IMPLEMENTASI DAN REGULASI TV DIGITAL DI

Modul ke:

00
Fakultas

Fakultas

Regulasi dan
Hukum ICT

Kode MK : 54006 (3)
IMPLEMENTASI DAN REGULASI TV DIGITAL
DI INDONESIA
19 Desember 2015

Dosen : DR IR Iwan Krisnadi MBA (NIDN: 0010085204)

Program Studi

Magister
Teknik Elektro


Kode Kelas : B21546BA
Presentasi Kelompok

IMPLEMENTASI DAN
REGULASI TV DIGITAL
DI INDONESIA
KELOMPOK 5 :
SAMSURIZAL 5541 4120 029
AMIRUDIN 5541 4120 032
MUDOFAR BAEHAQI 5541 4120 018
HERU DWICAHYO 5541 4120 041

1 LATAR BELAKANG

DASAR HUKUM









UNDANG-UNDANG 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN
UNDANG-UNDANG 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI
PERATURAN PEMERINTAH NO. 50/2005
TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN SWASTA
◦Pasal 2
(1)
Lembaga Penyiaran Swasta diselenggarakan melalui sistem terestrial dan/atau melalui
sistem satelit dengan klasifikasi sebagai berikut. a. Penyelenggaraan penyiaran melalui
sistem terestrial meliputi:
1. penyiaran radio AM/MW secara analog atau digital;
2. penyiaran radio FM secara analog atau digital;
3. penyiaran televisi secara analog atau digital;
4. penyiaran multipleksing.
PERATURAN MENKOMINFO NO. 22/2011
TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL PENERIMAAN TETAP
TIDAK BERBAYAR (FREE TO AIR)

PERATURAN MENKOMINFO NO. 23/2011
TENTANG RENCANA INDUK (MASTERPLAN) FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN
TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTRIAL PADA PITA FREKUENSI RADIO 478 – 694 MHz

Kondisi Global implementasi TV Digital
Hampir lebih dari 85% wilayah dunia sudah mulai mengimplementasikan tv digital
Analog Switch Off:
USA : 6/2009
Japan : 7/2011
Korea : 12/2012
China : 2012
UK : 10/2012
Brunei : 6/2014
Malaysia : 12/2015
Singapore : 2015
Thailand : 2015
Philliphine : 2015
Vietnam : 2020
Standar TV Digital Dunia :
Digital Video BroadTelevision Systems Committee (ATSC)

Integrated Services Digital Broadcasting (ISDB-T)
Digital Terrestrial Multimedia Broadcasting (DTMB)
casting Terrestrial (DVB-T)
Advanced

GLOBAL MENUJU TV DIGITAL
• Seluruh negara di dunia sedang atau sudah konversi dari Analog
ke Digital.
• Mengapa? Karena penyiaran terrestrial adalah teknologi analog
tahun 1950an. Adalah sangat tidak efisien dalam penggunaan
spektrum, penggunaan daya pancar dan biaya operasional.
• TV analog hanya memberikan TV definisi standar dengan satu
kanal suara. Konsumen yang telah membeli HD LCD TV tidak bisa
menggunakan TV barunya untuk mendapatkan kemampuan
terbaiknya.
• Indonesia telah terlebih dahulu memilih standar DVB sebagai
bagian ASEAN dan akan menggelar DVB-T2. Setelah permulaan
terlebih dahulu daripada negara lainnya, sekarang Indonesia
tertinggal dalam hal penggelarannya.


2 MASALAH
1

KENAPA HARUS MIGRASI KE
DIGITAL?

1. Beranekaragam kelebihan dari teknologi TV Digital, diantaranya :
a. Dari sisi Pemirsa, makin banyak pilihan Konten dengan kualitas yang
jauh lebih baik.
b. Dari sisi Industri, biaya operasional yang jauh lebih efisien dibanding
analog
c. Dari sisi Pemerintah, Efisiensi dan optimalisasi penggunaan sumber daya
frekuensi yang semakin terbatas.
2. Penerapan sistem penyiaran TV digital akan memberikan efisiensi struktur
industri penyiaran yang berorientasi kepada peningkatan peluang usaha,
ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat.
3. Perangkat teknologi siaran TV Analog nantinya akan menjadi langka
dipasaran dikarenakan seluruh produsen (mayoritas negara-negara
Eropa) akan mulai memproduksi perangkat teknologi siaran TV Digital
mengacu pada Geneva 2006 Frequency Plan (GE06) Agreement, ITU

yang mengatakan 17 Juni 2015 merupakan batas akhir migrasi TV analog
ke TV digital

KEUNTUNGAN PENYIARAN
DIGITAL

Kekuarangan Penyiaran Digital








Kendala operasional dalam proses migrasi total dari teknologi analog
menuju digital sangat terkait dengan kesiapan mayoritas penonton
televisi
di
Indonesia

yang
masih
menggunakan
televisi
analog (receiver konvensional). 
secara teknis terkadang masih muncul gangguan siaran berupa cliff
effect danblank spot dalam proses siaran digital (Setyobudi, 2006). Cliff
effect dan blank spotadalah ketidakstabilan penerimaan sinyal digital
yang lemah sehingga menyebabkan siaran terputus-putus/patah-patah
atau bahkan tdak ada gambar jika pesawat televisi tidak memperoleh
sinyal sama sekali.
bagi lembaga pengelola penyiaran, dalam jangka pendek, digitalisasi
juga mengakibatkan kerugian secara teknis. Seperti dilansir Harian Bisnis
Indonesia, Selasa, 10/04/2012 kerugian justru berasal dari pemancar
televisi lama yang tidak dapat digunakan. 
teknologi penyiaran digital juga menuntut keahlian khusus penggunanya
dalam mengoperasikan alat, termasuk memperbaiki jika ada kerusakan.

3


PEMBAHASAN

Mengapa Digitalisasi Siaran Radio dan TV menjadi
penting?
Akses penduduk ke Media:
1. Akses ke televisi sebanyak 78.22%
2. Akses ke radio sebanyak 59.17 %
3. Akses ke surat kabar sebanyak 22.83%

Sumber: BPS 2003

Izin siaran TV:
1.
2.
2.
3.

11-TV ber izin siaran Nasional (termasuk TVRI)
97-TV ber izin Regional (Swasta dan TVRI daerah)
30-Izin TV berlangganan (60% cable, 20% satellite & 20% Terrestrial)

Terdapat 2.425 permohonan IPP baru (Izin Penyelenggaraan dan Penyiaran)



2.167 permohonan IPP Radio
- 109 permohonan LPP (Lembaga Penyiaran Publik),
- 1.707 LPS (lembaga Penyiaran Swasta),
- 351 LPK (Lembaga Penyiaran Komunitas).



258 permohonan IPP Televisi.
- 12 LPP,
- 179 LPS,
- 13 LPK
- 54 permohonan Lembaga Penyiaran Berbayar (LPB).
Sumber: Depkominfo 2005-2008

Perubahan penting yang
terjadi karena teknologi digital

1. Transisi bisnis model dari analog ke digital
2. Organisasi struktur penyelenggara TV digital
3. Adanya area layanan baru yang disebut zona layanan

RENCANA JANGKAUAN TV DIGITAL 20122017
2012

22012
013

Ja w a + K e p ri
2015
2016

ta n

+Sulsel+Sulut+Kalimantan
+ S u la w e s i

22013

014

2014

+ AJawa+Kepri
c e h + S u m u t + K a l t i m + K a l s e l +Aceh+Sumut+Kaltim+Kalsel
+ S u m a te ra
22016
017

++MSulawesi
a lu k u + P a p u a

: DIGITAL TV COVERAGE AREA

+Sumatera

22017
018

2018

N ATI O N -W I D E
A N A LO G SW I TC H -O FF

NATION-WIDE
ANALOG SWITCH-OFF

+Maluku+Papua

TRANSISI MODEL BISNIS PENYIARAN
DIGITAL

ANALOG

LEMBAGA
PENYIARAN

LEMBAGA
PENYIARAN

VERTIKAL

LEMBAGA PENYIARAN
PENYELENGGARA
PENYIARAN
MULTIPLEKSING (MUX)

HORIZONTAL

BEBERAPA REGULASI PELENGKAP YG SEDANG
DIPERSIAPKAN
 Regulasi tentang frekuensi radio transisi selama masa simulcast
 Regulasi tentang formula tarif multipleksing
 Regulasi tentang ketentuan teknis perangkat penyiaran tv digital
 Regulasi tentang perizinan penyelenggara program siaran (LP3S)
 Tim teknis interdept untuk mendorong pabrikasi set top box dalam negeri
 Pembentukan Tim Nasional untuk sosialisasi TV digital ke masyarakat
 Pembentukan Tim Nasional untuk penyebaran dan distribusi set top box
 Pembentukan tim interdept untuk kebijakan subsidi set top box

4 KESIMPULAN

• TV
analog
adalah
tidak
efisien
dengan
kebanyakan spektrum yang tidak digunakan
dengan ‘white spaces’ di pita VHF/UHF.
• Migrasi ke TV digital memungkinkan alokasi yang
lebih efisien tetapi pada waktu bersamaan
menyediakan
peningkatan
signifikan
untuk
layanan
penyiaran
terreestrial
untuk
mengembangkan
layanannya.
Juga
memungkinkan kemungkinaan pengembangan
untuk penyiaran di masa yang akan datang,
dengan memperhatikan perkembangan teknologi.
• Perlunya percepatan regulasi dalam penyediaan
set top box
• Memiliki keunggulan dari TV Analog dalam hal
kualitas suara dan gambar, ketahanan terhadap
gangguan dan efisiensi spektrum atau kanal

5 REFERENSI

REFERENSI
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika, “Menyongsong Era TV Digital”,
Coffe Morning KEMKOMINFO, 2012
2. Setiawan, Denny., “Upadate Industri Penyiaran dan Penyiaran Digital”,
Diskusi KPPU, 2015
3. Sudhana, Satya., “Sistem Penyiaran Televisi Digital”,Seminar,2015
4. Putra, Fahrul Pradhana., “ Menuju Indonesia TV Digital 2018: Bisnis vs
Regulasi”, Semantik, 2015

TERIMA KASIH