HUKUM DAN HAM SLIDE pptx

HUKUM DAN HAM
OLEH:
ADI HERMANSYAH

Franklin D. Roosevolt (1941) dalam the four of
freedom.
 kebebasan berbicara (the freedom of speech),
 kebebasan beragama (the freedom of religion),
 kebebasan dari kemiskinan (the freedom from
want), dan
 kebebasan dari rasa takut (the freedom of fear)

Era Baru HAM DI Indonesia
Latar belakang pengaturan HAM secara yuridis di
Indonesia dikarenakan bertumpuknya kasus di Indonesia:
 BLBI
 KKN
 Kasus Tanjung Priuk 12/9/1984
DOM Aceh 1989
 Semanggi I 13/11/1998
Semanggi II 22-24/9/1999

Pelanggaran HAM Liquica, Dili April 1999&September
1999

HAM DALAM UUD 1945
Hak Asasi Manusia adalah hak dasar atau hak

pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi
manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha
Esa sejak lahir, maka tidak seorang pun dapat
mengambilnya atau melanggarnya. Kita harus
menghargai anugerah ini dengan tidak membedakan
manusia berdasarkan latar belakang ras, etnik,
agama, warna kulit, jenis kelamin, pekerjaan,
budaya, dan lain-lain

3 hak asasi manusia yang paling fundamental (pokok),
yaitu :
a. Hak Hidup (life)
b. Hak Kebebasan (liberty)

c. Hak Memiliki (property)









Macam-macam Hak Asasi Manusia :
Hak asasi pribadi, yaitu hak asasi yang berhubungan
dengan kehidupan pribadi manusia. Contohnya : hak
beragama, hak menentukan jalan hidup, dan hak
bicaara.
Hak asasi politik, yaitu yang berhubungan dengan
kehidupan politik. Contohnya : hak mengeluarkan
pendapat, ikut serta dalam pemilu, berorganisasi.
Hak asasi ekonomi, yaitu hak yang berhubungan
dengan kegiatan perekonomian. Contohnya : hak

memiliki barang, menjual barang, mendirikan
perusahaan/berdagang, dan lain-lain.
Hak asasi budaya, yaitu hak yang berhubungan
dengan kehidupan bermasyarakat. Contohnya : hak
mendapat pendidikan, hak mendapat pekerjaan, hak
mengembangkan seni budaya, dan lain-lain.

LANJUTAN .........

 Hak

kesamaan kedudukan dalam hukum dah
pemerintahan, yaitu hak yang berkaiatan dengan
kehidupan hukum dan pemerintahan. Contohnya:
hak mendapat perlindungan hukum, hak membela
agama, hak menjadi pejabat pemerintah, hak untuk
diperlakukan secara adil, dan lain-lain.
 Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara
pengadilan. Contohnya : dalam penyelidikan, dalam
penahanan, dalam penyitaan, dan lain-lain.


HAM DALAM UUD 1945
DALAM PEMBUKAAN (PREAMBULE)

a) Alinea I : “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah

haak segala bangsa dan oleh sebab itu maka
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
b) Alinea IV : “… Pemerintah Negara Republik Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang
berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial……”

DALAM BUATANG TUBUH
 Hak dalam bidang politik (pasal 27 (1) dan 28)


27 (1) :”warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
danpemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengantidak ada kecualinya”.
28 : “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan

pikiran denganlisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang”.
 Hak dalam bidang ekonomi (pasal 27 (2), 33, 34),

27 (2) : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”.
 Hak dalam bidang sosial budaya (pasal 29, 31, 32),
 Hak dalam bidang hankam (pasal 27 (3) dan 30).

Pasal 28 A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya. **)
Pasal 28 B
1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan

melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah.**)
2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. **)

Pasal 28 C

1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. **)
2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa dan negaranya.**)
Pasal 28 D
1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum.

2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan
dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja “)
3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang
sama dalam pemerintahan.
4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. **)

Pasal 28 E

1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran. memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di
wilayah negara dan meninggakannya, serta berhak kembali.**)
2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. **)
3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat.**)
Pasal 28 F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.**)

 Pasal 28 G

1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dan
ancaman kelakutan untuk berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi. **)
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan alau perlakuan
yang rnerendahkan derajat martabat manusia dan berhak
memperoleh suara politik dari negara lain. **)
Pasal 28 H
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal dan mendapalkan lingkungan hid up yang baik dan sehal serfa
berhak memperoleh pefayanan kesehatan **)
2) Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan
khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan.**)

3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat. **)
4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik

Pasal 28 I

1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum dan hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. **)
2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif **)
3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.**)
4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, Terutama pemerintah.**)
5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai

dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan
hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan. **)

Pasal 28 J

1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia
orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.**)
2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
partimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
**)

BAB XI

AGAMA
Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing danuntuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak AsasiManusia

Instrumen ini ditetapkan pada tanggal 13 November 1998. Dalam ketetapan MPR
tersebut disebutkan antara lain :
1) Menugaskan kepada lembaga-lembaga tinggi negara dan seluruh aparatur
pemerintah untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman
mengenai hak asasi manusia kepada seluruh masyarakat.
2) Menugaskan kepada Presiden dan DPR untuk meratifikasi (mengesahkan) berbagai
instrumen hak asasi manusia internasional selama tidak bertentangan dengan
Pancasila dan DUD 1945
3) Membina kesadaran dan tanggung jawab masyarakat sebagai warga negara untuk
menghormati, menegakkan hak dan menyebarluaskan hak asasi manusia melalui
gerakan kemasyarakatan.
4) Melaksanakan penyuluhan, pengkajian, pemantauan dan penelitian serta
menyediakan media tentang hak asasi manusia yang ditetapkan dengan undangundang
5) Menyusun naskah hak asasi manusia dengan sistematis dengan susunan:
a. Pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap hak asasi manusia dan,
b. Piagam hak asasi manusia
6) Isi beserta uraian naskah hak asasi manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari ketetapan ini.
7) Ketetapan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu langgal 13 November 1998

HAM DALAM per-UU
NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

Kepres No 129 Tahun 1998 Tanggal 15/8/1998 Tentang

Komisis Nasional Anti Kekerasan Thdp Perempuan
Inpres No 26 Tahun 1998 Tanggal 16/9/1998 Tentang
Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi
Dlm Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan
Perencaan Proigram Ataupun Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintah.
UU No 5 Tahun 1998 Tanggal 28/9/1998 Tentang
Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman lain yang kejam, tidak
manusiawi atau merendahkan.
Kepres No 181 Tahun 1998 tanggal 9/10/1998 tentang
Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan
UU No 9 Tahun 1998 tanggal 26/10/1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum.
UU 39 Tahun 1999 Tanggal 23 /9/1999 Tentang HAM

UU No 26 Tahun 2000 Tanggal 23/11/2000 Tentang

Pengadilan HAM

Beberapa klasifikasi HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN
DASAR MANUSIA UU No 39 Tahun 1999 adalah:
Hak Untuk Hidup (Pasal 9) mencakup: hak untuk hidup &
meningkatkan taraf hidup; hak untuk hidup tentram, aman & damai;
dan hak untuk menikmati lingkungan hidup yang baik.
Hak Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan (Pasal 10) mencakup
hak untuk membentuk suatu keluarga melalui perkawinan yang sah.
Hak Mengembangkan kebutuhan dasar (Pasal 11-16) mencakup:
hak untuk pemenuhan diri; hak pengembangan pribadi; hak atas
manfaat IPTEK; dan hak atas komunikasi dan informasi.
Hak Memperoleh Keadilan (Pasal 17-19) mencakup: hak
perlindungan hukum; hak atas keadilan dalam proses hukum; hak
atas hukuman yang adil.
Hak Atas Kebebasan dari perbudakan (Pasal 20-27) mencakup: hak
untuk bebas dari perbudakan pribadi; hak atas keutuhan pribadi;
kebebasan memeluk agama dan keyakinan politik; kebebasan
untuk berserikat dan berkumpul; kebebasan untuk menyampaikan
pendapat; status Kewarganegaraan; dan kebebasan untuk bergerak.

PEMBATASAN DAN LARANGAN (Bab
VI)
Pasal 73
Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini
hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang,
semata-mata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan
terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang
lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.
Pasal 74
Tidak satu ketentuanpun dalam Undang-undang ini boleh
diartikan bahwa Pemerintah, partai, golongan, atau pihak
manapun
dibenarkan
mengurangi,
merusak,
atau
menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar
yang diatur dalam Undang-undang ini.

Komnas HAM
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

dibentuk pada tanggal 7Juni 1993 berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 50 tahun 1993
tentangKomisi Nasional Hak Asasi Manusia.

Ketetapan

MPR
Nomor XVII/MPR/1998.
menyebutkan menugasilembaga-lembaga tinggi
negara
dan
seluruh
aparatur
pemerintah
untukmenghormati,
menegakkan
dan
menyebarluaskan pemahaman mengenai hakasasi
manusia kepada seluruh masyarakat. Selain itu,
dalam Ketetapan tersebut juga disebutkan bahwa
pelaksanaan
penyuluhan,
pengkajian,
pemantauan,penelitian dan mediasi tentang hak
asasi manusia dilakukan oleh suatu KomisiNasional
Hak Asasi Manusia yang ditetapkan dengan
Undang-undang

Tujuan Komnas HAM:
 Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, UUD 1945 dan Piagam PBB serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
 Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak
asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Instrumen nasional:
Undang Undang Dasar 1945;
Tap MPR No. XVII/MPR/1998;
UU
No 5 Tahun 1998

TENTANG PENGESAHAN
CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL,
INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT
(KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN
ATAU PENGHUKUMAN LAIN YANG KEJAM, TIDAK
MANUSIAWI, ATAU MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA);
UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia;
UU No 26 tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM;
UU No 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN
INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND
CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG
HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA;

UU No 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN

INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND
POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL
TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK);
UU No 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis;
 UU No 19 TAHUN 2011 TENTANG PENGESAHAN
CONVENTION ON THE RIGHTS OF PERSONS WITH
DISABILITIES(KONVENSI MENGENAI HAK-HAK
PENYANDANG DISABILITAS);
Peraturan perundang-undangan nasional lain yang
terkait; - Keppres No. 50 tahun 1993 Tentang Komnas
HAM;
- Keppres No. 181 tahun 1998 Tentang Komnas Anti
kekerasan terhadap Perempuan;

Instrumen Internasional:
Piagam PBB, 1945;
Deklarasi Universal HAM 1948;
Instrumen internasional lain mengenai HAM yang
telah disahkan dan diterima oleh Indonesia.

PENGADILAN HAM

UU 26 Tahun 2000
Pasal 4

Pengadilan HAM bertugas dan berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat.
Pasal 5
Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia
yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial
wilayah negara Republik Indonesia oleh warga
negara Indonesia

konsideran UU No. 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi

International Covenant On Economic, Social And
Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang HakHak Ekonomi, Sosial Dan Budaya) disebutkan
bahwa “bahwa hak asasi manusia merupakan hak
dasar yang secara kodrati melekat pada diri
manusia, bersifat universal dan langgeng, dan oleh
karena itu, harus dilindungi, dihormati,
dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi,
atau dirampas oleh siapapun”.

Lanjutan .............
Dalam Pasal 7 Pelanggaran hak asasi manusia yang
berat meliputi:
a. kejahatan genosida;
b. kejahatan terhadap kemanusiaan.

HAM DALAM ISLAM
Hak Pribadi:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS. 24 AnNuur: 27)
“ Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka
jangan lah kamu masuk sebelum mendapat izin. Dan jika
dikatakan padamu “kembali (saja)lah, maka hendaklah
kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (An-Nuur ayat 28)

Penjelasan...............
Dalam menjelaskan ayat di atas, Ibnu Hanbal dalam
Syarah
Tsulatsiyah
Musnad
Imam Ahmad
menjelaskan bahwa orang yang melihat melalui
celah-celah ointu atau melalui lubang tembok atau
sejenisnya selain membuka pintu, lalu tuan rumah
melempar atau memukul hingga mencederai
matanya, maka tidak ada hukuman apapun baginya,
walaupun ia mampu membayar denda.

Penguasa tidak dibenarkan mencari-cari kesalahan rakyat

atau individu masyarakat. Rasulullah saw bersabda:
"Apabila pemimpin mencari keraguan di tengah manusia,
maka ia telah merusak mereka." Imam Nawawi dalam
Riyadus-Shalihin menceritakan ucapan Umar: "Orangorang dihukumi dengan wahyu pada masa rasulullah saw.
Akan tetapi wahyu telah terhenti. Oleh karenanya kami
hanya menghukumi apa yang kami lihat secara lahiriah
dari amal perbuatan kalian."

Lanjutan...........
Perbuatan

mencari-cari kesalahan sudah dilakukan
manakala muhtasib telah berupaya menyelidiki gejalagejala kemunkaran pada diri seseorang, atau dia telah
berupaya mencari-cari bukti yang mengarah kepada
adanya perbuatan kemunkaran. Para ulama menyatakan
bahwa setiap kemunkaran yang berlum tampak buktibuktinya secara nyata, maka kemunkaran itu dianggap
kemunkaran tertutup yang tidak dibenarkan bagi pihak lain
untuk mengungkapkannya. Jika tidak, maka upaya
pengungkapan ini termasuk tajassus yang dilarang agama.



Dalam al-Qur’an terdapat sekitar empat puluh ayat yang

berbicara mengenai paksaan dan kebencian. Lebih dari
sepuluh ayat bicara larangan memaksa, untuk menjamin
kebebasan berfikir, berkeyakinan dan mengutarakan
aspirasi. Misalnya:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman,
dan barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang
zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka.
Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan
diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih, yang
menghanguskan muka Itulah minuman yang paling buruk
dan tempat istirahat yang paling jelek" (QS. Al Kahfi: 29)

Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya.
Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99)
Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu menghendaki,
tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya.
Apakah kamu memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10: 99)

Al-Qur’an mengajukan sekitar delapan puluh ayat tentang

hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana hidup.
Misalnya: "Barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain
(Bukan karena qishaash: Pen), atau bukan karena
membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa
yang memeliharara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya" (QS. 5 Al-Maa-Idah: 32). Juga Qur’an bicara
kehormatan dalam sekitar dua puluh ayat.

Al-Qur’an menjelaskan sekitar seratus lima puluh

ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk, serta
tentang persamaan dalam penciptaan. Misalnya: “Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenl mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah yang paling bertawa diantara
kamu. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"
(QS. 49 Al Hujuraat: 13)

Hak Keadilan dan Persamaan:
Sabda Nabi SAW:
"Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti
aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

TIPE PELANGGARAN HAM

pelanggaran hak asasi manusia yang dberikan oleh UU. No.
39/1999 sebagai berikut ini:
“Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang ataukelompok orang termasuk aparat negara
baik disengaja maupun tidakdisengaja atau kelalaian yang
secara melawan hak hukum, mengurangi,menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang
ini,dan
tidak
mendapat,
atau
dikhawatirkan tidak akan memperolehpenyelesaian hukum
yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku” (pasal 1 butir 7).

Pelanggaran

HAM dalam Mastricht Guidelines
menyatakan juga bahwa pelanggaran terjadi lewat
acts of commission ( tindakan untuk melakukan),
oleh pihak negara atau pihak lain yang tidak diatur
secara memadai oleh negara, atau lewat acts of
ommission (tindakan untuk tidak melakukan tindakan
apapun) oleh negara.

Tipologi Pelanggaran HAM
1. Pelanggaran hak asasi manusia dilakukan oleh negara
lewat, act of commission maupun act of ommision yang
terjadi di Indonesia dilihat dari kegagalan negara dan/atau
pemerintah memenuhi kewajibannya sebagaimana yang
disebutkan di dalam undang-undang.
Penjelasan Pasal 8 UU No. 39/1999 menyebutkan: ‘
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab
pemerintah .....Lihat juga pasal 71: “pemerintah wajib dan
bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan,
dan memajukanhak asasi manusia yang diatur dalam
Undang-Undang ini …dst”; dan pasal 72:” kewajiban dan
tangungjawab
pemerintah….,
meliputi
langkah
implementasi yang efektif di bidang hukum, politik, ekonomi,
social, budaya, pertahanan keamanan negara, dan bidang
lain’.

Pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia dapat diketegorikan
ke dalam pelanggaran negara terhadap kewajibannya untuk
a. Menghormati;
b. Melindungi; dan
c. Memenuhi hak asasi manusia.
1) Pelanggaran terhadap kewajiban untuk menghomati hak asasi
manusia berupa tindakan (aparat) negara dalam hal:
a)
Pembunuhan diluar hukum sebagai pelanggran atas
kewajiban menghormati hak untuk hidup. Contoh: pembunuhan
di luar hukum sejumlah besar orang yang dituduh PKI pada
tahun-tahun awal Orde Baru, baik yang secara langsung
dilakukan oleh aparat negara (acts of commission) maupun yang
dilakukan oleh pelaku bukan-negara, tetapi (aparat) negara tidak
mencegahnya (act of ommission); Contoh : Petrus, Pembunuhan
sejumlah orang yang dituduh “tukang santet” di beberapa wilayah
di Jawa yang terjadi pada parohan kedua tahun 1990-an’

b) Penghilangan secara paksa (enforced disappearence)
atau penculikan (pelanggaran atas kewajiban untuk
menghormati hak hidup) sejumlah aktivitas mahasiswa
demokrasi oleh apa yang disebut sebagai “team
Mawar Kopassus” pada parohan kedua tahun 1990an. (Ps. 33 (2) UU No 39/1999
c) Penyiksaan dan penganiayaan (pelanggaran atas hak
untuk tidak disiksa) yang dilakukan oleh (aparat)
negara (satuanpolisi/Brimob) terhadap sejumlah aktivis
mahasiswa dalam kasus penculikan oleh Team Mawar
Kopassus; (Ps. 4 & 34 UU No 39/1999)

d) Penangkapan dan penahanan di luar hukum
(melanggar kewajiban untuk menghormati hak
kebebasan individu ) oleh aparat negara
(polisi/Brimob) terhadap aktivis OMOP “Koalisi NGO
HAM Aceh” pada masa Darurat Militer di Aceh. (Ps
34 UU No 39/1999
e) Pelarangan organisasi dan kegiatan organisasi
(pelanggaran atas kewajiban untuk menghormati
kebebasan berpendapat dan berserikat) oleh aparat
negara (Penguasa Darurat Militer) terhadap Kontras
Banda Aceh pada bulan Juni 2003; Maklumat PDMD
tentang pembatasan dan/atau pelarangan NGOs
HAM dan kegiatannya.

lihat pasal 24 (1) UU, No.39/1999: ‘setiap orang

berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat
untuk maksud-maksud damai,’ pasal 101; ‘setiap
orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau
lembaga
kemasyarakatan
lainnya,
berhak
menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia’…dst,;

f)

Pelarangan atas dan pembatasan terhadap
keyakinan ideologi (keyakinan politik) dan/atau
agama (pelanggaran atas kewajiiban menghormati
hak kebebasan berkeyakinan dan beragama
individu) dalam kasus ketetapan MPRS XXV /1966,
dan pelarangan Jemaat Ahmadiyah (di Pancor,
Lombok Timur), serta pelarangan pentas teater
buruh dan teater lainnya.

lihat pasal 23 UU. No.39/1999: ‘setiap orang bebas
untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya’.
lihat pasal 22 (1) UU.No. 39/1999: ‘setiap orang
berhak memeluk agamanya masing-masing dan
berhak untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.’ Pasal 22 (2); ‘negara menjamin
kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.’

2) Pelanggaran terhadap kewajiban untuk melindungi hak
asasi manusia berupa tindakan negara atau melakukan
tindakan yang memadai guna melindungi individu atau
kelompok dari pelanggaran hak individu atau kelompok
termasuk pencegahan atau pelanggaran penikmatan
kebebasan individu atau kelompok.Pelanggaran by act of
ommission antara lain:
a) Kegagalan untuk bertindak, ketika satu kelompok tertentu,
seperti satu kelompok etnis, menyerang kelompok, liyan;
Contoh : Pembakaran Sekolah2 di Aceh, Penyerangan
Kantor Kontras, penyerangan Mesjid Jema’at Ahmadiyah,
kegagalm mencegah terjadinya pembunuhan terhadap
“dukun Santet”, Petrus...dll.
b) b) Kegagalan untuk memaksa perusahaan untuk
membayar upah yang tepat.

Pernyataan Hak Asasi Manusia (Unifersal Declaration Human

Right) ditegaskan dalam Pasal 11 UDHR yang berbunyi “setiap
orang yang dituntut karena disangka pelanggaran pidana
dianggap tak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut
undang-undang dalam suatu pengadilan terbuka, dan di dalam
sidang itu diberi segala jaminan yang perlu untuk
pembelaannya.”
Dari pencantuman dan ratifikasi beberapa ketentuan/ instrumen
hukum internasional (ICCPR, ICESCR, UDHR) berarti negara
Indonesia sebagai negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945)
dan menganut sistem dualisme dalam pengakuan ketentuan
hukum internasional. Mutlak menjadikan sistem negara hukum
yang mengakui persamaan dan Hak Asasi Manusia (ciri negara
hukum formil).
Ketentuan/ regulasi Hak Asasi Manusia dapat ditemukan baik
dalam UUD 1945 (Pasal 28), Undang-undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia, maupun Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana.

3) Pelanggaran terhadap kewajiban untuk memenuhi hak
asasi manusia dalam hal melakukan tindakan yang
memadai untuk memenuhi penikmat atas pelayanan
publik25 lewat acts of ommision, seperti:
i. Kegagalan untuk memenuhi sistem perawatan kesehatan
dasar dari para pengungsi berbagai peristiwa: pengungsi
kasus konflik horisontal di Kalimantan Barat’, pengungsi
kasus konflik horisontal’ “Ambon”; pengungsi kasus “Aceh”
ii. Kegagalan untuk mengimplementasikan satu sistem
pendidikan gratis pada tingkat SD.

Pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia yang
dilakukan oleh pelaku bukan negara:
1) Pembunuhan penduduk sipil
2) Pengusiran komunitas
3) Serangan bersenjata oleh satu pihak melawan pihak
yang lain:
4) Serangan kelompok yang menamakan diri ormas
tertentu terhadap gedung dan bangunan tempat usaha
di berbagai tempat
5) Serangan fisikal mendadak oleh pengawal melawan
para pemrotes: serangan polisi anti huru-hara (dan
PHH) terhadap mahasiswa
6) Serangan fisikal kelompok yang menamakan diri
‘Banteng Muda’ terhadap mahasiswa demonstran di
Malang.

LANJUTAN .............
Piagam Pengadilan Militer Internasional Nuremberg

menyebutkan kejahatan yang dapat dikatagorikan
sebagai pelanggaran HAM berat sebagai berikut:
1. Kejahatan terhadap perdamaian (Crimes against
peace). Termasuk kejahatan terhadap perdamaian
ialah: merencanakan, mempersiapkan, memulai, atau
menjalankan perang agresi, atau perang yang
melanggar
perjanjian-perjanjian
internasional,
persetujuan-persetujuan atau jaminan-jaminan; atau
turut serta di dalam rencana bersama atau komplotan
untuk mencapai salah satu daripada tujuan
perbuatan-perbuatan tersebut di atas.

2. Kejahatan Perang (War Crimes). Termasuk kejahatan
perang ialah: pelanggaran terhadap hukum atau
kebiasaan-kebiasaan perang, seperti pembunuhan
(murder), perlakuan kejam terhadap penduduk sipil
dengan mengasingkan mereka, mengerjakan mereka
secara paksa, atau di wilayah pendudukan
memperlakukan tawanan-tawanan perang dengan
kejam, membunuh mereka, atau memperlakukan
orang di laut secara demikian; merampas milik
Negara atau milik perseorangan, menghancurkan kota
atau desa dengan secara berkelebihan atau semaumaunya, atau membinasakannya tanpa adanya
keperluan militer.

3. Kejahatan terhadap Kemanusiaan (Crimes against
humanity).
Termasuk
kejahatan
terhadap
kemanusiaan
ialah:
pembunuhan
(murder)
membinasakan, memperbudak, mengasingkan dan
lain-lain kekejaman di luar perikemanusiaan terhadap
penduduk sipil, yang dilakukan sebelum atau sesudah
perang; perkosaan hak-hak dasar berdasarkan
alasan- alasan politik, ras atau agama. Pemimpin atau
orang yang mengorganisir, menghasut dan membantu
mereka yang turut serta dalam membentuk atau
melaksanakan rencana bersama komplotan untuk
melakukan
kejahatan-kejahatan
tersebut
bertanggungjawab atas perbuatan orang- orang yang
melakukan rencana tersebut.

Menurut

pasal 6 Piagam Pengadilan Militer
Internasional tersebut para pemimpin, organisator,
instigator (agitator) dan pembantu yang berpartisipasi
untuk merencanakan atau melaksanakan atau
berkonspirasi untuk melakukan kejahatan tersebut di
atas tetap bertanggungjawab atas tindak pidana yang
dilakukan oleh setiap orang yang melaksanakan
rencana tersebut.

Pengadilan Internasional untuk penuntutan orang

orang yang yang diduga bertanggungjawab atas
pelanggaran serius hukum humaniter internasional di
wilayah bekas Yugoslavia sejak tahun l991
(International Tribunal For The Prosecution of Persons
Responsible for Serious Violations of International
Humanitarian Law Committed In The Territory Of The
Former Yugoslavia Since l991 (ICTY) dibentuk
berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB No.827
Tahun
1993
menyebutkan
berbagai
bentuk
pelanggaran serius atau berat HAM, yang berada di
bawah kompetensi pengadilan tersebut, yaitu: 1.
Kejahatan Genosida; 2. Kejahatan terhadap
Kemanusiaan

Statuta

Pengadilan Pidana Internasional Untuk
Rwanda (ICTR) menyebutkan pula kompetensinya
atas kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
Kemanusiaan. Dua bentuk kejahatan ini dinilai
sebagai suatu pelanggaran serius atau berat HAM
oleh masyarakat internasional karena dampak
buruknya yang luar biasa dahsyat bagi jiwa, raga dan
peradaban manusia.

Mukadimah Statuta Roma
“Menyadari bahwa semua orang dipersatukan oleh ikatan bersama,
kebudayaan mereka bertaut kembali dalam suatu warisan bersama,
dan keprihatinan bahwa mosaik yang rapuh ini dapat hancur setiap
saat, Menyadari bahwa dalam abad ini berjuta-juta anak,
perempuan, dan laki-laki telah menjadi korban dari kekejaman tak
terbayangkan yang sangat mengguncang nurani kemanusiaan,
Mengakui bahwa kejahatan yang sangat keji tersebut mengancam
perdamaian, keamanan dan kesejahteraan dunia, Menegaskan
bahwa kejahatan paling serius yang menjadi perhatian masyarakat
internasional secara keseluruhan tidak boleh dibiarkan tak dihukum
dan bahwa penuntutan mereka secara efektif harus dijamin dengan
mengambil langkah-langkah ditingkat nasional dan dengan
memajukan kerjasama internasional, bertekad untuk memutuskan
rantai kekebalan hukum (impunity) bagi para pelaku kejahatan ini
dan dengan demikian memberi sumbangan kepada dicegahnya
kejahatan tersebut, Mengingat bahwa merupakan tugas setiap
negara untuk melaksanakan yurisdiksi kejahatannya terhadap
orang-orang yang bertanggungjawab atas kejahatan internasional,”

yurisdiksi Pengadilan Kejahatan Internasional atas
kejahatan paling serius yang merupakan pelanggaran
HAM berat yaitu:
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan;
3. Kejahatan Perang;
4. Kejahatan agresi.

Perihal perttanggungjawaban individu itu telah dirumuskan
oleh Komisi Hukum Internasional (International Law
Commission) pada tanggal 29 Juli 1950 sebagai berikut:
1. Setiap orang yang melakukan suatu perbuatan yang
merupakan
suatu
kejahatan
internasional
bertanggungjawab atas perbuatannya dan harus dihukum.
2. Fakta bahwa hukum internal (nasional) tidak mengancam
dengan pidana atas perbuatan yang merupakan suatu
kejahatan menurut hukum internasional tidaklah
membebaskan orang yang melakukan perbuatan itu dari
tanggungjawab menurut hukum internasional.
3. Fakta bahwa orang tersebut melakukan perbuatan yang
merupakan suatu kejahatan menurut hukum internasional
bertindak sebagai Kepala Negara atau Pejabat
Pemerintah yang bertanggungjawab, tidak membebaskan
dia dari tanggungjawab menurut hukum internasional.

Lanjutan ................
4. Fakta bahwa orang tersebut melakukan perbuatan itu
untuk melaksanakan perintah dari Pemerintahnya atau
dari atasannya tidaklah membebaskan dia dari
tanggungjawab menurut hukum internasional, asal saja
pilihan moral (moral choice) yang bebas dimungkinkan
olehnya.

PENEGAKAN HAK ASASI
MANUSIA MELALUI
MAHKAMAH PIDANA
ITERNASIONAL

6/15/18

66

Dalam mukadimah “Universal Declaration of Human

Rights” tahun 1948 yang merumuskan 30 pasal Hak
Asasi Manusia (HAM) dianggap sebagai aspirasi
yang tertinggi (the highes aspiration) dalam kehidupan
manusia. Keberadaan HAM tersebut harus dilandasi
dengan Undang-undang (should be protected by law).

6/15/18

67

Beberapa negara yang menganut politik aktif

dalam hubungan bilateral maupun multilateralnya,
menjadikan HAM sebagai unsur “pokok” atau
“terpenting” dalam politik luar negerinya. dan
adapula negara yang hanya basa-basi
menegakkan HAM.
Malah, di beberapa negara, pelanggaran HAM
dilakukan secara terbuka oleh pihak penguasa
atau sengaja dibiarkan terjadi, demi meredam
pembangkangan ideologis dan politis. Hal ini,
sebetulnya, membuka peluang baru
memburuknya situasi HAM dalam tataran global.

6/15/18

68

HAM Sebagai Unsur Pokok Politik Luar Negeri
A
K
I
B
A
T

Penegakan HAM Yang “BASA-BASI”

Pelanggaran HAM
M
A
AN
R
SA

AM
D
E
ER

Pembangkangan “ideologis”dan “Politik”

PERS dan LSM sebagai sarana penggugah rasa malu,
dan memainkan peran mengawasi penghormatan atas
HAM

Untuk menyelesaikan masalah pelanggaran HAM berat

ke pentas internasional
Telah tersedia Intenational Criminal Court (Mahkamah
Pidana Internasional)
Atau disingkat

ICC

6/15/18

72

Prinsip kerja mahkamah ini tidak menggantikan, melainkan
melengkapi yuridsdiksi mahkamah nasional.
Artinya:
Hanya menangani kasus pelanggaran HAM berat yang jika
perangkat hukum nasional tidak mampu (unable) atau
tidak bersedia (unwilling) mengadili para pelaku yang
menjadi kewenangannya.

6/15/18

73

o ICC merupakan Mahkamah yang dilahirkan dari hasil

konperensi diplomatik di Roma yang berakhir pada
tanggal 17 Juli 1998. dan berkedudukan di Den
Haag. Mahkamah ini diberlakukan atas dasar

statuta multilateral, maka ia tidak menjadi bagian
atau organ dari PBB, meskipun kedua organisasi
ini akan mempunyai hubungan formal. Lebih jauh
lagi, Dewan Keamanan akan mempunyai peran
yang penting dalam oprasional ICC atas dasar
kewenangannya untuk memprakarsai suatu
penyelidikan.
Pengadilan ini didirikan dengan tujuan

untuk
mengadili pihak-pihak yang telah melakukan “the
most serious crimes of international concern” seperti
:
6/15/18

74

1. Genocide








Menurut Konvensi Pencegahan dan Penghukuman
Genosida Tahun l949 genosida berarti tindakan dengan
kehendak menghancurkan sebagian atau keseluruhan
kelompok nasional, etnis, ras atau agama; atas salah satu
dari lima tindakan berikut ini yaitu:
Membunuh anggota kelompok;
Menyebabkan cacat tubuh atau mental yang serius terhadap
anggota kelompok;
Secara sengaja dan terencana mengkondisikan hidup
kelompok kearah kehancuran fisik secara keseluruhan atau
sebagian ;
Memaksakan langkah-langkah yang ditujukan untuk
mencegah kelahiran dalam kelompok tersebut ;
Dengan paksa memindahkan anak-anak kelompok tersebut
ke
kelompok lain.
6/15/18
75

Lanjutan ................
2. crimes againts humanity (kejahatan terhadap

kemanusiaan);
3. war crimes (kejahatan perang) dan
4. aggression (agresi)

ICC hanya mengadili kejahatan

yang terjadi setelah statuta ini berlaku & tdk berlaku surut
(non retro aktif)

Peserta yang berpartisipasi dalam konperensi

Roma adalah 161 negara, 17 orgnisasi
internasional termasuk NGO dan 13 Badan Khusus
PBB serta 129 organisasi yang umumnya bergerak
di bidang HAM sebagai peninjau.
Teks perjanjian disetujui oleh 120 negara, 7
menentang dan 21 abstein.
Negara Penentang antara lain : US, Irak, China

6/15/18

77

ICC pada awalnya

terdiri dari 18 orang hakim, yg bertugas
selama 9 tahun tanpa dpt dipilih kembali. Hakim dipilih
berdasarkan 2/3 suara Majelis Negara Pihak , yg terdiri atas
negara2 yg telah meratifikasi statuta ini.

Paling tidak separuh dari para hakim tsb memiliki kompetensi di

bdg hukum internasional, misalnya hukum
internasional dan hukum HAM Internasional.

humaniter

Dalam

memilih
para
hakim,
negara
pihak
harus
memperhitungkan perlunya representasi berdasarkan prinsipprinsip sistem legal di dunia, keseimbangan geografis, dan
keseimbangan jender. Para hakin akan disebar dalam 3 bagian;
pra-peradilan, peradilan, dan peradilan banding.

6/15/18

78

Kasus HAM yang terjadi di suatu negara,
sebaiknya mekanisme hukum nasionallah yang
diprioritaskan untuk mengadili, seperti misalnya di
Tim-Tim dan Aceh. Akan tetapi, kalau ternyata itu
hanya harapan kosong, apalagi praktik impunity
yang ditonjolkan akan ada Pengadilan Kejahatan
Internasional yang menunggu.

6/15/18

79

ICC siap menampung, memeriksa, dan mengadili perkara ini,

sepanjang peradilan nasional tak mampu memberikan keadilan
hukum yang layak bagi para korban.

Secara

umum, jenis kejahatan yang bisa diajukan ke
pengadilan internasional adalah tindak pidana yang bersumber
pada masalah HAM, perjanjian transnasional, dan kebiasaan
internasional. Adapun yang termasuk kategori pelanggaran
HAM, meliputi: kejahatan perang, kejahatan kemanusiaan,
mengagresi negara lain, dan genocide

6/15/18

80

Indonesia sebagai peserta konperensi, sampai saat ini

belum mengakui yurisdiksi ICC, karena menurut yurisdiksi
ICC melanggar kedaulatan negara.

Polimik klasik yang meganggap kekuasaan internasional

tidak bisa mengurangi kedaulatan nasional suatu negara
dan menganggap kedaulatan suatu negara dianggap
berkuasa penuh di dalam dan luar negeri, kedaulatan
nasional dinilai tidak bisa diganggu-gugat oleh kekuasaan
apapun perlu ditinjau kembali sehubungan dengan
kehadiran ICC yang mampu mengadili setiap pelaku
kejahatan yang dianggap serius secara internasional dan
dikatagorikan termasuk jurisdiksi ICC

6/15/18

81

Selain itu, tidak ada pula jurisdiksi satu negara pun

tempat kejahatan itu terjadi bisa digunakan untuk
mencegah atau menghalangi proses peradilan oleh
masyarakat internasional terhadapnya.
Dengan kata lain, kejahatan terhadap kemanusiaan ini

menganut asas universal jurisdiction sebagaimana
diatur dalam Statuta Roma mengenai Internasional
Criminal Court, yang ditetapkan PBB pada 17 Juli 1998
di Roma, Italia.

6/15/18

82

Lantas, kalau ICC belum bisa unjuk gigi, bagaimana

mungkin
menyeret
penjahat-penjahat
terhadap
kemanusiaan yang kini juga masih berkeliaran di
Indonesia atau Bosnia?

PBB ternyata telah mengantisipasi “masa vakum” itu,

caranya adalah, bila dianggap perlu PBB bisa
membentuk international tribunal seperti pernah
dilakukan di Rwanda (dalam kasus pembantaian etnis
Tutsi) dan negara-negara eks Yugoslavia.

6/15/18

83

Itu semakin menunjukkan bahwa pelaku pelanggaran
HAM yang tergolong berat tak bisa lolos dari hukuman.

Tak ada pula jurisdiksi satu negara pun tempat
kejahatan itu terjadi bisa digunakan untuk mencegah
proses peradilan oleh masyarakat internasional
terhadapnya.
Itu pula kini yang dialami Piochet, mantan diktator Chile

6/15/18

84

Pelanggaran HAM di Indonesia, bukan tidak mungkin

mengalami nasib seperti Pinochet, Aideed, dan
Slobodan Milosovic dari Serbia.
“Kiat” internasional tribunal seperti dipraktikkan di
Rwanda malah pada saat itu direncanakan dibentuk
bagi
Indonesia
atas
kejahatanrterhadap
kemanusiaan di Tim-Tim.
Pada 23 dan 24 September 1999 lalu, komisi Tinggi

HAM PBB melakukan sidang khusus untuk
membahas pembentukan International Commision of
Inquiry sebagai reaksi atas adanya laporan kejahatan
terhadap kemanusiaan yang dilakukan TNI terhadap
warga sipil di Tim-Tim.
Pembentukan komisi penyelidik internasional ini jika
jadi akan menjadi langkah awal untuk membentuk
international tribunal bagi Indonesia.
6/15/18

85

Dalam konteks ini pula Sekjen PBB Kofi Anan sudah menyetujui

usul Mary Robinson, ketua komisariat tinggi HAM PBB, untuk
membentuk tim pencari fakta pelanggran HAM di Tim-Tim.

Kendati

Indonesia menolak, karena akan mengandalkan
Komnas HAM dan KPP HAM untuk mengusut pelanggaran itu,
tapi ternyata Komisi Tinggi HAM PBB sudah bertindak lebih
maju. Dalam sidangya di Jenewa 27 September lalu ada 29
perwira tinggi TNI
dan perwira tinggi Polri di Tim-Tim,
dimasukkan dalam list sebagai orang yang bisa diposisikan
sebagai tersangka penjahat terhadap kemanusiaan pasca jajak
pendapat di Tim-Tim.

6/15/18

86

Kini, ada upaya-upaya untuk “mengadili”

dengan hukum nasional Indonesia, diawali
dengan pembentukan KPP HAM untuk TimTim. Jika diadili dengan hukum Indonesia,
dengan demikian dia terhindar dari
peradilan internasional.
Sebab, dalam hukum dianut prinsip nebis

in idem -seseorang tidak bisa dituntut dua
kali dalam proses kasus yang sama.

6/15/18

87

Kalau itu sampai terjadi, Indonesia akan

tercatat di dalam sejarah dunia; pernah
berdiri di depan pengadilan internasional,
kendatipun itu hanya organ militernya.

Selain citra bangsa jadi terpuruk, dunia

luar pun memandang rendah kebudayaan
bangsa ini.

Rwanda dan Yugoslavia sudah

mengalaminya; terkena aib sebagai
sebuah bangsa yang menjahati substansi
kemanusiaan.
6/15/18

88

Jadi kalau Indonesia mau menghindari hal

tersebut, harus dipakai ketentuan penegakan
hukum HAM yang baru.
Dengan kata lain, mekanisme peradilan di
sini juga harus sesuai dengan mekanisme
internasional.
Kamboja adalah contoh yang baik. Semula,
dunia internasional sudah memutuskan
unutuk memakai peradilan internasional.
Tapi, akhirnya dibatalkan karena pemerintah
Kamboja mengakomodasi semua ketentuan
internasional dan syarat-syarat mekanisme
peradilan

6/15/18

89

Untuk menghindari aib di tubuh TNI dan di

muka bangsa ini, memang sudah seharusnya
pengadilan domestik mampu memenuhi
tuntutan dunia internasional dengan tanpa
kehilangan harga diri.
Kini, semua tergantung pada itikad

pemerintah Indonesia untuk membuat
undang-undang dan menyelenggarakan
sebuah pengadilan yang fair. Ini lebih penting
ketimbang berdebat adu kekuatan antar elite
politik.
6/15/18

90

Pada tataran itu pula, bila dilihat dari perspektif HAM

sebagai unsur penting dalam politik luar negeri, kita
dapat katakan Indonesia gagal mendapat reputasi
internasional yang baik berkenaan dengan perhatian
yang diberikan pada persoalan HAM di dalam negeri
sendiri, maupun di dalam politik luar negerinya

6/15/18

91