Suherman SMA Negeri 1 Stabat PENERAPAN M

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1
TANJUNGPURA PADA PELAJARAN KIMIA
Haroan Siregar
Guru Kimia SMA Negeri 1 Tanjungpura Kabupaten Langkat
ABSTRAK
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui (1) Bagaimana
cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa, (2) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa, serta (3)
Bagaimana peningkatan hasil belajar kimia siswa pada proses pembelajaran
mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan senyawa organik
sederhana serta persamaan reaksinya. Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang dilakukan terhadap

40 siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Tahun Pelajaran 2012/2013
dari bulan September sampai Nopember 2012. Data Penelitian berupa data
aktivitas belajar siswa yang diperoleh melalui observasi dan data hasil belajar
siswa yang diperoleh dari tes akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus I dalam
penilaian rendah mencapai 34,00%; sedang mencapai 37,77% dan tinggi
mencapai 39,67%, dan pada siklus II aktivitas siswa dalam penilaian rendah
mencapai 16,31%, sedang mencapai 36,84% dan tinggi mencapai 46,84%
demikian juga dengan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa
sebesar 71,75 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 20 orang
(50,00%). Pada siklus II nilai rata-rata siswa sebesar 79,22 dengan jumlah
siswa yang tuntas belajar sebanyak 32 orang (80,00%). Hal ini menunjukkan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan tata
nama senyawa anorganik dan senyawa organik sederhana serta persamaan
reaksinya di kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura Tahun Pelajaran
2012/2013.
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif, aktivitas belajar, hasil belajar,
model STAD


potensi siswa, aktivitas dan kreativitas sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar
mengajar. Peran sebagai fasilitator artinya guru
dalam hal ini memberikan fasilitas atau
memudahkan dalam proses belajar mengajar.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi
oleh banyak faktor. Pengajar, siswa dan
kegiatan pembelajaran adalah tiga faktor yang

PENDAHULUAN
Dalam suatu proses belajar mengajar guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Peran guru sebagai motivator artinya dalam
rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belejar siswa. Guru harus
dapat merangsang dan memberikan dorongan
serta reinforcement untuk mendinamiskan
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

40


LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

memiliki peran penting. Pengajar sebagai subjek
pembelajaran memiliki tugas dan tanggung
jawab atas inisiatif dan pengarah pembelajaran.
Siswa dituntut kesediaan dan kesiapannya
untuk terlibat langsung secara aktif. Pembelajaran akan berlangsung dinamis jika terjadi
keterpaduan harmonis dan bersifat komplementer antara aktivitas pengajar dan siswa.
Keberhasilan tersebut ditunjukkan dengan
adanya perubahan pada diri siswa sesuai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, akan membuat pelajaran
lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan
siswa. Dikatakan demikian, karena (1) adanya

keterlibatan intelektual emosional siswa melalui
dorongan dan semangat yang dimilikinya, (2)
adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam
mendengarkan dan memperhatikan apa yang
disajikan guru. Siswa kelas X-1 yang berjumlah
40 orang siswa terdiri dari perempuan 28 orang
dan laki-laki 22 orang, terasal dari beberapa
siswa kelas X-1 yang berbeda-beda tingkat
kemampuannya. Dari hasil observasi yang
dilakukan guru di kelas X-1 pada saat siswa
mengikuti proses belajar mengajar di kelas
menunjukan aktivitas belajar siswa masih
rendah, hal ini dibuktikan saat siswa mengikuti
proses diskusi kelas berdasarkan pengamatan
guru terdapat 20 (52,63%) siswa pasif tidak
menunjukkan aktivitas yang baik, siswa yang
berkemampuan tinggi masih sangat mendominasi sedangkan siswa yang berkemampuan
sedang dan rendah hanya duduk diam dan dari
hasil ulangan harian diperoleh nilai rata-rata
sebesar 66,68 dengan kriteria ketuntasan

minimum (KKM) 75 dan hanya 13 (34,21%)
siswa yang tuntas belajarnya, selainnya harus
mengalami remedial.
Agar pembelajaran kimia menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dapat dilakukan melalui berbagai
cara, salah satu cara yang cukup efektif adalah
melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD). Dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena dengan
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

model ini proses belajar mengajar mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan
dan keterampilan secara bersama baik melalui
diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Oleh
karena itu, perlu diadakan tindakan kelas untuk

mengatasi kurang aktifnya siswa dalam belajar,
guru akan mempelajari bagaimana mengimplementasikan pembelajaran kooperatif tipe STAD
secara efisien dan efektif dapat meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran kimia.
Ada beberapa masalah yang teridentifikasi,
diantaranya: (1) Pembelajaran kimia di kelas X1 berjalan monoton dan berpusat pada keaktifan
guru, siswa merasa kurang diaktifkan. (2)
Rendahnya aktivitas siswa pada proses
pembelajaran kimia pada tahun sebelumnya
disebabkan pembelajaran yang seharusnya
fokus pada learning, berangkat dari masalah
nyata, dan menumbuhkembangkan kemampuan
menggunakan keterampilan proses, sementara
yang dilaksanakan berfokus pada teaching. (3)
Siswa kelas X-1 memiliki kemampuan berbedabeda, ada yang tinggi, sedang, dan rendah.
Namun pada saat diskusi kelas terjadi
kesenjangan antara siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah
dimana siswa yang berkemampuan tinggi lebih

aktif sedangkan siswa yang berkemampuan
rendah lebih banyak diam dan mendengarkan
saja. (4) Rendahnya hasil belajar siswa dalam
pembelajaran pada pelajaran kimia disebabkan
guru dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran tipe STAD
dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan masalahnya
adalah (1) Bagaimana menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
pada proses pembelajaran kimia di kelas X-1
SMA Negeri 1 Tanjungpura? (2) Bagaimana
peningkatan aktivitas belajar siswa pada
pelajaran kimia melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD? (3)
Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa
41

LPM Unimed & AGFI


Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

pada proses pembelajaran kimia setelah
diterapkan model pembelajaran tipe STAD?
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui (1) Cara menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa
pada proses pembelajaran kimia di kelas X-1
SMA Negeri 1 Tanjungpura. (2) Aktivitas
belajar siswa pada pelajaran kimia melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. (3) Peningkatan hasil belajar siswa pada
proses pembelajaran kimia setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


yang menunjukkan siswa telah belajar dapat
diketahui dalam hubungannya dengan proses
mengajar, ukuranya ialah semakin baik mutu
mengajar yang dilakukan guru maka akan
semakin baik pula mutu perolehan siswa yang
kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau
nilai. Secara Kualitatif (ditinjau dari sudut
mutu), belajar ialah proses memperoleh arti-arti
dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar
dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini
dan nanti dihadapi siswa.
Secara umum belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relative menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif. Adapun ciriciri perubahan tingkah laku akibat belajar
adalah (a) Perubahan yang disadari, (b)

Perubahan yang bersifat kontinyu dan
fungsional, (c) Perubahan yang bersifat positif
dan aktif, (d) Perubahan tujuan dan terarah.

Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku. Perubahan kearah tujuan yang
lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun
orang lain baik dalam bidang keterampilan,
kebiasaan, sikap, dan lain sebagainya. Belajar
juga merupakan suatu proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang serta berlangsung
seumur hidup. Satu pertanda seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyakut baik perubahan yang bersifat kognitif
dan psikomotor maupun yang menyakut afektif.
Biggs dalam Syah (2003) mendefinisikan
belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu :
rumusan kuantitatif, rumusan institusional,

rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan
ini, kata-kata seprti perubahan dan tingkah laku
tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat
kedua istilah ini sudah menjadi kebenaran
umum yang diketahui semua orang yang terlibat
dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut
jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan
fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam
hal ini dipandang dari sudut berapa banyak
materi yang dikuasai oleh siswa. Secara institusional (ditinjau dari sudut kelembagaan), belajar
dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atau materimateri yang telah dipelajari. Bukti institusional
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa
dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan
aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar
dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya
jumlah siswa yang terlibat aktif belajar,
meningkatnya jumlah siswa yang berpartisipasi
dalam pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok
maupun diskusi kelas, meningkatnya jumlah
siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang menyelesaikan tugas,
dan meningkatnya jumlah siswa yang saling
berinteraksi membahas materi pembelajaran.
Metode pembelajaran yang bersifat partisipatoris yang dilakukan akan mampu membawa
siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena
siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta
sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat
dari: pertama, mayoritas siswa beraktivitas
42

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga,
mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang
diberikan guru melalui pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD) yang diterapkan oleh guru di kelas.

kegiatan mengajar guru dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran.
Ada empat persoalan yang menjadi
komponen utama yang harus dipenuhi dalam
pembelajaran. Keempat komponen tersebut
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan
dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Keempat komponen tersebut yaitu tujuan,
metode dan alat serta penilaian. Tujuan dalam
proses belajar mengajar merupakan komponen
pertama yang harus ditetapkan dalam proses
pengajaran, tujuan tersebut berfungsi sebagai
indikator keberhasilan pengajaran. Komponen
yang kedua yaitu metode dan alat. Metode dan
alat digunakan dalam pengajaran dipilih atas
dasar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Komponen yang lain adalah penilaian, penilaian
dilakukan untuk mengetahui ketercapaian suatu
tujuan pembelajaran, yaitu menghasilkan perubahan seperti dalam pengertian belajar. Peranan
guru dalam kegiatan belajar dan pembelajaran
adalah membentuk siswa mencapai tujuan
belajar yang telah ditentukan. Untuk tujuan
tersebut siswa melakukan kegiatan belajar
dengan cara dan kemampuan masing-masing.

Hasil Belajar
Tingkat kemampuan pada proses belajar
mengajar dapat diketahui dari hasil belajarnya.
Hasil belajar dipengaruhi oleh penguasaan siswa
tentang materi pelajaran yang dipelajari dan
juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan
belajar yang diberikan kepada siswa. Ini berarti
bahwa guru perlu menyusun rancangan dan
pengelolaan pembelajaran. Untuk mendapatkan
hasil belajar yang baik dan memuaskan
tergantung pada diri siswa itu sendiri. Jika
menginginkan hasil belajar yang baik dan
memuaskan maka siswa tersebut harus belajar
dan dibarengi sikap ketekunan dan keuletan
serta keinginan yang kuat untuk belajar.
Akan tetapi perlu diingat bahwa hasil
belajar yang diperoleh siswa tidak semuanya
sama, hal ini ditunjukkan oloeh adanya siswa
yang memperoleh hasil yang baik dan ada juga
siswa yang memperoleh hasil yang kurang baik.
Untuk memperoleh hasil yang baik, tidak
terlepas dari cara atau metode yang digunakan
guru dalam menyajikan pelajaran.
Pada umumnya hasil belajar pada diri
individu yang belajar dapat diamati. Seorang
guru hendaknya senantiasa secara terus menerus
mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi
yang diperoleh dari hasil evaluasi merupakan
umpan balik terhadap proses kegiatan belajar
mengajar. Sehingga proses belajar mengajar
akan senantiasa ditingkatkan terus menerus
dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah salah
satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Menurut Suprijono
(2010) pengertian pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok
harus saling bekerja sama dan saling membantu
untuk memahami materi pelajaran. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif adalah
salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran

Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga
tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik. Menurut Sudjana (2000) pengertian
pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dan
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

43

LPM Unimed & AGFI

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
ISSN
Suherman
SMA2301-6779
Negeri 1 Stabat

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

(student oriented). Dengan suasana kelas yang
demokratis, yang saling membelajarkan
memberi kesempatan peluang lebih besar
dalam memberdayakan potensi siswa secara
maksimal. Model pembelajaran kooperatif
akan dapat memberikan nuansa baru di dalam
pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang
studi atau mata pelajaran yang diampu guru.
Karena pembelajaran kooperatif dan beberapa
hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam
maupun luar negeri telah memberikan dampak
luas terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja
kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan
interaksi edukatif muncul dan terlihat peran
dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran
kooperatif sebagai fasilitator, moderator,
organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi
ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan
semua siswa akan dapat memberikan suasana
aktif dan pembelajaran terkesan demokratis,
dan masing-masing siswa punya peran dan
akan memberikan pengalaman belajarnya
kepada siswa lain.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa
keuntungan yang diperoleh baik oleh guru
maupun siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif.
Pertama, melalui pembelajaran kooperatif
menimbulkan suasana yang baru dalam
pembelajaran. Hal ini dikarenakan sebelumnya
hanya dilaksanakan model pembelajaran secara
konvensional yaitu ceramah dan tanya jawab.
Metode tersebut ternyata kurang memberi
motivasi dan semangat kepada siswa untuk
belajar. Dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif, maka tampak suasana kelas
menjadi lebih hidup dan lebih bermakna.
Kedua, membantu guna dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dan mencarikan alternatif pemecahannya. Dari
hasil penelitian tindakan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan diskusi kelompok
ternyata mampu membuat siswa terlibat aktif
dalam kegiatan belajar.
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Ketiga, pembelajaran kooperatif merupakan suatu model yang efektif untuk
mengembangkan
program
pembelajaran
terpadu. Dengan pembelajaran kooperatif
siswa tidak hanya dapat mengembangkan
kemampuan aspek kognitif saja melainkan
mampu mengembangkan aspek afektif dan
psikomotor.
Keempat, dengan melalui pembelajaran
koopratif, dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Hal ini
dikarenakan kegiatan pembelajaran ini lebih
banyak berpusat pada siswa, sehingga siswa
diberi kesempatan untuk turut serta dalam
diskusi kelompok. Pemberian motivasi dari
teman sebaya ternyata mampu mendorong
semangat siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya. Terlebih lagi bila
pembahasan materi yang sifatnya problematik
atau yang bersifat kontroversial, mampu
merangsang siswa mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Kelima, pembelajaran kooperatif mampu
mengembangkan kesadaran pada diri siswa
terhadap permasalahan-permasalahan sosial
yang terjadi di lingkungan sekitarya. Dengan
bekerja kelompok maka timbul adanya
perasaan ingin membantu siswa lain yang
mengalami kesulitan sehingga mampu
mengembangkan sosial skill siswa. Disamping
itu pula dapat melatih siswa dalam mengembangkan perasaan empati maupun simpati
pada diri siswa.
Keenam,
pembelajaran
kooperatif
mampu melatih siswa dalam berkomunikasi
seperti berani mengemukakan pendapat, berani
dikritik, maupun menghargai pendapat orang
lain. Komunikasi interaksi yang terjadi antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa menimbulkan dialog yang akrab dan
kreatif.
Dari beberapa keuntungan dari model
pembelajaran kooperatif di atas, maka jelaslah
bagi kita bahwa keberhasilan suatu proses
pendidikan dan pengajaran salah satunya
ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan
guru dalam menggunakan strategi dan model
44

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

pembelajaran yang digunakannya. Salah satu
model yang dapat memberikan dampak
terhadap keberhasilan siswa adalah melalui
model pembelajaran koperatif.
Karakteristik pembelajaran kooperatif
diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif
untuk menguasai materi akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur
terdiri dari siswa yang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, setiap anggota kelompok
kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis
kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada
kelompok daripada individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan
keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan
yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok
dan membentuk sikap yang sesuai dengan
norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan
yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas
kelompok dalam menyelesaikan tugas dan
membina hubungan kerja sama diantara
anggota kelompok.
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan
yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan
yang dipelajari, merangsang penggunaan
tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta pemahaman
dari materi yang diberikan.
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan
yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik
kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan
mengkomunikasikan
pemikiran
untuk
memperoleh kesimpulan.
Selanjutnya, Ibrahim (2003) menguraikan
unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya harus beranggapan
bahwa mereka “sehidup sepenanggungan
bersama”.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu
di dalam kelompoknya seperti milik mereka
sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di
dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
d. Siswa harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
e. Siswa akan dikena evaluasi atau hadiah/
penghargaan yang juga akan dikenakan untuk
semua kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka
membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
Dengan memperhatikan unsur-unsur
pembelajaran kooperatif tersebut, bahwa dalam
pembelajaran kooperatif setiap siswa yang
tergabung dalam kelompok harus betul-betul
dapat menjalin kekompakan. Selain itu,
tanggung jawab bukan saja terdapat dalam
kelompok, tetapi juga dituntut tanggung jawab
individu.

Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
Ada empat tipe yang biasa digunakan
oleh guru dalam model pembelajaran kooperatif, yakni salah satunya adalah tipe STAD.
STAD dikembangkan oleh Slavin dan kawankawan dari Universitas John Hopkins. Tipe ini
dipandang sebagai yang paling sederhana dan
paling langsung dari pendekatan pembelajaran
kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa
setiap minggu, baik melalui penyajian verbal
maupun tertulis.
Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok, masing-masing terdiri
atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap
kelompok mempunyai anggota yang hete-

45

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

rogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuannya (prestasinya).
2. Guru menyampaikan materi pelajaran.
3. Guru memberikan tugas kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik,
dan kemudian saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antar sesama anggota kelompok.
4. Guru memberikan pertanyaan atau kuis
kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
pertanyaan atau kuis dari guru, siswa tidak
boleh saling membantu.
5. Setiap akhir pembelajaran guru memberikan
evaluasi untuk mengetahui penguasaan
siswa terhadap bahan akademik yang telah
dipelajari.
6. Tiap siswa dan kelompok diberikan skor
atas penguasaannya terhadap materi pelajaran,
dan kepada siswa secara individual atau
kelompok yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh
skor
sempurna
diberi
penghargaan.
7. Kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran koperatif tipe
STAD melalui tahapan: (1) penjelasan materi
pelajaran, (2) diskusi atau kerja kelompok
belajar, (3) validasi oleh guru, (4) evaluasi (tes),
(5) menentukan nilai individu dan kelompok,
(6) penghargaan indivudu atau kelompok.

Perencanaan
a. Guru dan pengamat melakukan analisis
kurikulum untuk mengetahui kompetensi
dasar yang akan disampaikan kepada siswa
dengan menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD.
b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
c. Membuat lembar kerja siswa.
d. Membuat instrumen observasi.
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
Pelaksanaan
a. Membagi siswa dalam delapan kelompok
b. Meyajikan materi pelajaran
c. Memberikan materi diskusi
d. Dalam diskusi kelompok, guru membimbing
dan mengarahkan kelompok.
e. Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
f. Guru memberikan kuis/pertanyaan
g. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
h. Penguatan dan kesimpulan secara bersama.
i. Peneliti dan pengamat melakukan pengamatan atau observasi.
Pengamatan
a. Situasi kegiatan belajar mengajar
b. Keaktifan siswa mengikuti proses belajar
mengajar
c. Kemampuan siswa dalam berdiskusi
kelompok.
Refleksi
Guru dan pengamat melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan siklus I dan kemudian
menyusun rencana perbaikan pada siklus II.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kelas X-1
SMA Negeri 1 Tanjungpura Kabupaten Langkat
Tahun Pelajaran 2012/2013. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama tiga
bulan, yaitu dari bulan September sampai
Nopember 2012. Dalam penelitian tindakan
kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah
siswa kelas X-1 SMA Negeri 1 Tanjungpura
yang berjumlah 40 siswa dengan komposisi
perempuan 28 orang dan laki-laki 22 orang.
Prosedur Penelitian
Siklus I
Siklus pertama dalam penelitian tidakan
kelas ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi sebagai berikut:
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

Siklus II
Siklus II merupakan putaran kedua dari Model
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan
tahapan yang sama seperti pada siklus I.
Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
Pelaksanaan
Guru melaksanakan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD berdasarkan rencana
pembelajaran hasil refleksi pada siklus I.
46

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

meliputi
penguasaan
materi
pelajaran,
pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan
alat, media dan sumber belajar, pembelajaran
yang mendorong dan memelihara keterlibatan
siswa, penilaian proses dan hasil belajar, serta
penggunaan bahasa dalam kategori cukup.
Sedangkan untuk kegiatan penutup yang
meliputi melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dan
melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan
arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan masih pada kategori kurang.
Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru pada kategori cukup
yaitu pada skor 64,80.

Pengamatan
Peneliti dan pengamat melakukan pengamatan
terhadap aktivitas Pembelajaran Kooperatif tipe
STAD.
Refleksi
Peneliti dan pengamat melakukan refleksi
terhadap pelaksanaan siklus II dan menganalisis
pelaksanaan tindakan serta membuat kesimpulan
atas pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dalam peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa pada pembelajaran kimia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Sebelum Tindakan
Penilaian pengamat terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan guru sebelum
tindakan, diketahui bahwa pada kegiatan
pembukaan yang meliputi mempersiapkan siswa
untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan melakukan kegiatan apersepsi masih
dalam kategori cukup. Kegiatan inti yang

Data Pengamatan Aktivitas Siswa
Kegiatan pembelajaran sebelum tindakan
ini dilakukan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Tabel
1 berikut ini.

Tabel 1. Persentase Aktivitas Siswa Sebelum Tindakan
Pengelompokkan Aktivitas
Siswa
No
Aspek Penilaian
Rendah Cukup Tinggi
1 Partisipasi dalam tugas kelompok
21
16
3
2 Mendengarkan dengan aktif
8
12
20
Aktivitas (bertanya, menjawab, memberi tanggapan)
3
31
5
4
saat diskusi kelompok
4 Kerjasama dalam kelompok
17
11
12
Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok/presentasi
5
20
13
7
di depan kelas
Jumlah
97
57
46
Persentase
48,50% 28,50% 23,00%
Kegiatan pembelajaran sebelum tindakan
ini dilakukan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
diskusi, dalam bekerja kelompok siswa yang
pandai lebih mendominasi mengerjakan permasalahan yang diberikan guru dibandingkan
dengan siswa yang kurang pandai. Kurang
adanya kerjasama dalam penyelesaian masalah,
dinamika kelompok bekerja masih pasif.
Aktivitas siswa mendengar dengan aktif berada
pada kategori tinggi. Secara keseluruhan
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jumlah
siswa
40
40
40
40
40
200

aktivitas siswa pada kategori rendah yaitu
sebesar 48,50%.
Data Hasil Belajar Siswa
Dari data hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal tes hasilnya didapat 26
orang siswa atau 65,00% tidak mencapai
ketuntasan belajar artinya 35,00% tuntas.
Dengan rata-rata nilai di kelas mencapai 66,68
dengan standar deviasi 8,68. Ketuntasan klasikal
yang ditentukan kurikulum harus mencapai
47

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

75% tuntas, namun di kelas ini hanya mencapai
35,00% tuntas.
Tabel 2. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa
Sebelum Tindakan
No
Nilai
Jumlah Siswa Persentase
1
50 – 54
3
7,50%
2
55 – 59
4
10,00%
3
60 – 64
10
25,00%
4
65 – 69
4
10,00%
5
70 – 74
5
12,50%
6
75 – 79
11
27,50%
7
80 – 84
2
5,00%
8
85 – 89
1
2,50%
Jumlah
40
100%

Rencana Perbaikan untuk Siklus I
• Menyusun rencana pembelajaran dengan
menggunakan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD.
• Siswa lebih diaktifkan dalam pembelajaran
dengan melaksanakan diskusi kelompok.
• Guru mengarahkan dan membimbing siswa
agar lebih memahami materi pelajaran.
• Guru berkeliling ke setiap kelompok untuk
membimbing aktivitas siswa dan pemahaman
konsep pelajaran yang didapat siswa.
• Pembagian tugas kelompok secara merata
dilakukan guru dan anggota kelompok.
Siklus I
Perencanaan
• Merencanakan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
• Merencanakan melakukan bimbingan ke
siswa atau ke kelompok untuk melatih
keterampilan bekerjasama dalam kelompok,
berbagi tugas dalam setiap kegiatan dan
melakukan aktivitas yang berarti dalam
melakukan diskusi kelompok.
• Melakukan rencana mengarahkan dan
membimbing siswa agar lebih memahami
materi pelajaran.
• Guru memahami kembali langkah-langkah
apa saja yang harus dilakukan pada
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD agar
tujuan pembelajaran tercapai. Misalnya
keliling ke masing-masing kelompok untuk
mengamati aktivitas siswa dan pemahaman
konsep pelajaran yang didapat siswa.
• Pembagian tugas kelompok secara merata
dilakukan guru dan anggota kelompok, agar
semua siswa bekerja secara kooperatif.
Tindakan
Melaksanakan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran mengunakan metode diskusi kelompok dengan tanya
jawab dan presentasi hasil diskusi lebih
diaktifkan, hal ini dilakukan untuk melatih
siswa dalam bekerjasama secara kooperatif.

Refleksi
Adapun keberhasilan dan kekurangan
yang terjadi sebelum pelaksanaan tindakan
adalah sebagai berikut:
• Guru mendominasi pembelajaran di kelas,
lebih banyak menyajikan informasi dan
banyak menggunakan metode cermah.
• Dalam penyelesaian tugas yang diberikan
guru, siswa kurang memahaminya dan
kurang serius mengerjakannya.
• Materi pembelajaran yang diberikan guru
kurang dipahami siswa sehingga hasil
belajar fisika rendah.
• Dalam bekerja kelompok, hanya siswa yang
pintar saja yang mendominasi kelompok.
• Sebagian siswa malas, menganggap bahwa
kerja kelompok yang dilakukan adalah tidak
berarti apa-apa, hanya seperti kerja kelompok
biasa, yaitu aktivitas siswa tidak dinilai
guru, sehingga mereka hanya duduk
menunggu jawaban dari teman satu
kelompoknya apabila ditanya oleh guru atau
saat melakukan presentasi.
• Belum terciptanya suasana yang mengaktifkan siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan secara bersama
baik melalui diskusi kelompok maupun
diskusi kelas.
• Dalam mempresentasikan hasil diskusi, siswa
terlihat malu membacakannya didepan kelas
atau mendiskusikannya ke kelompok lain.

Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

48

LPM Unimed & AGFI

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

dilakukan oleh guru pada kategori baik yaitu
Pengamatan
pada skor 71,12 namun pada kegiatan penutup
Data Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
Pada pelaksanaan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran perlu ditingkatkan.
pembukaan yang meliputi mempersiapkan
Data Pengamatan Aktivitas Siswa
siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan
Penggunaan model pembelajaran koopepembelajaran, dan melakukan kegiatan
ratif tipe STAD dilakukan guru pada materi
apersepsi masih dalam kategori baik. Kegiatan
pelajaran kimia yang dipelajari. Ternyata siswa
inti yang meliputi penguasaan materi pelajaran,
mulai tertarik dan aktif dalam proses pembependekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan
lajaran, siswa berusaha bekerjasama dalam
alat, media dan sumber belajar, pembelajaran
menyelesaikan masalah, dalam pembagian tugas
yang mendorong dan memelihara keterlibatan
kelompokpun mulai dilakukan oleh siswa. Dari
siswa, penilaian proses dan hasil belajar, serta
kondisi kelas yang diamati, siswa senang
penggunaan bahasa dalam kategori baik.
melakukan diskusi kelompok. Namun demikian,
Sedangkan untuk kegiatan penutup yang
masih ada beberapa siswa yang pasif dan engan
meliputi melakukan refleksi atau membuat
berperan aktif dalam melakukan diskusi, hal ini
rangkuman dengan melibatkan siswa dan
disebabkan siswa belum terbiasa melakukan
melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan
diskusi dalam pembelajaran, dalam melakukan
arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian
diskusi dan presentasi suasana kelas masih
pengayaan pada kategori cukup. Secara
belum teratur dan hasilnya belum maksimal.
keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang
Tabel 3. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I
Pengelompokkan Aktivitas
Siswa
Rendah Cukup Tinggi

No

Aspek Penilaian

1
2

Partisipasi dalam tugas kelompok
Mendengarkan dengan aktif
Aktivitas (bertanya, menjawab, memberi tanggapan)
saat diskusi kelompok
Kerja sama dalam kelompok
Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok/
presentasi di depan kelas
Jumlah
Persentase

3
4
5

16
15

10
16

15
10

11
10

14
20

40
40

10
16
14
40
58
68
74
200
29,00% 34,00% 37,00% 100,00%

Tabel 4. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa
Siklus I

Data Hasil Belajar Siswa
Rata-rata hasil belajar siswa meningkat,
dibandingkan rata-rata hasil belajar sebelum
tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dalam pelaksanaannya belum mengikuti langkah-langkah
pembelajaran kooperatif dengan baik, ketuntasan
belajar mencapai 55,26% tuntas, terdapat 17
orang atau 44,74% tidak tuntas belajarnya dari
38 siswa. Rata-rata nilai secara keseluruhan
mencapai 72,95 dengan standar deviasi 5,84.
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

14
9

Jumlah
siswa
40
40

No
1
2
3
4
5
6
7

49

Nilai
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 - 79
80 - 84
85 - 89
Jumlah

Jumlah
Siswa
1
1
8
7
18
2
3
40

Persentase
2,50%
2,50%
20,00%
17,50%
45,00%
5,00%
7,50%
100,00%

LPM Unimed & AGFI

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.


Merencanakan bimbingan ke siswa atau ke
kelompok untuk lebih intensif untuk melatih
keterampilan bekerjasama dalam kelompok,
berbagi tugas dalam setiap kegiatan dan
melakukan aktivitas yang berarti dalam
melakukan praktek.
• Melakukan rencana mengarahkan dan
membimbing siswa melakukan percobaan
sederhana agar lebih memahami materi
pelajaran.
• Merencanakan menambah waktu agar siswa
dapat mempresentasikan hasil diskusi dan
pengamatannya pada kelompok lain.
Tindakan
Pembelajaran masih menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
metode diskusi kelompok dan melatih siswa
bekerjasama secara kooperatif dalam pembelajaran menggunakan media power point dan
melakukan percobaan sederhana. Hal ini
dilakukan agar siswa lebih memahami materi
pelajaran dan menambah waktu agar siswa
dapat mempresentasikan hasil pengamatan dan
diskusinya pada kelompok lain.
Pengamatan
Data Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran
Data yang diperoleh, pelaksanaan guru
melakukan pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa guru sudah
mulai terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas. Kegiatan
pembukaan yang meliputi mempersiapkan
siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan melakukan kegiatan apersepsi
masih dalam kategori amat baik. Kegiatan inti
yang meliputi penguasaan materi pelajaran,
pendekatan/strategi pembelajaran, pemanfaatan
alat, media dan sumber belajar, pembelajaran
yang mendorong dan memelihara keterlibatan
siswa, penilaian proses dan hasil belajar, serta
penggunaan bahasa dalam kategori baik.
Sedangkan untuk kegiatan penutup yang
meliputi melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa dan
melaksanakan tidak lanjut dengan memberikan
arahan, atau kegiatan atau tugas sebagai bagian
remidi/pengayaan pada kategori amat baik.

Refleksi
Adapun keberhasilan dan kekurangan
yang terjadi pada siklus I adalah sebagai
berikut:
• Guru dalam membimbing dan memotivasi
siswa masih kurang.
• Melatih siswa dalam bekerjasama dan
menyelesaikan masalah masih perlu
ditingkatkan.
• Siswa belum terbiasa mengalami model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang
digunakan guru, sehingga suasana kelas
kurang tertib, yang mengakibatkan siswa
melakukan diskusi kelompok kurang
maksimal.
• Masih ada kelompok yang pasif karena ego
masing-masing, dan pembagian tugas tidak
dilakukan sehingga hasil diskusi tidak
dipresentasikan ke kelompok lain, cukup
hanya kelompok itu saja yang tahu.
• Waktu yang tersedia dalam melakukan
diskusi dan presentasi sangat terbatas.
Perbaikan untuk siklus II
• Menyusun rencana pembelajaran dengan
menggunakan media power point dan siswa
melakukan percobaan sederhana.
• Dalam Pembelajaran guru harus lebih
banyak memotivasi dan membimbing siswa
untuk saling ketergantungan dalam belajar.
• Melatih siswa dalam bekerjasama dan
menyelesaikan masalah lebih ditingkatkan.
• Perlu penambahan waktu dalam melakukan
diskusi, agar siswa dapat mempresentasikan
hasil diskusi pada kelompok lain.
• Bagi kelompok yang kurang aktif, mendapat
perhatian guru yang lebih, misalnya
melakukan pendekatan ke kelompok itu
agar mau bekerja sama dan melakukan
kegiatan bersama-sama.
Siklus II
Perencanaan
• Menyusun rencana pembelajaran dengan
menggunakan media power point dan siswa
melakukan percobaan sederhana.
• Dalam pembelajaran guru lebih banyak
memotivasi dan membimbing siswa menggunakan alat peraga sederhana.
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

50

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran
berbicara pada kelompok lain untuk mempreyang dilakukan oleh guru pada kategori amat
sentasikan hasil diskusinya. Secara umum
baik yaitu pada skor 86,40.
aktivitas siswa meningkat, dalam pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif
Data Pengamatan Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa menggunakan alat peraga
tipe STAD dengan metode diskusi, presentasi
dalam pembelajaran semakin maksimal dilakudan dikombinasikan dengan menggunakan
kan siswa. Dalam aspek penilaian, frekuensi
media power point serta melakukan percobaan
melakukan kerja sama dalam kelompok lebih
sederhana yaitu kategori nilai tinggi lebih
tinggi dibandingkan dengan aspek penilaian
mendominasi 49,50% dibandingkan nilai rendah
yang lain. Siswa juga sudah lebih terbiasa
dan sedang.
Tabel 5. Persentase Aktivitas Siswa Siklus II
Pengelompokkan Aktivitas
Jumlah
Siswa
No
Aspek Penilaian
siswa
Rendah Cukup Tinggi
1 Partisipasi dalam tugas kelompok
8
15
17
40
2 Mendengar dengan aktif
7
15
18
40
Aktivitas (bertanya, menjawab, memberi
3
4
14
22
40
tanggapan) saat diskusi kelompok
4 Kerja sama dalam kelompok
4
10
26
40
Mengkomunikasikan hasil kerja kelompok/
5
8
16
16
40
presentasi
Jumlah
31
70
99
200
Persentase
15,50
35,00
49,50
100
pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas
yang telah dilakukan. Adapun hasil refleksi
adalah penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Data Hasil Belajar Siswa
Dilihat dari data di Tabel 6, ternyata ratarata hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I dan siklus II yaitu rata-rata hasil
belajar 77,13 dengan Standar deviasi 4,69.
Keseluruhan siswa tuntas belajarnya mencapai
89,47%. Artinya dengan meningkatnya
aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka
meningkat pula hasil belajar siswa.
Tabel 6. Pengelompokkan Hasil Belajar Siswa
Siklus II
No
Nilai
Jumlah Siswa Persentase
1
65 - 69
2
5,00%
2
70 - 74
2
5,00%
3
75 - 79
25
62,50%
4
80 - 84
6
15,00%
5
85 - 89
2
5,00%
6
90 - 94
3
7,50%
Jumlah
40
100%

Pembahasan
Secara ringkas, pembahasan dari hasil
penelitian ini dapat dijabarkan bahwa hasil
belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkat setiap siklusnya.
Siklus I ketuntatasan belajar mencapai 55,26%
tuntas dengan rata-rata nilai hasil belajar 72,95
dengan standar deviasi 5,84. Pada siklus II
ketuntasan belajar mencapai 89,47% tuntas
dengan rata-rata nilai hasil belajar 77,13 dengan
standar deviasi 4,69.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan
kelas dapat disimpulkan sebagai berikut :

Refleksi
Kegiatan refleksi pada akhir siklus II
adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari
Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

51

LPM Unimed & AGFI

Siregar, H.: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1
Tanjungpura Pada Pelajaran Kimia.

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe STAD dalam pembelajaran kimia di
kelas perlu memperhatikan langkah-langkah:
(1) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi
beberapa kelompok, masing-masing terdiri
atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap
kelompok mempunyai anggota yang
heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,
maupun kemampuannya (prestasinya). (2)
Guru menyampaikan materi pelajaran. (3)
Guru memberikan tugas kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik,
dan kemudian saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antar sesama anggota kelompok. (4) Guru
memberikan pertanyaan atau kuis kepada
seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru, siswa tidak boleh
saling membantu. (5) Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk
mengetahui penguasaan siswa terhadap
bahan akademik yang telah dipelajari. (6)
Tiap siswa dan kelompok diberikan skor
atas penguasaannya terhadap materi pelajaran,
dan kepada siswa secara individual atau
kelompok yang meraih prestasi tinggi atau

Volume: 2 Nomor: 1 Juni 2013

Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
2301-6779
SuhermanISSN
SMA Negeri
1 Stabat

memperoleh
skor
sempurna
diberi
penghargaan.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD yang digunakan dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa.
3. Hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar
siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkat setiap
siklusnya. Siklus I ketuntatasan belajar
mencapai 55,26% tuntas dengan rata-rata
nilai hasil belajar 72,95 dengan standar
deviasi 5,84. Pada siklus II ketuntasan
belajar mencapai 89,47% tuntas dengan
rata-rata nilai hasil belajar 77,13 dengan
standar deviasi 4,69.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, M., dkk. 2000. Pembelajaran
Koperatif. Surabaya: Unversity Press.
Sudjana. 2000. Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Tarsito.
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning
Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta:
Rajawali Press.

52

LPM Unimed & AGFI