PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR

PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN
MENERAPKAN JURNAL BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN
THINK PAIR SHARE MATAPELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN DI
SMKN 2 MALANG

Tri Maryati
Drs. Sujono, M.T
Drs. Slamet Wibawanto, M.T.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Malang
Artikel ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi.

Malang, 13 Mei 2013
Pembimbing I

Drs. Sujono, M.T.
NIP 19510505 198201 1 001

Malang, 13 Mei 2013
Pembimbing II


Drs. Slamet Wibawanto, M.T.
NIP. 19610713 198601 1 001

PERBEDAAN METAKOGNITIF DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DENGAN
MENERAPKAN JURNAL BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN
THINK PAIR SHARE MATAPELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN DI
SMK NEGERI 2 MALANG
Tri Maryati
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika,
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
E-mail : tri_marya56@yahoo.co.id
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan keterampilan, kesadaran,
metakognitif dan hasil belajar siswa di SMK Negeri 2 Malang pada mata pelajaran kompetensi
kejuruan yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan
jurnal belajar dan model pembelajaran think pair share . Penelitian ini menggunakan desain
eksperimen semu (quasy experimental design) dengan pola pretest-posttest control group design.
Variabel bebas adalah model pembelajaran dan variabel terikat adalah keterampilan, kesadaran,
metakognitif dan hasil belajar siswa. Populasi adalah seluruh siswa kelas X. Penentuan sampel

menggunakan teknik sampling pertimbangan (purposive sampling) sehingga diperoleh kelas X
TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X TKJ 2 sebagai kelas kontrol. 2 kelas tersebut
homogen dilihat dari nilai tugas dan ulangan harian sebelumnya serta pertimbangan dari guru
kelasnya. Hasil dalam penelitian ini adalah : 1) terdapat perbedaan keterampilan metakognitif yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan
menerapkan jurnal belajar dan think pair share ; 2) tidak terdapat perbedaan kesadaran
metakognitif yang signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share
dengan menerapkan jurnal belajar dan think pair share; 3) terdapat perbedaan metakognitif yang
signifikan antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan
menerapkan jurnal belajar dan think pair share ; 4) terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan
antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran think pair share dengan menerapkan jurnal
belajar dan think pair share.
Kata Kunci: Metakognitif, Hasil Belajar, Think Pair Share, Jurnal Belajar, SMK Negeri 2 Malang
ABSTRACT : This study aims to determine differences in skills, awareness,
metacognitive and learning outcomes of students in SMK Negeri 2 Malang on vocational
competence subjects treated with a think pair share learning model by applying the journal
learning and learning models think pair share.This study uses a quasi-experimental design (Quasy
experimental design) with the pattern of pretest-posttest control group design. The independent
variable is the learning model and the dependent variable is the skill, awareness, metacognitive
and student learning outcomes. Population is all students in grade X. The samples using judgment

sampling technique (purposive sampling) in order to obtain TKJ X class as class 1 and class X
experiments TKJ 2 as the control class. The second class of homogeneous seen from the previous
tasks and daily tests of judgment and class teacher. The results in this study are: 1) there is a
significant difference between the metacognitive skills of students who are taught to think pair
share learning model on journal learning and think pair share, 2) there are no significant
differences in metacognitive awareness among the students who are taught to think pair share
learning model on journal learning and think pair share, 3) there are significant differences in
metacognitive between students who are taught to think pair share learning model on journal
learning and think pair share, 4) there are significant differences in learning outcomes between
students who are taught to think pair share learning model on journal learning and think pair share.
Keywords: Metacognitive, Learning Outcomes, Think Pair Share, Journal Learning, SMK Negeri
2 Malang

Menurut Syaiful (2011) bahwa
metakognitif adalah kesadaran berpikir
seseorang tentang proses berpikirnya
sendiri. Sedangkan kesadaran berpikir
adalah kesadaran seseorang tentang apa
yang diketahui dan apa yang akan
dilakukan. Kemudian menurut Desmita

(2009) metakognitif merupakan
kemampuan di mana individu berdiri di
luar kepalanya dan mencoba untuk
memahami cara ia berpikir atau
memahami proses kognitif yang
dilakukannya dengan melibatkan
komponen-komponen perencanaan
(self- planning), pengontrolan (selfmonitoring), dan evaluasi (selfevaluation).
Kompetisi dalam dunia kerja
mengharapkan lulusan yang
berkompeten baik dari kognitif, afektif
dan psikomotorik. Selain itu pentingnya
mengukur keterampilan dan kesadaran
metakognitif untuk mengetahui tingkat
kemandirian siswa dalam
merencanakan, memonitoring dan
mengevaluasi pekerjaan sendiri. Oleh
karena itu, diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan siswa bekerjasama dalam

belajar bagaimana merencanakan,
memonitoring, dan mengevaluasi.
Dalam Arikunto (2012) bahwa
prinsip dalam pendidikan adalah tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran
dan evaluasi. Pentingnya menulis jurnal
belajar sebagai rekaman refleksi sesaat
setelah kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan kenyataan diatas, dalam
penelitian ini diterapkan kolaborasi
model pembelajaran think pair share

dengan menerapkan jurnal belajar.TPS
merupakan suatu model yang
memfokuskan siswa dalam berdiskusi
dalam memecahkan permasalahan.
Jurnal belajar merupakan kegiatan
siswa menuliskan kesan pelajaran, apa
yang dipahami, apa yang belum
dipahami dan alasannya, cara mengatasi

serta cara pengayaan sebagai wadah
refleksi diri terhadap proses
pembelajaran.
METODE
Rancangan penelitian ini adalah
eksperimental semu (quasi
eksperimental) dengan desain pretestposttest control group design karena
tidak dilakukan random pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
(Sugiyono, 2009:78). Pada kelas
eksperimen diberikan perlakuan model
think pair share dengan menerapkan
jurnal belajar, sedangkan pada kelas
kontrol diberikan perlakuan model
think pair share. Untuk mengetahui
kemampuan awal siswa digunakan pretest. Untuk mengetahui metakognitif
siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh dari nilai kesadaran
dan keterampilan metakognitif
selanjutnya diuji prasyarat. Untuk

mengetahui hasil belajar pada standar
kompetensi mendiagnosis
permasalahan pengoperasian PC dan
peripheral untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh dari nilai
diskusi, nilai praktikum, nilai afektif
dan nilai post-test selanjutnya diuji
prasyarat. Uji beda rata digunakan
untuk mengetahui perbedaan
metakognitif dan hasil belajar antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X TKJ SMK Negeri
2 Malang semester genap tahun ajaran
2012/2013. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik
sampling pertimbangan (purposive
sampling). Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kelas X TKJ

1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X
TKJ 2 sebagai kelas kontrol yang
masing-masing berjumlah 37 siswa.
HASIL PENELITIAN
Data Kemampuan Awal Siswa
Data ini merupakan kemampuan
siswa sebelum diberi perlakuan yang
diperoleh dari nilai pre test. Data
kemampuan awal siswa dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas. Hasil uji
normalitas kemampuan awal siswa
menggunakan SPSS 19 diketahui
bahwa nilai Asymp Sig. (2-tailed) pada
kelas eksperimen 0,072 (0,072 > 0,05)
dan pada kelas kontrol 0,644 (0,644 >
0,05) maka data kemampuan awal
kedua kelas terdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas kemampuan awal
siswa diperoleh nilai Sig. 0,121(0,121 >

0,05) maka data kemampuan awal
kedua kelas homogen.Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai
kemampuan yang setara.
Keterampilan Metakognitif Siswa
Kemudian nilai rerata
keterampilan metakognitif pada kelas
eksperimen (80,71) lebih tinggi dari
pada kelas kontrol (67,84). Grafik
perbedaan keterampilan metakognitif
kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Grafik Perbedaan Keterampilan
Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data
keterampilan metakognitif diperoleh

Asymp. Sig (2-tailed) pada kelas
eksperimen 0.502 (0,502 > 0,05) dan
pada kelas kontrol 0,975 (0,975 > 0,05).
Sehingga data keterampilan
metakognitif siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
terdistribusi normal. Hasil uji
homogenitas dari data keterampilan
metakogntif siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh Sig. 0,341
(0,341 > 0,05) maka data tersebut
homogen. Hasil uji hipotesis (uji-t)
keterampilan metakognitif siswa
menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,00 (0,00
< 0,05) sehingga terdapat perbedaan
keterampilan metakognitif siswa kelas
eksperimen dengan nilai rata
keterampilan metakognitif lebih tinggi
daripada kelas kontrol.
Kesadaran Metakognitif Siswa

Nilai rerata kesadaran
metakognitif pada kelas eksperimen
(70,81) lebih tinggi dari pada kelas
kontrol (65,77). Grafik perbedaan
kesadaran metakognitif pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen dapat
dilihat pada Gambar 1.2.

(66,80). Grafik perbedaan metakognitif
pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dilihat pada Gambar
1.3.

Gambar 1.2 Grafik Perbedaan Kesadaran
Metakognitif pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data
kesadaran metakognitif diperoleh
Asymp. Sig (2-tailed) pada kelas
eksperimen 0.429 (0,429 > 0,05) dan
pada kelas kontrol 0,718 (0,718 > 0,05).
Sehingga data kesadaran metakognitif
siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol terdistribusi normal. Hasil uji
homogenitas dari data kesadaran
metakogntif siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh Sig. 0,069
(0,069 > 0,05) maka data tersebut
homogen. Hasil uji hipotesis (uji-t)
kesadaran metakognitif siswa
menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,057
(0,057 > 0,05) sehingga terdapat tidak
terdapat perbedaan kesadaran
metakognitif siswa kelas eksperimen
dengan nilai rata kesadaran
metakognitif lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Metakognitif Siswa
Nilai metakognitif siswa
diperoleh dari nilai kesadaran
metakognitif (50%) dan keterampilan
metakognitif (50%) setelah diberi
perlakuan. Sehingga nilai rerata
metakognitif pada kelas eksperimen
(75,76) lebih tinggi dari kelas kontrol

Gambar 1.3 Grafik Perbedaan Metakognitif
pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data
metakognitif diperoleh Asymp. Sig (2tailed) pada kelas eksperimen 0.442
(0,442 > 0,05) dan pada kelas kontrol
0,973(0,973 > 0,05). Sehingga data
metakognitif siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol
terdistribusi normal. Hasil uji
homogenitas dari data metakogntif
siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol diperoleh Sig. 0,293 (0,293 >
0,05) maka data tersebut homogen.
Hasil uji hipotesis (uji-t) metakognitif
siswa menunjukkan Sig. (2-tailed) 0,00
(0,00 < 0,05) sehingga terdapat
perbedaan metakognitif siswa kelas
eksperimen dengan nilai rata
metakognitif lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa
diperoleh dari nilai diskusi (10%), nilai
praktikum (40%), nilai afektif (20%)
dan nilai post test (30%) setelah diberi
perlakuan. Nilai rerata diskusi pada

kelas eksperimen (92,32) lebih tinggi
dari pada kelas kontrol (91,37); Nilai
rerata praktikum pada kelas eksperimen
(89,14) lebih tinggi dari pada kelas
kontrol (87,05); nilai rerata afektif pada
kelas eksperimen (78,72) kurang dari
pada kelas kontrol (79,87); nilai rerata
post-test pada kelas eksperimen (81,14)
lebih tinggi dari pada kelas kontrol
(71,68). Sehingga rerata hasil belajar
pada kelas eksperimen (84,87) lebih
tinggi dari pada kelas kontrol (81,44).
Grafik perbedaan hasil belajar pada
kelas kontrol dan kelas eksperimen
dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Grafik Perbedaan Hasil Belajar
pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil uji normalitas dari data
hasil belajar diperoleh Asymp. Sig (2tailed) pada kelas eksperimen 0.936
(0,936 > 0,05) dan pada kelas kontrol
0,851(0,851 > 0,05). Sehingga data
hasil belajar kedua kelas terdistribusi
normal. Hasil uji homogenitas dari data
hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh
Sig. 0,816 (0,816 > 0,05) maka data
tersebut homogen.Uji hipotesis (uji-t)
hasil belajar menunjukkan Sig. (2tailed) 0,00 (0,00 < 0,05) maka terdapat
perbedaan hasil belajar siswa kelas

eksperimen dengan nilai rata hasil
belajar lebih tinggi daripada kelas
kontrol.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan
analisis uji normalitas, homogenitas dan
uji hipotesis menunjukkan bahwa :
Perbedaan Keterampilan
Metakognitif
Adanya perbedaan karena jurnal
belajar sebagai pembeda antara
pelakuan kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Jurnal belajar sebagai wadah
pembelajaran merupakan penerapan
salah satu strategi metakognitif yaitu
monitoring dan refleksi. Kesimpulan ini
sejalan dengan teori Blakey dan Spence
(2000) dalam Puryanto (2010) bahwa
keterampilan metakognitif dapat
meningkat jika di dukung dengan
perilaku metakognitif yaitu :
mengidentifikasi apa yang diketahui
dan apa yang tidak diketahui siswa,
membicarakan berpikir untuk
merencanakan & memecahkan
masalah, membiasakan membuat jurnal
belajar, membuat perencanaan &
pengaturan diri sendiri, penguraian
kembali proses berpikir, dan membuat
evaluasi diri.
Perbedaan Kesadaran Metakognitif
Tidak adanya perbedaan ini
terjadi karena jurnal belajar yang
diterapkan pada kelas eksperimen
belum bisa mempengaruhi nilai
kesadaran metakognitif siswa kelas
eksperimen. Temuan dalam penelitian
yang mendukung yaitu sebagai berikut :
1) Pembiasaan menulis jurnal belajar
merupakan salah satu kunci dalam
meningkatkan kesadaran metakognitif.
Dari penelitian pada kelas eksperimen

menunjukkan bahwa pembiasaan
penerapan menulis jurnal belajar
sebaiknya lebih dari 4 kali pertemuan.
2) Membuat evaluasi diri adalah syarat
untuk meningkatkan kesadaran
metakognitif. Dalam membuat evaluasi
diri perlu adanya hubungan antara
evaluasi diri siswa dan tanggapan dari
guru. Dalam penelitian ini keterlibatan
guru masih kurang dalam memberi
tanggapan terhadap evaluasi diri siswa.
Keterbatasan guru dalam memberi
umpan balik pada hasil evaluasi diri
siswa menyebabkan evaluasi diri siswa
tidak maksimal. Umpan balik guru
sebaiknya dilakukan secara periodik,
dimana jika hari ini siswa menulis
jurnal belajar maka keesokkan hari
sudah mendapatkan jurnal belajarnya
beserta umpan balik guru terhadap
perkembangan belajar pada pelajaran
hari itu . Sehingga siswa dapat
melakukan evaluasi di rumah terhadap
pembelajarannya. Jadi, siswa dapat
lebih baik dalam menerima pelajaran
berikutnya. 3)Berdasarkan hasil
penelitian nilai kesadaran kelas
eksperimen sedikit lebih unggul jika
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Namun ketika dilakukan uji-t
menunjukkan tidak ada perbedaan.
4) Model pembelajaran think pair share
kurang mendorong siswa dalam
merencanakan tugas dan memecahkan
masalah seperti model pembelajaran
project based learning sehingga
kesadaran metakognitif hanya sedikit
meningkat.
Perbedaan Metakognitif
Adanya perbedaan ini terjadi
karena jurnal belajar sebagai pembeda
antara perlakuan yang diberikan pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pada kelas eksperimen menggunakan
model pembelajaran think pair share
dengan menerapkan jurnal belajar dan
pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran think pair share. Temuan
dalam penelitian yang mendukung yaitu
sebagai berikut :
a) Model pembelajaran think pair share
dengan menerapkan jurnal belajar,
siswa diberikan kesempatan untuk
berpikir pada 4 tahap yaitu :
1) Think
Pada tahap ini siswa berfikir
dalam merencanakan pengerjaan tugas
sehingga komponen kesadaran
metakognitif yaitu Regulation of
Cognition pada indikator planning
mulai bekerja. Selanjutnya komponen
kesadaran metakognitif yaitu
Knowledge of Cognition pada indikator
Declarative Knowledge mulai bekerja
dimana siswa mendeklarasikan 3 faktor
yaitu faktor dirinya sendiri, faktor tugas
yang akan dikerjakan, dan faktor
strategi yang dapat dilakukan untuk
mengerjakan tugas. Selanjutnya siswa
telah secara mandiri memikirkan cara
pengerjaan untuk menyelesaikannya
sehingga komponen metakognitif yaitu
Knowledge of Cognition pada indikator
procedural knowledge telah mulai
bekerja.
2) Pair
Pada tahap ini siswa saling
bertukar pikiran dengan teman
pasangannya untuk saling melengkapi
atau memonitor diri terhadap argumen
masing-masing. Sehingga komponen
kesadaran metakognitif yaitu
Regulation of Cognition pada indikator
planning, information management

strategies, comprehension monitoring,
dan debugging strategies telah mulai
bekerja pada tahap berpasangan.
Perencanaan (planning) di atur kembali
setelah sebelumnya masing-masing
siswa telah merencanakan pengerjaan
dengan strategi pengerjaan masingmasing, sehingga pada tahap ini terjadi
pengaturan strategi pengerjaan dari 2
orang sehingga terjadi pertukaran
pendapat yang menghasilkan 1 strategi
yang disepakati oleh 2 orang
(information management strategies).
Selanjutnya comprehension monitoring
dilakukan pada saat mengerjakan tugas
dengan strategi yang telah disepakati
bersama (debugging strategies)
kemudian siswa melakukan self
monitoring untuk memantau kinerja
apakah masih dalam koridor
perencanaannya apa tidak dan jika
memang tidak sesuai maka tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya
bagaimana (Knowledge of Cognition
pada indikator conditional knowledge).
3) Share
Pada tahap ini siswa melakukan
presentasi terhadap hasil kerja yang
dilakukan perkelompok dalam kelas
yang kemudian ditanggapi oleh temantemannya dari kelompok yang lain
sehingga siswa dapat mengevaluasi
hasil pemikiran mereka dalam
mendapatkan jawaban atau solusi
terbaik dalam pelaksanaan tugas yang
diberikan (Regulation of Cognition
pada indikator Evaluation).
4) Learning of Journal
Pada saat menulis jurnal belajar
maka siswa telah melakukan salah satu
komponen keterampilan metakognitif
yaitu evaluasi. Dengan menuliskan

komponen-komponen dalam jurnal
belajar siswa telah merefleksikan
kesadaran metakognitifnya sendiri.
Berikut ini adalah komponenkomponen dalam jurnal belajar beserta
hubungannya terhadap mendukung
kesadaran metakognitif siswa. 1) Kesan
terhadap pelajaran. Siswa melakukan
evaluasi (Regulation of Cognition pada
indikator Evaluation) terhadap
komponen kesadaran metakognitif yaitu
Knowledge of Cognition pada indikator
declarative knowledge dimana siswa
melakukan evaluasi terhadap diri
sendiri dan juga terhadap orang lain.(2)
Materi yang telah dipahami.Siswa
melakukan evaluasi (Regulation of
Cognition pada indikator Evaluation)
terhadap pengetahuan yang telah
diperoleh dengan strategi yang telah
berhasil dilakukan pada penyelesaian
tugasnya (Knowledge of Cognition
pada indikator procedural dan
conditional knowledge).(3) Materi yang
belum di pahami. Siswa melakukan
monitoring dan mengevaluasi
(Regulation of Cognition pada indikator
comprehension monitoring, debugging
strategies dan evaluation) terhadap
pengetahuan yang telah diperoleh
dengan strategi yang belum berhasil
dilakukan pada penyelesaian tugasnya
(regulation of Cognition pada indikator
procedural dan conditional
knowledge).(4) Cara mengatasi. Siswa
melakukan pengaturan strategi
selanjutnya (Regulation of Cognition
pada indikator information management
strategies) untuk dapat mengatasi
masalahnya.(5) Cara pengayaan.Siswa
melakukan perencanaan yang lebih
matang (Regulation of Cognition pada

indikator planning) untuk dapat
mendapatkan hasil yang lebih baik
untuk pertemuan selanjutnya. Sehingga
dengan menuliskan komponenkomponen jurnal belajar siswa akan
bertambah pengetahuannya terkait
kesadaran metakognitif yaitu
Knowledge of Cognition pada indikator
declarative knowledge, procedural
knowledge, dan conditional knowledge.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
diketahui bahwa model pembelajaran
think pair share dengan menerapkan
jurnal belajar pada kelas eksperimen
terbukti lebih unggul mendukung
optimalisasi keterampilan, metakognitif
dan hasil belajar siswa jika
dibandingkan dengan model
pembelajaran think pair share pada
kelas kontrol. Hal ini dikarenakan pada
jurnal belajar memberikan kesempatan
yang lebih besar pada siswa untuk
memonitor proses belajarnya
(kesadaran metakognitif) dan
merancang pemikirannya yang akan
dilakukan untuk mengerjakan tugas
yang tingkat kesulitannya hampir sama
atau lebih sulit selanjutnya
(keterampilan metakognitif). Sehingga
siswa dapat menyadari kemampuan
dirinya sendiri dan mengevaluasi
ketercapaian tujuan belajar yang
diharapkan (kesadaran metakognitif).
Perbedaan Hasil Belajar
Terdapat perbedaan ini terjadi
karena adanya pembeda perlakuan yang
diberikan kepada kedua kelas selama
penelitian dilaksanakan yaitu model
pembelajaran think pair share dengan
menerapkan jurnal belajar diterapkan
pada kelas eksperimen dan model
pembelajaran think pair share

diterapkan pada kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen, guru melatih siswa
untuk melakukan aktivitas
metakognitif, yaitu : merancang apa
yang hendak dipelajari, memantau
kemajuan proses belajar dan
mengevaluasi apa yang telah dipelajari
dengan menggunakan jurnal belajar
sehingga hasil belajar yang luar biasa
dapat dicapai oleh peserta didik
(Sapa’at, 2008). Selanjutnya menurut
Coutinho (2007) terdapat hubungan
positif antara prestasi belajar dengan
metakognitif. Prestasi belajar siswa
yang memiliki tingkat metakognitif
tinggi akan lebih baik jika
dibandingkan dengan siswa yang
memiliki tingkat metakognitif rendah.
Siswa yang memiliki prestasi akademik
rendah dapat diperbaiki melalui strategi
metakognitif. Hubungan antara prestasi
belajar dengan metakognitif dapat
dilihat pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Hubungan Antara Metakognisi dan
Prestasi Akademik
(Sumber: Coutinho, 2007:41)

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah diperoleh, adapun saran
yang dapat disampaikan peneliti adalah:
1. Terdapat perbedaan keterampilan
metakognitif yang signifikan antara
siswa yang diajar dengan model

pembelajaran think pair share
dengan menerapkan jurnal belajar
dan model pembelajaran think pair
share di SMK Negeri 2 Malang.
2. Tidak terdapat perbedaan kesadaran
metakognitif yang signifikan antara
siswa yang diajar dengan model
pembelajaran think pair share
dengan menerapkan jurnal belajar
dan model pembelajaran think pair
share di SMK Negeri 2 Malang.
3. Terdapat perbedaan metakognitif
yang signifikan antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran
think pair share dengan menerapkan
jurnal belajar dan model
pembelajaran think pair share di
SMK Negeri 2 Malang.
4. Terdapat perbedaan hasil belajar
yang signifikan antara siswa yang
diajar dengan model pembelajaran
think pair share dengan menerapkan
jurnal belajar dan model
pembelajaran think pair share di
SMK Negeri 2 Malang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Guru dapat menggunakan model
pembelajaran think pair share
dengan menerapkan jurnal belajar.
Karena ini telah terbukti
keberhasilannya dalam
meningkatkan hasil belajar,
keterampilan dan metakognitif
siswa.
2. Sebaiknya perlu pembiasaan
menulis jurnal belajar agar dapat
meningkatkan kesadaran
metakognitif siswa.

3.

4.

5.

Model pembelajaran think pair
share dengan menerapkan jurnal
belajar sebaiknya dikembangkan
lagi untuk materi dan pokok
bahasan yang berbeda pada jenjang
setara maupun pada jenjang
pendidikan yang berbeda. Sehingga
kebiasaaan merefleksikan proses
belajar menjadi kebiasaan.
Sebaiknya guru dalam
menggunakan model pembelajaran
kooperatif variasi yang lain namun
tetap dengan strategi metakognitif.
Sebaiknya jurnal belajar siswa
langsung mendapatkan tanggapan
dari guru. Karena dapat menjadi
acuan untuk pelajaran pada
pertemuan selanjutnya. Kemudian
ini akan lebih baik jika bisa di
publikasikan dalam sebuah blog
atau website, karena dimungkinkan
jurnal belajar siswa akan hilang
jika di kembalikan kepada siswa.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2012. DasarDasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Desmita.2009a. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Puryanto, Edi. 2010. Peningkatan
Kemampuan Membaca Ekstensif
dengan Strategi Metakognitif Siswa
Kelas VII SMP Maarif 1
Jatinegara-Tegal. Tesis. Malang :
Program Pascasarjana UM
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif dan R & D. Bandung.
Alfabeta.

Supa’at, Asep. 2008. Teaching skill Metakognitif (Belajar Bagaimana
untuk Belajar)(Online),
(http://teachersguideonline.blogspo
t.com/2008_09_01_archive.htm,
diakses 27 Desember 2012).
Syaiful.2011. Metakognisi Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Realistik
di Sekolah Menengah Pertama.
Edumatica , (Online), 86(2):1-13,
(http://online-journal.unja.ac.id),
diakses 29 April 2013.