this PDF file PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATERI MENGENAL ALAT MUSIK MELODIS | Ningrum | Jurnal Pena Ilmiah 1 SM

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 2 No 1 (2017)

PENGARUH PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DALAM MATERI MENGENAL ALAT MUSIK MELODIS
Nurasih Setya Ningrum1, Julia2, RianapIrawati3
ProgrampStudipPGSDpUPIpKampuspSumedang
Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang
1Email: nurasih.setya.ningrum@student.upi.edu
2Email: ju82li@upi.edu
3Email: rianairawati@upi.edu
1,2,3

Abstrak
The purpose ofi this research is to know the effect of the contextual approach in improving
student learning results on materials familiar with melodic instruments, as well as to know
differences in student learning results using contextual approaches and conventional
approaches in classroom students IV SDN Sukalilah. The method usedlin this research is
anexperimentalimethodkwith pretestoposttestpcontrolpgroup design. Theppopulation in
this researchmismthelfourth graders of elementary school in Pamulihan sub-district. While
for the sample is the students of grade IVB SDN Sukalilah as experimentaliclass
andlstudentslof class IVApSDNlSukalilah aska controloclass. The instrument used is a

matter of student learning results with materials familiar with melodic instruments,
observation, and interview. Result of research with significant level α = , 5 indicate that
learning with contextual approach can improve student learning result significantly than
conventional learning.
Keywords: contextual approach, student learning results.
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk hidup yang telah mengalami dan melewati proses kehidupan
selama beberapa tahun tentunya tidak lepas dari pendidikan. Secara disadari atau tidak,
sejak pertama manusia dilahirkan di dunia telah menerima pendidikan. Baik itu dari orang
tua, keluarga maupun guru telah memberikan pendidikan kepada manusia. Pendidikan
berlangsung dari anak-anak sampai dewasa atau disebut dengan pendidikan sepanjang
hayat. Selama berlangsungnya pendidikan manusia yang awalnya tidak mengerti mengenai
pendidikan menjadikmengerti, darimtidaklbisalmenjadilbisa, dari tidak ahli menjadikahli.
Pendapat tersebut diperkuat dengan paparan berikut ini. Secaralumumlpengertian
pendidikanj adalahi prosesi perubahanuatauipendewasaanimanusia berawalidari tidaki
tahunmenjadi
tahuj,
dariktidakkbisalmenjadilbisa,
dariltidakkpahamlmenjadikdan
sebagainya (Iskandar, 2012). Untuk mempermudah manusia memperoleh hak dalam

pendidikan, terbentuklah pendidikan formal yang diadakan dalam sekolah formal.
Pada Sekolah formal tersebut terdapat kurikulum yang menunjang dan mempermudah
proses pendidikan. Kurikulum tersebut terdapat beberapa mata pelajaran, di antaranya
adalah PAI, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, PS, SBK, dan olahraga . Seni Budaya dan
Keterampilan adalah bagian dari mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD. Materi yang

541

Nurasih Setya Ningrum, Julia, Riana Irawati

terdapatpdildalamlpelajaranlSenipBudayaldanpKeterampilan di antaranya adalahlseniptari,
seni rupa, sertapsenipmusik. Pada tingkat sekolah dasar, masih banyak sekolah yang belum
menggunakan guru seni secara khusus, bahkan ada beragam tipe guru seni berdasarkan
kompetensinya (Julia, 2017a; 2017b). Hal ini sesuai dengan kenyataan yang ada di beberapa
SD di Kecamatan Sumedang Utara.
Alasan mengapa masih banyak sekolah yang masih menggunakan guru kelas untuk
mengajar mata pelajaran seni adalah masih belum ada guru seni khuhus SD, karena
kebanyakan guru seni khusus diberlakukan di SMP, serta SMA. Disebabkan demikian,
dengan tidak adanya guru seni khusus SD pembelajaran di kelas lebih terpaku terhadap
kurikulum, padahal tidak selamanya kurikulum yang menjadi patokan. Pendapat tersebut

diperkuat dengan paparan berikut ini, Meskipun pemerintah memberikan kebijakan
penetapan standar proses pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan,
namun gurulah yang akan melaksanakan dan menentukan kualitas pembelajaran yang
notabene akan berpengaruh pada kualitas pendidikan pada umumnya (Fahdini, R.
Mulyadi, E. Suhandani & Julia, 2014; Suhandani & Julia, 2014).
Tanpa terpaku terhadap kurikulum, guru dapat mengembangkan pelajaran di kelas yang
dapat membuat pembelajaran lebih menarik, lebih bermakna, dan lebih bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan seni sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan
dapat ditularkan dari generasi ke generasi. Tetapi, guru di SD lebih sedikit mengerti
mengenai pendidikan seni, sehingga yang dilakukan guru SD untuk mengajar seni adalah
menekankan pembelajaran pada pembelajaran seni rupa saja, khususnya menggambar.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Nurwidodo (2012, hlm. 151),
Gurulhanyalmengajarkanpmusiklsebataslhanyapbernyanyilataulmenggambarpsajaptanpa
adanyalpemanfaatanpalat musiklmelodispsebagaipsalah satu sarana untukkmemudahkan
melaksanakankkegiatanmpembelajaran
khususnyappadapsaatk
kegiatan
dalam
pembelajaranlmusik . Sedangkan dalam pembelajaran seni di SD tidak hanya materi seni
rupa saja, melainkan ada materi seni musik dan seni tari juga.

Tidak dibenarkan dan tidak disalahkan jika guru SD hanya menekankan pembelajaran pada
pembelajaran seni rupa saja, tetapi setiap siswa mempunyai bakat dan potensi berbeda-beda.
Terdapat siswa yang senang dan berbakat dalam menggambar, itu lebih baik karena
bakatnya akan tersalurkan dengan adanya menggambar, tetapi terdapat pula siswa yang
memiliki bakat di selain bidang menggambar, siswa tersebut akan monoton dan bosan
karena kegiatan seni di SD hanya menggambar saja. Sebagai seorang guru, sudah sepatutnya
dan berkewajiban untuk mengetahui karakteristik setiap siswa, karena sebagai guru harus
mampu menyalurkan dan mengetahui potensi yang ada dalam setiap anak. Begitu juga
ketika mengajarkan seni budaya dan keterampilan, guru harus melihat dan memahami
potensi dan bakat setiap anak, sehingga siswa dapat menyalurkan bakat dan potensinya
melalui pelajaran seni budaya dan keterampilan.
Seni musik adalah salah satu cabang seni dalam pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan yang disampaikan dengan media suara atau nada, baik suara manusia atau
suara alat musik. Pada penelitian ini, musik yang dimaksud adalah musik di dalam
pendidikan, khususnya materi pembelajaran mengenal alat musik melodis. Tujuan dari
542

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 2 No 1 (2017)

pembelajaran seni musik di SD tidaklah semudah yang diperoleh dalam proses

pembelajarannya. Pada kenyataannya pembelajaran seni musik di SD tergolong rendah, hal
ini disebabkan karena beberapa siswa dan guru beranggapan bahwa pembelajaran seni
musik tidak menjadi tujuan utama. Argumen ini sesuai dengan pendapat Jamalus dan
Mahmud (1981, hlm. 28) bahwa,
kita acapkali mendengar, bahwa di beberapa sekolah, pelajaran musik/seni suara acapkali
dihilangkan, diganti dengan pelajaran lain yang dianggap lebih penting, misalnya
matematika atau IPA. Salah satu alasan untuk menghilangkannya ialah karena tidak ada
guru yang berbakat musik/seni suara untuk mengajarkannya.
Jika diteliti lebih lanjut, seni musik merupakan jembatan yang paling tepat untuk
pendidikan anak, pengembangan bakat, potensi, serta kreativitas anak. Alasannya adalah
melalui seni musik, siswa mampu mengembangkan bakat dan kreativitas, melalui seni
musik juga dapat menggerakkan atau mempergunakan semua ranah, diantaranya adalah
tiga ranah taksonomi bloom yait kognitif afektif, serta psikomotor. Pendidikan seni musik
belum diposisikan menjadi sesuatu yang penting, sehingga sering terlupakan. Hal ini dilihat
dari kurangnya fasilitas alat musik di sekolah dasar.
Terdapat banyak faktor yang memengaruhi rendahnya ketertarikan pada pembelajaran seni
musik di SD, di antaranya adalah masih banyak guru yang menggunakan pendekatan
konvensional atau ceramah yang terkesan kaku. Sebaiknya guru tidak terbatas dalam
memberikan materi melalui ceramah saja, tetapi lebih banyak melalui kegiatan praktek,
seperti siswa mengenal alat musik melodis. Pembelajaran seni musik masih belum mencapai

semua keterampilan yang sesuai dengan hakikat pembelajaran seni .
Pembelajaran musik di SD masih belum meningkatkan aktivitas siswa di kelas dalam
kegiatan pembelajaran, dan faktanya terjadi di lapangan pembelajaran seni masih terpusat
pada guru. Hal ini bertentengan dengan Suyono & Hariyanto ( dalam Syahid, 2016, hlm.
107). Dampak pembelajaran yang berpusat pada guru adalah belum tercapainya hasil
belajar secara optimal. Cara pembelajaran yang terpusat pada guru atau menggunakan
pendekatan konvensional dalam proses pembelajaran belum mampu sepenuhnya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pendekatan pembelajaran sangat diperlukan
dalam pembelajaran seni musik. Pendekatan kontekstual merupakanlsalahksatul alternatifg
yangl dapath digunakanldalammpembelajaran seni musik khususnya dalam materi
mengenal alat musik melodis.
Melalui penggunaan pendekatan kontekstual, siswa lebih mengalami langsung proses
pembelajaran dan dapat menemukan materi pelajaran dengan kegiatan yang ada dalam
pendekatan kontekstual. Melalui menggunakan pendekatan kontekstual, siswa akan
menjadi peserta aktif dan bertangggung jawab terhadap belajarnya.
Melihat dari latarmbelakangj dik atas, terdapat rumusanmmasalahmuntuk penelitianm ini,
rumusan masalahnya yaitu sebaai berikut ini. Pertama, bagaimana pengaruh pendekatan
kontekstual terhadap hasil belajar siswa pada materi mengenal alat musik melodis di siswa

543


Nurasih Setya Ningrum, Julia, Riana Irawati

kelas IVB SDN Sukalilah? Kedua, bagaimana pengaruh pendekatan konvensional terhadap
hasil belajar siswa pada materi mengenal alat musik melodis di siswa kelas IVA SDN
Sukalilah? Ketiga, bagaimana perbedaan mengenai hasil belajar siswa dengan menggunakan
pendekatan kontekstual dan pendekatan konvensional dalam materi mengenal alat musik
melodis di siswa kelas IV SDN Sukalilah?, dan yang keempat Bagaimana penerapan
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran mengenal alat musik melodis di kelas IV SDN
Sukalilah?
METODE PENELITIAN
Metode
Jika dilihat dari penelitian ini, yaitumuntukkmengetahui pengaruh pendekatanlkontekstualk
terhadapjhasil
belajar
siswa,
makammetodelpenelitianlyangjdipilih
adalahkmetodelpenelitiankquasi eksperimen. SesuaidengankpendapatlSugiyono (2013, hlm.
107),
mengemukakan

Metodempenelitianbeksperimenkdapatkdiartikanmsebagaimmetodempenelitianmyangmdi
gunakanmuntukmmencarimpengaruhbperlakuanntertentukterhadapkyangmlainmdalammk
ondisiyangkterkendalikan . Halnini sesuai dengan tujuan penelitian eksperimen menurut
Hatimah, dkk,
, “da tidaknya hubungan sebab-akibat, serta berapa besar hubungan
sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada beberapa kelompok
eksperimen dan menyediakan kelompok kontrol sebagai perbandingannya . “dapun syarat
penelitian eksperimen seperti yang disebutkan Maulana (2009) yaitu sebagai berikut.
a. Membandingkanmduamkelompokmataumlebih.
b. Adanya kesetaraan (ekuivalen) subjek-subjek dalam kelompok yang berbeda.
c. Minimal ada dua kelompok atau kondisi yang berbeda pada saat yang berbeda.
d. Variabelkterikatnyaldiukurlsecarakkuantitatiflatauldikuantitatifkan.
e. Menggunakanlstatistikalinferensial.
f. Adanyamkontrolmterhadaplvariabel-variabelkluar.
Pada penelitian yang dilakukan ini terdapat dua kelompok yang dibandingkan, yaitu
kelompok kelas eksperimen yang dimanipulasikan dengan menggunakan pendekatan
kontekstual. Hasil perlakuan pada kedua kelompok tersebut akan dibandingkan
untukmmelihatjadanyampengaruhmterhadapmhasilmbelajarkdenganmmenggunakan
kedualpendekatanlyanglberbeda, manakyanglpengaruhnyallebihbbesarmdalammmencapai
tujuanltersebut.

Lokasi Penelitianm
Lokasi yang dijadikan sebagai penelitian ini adalah SDN Sukalilah. SDN Sukalilah terletak
di dusun Cikohkol, desa Cigendel, kecamatan Pamulihan, kabupaten Sumedang. Lokasi ini
lumayan jauh dari pusat perkotaan. Lokasi penelitian dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor selama 20 menit dan menggunakan kendaraan umum
waktu tempuhnya adalah 50 menit. Letak penelitian ini jauh dari jelan raya. Jalan menuju
lokasi ini sangat jauh. Melalui angkutan umum, kemudian turun dan naik kendaraan ojeg
untuk masuk dan menuju tempat penelitian ini.

544

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 2 No 1 (2017)

Subjek Penelitian
Sampel yang dijadikan pada penelitian ini adalah dua kelas dari satu sekolah. Pemilihan
sampel ini dilakukan dengan cara teknik purposive sampling untuk menentukan subjek
penelitian. Dengan demikian, pengambilan sampel pada penelitian ini harus dengan
pertimbangan tertentu. Disebabkan demikian, penelitian ini mengambil sampel satu sekolah
yang memiliki dua rombongan belajar untuk IV dan memiliki nilai rata-rata yang mendekati
yaitu kelas IVA dan kelas IVB, dengan rincian untuk dijadikan kelas eksperimen adalah

kelas IVB dan untuk dijadikan sebagai kelas kontrol adalah kelas IVA. Pemilihan subjek
penelitian ini, melalui beberapa tahap, yaitu tahap pertama mendatangi UPTD Kecamatan
Pamulihan untuk melihat data Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Pamulihan.
Berdasarkan hasil penentuan SDN yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh SDN
Sukalilah yang akan dijadikan sampel penelitian ini. Rombongan belajar IVA berjumlah 30
orang yang akan dijadikan sebagai kelas kontrol, sedangkan rombongan belajar IV B
berjumlah 30 orang yang akan dijadikan kelas eksperimen.
MenurutkSugiyono (Hatimah, dkk., 2010, hlm: 7 , Populasikadalahkwilayahmgeneral
isismyangterdirikataskobjek/subjeklyanglmempunyaikkuantitasmdanlkarakteristikptertentu
yangmditerapkanlolehlpenelitikuntukldipelajarildanlkemudiankditariklkesimpulan .Popula
si pada penelitian yang dilakukan ini adalah seluruh siswa SDN yang berada di Kecamatan
Pamulihan. Dari 22 SDN se-kecamatan Pamulihan ini dipilih SDN yang masih
menggunakan kurikulum KTSP, kemudian peneliti memilih SDN yang jumlah rombongan
belajar dan jumlah siswanya banyak. SDN yang dipilih tersebut akan dijadikan sampel
penelitian, dari SDN yang dipilih ini diambil dua rombongan belajar yaitu kelas IV,
satukkelasldijadikanlkelaslkontrolkdanlsatumkelasllagildigunakanlsebagai
kelas
eksperimen. Pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaranlkonvensionalidanlpada
kelasleksperimen dilaksanakan pembelajaran kontekstual.
InstrumenlPenelitianm

Pada penelitianlinilmenggunakanldualinstrumen, yaitu instrumen kuantitatif serta
instrumen kualitatif. Instrumen tes hasil belajar digunakan sebagai instrumen kuantitatif
pada penelitian ini. Sedangkan instrumen kualitatif berupa format aktivitas siswa,
wawancara, serta pengamatan penampilan guru.
TeknikmPengolahan dan AnalisiskData
Datalyangmdiperolehmdalamlpenelitianlini diperolehldarildualdata, yaituldata kualitatif
danmdatalkuantitatif. Hasil observasi aktivitas siswa serta wawancara dijadikan sebagai
datamkualitatif. Sementara tes hasil belajar siswa dijadikan sebagai data kuantitatif.
Kualitatifmdidapatmdari
observasi
aktivitasksiswajdanlwawancara.
Sementara
datamkuantitatif dihasilkan dari tes hasil belajar siswa (pretes dan postes). Data kuantitatif,
pertama menggunakan uji normalitas menggunakan uji Saphiro-Wilk, karena sampel
penelitian kurang dari 50 siswa dan hasilnyapadalahodatanya tidaklnormal. Karena
datanyamtidaklnormal,
langkahlselanjutnyaladalahlmelakukankujilbedalrata-rataldengan
menggunakan luji uji-W (Wilcoxcon) dengan sampel terikat. Sedangkan apabila datanya
normal dan homogen, serta sampelnya bebas, maka ujipbeda rata-ratanyapmenggunakan
uji-t 2 sampel bebas. Apabila datanya normal dan sampelnya terikat, menggunakan uji-t 2

545

Nurasih Setya Ningrum, Julia, Riana Irawati

sampel terikat dan tidak menggunakan pengujian homogenitas. Apabila datanya tidak
normal dan tidak homogen, makalujikbedalrata-ratalyangldigunakan adalah menggunkan
ujikMann-Whitney. Setelah itu, dilakukan uji N-Gain normal untuk mengetahui perbedaan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatankkontekstual dapatllebihmbaik dari
pendekatan konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswappada materi mengenal
alat musik melodis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penghitungan dan hasil penelitian dengan α = , 5. Maka hasil (t) melalui uji-w
dalam pretes dan postes yakni P-value k0,000. P-valuek kurangldaril0,05, maka H0 ditolak, dan
H1 diterima. Oleh sebab itu, pembelajaran dilakukan menggunakan CTL meningkatkan hasil
belajar siswa dengan materi mengenal alat musik melodis.
Perbedaan rata-rataldi kelaskeksperimenldankkontrol, yakni kelasleksperimen ( pretesp =
62,8 dan postes = 89,97) sedangkan kelas kontrol (pretes = 62,8 dan postes = 81, 53). Dapat
dilihat dari rata-rata eksperimen dan kontrol, pembelajaran dilakukan menggunakan CTL
meningkatkan hasil belajar siswa dengan materi mengenal alat musik melodis.
Hasil penelitian dengan α = , 5 menunjukkan bahwa Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil uji beda rata-rata postes hasil belajar siswa pada
kelasmeksperimenmdanmkelasmkontrolldenganluji-ultarafpsignifika α = 0,05 diperoleh Pvalue (Sig.2-tailed) sebesarp0,000. HalptersebutlmenunjukkanlbahwapP-value < 0,05 sehingga
H0 yanglmenyatakanptidakpterdapatpperbedaanppeningkatan hasil belajar siswapyang
konvensional
secara
menggunakanppendekatanpkontekstualpdenganppendekatan
signifikanpditolak. Dengan demikian, terdapat perbedaan postes hasil belajar
Atauldenganpkataplain,
pendekatan
siswapdipkelaspeksperimenpdanpkelaspkontrol.
kontekstualplebihlbaikpsecarapsignifikanldalampmeningkatkan hasil belajar siswa dari
pada pendekatan konvensionall.
Hal inikterjadipkarenapperbedaanpkarakteristikpsiswaldipkeduapkelaspberbeda. Siswapdi
kelaspeksperimenplebihpunggulpdibandingkanpdenganpkelaspkontrol.
Perbedaan
ini
dapatpdilihatpdariphasilppretespmaupunppostes. Banyakpsiswapyangpikutkterlibat secara
Siswapmengakuipbahwapmerekapsenang
langsungpselamapkegiatanppembelajaran.
denganppembelajaranpkarenapbanyakpkegiatan,
dihargaipsetiappprosesnya,
dan
mendapatppengalamanpbarupdalampmenambahppengetahuan dan wawasan mereka.
Berdasarkan uji hipotesis tersebut, pembelajaran CTL lebih baik secara signifikansi daripada
menggunakan konvensional. Sesuai dengan kelebihan dari CTL, yaitu pembelajaran
menjadi lebih bermakna, serta siswa menjadi lebih aktif dan percaya diri (Dona, 2012).
Sebagaimana teori Ausubel bahwa belajar bermakna ialah belajar untuk memahami apa
yang sudah diperolehnya, kemudian dikaitkan dan dikembangkan dengan keadaan lain
(Maulana, 2011). Sementara, dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional lebih
menekankan pada belajar menghafal, yaitu belajar melalui menghafalkan apa saja yang telah
diperoleh (Maulana, 2011).
546

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 2 No 1 (2017)

Berdasarkanmhasilkpenelitian, dapat dibahas pula bahwa pendekatan konvensional pada
materi mengenal alat musik melodis dapat meningkatkan hasil belajar siswa
itu
kuno
dan
secarapsignifikan.mAnggapanmmengenailpendekatanlkonvensional
efektif
dalam
kuranglmemfasilitasilsiswaldalammmemahamilmaterilajarndanltidak
meningkatkanphasil belajar siswa merupakan suatu anggapan yang keliru. Pendekatan
konvensional mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal inipdisebabkan oleh penerapan
dari pendekatan konvensional dilaksanakan secara optimal, yaitu dengan memilih dan
memanfaatkan bahan ajar dan media yang tepat serta bimbinganlgurukterhadap siswa yang
kurang
memahami
materi
ajar.
Selain
itu,
ditunjang
denganlkompetensilgurupyangpbaikpdalamlmelaksanakankpembelajaran,psehinggaldapat
mencapaiptujuan pembelajaran dengan optimal. Halpinipterbukti dengan hasil observasi
kinerja guru menunjukkan baik sekaliodanljugapaktivitaspsiswa yang menunjukkan respon
yang tinggi terhadap pembelajaran.
Pendekatankkontekstualllebihkbaiklsecaraksignifikanldari pada pendekatanlkonvensional
pada materi mengenal alat musik melodis dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Walaupun pendekatan kontekstual dan konvensional sama-sama mampu meningkatkan
hasil belajar siswa secara signifikan. Namun, pendekatanpkontekstual lebih baikkdari pada
pendekatan konvensional. Hal ini disebabkan oleh prinsip-prinsip dan karakteristik
pendekatan kontekstual yang lebih inovatif, lebih sesuai dengan teori-teori belajar, dan lebih
mendukung untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, pendekatanlkonvensional
memposisikanpsiswapsebagaimpenerimalinformasilpasifpsehinggappembelajaranpberpusat
padalguru (teacher- centered), sedangkanppendekatanlkontekstualpmemposisikanpsiswa
sebagaipsubjek sekaligus objek pembelajaran yang terlibat aktif dalam menemukan
pengetahuannya sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student- centered). Dengan kata
lain, kegiatan belajar mengajar yang menuntut siswa untuk aktif menemukan sendiri
menjadi salah satu jembatan untuk siswa memahami materi ajar sehingga ketika
dihadapkan.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran mengenal alat musik melodis di
kelas IV SDN Sukalilah adalah sebagaiPberikut. Pembelajaranpdipkelas eksperimen
dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal
26
April
2017
dengankmateripmengenai
pengertian
alat
musik
melodis.
Padapkegiatanpawal, sebelum memulai pembelajaran guru bersama siswa berdoa. Setelah
itu, guru mengecek kehadiran siswa, mengondisikanpdanpmemotivasipsiswapuntukpsiap
belajar. Selanjutnya, gurupmelakukanmapersepsi dengan bertanya mengenai kegiatan
sehari-harilyangpberkaitanpdenganpalat musiklmelodis. Gurupjugapmenyampaikap tujuan
besertapaturanpyangpharuspdilakukanpselama pembelajaran agar siswa lebih siap
mengikuti pembelajaran.
Kegiatanmintipdiawalimdenganpmemberikanppermasalahanpkontekstual kepada siswa
dengan memberikan pertanyaan mengenai alat musik melodis. Hal ini sebagai salah satu
upayammengkonstruksilpengetahuanpyangptelah diperoleh siswa sebelumnya. Siswa
yang
belum
dipahami.
Guru
diberipkesempatanpuntukpmenanyakanphal-hal

547

Nurasih Setya Ningrum, Julia, Riana Irawati

mengapresiasipapabila ada siswa yang bertanya dengan memberikan pujian atas
keberaniannyapdalammmenjawabppertanyaanptersebut.
Selanjutnya, untukpmengecekppemahamanpsiswapterhadap kegiatan yang telah dilakukan,
gurupmembagi siswa ke dalam empat kelompok dan mengondisikan siswa untuk duduk
siswa
(LKS)
kelompok.
secara
berkelompok,
sertapmembagikanplembarpkerja
Selamapsiswa mengerjakan LKS kelompok, guru berkeliling dan memantau siswa,
terkadang guru ikut serta secara fisik dalam mengerjakan LKS. Pada saat diskusi
berlangsung, terdapatpbeberapa siswalyang tidak dapat bekerjasamapdengan baik, bahkan
lain.
Guruppunpmenasehatipdanpmemberikanp
menggangguptemannyapyang
tugaspkepada siswa tersebut untuk mendapatkan bagian dalam pengerjaan LKS di
kelompoknya. Selain itu, masih banyak siswa yang belum paham dan hanya beberapa siswa
dalam kelompoknya yang terlihat lebih mendominasi dalam mengerjakan LKS. LKS
pertemuan pertama membutuhkan air sebagai salah satu bahan di LKS, disebabkan
demikian, terdapatlsebagianpsiswapyangphanyapbermain airpsehinggalmembuatpsuasana
kelas menjadi gaduh dan kotor karena ada siswa yang memainkan air sampai tumpah di
dalam lantai kelas. Setelah mengikutipdanpmengerjakan langkah-langkah yang ada di LKS,
siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya masing-masing.
Langkah pertama yaitu, kegiatan awal pembelajaran. Setalah kegiatan awal, langkah
selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan ini mengulas kembali serta mengingatkan siswa
pada pengertian alat musik melodis. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkontruksi
pengetahuan siswa mengenai pengertian alat musik melodis dan macam-macam alat musik
melodis. Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Setiap kelompok berdiskusi
mengerjakan LKS. Guru pun memantau dan sesekali ikut serta fisik dalam mengerjakan
LKS. Proses diskusi pada pertemuan kedua lebih kondusif.
Selama pengerjaan LKS terdapat kendala, yaitu masih banyaknya siswa yang sering
bertanya dan kurang memahami langkah-langkah yang telah ada di LKS. Tindakan guru
adalah memberikan arahan kepada setiap kelompok. Langkah selanjutnya adalah setiap
perwakilan kelompknya maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok masing-masing.
Pada tanggal 9 Mei 2017 merupakan pertemuan ketiga mengenai membedakan alat musik
melodis. Kegiatan awal pada pertemuan ketiga ini padakdasarnyalsamalsepertilpada
pertemuanlpertamaldanlkedua, tetapi yang membedakannya adalah dalam pertemuan
ketiga ini siswa diperlihatkan alat musik melodis dan alat musik ritmis. Tujuannya adalah
agar siswa dapat membedakan alat musik ritmis. Selain menghadirkan alat musik melodis
dan ritmis, siswa juga dapat memainkan langsung alat musik yang telah dihadirkan di kelas.
Terdapat beberapa siswa yang dapat memainkan alat musik, diantaranya siswa dapat
memainkan alat musik kendang dan pianika.
Langkah selanjutnya adalah guru membagikan LKS kepada siswa yang sudah
dikelompokkan. Selama kegiatan berlagsung, guru sesekali membantu dan mengarahkan
siswa dalam mengerjakan LKS. Setelah itu, siswa mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya di depan kelas. Kelompok lain juga saling menanggapi kelompok yang sedang
548

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 2 No 1 (2017)

mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Setelah kegiatan diskusi, guru mengaperesiasi
kepada siswa yang ikut serta dalam diskusi. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa
dalam menyimpulkan materi yang telah dilakukan.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran mengenal alat musik melodis di
kelas IV SDN Sukalilah sangat berpengaruh dan membawa perubahan dalam hasil belajar
siswa. Penerapan pendekatan kontekstual dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Setiap
pertemuan yang di dalamnya terdapat indikator pembelajaran yang ingin dicapai,
meningkat dari mulai pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan tingkat signifikan α = , 5 dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran mengenal alat musik melodis dengan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan daripada pembelajaran konvensional.
BIBLIOGRAFI
Dona,
E.
(2012).
Pendekatan
kontekstual.
[Online].
Diakses
https://elviannadona.wordpress.com/2012/12/28/pendekatan-kontekstual/. [15
2016].

dari:
April

Fahdini, R. Mulyadi, E. Suhandani, D. &, & Julia. (2014). Identifikasi Kompetensi Guru
sebagai Cerminan Profesionalisme Tenaga Pendidik di Kabupaten Sumedang (Kajian
Pada Kompetensi Pedagogik). Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 33–42.
Hatimah, I., dkk. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Iskandar. (2012). Persepsi Siswa Kelas XI Man II Yogyakarta Terhadap Pentingnya Pendidikan
Jasmani. Universitas Negeri Yogyakarta.
Jamalus dan Mahmud. (1981). Musik. Jakarta: Titik Terang.
Julia, J. (2017a). Pendidikan Musik: Permasalahan dan Pembelajarannya. UPI Sumedang
Press.
Julia, J. (2017b). Bunga Rampai Pendidikan Seni dan Potensi Kearifan Lokal. UPI Sumedang
Press.
Maulana. (2009). Memahami Hakikat Variabel, dan Intrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar.
”andung: Learn Live n Live Learn.
Maulana. (2011). Dasar-dasar keilmuan dan pembelajaran matematika (sequel 1). Bandung:
Royyan Press.
Nurwidodo. R, Budi. S, & Triyono. (2012). Penggunaan Alat Musik Melodis dalam
Peningkatan
Pembelajaran
Seni
Musik.

549

Nurasih Setya Ningrum, Julia, Riana Irawati

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/viewFile/2160/6181.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suhandani, D., & Julia, J. (2014). IDENTIFIKASI KOMPETENSI GURU SEBAGAI
CERMINAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI KABUPATEN
SUMEDANG (KAJIAN PADA KOMPETENSI PEDAGOGIK). Mimbar Sekolah Dasar,
1(2), 128-141.
Syahid, A. A. (2016). Membuka Pemikiran Baru Tentang Belajar dan Pembelajaran. Mimbar
Sekolah Dasar, 3(April), 111–119. https://doi.org//10.17509/mimbar-sd.v3i1.2361

550