarakat dan swasta telah dilibatkan dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Situbondo Tahun 2016-2021.

  konsistensi sasaran, program dan kegiatan, indikator kinerja dan kegiatan dan pagu indikatif renstra.

   Mengadakan Bimbingan Teknis;  Mengadakan asistensi;  Berkoordinasi dengan perencana OPD; dan  Menilai konsistensi Renstra yang meliputi

  Satuan organisasi yang berperan utama dalam melahirkan dokumen perencanaan strategis sektor pertanian yang konsisten adalah bidang ekonomi dan bidang litbang dan perencanaan yang telah melakukan upaya, antara lain sebagai berikut:

  b) Penyusunan rancangan akhir; dan c) Penetapan dokumen Renstra.

  perencanaan strategis disektor publik menurut Bryson (1988) berfungsi untuk melakukan eksplorasi lingkungan diluar organisasi guna meng-identifikasi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang akan dihadapi, penilaian ini dilakukan bersama semua pihak-pihak eksternal yang berkepentingan. Sedangkan penilaian internal digunakan untuk melakukan identifikasi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) pada organisasi yang mencakup

  a) Penyusunan rancangan;

  adalah aktor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) yang meliputi tahap:

  planning ) sektor pertanian di Kabupaten Situbondo

  Aktor pemerintah lain yang berperan dalam melahirkan dokumen perencanaan strategis (strategic

  dokumen RPJMD; dan  Melakukan asistensi dengan Bappeda.

   Membentuk tim penyusunan Renstra;  Mengikuti pelatihan penyusunan Renstra;  Melakukan sinkronisasi dokumen Renstra dan

  Satuan organisasi Dinas TPHP yang mempunyai peran dalam melahirkan dokumen Renstra yang konsisten adalah sub bidang penyusunan program yang telah melakukan upaya antara lain, sebagai berikut: Membuat bagan alir penyusunan Rentra;

  Peran Dinas TPHP yang sangat berpengaruh pada konsistensi dokumen Renstra, yaitu pada tahap Penyusunan Rancangan Renstra dimana pada tahap ini dilakukan sinkronisasi antara tabel 1 pada dokumen Renstra dengan bab 5 dan bab 7 pada dokumen RPJMD. Pada tahap penyusunan Renstra juga dilakukan sinkronisasi antara bab 5.1 pada dokumen Renstra dengan bab 8 pada dokumen RPJMD.

   Persiapan;  Penyusunan rancangan;  Penyusunan rancangan akhir; dan  Penetapan dokumen Renstra.

  Peran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) sebagai sector leader pertanian di Kabupaten Situbondo meliputi semua tahap perumusan Renstra, yaitu sebagai berikut:

  4.3 Peran Aktor Daerah dalam Upaya Merumuskan Dokumen Perencanaan Strategis (Strategic Planning) Sektor Pertanian yang Konsisten

   Sumber daya (inputs);  Strategi (process); dan  Kinerja (outputs).

  Adapun model ideal tersebut sebagaimana disajikan pada gambar 4.4 dibawah ini:

Gambar 4.4 Model Ideal Perencanaan Strategis Sektor Pertanian di Kabupaten Situbondo

  Sumber: Hasil Analisis 2017 5.

   Kesimpulan Daftar Pustaka

  Berdasarkan data dan analisis data, penelitian ini Allison, M. & Kaye J. (2005). Perencanaan Strategis mendapat kesimpulan bahwa tingkat konsistensi

  bagi Organisasi Nirlaba: Pedoman Praktis dan

  dokumen perencanaan strategis sektor pertanian di

  Buku Kerja, Diterjemahkan oleh Yayasan Obor

  Kabupaten Situbondo sudah sangat baik tetapi masih Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. terdapat 33,33% program prioritas pada RPJMD yang

  Badan Pusat Statistik. (2016). Kabupaten Situbondo tidak diacu dokumen Renstra dan terdapat 30% kegiatan . Situbondo: CV. Cahaya

  Dalam Angka 2016

  pada Renstra Tahun 2017 yang tidak diacu oleh Renja Mandiri. Tahun 2017.

  Bryson, JM. (1988). A Strategic Planning Process for Public and Non-profit Organizations. Long Range

  Beberapa upaya penting yang telah dilakukan aktor Planning, Vol. 21(1), pp.73-81. pemerintah untuk menghasilkan dokumen Renstra yang

  Burin, FD., Ananda CF. & Kaluge, D. (2015). Analisis konsisten antara lain melakukan sinkronisasi dokumen Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran

  Renstra dan dokumen RPJMD, koordinasi antara Daerah. Jurnal Ekonomi-Bisnis, Vol.6(2), pp.177-

  Bappeda dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan 190. Perkebunan, dengan Bappeda, menilai konsistensi

  Caiden, N. & Wildavsky, A. (1974). Planning and Renstra yang meliputi konsistensi sasaran, program dan

  Budgetting in Poor Countries . USA: The

  kegiatan, indikator kinerja dan kegiatan dan pagu Twentieth Century Fund, Inc. indikatif renstra. Keterlibatan aktor masyarakat dan

  Daft, Richard L. & Marcic, D. (2015). Understanding th swasta belum ada dalam penyusunan dokumen Rencana

  Management (9 ed.). Canada: Cengage Strategis sektor pertanian di Kabupaten Situbondo.

  Learning. Darlina, M., Yannizar., & Hodijah, S. (2016). Analisis Perencanaan dan Penganggaran Pada Dinas Pendidikan Provinsi Jambi. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah , Vol.

  3(4), pp.257-268. Donnelly, JH., Gibson, JL. & Ivacevich, JM. (1981). th

  Fundamentals of Management (4 ed.) . USA: Business Publications Inc.

  Dwijowijoto, RN. (2003). Reinventing Pembangunan:

  Menata Ulang Paradigma Pembangunan untuk Membangun Indonesia Baru dengan Keunggulan Global . Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

  Fitry, Ramadhiani. (2012). Analisis Konsistensi

  Perencanaan dan Penganggaran Bidang Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2010 . Tesis

  Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Nurmandi, A., dan Purnomo, E P. (2011). Making The

  Strategic Plan Work in Local Government: A Case Study of Strategic Plan Implementation in Yogyakarta Special Province (YSP). International

  Review of Public Administration , Vol. 16(2), pp.143-164.

  Miles, MB., Huberman AM., and Saldana, J. (2014).

  Qualititative Data Analysis: A Methods Sourcebook . Thousand Oaks, California: Sage

  Publication, Inc. Osrinda, Namira, & Delis, A. (2016). Analisis

  Konsistensi Perencanaan dan Penganggaran serta Implikasinya terhadap Capaian Target Kinerja pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Merangin. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah , Vol.

  3(3), pp.151-162. Robbins, Stephen P. (1988). Management Concepts and nd Applications (2 ed.) . USA: Prentice-Hall Inc.

  Robbins, Stephen P. & Coulter, M. (2007).

  Management . New Jersey: Pearson Education, Inc.

  Zulkifli, (2005). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen . Pekanbaru: UIR Press.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24