IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIU. pdf

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS
PADA SANTRI RUSUNAWA AL-MANAR
DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Budi Santoso1
STKIP Muhammadiyah Sorong
92budisantoso@gmail.com
Diseminarkan pada tanggal nasional 12 Desember 2017 pada seminar Nasional Hasil
penelitian STKIP Muhammadiyah Sorong
Abstrak: The purpose of this research is to know the implementation of religious
education as well as inhibiting factors and its supporters in Rusunawa Al-Manar Program.
This research was conducted in April-June 2016. This research includes qualitative.
Research subjects in this study were Mudir, Musyrif, Muddabir and Student. Data
collection using observation, interview and documentation. Verification of data validity
using Triangulation of source and tech triangulation. The conclusion of this research is 1).
The program of Rusunawa Al-Manar is one of the Muhammadiyah Ponorogo University
programs which must be followed by students for a whole month. This program is
designed specifically for the learning of characters like boarding school. 2) Implementation
of religious character education Rusunawa Al-Manar done by looking at the learning
program. 3) Supporting factors include: customs / habits and environment and its inhibitors
come from students themselves and lack of coordination Mudir to Musyrif and Muddabir.
Keywords: Implementasi Karakter Religius, Program Rusunawa Al-Manar


1

dosen Jurusan Pendidikan Teknologi Informasi STKIP Muhammadiyah Sorong

1

1. Pendahuluan
Pendidikan karakter merupakan
pendidikan yang diperlukan ditengah
degradasi
moral
bangsa
Indonesia.
Termasuk pendidikan karakter di perguruan
tinggi. Agus Wibowo (2012) mengatakan
Hasil survai yang dilakukan oleh Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada
tahun 2003 mengatakan sebanyak 32%
remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota

besar Indonesia (Jakarta, Surabaya,
Bandung) pernah melakukan hubungan
seks bebas. Hasil survai lain juga
mengatakan, satu dari empat remaja
Indonesia pernah melakukan hubungan
seksual pernikahan dan membuktikan 62,7
% remaja perawan kehilangan remaja saat
masih duduk di bangku SMP, dan bahkan
21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim,
yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi
dilakukan sebagai jalan keluar akibat dari
perilaku seks bebas. Penelitian LSM
Sahabat Anak dan Remaja Indonesia
(Sahara) bandung antara tahun 2000-2002
remaja yang melakukan seks pra-nikah,
72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya
mengaku telah melakukan aborsi lebih dari
satu kali.
Maksudin
(2013)

mengatakan
bahwa tujuan dan fungsi pendidikan bangsa
Indonesia yang terdapat dalam undangundang nomor 20 tahun tahun 2003 tentang
Sikdiknas (Sistem Pendidikan Nasional)
yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah sebagai berikut:
“…agar manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi
warga negara
yang
demokratis serta bertanggug jawab.”
Thomas Likona dalam Muchlas
Samani
dan
Hariyanto
(2012)
mendefinisikan

pendidikan
karakter

merupakan upaya yang sungguh-sungguh
untuk
membantu
seseorang
untuk
memahami, peduli, dan bertindak dengan
landasan inti nilai-nilai etis, jika dengan
bahasa yang sederhana pendidikan karakter
adalah upaya yang dirancang secara sengaja
untuk memperbaiki karakter.
Program
Rusunawa
Al-Manar
merupakan salah satu dari sekian program
dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo
guna
membekali

mahasiswanyanya
memiliki karakter yang baik. Pembelajaran
Program Rusunawa Al-Manar fokus pada
pembentukan karakter religius kepada
mahasiswa
sehingga
programnya
disesuaikan layaknya pondok pesantren.
Berangkat dari latar belakang yang
dipaparkan di atas peneliti mengajukan
penelitian yang berjudul Implementasi
Pendidikan Karakter Religius pada Program
Rusunawa
Al-Manar
Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
2. Kajian Literatur
Pendidikan Karakter
Nyoman Sada Dharmawan (2014)
Secara etimologis, karakter berasal dari

bahasa Inggis, “character”, yang berarti
watak atau sifat. Karakter adalah nilai-nilai
yang khas, baik watak, akhlak atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebijakan yang
diyakini dan dipergunakan sebagai cara
pandang, berpikir, bersikap, berucap dan
bertingkah laku dalam kehidupan seharihari. Orang berkarakter berarti orang yang
berkepribadian,
berperilaku,
bersifat,
bertabiat, atau berwatak. Dengan makna
seperti itu berarti karakter identik dengan
kepribadian atau akhlak. Kepribadian
merupakan ciri, karakteristik, atau sifat
khas diri seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan, misalnya keluarga pada masa
kecil dan bawaan sejak lahir.


2

Menurut
Syamsul
Kurniawan
(2016) dalam Refi Swandar (2017)
karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan
YME, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan
dan perbuatan berdasarkan norma-norma,
hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat.
Menurut Purbakawatja dan Harahab
dalam (2013) Muhibbin Syah pendidikan
adalah: … usaha secara sengaja dari orang
dewasa untuk dengan pengaruhnya
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang
selalu diartikan mampu menimbulkan

tanggung jawab moral dari segala
perbuatannya.
Individu dapat dikatakan memiliki
karakter baik atau unggul adalah seseorang
yang berusaha melakukan hal yang baik
terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, potensi (pengetahuan) dirinya
dan disertai dengan kesadaran emosi dan
perasaannya.
Karakter yang menajdi acuan seperti
yang terdapat dalam The Six Pillars of
Character yang dikeluarkan oleh Character
Counts! Coalition (A Projec Of The Joseph
Institute of Ethics) dalam Charisiana (2005)
Enam jenis karakter tersebut adalah:
a. Thustworthiness, bentuk karakter yang
membuat
seseorang
menjadi
berintegrasi, jujur dan loyal.

b. Fainsess, bentuk karakter yang
membuat seseorang memiliki sikap
tidak suka memmanfaatkan orang lain.
c. Caring, bentuk karakter yang membuat
seseorang memiliki sikap peduli dan
perhatian terhada orang lain maupun
kondisi sosial lingkungan sekitar.
d. Respect,
bentuk
karakter
yang
membuat seseorang selalu menghargai
dan menghormati orang lain.
e. Citizenship, bentuk karakter yang
membuat seseorang sadar hukum dan

peraaturan serta peduli terhadap
lingkungan alam.
f. Responsibility, bentuk karakter yang
membuat seseorang bertanggungjawab,

disiplin dan selalu melakukan sesuatu
sebaik mukin.
Barnawi dan M. Arifin (2012) Tujuan
dari pendidikan karakter tidal lain adalah
terjadinya perubahan perilaku pada
mahasiswa yang mengikuti program
Rusunawa Al-Manar yang meliputi:
perubahan kognitif, afektif dan psimotorik.
Gambar 1. Tujuan pendidikan karakter.
Kogniti
f
Knowing
Berilmu dan
Berkarakter

Afektif

Doing

Psikomotorik

Beeing
live together

3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan
yang
digunakan
adalah
memalui
pendekatan studi kasus. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002), pendekatan studi kasus
Artinya data yang dikumpulkan bukan
berupa angka-angka melainkan data
tersebut berasal dari naskah wawancara,
angket, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan memo dan dokumen resmi lainnya.
Penggunaan pendekatan studi kasus pada
penelitian ini adalah dengan mencocokan
antara realita empirik dengan teori yang
berlaku dengan menggunakan pola berpikir
deduktif.
Penelitian ini peneliti bertindak
sebagai pengumpul data dan instrument
aktif dalam mengumpulkan data-data di
lapangan.
Sedangkan
instrumen
pengumpulan data selain pelaku dalam
penelitian adalah berbagai bentuk alat-alat
bantu dan berupa dokumen-dokumen
lainnya yang dapat digunakan untuk
menunjang keabsahan hasil penelitian,

3

namun berfungsi sebagai instrumen
pendukung. Oleh karena itu kehadiran
peneliti secara langsung dilapangan
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan
untuk memahami kasus yang diteliti.
Sehingga bisa dikatakan kehadiran peneliti
terlibat dan aktif langsung dengan informan
dan data-data penunjang dalam peneltian
ini.
Pada
penelitian
Implementasi
Pendidikan Karakter Berbasis Rusunawa
Al-Manar
Universitas Muhammadiyah
Ponororo, peneliti bertindak aktif sebagai
partisipan selama penelitian berlangsung.
Peneliti akan akan hadir di lapangan pada
bulan februari 2016. Peneliti akan
melakukan wawancara untuk proses
pengumpulan data dengan pendamping
Musyrif dan Mudabbir di Rusunawa Almanar
Universitas
Muhammadiyah
Ponorogo. Selain itu peneliti juga akan
melakukan observasi dan dokumentasi guna
memenuhi data yang diinginkan.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan
di Rusunawa Al-Manar Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, yang bertempat
di Jln. Pramuka. 14 Kecamatan Siman,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
Implementasi Pendidikan Karakter Religius
pada Rusunawa Al-Manar Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
a. Data tentang pelaksanaan pendidikan
karakter Religius di Rusunawa AlManar, dengan responden Mudir,
Musyrif dan Mudabbir Rusunawa AlManar.
b. Data tentang Implemantasi pendidikan
karakter religius Rusunawa Al-Manar
Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
dengan responden mahasiswa yang
menngikuti program Rusunawa AlManar yang jumlah 15 santri.
c. Data tentang faktor penghambat dan
pendukung implementasi pendidikan
karakter, dengan responden Mudir,
Musyrif, Muddabir dan santri.

Jenis pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan
Observasi, Interview (Wawancara) serta
dokumentasi.
Teknik
analisis
data
kualitatif,
mengikuti
konsep
yang
diberikan Miles and Huberman dan
Spradley. Miles and Huberman (1984),
mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus
menerus pada setiap tahapan penelitian
sehingga sampai tuntas, dan datanya
sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu data reduction, data display,
dan
conclusion
drawing/verification.
Langkah-langkah analisis ditunjukan pada
gambar berikut:
Gambar II. Analisa Data Interaktif
Model Miles dan Huberman

a. Data Display (Penyajian Data)
Di dalam penelitian kualitatif,
penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam
hal ini Miles dan Huberman menyatakan
“the most frequent form of display data for
qualitative research data in the past has
been narrative tex”, yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif.
Penelitian pendidikan karakter
Religius pada Program Rusunawa AlManar data display-nya berupa uraian
singkat tentang Rusunawa al-Manar, selain
itu bagan-bangan dan table tentang data

4

mahasiswa, susunan kepanitiaan serta
sarana dan prasarana yang ada.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya,
dan
mencarinya
bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan elektronik seperti
komputer mini, dengan memberikan kode
pada aspek-aspek tertentu.
Reduksi data yang dimaksud dalam
penelitian yang berjudul implemetasi
pendidikan karakter religius Rusunawa AlManar adalah mengklasifikasikan data dari
data display menjadi lebih sepesifik lagi
untuk memudahkan dalam penelitian.
Diantara data yang telah diklasifikasikan
dan data pengajar, data mahasiswa, data
sarana dan prasarana di Asrama Rusunawa
Al-Manar.
c. Conclusion
Drawing/Verification
(Penarikan Kesimpulan)
Menurut Sugiyono Langkah ketiga
dalam analisis data kualitatif menurut Miles
and
Huberman
adalah
penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat
peneliti
kembali
kelapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.

Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian ini penulis menguji
keabsahan data dengan cara sebagai
berikut:
a. Perubahan
karakter
Religius
Mahasiswa Al-Manar
Perubahan karakter religius berarti
melakukan pengamatan secara lebih
cermat/ mendalam dan berkesinambungan
(continue). Dengan cara tersebut maka data
akan didapatkan secara urut peristiwanya
(sistematis).
b. Triangulasi
Menurut
William
Wiersma
triangulasi diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Triangulasi
dilakukan dengan cara triangulasi teknik,
sumber data, dan waktu. Triangulasi teknik
dilakukan dengan cara menanyakan hal
yang sama dengan teknik yang berbeda,
yaitu dengan wawancara, obsevasi dan
dokumentasi. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara menanyakan hal yang sama
melalui sumber yang berbeda
dalam
penelitian ini trigulasi sumber datanya
adalah datanya adalah Mudir dan Kepala
kantor BP3DI. Triangulasi waktu artinya
pengumpulan
data
pada
berbagai
kesempatan, pagi, siang dan sore hari.
c. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang
tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian
hingga
pada
saat
tertentu.Melakukan analisis kasus negatif
berarti peneliti mencari data yang berbeda
atau bertentangan dengan data yang telah
ditemukan.Bila tidak ada lagi data yang
berbeda atau bertentangan dengan temuan,
berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya.
d. Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi yang
dimaksud di penelitian ini adalah dengan
bahan referensi
pendukung untuk

5

membuktikan data yang telah ditemukan
oleh peneliti, contoh: data hasil wawancara
perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara dan data hasil kegiatan
pembelajaran didukung dengan adanya
foto.
e. Mengadakan Member Check
Member check adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Apabila data
yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti datanya tersebut valid.
4. Pembahasan
Wawancara dilakukan dengan intensif
terhadap 14 orang narasumber kunci yang
dilakukan Asrama di Rusunawa Al-Manar
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Narasumber yang berhasil diwawancarai
secara intensif adalah Wawan Kusnawan,
Nurul Abidin, Mahmudim, Taufik Pribadi,
Guritno, Robi Acha, Dhohir Derbi, Memo
Valentino Hota Gaol dan Torik Tamimi,
Sandi, Nurkholis, Muhammad Ghulam
Faza dan Muslih.
Wawancara dengan narasumber bapak
wawan kusnawan, Nurul Abidin, dan Aip
Sugiarto di lakukan pada hari Jum’at, 01
April 2016; narasumber; sementara
wawancara dengan saudara Mahmudin,
Taufik Pribadi, Guritno, Robi Acha, Dhohir
Derbi, Memo Valentino Hota Gaol dan
Torik
Tamimi,
Sandi,
Nurkholis,
Muhammad
Ghulam
Faza
dan
Muslih.dilakukan pada sabtu, 02 April
2016.
Data yang tidak terungkap melalui
wawancara, dilengkapi dengan data hasil
observasi langsung secara partisipatif yang
dilakukan rentang waktu pada bulan
Februari-April untuk memperkuat hasil
wawancara dan observasi maka dilakukan

penelusuran terhadap dokumen dan arsip
yang ada. adapun hasil penelusuran itu
mengasilkan data sebagai berikut:
1. Program Rusunawa Al-Manar
Rusunawa Al-Manar merupakan salah
satu program pesantren yang wajib diikuti
oleh mahasiswa selama satu bulan penuh.
Program ini dinamakan Rusunawa AlManar
dikarenakan
tempat
santri
melakukan program ini berada di rusunawa
yang memamg didesain khusus untuk
pembelajaran seperti layaknya pondok
pesantren.
Program Rusunawa Al-Manar dimulai
pada tahun 2014 oleh Universitas
Muhammadiyah ponorogo selaku lembaga
yang mendirikan.
“Sebenarnya
rencana
untuk
mendirikan
pondok
Pesantren
Mahasiswa ini telah lama digagas
oleh Rektorat. Bahkan, jauh sebelum
Asrama di Rusunawa Al-Manar
berdiri, namun dengan penuh
pertimbangan akirnya Asrama di
Rusunawa Al-Manar baru dapat
berdiri pada tahun 2014.”
2. Implementasi pendidikan
religius rusunawa Al-Manar

karakter

Implementasi pendidikan karakter
religius di Rusunawa Al-Manar dimulai
sore hari tepatnya pukul 17.00 WIB dengan
membaca al-Maksurot secara berjamaah di
masjid Al-Manar sampai shalat Maghrib
yang di pimpin oleh Musrif. Apabila ada
santri yang terlembat tidak melakukan alMaksurot maka mereka akan medapatkan
punisment dari Muddabir.
“kegiatan pada sore hari pada
program Rusunawa Al-Manar
adalah membaca Al-Maksurot
bersama-sama, biasanya dari jam
15.00 WIB sampai 18.00 WIB.
Disitu mereka dapat belajar

6

membaca Al-Qur’an bagi yang
belum bisa.”
Setelah itu, Program dilanjutkan
dengan shalat berjama’ah di Masjid AlManar. Salah satu Musyrif menjadi imam
shalat, sementara santri bergantian untuk
azan dan iqomah. Setelah selesai shalat,
perwakilan santri mengisi khultum (kuliah
tujuh menit) diatas mimbar. Pemateri
khultum selalu bergantian setiap harinya.
“kegiatan yang dilakukan di sini
bersifat religi, selesai shalat Magrib
para santri bergiliran setiap harinya
untuk khultum di masjd”.
Setelah mereka selesai belajar pada
pukul 21.00 WIB para santri tidur. Setelah
itu pukul 03.00 WIB mereka dibangunkan
untuk melaksanakan shalat Tahajjud
berjama’ah di masjid Al-Manar.
Seperti pondok pada umumnya, pada
malam hari para santri melakukan
shalat Tahajjud berjama’ah di masjid
Al-Manar, hingga menunggu Azan
Subuh.
Tidak berhenti disitu, pendidikan
karakter
religius
pada
program
Rusunawa Al-Manar berlanjut setiap
hari minggu pagi.
Gambar III. Agenda Penugasan Pada
Hari Akad
No
1

2
3

4

Agenda
Mengikuti
Pengajian
Akad Pagi
Ngaji on The
Road
Mengikuti
Pengajian
Akad Pagi
Ngaji on The
Road

Ketera
ngan
Minggu 1

Minggu 2
Minggu 3

Minggu 4

Pada hari minggu, para santri
mengikuti kegiatan keislaman sebagai

penugasan bagi mereka. Pada minggu
pertama dan ke tiga mereka mengikuti
kegitan pengajian Akad Pagi. Pengajian
Akad Pagi adalah pengajian rutin yang
dilaksanakan setiap hari minggu oleh
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
sebagai penyelenggaranya.
Sementara, ngaji on the Road adalah
kegiatan membaca Al-Qur’an yang
dilakukan di jalan-jalan. Kegiatan ini
bertujuan untuk mengenalkan kepada santri
bahwa membaca al-Qur’an itu sangat
penting dimanapun dan kapanpun.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Implementasi Pendidikan Karakter
Rusunawa Al-Manar
Menurut Zubaedi dalam faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan
karakter diantaranya:
1. Faktor Insting (naluri)
2. Adat/kebiasaan
3. Keturunan
4. Lingkungan atau milieu
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan Mudir, Musyrif dan Muddabir
Faktor pendukung keberhasilan Rusunawa
Al-Manar Pertama adalah adat/ kebiasaan.
Kegiatan program Rusunawa Al-Manar
menjadikan kebiasaan yang baik bagi
santri. Kebiasaan adalah menjadikan
kegiatan baik yang dilakukan secara
continue sehingga para santri terbiasa
menggunakan kebiasaaan itu.
Kedua , lingkungan. Lingkungan dapat
mendukung
implementasi
pendidikan
karakter. Dimana seseorang akan memiliki
karakter baik manakala lingkungannya baik
demikian pula
sebliknya.
Didakam
pendidikan Karakter Rusunawa Al-manar
berusaha untuk menjadikan lingkungan
religius yang bertujuan untuk pembentukan
karakter baik bagi para santri.

7

Faktor penghambat pendidikan karakter
religus di Rusunawa Al-Manar pertama,
faktor dari mahasiswa. Sebagian mahasiswa
belum
dapat
menginternalisasikan
pendidikan karakter religius kedalam
dirinya, sehingga ia kurang kesadaran apa
yang ia lakukan pada Program Rusunawa
Al-Manar. Bahkan ada santri yang
beranggapan bahwa mengikuti program
semacam
ini
hanya
menggugurkan
kewajiban sebagai mahasiswa. Kedua
koordinasi Mudir kepada Musyrif dan
Muddabir yang lemah. Ada beberapa
Musyrif yang kurang paham dengan
tugasnya. Sementara Mudir tidak melihat
hal itu. Dampaknya adalah adalah
lemahnya pembagian tugas. Ada musyrif
dan Muddabir yang tugasnya banyak,
adapula yang tugasnya sedikit bahkan ada
yang datang dan pulang lebih awal dari
pada yang lainnya.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1.Kesimpulan
a. Program Rusunawa Al-Manar
Rusunawa Al-Manar merupakan
salah satu program pesantren yang
wajib diikuti oleh mahasiswa
selama satu bulan penuh. Biasanya
mahasiswa baru dibagi secara acak
menjadi beberapa gelombang dan
setiap gelombang berakir pada awal
bulan. Program ini dinamakan
Rusunawa Al-Manar dikarenakan
tempat santri melakukan program
ini berada di rusunawa yang
memamg didesain khusus untuk
pembelajaran
karakter
seperti
layaknya pondok pesantren pada
umumnya.
b. Implementasi pendidikan karakter
religius
Rusunawa
Al-Manar
dilakukan dengan melihat program
pengajarannya.
Program
Pembelajaran Rusunawa Al-Manar
tidak hanya dilakukan dengan

memperkaya teori tetapi juga
melatih mereka untuk memiliki
karakter religius. Program kegian itu
adalah Pertama, pembacaan AlMa’surot,
khultum
secara
bergantian dan Shalat Malam secara
berjama’ah tidak hanya itu Program
Rusunawa
Al-Manar
juga
memberikan penugasa setiap hari
minggu. Penugasan ini adalah
mereka harus mengikuti pengajian
Akad Pagi atau Ngaji On The Road.
c. Faktor Pendukung adat/ kebiasaan
dan lingkungan dan Penghambat
Implementasi
Pendidikan
Karakter Religius faktor dari
mahasiswa. Sebagian mahasiswa
belum dapat. Kedua koordinasi
Mudir
kepada
Musyrif
dan
Muddabir yang lemah.
5.2.Saran
Dalam
rangka
turut
menyumbangkan
pemikiran
yang
berkenaan
dengan
Implementasi
Pendidikan Karakter Religius pada
Program Rusunawa Al-Manar:
a) Bagi peneliti sebaiknya lebih
mengembangkan
wawasannya
dalam hal pendidikan karakter di
Perguruan
Tinggi.
Guna
menghasilkan temuan lain terkait
dengan pendidikan karakter.
b) Bagi
mahasiswa
sebaiknya
menambah
motivasi
dalam
mengikuti kegiatan Rusunawa AlManar. Internalisai karakter religius
akan sulit didapatkan manakala
dalam hatinya terdapat masih
kurang kesadaran diri dalam
melakukan pendidikan karakter.
c) Bagi para Mudir, Musyrif dan
Muddabir
hendaknya
saling
memperkuat koordinasi.

8

Daftar Pustaka
Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter
Strategi
Membangun
Karakter
Bangsa Berperadaban. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter NonDikotomik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Samani, M. Hariyanto. 2012. Pendidikan
Karakter
Konsep
dan
Model.
Bandung: PT. Remaja Rosydakarya.
Dharmawan, S. Implementasi Pendidikan
Karakter Bangsa Pada Mahasiswa di
Perguruan Tinggi: Makalah.
Syah M. 2013. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, Bandung:
PT Remaja Rosydakarya Offset.
Charisiana, W. 2005. Upaya Penerapan
Pendidikan bagi Mahasiswa . Jurnal
Teknik Industri Surabaya: Karya
Ilmiah.
Barnawi. Arifin, M. 2012. Strategi dan
Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter.
Yogyakarta:
Ar-Ruzz
Media.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Swandar, R. 2017. Impelentasi Pendidikan
Karakter Religius di SD Budi Mulia
Dua Sedayu bantul. Yogyakarta:
Jurnal Pendidikan: Karya Ilmiah.
Koentjaraningrat. 1996. Metode-Metode
Penelitian Masyarakat : Jakarta:
Sarasin.
Muhadjir, N. 1996. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin.

Penguatan Pendidikan Karakter Melalui
Kegiatan Hisbul Wathan di Perguruan
Tinggi Muhammadiyah

wawancara dengan ustad Nurul Abidin, MA.
M.Ed pada tanggal 01 April 2016.

9