PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP SE

PENGARUH JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP SERAPAN HARA
FOSFOR (P) PADA TANAMAN PADI VARIETAS INPARI SIDENUK

Lailiyatin Masitah
Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik
terhadap serapan hara fosfor (P) pada tanaman padi varietas Inpari sidenuk. Penelitian
ini dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium, Kelompok Pemupukan dan Nutrisi
Tanaman Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) pada bulan Maret-Juni 2014. Metode yang digunakan adalah metode
eksperimental dengan desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari
6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang dimaksud adalah P0 (perlakuan tanpa
pupuk/kontrol), P1 (perlakuan pupuk kandang), P2 (perlakuan pupuk S. rostrata ), P3
(perlakuan pupuk kandang + S. rostrata ), P4 (perlakuan pupuk organik cair), P5
(perlakuan pupuk anorganik takaran rekomendasi). Uji statistika menunjukkan bahwa
perlakuan berpengaruh terhadap semua parameter kecuali pada tinggi dan panjang
malai. Rata-rata jumlah malai terbaik ditunjukkan pada tanaman P3 yaitu 13,25,
berarti persentase terhadap kontrol sebesar 220,83%. Rata-rata berat segar gabah,
berat segar jerami, berat kering gabah, berat kering jerami, dan serapan P-Total dalam
tanaman terbaik ditunjukkan pada tanaman P1 yaitu 27,62 g; 139,7 g; 15,78 g; 32,88
g; dan 415,35 mg, berarti persentase terhadap kontrol sebesar 214,94; 205,44; 216,76;

212,13; dan 336,59%.
Kata kunci : pupuk organik, pupuk kandang, pupuk S. rostrata , pupuk organik cair,
padi varietas Inpari sidenuk.

Abstract : This research aimed to understand the effect of organic fertilizer types on
nutrient uptake of phosphorus (P) in Inpari sidenuk rice varieties. This research was
conducted in a greenhouse and laboratory group of “Pemupukan dan Nutrisi
Tanaman Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN)” (Fertilizing and Plant Nutrition Center Application of isotopes and
radiation National Nuclear Energy Agency" (BATAN) on March to June 2014 using
Completely Randomize Design (CRD) method within 6 treatments and 4 replications.
The treatments consists of P0 (without fertilizer treatment/control), P1 (manure
treatment) , P2 (S. rostrata fertilizer treatment), P3 (manure treatment+S.rostrata),
P4 (treatment of liquid organic fertilizer), P5 (inorganic fertilizer treatment dosing
recommendation). Statistics test indicate that the treatment affecting all parameters
except height and panicle length. Average of best panicle was shown in the P3 plants

1

13,25, it means that the percentage of control at 220,83%. Average of fresh weight of

grain, fresh weight of straw, dry weight of grain, dry weight of straw, and total Puptake in crop plants best shown in the P1 plants is 62 g; 139,7 g; 15,78 g; 32,88 g;
and 415,35 mg, it means that the percentage of control at 214,94; 205,44; 216,76;
212,13; and 336,59%.
Keywords: organic fertilizer, manure, S. rostrata fertilizer, liquid organic fertilizer,
Inpari sidenuk rice varieties

PENDAHULUAN
Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Padi
merupakan salah satu tanaman pangan yang penting karena beras merupakan sumber
makanan pokok bagi mayoritas penduduk Indonesia. Beras merupakan bagian bulir
padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam atau secara biologi disebut biji padi
(Anonim, 2014). Budidaya tanaman padi akan tetap dilakukan petani selama
penduduk Indonesia masih membutuhkan nasi sebagai sumber makanan pokok.
Permasalahannya, penduduk Indonesia akan terus bertambah sementara lahan untuk
persawahan padi semakin sempit. Dengan menggunakan terobosan teknologi, maka
usaha untuk meningkatkan ketersediaan beras yang cukup bagi penduduk Indonesia
sangat diperlukan
Sejak revolusi hijau dikembangkan dan diadopsi dalam budidaya padi sawah,
terjadi perubahan besar terhadap teknologi pertanian secara umum di negara
berkembang. Revolusi hijau melahirkan varietas berdaya hasil tinggi yang responsif

terhadap pemupukan dosis tinggi sehingga menuntut aplikasi pupuk anorganik
berlebih pada padi sawah. Akibat negatif dari revolusi hijau dengan tingginya
penggunaan pupuk anorganik adalah timbulnya berbagai masalah seperti leveling off
(kelandaian peningkatan produktivitas), masalah-masalah lingkungan, dan kesehatan
serta ketidakseimbangan hara. Akibat lain tidak diaplikasikannya pupuk organik
adalah kerusakan fisik, kimia, dan biologi tanah.
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi
pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang dapat

2

mengurangi dampak negatif pupuk anorganik dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah agar tanah tersebut memiliki kemampuan lebih besar dalam mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman.
Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan suplai hara yang berasal dari
berbagai sumber, yaitu tanah, air, irigasi, sisa tanaman atau dari pupuk (organik
dan/atau anorganik) yang ditambahkan (Dobermann dan Fairhust, 2000:15). Unsur
hara yang banyak dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman padi salah satunya adalah
hara P (fosfor). Hara P merupakan unsur penyusun yang esensial bagi setiap sel
hidup. Bagi tanaman, hara P antara lain berperan dalam pembentukan bunga, buah

dan biji, untuk pembelahan sel, mempercepat kematangan biji, berfungsi dalam
perkembangan akar, dan sebagai unsur pembentuk lemak dan albumin (Haryanto dan
Idawati, 1996: 95).
Sebagian besar hara P di dalam tanah berada dalam bentuk terfiksasi oleh
koloid-koloid tanah sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Salah satu usaha untuk
meningkatkan ketersediaan hara P di dalam tanah dilakukan dengan pemberian bahan
organik ke dalam tanah dalam bentuk pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos
dan lainnya. Bahan organik selain memberikan sumbangan langsung P dari hasil
mineralisasinya juga secara fisik memblok adsorption site dan anion pesaing fosfat
yang dihasilkan dapat mengurangi fiksasi P dalam tanah (Haryanto dan Idawati,
1996: 95).
Fosfat merupakan anion yang memiliki mobilitas dan ketersediaan yang rendah
di dalam tanah. Ketersediaan fosfor dalam tanah jarang yang melebihi 0,01% dari
total P karena P-terikat oleh ion Al+3, Fe+3, dan Ca+2 di dalam tanah. Dekomposisi
bahan organik menghasilkan CO2 dan asam-asam organik seperti asam malonat, asam
oxalat, dan asam tatrat yang menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai
sifat dapat mengikat ion Al+3, Fe+3, dan Ca+2 dari dalam larutan tanah, kemudian
membentuk senyawa kompleks yang sukar larut (Hakim dkk., 1986: 259-260).
Dengan demikian diharapkan konsentrasi ion Al+3, Fe+3, dan Ca+2 yang bebas dalam
larutan akan berkurang, sehingga fosfor dalam tanah menjadi lebih tersedia bagi


3

tanaman. Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang,
pupuk hijau Sesbania rostrata , dan pupuk organik cair.
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah padi varietas Inpari
sidenuk yang merupakan salah satu padi hasil pemanfaatan IPTEK nuklir di bidang
pertanian. Varietas ini berasal dari jenis padi Diah Suci yang diradiasi sinar gamma
dengan dosis 0,20 kGy dari Co-60 dan memiliki potensi hasil 9,1 ton/ha GKG.
Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis
pupuk organik terhadap serapan hara P pada tanaman padi varietas Inpari sidenuk.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium, Kelompok Pemupukan dan
Nutrisi Tanaman Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) pada bulan Maret-Juni 2014.
Metode Penelitian


Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan desain penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari 6 perlakuan dan 4 kali ulangan.
Perlakuan yang dimaksud adalah P0 (perlakuan tanpa pupuk/kontrol), P1 (perlakuan
pupuk kandang), P2 (perlakuan pupuk S. rostrata ), P3 (perlakuan pupuk kandang + S.
rostrata ), P4 (perlakuan pupuk organik cair), P5 (perlakuan pupuk anorganik takaran

rekomendasi).
Alat dan Bahan

Tanaman padi varietas Inpari sidenuk dan S. rostrata , ember plastik sebagai pot,
gunting tanaman, cangkul, koret, dan neraca penimbang pupuk, neraca electronic
balance type BX22KH dan type ATY224 Shimadzu, furnace, penangas air, oven,
cawan porselein, labu ukur, pipet, penyaring Buchner, spektrofotometer, penggiling,
KH2PO4, HNO3, amonium vanadat 5%, amonium molibdat 0,25%, air suling, obatobatan (Curacron dan Furadan), pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau S.
rostrata, dan pupuk organik cair berbahan dasar S. rostrata produk Kelompok

4

Pemupukan dan Nutrisi Tanaman PAIR-BATAN) dan pupuk anorganik (Urea, SP36,
dan KCl).

Pelaksanaan Penelitian

Prosedur Persiapan Media Tanam dan Benih. Tanah yang digunakan adalah tanah
podzolik merah kuning yang berasal dari Kebun Percobaan PAIR Pasar Jumat. Tanah
dikering anginkan selama lima hari lalu ditumbuk sampai halus dan diayak.
Kemudian tanah tersebut dimasukkan ke dalam pot sebanyak 5 kg/pot. Jumlah pot
yang digunakan adalah 24 buah. Semua pot diberi label sesuai dengan perlakuan.
Kemudian digenangi air dan diaduk supaya tanah menjadi lumpur. Benih direndam
selama semalam, kemudian ambil benih yang akan digunakan untuk disemai.
Penyemaian dilakukan di bak plastik selama 2 minggu baik tanaman padi maupun
tanaman S. rostrata . Kedua benih tanaman ini disemai secara bersamaan dengan
dibatasi lembaran plastik agar tidak tercampur.
Penanaman dan Pemupukan. Benih tanaman padi maupun S. rostrata yang telah
berumur 2 minggu setelah penyemaian, dipilih yang seragam kemudian dipindah
tanam ke dalam pot sesuai dengan perlakuan. P1 dan P3 diberikan pupuk kandang
sapi 40 ton/ha atau setara dengan 100 g/pot. Pupuk kandang sudah dibenamkan ke pot
sesuai perlakuan 2 minggu sebelum pindah tanam. P2 dan P3 ditanam padi dan S.
rostrata dalam satu pot. Banyaknya tanaman S. rostrata adalah 8 tanaman. Posisi

penanaman padi dan S.rostrata dapat dilihat pada Gambar 1. Setelah tanaman padi

dan S. rostrata berumur 1 bulan setelah pindah tanam dilakukan pembenaman S.
rostrata sebagai pupuk hijau dengan cara tanaman S. rostrata dicabut kemudian

dipotong-potong sepanjang ±3-5 cm lalu dibenamkan ke dalam tanah. P4 diberikan
pupuk organik cair berbahan S.rostrata produk Kelompok Pemupukan dan Nutrisi
Tanaman PAIR-BATAN dengan takaran 10 cc.
P5 diberikan pupuk anorganik takaran rekomendasi, yaitu Urea dengan takaran 400
kg/ha atau setara dengan 1000 mg/pot, SP36 dengan takaran 300 kg/ha atau setara
dengan 750 mg/pot, dan KCl dengan takaran 200 kg/ha atau setara dengan 500
mg/pot.

5

Gambar 1. Letak tanaman padi dan Sesbania rostrata dalam satu pot
Pemeliharaan. 1) pengairan, dilakukan dengan penggenangan air, tinggi air ±3-5 cm
dari permukaan tanah; 2) penyiangan, dilakukan 2 minggu setelah pindah tanam,
rumput yang tumbuh dicabut dan dibenamkan; 3) pemberantasan hama dan penyakit,
jika terjadi serangan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan insektisida.
Teknik Pengambilan data


Pengambilan data dilakukan pada umur tanaman 70 HSPT. Parameter yang diamati
yaitu, tinggi tanaman, jumlah malai, panjang malai, berat segar gabah & jerami, berat
kering gabah & jerami, dan serapan P-Total tanaman. Perhitungan kandungan P :
absorbansi contoh dimasukkan dalam persamaan regresi dari kurva kalibrasi larutan
standar, sehingga didapat ppm contoh (Karaliyani, 2004:1).
Mg P/gr contoh = ppm contoh x 0,25
Analisis dan Pengolahan Data

Dilakukan uji homogenitas (uji Barlett) sebagai prasyarat ANAVA, setelah uji
ANAVA 1 Faktor dilakukan uji BNT untuk mengetahui beda pengaruh antar
pasangan perlakuan (Nurgana, 1985:33).

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

Tabel 1.
Hasil rata-rata tinggi tanaman, jumlah malai, dan panjang malai tanaman padi varietas
Inpari sidenuk umur 70 HSPT

Tinggi Tanaman

Perlakuan

(cm)

Tanpa pupuk organik
(P0)
Pupuk Kandang (P1)
Pupuk S.rostrata (P2)
Pupuk kandang dan
S.rostrata (P3)

Pupuk organik cair
(P4)

Jumlah malai

110,78


6a

116,18

13c

Panjang malai
(cm)
26,05
24,50

b

114,78

8,25

25,63

117,68

13,25c

23,37

114,10

9b

25,04

111,42

8,25b

25,62

Pupuk anorganik
takaran rekomendasi
Urea, SP36, KCl (P5)
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf superskrip yang sama, menunjukkan
tidak berbeda signifikan pada taraf 5%

7

Tabel 2.
Hasil rata-rata berat segar gabah, berat kering gabah, berat segar jerami, berat kering
jerami, dan serapan P-Total dalam tanaman padi varietas Inpari sidenuk umur 70
HSPT

Berat Segar (g)

Berat Kering (g)

Serapan P-Total

Perlakuan
Tanpa

pupuk

organik (P0)
Pupuk Kandang (P1)
Pupuk S. rostrata
(P2)
Pupuk kandang dan
S. rostrata (P3)

Pupuk organik cair
(P4)

Gabah

Jerami

Gabah

Jerami

Tanaman (mg)

12,85a

68a

7,28a

15,5a

123,4a

27,62c

139,7d

15,78c

32,88c

415,35d

18,25ab

86,45ab

9,68ab

22,25b

175,38ab

20b

109,92c

11,22b

26,42b

323,20c

19,58b

101,02bc

10,85b

23,52b

184,20b

19,25b

90,28bc

10,38ab

22,65b

177,36ab

Pupuk anorganik
takaran rekomendasi
Urea,

SP36,

KCl

(P5)
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf superskrip yang sama, menunjukkan
tidak berbeda signifikan pada taraf 5%

Pembahasan

Secara statistik pemupukan dengan pupuk organik maupun dengan pupuk
anorganik takaran rekomedasi mempengaruhi sifat agronomi dan serapan P-total
tanaman, kecuali pada parameter tinggi tanaman dan panjang malai. Hasil
pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan refleksi

8

dari ketersediaan unsur hara dalam tanah tempat tanaman tumbuh, khususnya hara
fosfor (P) yang dipengaruhi oleh aplikasi pupuk yang dicobakan.
Berdasarkan Tabel 1, tinggi tanaman umur 70 HSPT yang diperoleh pada
perlakuan pemupukan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, namun secara
visual terlihat berbeda. Perlakuan pupuk organik menunjukkan tinggi tanaman yang
lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal itu terjadi karena pupuk
organik dapat memperbaiki kondisi kesuburan tanah untuk menciptakan kondisi fisik,
kimia dan biologi tanah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
sehingga memungkinkan ketersediaan air, oksigen dan unsur hara dalam jumlah yang
cukup untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rao (1994: 6),
pupuk organik mampu menggemburkan lapisan permukaan tanah (top soil),
meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air,
yang oleh karenanya kesuburan tanah menjadi meningkat.
Perlakuan pupuk organik kandang, pupuk S. rostrata , kombinasi pupuk
kandang + S. rostrata , pupuk organik cair dan pupuk anorganik takaran rekomendasi
pada jumlah malai berbeda nyata terhadap kontrol dan yang menunjukkan hasil
terbaik adalah pemberian kombinasi pupuk kandang + S. rostrata . Hal ini terjadi
karena pupuk organik maupun pupuk anorganik takaran rekomendasi memberikan
suplai hara P yang cukup bagi terbentuknya jumlah malai dan waktu pembentukan
malai (pembungaan). Hal ini sesuai dengan pendapat Wijaya (2008:34), bahwa hara P
berperan dalam pembentukan bunga. Waktu munculnya bunga pertama kali pada
perlakuan pupuk organik lebih cepat bila dibandingkan dengan pupuk anorganik
takaran rekomendasi dan kontrol, yaitu pada umur 54 HSPT.
Berdasarkan Tabel 1, panjang malai yang diperoleh pada perlakuan pemupukan
secara statistik tidak berpengaruh signifikan, namun secara visual terlihat berbeda.
Panjang malai terbaik adalah perlakuan kontrol dan terendah adalah kombinasi pupuk
kandang + S. rostrata. Hal ini terjadi karena pasokan hara P digunakan untuk
perpanjangan malai atau perbanyakan jumlah malai. Jika malai yang dihasilkan
panjang, maka jumlah malai menjadi menurun, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai

9

dengan pendapat Ikhwani dkk. (2010:69), bahwa semakin banyak jumlah malai, maka
semakin pendek malainya.
Berdasarkan Tabel 2, berat segar gabah dan jerami pada perlakuan pupuk
kandang, kombinasi pupuk kandang + S. rostrata , pupuk organik cair, pupuk
anorganik takaran rekomendasi berbeda nyata terhadap kontrol dan pupuk S. rostrata
tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Hasil terbaik adalah pupuk kandang dan
berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk organik lainnya. Walaupun pupuk kandang
memperlihatkan rata-rata panjang malai lebih rendah dibandingkan kontrol, tetapi
gabahnya lebih berisi (tidak hampa/kosong). Menurut Sulistyono dkk. (2012:5), malai
yang terlalu panjang jika tidak diimbangi dengan pengisian bulir yang cepat dapat
menyebabkan tingkat kehampaan gabah yang tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa
pupuk kandang memasok hara P yang lebih optimal dalam pembentukan malai dan
pengisian gabah dibandingkan dengan pupuk organik lainnya, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pasokan hara P tidak hanya bermanfaat untuk pembentukan malai
saja tetapi juga pada produksi malai/gabah itu sendiri. Sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno (2003:85), bahwa hara P berperan dalam pembelahan sel,
pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah dan biji, mempercepat pematangan
biji dan perkembangan akar.
Akar yang berkembang maksimal mengakibatkan tanaman dapat lebih mudah
menyerap unsur-unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sehingga menghasilkan rata-rata berat segar jerami yang diperoleh pada
perlakuan pemupukan lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Hasil terbaik adalah
pupuk kandang dan berbeda nyata terhadap perlakuan pupuk organik lainnya.
Menurut Munawar (2011:92), pasokan hara P yang cukup mengakibatkan perakaran
pada tanaman meningkat, sehingga serapan hara dan air meningkat.
Unsur hara yang telah diserap akar, baik yang digunakan dalam sintesis
senyawa organik maupun tetap dalam bentuk ionik dalam jaringan tanaman, akan
memberi kontribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman (Lakitan, 1996:2).
Berdasarkan Tabel 2, berat kering jerami perlakuan pupuk kandang, pupuk S.

10

rostrata , kombinasi pupuk kandang + S. rostrata , pupuk organik cair, pupuk

anorganik takaran rekomendasi sangat berbeda nyata terhadap kontrol dan yang
menunjukkan hasil terbaik adalah pupuk kandang. Hal ini berbanding lurus dengan
peningkatan berat segar gabah dan jerami. Peningkatan berat kering gabah dan jerami
berkaitan dengan semakin tingginya kadar %P dalam gabah dan jerami.
Serapan P-total dalam tanaman yang diberi perlakuan pupuk kandang,
kombinasi pupuk kandang + S. rostrata , dan pupuk organik cair berbeda nyata
terhadap kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena pemupukan pupuk kandang,
kombinasi pupuk kandang + S. rostrata , dan pupuk organik cair mengakibatkan
adanya peningkatan ketersediaan P di dalam larutan tanah sehingga penyerapan unsur
tersebut oleh tanaman menjadi meningkat. Keadaan tersebut dapat memacu
pertumbuhan tanaman, berpengaruh terhadap jumlah malai, berat segar gabah, berat
segar jerami, berat kering gabah, dan berat kering jerami.
Serapan P-total dalam tanaman perlakuan pupuk S. rostrata tidak berbeda nyata
terhadap kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena hara P yang diserap selama
masa pertumbuhan S. rostrata belum seluruhnya dibebaskan kembali ke dalam tanah
sehingga belum mencukupi kebutuhan tanaman dan sulitnya proses dekomposisi akar
yang mungkin disebabkan karena akar banyak mengandung lignin, sehingga
pembebasan P terjadi sedikit demi sedikit dan berkesinambungan. Menurut Ventura
dkk. (1992: 506), laju dekomposisi dan mineralisasi bahan tanaman dipengaruhi
selain kadar N yang terutaman nisbah C/N juga oleh kadar lignin dalam bahan
tersebut. Serapan P-Total dalam tanaman perlakuan pupuk anorganik takaran
rekomendasi juga tidak berbeda nyata terhadap kontrol, hal ini disebabkan
ketersediaan hara perlakuan pupuk anorganik takaran rekomendasi bagi tanaman
cepat namun retensi hara lebih singkat karena tanah Pasar Jumat termasuk jenis tanah
podzolik merah kuning yang sangat kuat mengikat unsur hara P.
Hasil terbaik serapan P-Total tanaman adalah pupuk kandang dan berbeda
sangat nyata terhadap perlakuan lainnya. Menurut Buckman dan Brady (1982:157158), peningkatan P-tersedia tanah terjadi akibat pengaruh langsung dan pengaruh

11

tidak langsung dari pemberian pupuk organik terhadap berbagai bentuk fosfor dalam
larutan tanah. Pengaruh langsung, yaitu melalui proses mineralisasi bahan organik
sehingga langsung sebagai penyumbang unsur hara makro dan mikro, salah satunya
fosfor, sedangkan pengaruh tidak langsung dari pemberian pupuk organik
menyebabkan pembebasan ion fosfat dari ikatan logam-logam berat, misalnya Al+3,
Fe+3 dan Ca+2 .
Senyawa-senyawa fosfat dalam tanaman bertindak sebagai pengedar energi dan
penyimpan energi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan dan proses reproduktif.
Fosfor berperan penting dalam metabolisme energi, karena keberadaannya dalam
ATP, ADP, AMP, dan pirofosfat (PPi) (Salisbury dan Ross, 1995: 145). Adenosin
trifosfat (ATP) dan adenosin difosfat (ADP) ini terlibat dalam berbagai reaksi
biosintesis di dalam tanaman, seperti fotosintesis, sintesis protein, dan hampir semua
aspek pertumbuhan dan metabolisme di dalam tanaman, dari pertumbuhan tanaman
muda sampai pembentukan bunga dan biji serta pemasakannya.
Perlakuan pemberian pupuk kandang tanpa pupuk S. rostrata , memberikan hasil
terbaik pada parameter berat segar gabah, berat segar jerami, berat kering gabah,
berat kering jerami, dan serapan P-Total tanaman. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa perlakuan dengan pemberian pupuk kandang (40 ton/ha) dapat memberikan
ketersediaan hara P yang sangat optimal, sehingga menghasilkan pertumbuhan yang
baik.
Adanya persaingan dalam memperebutkan hara P antara padi dan S. rostrata
saat di tanam bersama menyebabkan tanaman padi tidak tumbuh secara optimal. Oleh
karenanya dengan adanya kombinasi pupuk kandang + S. rostrata suplai hara P yang
diberikan untuk tanaman dapat dipenuhi. Sedangkan untuk pupuk S. rostrata saja
kebutuhan hara kurang terpenuhi secara baik. Akibatnya pada parameter jumlah malai
perlakuan campuran pupuk kandang + S. rostrata menunjukkan hasil yang baik.
Perlakuan pupuk organik cair dimana bahan pupuk tersebut berasal dari
tanaman S. rostrata memperlihatkan hasil yang lebih baik daripada pupuk S. rostrata
yang langsung dibenamkan ke dalam tanah. Hal ini terjadi karena pupuk organik cair

12

sudah mengalami dekomposisi lebih cepat dengan bantuan EM4 dan terdapat zat
perangsang tumbuh yang berasal dari Oligochitosan. Oligochitosan dibuat dari
cangkang udang, kepiting dan lobster (Bittelli dkk., 2001: 167). Oligochitosan
dikenal merupakan senyawa yang aktif sebagai perangsang tumbuh tanaman,
menstimulir serapan hara, meningkatkan proses germinasi dan perkecambahan serta
memperkuat vigor tanaman. Menurut Uthairatanakih dkk. (2007:3), Oligochitosan
dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan dengan meningkatkan sinyal
untuk sintesis hormon tanaman seperti giberelin dan auksin.
KESIMPULAN
Kesimpulan

1.

Jenis pupuk organik berpengaruh terhadap sifat agronomi dan serapan P-Total
tanaman padi varietas Inpari sidenuk.

2.

Rata-rata jumlah malai terbanyak ditunjukkan oleh tanaman padi yang diberi
perlakuan pupuk kandang + S. rostrata (P3), yaitu 13,25; berarti persentase
jumlah malai terhadap kontrol adalah 220,83%.

3.

Rata-rata berat segar gabah, berat segar jerami, berat kering gabah, berat kering
jerami, dan serapan P-Total tanaman terbaik ditunjukkan oleh tanaman padi yang
diberi perlakuan pupuk kandang (P1), yaitu 27,62 g,139,7 g, 15,78 g, 32,88 g,
dan 415,35 mg, berarti persentase berat segar gabah, berat segar jerami, berat
kering gabah, berat kering jerami, dan serapan P-Total terhadap kontrol adalah
214,94% ; 205,44% ; 216,76% ; 212,13% ; dan 336,59%.

Saran

1.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan tanaman selain padi
varietas Inpari sidenuk dan menggunakan jenis tanah lainnya.

2.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pupuk organik dengan jenis
dan konsentrasi yang berbeda.

13

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Bahan Pangan Hasil Olahan Beras. http://www.koranjakarta.com/?pg= instagram_detail&berita_id= 5905. Diakses tanggal 15
April 2014.
Bittelli, M., M. Flury, G. S. Campbell and E.J. Nichols. 2000. “Reduction pf
Transpiration Through Foliar Application pf Chitosan”. Agricultural and
Forest Meteorology. 107(2001), 167-175.
Buckman, Harry O and Brady, Nyle C. 1982. Ilmu Tanah. (Terjemahan Prof. Dr.
Soegiman).Jakarta: Bhratara Karya Aksara. (Buku asli diterbitkan tahun
1969).
Dobermann, A., and T. Fairhust. Rice Nutrient Disorders & Nutrient Management.
Tham Sin Chee, Potash & Phosphate Institute (PPI), Phosphate Institute of
Canada (PPIC) and International Rice Researvh Institute (IRRI).
Hakim, Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo G. Nugroho, A. Amin
Diha, Go Bang Hong dan H.H Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Lampung: Universitas Lampung Press.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Haryanto dan Idawati. 1996.”Serapan Hara P Oleh Tanaman Padi pada Beberapa
Jenis Tanah yang Dipengaruhi Pemberian Pupuk Hijau Kacang Panjang”.
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Isotop dan
Radiasi, Jakarta 117-121.
Ikhwani, Endang Suhartatik dan A. Karim Makarim. 2010.”Pengaruh Waktu, Lama,
dan Kekeruhan Air Rendeman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah
IT64-sub1”. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 29(2), 63-71
Karaliyani. 2004. Instruksi Kerja Penetapan Kandungan P-Total Tanaman dengan
Pelarut HNO3. Jakarta: Puslitbang Teknologi Isotop dan Radiasi.
Lakitan, Benyamin. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB Press.
Nurgana, Endi. 1985 Statistika untuk Penelitian. Bandung: C.V Permadi.

14

Rao, N.S. Subba. 2010. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta:
UI-PRESS.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1 (Alih
bahasa Lukman, D. R & Sumaryono). Bandung: ITB Press.
Sulistyono, Eko, Suwarno, Ikandar Lubis dan Deni Suhendar. 2012. “Pengaruh
Frekuensi Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Lima Galur Padi
Sawah”. Agrovigor . 5(1), 1-8.
Uthairatanakij A, Silva JAT, Obsuwan K. 2007. “Chitosan for Improving Orchid
Production and Quality”. J. Orchid Sci and Biotech 1(1), 1-5.
Ventura, Wilbur, Iwao Waranabe and Grace B. Mascarina. 1992. “Mineralization of
Azolla N and Its Availability to Wetland Rice”. Soil Sci. Plant Nutr. 38(3),
505-516.
Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Lampiran Foto

Persemaian padi & S. rostrata umur 12 HST Tanaman padi umur 57 HSPT

Tinggi tanaman padi 70 HSPT (panen)

Panjang malai padi umur 70 HSPT

15

16