T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Model Pembelajaran MMP terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga Tahun Pelajaran 20162017 T1

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MMP TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI BANGUN RUANG SISI
DATAR BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

JURNAL

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :
IGNASIA SANTI KUMALA SWARI
( 202013021 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MMP TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI BANGUN RUANG SISI
DATAR BAGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Ignasia Santi Kumala Swari1, Kriswandani2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711
1
Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: 202013021@student.uksw.edu
2
Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW, email: kriswandani@staff.uksw.edu

ABSTRAK
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model
pembelajaran MMP terhadap kemampuan komunikasi matematis pada materi bangun ruang sisi
datar bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017. Populasi dari
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga yang terdiri dari 8 kelas. Sampel
penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling dan diperoleh sampelnya adalah
siswa kelas VIII G (30 siswa) sebagai kelas kontrol dan VIII H (28 siswa) sebagai kelas
eksperimen. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes. Teknik analisis datanya
menggunakan uji Mann-Whitney. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikansinya

sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
MMP terhadap kemampuan komunikasi matematis pada materi bangun ruang sisi datar bagi
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Model Pembelajaran MMP, Kemampuan Komunikasi Matematis
PENDAHULUAN
Matematika menurut Johnson dan Rising dalam Wahyudi (2013:2) diartikan sebagai pola
pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, dan pengetahuan struktur terorganisasi
yang memuat: sifat-sifat, teori-teori yang dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak
didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Menurut Dewi
dalam Widyastuti dkk (2015), fungsi matematika yaitu untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari dan untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika,
diagram, grafik/tabel. Lebih lanjut, Hariyati dalam Fitriyani dkk (2015) menyatakan bahwa
matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini menggunakan pola pikir matematika. Oleh
karena fungsi matematika tersebut, matematika perlu diajarkan mulai dari jenjang pendidikan

terendah sampai dengan tinggi dan dengan ilmu matematika dapat dijadikan bekal bagi siswa
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari.

Pembelajaran matematika sendiri pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (si
pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika. Pembelajaran matematika juga harus
memberi peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika
(Wahyudi dkk, 2013:14). Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan
bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika,

menyelesaikan

model

dan

menafsirkan


solusi

yang

diperoleh;

4)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika

dalam

kehidupan yaitu memiliki keingintahuan, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian diatas salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk dapat
terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran adalah komunikasi matematis. Hal ini
didukung oleh NCTM (2000) yang menyatakan bahwa ada lima kemampuan dasar yang harus
dikuasai siswa, salah satunya adalah kemampuan komunikasi matematis. Menurut Bistari

(2010:15), kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa
dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan
yang terjadi dikelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi
matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus atau strategi penyelesaian
suatu masalah. Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa menurut Greenes dan
Schulman dalam Rahmawati (2016:34) yaitu: 1) mengungkapkan ide matematika dengan
berbicara, menulis, mendemonstrasikan, dan mendiskripsikan secara visual; 2) memahami,
menafsirkan dan menilai ide matematika yang disajikan secara lisan, tulisan atau bentuk visual;
3) mengkonstruksikan, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide

matematika; 4) membuat pengamatan dan dugaan, rumusan pertanyaan serta mengevaluasi
informasi yang berkaitan dengan permasalahan matematika. Sebagian besar kemampuan
komunikasi matematis siswa pada mata pelajaran matematika di banyak daerah belum maksimal,
karena pada dasarnya kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang sangat penting
dan paling mendasar yang tidak bisa ditinggalkan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengampu pelajaran matematika di SMP Negeri
2 Salatiga, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita dengan
benar. Siswa cenderung masih kesulitan dalam menuliskan informasi, simbol dan penyelesaian
suatu masalah dari soal yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dari data hasil tes 58 orang siswa
yang menunjukkan bahwa 53,45% siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis

berkategori sedang, 41,38% siswa memiliki kemampuan komunikasi berkategori tinggi
sedangkan 5,17% siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis berkategori rendah.
Tampaklah bahwa sebagian besar siswa masih memiliki kemampuan komunikasi matematis
berkategori sedang. Izzati dan Suryadi (2010) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
selama ini kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan kemampuan komunikasi
matematis, sehingga penguasaan kompetensi ini bagi siswa masih rendah.
Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki
siswa maka dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus menyertakan
pengembangan kemampuan komunikasi matematis di dalam rancangan pembelajarannya,
dengan demikian proses pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkomunikasikan permasalahan dan pemikiran matematisnya. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan hal tersebut guru harus menggunakan strategi atau model pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk lebih aktif mengkomunikasikan pemikiran matematisnya sehingga siswa
yakin dengan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berperan aktif dalam mengkomunikasikan pengetahuan yang siswa miliki adalah Model
Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
Rahmi (2015) yang menyatakan bahwa penerapan Model Pembelajaran MMP berpengaruh
positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa, dengan demikian dapat diketahui
bahwa Model Pembelajaran MMP merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa.

Model Pembelajaran MMP didasarkan pada program penelitian yang dilakukan pada
pertengahan tahun 1970 dan awal tahun 1980 oleh Good, Grouws, dan Ebmeire di Universitas
Missouri. Menurut Ariah dalam Yosepha (2016), MMP merupakan salah satu model yang
terstruktur seperti halnya struktur pengajaran matematika. MMP didesain guna membantu guru
dalam hal efektivitas penggunaan latihan-latihan agar siswa mencapai peningkatan yang
maksimal, latihan-latihan yang dimaksud adalah lembar tugas proyek. Adanya tugas proyek
berguna untuk memperbaiki cara berkomunikasi, bernalar, terampil mengambil keputusan serta
memecahkan masalah sendiri (Rohani, 2004). Langkah-langkah Model Pembelajaran MMP
adalah 1) review, yaitu meninjau ulang pelajaran lalu terutama yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari pada pembelajaran tersebut; 2) pengembangan, berupa penyajian ide baru
dan perluasan konsep matematika terdahulu, penjelasan, diskusi serta demonstrasi; 3) latihan
terkontrol, siswa berkelompok merespon soal dengan diawasi oleh guru; 4) kerja mandiri, siswa
secara individu atau dalam kelompok belajar merespon soal untuk latihan yang telah dipelajari
pada langkah pengembangan; serta 5) penugasan, diberikannya tugas rumah atau latihan
menggunakan prosedur yang benar.
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka dapat dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran MMP terhadap kemampuan
komunikasi matematis pada materi bangun ruang sisi datar bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 2

Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga dengan rentang waktu dari bulan
Maret sampai April tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Salatiga Semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, yaitu teknik pengambilan anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu. Sampel yang diperoleh sebanyak 2 kelas yaitu kelas VIII G sebanyak 30 siswa dan kelas
VIII H sebanyak 28 siswa. Sampel yang diambil kemudian ditetapkan menjadi 1 kelas sebagai
kelompok eksperimen yaitu kelas VIII H yang diterapkan model pembelajaran MMP, dan 1
kelas sebagai kelompok kontrol yaitu kelas VIII G yang diterapkan model pembelajaran
langsung.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Menurut Sandjaja (2006: 105),
penelitian eksperimen semu dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh
suatu tindakan bila dibandingkan dengan tindakan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai
dengan kondisi yang ada (situasional). Penelitian ini menyelidiki ada atau tidaknya pengaruh
dengan cara memberikan perlakuan (treatment) kepada kelompok eksperimen (kelompok yang
diberi Model Pembelajaran MMP) dan membandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak

diberi perlakuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Metode tes berupa soal
pretest dan posttest berbentuk soal uraian berjumlah lima soal untuk mengukur kemampuan

komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest dilakukan
sebelum mengikuti pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar sedangkan posttest
dilakukan setelah mengikuti pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar. Adapun sistem
penskoran tes kemampuan komunikasi matematis yang telah dimodifikasi oleh Kurniawan
(2016) menggunakan rubrik penilaian yang mengacu pada Marryland Math Communication
Rubric, Maine Holistic Rubric, dan Quasar Communication Mathematic Rubric.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terdapat 2 kelompok data yakni kelompok data untuk kondisi awal dan
kelompok data untuk kondisi akhir. Adapun kondisi awal kedua kelas tersebut dapat dilihat
sebagai berikut
A.

Kondisi Awal (sebelum diberikan perlakuan)
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pengambilan data melalui pretest. Hasil data


pretest siswa diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dikelompokkan berdasarkan tiga

kategori kemampuan komunikasi matematis yaitu tinggi, sedang dan rendah. Deskripsi kategori
kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Tabel 1 sebagai berikut
Tabel 1. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis Awal
Interval

Kategori

40 < skor ≤ 60
20 < skor ≤ 40
0 ≤ skor ≤ 20

Tinggi
Sedang
Rendah

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
8
28,57%
16
53,33%
19
67,86%
12
40%
1
3,57%%
2
6,67%

Total
Frekuensi Persentase
24
41,38%
31
53,44%
3
5,17%

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pada kelas eksperimen terdapat 8 siswa (28,57%) yang
memiliki kemampuan komunikasi berkategori tinggi, 19 siswa (67,86%) memiliki kemampuan
komunikasi matematis sedang dan 1 siswa (3,57%) memiliki kemampuan komunikasi matematis
rendah. Sedangkan untuk kelas kontrol terdapat 16 siswa (53,33%) diikuti dengan kategori
sedang dan rendah masing-masing sebanyak 12 siswa (40%) dan 3 siswa (6,67%). Hal ini
bermakna bahwa mayoritas siswa di kelas kontrol mempunyai kemampuan komunikasi
matematis pada kategori tinggi sedangkan mayoritas siswa di kelas eksperimen mempunyai
kemampuan komunikasi matematis pada kategori sedang. Untuk mengetahui perbedaan
kemampuan komunikasi matematis di kedua kelas tersebut maka dilakukan uji beda rerata
dengan menggunakan statistika nonparametrik Mann-Whitney. Adapun hasil perhitungan uji
Mann-Whitney pada skor pretest sebagai berikut

Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney Kemampuan Komunikasi Matematis Awal
KKM Awal
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

303.000
709.000
-1.828
.068

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,068>0,05 yang berarti tidak terdapat
perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol
sehingga dapat diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa
Model Pembelajaran MMP sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berupa Model
Pembelajaran Langsung.

B.

Kondisi Akhir (setelah diberikan perlakuan)
Kondisi akhir kemampuan komunikasi matematis siswa diambil dari data skor posttest.

Deskripsi kategori kemampuan komunikasi matematis akhir siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut
Tabel 3. Kategori Kemampuan Komunikasi Matematis Akhir
Interval

Kategori

40 < skor ≤ 60
20 < skor ≤ 40
0 ≤ skor ≤ 20

Tinggi
Sedang
Rendah

Kelas Eksperimen
Frekuensi Persentase
22
78,57%
6
21,43%
0
0%

Kelas Kontrol
Frekuensi Persentase
17
56,67%
13
43,33%
0
0%

Total
Frekuensi Persentase
39
67,24%
19
32,76%
0
0%

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis
pada kelas eksperimen berkategori tinggi sebanyak 22 siswa (78,57%), kategori sedang sebanyak
6 siswa (21,43%) dan kategori rendah sebanyak 0 siswa (0%), sedangkan untuk kelas kontrol
siswa yang memiliki kemampuan komunikasi berkategori tinggi sebanyak 17 siswa (56,67%)
diikuti dengan kategori sedang dan rendah masing-masing sebanyak 13 siswa (43,33%) dan 0
siswa (0%). Tampaklah dari kedua kelas tersebut, mayoritas siswa mempunyai kemampuan
komunikasi matematis tinggi dan tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi
matematis rendah. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa di
kedua kelas tersebut dapat digunakan Uji Mann-Whitney. Adapun hasil perhitungan uji MannWhitney pada skor posttest sebagai berikut

Tabel 4. Perhitungan Uji Mann-Whitney pada Kondisi Akhir
KKM Akhir
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

154.500
619.500
-4.179
.000

Berdasarkan Tabel 4 nilai signifikansinya 0,000

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS OF GRAMMATICAL ERRORS IN WRITING DESCRIPTIVE PARAGRAPH MADE BY THE SECOND YEAR STUDENTS OF SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

44 306 18

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24