PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP H

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM
PADA SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR
DI BEI
Lia Rosalina (lia_rosalina91@yahoo.com)
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
J. Kuleh (papajeka@ymail.com)
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman
Maryam Nadir (nadirmaryam@yahoo.co.id)
Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah secara bersama-sama pengaruh rasio
profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on
Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008-2010. Selain itu dari ke lima variabel tersebut
variabel manakah yang paling berpengaruh dominan terhadap harga saham pada sector industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penarkan jumlah sampel dilakukan
dengan menggunakan teknik pursosive sampling . Jumlah sampel yang digunakan adalah 30
perusahaan pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda dan untuk

pengujian hipotesis menggunakan Uji F serta Uji t dengan level of significance 5%. Perhitungan
yang dilakukan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions ).
Hail pengujian secara simultan dapat diketahui bahwa variabel Net Profit Margin (NPM), Return
on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share
(DPS) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan nilai F hitung = 53,901 >
Ftabel = 2,59. Pada pengujian secara parsial diperoleh hasil bahwa variabel Earning per Share
(EPS) yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap harga saham dengan nilai thitung = 6,704 >
ttabel =1,980.
Kata Kunci: Rasio Profitabilitas, Harga Saham
Abstract
This research was conducted to analyze whether the effect of profitability ratio which consists of
Net Profit Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per
Share (EPS), and Deviden per Share (DPS) have a significant effect to stock priceonconsumer
goods industrial sector which enlist in Indonesian Stock Exchange(IDX) during period of year
2008-2010. Besides that,from those five variables which variable is having the most dominant
effect on consumer goods industrial sector which enlist in Indonesian Stock Exchange (IDX).
The technique which used to take the sample for this research was purposive sampling technique.
The number of the sample which used was 30 companies at consumer goods industrial sector
which enlist in Indonesian Stock Exchange(IDX). Research method used wasmultiple linear
regression analysis technique.F Test and t Test was used for examining the hypothesis whichlevel

of significanceis 5%.The calculation was done by using the SPSS (Statistical Product and Service
Solutions). The result of this research simultantly can be known that variable of Net Profit Margin
(NPM), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE) Earning per Share (EPS) and
Deviden per Share (DPS) have effect which is significant to stock price. On the experiment
partialy the result that Earning per Share (EPS) has the most dominant effect to stock price.
Keyword: Profitability ratio, Stock price

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indoinesia pada tahun 2012 ini layak
dikatakan relatif stabil, karena lembaga pemeringkatkelas dunia
(Fitch’sRating) sudah menaikkan peringkat Indonesia dari BB+ menjadi
BBB− sehingga perkiraan rasio utang Indonesia sudah berada di bawah 25%.
Ini merupakan peringkat yang setara dengan investment grade yang berarti
Indonesia masuk ke dalam kategori Negara dengan investasi yang baik.
(www.finalgetsugatensho.wordpress.com)
Dalam penelitian ini, peneliti memilih sektor industri barang
konsumsi, karena sektor ini dianggap bisa bertahan dalam krisis global,
terutama industri makanan dan minuman. Selain itu karakteristik masyarakat
yang cenderung gemar akan berbelanja (konsumtif) maka hal ini dapat

membantu mempertahankan sektor industri barang konsumsi. (Putra, 2010)
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penelitian ini, penulis
akan menganalisis lebih lanjut mengenai “ Analisis Pengaruh Rasio
Profitabilitas Terhadap Harga Saham pada Sektor Industri Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian fenomena pada latar belakang di atas, maka dalam
penelitian ini masalah dirumuskan senagai berikut:
1) Apakah rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return
on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan
Deviden per Share (DPS),secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham pada sektor industri barang komsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
2) Dari kelima variabel rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin
(NPM), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per
Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS), variabel manakah yang
berpengaruh dominan terhadap harga saham pada sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
C. Tujuan
Dari uraian fenomena pada latar belakang di atas, maka tujuan

poenelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit
Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE),
Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS), secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi (BEI).
2) Untuk menganalisis pengaruh rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit
Margin (NPM), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE),
Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS), secara dominan
terhadap harga saham pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI).

II. Tinjauan Teoristis
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian
ini, maka diperlukan beberapa penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan
Wulandari (2010) yang menguji pengaruh Earning per Share (EPS)
danDividend per Share(DPS) terhadap harga saham pada industri minuman
yang terdaftar di bursa efek Indonesia, di mana hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa rasio EPS dan DPS berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. Melalui pengujian secara parsial dapat diketahui bahwa EPS

berpengaruh lebih besar terhadap harga saham.
Ber
dasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2010),
iamenganalisis terjadinya pengaruh terhadap harga saham. Informasi laba
perusahaan yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi Net Profit
Margin (NPM),Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), dan
Earning per Share (EPS), di mana ke empat variabel tersebutberpengaruh
signifikan terhadap harga saham.Berdasarkan hasil pehitungan dapat
diketahui bahwa variabel EPS berpengaruh dominan terhadap harga saham.
Selain itu Heriyanto (2010) di dalam penelitiannya ingin mengetahui
pengaruh rasio profitabilitas yang terdiri dari Return on Investment (ROI),
Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share
(DPS) baik secara bersama-sama maupun secra parsial terhadap harga saham
perusahaan.Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa ke empat variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap harga
saham.Selain itu dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa variabel
EPS berpengaruh dominan terhadap harga saham.
B. Dasar Teoristis
1. Rasio Profitabilitas
Menurut Syamsuddin (2009:59) mengatakan bahwa ada beberapa

pengukuran tingkat profitabilitas yaitu gross profit margin, operating profit
margin, net profit margin, total assets turnover, return on investment, return
on equity, tingkat penghasilan bagi pemegang saham biasa (return on
common stock equity), pendapatan per lembar saham biasa (earning per
share), deviden per lembar saham (devidden per share), dan nilai buku
perlembar saham (book value per share).
Lebih jelasnya, berikut ini akan dijelaskan masing-masing rasio
pengukuran profitabilitas yang telah dikemukakan di atas:
1) Gross Profit Margin (GPM)
Gross profit margin merupakan persentase dari laba kotor (sales-cost of
goods sold) dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profitmargin
semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa
cost of goods sold relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah gross profitmargin, semakin kurang baik
operasi perusahaan.
Gross Profit Margin(GPM) dapat dihitung sebagai berikut:
Gross Profit Margin(GPM) =

Laba Kotor


2) Operating Profit Margin (OPM)

Sales

×100%

Operating profit margin menggambarkan apa yang biasanya disebut “pure
profit” yang diterima atas setiap rupiah dari penjualan yang dilakukan.
Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah
tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan
mengabaikan kewajiban-kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban
terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Seperti halnya gross profit
margin, maka semakin tinggi ratio operatingprofit margin akan semakin baik
pula operasi suatu perusahaan.
Operating Profit Margin (OPM) dihitung sebagai berikut:
Operating Profit Margin (OPM) =

Laba Operasi
Penjualan


×100%

3) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah merupakan ratio antara laba bersih (net profit) yaitu
penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak
dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin
baik operasi suatu perusahaan.
Net Profit Margin (NPM)dihitung sebagai berikut:
Net Profit Margin (NPM) =

Laba Bersih Sesudah Pajak
Penjualan

× 100%

4) Total Assets Turnover
Total assets turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan
aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu.
Semakin tinggi ratio total assets turnover berarti semakin tinggi efisiensi
penggunaan seluruh aktiva didalam penghasilan penjualan.

Total assets turnover dihitung sebagai berikut:
Total assets turnover =

Penjualan

× 1 Kali

Total Aktiva

5) Return on Investment (ROI)
Return on Investmen (ROI) atau yang sering juga disebut dengan “returnon
total assets” adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan
aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin
baik keadaan perusahaan.
Return on Investment (ROI) =

Laba Bersih Sesudah Pajak
Total Aktiva


6) Return on Equity (ROE)
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari pengahasilan (income)
yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di
dalam perusahaan. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh
semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.
Return on Equity (ROE) dihitung sebagai berikut:
Laba Bersih Sesudah Pajak

Return on Equity (ROE) =

Modal Sendiri

7) Tingkat Penghasilan Bagi Pemegang Saham Biasa (Return on Common Stock
Equty)
Return on common stock equity ini menyangkut tingkat penghasilan atau
return yang diperoleh atas nilai buku saham biasa.
Return on common stock equity dihitung sebagai berikut:

Return on common stock equity =


EAT −Prefered Dividend

Stock Holders Equity−Preferen Equity

8) Pendapatan per Lembar Saham Biasa (Earning per Share atau EPS)
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon
pemegang saham sangat tertarik akanEarning per Share (EPS), karena hal ini
menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang
besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan.
Earning per Share (EPS) dapat dihitung sebagai berikut:
Earning per Share (EPS) =
Laba bersih Sesudah Pajak −Devien Saham Preferen
Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar

× Rp 1,00

9) Deviden per Lembar Saham (Deviden per Share)
Deviden per share menggambarkan berapa jumlah pendapatan per lembar
saham (EPS) yang akan didistribusikan. Perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Deviden per Share =

Deviden Saham Biasa
Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar

× Rp 1,00

10) Nilai Buku per Lembar Saham Biasa (Book Value per Share)
Book value per share menunjukkan suatu “approximate value” atau perkiraan
nilai (tidak pasti) dari setiap lembar saham biasa yang didasarkan atas asumsi
bahwa semua assets perusahaan dapat dilikuidir menurut nilai bukunya.Nilai
buku yang dimaksud di sini adalah nilai akunting, yaitu nilai yang dicatat
berdasarkan sistem akuntansi dan nampak di dalam neraca perusahaan.
Nilai buku per saham dihitung sebagai berikut:
Book value per share =

Jumlah Modal Saham Biasa
Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar

× Rp 1,00

2. Harga Saham
Menurut Hidayat (2010:103) setiap saham yang dikeluarkan oleh
perusahaan memiliki harga.Harga nominal saham adalah harga yang
tercantum pada lembar saham yang diterbitkan. Harga ini akan digunakan
untuk tujuan akuntansi yaitu mencatat modal disetor penuh.
Menurut Sawidji Widoatmojo (1996;46) harga saham dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu harga nominal, harga perdana, dan harga
pasar. Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Harga Nominal
Harga nominal merupakan harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oieh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan.Besaraya harga nominal membenkan arti penting saham karena
deviden minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2) Harga Perdana
Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa
efek.Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin
emisi (underwriter ) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa
harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat biasanya intuk
menentukan harga perdana.
3) Harga Pasar

Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang
lama.Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.Transaksi
disini tidak lagi melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang
disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar
mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi di pasar
sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan
penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabar atau media lain
adalah harga pasar.
(www.jurnal-sdm.blogspot.com)
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan rumusan masalah maka dalam model penelitian ini akan
digambarkan alur pemikiran, agar lebih jelasnya maka akan dijabarkan dalam
gambar berikut ini:
Variabel Bebas (X)

V

Variabel Terikat (Y)

Net Profit Margin (X1)

Return on Investment (X2)
((ROI)
Return on Equity (X3)
Equity (X3)

Harga Saham (Y)

Earning per Share (X4)
Deviden per Share (X5)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Keterangan:
= Berpengaruh Signifikan
= Berpengaruh Dominan
D. Pengembangan Hipotesis
1. Hubungan Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat
a. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham
Net profit margin adalah rasio untuk mengukur seberapa besar laba bersih
yang dapat diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Di samping itu
rasio ini juga bermanfaat untuk mengukur tingkat efisiensi total pengeluaran
biaya-biaya dalam perusahaan. Semakin efisien suatu perusahaan dalam
mengeluarkan biaya-biaya, maka semakin besar tingkat keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan tersebut. (www.manajemenringga.blogspot.com)

Hal tersebut sesuai dengan bukti empiris penelitian yang dilakukan olehKilic,
et al (1998) yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh terhadapreturn
saham. Semakin tinggi rasio Net Profit Margin berarti laba yang dihasilkan
oleh perusahaan juga semakin besar maka akan menarik minat investor untuk
melakukan transaksi dengan perusahaan yang bersangkutan. Karena secara
teori jika kemampuan emiten dalam menghasilkan laba semakin besar maka
harga saham perusahaan dipasar modal juga akan mengalami peningkatan,
sehingga secara teoritis NPM berpengaruh positif terhadap return saham
(Susilowati dan Turyanto, 2011).
b.

c.

d.

Pengaruh Return on Investment(ROI) Terhadap Harga Saham
ROI merupakan ukuran penting bagi setiap investor untuk menghitung
seberapa laba yang akan didapat atas investasi yang kita lakukan. ROI juga
merupakan ukuran yang dapat diterapkan pada berbagai keputusan investasi
sebab dapat memberikan dasar kuantitatif untuk membuat keputusan
investasi. Dalam dunia keuangan, ROI digunakan untuk mengukur efisiensi
keuangan investasi.(www.managementdaily.co.id)
Menurut Munawir (1995:89) Return on Investment(ROI) adalah salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. (www.forum.detik.com)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROI berpengaruh terhadap harga
saham, hal ini didukung oleh teori Path Goal yang menyatakan “Goal theory
indicated that an individual behavior is regulated by his or her conscious
idea intention” (Luthans, 1995), yang artinya bahwa penilaian kinerja ini
dapat memberikan umpan balik bagi manajemen bawah dan manajemen
menengah tentang bagaimana manajemen puncak menilai kinerja mereka
dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor.
Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Rasio ini digunakan untuk memprediksi seberapa besar equity atau modal
sendiri mampu menciptakan laba bersih perusahaan.Hal ini berarti ROE
merupakan tingkat hasil pengembalianinvestasi bagi pemegang saham.ROE
yang tinggi menunjukan bahwaperusahaan semakin efektif dalam
menghasilkan laba bersih bila diukur darimodal pemilik. Semakin mampu
perusahaan memberikan keuntungan bagipemegang saham, maka akan
menyebabkan permintaan akan saham tersebutnaik, dan selanjutnya akan
mengakibatkan harga saham juga ikut naik.Dengan demikian ROE dapat
mempengaruhi harga saham.(www.manajemenringga.blogspot.com)
Pengaruh Earning per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Rasio ini menunjukkan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk
setiap lembar saham selama satu periode tertentu yang akan dibagikan kepada
semua pemegang saham. Kenaikan atau penurunan EPS dari tahun ke tahun
adalah ukuran penting untuk mengetahui baik tidaknya pekerjaan yang
dilakukan perusahaan pemegang sahamnya.EPS yang tinggi menandakan
bahwa perusahaan dapat memberikan tingkat kemakmuran kepada para
pemegang saham, sebaliknya EPS yang lebih rendah memberikan tingkat
kemakmuran yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal dalam

memberikan tingkat kemakmuran kepada para pemegang saham.Secara teori
semakin tinggi EPS, harga saham cenderung naik. EPS yang meningkat
menandakan bahwa perusahaan tersebut berhasil meningkatkan taraf
kemakmuran investor dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah
jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan tersebut. Pada akhirnya
peningkatan jumlah permintaan terhadap saham mendorong harga saham juga
ikut naik.(www.manajemenringga.blogspot.com)
e. Pengaruh Deviden per Share (DPS) Terhadap Harga Saham
Syamsuddin (2009:67) mengemukakan bahwa deviden per share merupakan
rasio yang manggambarkan berapa jumlah pendapatan per lembar saham
yang akan didistibusikan. Semakin besar tingkat kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan deviden per share bagi pemegang saham,
maka akan memberikan korelasi yang positif terhadap harga saham
perusahaan yang berimbas pada indeks harga saham. Hal ini sesuai dengan
signally theory yang menyatakan bahwa deviden menunjukkan sinyal prospek
suatu perusahaan dimasa yang akan datang.Dividden signaling theory
menjelaskan bahwa informasi tentang deviden yang dibayarkan, digunakan
oleh investor sebagai sinyal perusahaan dimasa mendatang.Sinyal perubahan
deviden dapat dilihat dari reaksi harga saham. (www:repository.usu.ac.id)
Pada dasarnya terdapat tiga konsep tentang kebijakan deviden, yaitu
irellevance theory, bird-in-the-hand theory, dan tax preference
theory.Irellevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan deviden tidak memiliki pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun terhadap biaya modalnya.Menurut teori ini, kebijakan deviden tidak
berpengaruh terhadap harga saham suatu perusahaan.Teori ini menganggap
bahwa kebijakan deviden tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai
perusahaan. Jadi peningkatan atau penurunan deviden oleh perusahaan tidak
akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Bird-in-the-hand theory merupakan teori yang dikemukakan oleh Gordon
bahwa pendapatan deviden mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi investor
dari pada pendapatan modal karena deviden lebih pasti dari pada pendapatan
modal. Dengan begitu harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh
besarnya deviden yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi deviden
yang dibagikan, semakin tinggi pula nilai perusahaan.
Irellevance theory teori ini merujuk pada pengenaan pajak yang diberlakukan
bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau deviden.Pada umumnya
besarnya pajak yang diperlakukan berbeda, di mana pajak untuk deviden
lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain.Selain itu, pajak atas
capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi.Dengan
demikian,apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain-nya,
berarti investor menunda pembayaran pajaknya.Dengan dua alasan ini maka
Litzenberger dan Ramaswarny menyatakan pandangan negatif deviden bagi
value perusahaan.
2. Hubungan Antara Variabel Earning per Share (EPS) yang Berpengaruh
Dominan Terhadap Harga Saham.
Syamsuddin (2009:66) mengatakan bahwa pada umumnya manajemen
perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat
tertarik akanEarning per Share (EPS), karena hal ini menggambarkan jumlah
rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa.Para calon pemegang

saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah satu
indikator keberhasilan suatu perusahaan.
Dengan demikian, EPS dapat mencerminkan pendapatan dimasa yang
akan datang, earning per share merupakan suatu indikator yang berpengaruh
terhadap harga saham, karena laba perusahaan merupakan faktor yang
mempengaruhi penilaian investor akan keadaan perusahaan. Di mana apabila
EPS meningkat, investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang
cerah dimasa yang akan datang, sehingga akan meningkatkan harga saham
suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS, maka semakin besar pula laba
yang disediakan oleh perusahaan untuk pemegang saham.
III. Metodelogi Penelitian
A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa
besar laba yang dihasilkan perusahaan pada sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010 dalam
menghasilkan laba.
2) Net Profit Margin (X1) adalah merupakan rasio antara laba bersih (net profit)
yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak
dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan pada sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2008-2010. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu
perusahaan.
3) Return on Investment (X2)adalah rasio yang digunakan untukmengukuran
kemampuan perusahaan pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010 secara keseluruhan
di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang
tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan
perusahaan.
4) Return on Equity (X3)merupakan suatu pengukuran dari pengahasilan
(income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham
biasa maupun pemegang saham preferen) pada sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 20082010 atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Semakin
tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan
pemilik perusahaan.
5) Earning per Share (X4)menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk
setiap lembar saham biasa pada sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)periode tahun 2008-2010.
6) Deviden per Share (X5) rasio ini menggambarkan berapa jumlah pendapatan
per lembar saham pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2010 yang akan dibagikan.
7) Harga Saham (Y) adalah nilai jual saham dalam rupiah pada setiap
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)periode tahun 2008-2010. Harga saham ditentukan
berdasarkan harga penutupan yang merupakan harga yang diminta dan
ditawarkan oleh penjual dan pembeli.

B. Populasi dan Sampel
Tabel 3.1. Penyaringan Sampel Berdasarkan Metode Purposive Sampling
No.
Keterangan
Jumlah
1.
Jumlah perusahaan yang tercatat di BEI
443
sampai tahun 2011
2.
Perusahaan yang tidak termasuk dalam
(312)
kategori perusahaan manufaktur
131
3.
Perusahaan manufaktur yang tidak termasuk
(98)
dalam sektor industri barang konsumsi
33
4.
Perusahaan sektor industri barang konsumsi
(3)
yang belum tercatat di BEI pada tahun 2008
Jumlah Perusahaan Sampel
30
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif.Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.
D. Metode Pengumpulan Data
1) Penelitian kepustakaan (library research)
2) Penelitian lapangan (field work research)
E. Alat Analisis dan Pengujian Hipoitesis
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Y = a + b1X1+ b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5… + bnXn
Di mana:
Y
= Harga Saham
X1
=Net Profit Margin (NPM)
X2
=Return on Investment (ROI)
X3
=Return on Equity (ROE)
X4
=Earning per Share (EPS)
X5
=Deviden per Share (DPS)
a
= Konstanta
b1 … b5
= Koefisien Regresi
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Sunyoto (2011:84) uji asumsi klasik digunakan untuk menguji data
variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang
dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Sunyoto (2011:82) dalam persamaan regresi berganda perlu juga
diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu

dengan observasi yang lain. Jika residunya mempunyai varians yang sama,
maka terjadi homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda
maka terjadi heteroskedastisitas.Persamaan regresi yang baik adalah jika
tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Menurut Sunyoto (2011:79) uji asumsi klasik multikolieritas diterapkan untuk
analisis regresi linier berganda yang terdiri dari dua atau lebih variabel bebas,
di mana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan / pengaruh antar
variabel bebas melalui besaran koefisien korelasi (r).
d. Uji Autokorelasi
Menurut Sunyoto (2011:91) persamaan regresi yang baik adalah yang tidak
memiliki masalah autokorelasi.

3. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Sugiyono (2011:234) mengatakan bahwa uji F merupakan pengujian
signifikansi koefisien korelasi ganda, yang memiliki rumus:
R² / k
Fh =
(1 - R²) / (n-k-1)

Dimana:
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah anggota sampel
b. Uji t
r

n-2

t=
1-r²

Dimana:
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah anggota sampel
r²= Koefisien determinasi
H0 ditolak dan Ha diterima apabila thitung> ttabel (∝ 0,05)
H0 diterima dan Ha ditolak apabila thitung≤ ttabel (∝ 0,05)

IV. Analisis dan Pembahasan
A. Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel-variabel dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai
variabel bebas adalah Net Profit Margin (X1), Return on Investment (X2),
Return onEquity (X3), Earning per Share (X4), dan Deviden per Share (X5),
sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah harga saham (Y). Untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka akan
dilakukan perhitungan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungan analisis regresi
linier berganda di dalam penelitian ini, maka dipergunakan sistem
komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Statistics 21.
Tabel 4.1. Koefisien Regresi Masing-masing Variabel NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3),
EPS (X4), dan DPS (X5)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
(Const
.862
2.599
ant)
X1
-.200
.587
X2
.205
.582
X3
.390
.332
X4
.910
.136
X5
-.046
.083
a. Dependent Variable: Y
Sumber: SPSS Statistics 21
Berdasrkan tabel 4.1.di atas diperoleh persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y = 0,862 – 0,2 X1 + 0,205X2 + 0,390X3 + 0,910X4 – 0,046X5

Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa:
1) ɑ = 0,862
ɑ (nilai konstan) = 86,20% berarti apabila NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3),
EPS (X4), dan DPS (X5), tidak ada atau sama dengan nol maka harga saham
(Y) mengalami peningkatan sebesar 86,20%.
2) b1 = -0,2
Merupakan bilangan koefisien regresi untuk variabel NPM (X1), artinya bila
NPM mengalami penurunan sebesar 1%, maka harga saham (Y) akan
berkurang sebesar 20%, dengan syarat ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan
DPS (X5)konstan. Begitu pula sebaliknya, jika terjadi peningkatan pada
variabel NPM (X1) sebesar 1% maka harga saham (Y) akan mengalami
peningkatan sebesar 20%, dengan syarat ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan
DPS (X5) konstan.
3) b2 = 0,205
Merupakan bilangan koefisien regresi untuk variabel ROI (X2), artinya bila
ROI mengalami peningkatan sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga akan
bertambah sebesar 20,50%, dengan syarat NPM (X1), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) konstan. Begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan pada
variabel ROI (X2) sebesar 1%, maka harga saham (Y) akan mengalami
penurunan sebesar 20,50% dengan syarat NPM (X1), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) konstan.
4) b3 = 0,390
Merupakan bilangan koefisien regresi untuk variabel ROE (X3), artinya bila
ROE mengalami peningkatan sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga akan
mengalami peningkatan sebesar 39%, dengan syarat NPM (X1), ROI (X2),
EPS (X4), dan DPS (X5) konstan. Begitu pula sebaliknya jika terjadi
penurunan pada variabel ROE (X3) sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga
akan mengalami penurunan sebesar 39% dengan syarat NPM (X1), ROI (X2),
EPS (X4), dan DPS (X5) konstan.
5) b4 = 0,910
Merupakan bilangan koefisien regresi untuk variabel EPS (X4), artinya
apabila EPS mengalami peningkatan sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga
akan mengalami peningkatan sebesar 91%, dengan syarat NPM (X1), ROI
(X2), ROE (X3), dan DPS (X5) konstan. Begitu pula sebaliknya jika terjadi
penurunan pada variabel EPS (X4) sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga
akan mengalami penurunan sebesar 91% dengan syarat NPM (X1), ROI (X2),
ROE (X3), dan DPS (X5) konstan.
6) b5 = -0,046
Merupakan bilangan koefisien regresi untuk variabel DPS (X5), artinya
apabila DPS mengalami penurunan sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga
akan mengalami penurunan sebesar 4,6%, dengan syarat NPM (X1), ROI
(X2), ROE (X3), dan EPS (X4)konstan. Begitu pula sebaliknya jika terjadi
peningkatan pada variabel DPS (X5) sebesar 1%, maka harga saham (Y) juga
akan mengalami penurunan sebesar 4,5% dengan syarat NPM (X1), ROI (X2),
ROE (X3), dan EPS (X4) konstan.
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau
tidak.Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal.

Gambar 4.1.
Grafik Histogram
Sumber: SPSS Statistics 21

Gambar 4.2.
Normal Probability Plots of Regression Standardized Residual
Sumber: SPSS Statistics 21
Berdasrkan hasil grafik histogram, didapatkan garis kurva normal,
berarti data yang diteliti berdistribusi normal. Demikian juga dengan normal

probability plots, yang menunjukkan bahwa data yang diteliti berdistribusi
normal karena garis (titik-titik) mengikuti garis diagonal.

2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini terjadi ketidaksamaan varians
dari residual atau observasi yang satu ke observasi yang lain.

Gambar 4.3.
Partial Regression Plot Independent Variable X1Terhadap Dependent
Variable
Sumber: SPSS Statistics 21

Gambar 4.4.
Partial Regression Plot Independent Variable X2 Terhadap Dependent Variable Y

Sumber: SPSS Statistics 21

Gambar 4.5.
Partial Regression Plot Independent Variable X3 TerhadapDependent
Variable Y
Sumber: SPSS Statistics 21

Gambar 4.6.
Partial Regression Plot Independent Variable X4 TerhadapDependent
Variable Y
Sumber: SPSS Statistics 21

Gambar 4.7.
Partial Regression Plot Independent Variable X5 TerhadapDependent
Variable Y
Sumber: SPSS Statistics 21
Berdasarkan analisis hasil output SPSS (gambar PartialRegression
Plot) di atas, didapatkan titik-titik menyebar di bawah serta di atas sumbu Y,
dan tidak mempunyai pola yang teratur. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) tidak terjadi heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi
yang digunakan dalam penelitian ini terjadi korelasi antar variabel
bebas.Model regresi yang baik adalah di mana model regresi tersebut tidak
terjadi korelasi antar variabel bebas.
Tabel 4.2.Coefficientsa Uji Multikolinieritas Variabel NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3),
EPS (X4), dan DPS (X5)Terhadap Harga Saham (Y)

Model

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance

(Cons
tant)
X1
X2

.134
.106

VIF

7.448
9.427

X3
.213
X4
.197
X5
.396
a. Dependent Variable: Y
Sumber: SPSS Statistics 21

4.694
5.071
2.524

Berdasarkan tabel 4.2.di atas dapat diketahui bahwa nilai tolerace
sebesar 13,4%, 10,6%, 21,3%, 19,7%, dan 39,6%. Sedangkan nilai VIF
sebesar 7,448, 9,427, 4,694, 5,071, dan 2,524. Berdasarkan hasil perhitungan
output SPSS tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinieritas antar variabel bebas dalammodel regresi, hal ini disebabkan
kerena nilai tolerance lebih besar dari 10% dan nilai VIF lebih kecil dari 10.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu
periode t dengan periode t-1 (sebelumnya).Model regresi yang baik adalah di
mana model regresi tersebut tidak terjadi problem autokorelasi atau bebas
dari masalah autokorelasi.
Tabel 4.3. Model SummaryᵇUji Autokorelasi NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) Terhadap Harga Saham (Y)
Model Summaryb
Model

Durbin-Watson
1.309

1

a. Predictors: (Constant), X5, X3, x1, X4, X2
b. Dependent Variable: Y
Sumber: SPSS Statistics 21

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.3.di atas, dapat diketahui
bahwa Durbin-Watson memiliki nilai sebesar 1,309. Hal tersebut
menunjukkan nilai DW berada di antara -2 dan +2, sahingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

C.

Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui besarnya hubungan antar variabel NPM (X1), ROI
(X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5) tarhadap harga saham (Y), maka
dapat dilihat melalui hasil perhitungan koefisien regresi (R) berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan program SPSS Statistics 21 berikut ini:
Tabel 4.4. Model Summaryᵇ Pengaruh NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan
DPS (X5)Terhadap Harga Saham (Y)
Model Summaryb
Model

R

R Square

1

.955a

.912

a. Predictors: (Constant), X5, X3, x1, X4, X2
b. Dependent Variable: Y
Sumber: SPSS Statistics 21

Dari tabel 4.4. di atas diketahui nilai R sebesar 0,955 atau sebesar
95,5% hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas yang
terdiri dari NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5)
memiliki hubungan yang sangat kuat terhadap varibel terikatnya yaitu harga
saham (Y).
Nilai RSquare sebesar 0,912 atau sebesar 91,2% menunjukkan
bahwa variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS
(X4), dan DPS (X5)memiliki pengaruh yang sangat besar 91,2% terhadap
variabel terikat harga saham (Y), sedangkan sisanya sebesar 8,8%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian
ini.
1. Uji F

Uji F dilakukan dengan menggunakan α 0,05. Uji F digunakan untuk
mengetahui apakah variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI (X2),
ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5) secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat harga saham (Y). untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.5.ANOVAaUji Simultan Pengaruh NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) Terhadap Harga Saham (Y)

Model
Regress
ion
Residua
l
Total

ANOVAa
Sum of
d
Squares
f
136.578
5

13.176
149.754

Mean
Square
27.316

2
6
3
1

F
53.
90
1

.507

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X5, X3, x1, X4, X2
Sumber: SPSS Statistics 21
Dari tabel 4.5.di atas dapat diketahui Fhitung sebesar 53,901,
sedangkan Ftabel sebesar 2,59. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa Fhitung = 53,901 >Ftabel= 2,59, yang mengindikasikan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

2. Uji t

Si
g.
.0
00
b

Uji t dilakukan dengan menggunakan α 0,05. Uji t digunakan untuk
mengetahui variabel mana yang akan memberikan pengaruh yang paling
dominan dari masing-masing variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI
(X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5)terhadap variabel terikatharga saham
(Y). untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6.Coefficientsa Uji Simultan Pengaruh NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS
(X4), dan DPS (X5) Terhadap Harga Saham (Y)

Model

Coefficientsa
T

(Consta
.332
nt)
X1
-.341
X2
.353
X3
1.175
X4
6.704
X5
-.553
a. Dependent Variable: Y
Sumber: SPSS Statistics 21

1)

2)

3)

4)

5)

D.

Sig.

.743
.736
.727
.251
.000
.585

Berdasarkan tabel 4.6.di atas dapat diketahui hubungan masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikatnya harga saham (Y) secara
parsial sebagai berikut:
Nilai uji thitung menunjukkan bahwa variabel NPM (X1) memiliki nilai thitung<
ttabel yaitu -0,341< 1,980 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga rasio NPM (X1) tidak memiliki hubungan terhadap harga
saham (Y).
Nilai uji thitung menunjukkan bahwa variabel ROI (X2) memiliki nilai thitung<
ttabel yaitu 0,353< 1,980 maka dapat disimpulkan bahwa H0diterima dan Ha
ditolak, sehingga rasio ROI (X2) tidak memiliki hubungan terhadap harga
saham (Y).
Nilai uji thitung menunjukkan bahwa variabel ROE (X3) memiliki nilai thitung<
ttabelyaitu 1,175< 1,980 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga rasio ROE (X3) tidak memiliki hubungan terhadap harga
saham (Y).
Nilai uji thitung menunjukkan bahwa variabel EPS (X4) memiliki nilai thitung>
ttabel yaitu 6,704 > 1,980 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima, sehingga rasio EPS (X4) memiliki hubungan terhadap harga saham
(Y).
Nilai uji thitung menunjukkan bahwa variabel DPS (X5) memiliki nilai thitung<
ttabel yaitu -0,553< 1,980 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha
ditolak, sehingga rasio DPS (X5) tidak memiliki hubungan terhadap harga
saham (Y).

Pembahasan

1)

Dari hasil analisis yang diperoleh, persamaan regresi linier berganda
dengan menggunakan program SPSS Statistics 21 menghasilkan persamaan
regresi sebagai berikut:
Y =0,862 – 0,2 X1 + 0,205X2 + 0,390X3 + 0,910X4 – 0,046X5
Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa nilai konstanta
sebesar 0,862 yang menyatakan bahwa jika tidak ada NPM (X1), ROI (X2),
ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5) maka harga saham (Y) adalah sebesar
0,862, sedangkan koefisien regresi X1sebesar -0,2, X2 sebesar 0,205, X3
sebesar 0,390, X4 sebesar 0,910, dan X5 sebesar -0,046. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan (nilai
positif) ROI (X2), ROE (X3),dan EPS (X4) akan menaikkan harga saham pada
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
berturut-turut sebesar 20,5%, 39%, dan 91%. Sedangkan setiap penurunan
(nilai negatif) NPM (X1) dan DPS (X5) akan menurunkan harga saham pada
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
berturut-turut sebesar 20% dan 4,5%.
Selanjutnya dari hasil analisis data diperoleh nilai R Square sebesar
0,912 menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI
(X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5) memberikan pengaruh yang sangat
kuat sebesar 91,2% terhadap variabel terikat harga saham (Y) dan sisanya
sebesar 8,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini. Nilai R sebesar 0,955 atau sebesar 95,5% hal ini
menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel bebas yang terdiri dari NPM
(X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5)memiliki hubungan yang
sangat kuat terhadap varibel terikatnya yaitu harga saham (Y).
Untuk menguji apakah variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1),
ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS (X5), secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat harga saham (Y), maka
dilakukan uji F dengan tingkat kepercayaan 95%, α = 0,05 dan derajat
kebebasan (df) untuk pembilang 5 dan untuk penyebut 26. Berdasarkan
perhitungan uji F maka diperoleh hasil Fhitung 53,901 > Ftabel 2,59, sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa
variabel bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat harga saham (Y).
Uji t digunakan untuk mengetahui variabel mana yang akan
memberikan pengaruh yang paling dominan dari masing-masing variabel
bebas yang terdiri dari NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4), dan DPS
(X5) terhadap harga saham (Y). Uji t dilakukan dengan tingkat kepercayaan
95% dan nilai α = 0,05, sehingga diperoleh ttabel sebesar 1,980.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari masing-masing
variabel bebas yang teridi dari NPM (X1), ROI (X2), ROE (X3), EPS (X4),
dan DPS (X5) terhadap variabel terikat harga saham (Y), maka akan
dijelaskan sebagai berikut:
Net Profit Margin (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung dari NPM (X1) sebesar 0,341 dan ttabel sebesar 1,66, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung 0,341 < ttabel 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Haditolak,

2)

3)

4)

5)

1)

yang berarti bahwa variabel terikat NPM (X1), tidak berpengaruh dominan
terhadap variabel terikat harga sahan (Y).
Return on Investment (X2)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung dari ROI (X2) sebesar
0,353 dan ttabel sebesar 1,66, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung
0,353< ttabel 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak,
yang berarti bahwa variabel terikat ROI (X2), tidak berpengaruh dominan
terhadap variabel terikat harga sahan (Y).
Return on Equity (X3)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung dari ROE (X3) sebesar
1,175 dan ttabel sebesar 1,66, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung
1,175< ttabel 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak,
yang berarti bahwa variabel terikat ROE (X3), tidak berpengaruh dominan
terhadap variabel terikat harga sahan (Y).
Earning per Share (X4)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung dari EPS (X4) sebesar
6,704 dan ttabel sebesar 1,66, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung6,704
> ttabel 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolakdan Ha diterima, yang
berarti bahwa variabel terikat EPS (X4), berpengaruh dominan terhadap
variabel terikat harga sahan (Y).
Deviden per Share (X5)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung dari EPS (X5) sebesar 0,553 dan ttabel sebesar 1,66, maka dapat disimpulkan bahwa nilai thitung 0,553< ttabel 1,66. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak,
yang berarti bahwa variabel terikat DPS (X5), tidak berpengaruh dominan
terhadap variabel terikat harga sahan (Y).
Berdasarkan hasil perhitungan uji t yang dilakukan pada kelima
variabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa variabel EPS (X4) yang
memiliki pengaruh paling dominan dibandingkan dengan variabel NPM (X1),
ROI (X2), ROE (X3), dan DPS (X5), hal ini dibuktikan dengan perolehan
thitung6,704 > ttabel 1,66.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Return
onInvestment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), dan
Deviden per Share (DPS), secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis
yang mengemukakan bahwa rasio profitabilitas yang terdiri dari Net Profit
Margin (NPM), Return onInvestment (ROI), Return on Equity (ROE),
Earning per Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS), secara bersamasama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat
diterima.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t dapat diketahui
pengaruh masing-masing variabel bebas yang terdiri dari Net Profit Margin
(NPM), Return onInvestment (ROI), Return on Equity (ROE), Earning per
Share (EPS), dan Deviden per Share (DPS) terhadap variabel terikat, yaitu
harga saham:
Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

2)

3)

4)

Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh dominan terhadap harga saham,
hal ini bisa disebabkan pengeluaran biaya-biaya yang dilakukan perusahaan
kurang efisien sehingga mengurangi laba yang diperoleh oleh perusahaan.
Selain itu kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi
maka akan diikuti pula dengan peningkatan harga saham yang dimiliki,
dengan kata lain profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi harga
saham. Namum tidak hanya faktor dalam menghasilkan suatu laba saja yang
dapat mempengaruhi harga saham tetapi juga faktor penjualan dan biaya.
Penambahan laba bersih belum tentu diikuti dengan penambahan penjualan,
selain itu hasil penjualan yang diterima tidak sepadan dengan biaya yang
digunakan dalam memproses pembuatan suatu barang yang tinggi, sehingga
mengakibatkan suatu perusahaan tidak dapat menutupi biaya yang dibutuhkan
dalam proses produksi dan dapat menimbulkan hutang pada perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra
(2010) yang mengemukakan bahwa Net Profit Margin (NPM) tidak memiliki
pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham.
Pengaruh Return onInvestment (ROI) Terhadap Harga Saham
Return onInvestment (ROI) tidak berpengaruh dominan terhadap harga
saham, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Path Goal yang
menyatakan bahwa penilaian kinerja ini dapat memberikan umpan balik bagi
manajemen bawah dan manajemen menengah tentang bagaimana manajemen
puncak menilai kinerja mereka dalam mendayagunakan seluruh aktiva
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kelemahan dalam efisiensi operasi atau
kelemahan dalam penggunaan aset perusahaan (atau kedua-duanya) yang
dapat mengakibatkan penurunan pada nilai pengembalian investasi, di mana
investasi tersebut merupakan aset bagi perusashaan.Return onInvestment
(ROI) digunakakn untuk membandingkan laba yang dihasilkan atas investasi
yang telah ditanamkan, hal ini berarti sebuah perusahaan harus menentukan
bagaimana suatu investasi dapat dibuat lebih menguntungkan.Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putra, dan Heriyanto
(2010) yang menemukan bahwa Return on Inestment (ROI) tidak memiliki
pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham.
Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh dominan terhadap harga saham,
hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak memasukkan laba bersih yang
dihasilkan untuk setiap ekuitas dalam memprediksi harga saham.Tidak
berpengaruhnya Return on Equity (ROE) bisadisebabkan kurang efisiennya
perusahaan dalam mengeola modal sendiri yangdimilikinya, sehingga kurang
menghasilkan laba yang optimal.Hasil penelitian ini sesuai denganhasil
penelitian yang dilakukan oleh Putra, dan Heriyanto (2010) yang menemukan
bahwa Return on Equity(ROE) tidak memiliki pengaruh yang paling dominan
terhadap harga saham.
Pengaruh Earning per Share (EPS) Terhadap Harga Saham
Earning per Share (EPS) berpengaruh dominan terhadap harga saham, hal ini
berarti investor memperhitungkan laba atas investasi yang diberikan kepada
pemegang saham.Rasio ini menunjukan laba bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan untuk setiap lembar saham selama suatu periode tertentu yang
akan dibagikan kepada semua pemegang saham. Kenaikan atau penurunan

5)

Earning per Share (EPS) dari tahun ke tahun adalah ukuran penting untuk
mengetahui baik tidaknya pekerjaan yang dilakukan perusahaan pemegang
sahamnya. Secara teori semakin tinggi Earning per Share (EPS), harga saham
cenderung naik. Earning per Share (EPS) yang meningkat menandakan
bahwa peusahaan tersebut behasil meningkatkan taraf kemakmuran investor
dan hal ini akan mendorong investor untuk manambah jumlah modal yang
ditanamkan pada perusahaan tersebut. Pada akhirnya peningkatan jumlah
permintaan terhadap saham mendorong harga saham juga ikut naik. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari,
Putra, dan Heriyanto (2010) yang menemukan bahwa Earning per
Share(EPS) memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap harga saham.
Pengaruh Deviden per Share (DPS) Terhadap Ha