PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL J

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
SMKN 1 GUNUNG TALANG

MUHAMMAD IBRAHIM NASUTION

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode September 2012

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
SMKN 1 GUNUNG TALANG
Muhammad Ibrahim Nasution1, Zulkifli Naansah2, Sukaya2
Program Studi Pendidikan Teknik elektronika
FT Universitas Negeri Padang
Email: b4_im_nst@yahoo.co.id

Abstract
The problem in this study is the low student learning outcomes in subjects

Mendiagnosis Permasalahan Pengoperasian PC dan Peripheral Grade X student in
the School of Gunung Talang. It's seen many student learning outcomes that are
under minimum completeness criteria implemented in schools is 7.00. Of the
many factors that affect learning outcomes,one of the learning model given by the
teacher has a low student learning outcomes. The purpose of this study was to
reveal differences between cooperative learning jigsaw with model of
conventional learning models. This type of research is experimental. This study
population is students of class X TKJ SMKN 1 Gunung Talang academic year
2011/2012. Based on the results of the study concluded that the learning outcomes
of students using cooperative learning jigsaw model of the experimental class
with an average value of 74.04 while the control class using conventional learning
models with an average value of 65.806 Thus the hypothesis can be accepted at
the level of 95%.
Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, Hasil Belajar

A. Pendahuluan
Pembangunan dibidang pendidikan merupakan suatu usaha dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Kualitas manusia Indonesia ini dapat ditingkatkan melalui pendidikan yang
bermutu, karena manusia- manusia yang berkualitas hanya dapat dicapai dengan

pendidikan yang berkulaitas juga. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia

1
2

pemerintah

telah

melakukan

berbagai

usaha

Prodi Pendidikan Teknik Elektronika untuk wisuda periode september 2012
Dosen jurusan Teknik Elektronika FT-UNP

diantaranya:


penyempurnaan kurikulum, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan serta
meningkatkan mutu guru.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga
pendidikan formal yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang memilki
pengetahuan dan keterampilan serta sikap sesuai dengan spesialisasi kejuruannya.
Sehingga tujuan utama proses pembelajaran adalah menuntut siswa untuk berhasil
dalam menerapkan kemampuan yang sudah diperolehnya secara teori umumnya
dan praktikum khususnya, sesuai dengan tujuan SMK itu sendiri yaitu untuk
meghasilkan tenaga kerja menegah yang ahli dibidangnya ditunjang dengan hasil
belajar yang memuaskan.
Pendidikan kejuruan memiliki peranan yang strategis dalam mempersiapakan
sumber daya manusia untuk menghadapi industrialisasi dan globalisasi. Potensi
ini dapat terwujud jika pendidikan kejuruan mampu melahirkan siswa yang cakap
terampil dan memiliki kreatifitas yang tinggi, sehingga mampu berpikir logis
bersifat kritis dan tanggap terhadap berbagai perubahan dan perkembanagan
zaman.
Suatu pengajaran akan bisa berjalan dan berhasil secara baik manakala ia
mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga
pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat dalam proses

pengajaran itu dapat dia rasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan
pribadinya dan pengalaman hidupnya. Secara operasional ada lima variabel utama
yang berperan dalam proses belajar mengajar yaitu tujuan pembelajran, materi
pembelajaran, metoda dan teknik mengajar murid, guru dan logistik. Pemilihan

strategi dan metode pengajaran yang cocok merupakan peluang untuk
menciptakan pembelajaran yang bermakna dan efektiv yang bisa mengahantarkan
peserta didik pada tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dalam mencapai pembelajaran yang bermakna dan efektif tersebut guru dan
peserta didik sering pula dihadapkan pada berbagai masalah baik yang berkaitan
dengan maslah intern siswa maupun masalah ekstern siswa. Masalah intern yaitu
berkaitan dengan diri siswa itu sendiri, sedangkan masalah ekstern terkait dengan
hal-hal diluar siswa itu sendiri, yang salah satu bentuknya adalah pemilihan
metode pengajaran yang kurang sesusai oleh guru.
Pemecahan masalah ekstern ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
melalui diskusi kelas, tanya jawab anatara guru dengan pesrta didik, pemilihan
metode yang tepat dan sesuai dengan materi ajar. Guru yang kreatif akan
senantiasa mencari pendekatan-pendekatan baru dalam memecahkan masalah
pengajaran, tidak terpaku pada cara atau metode tertentu yang monoton,
melainkan memilih variasi lain yang sesuai.

Dalam KTSP guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang
dapat membangkitkan minat, perhatian dan kreatifitas peserta didik. Karena dalam
KTSP guru berfungsi sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada peserta
didik, sehingga metode ceramah perlu dikurangi. Pembelajaran kooperatif model
jigsaw merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat ditempuh
oleh guru untuk pemecahan masalah eksternal.

Pemilihan strategi dan metode mengajar sangat dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar. Menurut Sardiman (2009:145) bahwa guru harus dapat
marangsang

dan

memberikan

dorongan

serta


reinforcement

untuk

mendimanisasikan potensi sesuatu, menumbuhkan swadaya (aktifitas) dan daya
cipta (kreatifitas) sehingga akan terjadi dinamika didalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di SMKN 1 Gunung
Talang, pada mata pelajaran Mendiagnosis permasalahan pengoperasin PC dan
Peripheral, guru cenderung dengan menggunakan metode cearamah yang ternyata
bersifat monoton dan menimbulkan kejenuhan bagi para siswa untuk belajar.
Siswa hanya menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, sehingga mereka
tidak dapat mengembangkan daya kreatifitas yang dimilki dalam menghadapi
berbagai fenomena yang terjadi. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru,
mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. Kejenuhan ini berimbas
pada rendahnya minat siswa untuk belajar sehingga hasil belajar yang diperoleh
kurang memuaskan, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ujian mid semester
yang diperoleh siswa X TKJ SMKN 1 Gunung Talang tahun ajaran 2011/2012,
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rata-rata Nilai Mid Semester Mendiagnosis
Pengoperasian PC dan Peripheral kelas X TKJ

Kelas
X TKJ A
X TKJ B
X TKJ C
Nilai Rata-rata
6,56
6,47
6,25
Jumlah Siswa
31
31
32

Permasalahan
KKM
7,00

Sumber : Guru Pelajaran Mendiagnosis Permasalahan Pengoperasian PC dan
Peripheral kelas X SMKN 1 Gunung Talang Semester I tahun 2011.
Keterangan : Range yang digunakan adalah dari 0 - 10


Dari Tabel di atas dapat diketahui rata-rata hasil belajar siswa kelas X SMKN
1 Guntal pada Ujian Mid Semester masih rendah, yaitu di bawah KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimum) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 7,00. Rendahnya hasil
belajar siswa tersebut penyebabnya diduga tidak saja dari siswa, tetapi juga
disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Untuk itu perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa dan merangsang minat belajar siswa. Model pembelajaran tersebut adalah
model kooperatif (cooperative learning) menurut Slavin (2009:4) “Pembelajaran
kooperartif merupakan pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran”. Adanya model pembelajaran kooperatif
diperkirakan dapat mengembangkan potensi siswa dalam kelompok seperti
terjadinya hubungan saling menguntungkan diantara anggota kelompok yang
melahirkan motivasi, mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat
kebersamaan serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat
berkompetisi diantara anggota kelompok.
Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif adalah model jigsaw, dimana
siswa dikelompokkan sebanyak 5 atau 6 orang secara heterogen. Bahan ajar
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Masing-masing anggota kelompok

bertanggung jawab mempelajari bagian-bagian tertentu dari bahan ajar tersebut.
Anggota dari masing-masing kelompok yang mempelajari bahan yang sama
dikumpulkan setelah mereka berdiskusi kemudian masing- masing siswa kembali
kekelompok asalnya dan bertindak sebagai seorang ahli menerangkan kepada

anggota kelompoknya yang lain tentang bahan yang dipelajarinya. Guru bertugas
mengawasi pekerjaan masing-masing kelompok dan jika diperlukan guru
membantu kelompok yang mendapat kesulitan dan guru juga bertugas
memberikan penekanan terhadap konsep materi pelajaran yang dibahas.
Berdasarkan Uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian bahwa

siswa yang diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model

Jigsaw lebih tinggi hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar
menggunakan Pembelajaran Konvensional dalam mata pelajaran Mendiagnosis
Permasalahan Pengoperasian PC dan Peripheral di SMKN 1 Gunung Talang”.
Sesuai dengan permasalahan yang telah diuraikan maka penelitian ini betujuan
untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap hasil
belajar Mendiagnosis Permasalahan Pengoperasian PC dan Peripheral siswa kelas

X SMKN 1 gunung Talang.

B. Metode Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti maka jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian eksperimen. Menurut Sumadi (2010:88) penelitian eksperimen
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya saling hubungan sebab-akibat
dengan cara mengenakan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen
dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak dikenai kondisi perlakuan.
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest–Posttest control group
design. Pada desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random.

Selanjutnya kedua kelompok diberi tes awal (pretest) dengan soal yang sama.

Kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan khusus yaitu dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw sedangkan kelompok
kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran Konvensional. Setelah proses
pembelajaran selesai kedua kelompok sampel di tes dengan soal yang sama
sebagai tes akhir (postest). Hasil kedua tes akhir dari kedua kelas sampel
dibandingkan, perbedaan yang (signifikan) antara hasil tes akhir menunjukkan

pengaruh dari perlakuan yang diberikan Sugiyono (2009:112).
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Komputer dan
Jaringan SMK Negeri 1 Gunung Talang, yang terdiri dari 3 lokal.
Tabel 2: Jumlah siswa kelas X TKJ SMK Negeri 1 Gunung Talang
Kelas
X TKJ A
X TKJ B
X TKJ C
Jumlah Siswa
31
31
32
Instrument tes yang digunakan adalah : uji validitas, uji reliabilitas, uji indeks
kesukaran soal dan daya pembeda, uji ini digunakan untuk mengukur hasil
penelitian ini sehingga nantinya akan didapatkan soal-soal yang baik.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik “purposive
sampling” yaitu suatu cara pengambilan sampel yang sengaja dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan atau tujuan tertentu. Pengambilan sampel secara
purposive dilakukan karena sampel memiliki nilai rata-rata yang hampir sama dan
jumlah siswa yang hampir sama. Pada penelitian ini teknik analisa data yang
digunakan adalah :
1.

Uji normalitas, uji ini bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak, dengan ini digunakan uji
liliefors.

2.

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai
varian yang homogen atau tidak. Cara untuk menentukan homogenitas
sampel adalah dengan uji F.

3.

Uji hipotesis, pada uji ini menggunakan kesamaan dua rata-rata uji satu
pihak. Jika populasi terdistribusi normal dan kedua kelompok data varians
homogen, maka dipakai uji Z

C. Hasil dan Pembahasan
Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan maka diperoleh hasil belajar
siswa berupa nilai pre test dan post test. Nilai pre test diperoleh sebelum diberikan
perlakuan sedangkan post test diberikan setelah adanya perlakuan. Selisih antara
nilai pre test dan post test dapat dijadikan sebagai bahan untuk melihat
perkembangan nilai siswa.
1.

Nilai Pretes
Berikut disajikan interval nilai pre test yang diperoleh siswa pada kelas
Eksperimen.
Tabel : 3 Nilai Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
EKSPERIMEN

Interval
16 – 23
24 – 31
32 – 39
40 – 47
48 – 55
56 – 63
Jumlah
Mean
Median
Modus

fi
0
7
7
6
6
5
31

KONTROL

%
0
22,58
22,58
19,35
19,35
16,13
100
40,774
40
28,32,52

Interval
16 – 23
24 – 31
32 – 39
40 – 47
48 – 55
56 – 63
Jumlah
Mean
Median
Modus

fi
1
4
6
10
7
3
31

%
3,22
12,90
19,35
32,25
22,58
9,67
100
40,645
44
48

Standar Deviasi
Max
Min

11,473
60
24

Standar Deviasi
Max
Min

9,583
56
16

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata pre test
siswa kelas eksperimen adalah 40,774 dengan nilai terendah 24 Jadi, pada
kelas eksperimen tidak ada nilai siswa yang mencapai KKM yang telah
ditetapkan sekolah.
Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 40,645 dengan
nilai terendah 16 nilai tertinggi 56 dan nilai yang sering muncul yang
diperoleh siswa adalah 48. Jadi, pada kelas kontrol tidak ada nilai siswa yang
mencapai KKM yang telah ditetapkan sekolah.
Berdasarkan data pada tabel 2 terlihat masih rendahnya nilai rata-rata
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan karena siswa
belum memahami materi yang akan dipelajari. Nilai rata-rata kelas
eksperimen hampir sama dengan nilai rata-rata kelas kontrol, artinya kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama sebelum
diberikan perlakuan.

2.

Nilai Post test
Berikut disajikan interval nilai post test yang diperoleh siswa pada kelas
eksperimen.

Tabel : 4 Nilai Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
EKSPERIMEN

Interval
fi
52 – 57
0
58 – 63
2
64 – 69
7
70 – 75
4
76 – 81
13
82 – 87
5
Jumlah
31
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
Max
Min

KONTROL

%
0
6,45
22,58
12,90
41,94
16,13
100
74, 064
76
76
7,580
84
60

Interval
fi
52 – 57
7
58 – 63
4
64 – 69
8
70 – 75
5
76 – 81
7
82 – 87
0
Jumlah
31
Mean
Median
Modus
Standar Deviasi
Max
Min

%
22,58
12,90
25,80
16,13
22,58
0
100
65,806
68
76
8,252
76
52

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata post test
kelas eksperimen adalah 74,064 dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 84
dan nilai yang sering muncul diperoleh siswa adalah 76. Jadi, terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari nilai pre test dengan tingkat ketuntasan
belajar sebesar 58,06 % dari KKM yang telah ditetapkan.
Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata siswa 65,806 dengan nilai
terendah 52, nilai tertinggi 76 dan nilai yang sering muncul yang diperoleh
siswa adalah 76. Jadi, terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari nilai pre test
yang telah dilakukan.
Berdasarkan data pada tabel 2 dan 3 di atas, terdapat perbedaaan nilai
rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sebesar 8,258 (74,06465,806). Dari segi pencapaian nilai, jumlah siswa yang mencapai nilai
tertinggi pada kelas eksperimen lebih banyak dari kelas kontrol, dan jumlah
siswa yang memperoleh nilai terendah pada kelas eksperimen lebih sedikit

jika dibandingkan dengan jumlah nilai terendah yang diperoleh oleh kelas
kontrol. Disini terlihat perbedaan hasil belajar antara siswa dikelas
eksperimen dengan siswa dikelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan karena
perlakuan berbeda yang diberikan kepada kedua kelas sampel yaitu metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw pada kelas eksperimen dan metode
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
a.

Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilieffors.
Datanya diambil dari nilai pre test dan post test pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Uji Normalitas
Pre Test
Post Test
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
L Hitung
0,1312
0,1268
0,1324
0,1128
L Tabel
0,1591
0,1591
0,1591
0,1591
Kesimpulan
Normal
Normal

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pre test Lhitung
lebih kecil dari Ltabel sehingga kedua kelas sampel berdistribusi normal.
Sedangkan untuk nilai post test Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel sehingga kedua kelas sampel
berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel
mempunyai varians yang homogen atau tidak.

Tabel : 6 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kategori Test
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Pre Test
1,43
2,057
Homogen
Post Test
1,18
2,057
Homogen

Kesimpulan yang dapat diambil dari uji homogenitas pada tabel 6
di atas adalah Fhitung < Ftabel sehingga varians kedua kelas sampel adalah
homogen.

c.

Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa
data penelitian ini berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol maka
digunakan uji Z karena jumlah sampel ≥ 30. Hasil dari perhitungan uji
hipotesis nilai pre test dan post test dari kedua kelas sampel dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel : 7 Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kategori Test
Zhitung
Ztabel
Kesimpulan
Pre Test
0,05
1,64
H0 diterima
Post Test
4.10
1,64
H0 ditolak
Berdasarkan perhitungan uji Z untuk pre test dengan α = 0,05
diperoleh Zhitung = 0,05 dan Ztabel = 1,64 sehingga Zhitung < Ztabel , maka
H0 diterima artinya tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar pre
test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan

bahwa sebelum perlakuan diberikan kemampuan kedua kelas sampel
adalah relatif sama. Sementara perhitungan uji Z untuk post test di kedua

kelas sampel dengan α = 0,05 diperoleh Zhitung = 4,10 dan Ztabel = 1,64
sehingga Zhitung > Ztabel maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar post test antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol.
Untuk menguji hipotesis hasil belajar siswa dari pre test berbeda
dengan hasil belajar siswa post test dilakukan uji hipotesis dengan
mengambil rata-rata pre test dan post test dari ke dua kelas sampel. Dari
hasil perhitungan didapat Zhitung = 12,32 dan Ztabel = 1,64 sehingga Zhitung
> Ztabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar pre test siswa dengan hasil
belajar post test siswa.

3.

Pembahasan
Berdasarkan instrumen penelitian, telah didapatkan soal yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya, sehingga soal tersebut dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
kepada siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh nilai rata-rata
pre test kelas eksperimen sebesar 40,77 dan nilai rata-rata kelas kontrol

sebesar 40,65. Hal ini menunjukkan nilai pre test pada kedua kelas sampel
tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Ini berarti kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan.
Setelah tes awal dilakukan kepada kedua kelas sampel, peneliti mulai
melakukan perlakuan yang berbeda kepada kedua kelas sampel dalam proses
pembelajaran. Kelas eksperimen belajar menggunakan metode pembelajaran

koopertaif model jigsaw sedangkan kelas kontrol menggunakan metode
pembelajaran konvensional.
Setelah kedua kelas sampel mendapat perlakuan yang berbeda, kemudian
kedua kelompok diberi tes hasil belajar. Dari hasil belajar tersebut,
didapatkan rata-rata nilai post test kelas eksperimen sebesar 74,06 dan kelas
kontrol sebesar 65,81. Rata-rata nilai post test tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai
rata-rata kelas kontrol.
D. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa dalam mendiagnosis
permasalahan pengoperasian PC dan Peripheral yang menggunakan metode
pembelajaran koopertaif model jigsaw. Hasil belajar siswa yang menggunakan
metode pembelajaran koopertif model jigsaw nilai rata-ratanya didapatkan 74,064,
nilai ini lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan metode
Konvensional yang nilai rata-ratanya adalah 65,806, atau pembelajaran kooperatif
model jigsaw 9% lebih baik dari pada pembelajaran kovensional. Dari hasil
penelitian

yang

diperoleh

terlihat

bahwa

pembelajaran

mendiagnosis

permasalahan PC dan Peripheral bisa dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Setelah melakukan penelitian diperoleh beberapa saran yang nantinya
diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan hasil belajar siswa yaitu :

1.

Kepada peneliti, disarankan agar melakukan penelitian yang sama disekolah
yang lain, apakah terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw
terhadap hasil belajar siswa.

2.

Kepada Guru di SMK N 1 Gunung Talang, khususnya guru mata pelajaran
mendiagnosis permasalahan PC dan Peripheral hendaknya menerapkan
metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, karena berdasarkan hasil
penelitian metode pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3.

Kepada

peneliti

berikutnya,

agar

lebih

mempersiapkan

diri,

mempertimbangkan dan mengurangi kendala-kendala yang telah dihadapi dan
ditemukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai
sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Catatan : Artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I
Drs Zulkifli Naansah dan Pembimbing II Drs H Sukaya

DAFTAR PUSTAKA

Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sumadi Suryabrata. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.