SOSIAL BUDAYA MANUSIA DAN KEADILAN

SOSIAL BUDAYA
(MANUSIA DAN KEADILAN)

DISUSUN OLEH:

ABDUL SYUKUR
RIBUT WIYONO (17012014067)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan
rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tanpa suatu halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul manusia dan keadilan ini
adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini,
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan
hadirnya makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Hormat kami,

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….3
1.3Tujuan……………………………………………………………………………3

BAB II PEMBAHSAN
2.1 Arti Keadilan…………………………………………………………..4

2.2 Makna Keadilan………………………………………………………5
2.3 Kejujuran………………………………………………………………..8
2.4 Kekurangan……………………………………………………………..9
2.5 Kecurangan…………………………………………………………….10
2.6 Perhitungan (Hisab)……………………………………………..11
2.7 Pemulihan Nama Baik…………………………………………..12
2.8 Pembalasan…………………………………………………………….13
2.9 Dampak Yang Terjadi Pada Masyarakat………….14
BAB III PENUTUP……………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Negara ini membutuhkan keadilan untuk bisa menata kembali
kehidupan bernegaranya. Dalam berbagai tayangan di televisi dapat kita
lihat bahwa betapa tidak ada jaminan kepastian akan hukum dan keadilan
dalam berbagi ruang di negara kita.
Kasus-kasus kecil begitu mudahnya diselesaikan, walaupun terkesan

kurang adil, dan berlebihan. Sementara orang-orang dengan kasus yang
begitu besar, tidak terselesaikan, bahkan banyak dari mereka yang keburu
meninggal sebelum kasusnya diselesaikan. Sepertinya kita membutuhkan
pemimpin yang bukan hanya tegas, tetapi bisa mensinergiskan semua
kekuatan yang ada, baik dari kekuatan politik, militer, dan kekuatan yang
bersal dari aspirasi masyarakat sehingga fokus pada pembenahan tidak
terpecah. Yang selalu saya lihat adalah, begitu banyaknya kepentingan
para elite yang berkuasa sehingga sehingga sering kali terjadi tarik
menarik kekuasaan, dan politik saling menjatuhkan. Bentuk koalisi yang
diadakan hanya sekedar sebagai ajang untuk menarik kekuasaan, bukan
sebagai penyatuan visi indonesia. DPR bukanlah pencerminan dari apa
yang diinginkan oleh masyarakat, melainkan aspirasi partai.

1.2 Rumusan Masalah
1.

Apa itu arti keadilan dan macam-macamnya ?

2.


Apa itu arti dari kejujuran

3.

Apa itu arti dari kecurangan dan faktor apa yang
menimbulkan kecurangan itu ?

4.

Apa arti pemulihan nama baik itu ?

5.

Apa itu pembalasan ?

1.3 Tujuan
Agar kita sesama manusia bisa berlaku adil dan selalu
mengutamakan kejujuran, karna dengan kejujuran itu keadilan mudah
untuk di capai. Dan agar kita bisa memperlakukan hak dan kewajiban
secara seimbang.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Keadilan
Menurut kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S
Poerwadarminta, kata adil berarti tidak berat sebelah atau memihak
manapun tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan
adalah pengakuan dan perlakukan yang seimbang antara hak dan
kewajiban.
Keadilan menurut aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan
manusia, Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung
ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
Kedua ujung tersebut menyangkut dua orang atau benda. Dan
kedua orang tersebut atau kedua benda tersebut harus mepunyai porsi
atau ukuran yang sama itu yang dinamakan adil dan jika tidak seukuran
itu namanya ketidal adilan. Arti mudahnya keadilan adalah tidah berat
sebelah atau bisa di sebut dengan sama.
Setiap kehidupan manusia dalam melakukan aktivitas nya pasti
pernah mengalami perlakuan yang tidak adil. Jarang sekali kita

mengalami perlakuan yg adil dari setiap aktivitas yang kita lakukan.
Dimana setiap diri manusia pasti terdapat suatu dorongan atau keinginan
untuk berbuat jujur namun terkadang untuk melakukan kejujuran itu
sangatlah sulit dan banyak kendala nya yang harus di hadapi, seperti
keadaan atau situasi, permasalahan teknis hingga bahkan sikap moral.



Menurut Plato, keadilan merupakan proyeksi pada diri manusia
sehingga orang yang dikatakan adil adalah orang yang
mengendalika diri dan perasaanya dikendalikan oleh akal.



Menurut secorates, keadilan merupakan proyeksi pada pemerintah
karena pemerintah adalah pemimpin pokok yang menentukan
dinamika masyarakat. Keadilan tercipta bilamana warga negara
sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan
tugasnya dengan baik.


2.2 Makna Keadilan
Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah
dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi
yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana.
Ø Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; menuntut setiap warga negara
mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik
dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari.
Konsekuensinya adalah pancasila
menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun
berbeda keyakinan.
Ø Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab; mengajak masyarakat
untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama

manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi.
Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hakhak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya.
Ø sila Ketiga, Persatuan Indonesia; menumbuhkan sikap masyarakat untuk
mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal
terhadap sesama warga negara.
Ø Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawarahan/perwakilan;

mengajak masyarakat untuk bersikap

peka dan ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara,
paling tidak secara tidak langsung bersama sesama warga atas dasar
persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing
Ø sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia; mengajak
masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai
dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi
terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin
selengkap mungkin bagi seluruh rakyat.

Ada berbagai macam keadilan yaitu :
1.

Keadilan legal atau keadilan moral

Yaitu merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang
mebuat dan menjadi kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil

setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasamya paling
cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal. Keadilan
timbul karna penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang
selaras kepada bagian-hagian yang membentuk suatu masyarakat.
Keadilan terwujud dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat
melakukan fungsinya secara baik.
2. Keadilan distributive
Yaitu keadilan ini akan terlaksana apabila hal-hal yang sama
dilakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak
sama. (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh,
Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan
hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi. yaitu perbedaan sesuai
dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp. 100.000.- maka
Budi harus menerima.
3. Keadilan komutatif
Yaitu keadilan ini merupakan asa pertahun dan ketertiban dalam
masyarakat. Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan
kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan
asas pertalian dan ketertiban dalam rnasyarakat Semua tindakan yang


bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau
bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

2.3 Kejujuran
Jujur atau kejujuran berati apa yang dikatakan seseorang sesuai
dengan hati nuranimya, jujur berarti juga seseorang yang bersih hatinya
dari perbuatan-perbuatan yang dilarang agama dan hukum, untuk itu
dutuntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan
harus sama dengan perbuatanya.

Jujur berarti pula menepati janji atau menepati sanggupan, baik yang
telah terlahir dalam kata-kata maupun apa yang masih di dalam hati (niat).
Jadi seseorang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai dirinya
sendiri. Apabila niat itu terlahir dari kata-kata, padahal tidak di tepati maka
kebohonganya di saksikan oran lain.

Jujur memberikan keberanian dan ketentraman hati, serta
mensucikan, lagi pula membuat luhurnya budi pekerti. Teguhlah pada
kebenaran, sekalipun kejujuran dapat menikammu, serta jangan pula

mendusta, walaupun dustamu menguntungkan.

2.4 Kekurangan
Kekurangan atau curang identik dengan ketidak jujuran atau tidak
jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar,. Curang
atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati
nuraninya, atau orang itu memang dari hatinya sudah berbuat curang
dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.
Beberapa faktor yang menimbulkan kecurangan, antara lain :
1.

Faktor ekonomi
Setiap orang berhak hidup layak dan membahagiakan dirinya.
Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai makhluk lemah,
tempat salah dan dosa. Sangat rentan sekali dengan hal-hal pintas dalam
merealisasikan apa yang kita inginkan dan fikirkan.

2. Faktor peradaban dan kebudayaan
Peradaban dan kebudayaan sangat mempengaruhi mentalitas
individu yaqng terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski
terkadang hal ini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan
sikap mental yang menumbuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran
moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani, hamper pada setiap
individu di dalamnya sehingga sulit sekali untuk menentukan dan bahkan
menegakkan keadilan.
3. Faktor Teknis
Hal ini juga menentukan arah kebijakan, bahkan keadilan itu sendiri,
terkadang untuk bersikap adil kitapun mengedapankan aspek perasaan

dan kekeluargaan, sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan, atau
bahkan mempertahankan kita sendiri harus melukai perasaan orang lain.

2.5 Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur,
dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau
kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari
nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang
dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.
Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin
menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap
sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila
masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
·

Jenis kecurangan
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap
upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil
harta atau hak orang atau pihak lain. Dua kategori yang utama adalah
pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva.

1.

Pelaporan Keuangan yang Curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian
jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para
pemakai laporan keuangan itu. Pengabaian jumlah kurang lazim

dilakukan, tetapi perusahaan dapat saja melebihsajikan laba dengan
mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya.
2. Penyalahgunaan aktiva.
Penyalahgunaan (misappropriation) aktiva adalah kecurangan yang
melibatkan pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan sering
kali mengkhawatirkan manajemen, tanpa memerhatikan materialitas
jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung seiring
dengan berjalannya waktu.

2.6 Perhitungan (Hisab)
Di negara kita ada suatu lembaga khusus yang menangani kejahatan
yaitu POLISI, disini polisi akan menyelidiki, dan mengungkap berbagai
macam kasus kejahatan yang di lakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab, dan yang selanjutnya akan diserahkan kepengadilan
untuk diproses menurut UUD.
Dalam islam kita kenal yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan segala
amal dan perbuatan kita semasa hidup kita didunia. disini manusia yang
telah meninggal akan di hitung semua amal baik dan buruknya jika amal
baiknya lebih banyak maka iya akan masuk surga dan jika amal buruknya
jauh lebih banyak maka akan masuk neraka. dan di neraka inilah segala
perbuatan jahat manusia di dunia akan di balas sesuai dengan banyaknya
kejahatan mereka didunia.

2.7 Pemulihan Nama Baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah
nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar
namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang atau
tetangga disekitarnya adalah suatu kebagaan batin yang tak ternilai
harganya. Penjagaan nama baik erat hubunganya dengn keadaan tingkah
laku atau perbuatan atau boleh dikatakan bahwa baik atau tidak baik
adalah tingkah laku atau perbuatanya.

Yang dimaksud tingkah laku dan perbuatan itu antara lain : cara
berbahasa, cara bergaul, sopan santun, ramah tamah, disiplin pribadi,
cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan
sebagainya. Pada hakikatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran
manusia akan segala kesalahanya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak
sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak yang baik.

Untuk memulihkan nama baik, manusia harus tobat atau meminta
maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, mewlainkan harus
beratingkah laku yang sopan, ramah, berbuat norma dengan memberikan
kebajikan dan pertolongan kepada sesama hidup yang perlu ditolng
dengan kasih saying, tanpa pamrih takwa kepada tuhan dan mempunyai
sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu di pupuk.

2.8 Pembalasan
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi
itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang,
tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat
mendapat pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang
penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk social.
Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan
moral itu.

Bila manusia berbuat amoral, lingkungannyalah yang
menyebabkanya. Perbuatan amoral pada hakikatnya perbuatan yang
melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu
manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau
diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan
kewajibanya itu. Mempertahakn hak dan kewajiban itu adalah
pemballasan.

2.9 Dampak Yang Terjadi Pada Masyarakat
Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat menghasilkan
kreatifitas dan seni tingkat tinggi, karena ketika seseorang mendapat

perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk
bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri.
Dan dengan cara itulah yang dapat menghasilkan kreatifitas dan seni
tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apapun.
Sedangkan dampak negatif nya seperti protes oleh pihak yang kalah
dengan menggunakan kekerasan, arogan seperti pengrusakan fasilitas
umum, bahkan memicu terjadinya tawuran karena adanya rasa dendam.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keadilan meruapakan pengakuan dan perbuatan yang seimbang
antara hak dan kewajiban, tidak semihak sebelah ataupun tidak
sewenang-wenang.

Kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang itu sesuai dengan
hati nuraninya dan kenyataan yang benar. Kecurangan apa yang
dilakukanya tidak sesuai dengan hati nuraninya. Pembalasan suatu reaksi
atas perbuatan orang lain, baik berupa perbuatan yang serupa ataupun
tidak.

3.2 Saran
Janganlah kita berlaku tidak adil terhadap orang lain. Karena dengan
berlaku adil kita bisa mencapai ketentraman dan kemakmuran antar
sesama manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Notowidagdo, rohiman, haji, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-qur’an dan
Hadist, rajawali pers, Jakarta, 2000
Mustofa, ahmad, Ilmu Budaya Dasar, Pustaka Setia, solo,1997
Http/www.carin4mzil.blayspot.com
http://news.okezone.com/read/2009/11/20/340/277724/340/dituduh-curibuah-kakao-3-biji-nenek-ditahan-rumah-3-bulan
http://www.forumbebas.com/thread-97719.html
http://yomazzz.blogspot.com/2011_01_16_archive.html\
https://10menit.wordpress.com/tugas-kuliah/ilmu-budaya-dasar-manusia-dankeadilan-bab7/