Analisis Usahatani Tanaman Hias Bonsai Dan Kontribusi Pendapatan Usahatani Terhadap Pendapatan Keluarga Di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS BONSAI DAN KONTRIBUSI

PENDAPATAN USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

DI DESA BANGUN SARI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

SITI SATRIYA GUSRI

070304043

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS USAHATANI TANAMAN HIAS BONSAI DAN KONTRIBUSI

PENDAPATAN USAHATANI TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

DI DESA BANGUN SARI KECAMATAN TANJUNG MORAWA

KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

SITI SATRIYA GUSRI

070304043

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing,

Ketua,

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc) NIP. 196304021997031001

Anggota,

(Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi) NIP. 196309281998031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

SITI SATRIYA GUSRI, 2011. “Analisis Usahatani Tanaman Hias Bonsai dan Kontribusi Pendapatan Usahatani terhadap Pendapatan Keluarga” Studi Kasus di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah Metode Simple Random Sampling, dimana total populasi 150 petani dan hanya diambil 20 % dari total populasi, sehingga jumlah sampel 30 petani tanaman hias bonsai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai, menganalisis tingkat persentase kontribusi pendapatan tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga dan untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai ini dilakukan dengan dua teknik pembesaran, yaitu menanam langsung di tanah maupun pembesaran di pot. dimana, usahatani ini memberikan kontribusi pendapatan rata-rata sebesar 25,82% dari total pendapatan keluarga dan dengan nilai R/C rata-rata sebesar 2,39. Maka, usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

Kata Kunci : Tanaman Hias Bonsai, Kontribusi Pendapatan, Kelayakan (R/C)


(4)

RIWAYAT HIDUP

Siti Satriya Gusri lahir di Medan, pada tanggal 15 Maret 1989, anak ketiga dari enam bersaudara dari Ayahanda tercinta Drs. H. Adios Gusri, MM dan Ibunda tercinta Dra. Hj. Sri Anum. Mulai mengenyam pendidikan dasar pada tahun 1995 di SD Swasta Eria Medan, pada tahun 2001 melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Medan dan pada tahun 2004 melanjutkan ke SMA Negeri 5 Medan.

Tahun 2007 penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan S-1 di Fakultas Pertanian USU Program Studi Agribisnis melalui jalur SPMB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU dan FSMMSEP (Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian).

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juni sampai Juli 2011 dan pada bulan Maret 2011 telah melakukan penelitian di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan judul “ Analisis Usahatani Tanaman Hias Bonsai dan Kontribusi Pendapatan Usahatani terhadap Pendapatan Keluarga” yang dibawah bimbingan para dosen yaitu Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani Tanaman Hias Bonsai dan Kontribusi Pendapatan Usahatani terhadap Pendapatan Keluarga”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian sampai selesainya penyusunan hasil penelitian ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada Ayahanda tercinta Drs. H. Adios Gusri, MM dan Ibunda tercinta Dra. Hj. Sri Anum yang telah turut setia mendoakan, membantu, menasehati dan mendidik penulis selama ini. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, serta semua rekan mahasiswa khususnya Agribisnis`07 yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.


(6)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR... ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka... ... 8

2.2. Landasan Teori ... 11

2.3. Kerangka Pemikiran ... 18

2.4. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian... ... 23

3.2. Metode Penentuan Sampel... ... 24

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4. Metode Analisis Data... 25

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 27

3.5.1. Defenisi ... 27

3.5.2. Batasan Operasional ... 28

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 29

4.2. Keadaan Penduduk ... 30

4.3. Karakteristik Petani Sampel ... 31


(7)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sistem Pengelolaan Tanaman Hias Bonsai ... 34

5.2. Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias Bonsai ... 44

5.2.1. Biaya Tetap ... 44

5.2.2. Biaya Variabel ... 46

. 5.3. Produksi dan Penerimaan Usahatani Tanaman Hias Bonsai .... 51

5.3.1. Produksi ... 51

5.3.2. Penerimaan ... 51

5.4. Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai ... 52

5.5. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai terhadap Pendapatan Keluarga ... 54

5.6. Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Hias Bonsai ... 55

5.6.1. Analisis R/C ... 55

5.7. Pembahasan ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 59

6.2. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Berbagai Jenis Tanaman Hias di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 ... 4 2. Luas Panen dan Produksi Bunga Per Kecamatan di Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2009 ... 23 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa

Bangun Sari Tahun 2009 ... 30 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa

Bangun Sari Tahun 2009... ... 31 5. Karakteristik Petani Sampel... 31 6. Biaya Tetap Rata-rata Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani

dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian ... 44 7. Biaya Variabel Rata-rata Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani

dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian ... 46 8. Rata-rata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani

dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian ... 52 9. Rata-rata Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah

Penelitian ... 52 10. Nilai Rata-rata Total Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai,

Rata-rata Total Pendapatan Keluarga dan Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per

50 Tanaman ... 54 11. Nilai Rata-rata R/C ratio Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per

Petani dan Per 50 Tanaman selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian ... 56


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Faktor Internal dan Eksternal ... 11

2. Kurva Biaya Produksi ... 14

3. Skema Kerangka Pemikiran ... 21

4. Batang Bonsai yang siap disemai ... 35

5. Tanaman Hias Bonsai yang Berukuran Kecil ... 37

6. Tanaman Hias Bonsai yang Berukuran Besar ... 38

7. Pekarangan Rumah yang ditanami Bonsai ... 39


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tanaman Hias Bonsai di Daerah Penelitian.

2. a. Biaya Penggunaan Bibit Tanaman Hias Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Biaya Penggunaan Bibit Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

3. a. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Biaya Penggunaan Pupuk Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

4. a. Biaya Penggunaan Obat-obatan Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Biaya Penggunaan Obat-obatan Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

5. a. Biaya Pot, Kawat dan Media Tanah Pada Usahatani Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Biaya Pot, Kawat dan Media Tanah Pada Usahatani Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

6. a. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

7. a. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.


(11)

8. a. Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian dan Total Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian Per Petani.

b. Total Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian Per 50 Tanaman dan Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

9. a. Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian. 10. a. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai

Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b.Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Terhadap Pendapatan Keluarga Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

11. a. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Terhadap Pendapatan Keluarga Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

b. Nilai R/C Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.

12. a. Nilai R/C Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian.


(12)

ABSTRAK

SITI SATRIYA GUSRI, 2011. “Analisis Usahatani Tanaman Hias Bonsai dan Kontribusi Pendapatan Usahatani terhadap Pendapatan Keluarga” Studi Kasus di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive dan metode penentuan sampel yang digunakan adalah Metode Simple Random Sampling, dimana total populasi 150 petani dan hanya diambil 20 % dari total populasi, sehingga jumlah sampel 30 petani tanaman hias bonsai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai, menganalisis tingkat persentase kontribusi pendapatan tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga dan untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai ini dilakukan dengan dua teknik pembesaran, yaitu menanam langsung di tanah maupun pembesaran di pot. dimana, usahatani ini memberikan kontribusi pendapatan rata-rata sebesar 25,82% dari total pendapatan keluarga dan dengan nilai R/C rata-rata sebesar 2,39. Maka, usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

Kata Kunci : Tanaman Hias Bonsai, Kontribusi Pendapatan, Kelayakan (R/C)


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai jenis tanaman hias. Di samping terkenal sebagai negara agraris juga merupakan salah satu negara yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis.

Sebagai negara kepulauan yang memiliki 13.667 pulau dengan usaha tanaman hias, namun untuk menjaga keseimbangan ekosistem, pekarangan yang dapat dimanfaatkan untuk areal tanaman hias disarankan agar lebih dari 20% dari luas pekarangan yang ada, dengan tersedianya areal budidaya yang cukup luas tersebut, maka diharapkan agar budidaya tanaman hias lebih mampu menunjang perolehan devisa negara dari sektor pertanian terutama usaha tanaman hias dapat menambah pendapatan keluarga menuju perbaikan kesejahteraan mereka sekaligus menjadi pemacu peningkatan nonmigas (Soerojo, 2008).

Tanaman hias bonsai merupakan salah satu barang konsumsi manusia yang mana permintaannya akan terus meningkat terutama bagi para hobiis, pembisnis ataupun di hari-hari besar sehingga berdampak terhadap peningkatan kegiatan produksi di sentra produksi, dengan adanya kegiatan produksi ini maka akan berdampak positif (prospek yang baik) terhadap pendapatan keluarga, dengan kata lain pendapatan petani dan kesejahteraan petani diharapkan meningkat dan juga penyediaan kesempatan kerja terhadap keluarga.


(14)

Bonsai merupakan tanaman kerdil yang umumnya ditanam dalam pot dan memiliki seni yang hidup terutama di bagian akar, batang dan daun. Tanaman ini terus berkembang dan semakin lama semakin indah dan juga bernilai tinggi. Beragam gaya dan ukuran bonsai telah banyak beredar di kalangan hobiis dan kolektor. Hal ini berbeda dengan tanaman hias lainnya. Bonsai juga bisa dinikmati kecantikannya baik di dalam maupun di luar ruangan yang masing-masing mempunyai keunikan tersendiri (Sulistyo, 2008).

Bonsai di Indonesia semula hanya sebagai hobi dari beberapa penggemar, tetapi dengan adanya pemberitaan dari beberapa media cetak yang memberikan informasi mengenai bonsai, maka bonsai tidak lagi menjadi milik beberapa orang. Awal tahun 90-an penggemar bonsai semakin banyak. Umumnya para penggemar bonsai menyenangi jenis bonsai dari tanaman asli Indonesia yang berasal dari hutan. Penggemar bonsai jenis tanaman asli Indonesia ini bukan hanya masyarakat dalam negeri, melainkan luar negeri seperti Eropa dan Amerika. Bonsai tropis Indonesia ini merupakan bonsai kelas dunia yang berdampak positif terhadap prospek bisnis bonsai di Indonesia. Bonsai ini bisa dikatakan sebagai komoditi ekspor nonmigas peraup devisa. Hal ini dikarenakan Indonesia sudah mampu bersaing dengan negara-negara penghasil bonsai lainnya seperti jepang negara asal bonsai (Tim Penulis PS, 2004).

Di samping peningkatan devisa non migas melalui peningkatan ekspor pengembangan budidaya tanaman hias secara umum di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang sekaligus juga akan dapat :


(15)

a. Memberikan kesempatan bagi petani tanaman hias dipedesaan dalam usaha komoditi ekspor nonmigas.

b. Penyediaan lapangan kerja di bidang budidaya tanaman hias bagi keluarga. c. Peningkatan pendapatan petani tanaman hias terhadap keluarga.

d. Pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal.

Sedangkan Provinsi Sumatera Utara mempunyai potensi tanaman hias yang terdapat di Daerah Deli Serdang dan beberapa daerah lainnya. Pada umumnya tanaman hias di Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang mengalami kemajuan yang cukup pesat, bila diukur dari peningkatan produksi, pemenuhan bahan baku dan konsumsi masyarakat serta peningkatan devisa negara melalui ekspor produksi tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang.

Di Daerah Sumatera Utara khususnya Kabupaten Deli Serdang cukup banyak tersedia lahan dalam rangka pengembangan tanaman hias seperti : bonsai, anggrek, anthurium, mawar, melati dan lain-lain, semuanya bernilai ekonomi tinggi yang dapat diusahakan semua pengusaha dari petani tanaman hias yang mempunyai modal kuat. Berikut data luas panen, produktivitas dan produksi beberapa tanaman hias di Kabupaten Deli Serdang tahun 2009.


(16)

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Berbagai Jenis Tanaman Hias di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

No. Jenis Tanaman Hias

Luas Panen (m2)

Produktivitas (tgk/m2)

Produksi (tangkai) 1 2 Anggrek Bonsai 200 900 1,05 1,07 210 960

3 Anthurium 45 1,11 50

4 Mawar 60 1,13 68

5 Melati 180 1,43 258

6 Gladiol 420 0,98 412

7 Palem 30 2,00 60

8 Krisan 30 0,80 24

9 Pakis 10 1,00 10

10 Caladium 10 1,00 10

Jumlah 1.885 11,57 2.062

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2009

Tabel 1. memperlihatkan beberapa jenis tanaman hias yang banyak di produksi di Kabupaten Deli Serdang diantaranya yaitu bonsai sebanyak 960 tangkai (46,55%), gladiol 412 tangkai (19,98%) dan melati 258 tangkai (12,51%). Berdasarkan keterangan tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 produksi bonsai di Kabupaten Deli Serdang menempati peringkat ke-1, yaitu sebanyak 960 tangkai (46,55%). Hal ini menunjukkan bahwa bonsai sudah mempunyai tempat di hati masyarakat petani untuk diusahatanikan.

Di Kabupaten Deli Serdang, daerah yang paling banyak mengusahakan tanaman hias bunga salah satunya tanaman hias bonsai. Pada umumnya tanaman hias bonsai ini memiliki keunikan tersendiri yaitu tanaman yang tumbuh dan menjadi tua namun tidak berkembang menjadi tinggi. Tanaman ini sebuah kekerdilan alam yang menjadi suatu keindahan bentuk tanaman. Untuk menghasilkan bonsai membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, perlu diketahui sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.


(17)

Di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa ini terdapat beberapa tanaman hias, salah satu tanaman hias yang termasuk tanaman unggulan adalah tanaman hias bonsai. Disini dapat dilihat dari tingkat produksi pada tahun 2009 yaitu sebanyak 960 tangkai. Sehingga, dapat dikatakan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga petani. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tingkat kontribusi pendapatan petani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga.

Berdasarkan survei dari petani, maka harga tanaman hias bonsai ini masih tetap bertahan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat masih adanya permintaan tanaman bonsai untuk dijual kembali. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kelayakan. Dalam melakukan analisis kelayakan ini, maka Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa dipilih sebagai daerah penelitian karena daerah ini memiliki tingkat produktivitas tanaman hias bonsai yang paling tinggi di Kabupaten Deli Serdang.


(18)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian?

2. Berapa besar kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga?

3. Apakah usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian layak untuk dikembangkan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan tersebut maka tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis tingkat persentase kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga.

3. Untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak-pihak yang mengusahakan tanaman hias bonsai dalam mengembangkan usahataninya.

2. Sebagai bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian USU Medan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa jenis-jenis pohon yang dapat tumbuh di tempat terbatas, berumur panjang, kayunya keras, secara alami memiliki bentuk dasar yang indah, pertumbuhannya vegetatif, daya tahannya kuat sehingga apabila dibentuk tanamannya tidak mati, bentuk batang dan cabangnya artistik, perakarannya menonjol dan daunnya kecil-kecil (Redaksi Trubus, 1999).

Bonsai merupakan salah satu seni pemangkasan tanaman (pohon) agar tumbuh kerdil. Untuk memperoleh kesempurnaan membutuhkan waktu yang relatif lama. Selain itu, juga membutuhkan kreativitas, kesabaran, ketekunan, dan kecintaan pembuatan terhadap tanaman. Istilah bonsai berasal dari kata bon yang berarti pot dan sai yang berarti tanaman. Dengan demikian, bonsai bisa diartikan sebagai tanaman yang dikerdilkan di dalam pot. Tanaman yang dibuat menjadi bonsai pohon yang berbatang keras (berkayu), pohon yang berbuah maupun pohon yang berbunga dan tanaman yang akan dibonsai harus memiliki daya tarik atau keindahan, baik daun batang, akar, bunga maupun buah (Hardiansyah, 2006).


(21)

Menanam bonsai tidak hanya menanam tanaman di pot melainkan juga bisa langsung ke media tanah. Menanam bonsai butuh ketekunan dan kreativitas karena bonsai sebagai benda seni hidup yang merupakan tanaman hidup dan mengalami perubahan. Oleh karena itu, harus juga memperhatikan gaya pertumbuhan agar terlihat lebih indah (Hardiansyah, 2006).

Tanaman hias bonsai merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan alami dan daya tarik tertentu. Di samping itu, juga mempunyai nilai ekonomis untuk keperluan hiasan di dalam dan di luar ruangan karena mengandung arti ekonomi, tanaman hias bonsai dapat diusahakan menjadi suatu bisnis yang menjanjikan keuntungan besar. Seperti tanaman lain, tanaman hias bonsai ini membutuhkan sinar matahari, sirkulasi udara dan air yang cukup. Oleh karena itu, idealnya bonsai ditempatkan di luar rumah dan pada umumnya bonsai ditempatkan di sebuah taman maupun juga diletakkan di dalam ruangan sebagai penyejuk dan penghias ruangan (Sulistyo, 2008).

Beberapa tanaman di alam secara alami telah memiliki bentuk fisik yang unik dan estetis untuk dijadikan bonsai. Namun, tidak semua tanaman bisa dijadikan bonsai. Tanaman yang akan dibuat bonsai harus memiliki syarat yaitu tanaman berkeping dua, berumur panjang, bentuk indah secara alami dan tahan terhadap perlakuan. Gaya bonsai bermacam-macam diantaranya gaya tegak lurus, gaya tegak berliku, gaya miring, gaya setengah miring dan gaya menggantung. Gaya bonsai ini ditentukan pada bentuk batang, jumlah batang, karakteristik batang, ranting maupun perakaran. Selain gaya, bonsai juga dapat dikelompokkan


(22)

berdasarkan jenis ukuran, yaitu kecil (15-30 cm), sedang (31-60 cm) dan besar (61-100 cm) (Sulistyo, 2008).

Secara umum banyak faktor yang menentukan keberhasilan usahatani tanaman hias untuk mencapai tingkat pendapatan yang tinggi. Adapun faktor yang sangat mempengaruhi budidaya tanaman hias dilihat dari sudut ekonomi/cost adalah biaya produksi variabel seperti bibit, pupuk dan obat-obatan, tenaga kerja, dll. Biaya produksi ini sangat menunjang keberhasilan proses produksi berlangsung.

Untuk melaksanakan budidaya setiap tanaman hias memerlukan biaya. Secara teknis pada dasarnya dengan tingkatan teknologi rekayasa yang ada. Pada umumnya tanaman hias dapat didirikan dihampir semua jenis lahan asalkan suplay air cukup tersedia. Tetapi, dari segi ekonomi perlu diperhitungkan secara cermat dengan biaya pengolahan dan operasional dapat tertutupi oleh penjualan hasilnya untuk melihat sejauh mana pengelolaan dana atau modal perusahaan yang bersangkutan karena seperti yang sudah pernah diketahui bahwa tingkat efisiensi dari suatu perusahaan diukur terutama atas dasar keuntungan finansial yang didapatkannya (Gray, 2008).

Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut:

1. Faktor internal dan faktor eksternal 2. Faktor manajemen


(23)

Gambar 1. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor manajemen juga sangat menentukan dimana petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.

2.2. Landasan Teori

Menurut Mosher (1981) usahatani pada dasarnya adalah tanah. Usahatani dapat sebagai suatu cara hidup (a way of life). Jenis ini termasuk usahatani untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau subsistem dan primitive. Jenis usahatani seperti itu pada saat sekarang sudah langka ditemui. Pada saat sekarang, pada umumnya jenis usahatani yang termasuk perusahaan (the farm business). Setiap petani pada

Faktor Internal 1. Umur petani 2. Pendidikan,

Pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan

3. Jumlah tenaga kerja keluarga

4. Luas Lahan 5. Modal

Usahatani

Biaya dan Pendapatan

Faktor Eksternal 1. Input :

a. Ketersediaan b. Harga 2. Output :

a. Permintaan b. Harga


(24)

hakikatnya menjalankan perusahaan pertanian di atas usahataninya. Itu merupakan bisnis karena tujuan setiap petani bersifat ekonomis, memproduksi hasil-hasil untuk dijual ke pasar atau untuk di konsumsi sendiri oleh keluarganya. Usahatani tanaman hias yang bertujuan ekonomis termasuk usahatani perusahaan.

Usahatani hendaklah senantiasa berubah, baik di dalam ukuran (size) maupun susunannya, untuk memanfaatkan metode usahatani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien. Corak usahatani yang cocok bagi pertanian yang masih primitif bukanlah corak yang paling produktif apabila sudah tersedia metode-metode yang modern (Mosher, 1981).

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan (Fhadoli, 1991).

Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman dapat terpenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu : tanah, modal, tenaga kerja dan skill atau manajemen (pengelolaan). Faktor produksi adalah faktor yang


(25)

mutlak diperlukan dalam proses produksi, yaitu : keberadaan dan fungsi masing-masing faktor produksi tersebut. Masing-masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling terikat satu sama lain, apabila salah satu faktor tidak tersedia, maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama 3 faktor utama seperti tanah, modal dan tenaga kerja (Daniel, 2002).

Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan input, sumber daya atau jasa-jasa produksi dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk).

Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC (Nuraini, 2001).

Kurva biaya produksi adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah biaya produksi yang dipergunakan dan jumlah produk yang dihasilkan. Maka pola kurva biaya tetap total (TFC), biaya variabel total (TVC) dan biaya total (TC) dapat dilihat sebagai berikut :


(26)

Rp

TC

TVC

n A TFC

0 Q

Gambar 2. kurva biaya produksi

Pada Gambar 2, dapat dilihat pada biaya tetap total (TFC) dilukiskan sebagai garis lurus (horizontal) sejajar dengan sumbu kuantitas. Hal ini menunjukkan bahwa berapapun jumlah output yang dihasilkan, besarnya biaya tetap total tidak berubah yaitu sebesar n. Pada biaya variabel total (TVC) menunjukkan bahwa kurva biaya variabel total terus menerus naik. Jadi, semakin banyak output yang dihasilkan maka biaya variabel akan semakin tinggi. Namun demikian, laju peningkatan biaya tersebut berbeda-beda (tidak konstan). Laju peningkatan mula-mula dari titik asal adalah menurun hingga titik A. Pada titik A ini tidak terjadi peningkatan sama sekali. Kemudian sesudah titik A laju kenaikannya terus menerus naik, sedangkan kurva biaya total (TC) diperoleh dengan menjumlahkan kurva TFC dengan kurva TVC secara vertikal. Biaya total (TC) berada pada jarak vertikal di semua titik antara biaya tetap total (TFC) dan biaya variabel total (TVC), yaitu: sebesar n (Nuraini, 2001).


(27)

Pendapatan bersih (keuntungan) adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan

total biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq – c(q). Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR1 = Y1 . Py1

Yaitu :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga y.

Sedangkan pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usahatani, adalah :


(28)

Dimana :

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total Penerimaan

TC = Total Biaya (Soekartawi, 2002).

Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani (Soekartawi, 1989).

Dari hasil pendapatan usahatani tanaman hias bonsai tersebut dapat diperoleh besar kontribusi terhadap pendapatan keluarga, dimana pendapatan keluarga dari usahatani

bonsai adalah total keseluruhan pendapatan baik yang berasal dari usahatani

bonsai maupun yang bukan dari usahatani. Kontribusi adalah seberapa besar sumbangan yang diberikan dari hasil usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga.

R/C adalah singkatan dari return cost ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :


(29)

a = R/C R = Py.Y C = FC + VC

a = (Py.Y)/(FC + VC)

Dimana :

R = Penerimaan C = Biaya

Py = Harga output Y = Output FC = biaya tetap

VC = biaya variabel (Soekartawi, 1995).

Untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman hias bonsai ini dianalisis dengan metode analisis R/C, Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan total biaya, yaitu dengan kriteria, bila R/C > 1 , maka usahatani layak bila R/C = 1 maka usahatani berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1 maka usaha tani tidak layak (Soekartawi, 1995).


(30)

2.3. Kerangka Pemikiran

Petani tanaman hias bonsai merupakan pengelola usahatani yang mempunyai tugas untuk mengusahakan tanaman hias bonsai dan juga mengorganisir pemanfaatan faktor-faktor produksi dalam usahatani tanaman hias bonsai.

Sistem usahatani bonsai merupakan usaha budidaya dan pengembangan tanaman hias bonsai yang dilakukan dengan dua teknik, yaitu baik dengan menanam langsung di tanah maupun pembesaran di pot, dengan pengambilan bakalan bonsai dari alam/hutan. Dimana memiliki beberapa input produksi diantaranya bibit/batang, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Input produksi ini menjadi komponen biaya produksi dalam pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai.

Input dan Output dari usahatani mencakup biaya dan hasil biaya pada usaha pertanian umumnya adalah biaya produksi yang meliputi biaya investasi, yaitu : biaya yang digunakan untuk pembelian atau sewa tanah, penyediaan pot, peralatan bangunan yang mendukung jalannya usaha budidaya tanaman hias tersebut dan biaya operasional yang meliputi: pembelian lahan, bibit/batang, obat-obatan, pupuk, jasa air dan tenaga kerja, baik dari dalam keluarga maupun diluar keluarga yang mendukung jalannya usahatani tanaman hias bonsai tersebut.

Untuk mengetahui kontribusi pendapatan dari usahatani bonsai terhadap total pendapatan keluarga, maka kontribusi pendapatan usahatani bonsai diperoleh dari pendapatan usahatani tanaman hias bonsai dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %. Usahatani bonsai sangat ditentukan oleh faktor produksi


(31)

seperti tanah, modal dan tenaga kerja. Suatu produksi dapat terwujud karena adanya unsur faktor produksi.

Jumlah anggota keluarga mempengaruhi besarnya konsumsi dan kontribusi pendapatan keluarga, semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan konsumsi juga akan semakin tinggi, hal ini secara langsung akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani, sehingga dapat dikatakan jumlah anggota keluarga memberikan pengaruh yang negatif terhadap pendapatan, apabila anggota keluarga tersebut berada pada usia non produktif, tetapi sebaliknya akan memberikan pengaruh yang positif apabila jumlah anggota keluarga yang semakin tinggi itu berada pada usia produktif.

Pendapatan yang diperoleh adalah total penerimaan yang besarnya dinilai dalam bentuk uang dan dikurangi dengan nilai total seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung.

Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input yang diperlukan pada proses produksi yang bersangkutan.

Pendapatan rumah tangga petani merupakan total keseluruhan pendapatan baik yang berasal dari usahatani maupun yang bukan dari usahatani. Pendapatan dari usahatani yang rendah menyebabkan petani mencari tambahan di luar usahataninya.


(32)

Kelayakan usahatani bonsai di daerah penelitian, akan menentukan peluang pengembangan bonsai ini, yaitu dengan menganalisis apakah layak atau tidak untuk diusahakan di daerah penelitian. Oleh karena itu, untuk menganalisis kelayakan usahatani bonsai ini dianalisis dengan metode analisis R/C. Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan total biaya produksi (Cost) dengan menggunakan kriteria, bila nilai R/C >1, maka usahatani ini layak, bila nilai R/C = 1, maka usahatani ini berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1, maka usahatani ini tidak layak.


(33)

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan : = Ada Hubungan = Kontribusi

Petani Bonsai

Sistem Usahatani Tanaman Hias Bonsai

Produksi

Penerimaan Biaya yang dikeluarkan

- Bibit/ Batang - Pupuk - Obat-obatan - Pot

- Tenaga Kerja - Tanah & Kawat

Analisis R/C

Layak Tidak Layak

Harga

Pendapatan Usahatani

Pendapatan Keluarga Biaya Produksi


(34)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu :

1. Kontribusi pendapatan tanaman hias bonsai > 25% terhadap pendapatan keluarga.

2. Usahatani tanaman hias bonsai layak diusahakan di daerah penelitian.


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan pertimbangan bahwa di daerah penelitian terdapat kegiatan petani bonsai, hampir seluruh masyarakatnya memiliki usahatani bunga dan daerah ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mempermudah penelitian. Berikut tabel luas panen dan produksi bunga per kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.

Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Bunga Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

No Kecamatan Luas Panen (m2) Produksi (Kg)

1 Lubuk Pakam 0 0

2 Pagar Merbau 71 2.731

3 Beringin 31 752

4 Gunung Meriah 0 0

5 Biru-Biru 1.161 15.721

6 Patumbak 30 2.137

7 STM Hulu 0 0

8 STM Hilir 0 0

9 Deli Tua 0 0

10 Pancur Batu 3.486 6.500

11 Namorambe 900 1.100

12 Sibolangit 0 0

13 Kutalimbaru 0 0

14 Sunggal 0 0

15 Hamparan Perak 0 0

16 Labuhan Deli 428 4.749

17 Batang Kuis 0 0

18 Percut Sei Tuan 0 0

19 Pantai Labu 0 0

20 Tanjung Morawa 7.026 111.251

21 Galang 0 0

22 Bangun Purba 0 0

Jumlah 13.133 144.941


(36)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani tanaman hias Bonsai di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, yang berjumlah 150 orang.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel yang dilakukan secara acak sederhana (Simple random sampling) di daerah penelitian.

Arikunto (1990) yang menyatakan apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel penelitian ini ditentukan 20% dari seluruh total populasi, dimana populasi yang diajukan sebanyak 150 orang, sedangkan sampel adalah 20% dari 150 orang. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 30 orang petani tanaman hias bonsai. 30 orang sampel diambil dengan metode Simple random sampling dimana semua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi anggota sampel.


(37)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani tanaman hias Bonsai di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dengan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas yang terkait dengan penelitian ini seperti Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Kantor Kecamatan Tanjung Morawa, Kantor Desa Bangun Sari dan Penyuluh Pertanian Kabupaten Deli Serdang serta literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan dengan melakukan tabulasi, kemudian dibuat hipotesis yang selanjutnya diuji dengan metode analisis yang sesuai dengan hipotesis tersebut.

Untuk hipotesis yang pertama (1) maka metode analisis data yang dipergunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu untuk mengetahui sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian.

Untuk hipotesis dua (2) dianalisis dengan menggunakan metode tabulasi sederhana, yaitu untuk menganalisis tingkat persentase kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga.


(38)

Persentase/Kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai terhadap pendapatan keluarga dihitung menggunakan rumus:

Pi

Pp = ( ) x 100% Pk

Keterangan :

Pi = Total pendapatan usahatani tanaman hias bonsai (Rp/thn). Pk = Total pendapatan keluarga.

Pp = Persentase/kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai.

Sedangkan untuk hipotesis tiga (3) dianalisis dengan menggunakan metode analisis Return Cost Ratio (Rasio R/C) atau yang dikenal dengan perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya, yaitu untuk menganalisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian, secara matematis dapat dituliskan :

a = R/C R = Py.Y C = FC + VC

a = (Py.Y)/(FC + VC)

Keterangan :

R = Penerimaan (Rp) C = Biaya (Rp)

Py = Harga Output (Rp) Y = Output (Btg) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp)


(39)

Kriteria Uji : - R/C > 1 maka usahatani layak diusahakan - R/C = 1 maka usahatani berada di titik impas

- R/C < 1 maka usahatani tidak layak diusahakan

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

3.5.1 Defenisi

1. Petani sampel adalah petani yang menanam jenis tanaman hias bonsai di daerah penelitian.

2. Usahatani tanaman hias bonsai adalah sistem budidaya yang mengusahakan tanaman hias bonsai mulai dari budidaya sampai penjualan dengan berupaya untuk memanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin.

3. Produksi usahatani tanaman hias bonsai adalah hasil dari usahatani tanaman hias bonsai dalam bentuk segar yang dihitung berdasarkan jumlah tanaman. 4. Harga adalah besarnya nilai penjualan dari tanaman hias bonsai.

5. Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total produksi dengan harga jual.

6. Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani selama proses produksi berlangsung sampai siap dipasarkan.

7. Kontribusi pendapatan adalah pendapatan yang diterima dari usahatani bonsai dibagi dengan pendapatan keluarga dan dikalikan dengan 100 %.


(40)

terima petani sebagai kepala keluarga di luar pendapatan tanaman hias bonsai. 9. Pendapatan tenaga kerja keluarga adalah selisih antara penerimaan dengan

seluruh biaya produksi.

10. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan total biaya dalam pengolahan usahatani.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli serdang.

2. Waktu penelitian adalah pada tahun 2011.

3. Petani Sampel adalah petani tanaman hias bonsai. 4. Tanaman hias bonsai yang siap dijual berumur 1 tahun.

Batasan Operasional:

1. Daerah penelitian adalah Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa

Kabupaten Deli Serdang. 2.

3. 4. 5. 6.


(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Daerah penelitian yaitu Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1053,97 Ha. Jumlah penduduk di Desa Bangun Sari sebanyak 10.103 jiwa. Desa Bangun Sari ini terdiri dari 12 dusun dan berjarak 13 km dari Ibukota Provinsi Sumatera Utara, yakni Medan 15 km dari Ibukota Kabupaten Deli Serdang dan 3 km dari Ibukota Kecamatan Tanjung Morawa. Dilihat dari jarak antar desa dengan Ibukota Kecamatan maka dapat diasumsikan bahwa desa tersebut dapat cepat menerima informasi yang berasal dari luar daerah tersebut, sehingga akan mempengaruhi kemajuan dan perkembangan desa.

Desa Bangun Sari memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bangun Sari Baru Kecamatan Tanjung Morawa

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Limau Manis/ Desa Ujung Serdang Kecamatan Tanjung Morawa

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bangun Mulia Kecamatan Medan Amplas


(42)

4.2. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Bangun Sari berjumlah 10.103 jiwa meliputi 4.965 jiwa laki-laki dan 5.138 jiwa perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 2.165 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Bangun Sari Tahun 2009

No Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 0-5 508 5,03

2 6-17 2.628 26,01

3 18-59 6.524 64,57

4 > 60 443 4,38

Jumlah 10.103 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari 2009

Tabel 3. menunjukkan bahwa kelompok umur 0-5 tahun terdapat 508 jiwa (5,03%), kelompok umur 6-17 tahun terdapat 2.628 jiwa (26,01%), kelompok umur 18-59 tahun terdapat 6.524 jiwa (64,57%) dan kelompok umur > 60 tahun terdapat 443 jiwa (4,38%).

Berdasarkan data diatas dapat dikemukakan bahwa penduduk menurut kelompok umur 18-59 tahun adalah penduduk yang paling tinggi jumlahnya, yaitu 6.524 jiwa (64,57%). Hal ini menunjukkan bahwa di desa ini memiliki tenaga kerja yang produktif yang masih dapat menghasilkan pendapatan bagi keluarga.

Mata pencaharian penduduk di Desa Bangun Sari beraneka pekerjaan dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.


(43)

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Bangun Sari Tahun 2009

No Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Karyawan 3.930 38,90

2 Wiraswasta 2.941 29,11

3 Pegawai 892 8,83

4 5 6 7 ABRI/ POLRI Petani Pensiunan Lain-lain 85 150 372 1.733 0,84 1,48 3,68 17,15

Jumlah 10.103 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Bangun Sari 2009

Tabel 4. menunjukkan bahwa penduduk di daerah penelitian memiliki beragam pekerjaan. Sebagai Karyawan sebanyak 3.930 jiwa (38,90%), Wiraswasta sebanyak 2.941 jiwa (29,11%), Pegawai sebanyak 892 jiwa (8,83%), ABRI/ POLRI sebanyak 85 jiwa (0,84%), Petani sebanyak 150 jiwa (1,48%), Pensiunan sebanyak 372 jiwa (3,68%) dan mata pencaharian lainnya yaitu gabungan dari berbagai macam pekerjaan sebesar 1.733 (17,15%).

4.3. Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel di daerah penelitian ini meliputi luas lahan, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani dari petani sampel. Gambaran karakteristik petani sampel ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5. Karakteristik Petani Sampel di Desa Bangun Sari

No Uraian Range Rataan

1 Luas Lahan (Meter) 15 – 120 41 2 Umur (Tahun) 30 – 53 42 3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 6 – 12 10 4 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 1 – 8 4 5 Pengalaman Bertani (Tahun) 3 – 25 15


(44)

Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian memiliki luas lahan usahatani bonsai yaitu dengan range 15 – 120 meter dengan rataan 41 meter. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian termasuk petani yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk berusahatani tanaman hias bonsai karena kebanyakan petani hanya menggunakan pekarangan rumah sendiri untuk usahatani ini dan hanya sebagian petani yang memiliki lahan tersendiri untuk melakukan usahatani ini.

Umur petani sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata 42 tahun dengan range 30 – 53 tahun . Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong pada usia yang produktif untuk melakukan usahatani tanaman hias bonsai.

Tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata 10 tahun dengan range 6 – 12 tahun. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel adalah tingkat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani sampel sudah baik.

Jumlah tanggungan petani sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata 4 jiwa dengan range 1 – 8 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan petani sampel tergolong rendah. Jumlah ini sangat berpengaruh terhadap beban tanggungan keluarga, dimana sebagian petani memiliki anak yang sudah dewasa dan telah menikah sehingga tidak lagi menjadi tanggungan keluarga.


(45)

Pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian memiliki rata-rata 15 tahun dengan range 3 – 25 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam bertani sudah lama, sehingga keahlian dan pengetahuan petani dalam berusahatani sudah baik untuk dijalankan.


(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sistem Pengelolaan Usahatani Tanaman Hias Bonsai di Daerah Penelitian

Tanaman bonsai yang terdapat di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ini adalah jenis bonsai serut yang ada di pekarangan rumah. Sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai yang dilakukan petani sampel meliputi: persemaian, penanaman, penyiraman, pemotongan, pengawatan, pemahatan, pemberian pupuk, pemangkasan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Berikut ini dijelaskan sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian :

1. Persemaian

Di daerah penelitian batang bonsai yang sudah dalam keadaan diikat dengan goni perlu dilakukan persemaian karena terputusnya akar bonsai mengakibatkan akar tanaman setres, dengan dilakukan persemaian maka akan merangsang pertumbuhan akar-akar baru dan batang bonsai bertunas. Oleh karena itu, batang bonsai ini disemai terlebih dahulu dengan tanah digemburkan lalu disemprotkan dengan antonik (perangsang akar) dan di gali satu persatu lalu batang bonsai dapat ditanam bersama goni ditempat yang teduh sedalam setengah dari goni, kemudian dilakukan penyiraman dengan rutin. Selanjutnya, ditunggu selama kurang lebih tiga bulan atau sampai bagian batang bertunas. Berikut ini gambar batang bonsai yang siap disemai.


(47)

Gambar 4. Batang Bonsai

2. Penanaman

Di daerah penelitian penanaman dapat dilakukan apabila batang bonsai sudah bertunas. Pada tanaman bonsai yang berukuran kecil dapat diletakkan di dalam pot sedangkan tanaman bonsai yang berukuran besar langsung ditanam di tanah dengan media tanam ditinggikan lalu di pinggiran tanaman tersebut diletakkan batu bata untuk menahan media tanam agar tetap terbentuk. Pot yang digunakan di daerah penelitian pot plastik. Berikut ini langkah-langkah penanaman bonsai berukuran kecil :

a. Mula-mula dipersiapkan media tanam seperti pupuk kandang, tanah dan kompos lalu dicampur dengan perbandingan 1: 2 : 2. Setelah media tanam yang dipersiapkan kemudian disiapkan pot. Di dalam pot tersebut sebelumnya dibuat


(48)

drainase di dasar pot dengan melubangi dasar pot terlebih dahulu agar kelebihan air siraman dapat mengalir keluar, kemudian media tanam dimasukkan ke dalam pot sampai setengah pot.

b. Siapkan batang bonsai dari persemaian dengan cara membongkar tanaman bonsai yang akan ditanam kembali ke dalam pot. Akar bonsai yang terikat dengan goni dapat dibuka lalu akar tanaman yang terlalu banyak dikurangi. Sesuaikan juga panjang lebar akar dengan pot yang akan ditanam lalu atur posisi tanaman agar kelihatan bagus.

c. Tambahkan sedikit demi sedikit media tanam agar tanaman dapat berdiri pada pot secara baik. Padatkan media tanam sampai ke mulut pot dengan cara menekan media, kemudian disiram sampai air mengalir dari lubang pot. Berikut ini gambar tanaman hias bonsai berukuran kecil dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini.


(49)

Gambar 5. Bonsai Berukuran Kecil

Berikut ini langkah-langkah penanaman bonsai berukuran besar :

a. Mula-mula dipersiapkan media tanam seperti pupuk kandang, tanah dan kompos lalu dicampur dengan perbandingan 5:10:10.

b. Persiapkan batang bonsai yang telah disemai dengan cara membongkar tanaman bonsai yang akan ditanam kembali ke lahan yang sudah ditentukan. c. Kemudian gali tanah satu kali diameter tanaman berfungsi untuk menahan

posisi tanaman lalu ditanamkan kembali bersama goni, sehingga mempermudah pembongkaran dan akar tanaman tidak mekar di tanah.

d. Lakukan penutupan/penimbunan tanaman, dengan diberikan media tanam yang telah dicampur dengan pupuk kandang, tanah dan kompos lalu media tanam


(50)

tersebut ditinggikan, kemudian tambahkan batu bata disekelilingnya yang berguna untuk menahan media tanam agar tetap terbentuk lalu diikat dengan tali, kemudian disiram sampai air mengalir.

Berikut ini gambar tanaman hias bonsai berukuran besar dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini.


(51)

Gambar 7. Pekarangan Rumah yang ditanami Bonsai

3. Penyiraman

Di daerah penelitian penyiraman bonsai dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman tidak hanya dilakukan pada tanamannya saja melainkan media tanam juga perlu disiram. Dengan demikian, air siraman yang berlebih akan mengalir ke lubang dasar pot atau tanah. Penyiraman ini bertujuan agar air dalam media tanam akan diserap oleh akar untuk disalurkan ke seluruh bagian tanaman dan juga untuk membersihkan debu yang mungkin membawa penyakit bagi tanaman.

4. Pemotongan

Di daerah penelitian pemotongan dilakukan untuk memberi bentuk, membuang cabang atau ranting yang tidak diperlukan dan memendekkan batang atau cabang. Dengan pemotongan, dapat dipilih cabang atau batang yang diinginkan.


(52)

Pemotongan pada cabang dan ranting sebaiknya cekung ke dalam. Hal ini dimaksudkan agar penutupan luka berlangsung lebih cepat dan pada pemendekkan cabang atau ranting, pemotongan dilakukan miring dengan bekas luka menghadap ke atas agar luka tersebut lebih cepat menutup.

5. Pengawatan

Di daerah penelitian pengawatan dilakukan pada saat tunas sudah menjadi daun, sehingga dapat ditentukan pembentukan batang, cabang ataupun ranting agar tumbuh sesuai dengan arah yang diinginkan. Daun tanaman bonsai dapat mekar dan tumbuh rimbun/padat sekitar 3 bulan setelah bertunas, maka pada umur 6 bulan batang tanaman bonsai sudah dapat dilakukan pengawatan. Kawat yang digunakan di daerah penelitian adalah kawat aluminium yang dilapisi tembaga. Kawat ini digunakan untuk memudahkan dalam pembentukan dan menjadi keras setelah terkena air, serta tidak berkarat sehingga tidak meracuni tanaman. Untuk mengawat batang, ujung kawat mula-mula dimasukkan ke dasar pot untuk bonsai berukuran kecil sehingga tampak lebih kuat, sedangkan bonsai yang besar hanya dililitkan pada batang, cabang maupun ranting. Kawat ini dililitkan pada batang dengan jarak yang relatif sama. Pengawatan harus dilakukan dengan hati-hati tidak boleh terlalu erat agar tidak melukai kulit, tetapi juga tidak boleh terlalu longgar karena tidak akan bekerja efektif. Untuk mengawat cabang, ujung kawat terlebih dahulu dikaitkan pada batang, kemudian dililitkan pada cabang. Hal ini dimaksudkan agar kawat memperoleh pegangan, sehingga dapat bekerja efektif dan sekitar 6 bulan kawat mulai mencekik batang tanaman.


(53)

6. Pemahatan

Di daerah penelitian pemahatan dilakukan pada tanaman bonsai yang berukuran besar yang disesuaikan dengan bentuk serat kayu, bentuk celah atau lubang pada batang. Pemahatan ini dilakukan pada tunggul bagian bawah atau tunggul yang besar agar tanaman bonsai kelihatan lebih berumur tua/berseni. Namun, pada tanaman bonsai yang berukuran kecil tidak dilakukan pemahatan karena batangnya terlalu kecil sehingga sulit untuk dipahat. Pemahatan dikerjakan dari atas ke bawah dan sebaliknya sesuai dengan alur serat kayu. Memahat bonsai harus dilakukan pada musim kemarau. Hal ini untuk menghindari tanaman dari serangan penyakit akibat pahatan karena dengan adanya sinar matahari bekas luka dapat hilang.

7. Pemberian pupuk

Di daerah penelitian ada tiga jenis pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang, pupuk kompos dan NPK. Pemberian pupuk kandang ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, menambah unsur hara di dalam tanah dan sumber gizi yang melengkapi makanan alamiah untuk dapat meningkatkan kemampuan produksi. Pupuk kandang dan pupuk kompos diberikan pada saat penanaman. Jumlah pupuk kandang yang diberikan petani di daerah penelitian rata-rata sebanyak 3,53 Goni/Petani dan pupuk kompos rata-rata sebanyak 6,96 Goni/Petani, sedangkan pemberian pupuk NPK setelah proses penyiangan dengan cara ditabur yang hanya diberikan sekali pada saat daun tanaman bonsai telah rimbun/padat. Jumlah pupuk NPK yang diberikan petani di daerah penelitian rata-rata sebanyak 0,20 kg/Petani. Pemberian pupuk NPK bertujuan untuk merangsang


(54)

pertumbuhan daun dan tetap mempertahankan warna daun.

8. Pemangkasan

Di daerah penelitian pertumbuhan daun maupun ranting baru termasuk lama, sehingga hanya dilakukan pemangkasan sebulan sekali. Pemangkasan ini dilakukan agar bentuk bonsai yang telah bagus tidak akan cenderung berubah.

9. Penyiangan

Di daerah penelitian penyiangan dilakukan sebulan sekali atau gulma/rumput yang berada disekitar tanaman sudah tampak. Penyiangan ini dilakukan karena gulma atau rumput yang tidak berguna akan bersaing dengan bonsai dalam pengambilan makanan di dalam tanah. Penyiangan dilakukan setelah tanaman bonsai berumur 6 bulan yang dilakukan secara manual (dengan tangan) dan apabila dibiarkan secara terus menerus maka akan menghambat pertumbuhan tanaman bonsai.

10. Pengendalian hama dan penyakit

Di daerah penelitian pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan sebulan sekali setelah penanaman dan pembentukan bonsai. Hama yang menyerang tanaman bonsai adalah kumbang penggerek batang, sedangkan penyakit yang menyerang tanaman bonsai adalah jamur dan kutu daun. Untuk membasmi kumbang penggerak batang, maka petani menyemprotkan matador yang berupa cairan yang dilarutkan dalam air, sedangkan untuk penyakit jamur dan kutu daun dapat disemprotkan dengan antracol. Penyakit ini yang paling banyak menyerang


(55)

pada tanaman bonsai.

Berikut ini dapat dilihat secara skema sistem pengelolaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian sebagai berikut :

Keterangan : Bonsai yang berukuran kecil tidak dilakukan pemahatan.

Gambar 8. Skema Sistem Pengelolaan Usahatani Tanaman Hias Bonsai

Persemaian

Penanaman

Pemotongan

Pengawatan

Pemahatan

Pemberian Pupuk

Pemangkasan

Penyiangan

Pengendalian Hama dan

Penyakit Penyiraman


(56)

5.2. Biaya Produksi Usahatani Tanaman Hias Bonsai

Biaya produksi merupakan semua pengorbanan yang perlu dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam mengelolah usahatani untuk menghasilkan barang-barang produksi yang dijual. Komponen biaya produksi usahatani tanaman hias bonsai, yaitu mencakup biaya tetap dan biaya variabel.

5.2.1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Berikut ini diperlihatkan rincian biaya tetap rata-rata di daerah penelitian.

Tabel 6. Biaya Tetap Rata-rata Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian

No Uraian Per Petani

(Rp)

Per 50 Tanaman (Rp)

Biaya Tetap

1 Sewa lahan 323.333 375.000 2 Milik Sendiri (Biaya PBB) 183.333 244.028 3 Biaya Listrik 904.000 1.233.667 4 Penyusutan Peralatan 186.830 279.864

Total Biaya Tetap 1.597.496 2.132.559

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 9a dan 8b

Dari Tabel 6, dapat dilihat biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp 1.597.496/Petani dan Rp 2.132.559/50 Tanaman. Adapun uraian dari Tabel 6 yaitu :


(57)

1. Sewa Lahan

Di daerah penelitian hanya sedikit ditemukan para petani dalam menyewa lahan karena kebanyakan petani hanya menggunakan pekarangan rumah sendiri dan hanya sebagian petani yang memiliki lahan tersendiri dalam melakukan usahatani ini. Di daerah penelitian rata-rata biaya sewa lahan yang digunakan per petani sebanyak Rp 323.333/petani dan Rp 375.000/50 tanaman.

2. Biaya PBB dan listrik

Di daerah penelitian biaya PBB yang harus dikeluarkan petani tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan biaya listrik. Biaya PBB rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 183.333/petani dan Rp 244.028/50 tanaman, sedangkan biaya listrik rata-rata adalah sebesar Rp 904.000/petani dan Rp 1.233.667/50 tanaman.

3. Biaya Penyusutan Peralatan

Biaya penyusutan adalah biaya peralatan yang digunakan petani dalam kegiatan usahataninya selama 1 tahun. Penyusutan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus straight-line method, secara matematik dapat ditulis :

HAw - HAk

D = Wp

Keterangan : D = Penyusutan Peralatan (Rp) HAw = Harga Awal (Rp)

HAk = Harga Akhir (Rp)


(58)

Di daerah penelitian biaya penyusutan peralatan rata-rata adalah sebesar Rp 186.830/petani dan Rp 279.864/50 tanaman. Adapun peralatan-peralatan yang digunakan dalam usahatani tanaman hias bonsai ini adalah cangkul, gunting daun, gunting batang, gergaji, pahat, palu, tang potong, batu bata, tali nilon, solo/sprayer, handsprayer dan selang. Pada umumnya memiliki umur ekonomis 1-5 tahun tergantung pada bahan yang digunakan dalam berusahatani tanaman hias bonsai.

5.2.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output/produksi yang dihasilkan. Berikut ini diperlihatkan rincian biaya variabel rata-rata di daerah penelitian.

Tabel 7. Biaya Variabel Rata-rata Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian

No Uraian Per Petani

(Rp)

Per 50 Tanaman (Rp)

Biaya Variabel

1 Bibit/batang 4.433.333 5.500.000 2 Pupuk

- Pupuk Kandang 20.283 26.738 - Pupuk Kompos 32.217 41.939 - Pupuk NPK 2.000 1.903 3 Obat-obatan

- Antracol 51.467 55.439

- Matador 7.900 8.950

- Antonik 39.667 49.292 4 Pot Plastik 206.833 144.764 5 Kawat Aluminium 214.267 245.278

6 Tanah 25.917 34.047

7 Tenaga kerja 1.748.396 2.095.472

Total Biaya Variabel 6.782.280 8.203.822


(59)

Dari Tabel 7, dapat dilihat biaya variabel rata-rata yang dikeluarkan petani pada usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp 6.782.280/petani dan Rp 8.203.822/50 tanaman. Adapun uraian dari Tabel 7 yaitu :

1. Bibit/batang

Bibit/Batang bonsai yang diperoleh di daerah penelitian berasal dari hutan yang diperoleh dari penjual bakalan bonsai dan berbentuk tegak lurus. Harga per batang bakalan bonsai ini bervariasi dilihat dari ukuran. Ukuran kecil berharga Rp 50.000/batang dan ukuran besar berharga Rp 200.000/batang. Tanaman bonsai ini dijual dengan harga Rp 250.000/tanaman dan Rp 1000.000/tanaman. Di daerah penelitian jumlah rata-rata bibit/batang yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 54,66 dan 50 batang, dengan biaya bibit/batang bonsai rata-rata adalah sebesar Rp 4.433.333/petani dan Rp 5.500.000/50 tanaman.

2. Pupuk

Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk NPK. Pupuk yang paling banyak digunakan petani adalah pupuk kandang dan pupuk kompos karena kedua pupuk ini merupakan media tanam yang dapat memperbaiki unsur hara dalam tanah. Di daerah penelitian jumlah rata-rata pupuk kandang dan kompos yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 3,53 dan 6,96 goni/petani dan 4,63 dan 9,15 goni/50 tanaman, dengan biaya pupuk kandang dan kompos rata-rata adalah sebesar Rp 20.283 dan Rp 32.217/petani dan Rp 26.738 dan Rp 41.939/50 tanaman.


(60)

Sedangkan pupuk yang paling sedikit digunakan adalah pupuk NPK karena pupuk ini hanya diberikan sekali pada saat daun tanaman bonsai telah rimbun/padat. Pupuk NPK ini berguna untuk merangsang pertumbuhan daun dan tetap mempertahankan warna daun. Di daerah penelitian jumlah rata-rata pupuk NPK yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 0,20 kg/petani dan 0,19 kg/50 tanaman, dengan biaya pupuk NPK rata-rata adalah sebesar Rp 2.000/petani dan Rp 1.903/50 tanaman.

3. Obat-obatan

Obat-obatan merupakan pembasmi hama dan penyakit pada tanaman hias bonsai itu sendiri. Obat-obatan yang dipakai petani di daerah penelitian yaitu antracol, matador dan antonik. Antracol berguna untuk membasmi penyakit jamur dan kutu daun, matador berguna untuk membasmi hama kumbang penggerek batang dan antonik berguna untuk perangsang akar. Obat-obatan yang paling banyak digunakan di daerah penelitian adalah antracol karena penyakit jamur dan kutu daun paling banyak dijumpai pada tanaman hias bonsai. Di daerah penelitian jumlah rata-rata antracol yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 1,76 botol/petani dan 1,89 botol/50 tanaman, dengan biaya antracol rata-rata adalah sebesar Rp 51.467/petani dan Rp 55.439/50 tanaman.

Obat-obatan yang paling sedikit digunakan adalah matador karena hama ini jarang terdapat di daerah penelitian tetapi petani tetap waspada karena penyakit ini juga akan muncul yang diakibatkan oleh kumbang penggerek batang. Di daerah penelitian jumlah rata-rata matador yang digunakan per petani dan per 50 tanaman


(61)

adalah sebanyak 0,46 botol/petani dan 0,53 botol/50 tanaman, dengan biaya matador rata-rata adalah sebesar Rp 7.900/petani dan Rp 8.950/50 tanaman. Sedangkan untuk antonik jumlah rata-rata yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 1,13 botol/petani dan 1,40 botol/50 tanaman, dengan biaya antonik rata-rata adalah sebesar Rp 39.667/petani dan Rp 49.292/50 tanaman.

4. Pot Plastik, Kawat Aluminium dan Tanah

Di daerah penelitian untuk tanaman bonsai yang berukuran kecil dapat diletakkan di dalam pot plastik, sedangkan tanaman bonsai yang berukuran besar langsung ditanam di tanah dengan media tanam yang telah ditentukan. Di daerah penelitian jumlah rata-rata pot plastik yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 3,56 lusin/petani dan 2,45/50 tanaman, dengan biaya pot plastik rata-rata adalah sebesar Rp 206.833/petani dan Rp 144.764/50 tanaman. Sedangkan untuk kawat aluminium jumlah rata-rata yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 7,3 kg/petani dan 8,33 kg/50 tanaman, dengan biaya kawat aluminium rata-rata adalah sebesar Rp 214.267/petani dan Rp 245.278/50 tanaman. Sedangkan pada tanah jumlah rata-rata yang digunakan per petani dan per 50 tanaman adalah sebanyak 6,96 goni/petani dan 9,15 goni/50 tanaman, dengan biaya tanah rata-rata adalah sebesar Rp 25.917/petani dan Rp 34.047/50 tanaman.


(62)

5. Biaya Tenaga Kerja

Di daerah penelitian penggunaan tenaga kerja per petani dan per 50 tanaman per musim tanam pada usahatani ini yaitu dengan rata-rata 49,95 HKP dan 59,87 HKP. Nilai 1 HKP di daerah penelitian mencapai Rp 35.000,- dan nilai ini digunakan untuk menghitung nilai curahan tenaga kerja sebagai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) maupun tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Adapun tenaga kerja yang paling banyak digunakan berasal dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) karena perawatannya tidak terlalu sulit dan hanya saja membutuhkan tenaga kerja luar pada saat pengawatan dan pemahatan karena pada pengerjaan ini sangat sulit, sehingga membutuhkan skill maupun pengalaman. Umumnya kegiatan pengawatan dan pemahatan hanya membutuhkan 1 orang, dengan waktu 1-8 jam tergantung banyak sedikitnya tanaman.

Dengan demikian total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani di daerah penelitian selama 1 musim tanam (1 tahun) adalah sebesar Rp 8.379.776/petani dan sebesar Rp 10.336.379/50 tanaman (Lampiran 9a dan 8b).


(63)

5.3. Produksi dan Penerimaan Usahatani Tanaman Hias Bonsai 5.3.1. Produksi

Produksi usahatani tanaman hias bonsai adalah tanaman yang sudah siap dijual dan diminati oleh konsumen. Harga dari tanaman hias bonsai ini bervariasi dilihat dari ukurannya. Ukuran yang kecil dijual dengan harga Rp 250.000/tanaman dan ukuran yang besar Rp 1.000.000/tanaman. Di daerah penelitian, biasanya konsumen paling banyak membeli tanaman bonsai yang berukuran kecil karena memiliki keunikan tersendiri (berseni), lebih murah harganya dan mudah dalam pengangkutan, sedangkan yang ukuran besar biasanya hanya untuk dekorasi taman kota, perumahan maupun perkantoran.

Tanaman hias bonsai di daerah penelitian umumnya kebanyakan pembeli dari luar kota seperti Jakarta, Batam, Aceh, Palembang, Pekanbaru, dan Padang. Biasanya tanaman bonsai ini untuk dijual lagi, dikoleksi bagi para hobiis dan pembisnis bonsai maupun untuk pameran-pameran tanaman hias, tetapi pada umumnya untuk dijual lagi.

5.3.2. Penerimaan

Penerimaan pada usahatani tanaman hias bonsai ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah produksi bonsai dengan harga jual per tanaman. Tanaman hias bonsai di daerah penelitian yang siap dijual berumur 1 tahun, dengan harga jual ukuran kecil seharga Rp 250.000/tanaman dan ukuran yang besar Rp 1.000.000/tanaman. Berikut ini diperlihatkan rata-rata penerimaan yang diperoleh petani dari usahatani tanaman hias bonsai selama 1 musim tanam (1 tahun) di daerah penelitian.


(64)

Tabel 8. Rata-rata Penerimaan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian

No Penerimaan Usahatani Rupiah

1 Per Petani 20.666.667

2 Per 50 Tanaman 27.500.000

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 10a dan 9b

Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp 20.666.667/petani dan Rp 27.500.000/50 tanaman. Tinggi rendahnya penerimaan dipengaruhi oleh harga jual dan jumlah produksi. Semakin mahal harga jual tanaman dan semakin banyak jumlah produksi maka semakin besar pula penerimaan usahatani tanaman hias bonsai yang diperoleh petani, begitu juga sebaliknya.

5.4. Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai

Pendapatan usahatani merupakan total penerimaan usahatani tanaman hias bonsai dikurangi dengan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Berikut ini diperlihatkan rata-rata pendapatan usahatani yang diperoleh petani dari usahatani tanaman hias bonsai selama 1 musim tanam (1 tahun) di daerah penelitian.

Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per 50 Tanaman Selama 1 Musim Tanam (1 tahun) di Daerah Penelitian

No Pendapatan Usahatani Rupiah

1 Per Petani 12.286.891

2 Per 50 Tanaman 17.163.621


(65)

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp 12.286.891/petani dan Rp 17.163.621/50 tanaman. Pendapatan petani dari usahatani tanaman hias bonsai dapat dikatakan tinggi karena dilihat dari rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 20.666.667/petani dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 8.379.776/petani sedangkan pada rata-rata penerimaan per 50 tanaman diperoleh sebesar Rp 27.500.000/50 tanaman dengan biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 10.336.379/50 tanaman

(Lampiran 10a-9b).

Dari ke 30 sampel di daerah penelitian pendapatan yang paling tinggi adalah sebesar Rp 32.277.800 per petani dan per 50 tanaman sebesar Rp 35.203.179 (Lampiran 10a dan 9b). Tinggi rendahnya pendapatan petani tergantung pada jumlah produksi, harga jual dan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani tanaman hias bonsai.

Pendapatan petani masih dapat ditingkatkan karena berdasarkan informasi di lapangan, umumnya tenaga kerja yang digunakan adalah dari dalam keluarga (TKDK) sehingga pengeluaran ini tidak dihitung oleh petani dan hanya sebagian kegiatan saja menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).


(66)

5.5. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Terhadap Pendapatan keluarga

Kontribusi pendapatan merupakan persentase perbandingan antara jumlah pendapatan usahatani tanaman hias bonsai dengan total pendapatan keluarga secara keseluruhan. Pendapatan keluarga berasal dari pendapatan utama dan pendapatan sampingan. Dari sampel yang diambil, petani tidak hanya memperoleh pendapatan dari usahatani tanaman hias bonsai. Pada umumnya para petani di daerah penelitian rata-rata memperoleh pendapatan utama dari usahatani tanaman hias bunga maupun pekerjaan tetap seperti pegawai negeri sipil (PNS) dan karyawan swasta, sedangkan pendapatan sampingan para petani di daerah penelitian seperti bertani bunga, rental mobil, wiraswasta, dekorasi/pembuat taman, supir dan tukang bangunan. Dapat dikatakan bahwa sebagian petani hanya memperoleh pendapatan utama dari bunga maupun pendapatan bunga sebagai pendapatan sampingan.

Berikut ini diperlihatkan nilai rata-rata total pendapatan usahatani tanaman hias bonsai, rata-rata total pendapatan keluarga dan rata-rata kontribusi pendapatan usahatani tanaman hias bonsai per petani dan per 50 tanaman.

Tabel 10. Nilai Rata-rata Total Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai, Rata-rata Total Pendapatan Keluarga dan Rata-rata Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per Petani dan Per 50 Tanaman.

No Uraian Per Petani

(Rp)

Per 50 Tanaman (Rp)

1 Pendapatan Usahatani 12.286.891 17.163.621 2 Pendapatan Utama 33.400.000 44.466.667 3 Pendapatan Sampingan 12.560.000 15.553.333 4 Total Pendapatan Keluarga 45.960.000 60.020.000

5 Kontribusi 25,82% 29%


(67)

Dari Tabel 10, dapat diketahui bahwa usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian mampu memberikan kontribusi pendapatan rata-rata seluruh sampel sebesar 25,82% per petani dan 29% per 50 tanaman dari total pendapatan keluarga. Usahatani tanaman hias bonsai ini mampu memberikan rata-rata seperempat lebih tambahan pendapatan keluarga. Nilai ini pun bisa bertambah lagi karena umumnya petani tidak menghitung biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dalam usahatani ini dan hanya sebagian kegiatan yang memakai tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

Hal ini sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa usahatani tanaman hias bonsai di daerah penelitian mampu memberikan kontribusi pendapatan yang cukup besar (> 25%) terhadap total pendapatan keluarga petani.

5.6. Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Hias Bonsai 5.6.1. Analisis R/C

Analisis kelayakan usahatani tanaman hias bonsai dilakukan untuk mengetahui kelayakan usahatani tanaman hias bonsai yang dijalankan petani. Usahatani tanaman hias bonsai ini layak atau tidak untuk dikembangkan di daerah penelitian, maka diukur dengan menggunakan analisis R/C ratio yang merupakan perbandingan antara total penerimaan (revenue) dengan total biaya (cost). Rata-rata R/C ratio dari usahatani tanaman hias bonsai per petani dan per 50 tanaman per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini :


(1)

21 30 2.500.000 104.167 1.249.792 413.333 4.267.292 63.063 0 208.333 1.000.000 1.

22 30 2.500.000 127.500 1.462.125 396.000 4.485.625 77.175 0 300.000 960.000 1.

23 15 10.000.000 475.000 6.781.250 520.000 17.776.250 1.076.125 0 1.500.000 4.800.000 7.

24 25 10.000.000 225.833 2.374.167 458.333 13.058.333 516.667 0 166.667 2.000.000 2.

25 25 10.000.000 254.166 2.909.375 458.333 13.621.874 462.028 0 416.667 2.000.000 2.

26 20 10.000.000 335.000 3.454.063 445.000 14.234.063 581.625 0 250.000 2.700.000 3.

27 30 2.500.000 120.000 1.452.500 396.000 4.468.500 82.800 0 300.000 1.080.000 1.

28 30 2.500.000 119.167 1.513.021 401.667 4.533.855 74.625 0 83.333 1.000.000 1.

29 120 2.500.000 73.375 913.500 396.000 3.882.875 72.675 0 175.000 300.000

30 30 2.500.000 118.334 1.249.792 411.667 4.279.793 73.750 2.083.333 0 0 2.

Total 1.230 165.000.000 5.527.792 62.864.159 12.722.666 246.114.617 8.395.918 11.250.000 7.320.833 37.010.000 63.976. Rataan 41 5.500.000 184.260 2.095.472 424.089 8.203.821 279.864 375.000 244.028 1.233.667 2.132.


(2)

Lampiran 9b. Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian

No Luas Jumlah Bibit Jumlah Tanaman Harga Jual Total Total Biaya Pendapatan Sampel Lahan yang di Produksi (Batang) yang Terjual (Batang) (Rp)/Tanaman Penerimaan Usahatani Usahatani

(m2) Per Petani Per Petani (Rp)/Petani (Rp)/Petani (Rp)/Petani

1 25 30 50 1.000.000 50.000.000 15.558.499 34.441.501

2 25 30 50 1.000.000 50.000.000 15.573.000 34.427.000

3 30 50 50 250.000 12.500.000 5.936.475 6.563.525

4 50 60 50 250.000 12.500.000 5.227.541 7.272.459

5 50 60 50 250.000 12.500.000 5.377.271 7.122.729

6 25 30 50 1.000.000 50.000.000 17.669.875 32.330.125

7 30 50 50 250.000 12.500.000 6.916.125 5.583.875

8 100 100 50 250.000 12.500.000 5.244.150 7.255.850

9 50 60 50 250.000 12.500.000 5.312.584 7.187.416

10 30 50 50 250.000 12.500.000 5.853.150 6.646.850

11 50 60 50 250.000 12.500.000 5.491.959 7.008.042

12 30 50 50 250.000 12.500.000 6.094.575 6.405.425

13 25 30 50 1.000.000 50.000.000 15.446.444 34.553.556

14 30 40 50 1.000.000 50.000.000 14.857.407 35.142.594

15 50 60 50 250.000 12.500.000 5.503.563 6.996.437

16 100 100 50 250.000 12.500.000 5.142.425 7.357.575

17 30 40 50 1.000.000 50.000.000 14.796.281 35.203.719

18 15 10 50 1.000.000 50.000.000 25.176.875 24.823.125

19 30 40 50 1.000.000 50.000.000 14.814.990 35.185.010

20 100 120 50 250.000 12.500.000 5.085.855 7.414.145


(3)

21 30 60 50 250.000 12.500.000 5.538.688 6.961.312

22 30 50 50 250.000 12.500.000 5.822.800 6.677.200

23 15 10 50 1.000.000 50.000.000 25.152.375 24.847.625

24 25 30 50 1.000.000 50.000.000 15.741.666 34.258.334

25 25 30 50 1.000.000 50.000.000 16.500.568 33.499.432

26 20 20 50 1.000.000 50.000.000 17.765.688 32.234.312

27 30 50 50 250.000 12.500.000 5.931.300 6.568.700

28 30 60 50 250.000 12.500.000 5.691.813 6.808.187

29 120 200 50 250.000 12.500.000 4.430.550 8.069.450

30 30 60 50 250.000 12.500.000 6.436.876 6.063.124

Total 1.230 1.640 1.500 16.500.000 825.000.000 310.091.368 514.908.632


(4)

Lampiran 10b. Kontribusi Pendapatan Usahatani Tanaman Hias Bonsai terhadap Pendapatan Keluarga Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Pen

No Luas Pekerjaan Utama dan Sampingan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Total Penda

Sampel Lahan Utama Utama Sampingan Sampingan Usahatani Bonsai Keluar

(m2) Per Bulan Per Tahun Per Bulan Per Tahun Per Tahun Per Tah

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

1 25 Karyawan Swasta dan Petani Bunga 3.333.333 40.000.000 3.333.333 40.000.000 34.441.501 80.000. 2 25 Petani Bunga dan Rental Mobil 5.000.000 60.000.000 1.666.667 20.000.000 34.427.000 80.000.

3 30 Petani Bunga 3.000.000 36.000.000 0 0 6.563.525 36.000.

4 50 Petani Bunga dan Wiraswasta 1.666.667 20.000.000 833.333 10.000.000 7.272.459 30.000.

5 50 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 2.083.333 25.000.000 833.333 10.000.000 7.122.729 35.000.

6 25 Petani Bunga 8.333.333 100.000.000 0 0 32.330.125 100.000.

7 30 Petani Bunga dan Wiraswasta 2.000.000 24.000.000 1.000.000 12.000.000 5.583.875 36.000.

8 100 Karyawan Swasta dan Petani Bunga 1.000.000 12.000.000 1.500.000 18.000.000 7.255.850 30.000.

9 50 Petani Bunga dan Wiraswasta 2.500.000 30.000.000 833.333 10.000.000 7.187.416 40.000.

10 30 Karyawan Swasta dan Petani Bunga 2.000.000 24.000.000 3.000.000 36.000.000 6.646.850 60.000.

11 50 Petani Bunga dan Wiraswasta 1.666.667 20.000.000 833.333 10.000.000 7.008.042 30.000.

12 30 Petani Bunga dan Wiraswasta 2.000.000 24.000.000 1.000.000 12.000.000 6.405.425 36.000.

13 25 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 3.333.333 40.000.000 2.500.000 30.000.000 34.553.556 70.000.

14 30 Petani Bunga 5.000.000 60.000.000 0 0 35.142.594 60.000.

15 50 Petani Bunga 2.500.000 30.000.000 0 0 6.996.437 30.000.

16 100 Petani Bunga 2.000.000 24.000.000 0 0 7.357.575 24.000.

17 30 Petani Bunga 6.250.000 75.000.000 0 0 35.203.719 75.000.

18 15 Petani Bunga dan Wiraswasta 10.000.000 120.000.000 5.000.000 60.000.000 24.823.125 180.000.

19 30 Petani Bunga 6.250.000 75.000.000 0 0 35.185.010 75.000.

20 100 PNS dan Petani Bunga 833.333 10.000.000 1.250.000 15.000.000 7.414.145 25.000.


(5)

21 30 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 1.666.667 20.000.000 833.333 10.000.000 6.961.312 30.000.

22 30 Petani Bunga dan Supir 2.000.000 24.000.000 800.000 9.600.000 6.677.200 33.600.

23 15 Petani Bunga dan Tukang Bangunan 12.500.000 150.000.000 4.000.000 48.000.000 24.847.625 198.000. 24 25 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 5.000.000 60.000.000 1.666.667 20.000.000 34.258.334 80.000.

25 25 Petani Bunga dan Wiraswasta 5.000.000 60.000.000 1.333.333 16.000.000 33.499.432 76.000.

26 20 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 7.500.000 90.000.000 2.500.000 30.000.000 32.234.312 120.000. 27 30 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 2.000.000 24.000.000 1.000.000 12.000.000 6.568.700 36.000.

28 30 PNS dan Petani Bunga 1.666.667 20.000.000 2.083.333 25.000.000 6.808.187 45.000.

29 120 Petani Bunga dan Rental Mobil 1.000.000 12.000.000 250.000 3.000.000 8.069.450 15.000.

30 30 Petani Bunga dan Dekorasi/Pembuat Taman 2.083.333 25.000.000 833.333 10.000.000 6.063.124 35.000.

Total 1.230 111.166.667 1.334.000.000 38.883.333 466.600.000 514.908.632 1.800.600.


(6)

Lampiran 11b. Nilai R/C Usahatani Tanaman Hias Bonsai Per 50 Tanaman Per Musim Tanam (1 Tahun) di Daerah Penelitian

No Luas Lahan Total Penerimaan Total Biaya Usahatani R/C Sampel (m2) (Rp)/50 Tanaman (Rp)/50 Tanaman

1 25 50.000.000 15.558.499 3,21

2 25 50.000.000 15.573.000 3,21

3 30 12.500.000 5.936.475 2,11

4 50 12.500.000 5.227.541 2,39

5 50 12.500.000 5.377.271 2,32

6 25 50.000.000 17.669.875 2,83

7 30 12.500.000 6.916.125 1,81

8 100 12.500.000 5.244.150 2,38

9 50 12.500.000 5.312.584 2,35

10 30 12.500.000 5.853.150 2,14

11 50 12.500.000 5.491.959 2,28

12 30 12.500.000 6.094.575 2,05

13 25 50.000.000 15.446.444 3,24

14 30 50.000.000 14.857.407 3,37

15 50 12.500.000 5.503.563 2,27

16 100 12.500.000 5.142.425 2,43

17 30 50.000.000 14.796.281 3,38

18 15 50.000.000 25.176.875 1,99

19 30 50.000.000 14.814.990 3,37

20 100 12.500.000 5.085.855 2,46

21 30 12.500.000 5.538.688 2,26

22 30 12.500.000 5.822.800 2,15

23 15 50.000.000 25.152.375 1,99

24 25 50.000.000 15.741.666 3,18

25 25 50.000.000 16.500.568 3,03

26 20 50.000.000 17.765.688 2,81

27 30 12.500.000 5.931.300 2,11

28 30 12.500.000 5.691.813 2,2

29 120 12.500.000 4.430.550 2,82

30 30 12.500.000 6.436.876 1,94

Total 1.230 825.000.000 310.091.368 76,1

Rataan 41 27.500.000 10.336.379 2,54


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

0 79 9

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Sistem Usahatani Bunga Pot Berdasarkan Jenis Tanaman (Study Kasus : Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara)

2 40 134

Analisis Usaha Tani Tanaman Hias (Studi Kasus : Desa Bangun Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang)

4 131 53

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN HIAS BOUGENVILLE DI DESA BANGUN SARI BARU KECAMATAN TANJUNG MORAWA.

4 39 29

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PETANI TANAMAN HIAS DI DESA BANGUN SARI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 23

STUDI TENTANG USAHATANI TANAMAN HIAS DI DESA BANGUN SARI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

17 53 21

Kata kunci: tanaman hias, pendapatan petani, pengembangan wilayah PENDAHULUAN - ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG

0 0 9

B. Usahatani Tanaman Hias - Analisis Pengaruh Usaha Tanaman Hias Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

0 1 131

ANALISIS PENGARUH USAHATANI TANAMAN HIAS TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TESIS

0 0 15