Peluang Kewirausahaan Sekolah Melalui Kr
Peluang Kewirausahaan Sekolah Melalui Kreativitas dan Inovasi
Hendra Manurung
Universitas Presiden
Understanding the entrepreneurship as a way to increase the quality of life. Even though until now, there is no terminology which is exactly the same with entrepreneurship, but in general, it has the same characteristics that refer to features that attached to someone who has strong will to realize the innovative ideas in a real world and could develop it with efforts (Peter F. Drucker 1994). The entrepreneurship development in the school is a new trend that supports the development of education in many levels. This is based on the reality that the spirit and the entrepreneurship spirit that is not owned by the businessman but also to everybody who is minimal, and can think creatively and act innovatively to increase value-added from its effort. The expected result is the actualization effort and entrepreneurship spirit in the spirit and behavior of the head of the school with the students. Therefore, the good practice of entrepreneurship in the school and the good school governance in the school with entrepreneurship spirit develops very well
Keywords: kewirausahaan, kualitas hidup, kreativitas dan inovasi, good school governance, sekolah mandiri.
PELUANG KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH MELALUI KREATIVITAS DAN INOVASI
Pendahuluan
A every components of the nation can oleh usahawan , namun dapat dimiliki generate a domino effect for the social oleh setiap orang yang berfikir kreatif, dan
high level of entrepreneurship in (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki
economy transformation of the country. 15 bertindak inovatif baik kalangan Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak pemerintah swasta, mahasiswa, guru, yang menafsirkan dan memandang bahwa dosen, dan pimpinan organisasi lainnya. 17 kewirausahaan identik dengan apa yang
Pertumbuhan yang signifikan dalam dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau jumlah usaha kecil dan menengah (UKM) “wirausaha” pandangan tersebut kurang di Indonesia telah tumbuh terus menerus, tepat, karena jiwa dan sikap kewirausahaan menunjukkan persentase dari total
15 Paper on Entrepreneurship by DR. Ciputra, Bandung, 2009. 16 Akib, Haedar. 2005. Kreativitas Dalam Organisasi, Disertasi Ilmu Administrasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta. 17 Ibid.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 1 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 1
data dari Kementerian Negara Koperasi masalah yang dihadapi. 23 Sistem dan UKM, jumlah UKM di Indonesia terus pendidikan yang berlaku selama ini di meningkat secara signifikan karena pada Indonesia ternyata tidak dapat menempa tahun 2006 jumlah UKM berkisar sumber daya manusia Indonesia yang 48.611.233 unit, 2007 naik menjadi memiliki potensi yang tidak kalah 49.824.123 unit, dan 2008 sedangkan dibanding dengan sumber daya manusia secara drastis meningkat menjadi dari negara lain, termasuk negara maju
51.257.537 unit. 18 Dari data ini dapat sekalipun. 24 dilihat pertumbuhan UKM meningkat
Potensi yang ada pada sumber daya signifikan sebesar 5,4% dilihat dari manusia, 25 tidak akan mempunyai arti yang pertumbuhan UKM pada tahun 2006 dan signifikan dan maksimal bila penempaan dibandingkan dengan pertumbuhan UKM atas mereka melalui sistem pendidikan
pada tahun 2008, 19 kontribusi UKM tidak dilakukan secara benar. 26 terhadap perekonomian cukup signifikan. 20 Tulisan ini mencoba mengidentifikasi Karena itu membuktikan adanya sejumlah problem yang dihadapi oleh perkembangan pesat yang membutuhkan sistem pendidikan di Indonesia menyikapi organisasi yang baik dan manajemen dalam berbagai kreatifitas dan inovasi sebagai rangka memasuki pasar ASEAN Economic peluang kewirausahaan di sekolah,
Community pada tahun 2015. 21 sehingga manfaatmya belum maksimal Kewirausahaan adalah 22 : dalam menyiapkan sumber daya manusia “Kemampuan kreatif dan inovatif yang yang handal. dijadikan dasar, kitar dan sumber daya
untuk mencari peluang menuju sukses inti Permasalahan
dari kewirausahaan adlaah kemampuan Krisis global dunia telah meng- utnuk menciptakan sesuatu yang baru dan gagalkan, bahkan membangkrutkan banyak
berbeda melalui berfikir kreatif dan bisnis di dunia. 27 Di tengah krisis global bertidak inovatif untuk menciptakan yang melanda dunia tahun 2008-2009, peluang”.
Indonesia menjadi salah satu negara
18 Data Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2006-2008 19 Ibid. 20 Ibid. 21 Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: The President Post, Edisi
Oktober 2012 No.5, h. A3. 22 Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc.
23 Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.
24 Kasim, Azhar. Reformasi Administrasi Negara, Bisnis & Ekonomi Politik, Vol. 2 (4), Oktober 1998, h. 43. 25 Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia, Jakarta. 26 Isaak, Robert A., Ekonomi Politik Internasional, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1995. 27 Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.
2 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 2 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
merupakan masalah utama yang bahwa sektor UKM tahan krisis, namun
dihadapi dalam pengadaan bahan baku tetap saja harus ada kewaspadaan akan
adalah mahalnya harga, terbatasnya dampak krisis ini terhadap sektor UKM. 29 ketersediaan, dan jarak yang relatif
Mudradjad Kuncoro mengatakan ada tujuh jauh. Ini karena ketersediaan bahan tantangan yang harus dihadapi UKM
baku bagi UKM yang berorientasi dalam era krisis global, yaitu: 30 ekspor sebagian besar berasal dari luar
1) Tidak adanya pembagian tugas yang daerah usahan tersebut berlokasi. jelas antara bidang administrasi dan 6) Masalah utama yang dihadapi dalam operasi. Kebanyakan UKM dikelola
memenuhi kebutuhan tenaga kerja oleh perorangan yang merangkap
adalah tidak terampil dan mahalnya sebagai pemilik sekaligus pengelola
biaya tenaga kerja. Regenerasi perajin perusahaan, serta memanfaatkan
dan pekerja terampil relatif lambat. tenaga kerja dari keluarga dan kerabat
Akibatnya, di banyak sentra ekspor dekatnya.
mengalami kelangkaan tenaga
2) Rendahnya akses industri kecil terampil untuk sektor tertentu. terhadap lembaga kredit formal,
(October 2009 Research Days, sehingga mereka cenderung meng-
Faculty of Economics - Padjadjaran gantungkan pembiayaan usahanya
University, Bandung). dari modal sendiri atau sumber lain, 7) Dalam bidang pemasaran, masalahnya seperti keluarga, kerabat, pedagang
terkait dengan banyaknya pesaing perantara, bahkan rentenir.
yang bergerak dalam industri yang
3) Sebagian besar kegiatan usaha kecil sama, relatif minimnya kemampuan menengah ditandai dengan belum
bahasa asing sebagai suatu hambatan memiliki status badan hukum yang
dalam melakukan negosiasi, dan jelas. Mayoritas UKM merupakan
penetrasi pasar di luar negeri. perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris, 4,7% tergolong
Seperti yang telah dijelaskan dalam perusahaan perorangan berakta bagian pendahuluan, salah satu langkah notaris, dan hanya 1,7% yang sudah strategis untuk mengamankan UKM dari memiliki badan hukum (PT/ NV, CV, ancaman dan tantangan krisis global adalah Firma, atau Koperasi).
dengan melakukan penguatan pada multi-
4) Tren nilai ekspor menunjukkan betapa aspek. 31 Salah satu yang dapat berperan sangat berfluktuatif dan berubah- adalah aspek kewirausahaan. 32 ubahnya komoditas ekspor Indonesia
Seorang wirausaha dapat mendaya- selama periode 1999-2006.
gunakan segala sumber daya yang dimiliki,
28 Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: The President Post, Edisi Oktober 2012 No.5, h. A3.
29 Ibid. 30 Bisnis Indonesia, Edisi 21 Agustus 2008. 31 Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 2-6.
32 Ibid.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 3 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 3
langkah-langkah pendukung dari (UKM) siap menghadapi tantangan krisis
manajemen UKM, dalam aspek global. 33 Beberapa peran kewirausahaan
penataan manajemen UKM . dalam mengatasi tantangan di UKM
adalah: 34 a. Stigma Masyarakat
1) Memiliki daya pikir kreatif, yang Pendidikan di Indonesia penuh dengan meliputi:
stigma yang dapat berpengaruh pada
a. Selalu berpikir secara visionaris kualitas pendidikan yang dimiliki oleh (melihat jauh ke depan), sehingga individu. 36 Sumber daya manusia Indonesia memiliki perencanaan tidak saja yang menyimpan banyak potensi ternyata jangka pendek, namun bersifat tidak terdidik secara baik dan terarah. 37 jangka panjang (stratejik).
Perbedaan antara IPA/Eksakta dengan
b. Belajar dari pengalaman orang pilihan lain sejak di SMA. Bagi orang tua lain, kegagalan, dan dapat terbuka dan individu mereka harus masuk IPA menerima kritik dan saran untuk meski bukan menjadi keinginan. 38 masukan pengembangan UKM.
Akibatnya mereka yang memasuki bidang
2) Bertindak inovatif, yaitu: studi ilmu sosial di perguruan tinggi
a. Selalu berusaha meningkatkan bukanlah orang-orang pilihan. 39 Hal ini efisiensi, efektivitas, dan pro- berpengaruh dalam jangka panjang duktivitas dalam setiap aspek terhadap sumber daya manusia yang kegiatan UKM.
memasuki sektor-sektor bidang pekerjaan
b. Meningkatkan kewaspadaan ilmu sosial, seperti hukum. 40 dalam menghadapi persaingan
Stigma di masyarakat pada pendidikan bisnis.
adalah perbedaan pendidikan universitas
3) Berani mengambil resiko, dan dan pendidikan vokasi. 41 Pasca kelulusan menyesuaikan profil resiko serta di sekolah menengah banyak yang memilih mengetahui resiko dan manfaat dari pendidikan di universitas daripada
suatu bisnis. 35 UKM harus memiliki vokasi. 42 Kalaupun ada yang memasuki manajemen resiko dalam segala bidang vokasi ini sekedar jembatan untuk aktivitas usahanya. Sementara untuk masuk universitas. Ini semua karena mengatasi masalah yang ada di UKM terdapat beragam perbedaan bagi mereka saat ini, tidak saja dibutuhkan 3 (tiga) yang lulus pendidikan universitas dengan
33 Ibid. 34 Ibid. 35 Manurung, Hendra. 2012. Strategi Diplomasi Ekonomi Indonesia, Jakarta: The President Post, Edisi
Oktober 2012 No.5, h. A3. 36 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah. 37 Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia,
Jakarta. 38 Ibid.
39 Ibid. 40 Ibid.
41 Boon, Rolf J. Cultural Creativity: the Importance of Creativity in Organizational and Educational Contexts, May 4 1997, http://www.lobstrick.com/BOON.HTM , diakses 25 Mei 2003.
42 Ibid.
4 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 4 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
(UKM) dalam menghadapi tantangan krisis c. Pendidikan Kewirausahaan global. 44 Menentukan Kualitas Sumber Daya Manusia
Pendidikan di Indonesia lebih Selain pengaruh stigma pendidikan, menekankan pada tercapainya target terdapat pula persepsi yang salah terkait materi muatan daripada menumbuhkan dengan pendidikan kewirausahaan reatif dan merangsang keingin-tahuan dari
b. Persepsi Salah
dan inovatif di Indonesia. 45 Masyarakat peserta didik. 48 Pada akhirnya keinginan sendiri cenderung memiliki persepsi yang untuk berinovasi dan berimprovisasi oleh salah dalam membedakan pendidikan peserta didik (sense of innovation and
vokasi dengan pendidikan profesi. 46 Ini improvisation) sangat rendah, 49 terutama terlihat dalam peraturan perundang- pendidikan kewirausahaan. Ketiadaan undangan yang mempersamakan antara instruksi pendidikan kewirausahaan yang
pendidikan vokasi dengan profesi. 47 terangkum dalam kurikulum sekolah dan Persepsi salah lainnya adalah label gelar sistem pendidikan nasional membuat pendidikan, terutama melalui pemberian kemampuan berinovasi dan ber- gelar diploma dan sarjana, dianggap improvisasi mengalami kemandekan. 50 sebagai penentu utama rendah tingginya Padahal sumber daya manusia di status sosial seseorang di lingkungan Indonesia menyimpan berbagai potensi masyarakat. Pada akhirnya banyak luar biasa. masyarakat hanya mengejar gelar sarjana,
Ketiadaan keingin-tahuan tidak bukan bagaimana penerapan ilmu semata-mata bisa ditimpakan pada pendidikannya untuk kepentingan pengajar atau kurikulum, tetapi juga pada masyarakat luas. Munculnya berbagai infrastruktur yang jauh dari memadai. Bila lembaga pendidikan yang menjual ijazah berbagai lembaga pendidikan tidak mampu pun sangat diminati oleh masyarakat.
menyedikan perpustakaan ataupun akses Mereka yang mengikuti pendidikan ke internet, maka sangat sulit meng- sejak dini (Pendidikan Anak Usia Dini, harapkan peserta didik untuk memenuhi PAUD) hingga pendidikan tinggi bukan rasa ingin tahunya di bidang pendidikan untuk mendapatkan ilmu melainkan lebih dan penerapan kewirausahaan.
43 Ibid. 44 Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 6-8. 45 Ibid. 46 Ibid. 47 Ibid. 48 Dharma, Surya dan Haedar Akib. Budaya Organisasi Kreatif, Manajemen USAHAWAN Indonesia, No. 03/
TH. XXXIII Maret 2004a, h. 22-27. 49 Ibid.
50 Ibid.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 5
Sistem pendidikan nasional yang pekerja terampilnya (skilled workers). menekankan pada target pencapaian materi Sistem pendidikan di Indonesia pun kurang ajar akan menghasilkan manusia-manusia dapat diminati oleh para peserta didik yang kehabisan energi ketika justru energi asing. Padahal saat ini lembaga pendidikan memberdayakan kewirausahaan mandiri Indonesia yang berorientasi pada Indonesia sangat dibutuhkan. Seringkali mereka harus bersaing dengan lembaga pendidikan memeroleh materi bahan ajar yang mereka yang berorientasi pada pendidikan asing. tidak tahu manfaatnya. Individu yang Negara seperti Singapura mempunyai pandai bukan berarti individu yang harus kepercayaan yang tinggi sistem tahu semua. Individu yang pandai adalah pendidikannya diminati oleh masyarakat individu yang secara mudah mencerna Indonesia. Merekapun membuka sekolah materi pengajaran. Oleh karenanya pandai Singapura. tidak perlu digantungkan pada materi tetapi
Di sejumlah negara pendidikan mulai pada keinginan individu untuk mengetahui dari dasar, menengah dan tinggi lebih banyak.
diorientasikan tidak hanya untuk negaranya sendiri. Mereka telah mampu
d. Terlalu Berorientasi pada mengembangkan sistem pendidikan yang
Indonesia
diminati oleh berbagai warga masyarakat Orientasi sistem pendidikan di yang berasal dari berbagai negara.
Indonesia sangat Indonesia. 51 Meskipun
tidak sedikit jumlah orang Indonesia yang e. Pentingnya Otonomi Universitas
berhasil untuk bekerja di luar Indonesia Permasalahan lain yang dihadapi oleh namun keberhasilan sebenarnya tidak sistem pendidikan di Indonesia adalah pada ditunjung pada sistem pendidikan yang level Universitas. Universitas kurang diberi mereka peroleh ketika berada di otonomi sehingga masih dalam kendali
Indonesia. 52 Keberhasilan lebih ditunjang pemerintah. Pemerintah seolah masih ingin karena kemampuan diri untuk mau belajar mengatur, tidak pada level yang sangat hal baru.
umum, tetapi juga hal-hal yang bersifat Harus diakui sistem pendidikan yang teknis. Di sejumlah perguruan tinggi peran berorientasi pada Indonesia tidak pemerintah dalam menentukan membekali peserta didik untuk dapat administrator, mulai dari Rektor hingga
bersaing secara global. 53 Padahal saat ini para pembantu dekan sangat dominan. pasar kerja tidak hanya terpaku pada pasar Tidak heran bila universitas di Indonesia kerja domestik, tetapi internasional. tidak mampu bersaing dengan universitas- Disinilah indikasi mengapa jumlah pekerja universitas luar negeri. Mereka terikat oleh tidak terampil (unskilled workers) lebih berbagai peraturan perundang-undangan banyak bekerja di luar negeri daripada dan birokrasi.
51 Dharma, Surya dan Haedar Akib. Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM, Manajemen USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH. XXXIII Juni 2004b,
h. 29-36. 52 Ibid.
53 Ibid.
6 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 6 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
generasi berikut bagi sumber daya manusia Masalah lain yang kerap dilontarkan Indonesia. 59 Apa yang dilakukan pada hari sebagai kritik adalah sistem pendidikan ini merupakan investasi untuk masa kurang sesuai dengan kebutuhan industri. mendatang. 60 Apa yang dilakukan pada hari Para peserta didik harus menyesuaikan diri ini adalah langkah awal untuk memulai dan menempuh pendidikan lanjutan agar suatu perubahan yang signifikan bagi
dengan Kebutuhan Industri
benar-benar diterima oleh industri. 54 Bila generasi mendatang. 61 ditelusuri ada dua sumber masalah.
Menurut M. P. Todaro, bahwa ada Pertama, para pengambil kebijakan ketika empat bidang luas yang terbuka bagi mengambil kebijakan memiliki ide apa intervensi pemerintah masing-masing yang baik untuk peserta didik tanpa berkaitan erat dengan keempat element memperhatikan apa yang diinginkan oleh pokok yang merupakan faktor-faktor
sektor industri. 55 penentu utama atau baik tidaknya kondisi- Kedua, industri memiliki ekspektasi kondisi distribusi pendapatan di sebagian yang terlalu tinggi dari para peserta didik. negara berkembang. Adapun keempat Padahal peserta didik tidak mungkin elemen pokok tersebut adalah: 62 (1) diajarkan atau diberi materi yang sangat Distribusi fungsional; (2) Distribusi spesifik yang dibutuhkan oleh industri. ukuran; (3) Program redistribusi Sistem pendidikan hanya dapat pendapatan; (4) Peningkatan distribusi memberikan pengetahuan dasar (basic) pendapatan langsung, terutama bagi kepada peserta didiknya untuk kemudian kelompok-kelompok masyarakat yang dikembangkan oleh peserta didik tersebut berpenghasilan relatif rendah.
atau oleh industri yang membutuhkan. 56 Menurut Adler Manurung, mele- barnya kesenjangan kedua kelompok sosial
Pembahasan
ekonomi diakibatkan oleh belum Mencermati berbagai kelemahan terarahnya distribusi belanja pemerintah. sistem pendidikan di Indonesia dan Ketidakterarahan ini menyebabkan belanja penerapan pendidikan kewirausahaan 57 , investasi menjadi tersendat. Akibatnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah meski secara nilai pertumbuhan ekonomi diperlukan pembenahan yang bersifat cukup tinggi, namun secara realitas kurang
fundamental. 58 Pembenahan tidak bisa berkualitas. Pada gilirannya, ini me- sepotong-sepotong (piece meal) sehingga merlukan optimalisasi belanja pemerintah. dapat memberikan dampak tidak dalam Ini akan mampu memberikan suntikan satu, lima atau sepuluh tahun mendatang investasi bagi yang lain. Perbaiki itu jalan
54 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah.
55 Eoh, Jeni. 2001. Pengaruh Budaya Perusahaan, Gaya Manajemen, dan Pengembangan Tim Terhadap Kinerja Karyawan, Disertasi FISIP Universitas Indonesia, Jakarta.
56 Ibid. 57 Kasim, Azhar. Reformasi Administrasi Negara, Bisnis & Ekonomi Politik, Vol. 2 (4), Oktober 1998, h. 43. 58 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 59 West, Michael A. 2000. Mengembangkan Kreativitas Dalam Organisasi, terjemahan, Kanisius, Yogyakarta.
60 Ibid. 61 Ibid. 62 Todaro, MP. 2004. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta : Erlangga, h. 262-269.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 7 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 7
kebaikan bagi bangsa dan negara. Bukannya pembangunan sistem yang
dilakukan tetapi yang terjadi adalah Kesabaran merupakan hal terpenting memindahkan pendelum dari satu ekstrim dalam melakukan suatu perubahan yang ke ekstrim yang lainnya. Oleh karenanya berkaitan dengan manusia. Kesabaran konsistensi dalam melakukan perubahan dibutuhkan karena perubahan tidak sangat penting bagi Indonesia sebagai dilakukan atas sistem, tetapi yang negara yang sedang membangun. terpenting adalah cara berpikir (mindset) Pemimpin harus dianggap berhasil bila dari setiap manusia yang ada dalam sistem. mampu meneruskan apa yang telah
a. Kesabaran
Dalam sistem pendidikan ada diletakkan oleh para pendahulunya. sejumlah manusia yang berperan. Ada Sebaliknya pemimpin dianggap tidak pengambil kebijakan, ada pengajar, ada berhasil ketika ia tidak mampu membaca mahasiswa, ada orang tua dan ada pula visi para pendahulunya. Dalam imple- manusia yang berperan dalam mendukung mentasi kebijakan di bidang pendidikan proses belajar mengajar.
kerap yang terjadi adalah ganti menteri Perubahan yang dilakukan atas sistem ganti kebijakan. Bahkan ganti Direktur pendidikan tidak berada dalam suatu Jenderal ganti pula kebijakan atas sistem kekosongan atau kevakuman. Perubahan pendidikan yang menjadi tanggung juga tidak dapat menafikan apa yang jawabanya. pernah ada. Oleh karenanya perlu masa
Tidak heran bila satu generasi akan transisi yang sedapat mungkin tidak mengalami sistem pendidikan yang dirasakan oleh para pemangku ke- berbeda dengan generasi terdahulu dan pentingan.
generasi sesudahnya. Oleh kareanya konsistensi merupakan elemen yang perlu
mendapat perhatian bagi para stakeholders Disamping kesabaran juga dibutuhkan dan mereka harus mengawal konsistensi suatu konsistensi dalam menjalankan perubahan sistem pendidikan yang kebijakan. Bagi Indonesia ini merupakan dilakukan oleh para pengambil kebijakan. 64 suatu masalah besar. Pengambil kebijakan
b. Konsistensi kebijakan
dari tingkat yang tertinggi hingga paling c. Kemampuan mengidentifikasi
bawah kerap tidak konsisten. Setiap
Masalah
pimpinan baru ingin melakukan perubahan Elemen lain yang perlu mendapat yang sebenarnya tidak terlalu signifikan perhatian adalah kemampuan untuk tetapi harus melalui suatu proses yang mengidentifikasi masalah dari pengambil melelahkan.
kebijakan. Memang dalam makalah ini
63 Manurung, Adler. Kompas, 18 Desember 2005. 64 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
8 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 8 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
Indonesia. Salah satu yang penting adalah e. Keterbatasan anggaran
kondisi Indonesia yang harus diakui antara Satu hal yang tidak kalah penting satu propinsi, bahkan kabupaten dan dalam pembenahan sistem pendidikan di kotamadya yang berbeda, baik infra- Indoensia adalah anggaran. Anggaran yang struktur, masyarakat maupun kemampuan dibutuhkan sangatlah besar. Oleh pemerintah daerah dalam memberikan karenanya anggaran harus memadai demi pendidikan kepada masyarakatnya.
suksesnya perubahan yang akan dilakukan. Masalah lain adalah koordinasi antar
Dalam kaitan dengan anggaran hal instansi yang kerap sangat lemah. yang perlu mendapat perhatian adalah Pembenahan sistem pendidikan bukanlah mencegah kebocoran atau terjadinya tanggung jawab dan beban dari korupsi. Korupsi mempunyai dampak yang Kementerian Pendidikan Nasional, namun luar biasa terhadap upaya-upaya melibatkan sejumlah instansi pemerintah. pembenahan bangsa dan negara. Korupsi Instansi pemerintah yang perlu mendapat telah mampu melumpuhkan reformasi dan koordinasi adalah instansi dilevel restorasi yang dilakukan oleh berbagai horizontal maupun vertikal.
komponen.
Oleh karenanya, maka pemanfaatan
anggaran yang cukup besar bagi pem- Perubahan dalam sistem pendidikan benahan sistem pendidikan harus dapat harus muncul sense of ownership dari diawasi agar tidak mudah disalahgunakan. seluruh pengambil kebijakan, tetapi juga Proses kreatif dan inovatif tersebut masyarakat Indonesia secara keseluruhan. biasanya diawali dengan memunculkan
d. Pelibatan Stakeholders
Oleh karenanya perlu pelibatan para ide-ide dan pemikiran-pemikiran baru stakeholders di Indonesia atas perubahan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan yang akan dilakukan. Proses pengambil berbeda. 65 Kewirausahaan merupakan keputusan yang memperhatikan ciri-ciri suatu kemampuan dalam menciptakan nilai demokrasi harus diperhatikan. Namun tambah melalui proses pengelolaan sumber demikian ketika keputusan oleh mayoritas daya dengan cara-cara baru dan berbeda telah diambil maka semua harus tunduk melalui : 66 pada keputusan tersebut. Perlu dihindari
proses yang memojokkan satu kelompok 1. Pengembangan teknologi baru yang di kemudian hari kelompok ini 2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru menjadi oposisi untuk tidak membenarkan 3. Perbaikan Produk barang dan jasa
terjadinya perubahan.
yang ada
65 Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc. 66 Ibid.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 9
4. Penemuan cara-cara baru untuk
Proses Kewirausahaan
menghasilkan barang lebih banyak Kewirausahaan diawali dengan : 70 dengan sumber daya yang lebih
1. Proses imitasi dan duplikasi efisien.
2. Proses pengembangan
3. Proses menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda (inovasi) untuk mengembangkan ide-ide baru dan
Kreativitas adalah : 67 Kemampuan
Pada tahap proses penciptaan sesuatu cara-cara baru yang dalam pemecahan
yang baru dan berbeda itulah yang masalah dan menemukan peluang atau
disebut tahap kewirausahaan. dengan kata lain kemampuan untuk
Faktor pribadi yang memicu memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda.
kewirausahan : 71 Inovasi adalah : 68 Kemampuan untuk 5) Motif berprestasi menerapkan kreatifitas dalam rangka 6) Komitmen pemecahan masalah dan menemukan 7) Nilai-nilai pribadi peluang serta kemampuan untuk sesuatu 8) Pendidikan dan Pengalaman yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru
Faktor lingkungan sebagai pemicu dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk
pada masa inovasi : 72 hasil seperti barang dan jasa dan bias 9) Peluang dalam bentuk proses seperti ide, metode
10) Model Peran
dan cara.
11) Aktivitas
Jiwa Dan Sikap Kewirausahaan Fungsi dan Peran Wirausaha
Proses kreatif dan inovatif hanya Secara umum wirausaha memiliki dua dilakukan oleh orang-orang yang memiliki peran yaitu : 73 jiwa dan sikap kewirausahan, yaitu : 69 1. Sebagai Penemu ( Innovator )
1) Orang-orang yang percaya diri yakni, Wirausaha menemukan dan optimis dan penuh komitmen,
menciptakan produk baru, teknologi, berinisiatif, enerjik dan pecaya diri;
dan cara baru, ide baru, dan organisasi
2) Memiliki motif berperstasi, ber-
usaha baru. orientasi hasil dan berwawasan 2. Sebagai Perencana (Planner)
kedepan; Wirausaha berperan merancang usaha
3) Memiliki jiwa kepemimpinan, berani baru merencanakan strategi tambil beda;
perusahaan baru, menanamkan ide-ide
4) Berani mengambil resiko dengan dan berbagai peluang dalam penuh perhitungan, karena itu suatu
perusahaan dan menciptakan tantangan.
organisasi perusahaan baru.
67 Ibid. 68 Ibid. 69 Ibid. 70 Ibid. 71 Adiwarman Karim, EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI MAKRO. Kanin Bisnis Consultan, Jakarta;
2002. 72 Ibid.
73 Ibid.
10 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
Peluang Kewirausahaan
3. Bekal Keterampilan dalam memimpin Ide dapat menjadi peluang apabila
dan mengelola wirausaha bersedia melakukan evaluasi 4. Bekal keterampilan berkomunikasi
terhadap peluang secara terus menerus dan berinteraksi melalui proses penciptaan sesuatu yang 5. Bekal keterampilan teknik usaha yang
baru dan berbeda, mengamati pintu akan dilakukan. peluang, menganalisa proses secara
mendalam dan memperhitungkan resiko Bagaimana Merintis Usaha Baru
yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh Pada umumnya ada 3 cara yang peluang wirausaha harus memiliki dikenal untuk memasuki suatu usaha berbagai kemampuan dan pengetahuan bisnis: 77
seperti : 74 1. Merintis Usaha baru sejak dari awal
1) Kemampuan untuk menghasilkan 2. Membeli perusahaan yang ada produk atau jasa baru
3. Kerjasama manajemen (Franchising)
2) Menghasilkan nilai tambah baru Ada beberapa hal yang harus
3) Merintis usaha baru diperhatikan dalam merintis usaha baru
4) Melakukan proses atau teknik baru
antara lain: 78
5) Mengembangkan organisasi baru
1. Bidang usaha dan jenis usaha yang akan dirintis
Pengetahuan dan keterampilan 2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan
Kewirausahaan
usaha yang akan dipilih Selain bekal kemampuan, wiraushaa 3. Tempat atau lokasi usaha yang akan
juga perlu memiliki pengetahuan dan
dipilih
keterampilan. Modal pengetahuan yang Untuk mengelola usaha tersebut harus
harus dimiliki wirausaha meliputi : 75 diwali dengan: 79
1. Bekal pengetahuan mengenai usaha 1. Perencanaan Usaha yang akan dimasuki / dirintis dan 2. Pengelolaan Keuangan Hasil Usaha
lingkungan usaha yang ada.
3. Aksi Strategis Usaha
2. Bekal pengetahuan tentang peran dan 4. Teknik Pengembangan Usaha tanggung jawab.
3. Bekal pengetahuan tentang mana- Kompetensi Kewirausahaan
jemen dan organiasi bisnis. Kompetensi diartikan sebagai Modal keterampilan yang harus pengetahuan, keterampilan, dan dimiliki wirausaha meliputi : 76 kemampuan individu (personality) yang
1. Bekal keterampilan konseptual dalam langsung berpengaruh pada kinerja, kinerja mengatur strategi dan memper- bagi wirausaha merupakan tujuan yang hitungkan resiko
selalu ingin dicapainya 80 .
2. Bekal keterampilan kreatif dalam a. Intelectual Capital = Competency x menciptakan nilai tambah
Commitment
74 Boone and Curtz, 2007. Contemporary Business. New York: Thomson Learning 75 Ibid. 76 Ibid.
77 Griffin and Ebert. 2005. Business Essential. New Jersey: Prentice Hall. 78 Ibid. 79 Ibid.
80 Hisrich, et. al. 2009. Entrepreneurship. New York: McGraw-Hill. Inc.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 11
Artinya meskipun seseorang memiliki Beberapa peraturan seperti PP Nomor 19 tingkat pengetahuan yang tinggi tahun 2005 tentang Standar Nasional
apabila tidak disertai dengan Pendidikan, 86 Kepmen Nomor 162 tentang komitmen tinggi, maka wirausaha Pedoman Penugasan Guru sebagai Kepala tersebut tidak akan dapat Sekolah 87 , dan PP Nomor 38 Tahun 1992 menggunakan modal intelektualnya. 81 tentang Tenaga Kependidikan pasal 20 ayat
b. Competence = Capability x Authority (4) 88 pada intinya menyebutkan bahwa Artinya bahwa wirausaha yang tenaga kependidikan yang akan ditugaskan kompeten adalah wirausaha yagn untuk bekerja mengelola satuan pendidikan memiliki kemampuan dan wewenang dipersiapkan melalui pendidikan khusus. 89 sendiri dalam pengelolaan usahanya Meskipun di dalam PP tersebut tidak (kemandirian) wirausaha selalu bebas disebutkan tentang pendidikan khusus menentukan usahanya, tidak hanya kewirausahaan bagi calon/kepala sekolah,
tergantung pada orang lain. 82 namun di sini ada komitmen kuat dari
c. Capability = Skill x knowledge pemerintah untuk mempersiapkan, secara Artinya bahwa kapabilitas wirausaha khusus, pendidikan dan latihan bagi sangat ditentukan oleh pengetahuan pengelola satuan pendidikan. 90 Pendidikan dan keterampilan atau kecakapan. 83 khusus yang bermuatan kewirausahaan Perubahan yang terjadi secara bagi para calon/kepala sekolah diperlukan multidimensional dalam dunia pendidikan agar nantinya mereka dapat lebih kreatif mensyaratkan kemampuan kepala sekolah dan inovatif memanfaatkan sumber daya yang handal untuk menjalankan tugas dan dan aset yang dimiliki dalam mengem-
fungsinya secara optimal. 84 Pengetahuan bangkan jiwa kewirausahaan warga dan keterampilan yang pernah diserap sekolah yang dipimpinnya. 91 kepala sekolah ketika mengikuti
Kelemahan manajemen kewira- pendidikan dan latihan seringkali dianggap usahaan lembaga pendidikan kita saat ini terbatas dan kurang sesuai dengan tuntutan sebagian besar disebabkan oleh ketidak-
persyaratan pekerjaannya saat ini. 85 Oleh mampuan pengelola sekolah maupun karena itu, para calon/kepala sekolah perlu universitas menjalankan fungsi-nya selalu melakukan pembelajaran agar dapat manajerialnya secara profesional. 92 Efek mengikuti dinamika perkembangan lanjutan dari kelemahan sistem manajemen IPTEKS dan dunia pendidikan, serta kewirausahaan yang ber-kepanjangan peraturan yang dibuat oleh pemerintah. adalah semakin tertinggalnya kemajuan
81 Ibid. 82 Ibid. 83 Ibid. 84 Kwik Kian Gie, Surat Kabar Harian Kompas, 5 Mei 2003. 85 Ibid. 86 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 87 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 162 Tahun 1992 tentang Pedoman Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah. 88 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 Tentang Tenaga Kependidikan.
89 Bisnis Indonesia, Edisi 21 Agustus 2008 90 Ibid. 91 Semiawan, Conny. 1997. Perspektif pendidikan Anak Berbakat, PT. Gramedia Widisarana Indonesia,
Jakarta. 92 Ibid.
12 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 12 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
dan perdagangan. 93 Sentuhan kreativitas Pada pertengahan tahun 1997 dan dan inovasi dalam berbagai bidang 1998 terjadi krisis moneter yang pendidikan kewirausahaan seperti merupakan pukulan yang sangat berat bagi kurikulum, sarana dan prasarana, pola pembangunan Indonesia. Bagi kebanyakan pendidikan kepada anak didik, dan orang, dampak dari krisis yang terparah sebagainya tidak akan banyak manfaatnya dan langsung dirasakan, diakibatkan oleh tanpa kemampuan wirausaha yang inflasi. Antara tahun 1997 dan 1998 inflasi memadai dari para pengelolanya.
meningkat dari 6% menjadi 78%, Pengembangan kewirausahaan ber- sementara upah riil turun menjadi hanya basis kreativitas dan inovasi ini bertujuan sekitar sepertiga dari nilai sebelumnya. untuk membekali calon/kepala sekolah Akibatnya, kemiskinan meningkat tajam. dengan wawasan kewirausahaan dalam Pada tahun 1996 dan 1999 proporsi orang menjalankan tugasnya, khususnya dalam yang hidup di bawah garis kemiskinan mempersiapkan “sekolah mandiri” yang bertambah dari 18% menjadi 24% dari
menjadi roh dari otonomi sekolah. 94 Oleh jumlah penduduk.
karena itu, pemahaman komprehensif dan Pertumbuhan ekonomi yang tinggi aplikatif tentang kompetensi kewira- belum tentu dapat menjadikan tingkat usahaan sangat penting diberikan bagi kemiskinan, pengangguran, dan ke- peserta dalam pelatihan calon/kepala timpangan yang semakin menurun dalam sekolah. Pada akhirnya, diharapkan supaya pembagian pendapatan (ketimpangan perumusan dan implementasi kebijakan relatif). Akan tetapi hal itu tentu tidak akan atau keputusan kepala sekolah dapat mengherankan bagi ahli-ahli ekonomi dikembangkan secara kreatif dan inovatif pembangunan yang dimulai dari Adam untuk mendukung penanaman jiwa Smith, Ricardo, Marx, sampai pada kewirausahaan bagi semua warga sekolah. Kuznets, telah mengemukakan bahwa
pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
Kewirausahaan:
proses yang tidak merata. Seperti telah
Kreativitas dan Inovasi
dikatakan secara ironis oleh Arthur Lewis, Ketimpangan yang besar dalam “kalau ada yang mengherankan, ialah distribusi pendapatan atau kesenjangan keheranan tersebut (bahwa proses per- ekonomi dan tingkat kemiskinan tumbuhan ekonomi merupakan suatu merupakan dua masalah besar di banyak proses yang tidak merata ).”(Thee Kian negara berkembang, termasuk Indonesia. Wie, 1981 : 21 ). 95 Berawal dari distribusi pendapatan yang
Kreativitas merupakan salah satu aset tidak merata yang kemudian memicu organisasi yang terbesar di tempat kerja, terjadinya kesenjangan pendapatan sebagai misi setiap kegiatan dan pusat keberhasilan dampak dari kemiskinan. Hal ini akan organisasi (Kilby, 2001). Hal ini menjadi sangat serius apabila kedua didasarkan pada kenyataan bahwa masalah tersebut berlarut-larut dan kreativitas merupakan esensi dan orientasi dibiarkan semakin parah, yang pada pengembangan sumber daya manusia
93 Ibid. 94 Ibid. 95 Thee Kian Wie. 1983. Pembangunan Ekonomi Dan Pemerataan. Jakarta: LP3ES, h. 1-3.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 13
(Dharma dan Akib, 2004b). Kreativitas mengembangkan gagasan, proses, produk, dapat mencirikan perkembangan dan mode, model dan pelayanan serta perilaku keunggulan daya saing organisasi (Ford tertentu. Dalam definisi kreativitas dan Gioia, 2000). Kreativitas merupakan terkandung ciri keaslian (baru, tidak lazim, ramuan dalam pelayanan publik, tidak terduga) dan potensi utilitas (berguna, pengembangan produk dan strategi serta baik, adaptif, sesuai) gagasan, produk, berbagai proses dan perilaku yang lebih mode atau model dan proses yang baik, unik, baru, asli, berbeda atau dihasilkan serta perilaku yang diperankan bermanfaat. Kreativitas mendasari semua oleh aktornya. Ciri kreativitas praktik organisasi tanpa memandang dideskripsikan dalam pendekatan atau rutinitasnya (DeGraff, 2003).
model 4-P Kreativitas, yakni Produk, Kreativitas terlihat melalui gagasan, Proses, Person (perilaku individu dan produk, pelayanan, usaha, mode atau kelompok) dan Pers (lingkungan) kreatif model baru yang dihasilkan dan perilaku (Bostrom dan Nagasundaram, 1998; yang diperankan oleh individu, kelompok Barlow, 2000; Henry, 1991). 96 dan organisasi. Tujuan akhir pengem-
Selain itu, fokus tulisan ini diarahkan bangan kreativitas dalam organisasi ialah pada person atau perilaku individu dan menciptakan berbagai bentuk nilai kelompok kreatif dalam menciptakan (manfaat), termasuk pertumbuhan, produk, proses dan pers atau lingkungan produktivitas, efektivitas, efisiensi dan kreatif. State of the science kreativitas inovasi. Sejumlah pakar sepakat bahwa (Anderson et al, 2003) termasuk ke dalam kreativitas merupakan salah satu dimensi bidang studi manajemen sumber daya pengukuran kinerja organisasi selain manusia (Dharma dan Akib, 2004b; Timpe, efisiensi, efektivitas dan kepuasan kerja 2000) dan perilaku organisasi (Szilagyi Jr (Kasim, 1998; Scott dalam Eoh, 2001; dan Wallace Jr, 1990; Robbins, et.al. 1994) French et al, 2000). Kreativitas bersifat yang dikaji pada tingkat individu, alamiah, dapat dikembangkan dan kelompok dan organisasi. Perspektif berlangsung seumur hidup (Kilby, 2001; tersebut diakui oleh Boon (1997) bahwa Akib, 2005).
fenomena kreativitas dan proses kreatif Pada mulanya, kreativitas hanya merupakan objek kajian yang sangat luas, 97 dipahami sebagai proses berpikir dengan namun sedikit sekali hasil penelitian ilmiah menggunakan teknik berpikir kreatif dalam areal transfer konsep kreativitas ke
(Ivanyi dan Hoffer, 1999). Kreativitas dalam perilaku organisasi, 98 sementara diartikan sebagai proses menggunakan kreativitas dan proses kreatif sangat krusial imajinasi dan keahlian untuk melahirkan bagi pengembangan individu, tim, gagasan baru, asli, unik, berbeda atau organisasi dan masyarakat. 99 bermanfaat (Couger, 1996; Linberg, 1998;
Dalam konteks persekolahan, seorang Oldham dan Cummings, 1996). Saat ini, (calon) kepala sekolah tidak cukup hanya kreativitas juga dipahami sebagai memiliki kreativitas yang tinggi, melainkan kemampuan melahirkan, mengubah dan juga harus memiliki kemampuan dan
96 Henry, Jane (ed.). 1991. Creative Mangement, Sage Publications London, p. 50-56 97 Ibid. 98 Ibid. 99 Ibid.
14 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 14 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
Ada hubungan erat antara konsep merupakan konsep pembaharuan baik kreativitas dan inovasi yang keduanya sistem, prosedur dan cara maupun aturan sangat diperlukan dalam mengembangkan untuk menghasilkan produk, proses, sekolah. Kreativitas tanpa inovasi bagaikan perilaku dan lingkungan kreatif yang pisau tajam yang tidak pernah dipakai, optimal. 101 Seorang kepala sekolah yang sedangkan inovasi tanpa dilandasi inovatif harus mampu melahirkan cara baru kreativitasi tidak menghasilkan sesuatu untuk “menerapkan” ide kreatifnya yang baru bagi organisasi sekolah. sehingga berdaya guna dan berhasil guna Kreativitas umumnya akan terlihat pada bagi lembaganya. 102 Dalam implementasi proses kognitif seseorang, di mana pikiran praktis kreativitas dapat dilakukan mulai dan ide-ide kreatifnya terlihat dalam dari lingkungan (kecil) di dalam kelas proses, perilaku, produk dan lingkungan sampai pada manajemen sekolah yang pembelajaran. Misalnya, strategi pem- lebih kompleks.
belajaran kreatif dengan memanfaatkan Berdasarkan pemahaman konsep sumber belajar yang ada di lingkungannya kreativitas tersebut inovasi dipahami (contextual learning) 109 atau penataan sebagai proses penerapan kreativitas secara ruangan kelas yang memungkinkan peserta faktual ke dalam kehidupan sehari-hari. 103 didik mendapatkan akses yang sama Inovasi merupakan proses pengenalan cara dengan guru atau sumber belajar lainnya baru dan lebih baik dalam mengerjakan atau pola administrasi kelas dengan pola berbagai hal dalam lembaga pendidikan komputerisasi. (sekolah). 104 Dengan definisi yang lebih
Pada tataran implementasi, inovasi kompleks, inovasi merupakan pengenalan terbatas pada usaha sengaja (sadar) untuk dan penerapan ide, 105 proses, 106 produk atau memperoleh keuntungan atau hasil yang prosedur baru secara sengaja dalam suatu lebih baik dengan melakukan perubahan, 110 pekerjaan, 107 tim kerja atau organisasi di mana perubahan tersebut meliputi aspek pendidikan dengan tujuan mendapatkan ekonomis, 111 pengembangan pribadi, 112
100 Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.
Henry, Jane (ed.). 1991. Creative Mangement, Sage Publications London, p. 60-63.
Ibid. 105 Kilby, Jan. Creativity is one of the greatest assets in the workplace http://www.bizjournals.com/css ,
From the July 13, 2001, d iakses 19 Maret 2003.
Ibid. 109 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Depdiknas. 2002. Memiliki dan Melaksanakan Kreativitas, Inovasi dan Jiwa Kewirausahaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, Jakarta.
Ibid. 112 Ibid.
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 15 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 15
Dalam proses implementasi potensi/kemampuan anak dengan me- kreativitas di sekolah, inovasi bisa lakukan pembelajaran semi-individual bervariasi dari inovasi yang relatif ‘ringan’ (tidak selalu klasikal). 120 Ilustrasi lain yang hingga inovasi yang dapat merombak lebih canggih dapat dilakukan melalui sistem kelembagaan sekolah yang pengenalan layanan pendukung komputer dianggap sangat penting. Inovasi tidak baru di sekolah. Inovasi bisa juga harus setara dengan proses penemuan ditemukan dalam perubahan administratif modul pembelajaran Quantum Learning 121 sekolah dengan menerapkan model misalnya. Inovasi adalah segala usaha yang database baik untuk guru dan siswa menghasilkan produk, proses, prosedur maupun tenaga pendukung sekolah lainnya yang lebih baik, atau cara baru dan lebih (tenaga administrasi). Inovasi dapat baik dalam mengerjakan berbagai hal, yang dikembangkan dalam upaya menerapkan diperkenalkan oleh individu, kelompok strategi baru peningkatan sumber daya atau institusi sekolah. Beberapa inovasi manusia, kebijakan sekolah atau bisa diperkenalkan dalam waktu yang pengenalan kerja tim guru pada bidang- singkat (misalnya, memutuskan untuk bidang yang spesifik.
menerapkan model Classroom Dalam bahasa yang lebih eksplisit Management 122 yang baru dengan inovasi tidak selalu mengisyaratkan atau mengubah posisi duduk siswa dan guru), mengharuskan pembaharuan absolut. sementara bentuk inovasi lainnya mungkin Perubahan dapat dipandang sebagai suatu memerlukan waktu yang cukup lama,
113 Ibid. 114 Ibid. 115 Ibid. 116 Depdiknas, 2002. 117 Ibid. 118 Dharma, Surya dan Haedar Akib. Kreativitas sebagai Esensi dan Orientasi Pengembangan SDM, Manajemen USAHAWAN Indonesia, Akreditasi Dikti No. 134/DIKTI/KEP 2001, No. 06/TH. XXXIII Juni 2004b,
h. 29-36. 119 Ibid.
16 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 16 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
Hidup / Usaha
Based Education. 123 Dalam merumuskan tujuan hidup / usaha tersebut perlu perenungan
Penerapan Ilmu Kewirausahaan
koreksi, yang kemudian berulang- Ilmu kewirausahaan adalah suatu
ulang dibaca dan diamati sampai disiplin ilmu yang mempelajari tentang
memahami apa yang menjadi ke- nilai, kemampuan (ability) dan perilaku
mauannya. seseorang dalam menghadapi tantangan 2. Kemampuan Memotivasi diri
hidup untuk memperoleh peluang dan Untuk melahrikan suatu tekad yang berbagai resiko yang mungkin di-
menyala-nyala perlu dilakukan bagi hadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut
seorang wirausaha. Thomas W. Zimmer ( 1996 ), kewira- 3. Kemampuan untuk Berinisiatif
usahaan adalah hasil dari suatu disiplin, Mengerjakan sesuatu yang baik tanpa proses sistematis penerapan kreativitas dan
menunggu perintah, yang dilakukan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan
berulang-ulang sehingga menjadi peluang dipasar. Dahulu, kewirausahaan
kebiasaan berinisiatif. dianggap hanya dapat dilakukan melalui 4. Kemampuan berinovasi
pengalaman langsung di lapangan dan Inovasi melahirkan kreativitas (daya merupakan bakat yang dibawa sejak lahir,
cipta) setelah dibiasakan berulang- sehingga kewira-usahaan tidak dapat
ulang akan melahirkan motivasi. dipelajari dan diajarkan sekarang,
Kebiasaan inovatif adalah desakan kewirausahaan bukan hanya urusan
dalam diri untuk selalu mencari lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu
berbagai kemungkinan baru atau yang dapat dipeljari dan diajarkan. Artinya
komvinasi baru apa saja yang dapat kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan
dijadikan peran dalam menyajikan sejak lahir atau urusan pengalaman
barang dan jasa bagi kemakmuran lapangan tetapi juga dapat dipelajari dan
masyarakat. diajarkan. Seorang yang memiliki bakat 5. Kemampuan untuk membentuk modal
kewirausahaan dapat mengembangkan uang atau barang modal bakat melalui pendidikan.
6. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membaisakan diri selalu tepat
Objek Studi Kewirausahaan
waktu dalam segala tindakan melalui Objek studi kewirausahaan adalah
kebiasaan selalu menunda pekerjaan. nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang 7. Kemampuan mental yang dilandasi
diwujudkan dalam bentuk perilaku.
dengan agama Menurut Soeparman Soemahamidjaya 124 , 8. Kemampuan untuk membiasakan diri
kemampuan seseorang yang menjadi objek dalam mengambil hikmah dan kewirausahaan meliputi :
pengalaman baik maupun menya- kitkan
ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 17
Hakekat Kewirausahaan
1) Penuh percaya diri, dengan indikator Pada dasarnya kewirausahaan
penuh keyakinan, optimis, disiplin, merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang
berkomitmen dan bertanggung jawab; melekat pada individu yang memiliki 2) Memiliki inisiatif, dengan indikator kemauan keras untuk mewujudkan dan
penuh energi, cekatan dalam bertindak mengembangkan gagasan kreatif dan
dan aktif;
inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan 3) Memiliki motif berprestasi dengan yang bernilai. 125 Jiwa dan sikap
indikator berorientasi pada hasil dan kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh
berwawasan ke depan; usahawan, 126 melainkan juga pada setiap 4) Memiliki jiwa kepemimpinan dengan orang yang berpikir kreatif dan bertindak
indikator berani tampil beda, dapat inovatif. 127 Kewirausahaan adalah
dipercaya dan tangguh dalam kemampuan kreatif dan inovatif yang
bertindak;
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya 5) Berani mengambil risiko dengan untuk mencari dan memanfaatkan peluang
penuh perhitungan. menuju sukses. 128 Inti kewirausahaan menurut Drucker (1959) yang dikutip oleh
Aksioma yang mendasari proses Alma (2006), 129 adalah kemampuan untuk kewirausahaan adalah adanya tantangan menciptakan sesuatu yang baru dan dalam berpikir kreatif dan bertindak berbeda melalui pemikiran kreatif dan inovatif untuk menghasilkan nilai tambah tindakan inovatif demi terciptanya peluang. dari apa yang diusahakan. Ide kreatif dan Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan inovatif wirausaha tidak sedikit yang memiliki lima ciri yakni: 130
diawali dengan proses imitasi dan
Ciri – ciri
Watak
(1) Percaya Diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimis
(2) Berorientasi Pada Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, Tugas Dan Hasil
ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras mempunyai dorongan kuat, enerjik dan inisiatif
(3) Pengambilan Resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar Dan Suka Tantangan
(4) Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
(5) Keorisinilan
Inovatif, kreatif, dan fleksibel
(6) Berorientasi Belajar dari pengalaman masa lalu dan selalu memiliki kemasa depan
pandangan untuk kemajuan dan pencapaian tujuan.
Soeparman Soemahamidjaya, 1997, hal. 14 – 15
Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 15-18.
Alma, H. Buchari. 2006. Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung, h. 22-35.
18 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013 18 ISSN: 2302 - 4119 Vol. 1, No. 1; January 2013
kewirausahaan. 132 Berikut ini dapat Belajar dari pengalaman akan membantu digambarkan dalam tabel tentang ciri-ciri wirausaha menyalurkan kegiatan untuk dan watak kewirausahaan seperti dibawah mencapai hasil yang lebih produktif dan ini : 133
positif, sehingga keberhasilan merupakan Wirausaha adalah seorang pembuat buah dari usaha yang tidak mengenal lelah. keputusan yang membantu terbentuknya
Wirausaha adalah orang yang sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas mempunyai tenaga dan keinginan untuk dari keterikatan lembaga lain. 134 Sebagian terlibat dalam petualangan inovatif. 137 besar pendorong perubahan, inovasi dan Wirausaha juga memiliki kemauan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah menerima tanggung jawab pribadi dalam akan datang dari kepala sekolah yang mewujudkan keinginan yang dipilih. 138 memiliki jiwa wirausaha. Kepala sekolah Menurut McClelland, terdapat sembilan tersebut adalah orang yang memiliki ciri wirausahawan, yaitu: 139 kemampuan untuk mengambil risiko dan 1) Keinginan untuk berprestasi mempercepat pertumbuhan dan dinamika 2) Bertanggung jawab kegiatan di lembaganya. Sampai pada 3) Preferensi kepada risiko menengah tataran tertentu keberhasilan seorang 4) Persepsi pada kemungkinan berhasil wirausaha tergantung pada kesediaan 5) Rangsangan oleh umpan balik untuk bertanggung jawab atas pe- 6) Enerjik dalam beraktivitas kerjaannya sendiri.