ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN
ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN WISHNU KURNIAWAN
LITERATUR
Kitab Undang – Undang Hukum Perusahaan ( Prof. Drs.
C.S.T. Kansil dan Christie S.T. Kansil, S.H., M.H.)
Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (I.G. Rai Widjaya,
S.H., MA)
Hukum Kepailitan (Hj. Rahayu Hartini, S.H., M.Si.)
Hukum Perusahaan Indonesia (Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H.)
PERTEMUAN 75 menit tutorial 50 menit pertanyaan 25 menit tanya jawab Evaluasi Penilaian Middle Test (UTS) 35% Final Test (UAS) 40% Tugas
20% Partisipasi 5 %
Badan Usaha Milik Negara
(Undang Undang Nomor 19 tahun 2003 / UU BUMN)
Pengertian BUMN
Adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya di miliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Poin Utama dari pengertian BUMN
adalah:1. Berbentuk suatu Badan Usaha.
2. Sebagian besar atau keseluruhan modal adalah milik negara.
3. Pemilikan modal melalui penyertaan secara langsung.
1. Berbentuk Badan Usaha
Bertujuan (tujuan BUMN) :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan negara pada khususnya.2. Mengejar keuntungan.
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
Batasan Dalam Pencapaian Tujuan
BUMN dalam mencapai maksud dan tujuannya tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan2. Sebagian besar atau keseluruhan modal adalah milik negara.
Modal secara keseluruhan adalah modal yang
dimiliki oleh perusahaan secara keseluruhan
adalah milik negara. Modal yang sebagian besar milik negara adalah modal perusahaan yang paling sedikit 51 %
3. Pemilikan modal melalui penyertaan secara langsung.
Penyertaan modal dalam rangka pendirian atau penyertaan ke dalam BUMN dan/atau perseroan terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh negara, diatur dengan Peraturan Pemerintah.
4. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Modal Perusahaan yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan tersebut bersumber dari: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Kapitalisasi Cadangan. Sumber lainnya.
Macam – macam BUMN Perusahaan Persero (disebut Persero).
Perusahaan Perseroan Terbuka (disebut Persero Terbuka).
Perusahaan Persero
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Pasal 1 angka 2 UU BUMN
Pendirian Persero
Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan yang terlebih dahulu menlalui kajian dari Menteri Teknis dan Menteri Keuangan
Pelaksanaan pendirian dilakukan oleh Menteri dengan memperhatikan kaidah – kaidah yang
terdapat di dalam peraturan perundang – undangan,
yang dalam hal ini berlaku ketentuan UU No. 1 Thn
1995 sebagaimana yang telah dirubah dengan UU No. 40 Thn 2007 tentang Perseroan Terbatas.Perusahaan Persero Terbuka adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang
melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang – undangan di bidang Pasar Modal. (Pasal 1
angka 3 UU BUMN) Ketentuan terhadap Perseroan Terbuka secara prinsip adalah sesuai dengan Perseroan Terbatas yang Go (Pasal 34 UU BUMN) Publik.
Ketentuan tentang Perusahaan Publik terdapat dalam
pasal 70 s/d pasal 84 Undang Undang Nomor 8 Tahun
Perusahaan Umum (PERUM)
adalah Badan Usaha Milik Negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
(Pasal 35 s/d Pasal 62 UU BUMN) Pendirian PERUM
Diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan setelah dikajibersama Menteri Teknis dan Menteri Keuangan.
Perum memperoleh status Badan Hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya.
Contoh PP Persero & Perum : PP Nomor 58 Tahun 2003 tentang Perusahaan Gas Negara
(persero)
PP Nomor 60 Tahun 2003 tentang Penyertaan Modal Perum
Damri (pesero terbuka) Kesimpulan :
Pendirian / pembentukan Badan Usaha Milik Negara adalah tunduk / berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Namun pelaksanaan pengelolaan Perusahaan berdasar sesuai dengan prinsip pengelolaan UU Perseroan Terbatas dan ketentuan yang berlaku dalam UU Pasar Modal.
Pengertian Badan Usaha Milik Daerah
adalah berdirinya semua perusahaan yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain oleh UU.
Pasal 2 UU BUMD
Poin utama dalam pengertian BUMD
a.Berbentuk Badan Usaha.
b.
Modal secara keseluruhan atau sebagian
adalah kekayaan daerah yang dipisahkan.
a. Berbentuk Badan Usaha.
adalah suatu kesatuan produksi yang bertujuan untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi menuju masyarakat yang adil dan makmur.
b. Modal secara keseluruhan atau sebagian adalah kekayaan daerah yang dipisahkan.
adalah modal yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah secara keseluruhan maupun sebagian adalah merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pasal 7 ayat (1) UU BUMD
Klasifikasi bentuk kekayaan daerah yang dipisahkan Apabila secara keseluruhan modal Perusahaan Daerah dari kekayaan satu daerah yang dipisahkan tidak terdiri atas saham.
Apabila modal Perusahaan Daerah secara keseluruhan terdiri atas kekayaan beberapa daerah yang dipisahkan, maka modal perusahaan
- – saham. tersebut terdiri atas saham
Apabila Perusahaan Daerah untuk sebagian terdiri dari kekayaan Daerah
- – yang dipisahkan maka modal perusahaan tersebut terdiri dari saham
Tujuan terbentuknya Perusahaan
Daerah
Turut serta menyelenggarakan pembangunan Daerah dalam bidang ekonomi nasional. Untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Menuju masyarakat yang adil dan makmur
Batasan pembentukan Perusahaan
Daerah
Untuk cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak di
Daerah yang bersangkutan diusahakan oleh Perusahaan Daerah yang
modalnya secara keseluruhan adalah kekayaan Daerah yang dipisahkan.(Pasal 5 UU BUMD dan Penjelasan Pasal 5 UU BUMD)
Pola pelaksanaan kegiatan usaha Perusahaan Daerah didirikan adalah
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di dalam negara Indonesia
(yang dalam hal ini adalah UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
BUMD sebagai Badan Usaha berbadan
hukum
Perusahaan Daerah (BUMD) didirikan berdasarkan Peraturan Daerah dengan kuasa dari UU Perusahaan Daerah (BUMD).
Peraturan Daerah dapat secara sah berlakunya setelah mendapat pengesahan oleh Instansi tingkat atasnya (Presiden untuk DKI Jakarta, Menteri Dalam Negeri untuk Pemerintahan tingkat Propinsi (Daerah tingkat I), dan Pembubaran BUMD
Pembubaran BUMD beserta penunjukan likuiditurnya ditetapkan dengan Peraturan Daerah oleh Daerah yang membentuk Perusahaan Daerah tersebut dengan melalui pengesahan instansi atasan Daerah yang bersangkutan.
Pengertian
Penggabungan (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan
yang lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar.
Peleburan (konsolidasi) adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh
dua atau lebih Perseroan untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan baru dan masing – masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.Ketentuan yang berlaku bagi penggabungan Perseroan Terbatas secara mutatis mutandis juga berlaku bagi peleburan Perseroan Akibat hukum terjadinya Penggabungan & Peleburan:
Aktiva dan pasiva Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri beralih karena hukum kepada Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil Peleburan.
Pemegang saham Perseroan yang menggabungkan atau meleburkan diri karena hukum menjadi pemegang saham Perseroan yang menerima Penggabungan atau Perseroan hasil peleburan. Kesimpulan: Pada dasarnya penggabungan & peleburan satu atau lebih
Perseroan Terbatas ke dalam suatu Peseroan akan mengakibatkan peralihan secara hukum dari segala hak – hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Perseroan Terbatas.
Rencana penggabungan atau peleburan Perseroan Terbatas ke dalam Perseroan yang lain tertuang dalam Rancangan Penggabungan atau Rancangan
Peleburan yang disusun secara bersama oleh Direksi Perseroan yang menggabungkan diri dengan Direksi dari Perseroan Rancangan penggabungan atau peleburan sekurang kurangnya harus memuat :
1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan yang akan melakukan penggabungan; 2.
- – masing Direksi Perseroan yang akan Alasan serta penjelasan masing melakukan penggabungan dan persyaratan penggabungan; 3.
Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil penggabungan;
4. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku Rancangan Penggabungan: 6.
Neraca proforma Perseroan yang menerima; 7. Penggabungan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia; 8.
Cara penyelesaian hak dan kewajiban Perseroan yang akan menggabungkan diri terhadap pihak ketiga;
9. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap penggabungan
Perseroan; 10.
Nama anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta gaji, honorarium dan tunjangan
bagi anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang menerima penggabungan; Rancangan Penggabungan: 13.
Kegiatan utama setiap Perseroan yang melakukan penggabungan dan perubahan yang terjadi selama tahun buku yang sedang berjalan; dan
14. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku
yang sedang berjalan yang mempengaruhi kegiatan Ringkasan Rancangan Penggabungan wajib diumumkan secara bersama oleh Direksi Perseroan, baik yang menerima penggabungan maupun yang menggabungkan diri, dalam 1 (satu) atau lebih surat kabar harian dan mengumumkan secara tertulis kepada seluruh karyawan yang akan melakukan penggabungan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebelum pemanggilan RUPS.
Pengambilalihan
Adalah pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan melalui Direksi Peseroan atau langsung dari pemegang saham dengan tidak mengindahkan dari ketentuan dan syarat berdirinya suatu Perseroan Terbatas.
Pasal 125 dan Penjelasan Pasal 125 UU PT Setiap pengambilalihan Perseroan wajib memperoleh persetujuan dari seluruh pemegang saham perseroan.
Setiap persetujuan pemegang saham harus diambil sesuai dengan kuorum kehadiran. RUPS disetujui oleh paling Poin dalam Pengambilalihan Pengambilalihan dilakukan oleh suatu badan – badan hukum maupun perseorangan.
Pengambilalihan dilakukan melalui pengambilalihan dari seluruh maupun sebagian besar saham.
Dalam hal pengambilalihan melalui Direksi, pihak yang akan mengambilalih
menyampaikan maksudnya untuk melakukan pengambilalihan kepada Direksi Perseroan yang akan mengambilalih. Dalam hal pengambilalihan dilakukan melalui Direksi, maka Direksi Perseroan yang akan diambilalih dengan persetujuan Komisaris wajib membuat rancangan
- – Rancangan pengambilalihan sekurang kurangnya memuat: 1.
Nama dan tempat kedudukan dari Perseroan yang akan mengambil alih dan yang akan diambil alih.
2. Alasan serta penjelasan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan mengambil alih.
3. Neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir dari semua perseroan yang akan melakukan pengambialihan.
4. Tata cara pengambialihan dan konversi saham dari Perseroan yang akan
- – Rancangan pengambilalihan sekurang kurangnya memuat: 5.
Jumlah saham yang akan diambilalih 6. Kesiapan pendanaan.
7. Neraca konsolidasi proforma Perseroan yang akan mengambialih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.
8. Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap
- – Rancangan pengambilalihan sekurang
kurangnya memuat: 10.
Perkiraan jangka panjang pelaksanaan pengambillihan , termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari pemegang saham kepada Direksi Perseroan.
11. Rancangan perubahan anggaran dasar Perseroan
Hal yang perlu diperhatikan dalam
Penggabungan, Peleburan, & Pengambialihan
adalah: Perseroan,pemegang saham minoritas, dan karyawan. Kreditor dan mitra usaha lainnya. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
KEPAILITAN
PARA PIHAK DALAM
HUKUM KEPAILITAN
Debitor Kreditor
Hakim Pengawas Kurator dan Balai Harta Peninggalan
Debitor
Orang yang mempunyai utang karena
perjanjian atau Undang Undang yang
pelunasannya dapat di tagih di muka
Pengadilan
Pasal 1 angka 3 Undang Undang Nomor 37
Kreditor
Orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau Undang Undang yang
dapat ditagih di muka Pengadilan
Pasal 1 angka 2 UUK
Hakim Pengawas
Hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit atau putusan penundaan kewajiban pembayaran utang
Pasal 1 angka 8 UUK Tugas utama dari Hakim Pengawas adalah untuk
mengawasi pengurusan dan pemberesan harta
Kurator
adalah Balai Harta Peninggalan (BHP) atau orang perseorangan yang diangkat oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit di bawah perusahaan pengawasan Hakim Pengawas sesuai dengan Undang Undang ini.
Pasal 1 angka 5 UUK
Kurator
Tugas utama Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit.
Pasal 68 ayat (1) UUK
Kurator
Dahulu UU No. 4 Thn ’98 Kurator Balai Harta Peninggalan.
Berdasarkan Pasal 70 UUK
Ayat (1)a
Kurator Balai Harta Peninggalan (BHP)
Ayat (1)b
Kurator
Yang dimaksud Kurator lainnya pasal 70 ayat (2) UUK
a. Orang perseorangan yang berdomisili di Indonesia, yang
memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta pailit b. Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dantanggung jawabnya di bidang hukum dan peraturan
perundang – undangan.
Syarat – syarat Pernyataan Pailit
&
Akibat Hukum Putusan Pernyataan
Syarat – syarat Pernyataan Pailit Seorang Debitor yang memiliki dua atau lebih Kreditor.
Seorang Debitor tersebut setidaknya berhenti membayar satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih di muka Pengadilan.
Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit
a.Bagi Debitor Pailit dan harta kekayaannya.
b.
Bagi tuntutan tertentu.
c.
Pengaruh terhadap pelaksanaan hukum (eksekusi).
d.
Pengaruh terhadap perjanjian timbal – balik. Sejak di bacakan putusan Pailit maka si Debitor kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan atas harta bendanya.
Pasal 24 ayat (1) UUK Bagi Debitor Pailit dan Harta Kekayaannya
Bagi Tuntutan Tertentu
Sejak Debitor diputus pailit maka segala putusan hakim yang menyangkut harta kekayaan debitor pailit harus dihentikan. Putusan tersebut dibatalkan demi hukum.
Pasal 29 UUK
Pengaruh terhadap Pelaksanaan
Hukum (eksekusi)
Apabila terdapat seorang Debitor yang telah ditahan (eksekusi tahanan) harus dilepaskan demi hukum, tanpa mengurangi berlakunya ketentuan seperti yang dimaksud pasal 93 UUK.
Pasal 31 ayat (3)
Pengaruh Terhadap Perjanjian Timbal Balik
Putusan pernyataan pailit tidak mengikat perjanjian timbal balik yang diadakan debitor pailit sebelum kepailitan/putusan pailit diambil.
Pasal 36 ayat (1) UUK
Terhadap Harta Perkawinan
Putusan pailit akan berpengaruh terhadap harta Debitor juga yang meliputi persatuan harta perkawinan.
Pasal 23 UUK
Terhadap Hipotik, Gadai, dan Hak Retensi
Putusan Pailit atas Debitor tidak berpengaruh pada harta Hipoik, gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hak agunan.
Kreditor pemegang jaminan dapat langsung
Renvooi
Adalah istilah yang berasal dari kata
“renvoa” yang berarti “penunjukan
kembali ”Renvooi
Dalam pengertian di hukum Kepailitan adalah penyelesaian bantahan atas piutang – piutang oleh kantor Kurator atau Balai Harta Peninggalan (BHP) maupun debitor pailit dalam rapat verifikasi boedel pailit.
Renvooi Diajukan ke Pengadilan selama
Hakim Pengawas harta pailit tidak mampu mendamaikan kedua pihak dan dilakukan oleh sorang advokat. BERAKHIRNYA KEPAILITAN Perdamaian (Accord) Ps.144
- – Ps. 177 UUK
Insolvensi dan pemberesan harta kepailitan
(Perdamaian (Accord)
Adalah perjanjian antara debitor pailit dan kreditor dimana Debitor pailit menawarkan pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditor konkuren.
Ps. 144 UUK
Peninjaun Kembali (Ps.14 dan Ps. 295 – Ps 298 UUK)
Upaya Hukum Putusan Pailit
Kasasi (Ps. 11- – Ps. 13 UUK)
KASASI
Diajukan oleh Kreditor, Debitor, ataupun Kreditor yang
bukan merupakan merupakan pihak pada persidangantingkat pertama, diajukan paling lambat 8 hari setelah
tanggal putusan yang dimohonkan kasasi diucapkan.
KASASI
Waktu permohonan kasasi dihitung sejak, pemohon kasasi
mengajukan kepada Panitera yang telah memutus permohonan pernyataan pailit dan memberikan tandaterima tertulis dan ditanda tangani oleh Paniteradisertai
tanggal yang sesuai dengan tanggal penerimaan pendaftaran.KASASI
Pendaftaran permohonan kasasi atas putusan pernyataan pailit dilampiri dengan memori kasasi oleh pemohon kasasi.
KASASI
Panitera wajib mengirimkan permohonan kasasi dan memori kasasi kepada termohon kasasi paling lambat 2 hari setelah permohonan kasasi didaftarkan.
KASASI
Termohon kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi paling lambat 7 hari, setelah termohon mendapatkan memori kasasi dari Penitera.
Panitera wajib menyampaikan kontra memori kasasi kepada pemohon kasasi paling lambat 2 hari setelah kontra memori kasasi diterima oleh Pengadilan.
KASASI
Panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi, dan kontra memori kasasi beserta berkas perkara paling lambat 14 hari setelah tanggal permohonan kasasi didaftarkan.
Ps. 12 ayat (4)
KASASI
Mahkamah Agung wajib mempelajari permohonan kasasi dan menetapkan hari sidang paling lambat 2 hari setelah permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung dan paling lambat 20 hari sejak Mahkamah Agung menerima permohonan kasasi pernyataan pailit harus sudah melaksanakan pemeriksaan atas permohonan kasasi.
KASASI
Putusan permohonan kasasi harus diucapkan paling lambat 60 hari setelah tanggal permohonan kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.
KASASI
Panitera lingkup Mahkamah Agung wajib menyampaikan salinan putusan kasasi kepada Panitera pada Pengadilan Niaga paling lambat 3 hari setelah tanggal putusan dan jurusita Pengadilan yang terkait wajib menyampaikan salinan kasasi kepada pemohon kasasi, termohon kasasi, Kurator, dan Hakim Pengawas paling lambat 2 hari setelah putusan kasasi diterima dari
Permohonan Penijauan Kembali
Ketentuan atas seluruh proses Kasasi berlaku secara mutatis mutandis bagi Peninjauan Kembali. Permohonan Penijauan Kembali Setelah perkara diputus namun ditemukan bukti baru dan bersifat menentukan yang pada waktu diperiksa di Pengadilan sudah ada, namun belum ditemukan.
Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekelirian yang nyata.
Permohonan Penijauan Kembali
Terhadap peninjauan kembali atas bukti baru yang ditemukan dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 180 hari setelah tanggal putusan yang yang diajukan dalam peninjauan kembali mempunyai kekuatan hukum yang tetap
Ps. 296 ayat (1) UUK
Permohonan Penijauan Kembali
Peninjauan kembali atas putusan Hakim yang terdapat kekeliruan yang nyata dapat diajukan paling lambat 30 hari sejak putusan mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Ps. 296 ayat (2) UUK Permohonan Penijauan Kembali
Pemohon menyerahkan salinan bukti pendukung kepada Panitera Pengadilan yang memutus permohonan pernyataan pailit tingkat pertama.
Ps. 297 ayat (1) UUK Permohonan Penijauan Kembali
Salinan bukti pendukung dan salinan permohonan peninjauan kembali diserahkan kepada termohon paling lambat 2 hari setelah tanggal didaftarkan.
Ps. 297 ayat (2) UUK Permohonan Penijauan Kembali
Pihak termohon peninjauan kembali dapat mengajukan jawaban dengan jangka waktu paling lambat 10 hari setelah tanggal permohonan peninjauan kembali didaftarkan
Ps. 297 ayat (3) UUK Permohonan Penijauan Kembali
Panitera Pengadilan wajib menyampaikan jawaban dan
permohonan peninjauan kembali kepada PaniteraMahkamah Agung dengan jangka waktu paling lambat
12 hari setelah permohonan didaftarkan.Permohonan Penijauan Kembali
Mahkamah Agung segera memeriksa dan memberikan putusan atas permohonan peninjauan kembali dalam jangka waktu paling lambat 30 hari.
Ps. 298 ayat (1) UUK
Permohonan Penijauan Kembali
Salinan putusan peninjauan kembali harus disampaikan kepada para pihak dalam jangka waktu paling lambat 32 hari setelah salinan tersebut diterima oleh Panitera Mahkamah Agung
Ps 298 ayat (3) UUK
PENUNDAAN
KEWAJIBAN
PEMBAYARAN
UTANG
PKPU Maksud: Suatu masa yang diberikan oleh Undang Undang melalui putusan hakim niaga. Tujuan: Agar Debitor dan Kreditir dapat melakukan musyawarah
untuk membicarakan utang dapat ditagih pada jatuh tempo
agar dapat dibayar secara keseluruhan atau sebagian serta
Bilamana PKPU dapat diajukan
Permohonan PKPU tetap berikut perpanjangannya ditetapkan oleh Pengadilan berdasarkan: - Persetujuan lebih dari ½ jumlah kreditor konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir danmewakili paling sedikit 2/3 bagian dari seluruh tagihan
yang diakui atau yang sementara diakui dari Kreditor Konkuren atau yang dikuasakan.- Persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor yang piutangnya
PKPU
PKPU = Permohonan Pernyataan Pailit. Perbedaan Dalam hal Kedudukan
Pernyataan Pailit: orang yang dinyatakan pailit akan kehilangan kecakapan untuk berbuat terhadap harta bendanya sendiri.
PKPU: Kecakapan untuk berbuat atas bendanya dapat dilakukan dan
pembayaran atas piutang yang telah dilakukan mendapatkan penundaan
pembayaran.Dalam Hal Lembaga Pemeliharaan Pernyataan Pailit: Tidak dapat menentukan nasib harta benda yang dimiliki.
Syarat PKPU
Diajukan oleh Debitor maupun Kreditor dan telah ditanda tangani
oleh Debitor maupun Kreditor itu sendiri serta tanda tangan penasihat hukum. Dalam hal pemohon adalah Debitor, maka permohonan harus disertai daftar yang memuat sifat, jumlah piutang, serta utang Debitor dengan disertai surat bukti secukupnya.
Dalam hal pemohon adalah Kreditor, Pengadilan wajib memanggil Debitor melalui juru sita dengan surat kilat tercatat paling lambat 7 hari sebelum sidang.
PKPU
Diajukan oleh Kreditor, Debitor, ataupun Kreditor – kreditor tertentu yang diamanatkan pada pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Ps. 222 ayat (2) dan ayat (3) serta Ps. 223 UUK
- – subyek PKPU
Subyek
Kreditor
Debitor
Kreditor – kreditor tertentu yang diamanatkan pada pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5).
Pengurus
Adalah seorang yang Independen (tidak memiliki benturan kepentingan antara debitor maupun Kreditor) untuk membantu debitor dalam mengurusi hartanya.
Hakim Pengawas
Bersama Pengurus dan Debitor mengurus harta Debitor
Panitia Kreditor
Terbagi dalam 2 hal, yaitu: Atas permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang meliputi uang dalam jumlah besar atau yang bersfat rumit.