METODE PERAWATAN ANALISA KERUSAKAN DAN P

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam melaksanakan suatu
kegiatan pada umumnya akan ditandai dengan kemampuan perusahaan unutk
menentukan berapa rupiah jumlah volume (dalam bentuk rupiah dan dalam
unit keluaran) yang harus dihasilkan, serta harus memperoleh laba baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Agar perusahaan dapat berhasil maka perlu
direncanakan seluruh aspek yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan.
Salah satu dari hal tersebut adalah melakukan evaluasi unjuk kerja peralatan,
baik peralatan yang berputar (rotating equipment) maupun peralatan yang
diam (stationary equipment).
Pada unit Delayed Coking Unit (DCU) yang masih termasuk dalam bagian
Maintenance Area I (MA-I) PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai terdapat
beberapa peralatan. Salah satu diantaranya adalah Pompa Sentrifugal 140-P5A.
Fungsi dari Pompa Sentrifugal 140-P-5A adalah circulation pump untuk
mengalirkan fluida jenis LCGO (Light Coker Gas Oil) dari 140-V2 menuju
140-V17 kemudian kembali lagi ke 140-V2 dengan kehandalan yang tinggi,

sehingga proses operasi berjalan dengan baik.
Atas dasar tersebut dan mengingat peran Pompa Sentrifugal 140-P-5A
yang sangat dominan, pada kesempatan ini penulis menyusun Laporan Kerja
Praktek dengan judul :
“METODE

PERAWATAN,

ANALISA

KERUSAKAN

DAN

PERHITUNGAN UNJUK KERJA POMPA SENTRIFUGAL 140-P-5A DI
DELAYED COKING UNIT PT. PERTAMINA (PERSERO) RU II DUMAI”
Berdasarkan evaluasi tersebut dapat diketahui penyebab-penyebab
kerusakan serta cara mengatasi kerusakan yang terjadi serta mengetahui unjuk
kerja dari Pompa Sentrifugal 140-P-5A.
1.2.


Perumusan Masalah

1

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan kerja praktek
ini adalah :
1. Bagaimana kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada pompa sentrifugal
di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.
2. Kerusakan apa saja yang sering dialami pompa sentrifugal 140-P-5A dan
bagaimana cara untuk menangani kerusakan tersebut.
3. Bagaimana perhitungan nilai performa dari pompa sentrifugal 140-P-5A.
1.3. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak menyimpang dari lingkup
permasalahan, maka dalam hal ini penulis memberikan batasan masalah
sebagai berikut :
1. Mengamati kegiatan perawatan pada pompa sentrifugal 140-P-5A pada
unit DCU di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.
2. Menganalisa kerusakan yang terjadi pada pompa sentrifugal 140-P-5A
pada unit DCU di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.

3. Membahas mengenai perhitungan performa pompa sentrifugal 140-P-5A
pada unit DCU di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.
1.4. Tujuan
Adapun tujuan Kerja Praktek di PT PERTAMINA (PERSERO) RU II
Dumai adalah :
1. Mempelajari sistem perawatan pada pompa sentrifugal 140-P-5 pada unit
DCU di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.
2. Menganalisa kerusakan yang terjadi pada pompa sentrifugal 140-P-5 pada
unit DCU di PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.
3. Mencari perbandingan antara kinerja aktual operasi normal dengan desain
yang sudah ada PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai.

1.5. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kerja praktek ini adalah :
1. Bagi penyusun
a. Memberikan bekal tentang perindustrian sebelum terjun ke dunia kerja
secara nyata.

2


b. Mengenal cara kerja perusahaan secara umum dengan lebih mendalam,
khususnya peralatan dan proses produksi yang dilakukan.
c. Mendapat gambaran tentang inovasi teknologi dibidang permesinan dan
lebih khusus pada proses pengolahan gas alam.
d. Melatih kemampuan penyusun dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
di lingkungan kampus.
e. Meningkatkan kemampuan berpikir secara analitis, sebagai dasar untuk
menguasai ilmu pengetahuan yang lebih tinggi dalam waktu-waktu
mendatang.
2. Bagi Akademik
Dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran tentang pengenalan
teknologi di bidang engineering dan khususnya pada proses pengolahan
miyak mentah.
3. Bagi Perusahaaan
a. Ikut serta membantu dunia pendidikan khususnya dalam pelatihan guna
menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai.
b. Dapat memperoleh masukan-masukan yang diberikan mahasiswa kerja
praktek yang dapat bermanfaat dan meningkatkan efisiensi dari proses
produksi.
c. Sebagai sarana bagi perusahaan terhadap perkembangan teknologi

dewasa ini.
d. Merupakan perwujudan nyata dari perusahaan dalam mengabdi kepada
masyarakat, khususnya dalam bidang industri

1.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam pelaksanaan
Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi

3

Metode ini dilakukan dengan mengamati dan mempelajari secara langsung
di lokasi kerja praktek mengenai objek kerja praktek yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran serta data secara akurat.
2. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dalam bentuk tanya jawab dengan narasumber, baik
pembimbing kerja praktek maupun staf lapangan yang kompeten dalam
bidang tersebut.
3. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan mempelajari literatur berupa jurnal

perusahaan, petunjuk kerja alat di data sheet, diagram alir, buku-buku
perpustakaan baik dari perusahaan maupun dari kampus.
4. Konsultasi
Metode ini dilakukan dalam bentuk konsultasi kepada pembimbing
lapangan dan sumber lain untuk mendapatkan pengarahan dan bimbingan.
1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut :
1. Tempat

: PERTAMINA (PERSERO) RU II DUMAI
Jl. Kilang Minyak Putri Tujuh Dumai Riau
Telp.: 0765-31244, 021-3846731
Fax.: 021 – 354119

2. Waktu

: 15 Juli – 29 Agustus 2014

1.7. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan ini, maka laporan

ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,
metode pengumpulan data, tujuan, manfaat, waktu dan tempat, serta
sistematika penulisan.
4

2. BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah perusahaan, profil perusahaan, visi dan misi, garis
besar deskripsi proses, lokasi perusahaan, dan struktru organisasi di PT
PERTAMINA (PERSERO) RU II Dumai.
3. BAB III DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Membahas dasar teori tentang pompa sentrifugal, klasifikasi pompa,
prinsip kerja pompa sentrifugal, bagian-bagian pada pompa sentrifugal,
metode pemeliharaan dan dasar perhitungan performa pompa.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KASUS
Membahas mengenai kegiatan perawatan dan analisa kerusakan yang
terjadi pada pompa sentrifugal beserta cara mengatasinya, dan analisa
perhitungan mengenai performa pompa sentrifugal.
5. BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran penulis berdasarkan
hasil dari pengamatan yang penulis lakukan.

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT PERTAMINA (PERSERO) Pusat
Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara yang talah berubah bentuk
menjadi PT. Persero yang bergerak dibidang energi, petrokimia dan usaha lain
yang menunjang bisnis pertamina, baik di dalam maupun di luar negeri yang

5

berorientasi pada mekanisme pasar. Perbedaan yang mendasar dari perubahan
status ini disajikan dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perbandingan status PERTAMINA sebagai BUMN dan PERSERO.

Perubahan

PERTAMINA sebagai


PERTAMINA sebagai

BUMN

PERSERO

1. UU No.44 Prp 1960
tentang
pengusahaan migas
oleh Negara
2. UU
Landasan hukum

tentang

1. UU No.22/2001
2. Kegiatan Migas dapat
dilakukan oleh badan
usaha yang memiliki


No.8/1971

kemampuan

pernyataan

keuangan, teknis, dan

bahwasanya

operasional.

perusahaan Negara
yang

mengelola

Migas


adalah

pertamina.
1. Bersifat no profit
loss atau nirlaba.
2. Mendapatkan

profit

oriented.
2. Harus siap bersaing.

penggantian
Orientasi

1. Bersifat

biaya

operasi

3. Diperlakuakn

sama

dengan industri migas

3. Mempunyai

fungsi

lain.

regulator.
4. Diberikan

banyak

kemudahan.
Kuasa Pertambangan

1. Pertamina

1. Pemerintah

disediakan

seluruh

pemegang

wilayah

hukum

pertambangan.

sebagai
kuasa

pertambangan
6

Indonesia.
2. Perusahaan dibeikan
kuasa

badan

pelaksana

sebagai

pelaksana

kuasa

pertambangan (Dirjen

pertambangan.

Migas).

1. Pertamina

Industri

merupakan

migas

boleh

satu- diusahakan oleh :

satunya

badan

hukum yang berhak
melakukan

2. Dibentuk

usaha-

a. Bentuk usaha tetap
b. Badan usaha :

usaha pertambangan
Industri Migas dalam
Negeri

1. Badan usaha milik

migas.

Negara.
2. Perusahaan bergerak
dibidang eksplorasi,
pemurnian

dan

pengolahan,

2. Badan usaha milik
pemerintah.
3. Koperasi.

pengangkutan,

dan
4. Badan

penjualan.

usaha

swasta.
Pemenuhan BBM
dalam negeri

1. Pertamina

1. Pemerintah menjamin

berkewajiban

ketersediaan BBM di

menyediakan

dan

melayani kebutuhan
bahan bakar minyak
dan gas bumi untuk
kebutuhan

dalam

negeri

yang

pelaksanaannya
diatur
Peraturan

dengan

seluruh wilayah RI.
2. Diusahakan

oleh

badan usaha setelah
mendapat persetujuan
berupa ijin usaha dari
pemerintah.
3. Harga
kepada

diserahkan
mekanisme

Pemerintah.
7

2. Pertamina

persaingan

mengupayakan
TETAP

:

usaha

yang sehat dan wajar.
tepat

jumlah, waktu dan
mutu.
3. Pemerintah
menetapkan harga.
Sumber : (Hikmati,2005)
Berdasarkan UU No. 8 tahun 1971 tugas utama pertamian adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengusahaan migas dalam arti seluas-luasnya, guna
memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat dan Negara.
2. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan-bahan minyak dan gas bumi
dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan aturan pemerintah
(KEPPRES No. 11 Tahun 1990).
Untuk melaksanakan kedua tugas tersebut, Pertamina memiliki empat kegiatan
yang harus dilaksanakan dengan baik, yaitu :
a. Eksplorasi dan produksi
Eksplorasi dan produksi dilaksanakan dengan upaya menemukan lokasi
yang memiliki potensi ketersediaan minyak dan gas bumi serta
kemungkinan penambangannya dan memproduksinya menjadi bahan baku
untuk kegiatan pengolahan.
b. Pengolahan
Pengolahan dilakukan dengan cara distilasi, pemurnian, dan reaksi kimia
tertentu untuk mengolah bahan baku minyak mentah menjadi produk jadi
yang diinginkan.
c. Pembekalan dan pendistribusian
Pembekalan dilakukan dengan impor bahan baku minyak mentah melalui
sistem

perpipaan,

sedangkan

pendistribusian

dilakukan

dengan

pengapalan.
d. Penunjang
Kegiatan penunjang memiliki tujuan membantu berbagai kegiatan di atas
dapat berlangsung dengan sebaik mungkin.

8

Kedua tugas yang telah disebutkan dilaksanakan pada tujuh unit pengolahan,
yaitu:
1. Unit Pengolahan I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara memiliki 5 MBSD.
2. Unit Pengolahan II Dumai dan Sei Pakning, Riau memiliki kapasitas 180
MBSD.
3. Unit Pengolahan III Plaju dan Sei Gerong, Sumatera Selatan memiliki
kapasitas 134 MBSD.
4. Unit Pengolahan IV Cilacap, Jawa Tengah memiliki kapasitas 300 MBSD.
5. Unit Pengolahan V Balikpapan, Kalimantan Timur memiliki kapasitas 252
MBSD.
6. Unit Pengolahan VI Balongan, Jawa Barat memiliki kapasitas 125 MBSD.
7. Unit Pengolahan VII Kasim, Papua Barat memiliki kapasitas 10 MBSD.
2.2 Profil PT PERTAMINA Unit Pengolahan II Dumai
PT Pertamina (Persero) UP II Dumai mengoperasikan dua buah kilang dengan
kapasitas total terpasang sekitar 180 ribu barrel per hari/thousand barrel per
steam day (MBSD), dengan rincian sebagai berikut :
1. Kilang minyak Putri Tujuh dengan kapasitas 130 MBSD mengolah
Sumatra Light Crude (SLC) dan Duri Crude yang dihasilkan oleh PT
Chevron Pasific Indonesia (PT CPI).
2. Kilang minyak Sungai Pakning dengan kapasitas 50 MBSD mengolah
minyak mentah dari ladang Perdada dan Lirik.
Kilang Minyak Pertamina RU II Dumai mulai dibangun pada bulan April
1969, melalui kerjasama dengan Far East Sumitono Japan. Pembangunan kilang
ini dikukuhkandalam SK direktur utama Pertamina No.334/Kpts/DM/1967 secara
teknis pelaksanaannya ditangani oleh dua kontraktor asing berikut :
-

IHHI

(Ishikawajima-Harima

Heavy

Industries),

yang

menangani

-

pembangunan mesin dan instalasi,dan
TEASEI Construction Co, yang menangani pembangunan konstruksi
kilang.

Kilang Dumai terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

9

1. Exsisting plant, yaitu plant

yang didirikan pada tahun 1970 dan

diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan April 1971 dan diberinama
Kilang Putri Tujuh.
2. New plant, yaitu plant yang didirikan pada tahun 1982 dan diresmikan
pada tahun 1984.
Unit-unit yang terdapat dalam exsisting plant yaitu DCU (Crude Deatilation
Unit), NRU (Naphtha Rerun Unit), dan PL-I (Hydrobon Platforming I), yang
disebut juga dengan HSC (Hydro Skiming Complex). Beberapa jenis produk yang
dihasilkan dari unit-unit pemroses tersebut diantaranya Straight Run Naphtha
(SRN), Kerosin, Solar/Automotive Diesel Oil (ADO), LPG dan Bottom Product
berupa Low Sulphur Waxy Residu (LSWR). SRN dan light naphtha sebagian
dipakai sebagai komponen blending premium dan sebagian lagi dijual, reformat
dipakai sebagai komponen bending premium, LGO dan HGO dipakai sebagai
komponen blending solar, sedangkan offgas sebagian dimanfaatkan sebagai fuel
gas dan sebagian lagi dibakar di flare. Kerosin dijual sebagai minyak tanah, LPG
dijual sebagai bahan bakar, sedangkan LSWR dijual sebagai umpan pembuatan
lilin dan aspal.
Pembangunan new plant dilakukan berdasarkan kerjasama dengan Universal
Oil Product (UOP) dari Amerika Serikat pada tanggal 2 April 1980 berupa
kompleks Hydrocracer. Kontraktor utama proyek ini adalah Technidas Reunidas
Centunion dari Spanyol berdasarkan lisensi proses dari UOP (Universal Oil
Product). Pembangunan kilang minyak baru ini mulai dilaksanakan pada tahun
1981 dan diresmikan pada 16 Februari 1984. Proyek ini mencakup beberapa
proses dengan teknologi tinggi untuk membangun unit pemroses berikut :
1. High Vacuum Distilation Unit (110)
2. Delayed Coking Unit (140)
3. Coke Calciner Unit (170)
4. Naphtha Hydrotreating Unit (200)
5. Hydrocracker Unibon (211/212)
6. Distillate Hydrotreating Unit (220)
7. Continous Catalyst Regeneration-Platforming Unit (300/310)
8. Hydrobon Platforming Unit/PL-1 (301)
9. Amine-LPG Recovery Unit (410)
10. Hydrogen Plant (701/702)
11. Sour Water Stripper Unit (840)

10

12. Nitrogen Plant (940)
13. Fasilitas penunjang operasi kilang (utilitas)
14. Fasilitas tangki penimbun dan dermaga baru
Tahap-tahap pembangunan unit-unit pemroses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penyurveian tanah dilaksanakan oleh SOFOCO (Indonesia), dengan
evaluator HASKONING (Belanda).
2. Penimbunan area dilaksanakan oleh PT SAC Nusantara (Indonesia). Pasir
timbunan diambil dari laut disekitar Pulau Jentilik (sekitar 8 km dari area
proyek) dengan metode cutter section dredger.
3. Pemancangan 18000 tiang pancang dengan panjang 706 km dialksanakan
oleh PT jaya Sumpiles Indonesia.
4. Pembangunan kontruksi unit-unit proses beserta fasilitas penunjang
dikerjakan oleh kontrakror utama Technidas Reunidas Centunion
(Spanyol) yang bekerjasama dengan Pembangunan Jaya Group sebagai
subkontraktor :
a. Pembangunan kontruksi unit utama dikerjakan oleh DAELIM (Korea).
Kontruksi yang dibangun berupa : High Vacuum Unit, HC Unibon
Unit, Hydrogen Plant Unit, Naphtha Hydroteater Unit, Distillate
Hydroteater Unit, dan Amine & LPG Recovery Unit.
b. Pembangunan tangki-tangki penyimpanan dikerjakan oleh Toro
Kanetsu Indonesia.
c. Pembangunan fasilitas jetty dikerjakan oleh PT Jaya Sumpiles
Indonesia.
d. Pembangunan sarana penunjang seperti pipa penghubung kilang lama
dan baru, gedung laboratorium, gudang Fire & Safety, perkantoran dan
perumahan karyawan dikerjakan oleh kontraktor-kontraktor Indonesia.
e. Pengawasan proyek dilakukan oleh TRC dan Pertamina dibantu oleh
konsultan CF Braun dari Amerika Serikat.
New plant menghasilkan produk light naphtha,reformat, light kerosene, heavy
kerosene, ADO (Automotive Diesel Oil), green coke, calcined coke, LSWR (Low
Sulphur Waxy Residue), LPG, dan offgas. Reformat dipakai sebagai komponen
blending premium, light kerosene dan heavy kerosene dipakai sebagai komponen
blending avtur, sedangkan offgas sebagian dimanfaatkan sebagai fuel gas dan
sebagian lagi dibakar di flare. Light naphtha diualsebagai umpan proses

11

berikutnya, ADO dijual sebagai minyak diesel, green coke dijual sebagai bahan
bakar, calcined coke dijual sebagai bahan baku pembuatan katode, LSWR dijual
sebagai umpan pembuatan lilin, dan LPG dijual sebagai bahan bakar. (Sumber :
Wulandari,2008)
2.3 Visi dan Misi PT PERTAMINA Unit Pengolahan II Dumai
Visi Pertamina Unit Pengolahan II Dumai adalah mewujudkan kilang
kebanggaan nasional dalam hal :
a.
b.
c.
d.

Penyumbang devisa melalui keuntungan yang diperoleh
Beroperasi handal dan aman
Mandiri sejajar dengan kilang Asia Pasifik
Ikut membangun daerah melalui core business

Misi Pertamina Unit Pengolahan II Dumai antara lain :
a. Melakukan usaha dalam bidang Energi dan Petrokimia
b. Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara professional, kmpetitif dan
berdasarkan tata nilai unggulan
c. Memberikan nilai tambah bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja dan
masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

2.4 Garis Besar Deskripsi Proses
PT Pertamina (Persero) Unit Pengolahan II tidak melakukan kegiatan
eksplorasi minyak mentah (crude oil). Kegiatan eksplorasi seluruhnya dilakukan
oleh PT Chevron Pasific Indonesia (PT CPI). Transportasi minyak mentah ini
dilakukan melalui sistem perpipaan untuk Kilang Puteri Tujuh (Dumai) dan
melalui pengapalan untuk Kilang Sungai Pakning. Minyak mentah yang
digunakan berupa Sumatera Light Crude (SLC), Duri Crude Oil, dan Mixed
Crude. Pada Kilang Puteri Tujuh, 85%-vol SLC dicampurkan dengan 15%-vol
Duri Crude Oil, sedangkan pada Kilang Sungai Pakning 90%-vol SLC
dicampurkan dengan 10%-vol Mixed Crude. Secara garis besar Kilang Puteri
Tujuh Dumai terbagi menjadi tiga kompleks unit produksi yaitu HSC (Hydro
Skimming Complex), HOC (Heavy Oil Complex), dan HCC (Hydro Cracking
Complex). HSC mengolah minyak mentah dengan cara distilasi atmosferik,
hydrotreating, dan reforming sehingga dihasilkan produk yang berasal dari fraksi
12

ringan SRN (Straight Run Naphtha) produk CDU. HOC mengolah LR (Long
Residue) produk CDU dengan cara distilasi vakum, thermal cracking, dan
hydrotreating. HCC mengolah HVGO (Heavy Vacuum Gas Oil) produk HVU
dengan cara catalytic cracking.
Minyak mentah didistilasi secara atmosferik pada unit CDU sehingga
menghasilkan fraksi-fraksi ringan seperti offgas, nafta, kerosin, LGO, HGO, dan
LR. Nafta yang dihasilkan diumpankan ke dalam unit NRU dan mengalami
pemisahan secara distilasi sehingga menghasilkan light naphtha dan heavy
naphtha. Heavy naphtha kemudian diumpankan ke unit PL-I. Di dalam PL-I nafta
mengalami proses reforming, yaitu penyusunan ulang struktur molekul nafta
melalui

reaksi

dehidrogenasi,

hydrocracking

parafin,

isomerisasi,

dan

dehidrosiklisasi parafin. Reaksi-reaksi tersebut diarahkan sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk reformat dengan octane number (ON) yang tinggi.
Produk PL-I yaitu LPG yang diumpankan ke dalam Amine & LPG Recovery Unit
dan reformat yang akan diblending sebagai salah satu komponen premium.
Sebagian nafta yang dihasilkan CDU diumpankan ke unit NHDT untuk
menghilangkan pengotor berupa nitrogen, oksigen, sulfur, dan klorida serta untuk
menjenuhkan ikatan rangkap dalam nafta. Produk yang dihasilkan yaitu light
naphtha dan treated naphtha dimana seluruh treated naphtha yang dihasilkan
diumpankan ke dalam unit PL-II (PL-CCR). Secara umum proses yang terjadi
pada PL-II sama dengan PL-I, yaitu reforming, dengan tujuan yang sama yaitu
menghasilkan reformat dengan ON yang tinggi.
Untuk menambah jumlah produk BBM yang dihasilkan, LR dari unit CDU
kemudian diolah secara distilasi pada tekanan vakum di unit HVU (High Vacuum
Unit). Produk HVGO yang diperoleh dari unit ini selanjutnya diumpankan ke
bagian HCC yaitu unit HCU. Selain menghasilkan HVGO, unit ini juga
menghasilkan LCGO yang digunakan sebagai komponen blending solar. Residu
(short residue) dari proses distilasi ini sebagian diumpankan ke unit DCU untuk
menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih ringan dan kokas dengan proses thermal
cracking, sedangkan sebagian lagi diblending untuk dijual sebagai LSWR. Produk
unit DCU adalah LCGO, HCGO, dan green coke. LCGO akan dimurnikan dan
dijenuhkan dengan proses hydrotreating pada unit DHDT, dan menghasilkan

13

kerosin serta nafta, sedangkan HCGO akan diumpankan ke unit HCU. Green coke
diolah dalam unit CCU dan menghasilkan calcined coke yang berguna sebagai
bahan pembuat katoda. Namun sejak tahun 1994, unit CCU sudah tidak
beroperasi lagi. HCGO dan HVGO yang berasal dari HOC diolah di HCC dengan
proses hydrocracking menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih ringan serta nafta
kerosin, solar, dan LPG.
Unit utama yang terdapat di HCC adalah HCU dengan umpan HVGO dari
HVU dan HCGO dari DCU. Produk yang dihasilkan adalah light naphtha yang
digunakan

sebagai

komponen

blending

nafta,

heavy

naphtha

yang

digunakansebagai komponen bleding nafta, heavy kerosene yang digunakan
sebagai komponen blending avtur, ADO yang digunakan sebagai blending solar,
serta produk bawah yang belum terkonversi diumpankan kembali ke unit ini.
HCU bekerja berdasarkan prinsip perengkahan secara katalitik dimana fraksifraksi berat HVGO dan HCGO direngkah dengan menggunakan katalis sehingga
menghasilkan fraksi-fraksi yang lebih ringan. Unit-unit pendukung dalam HCC
adalah H2 plant, N2 plant, Amine & LPG Recovery, dan SWS. H2 plant
menghasilkan gas hydrogen melalui serangkaian proses dengan memakai bahan
baku CH4 ,H2O, dan H2 yang didapatkan dari offgas produk Platforming dan
Amine & LPG Recovery. N2 plant mengolah udara sehingga didapatkan produk
gas N2 dengan distilasi. Amine & LPG Recovery mengolah gas yang dihasilkan
NHDT, PL-I, PL-II, HCU, dan DHDT sehingga kandungan sulfurnya dapat
dihilangkan dengan produk LPG. SWS mengolah air yang mengandung banyak
H2S dan NH3 sehingga dapat digunakan kembali didalam proses. (Sumber :
Wulandari,2008)
2.5 Lokasi PT PERTAMIA Unit Pengolahan II Dumai
PT PERTAMINA UP II Dumai terletak di kota Dumai provinsi Riau, berjarak
kurang lebih 180 km dari ibukota Riau, Pekanbaru, di pantai timur Sumatera.
Kilang dumai berbatasan dengan selat Rupat di sebelah utara, perkampungan
penduduk di sebelah selatan, perkantoran pemerintah di sebelah barat, dan
perkampungan penduduk di sebelah timur. Jarak berbagai divisi Pertamina UP II
Dumai umumnya relative dekat dengan kilang Dumai. Perumahan karyawan

14

terletak di Bukit Datuk yang berjarak kurang lebih 8 km kea rah selatan dari
kilang.
Dumai dipilih sebagai kilang pengolahan minyak karena berdekatan dengan
lokasi pengeboran minyak PT Chevron Pacific Indonesia. Selain itu Dumai
terletak di tepi pantai dengan perairan yang relatif dalam dan tenang sehingga
kapal-kapal berat seperti supertanker dapat berlabuh. Lokasi pantai yang berada di
bagian barat perairan Indonesia cukup strategis unutk transportasi laut. Dilihat
dari sifat datarnya, Dumai merupakan dataran rendah yang cukup stabil terhadap
berbagai gangguan alam sehingga aman bagi berlangsungnya proses pengilangan.
Meskipun di sekitar kilang banyak terdapat daerah hutan lebat namun secara
keseluruhan tanah Dumai kurang subur sehingga perluasan kilang menjadi lebih
mudah dan tidak merugikan masyarakat karena sector pertanian dan perkebunan
tidak berkembang.
Peta provinsi Riau, peta kota administratif Dumai, dan peta kilang Dumai
ditunjukan oleh gambar 2.1, 2.2, dan 2.3.

15

Gambar 2.1 Peta provinsi Riau

16

Gambar 2.2 Peta kota administratif Dumai

17

Gambar 2.3 Peta kilang Dumai

18

2.6 Struktur Organisasi PT PERTAMINA Unit Pengolahan II Dumai
Pertamina UP II Dumai memiliki struktur organisasi yang berbentuk staf.
Organisasi ini dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab
secara langsung kepada Direktur PT Pertamina (PERSERO) Pusat di Jakarta.
Dalam menangani tugasnya, General Manager membawahi bidang-bidang
kegiatan yang dipimpin oleh seorang kepala bidang/manager. Bidang-bidang
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bidang Perencanaan dan Perekonomian (RenEkon)
Bidang ini memiliki tugas-tugas sebagai berikut :


Merencanakan pola operasi kilang untuk memperoleh keuntungan
yang optimal.



Menyalurkan hasil produksi serta mengatur penerimaan crude dan
intermesiat.



Menyediakan data dan informasi untuk proses pengolahan dan
produksi.



Mengatur pengolahan di unit-unit operasi.

RenEkon membawahi Perencanaan Crude, Produksi dan Keekonomian
serta Bagian Penjadwalan Crude.
2. Engineering dan Pengembangan (E&P)
Bidang ini memiliki tugas-tugas sebagai berikut :


Memberikan rekomendasi kepada bagian kilang mengenai kondisi
operasi optimum dalam hal unjuk kerja peralatan, keekonomisan, dan
keamanan.



Mengevaluasi kondidi operasi, bahkan bila diperlukan memberikan
rekomendasi untuk memodifikasi peralatan produksi serta serta
memajukan teknik perbaikan.



Mengevaluasi kondisi operasi unit untuk uji unjukkerja, perbandingan
kondisi operasi sebelum dan sesudah Turn Around (TA).



Memberikan saran mengenai maintenance sistem instrumentasi.



Melaksanakn studi/modifikasi pada peralatan atau pada proses terkait.

E&P membawahi bagian proses Engineering, Fasilitas Engineering, dan
Proyek Engineering.
19

a. Proses Engineering
Bagian ini dibagi ke dalam empat seksi, yaitu :
-

Seksi Optimasi

-

Ahli Treating

-

Seksi Process Control

-

Seksi Safety dan Environmental

b. Fasilitas Engineering
Bagian ini bertanggung jawab terhadap kehandalan peralatan
kilang melalui sudut pandang engineering mengenai hal-hal
nonproses, contohnya rotating equipment dan non-rotating
equipment yang meliputi :
-

Masalah pada peralatan operasi

-

Analisis rencana pengembangan suatu alat operasi

c. Proyek Engineering
Bagian ini bertanggung jawab terhadap pemeliharaan peralatan
produksi, modifikasi peralatan produksi, pembuatan paket kontrak,
dan pengawasan proyek-proyek. Rangkaian kegiatannya adalah
sebagai berikut :
-

Teknik perancangan, mekanikal, listrik, instrumentasi, dan sipil

-

Penyiapan pembuatan paket pekerjaan yang dikontrak oleh
rekan

-

Pengawasan proyek-proyek yang sedang dilaksanakan di kilang

3. Kilang
Bidang kilang bertugas sebagai penanggungjawab kegiatan pengolahan
minyak mentah menjadi produk-produk kilang, serta memelihara
peralatan-peralatan produksi engineering. Bidang ini dipimpin oleh
seorang Manager Kilang dan mwmbawahi bdang-bidang sebagai berikut :
3.1 Produksi BBM Sungai Pakning
Bidang ini bertugas dan bertanggungjawab atas kinerja operasi kilang
UP II Sungai Pakning yang dipimpin oleh seorang Manager Produksi
BBM Sungai Pakning.

20

3.2 Unit Produksi
Bidang ini membawahi enam kepala bagian yang terdiri atas :
1) Bagian Hydroskimming Complex (HSC)
Bagian HSC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses
sebagai berikut:
-

Crude Distillation Unit (CDU)

-

Platforming I (Existing)

-

Naphtha Rerun Unit (NRU)

-

Platforming II/ccr (PL II-CCR)

-

Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT)

2) Bagian Hydrocracker Complex (HCC)
Bagian HCC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses
sebagai berikut:
-

Hydrocracker Unibon

-

Hydrogen Plant

-

Amine LPG Recovery

-

Sour Water Stripper (SWS)

-

Nitrogen Plant

3) Bagian Heavy Oil Complex (HOC)
Bagian HOC bertanggung jawab terhadap operasi unit-unit proses
sebagai berikut:
-

Heavy Vacuum Unit (HVU)

-

Delayed Coking Unit (DCU)

-

Distillate Hydrotreating Unit (DHDT)

-

Coke Calcining Unit

4) Utilities
Bagian Utilities bertanggung jawab terhadap unit-unit penunjang
operasi kilang yang meliputi :
-

Pembangkit uap

-

Pembangkit listrik

-

Fasilitas penyedia air tawar

21

-

Fasilitas

penyedia

udara

untuk

memenuhi

keperluan

instrumentasi
5) Instalasi Tangki dan Pengapalan (ITP)
Bidang ini berfungsi sebagai penunjang operasikilang untuk
kegiatan penampungan produk dan pengapalan (distribusi). Dalam
pelaksanaannya bidang ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu :
a. Tank Yard (TY)
Kegiatan operasi TY adalah sebagai berikut :
-

Menerima dan menyiapkan crude oil dari PT CPI sebagai
umpan proses

-

Menyediakan flushing oil untuk keperluan start up

-

Menerima dan mengirim intermediet dan produk akhir

-

Mengatur pergerakan minyak

-

Menyediakan fuel oil sebagai bahan bakar operasi

-

Menerima dan mengolah kembali ballast dari kapal

-

Melakukan pemompan untuk loading unit

Kapasitas tangki yang ada di tank yard adalah sebagai berikut :
-

Crude oil, 6 buah dengan kapasitas masing-masing 20967
kL

-

Intermediet dan Finished Product, 54 buah dengan
kapasitas 638.740 m3

-

Tangki LPG, 4 buah dengan kapasitas 10.471 m3

-

Silo penampung calcined coke, 3 buah dengan kapasitas
masing-masing 30.000 ton

b. Loading dan Unloading
Kegiatan Loading dan Unloading terdiri atas rangkaian
kegiatan berikut :
-

Pengiriman dan pengapalan minyak dari tangki ke kapal

-

Penerimaan minyak dari kapal ke tangki

-

Pengiriman fuel oil ke kilang dan utilities

-

Penerimaan slop oil dan ballast dari kapal

22

-

Penyediaan fasilitas darat dalam pengiriman minyak ke PT
CPI

c. Blending Part
Blending Part merupakan fasilitas pencampuran beberapa
komponen minyak mentah untuk mendapatka produk jadi,
yaitu :
-

Premium, dari naphtha dan komponen mogas

-

Diesel, dari LVGO,HCGO dan ADO

-

Kerosene, dari ADO dan komponen kerosene

6) Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat dilakukannya analisis yang
mencakup sifat fisik dan kimia suatu komponen seperti densitas,
viskositas, flash point, komposisi, titik didih, impurities, pH, dan
lain-lain.
Laboratorium dibagi kedalam tiga seksi, yaitu :


Crude Environment dan Maintanance



Cair dan Coke



Analitika dan Gas

7) Unit Reabilitas
Bidang ini membawahi bagian Perencanaan & Koordinator KSP
dan Inspeksi. Bagian Inspeksi bertanggung jawab atas kondisi
peralatan mekanik unit0unit proses pada waktu operasi maupun
perbaikan, melakukan pemeriksaan kondisi peralatan produksi dan
saran-saran teknik pemeliharaan, serta pemeriksaan kualitas
material suku cadang.
4. Keuangan
Bidang keuangan bertugas sebagai penanggung jawab keuangan
perusahaan yang terdiri atas fungsi administrasi, kebendaharaan dan
anggaran, keuangan minyak, serta akuntansi perusahaan. Bidang ini
membawahi beberapa bagian yaitu : Controller, Akuntansi Kilang, dan
Perbendaharaan.

23

5. Umum
Bidang umum membawahi beberapa bagian, yaitu Hukum dan Pertahanan,
Hubungan Pemerintah dan Masyarakat, serta Security.
6. Jasa dan Sarana Umum
Bidang Jasa dan Sarana Umum bertugas sebagai penanggung jawab
terhadap kegiatan penyediaan, pengadaan material, serta suku cadang yang
diperlukan bagi operasi perusahaan. Bidang ini membawahi beberapa
bagian, yaitu Bagian Pengadaan, Kontrak, Fasilitas Umum, dan Marine.
7. Sumber Daya Manusia
Bidang ini membawahi bagian Pengkaji & Benefit, Perencanaan &
Pengembangan, Hubungan Industrial & Kesejahteraan, Organisasi &
Prosedur, serta Kesehatan. Tugasnya antara lain mengembangkan potensi
karyawan melalui tugas kegiatan kursus, pelatihan, dan perencanaan
pekerjaan.
8. Sistem Informasi dan Komunikasi
Sistem

Informasi

dan

Komunikasi

membawahi

bagian

operasi

Telekomunikasi dan Jaringan serta pengembangan informasi.
9. Lindungan Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertamina UP II Dumai mempunyai resiko kecelakaan kerja yang tinggi.
Oleh karena itu, salah satu unit pengolahan PT Pertamina (PERSERO) ini
menempatkan keamanan dan keselamatan kerja di eringkat pertama
(safety first), bahkan target tahunannya adalah zero accident (kecelakaan
nihil). Beberapa hal yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja di
Pertamina UP II adalah sebagai berikut :


Perusahaan bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja karyawan,
terutama pada jam-jam kerja.



Perusahaan memberikan dan menyediakan perlengkapan/pelindung
kerja sesuai dengan kebutuhan.



Perusahaan mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program
JAMSOSTEK.

24



Perusahaan memasang rambu-rambu tanda bahaya dan petunjukpetunjuk praktis untuk mencegah kecelakaan kerja.

Untuk melaksanakan sasaran itulah dibentuk suatu badan yang khusus
mengurusi masalah-masalah yang berhubungan dengan berbagai hal
tersebut. Badan ini bernama Lindungan Lingkungan, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau disingkat dengan LKKK. Untuk memudahkan
pembagian tugas yang menyangkut dengan bidang kerjanya, LKKK dibagi
ke dalam tiga seksi,yaitu :
a. Penanggulangan Kebakaran, Pelatihan, dan Administrasi
Seksi ini bertanggung jawab atas penanggulangan kebakaran di kilang
dan perumahan. Sarana dan presarana yang menunjang tugas-tugas
badan ini adalah :
-

Fixed fire installation dan mobile fire extinguisher

-

Portable fire extinguisher

-

Personal protective extinguisher

-

Environment protective seperti dispersant

b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Seksi ini bertugas untuk memberikan penjelasan pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kepada semua pekerja dan melengkapinya
dengan alat pengamanan kerja. Area kerja ini meliputi onsite dan
offsite.
c. Lindungan Lingkungan
Seksi ini bertugas untuk menciptakan suasana kerja yang aman di
seluruh wilayah kerja perusahaan, baik yang berhubungan dengan
pekerja, peralatan, bahan baku, maupun lingkungan kerjanya. Seksi
inijuga

mempelajari

pencegahan

pencemaran

lingkungan

dan

penanggulangannya melalui program Good House Keeping dan
Penghijauan serta mengikuti Prograam Penilaian Kinerja Perusahaan
dalam memantau pencemaran yang dapat merusak kesehatan manusia
dan lingkungan.

25

Saat ini, stu diantara seikit perusahaan besar di Indonesia, Pertamina
UP II Dumai termasuk salah satu perusahaan yang telah memperoleh
ISO-14001 tentang Manajemen Lingkungan.

26

BAB III
DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Dasar Teori Pompa
Pompa

adalah

suatu

peralatan

mekanik

yang

berfungsi

untuk

memindahkan fluida berupa cairan dari satu tempat ke tempat lain melalui
media perpipaan, pemindahan tersebut dilakukan dengan cara memberikan
dan menambahkan energi pada cairan agar dapat mengalir dalam pipa dan
bertekanan. Prinsip kerja pompa adalah mengubah kerja poros menjadi kerja
mekanik fluida (energi kinetik diubah menjadi energi tekanan), sehingga
tekanan rendah pada sisi hisap (suction) pompa, dan tekanan yang tinggi pada
sisi keluar (discharge).
Pada industri pengolahan minyak bumi, biasanya pompa digunakan untuk
mengalirkan fluida dari tempat yang bertekanan lebih rendah ke tempat yang
bertekanan lebih tinggi guna tercapainya proses produksi yang dikehendaki.
Mengingat jenis dan sifat fluida yang perlu di pompa maupun kondisi
instalasinya yang sangat beragam, maka untuk memenuhi tuntutan tersebut
telah dibuat berbagai jenis dan ukuran pompa.
Di dalam pengoperasian pompa dibutuhkan suatu alat penggerak yang
dapat berupa motor listrik, turbine uap, turbine gas, dan turbine air karena
pompa merupakan suatu alat pengubah tenaga yaitu pengubah energi mekanik
dari suatu penggerak menjadi energi potensial berupa head, sehingga fluida
cair tersebut berpindah dan memiliki tekanan sesuai dengan head yang
dimilikinya.
Tekanan atau head pompa berasal dari putaran impeller yang akan
mendorong fluida keluar. Fluida yang telah keluar dari impeller akan
dikumpulkan di rumah pompa yang berbentuk spiral atau biasa disebut volute,
setelah melewati volute ini maka energi kecepatan fluida akan dirubah
menjadi energi tekan.

27

3.2 Klasifikasi Pompa
Berdasarkan cara pemindahan dan pemberian energi pada cairan, pompa
dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok :


Pompa pemindah positif (positive displacement pump)



Pompa non positif (non positive displacement pump)

Mengingat tujuan utama dari materi ini adalah sebatas pengenalan pompa,
maka yang akan dibahas selanjutnya hanyalah jenis pompa yang sesuai
dengan judul materi ini karena banyak ditemukan pada instalasi pengolahan
minyak bumi yaitu pompa sentrifugal.
3.3 Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal adalah jenis pompa yang banyak digunakan pada
industri pengolahan minyak bumi. Alasan utama banyaknya penggunaan
pompa sentrifugal disbanding pompa jenis lain adalah karena pompa
sentrifugal dapat menghasilkan kapasitas yang lebih besar dan aliran fluida
yang stabil pada operasi normal. Selain itu dari segi ekonomis, pompa
sentrifugal juga memiliki biaya awal dan pemeliharaan yang lebih rendah.
3.3.1 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal
Pompa sentrifugal adalah salah satu jenis pompa pemindah non positif
dengan prinsip kerja sebagai berikut :


Energi mekanik dari unit penggerak dikonversi menjadi energi
kecepatan akibat adanya energi sentrifugal yang ditimbulkan oleh
impeller yang berputar.



Energi kecepatan cairan kemudian diubah menjadi energi potensial
didalam volute atau melalui diffuser.



Energi tekanan cairan yang keluar dari pompa sentrifugal merupakan
tekanan cairan yang dibagian sisi tekan sebagai tekanan discharge.

Dengan demikian pompa sentrifugal memiliki prinsip kerja mengkonversi
energi mekanik menjadi energi kecepatan cairan selanjutnya energi kecepatan
cairan dirubah menjadi energi tekanan keluar dari pompa.

28

3.3.2 Bagian Utama Pompa Sentrifugal dan Fungsinya
Pompa sentrifugal seperti terlihat pada gambar 3.1. mempunyai
beberapa bagian utama, yaitu:

Gambar 3.1 Bagian-bagian pompa sentrifugal (Foto penulis,2014)
a. Impeller Side
Pada bagian impeler side terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
- Impeler
- Volute casing
- Stuffing box
b. Coupling Side
Coupling side berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari shaft
motor menuju shaft pompa. Pada bagian coupling side terdiri dari
dua komponen, antara lain :
- Coupling
- Shaft
c. Driver Side
Driver side berfungsi sebagai sumber penggerak pada poros pompa
yang nantinya akan memutar impeler. Driver side terdiri dari tiga
komponen penting, antara lain :
- Frame

29

- Stator
- Rotor
1.

Casing (Rumah Pompa)

Gambar 3.2 Rumah pompa (casing) (Foto penulis,2014)
Casing adalah bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai :
 Pelindung dari seluruh komponen pompa.
 Tempat kedudukan diffuser, saluran suction dan discharge.
 Memberikan arah aliran pada fluida yang akan menuju impeller maupun
yang akan meninggalkan impeller.
2.

Impeller (Sudu Putar)
Impeller merupakan komponen putar pompa yang mengubah momen
putar poros menjadi kecepatan pada cairan dengan memberikan
tambahan energi.
Jenis impeller tergantung dari jenis cairan yang akan dialirkan,
berdasarkan konstruksinya ada tiga jenis impeller yang sering di
gunakan, yaitu :
Closed Impeller, pada impeller ini sudu – sudu pompa diapit oleh
piringan (disk) pada sisi depan dan belakang sehingga celah antar
sudunya relatif sempit. Pompa jenis ini cocok untuk cairan – cairan yang
bersih.

30

Gambar 3.3 Closed Impeller (Foto penulis,2014)
Semi Open Impeller, pada impeller ini sudu – sudunya menempel pada
satu piringan saja yang berada disisi belakang. Dengan demikian celah
antar sudu menjadi lebih besar, sehingga tidak mudah tersumbat oleh
kotoran yang terikut dalam aliran pompa.

Gambar 3.4 Semi Open Impeller
Open Impeller, pada impeller ini sudu – sudu pompa tidak dilengkapi
dengan piringan sehingga celah antar sudu sangat lebar. Impeller ini
biasa digunakan pada pompa untuk mengalirkan cairan yang
mengandung kotoran.
3.

Shaft (Poros)
Poros pompa merupakan alat yang berfungsi untuk meneruskan momen
putar dari penggerak mula untuk memutar impeller.

31

4.

Bearing (Bantalan)

Gambar 3.5 Bearing (Bantalan) (Foto Penulis,2014)
Bearing adalah pendukung poros agar bisa berputar dengan kerugian
gesekan sekecil mungkin, untuk itu bearing juga harus bisa menahan
beban radial maupun axial.
5.

Seal (Perapat atau Penyekat Kebocoran)
Seal berfungsi untuk menghindari kebocoran yang terjadi pada bagian
yang bergerak maupun bagian yang diam, pemasangan seal pada pompa
dimaksudkan agar kerja pompa bisa optimum. Ada 2 jenis perapat atau
penyekat kebocoran yang biasa digunakan pada pompa sentrifugal,
yaitu:


Mechanical packing, perapat yang dipasang pada celah antara poros
dengan casing pompa, perapat jenis ini harus mempunyai sifat lebih
lunak dari poros, dimaksudkan agar tidak terlalu sering dilakukan
penggantian poros. Desain Mechanical packing biasanya terdapat sedikit
bocoran sebagai pendingin poros.



Mechanical seal, perapat mekanik yang mempunyai bagian yang diam
(stasionary) dan bagian yang bergerak / berputar dengan poros (rotary),
cara kerja mechanical seal yaitu dengan mengikuti putaran poros pompa
sebagai penyekat agar tidak terjadi kebocoran antara poros dengan
stuffing box. Pemasangan mechanical seal diperlukan bila cairan yang
dialirkan adalah cairan yang tidak boleh ada kebocoran sama sekali,
seperti cairan yang beracun atau cairan yang mudah terbakar.

32

Gambar 3.6 Mechanical seal (Foto penulis,2014)
6.

Shaft Sleeve
Shaft

sleeve

berbentuk silinder berlubang yang

berfungsi untuk

melindungi shaft utama dari erosi, korosi, dan aus.

Gambar 3.7 Shaft sleeve (Foto penulis,2014)

3.3.3 Klasifikasi Pompa Sentrifugal
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelompokkan pompa
sentrifugal, yaitu :
Tabel 3.1 Klasifikasi pompa sentrifugal
No
.

Dasar Pengelompokan

Jenis Pompa

1

arah aliran

radial flow, mixed flow, axial flow

2

bentuk rumah

pompa volute, pompa diffuser

3

jumlah aliran masuk

single suction, double suction

33

4

jumlah impeller

single stage, multi stage

5

konstruksi casing

horizontal split, vertical split

6

posisi pemasangan

horizontal, vertical

1.

Pompa sentrifugal berdasarkan arah alirannya :
Pompa Radial Flow, pompa yang arah alirannya tegak lurus terhadap
garis sumbu poros pompa. Pompa jenis ini menghasilkan head yang
tinggi tapi dengan kapasitas yang rendah.
Pompa Mixed Flow, pompa yang arah alirannya membentuk sudut
terhadap sumbu poros pompa. Pompa jenis ini menghasilkan head
yang lebih rendah dibanding pompa radial tapi kapasitasnya lebih
besar.
Pompa Axial Flow, pompa yang arah alirannya sejajar dengan sumbu
poros pompa. Pompa jenis ini menghasilkan head yang rendah tapi
kapasitasnya besar.

2.

Pompa sentrifugal berdasarkan bentuk rumahnya :
Pompa Volute, pompa yang arah aliran impeller-nya langsung dibawa
ke volute, pompa ini kurang efisien karena tekanan yang dihasilkan
rendah.
Pompa Diffuser, pompa yang impeller-nya dikelilingi sudu – sudu
pengarah sebelum memasuki volute, hal ini bertujuan unutuk
menaikkan tekanan cairan.

3.

Pompa sentrifugal berdasarkan jumlah aliran masuknya :
Single Suction, pompa yang arah aliran masuknya dari satu arah.
Pompa ini akan mengakibatkan gaya dorong (axial force) yang besar
terhadap impeller dan harus bisa diatasi dengan pemasangan thrust
bearing.
Double Suction, pompa yang arah aliran masuknya dari dua arah.
Pompa ini akan menghasilkan kapasitas yang lebih besar serta gaya
dorong yang ditimbulkan lebih kecil.

4.

Pompa sentrifugal berdasarkan jumlah impeller-nya :

34

Single Stage, pompa yang hanya terdiri dari satu impeller saja. Pompa
jenis ini akan menghasilkan tekanan yang terbatas.
Multi Stage, pompa yang terdiri dari beberapa impeller yang disusun
seri. Pompa jenis ini akan menghasilkan tekanan yang lebih besar.
5.

Pompa sentrifugal berdasarkan konstruksi casing-nya :
Radial Split Casing, pompa yang pola penyambungan casing-nya
kearah radial (tegak lurus sumbu poros pompa).
Axial Split Casing, pompa yang pola penyambungan casing-nya
kearah axial (sejajar dengan poros pompa).
Modulor / sectional casing, jenis ini dijumpai pada pompa bertingkat
banyak dimana casing-nya terbagi oleh bidang-bidang tegak lurus
poros sesuai dengan jumlah tingkatnya.

6.

Pompa sentrifugal berdasarkan posisi pemasangannya :
Pompa Horizontal, pompa yang pemasangannya sejajar dengan
permukaan tanah, pompa ini adalah yang sering digunakan.
Pompa Vertical, pompa yang pemasangannya tegak lurus terhadap
permukaan tanah, pompa ini biasa digunakan untuk saluran
pembuangan bawah tanah.

3.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Pompa Sentrifugal
1. Kelebihan Pompa Sentrifugal
 Menghasilkan aliran yang terus – menerus dengan kapasitas yang
besar.
 Harga pompa dan biaya pemeliharaannya relatif murah dibandingkan
pompa jenis lain.
 Dapat dihubungkan langsung dengan motor listrik maupun turbin.
 Vibrasi dan kebisingan rendah pada operasi normal.
2. Kekurangan Pompa Sentrifugal
 Casing harus terisi penuh sebelum pompa dijalankan.
 Pada kapasitas rendah efisiensi juga rendah.
 Kurang baik untuk cairan yang kental.

35

3.4 Metode Pemeliharaan
Dalam menentukan metode pemeliharaan untuk setiap peralatan / mesin
berbeda-beda tergantung dari tingkat operasional mesin tersebut yang terdiri dari :
 Vital, adalah mesin–mesin yang tanpa spare atau cadangan sehingga bila
mesin tersebut rusak atau stop akan segera mengakibatkan terhentinya
produksi ( Loss Production ).
 Essential, adalah mesin–mesin yang mempunyai cadangan di mana kerusakan
pada salah satu mesin akan mengakibatkan perubahan kategori essential
menjadi vital.
 Support, adalah semua mesin–mesin yang dipergunakan dalam menunjang
operasi, baik mempunyai cadangan atau tidak yang apabila rusak tidak
berpengaruh terhadap safety maupun proses produksi.
 Operating adalah semua equipment yang tidak termasuk kategori 1, 2 dan 3
dan tidak memerlukan periodik monitoring secara rutin. Bila equipment
tersebut rusak, tidak berpengaruh terhadap keselamatan dan operasi
komersial.
Secara garis besar metode pemeliharaan terdiri atas : Preventive Maintenance,
Predictive Maintenance, dan Breakdown Maintenance.
3.4.1 Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan
jadwal yang sudah dibuat sebelumnya (base on time), pemeliharaan ini
dilakukan secara berkala untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dari
peralatan kilang. Preventive maintenance meliputi :


Inspeksi yang terjadwal (Scheduled Inspections).



Pelumasan yang terjadwal (Scheduled Lubrications).



Pembersihan yang terjadwal (Scheduled Cleaning).



Perbaikan yang terjadwal (Scheduled Repairing).

3.4.2 Predictive Maintenance
Predictive Maintenance dilakukan berdasarkan kondisi aktual peralatan
(base on condition). Jika hasil pemantauan menunjukkan gejala kerusakan

36

maka tindakan perbaikan harus segera dilakukan untuk mencegah kerusakan
yang lebih parah.
3.4.3 Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan apabila suatu
peralatan mengalami kerusakan yang tidak diprediksi sebelumnya. Hal ini
sangat tidak diharapkan karena akan mengganggu proses operasi kilang.
3.4.3 Over Haul
Over Haul adalah berdasarkan kondisi operasi pompa. Jika pompa sudah
banyak mengalami penurunan efisiensi, maka pompa harus segera dilakukan
overhaul. Selain itu over haul juga pemeliharaan berdasarkan life time dan
running haur.
3.5 Dasar Perhitungan Pompa
Persamaan perhitungan pompa yang digunakan dalam perhitungan laporan
ini antara lain :
1. Kontinuitas
Laju aliran yang masuk ke dalam pompa adalah sama dengan laju aliran
yang keluar dari pompa, sehingga dapat dirumuskan :
Q1 = Q2
A1.V1 = A2.V2 .........................................................................

(3.1)

Dimana :
Q1 = kapasitas atau debit aliran yang masuk pompa (m3/s)
Q2 = kapasitas atau debit aliran yang keluar pompa (m3/s)
A1 = luas penampang bagian dalam pipa masuk pompa (m2)
A2 = luas penampang bagian dalam pipa keluar pompa (m2)
V1 = kecepatan aliran fluida pipa masuk pompa (m/s)
V2 = kecepatan aliran fluida pipa keluar pompa (m/s)
2. Reynold Number
Reynold number digunakan untuk mengetahui jenis aliran yang terjadi
dalam sistem aliran fluida di dalam pipa.
ℜ=

ρ.d .v
.................................................................................. (3.2)
μ
37

Dimana :
Re = Reynold number
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
v = Kecepatan aliran (m/s)
pembagian jenis aliran berdasarkan Reynold Number yaitu :
-

Jika Reynold Number < 2300 adalah jenis aliran laminer

-

Jika 2300