TOLERANSI BERAGAMA DAN KERUKUNAN DALAM P

TOLERANSI BERAGAMA DAN KERUKUNAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Adeng Muchtar Ghazali

Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia.

E-mail: amgy.59@gmail.com __________________________

Abstract

Basically as spiritual beings, human want to live in peace. One result of observations on religious studies shows that Islam as a religion upholds peace and harmony in high esteem. Islam offers the concept of tolerance in diversity, that is tasamuh (tolerance) because it teaches Muslims the tenets of Rahmat (love), Hikmat (wisdom), maslahat ammat (universal benefit) and adl (Justice). The concept of tolerance in this context is viewed from many aspects — theology, sociology and cultural studies. Human beings should accept the facts of diversity including that of religions with tolerance that is called religious pluralism. In fact, religious dialogue as a part of tolerance attitude could create harmony in the community. For example, both Moslems and non-Moslems as citizens of Madinah were protected from their enemy by Muhammad Saw as God's Messenger, so a Madinah Charter was created.

Keywords:

Tolerance; tasamuh; dialogue; pluralism. __________________________

Abstrak

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk beragama mendambakan kedamaian. Setiap agama mengajarkan nilai-nilai toleransi. Sebagian dari hasil temuan bahwa Islam hadir sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai perdamaian dan kerukunan. Islam menawarkan konsep toleransi terhadap perbedaan yang disebut dengan tasamuh, Sebab di dalam konsep tasamuh terdapat nilai kasih (rahmat), kebijaksanaan (hikmat), kemaslahatan universal (maslahat ammat), keadilan (adl). Toleransi dalam konteks ini ditinjau dari beberapa aspek yaitu teologis, sosiologis dan budaya. Dengan toleransi diharapkan manusia mampu mengakui keragaman termasuk keragaman agama yang disebut pluralism. Selain toleransi dan pluralism, konsep dialog agama pun hadir untuk menciptakan kerukunan tersebut, sebagaimana Islam mencontohkan dengan teladan Muhammad Saw sebagai rosul sewaktu di Madinah yang melindungi setiap warganya baik muslim maupun non muslim dari musuhnya sehingga terciptalah piagam madinah.

Kata Kunci:

Toleransi; tasamuh; dialog; pluralisme.

kepercayaan, atau ajaran Tuhan itu, yang tentu Para penstudi agama pada umumnya saja menjadi bersipat relatif, dan sudah pasti, memisahkan agama sebagai doktrin ( religion ) kebenarannya pun menjadi bernilai relatif. Hal dan agama sebagai perilaku ( religiosity ) atau ini karena, setiap penyikapan terikat oleh yang dipraktekkan oleh para penganutnya. sosio-kultural, dan setiap lingkungan sosio- Pemisahan ini penting dilakukan sebagai kultural tertentu sangat mempengaruhi upaya untuk membedakan ajaran agama pemahaman seseoang tentang agamanya. Dari berdasarkan teks (kitab suci) dan pemahaman sinilah muncul, keragaman pandangan dan umat terhadap teks. Untuk yang pertama, paham keagamaan.

A. PENDAHULUAN

agama diartikan sebagai ”seperangkat doktrin, Dalam kajian-kajian sosiologis, misalnya, kepercayaan, atau sekumpulan norma, dan Emile Durkheim membedakan istilah religion ajaran Tuhan yang bersipat universal dan dan religious phenomena . Religion menun- mutlak kebenarannya. Sedangkan yang kedua, jukkan pada keyakinan atau dogma, sementara berhubungan dengan penyikapan atau pema- religious phenomena menunjukkan pada sikap haman para penganut agama terhadap doktrin,

Islam

mental dan perilaku keagamaan. 1 Pemahaman dan sosial kultural. Untuk pendekatan kedua Durkheim tentang agama cenderung bersifat dan ketiga, biasanya dikelompokkan pada

fungsional, yaitu melihat fungsi agama dalam pendekatan teoritis. Pendekatan teologis tak kehidupan manusia, atau tepatnya disebut lain adalah mengkaji hubungan antar agama dengan istilah the functional definition of berdasarkan sudut pandang ajaran agamanya religion . Yewangoe memandang bahwa istilah masing-masing. Bagaimana doktrin-doktrin ini menunjukkan definisi agama dalam penger- agama “menyikapi” dan “berbicara” tentang tian : (1) peranannya dalam masyarakat; (2) agamanya dan agama orang lain. Sementara agama ialah suatu sistem interpretasi terhadap pendekatan teoritis melawati analisis politis dunia yang mengartikulasikan pemahaman diri dilihat dalam konteks "kerukunan" yang dan tempat serta tugas masyarakat dalam alam bermaksud melihat, bagaimana masing- semesta; (3) agama ditempatkan sebagai inti masing dari (penganut) agama merawat masyarakat; dan (4) agama merupakan bagian ketertiban, kerukunan dan stabilitas suatu

yang bersipat 2 konstitutif terhadap masyarakat. masyarakat yang multi agama. Sedangkan Keberagamaan dalam kepenganutan agama pendekatan kultur atau budaya adalah untuk

sangatlah sosiologis, sehingga untuk me- melihat dan memahami karakteristik suatu mahami agama perlu pula di lihat dalam masyarakat yang lebih menitik beratkan pada konteks ”hubungan antar (kepenganutan) aspek tradisi yang makan dan berkembang, agama”. Sehubungan kepenganutan merupa- dimana agama dihormati sebagai sesuatu yang kan refleksi keyakinan seseorang tentang sakral dan luhur yang dimiliki oleh setiap agamanya, maka pembahasan tentang Hubu- manusia atau masyarakat. Tradisi "rukun", ngan Antar (Kepenganutan) Agama memiliki menjadi simbol dan sekaligus sebagai dua aspek penting: Pertama, aspek yang karakteristik suatu masyarakat yang telah berkaitan dengan doktrin agama; dan kedua, berlangsung turun temurun dan sejak lama. aspek yang berkaitan dengan umat beragama. Misalnya,

"kerukunan hidup Dalam pembahasannya, kedua aspek itu tidak antarumat beragama", dapat dianalisis bisa dipisahkan, sebab doktrin agama menjadi melewati pendekatan politis maupun kultural. sumber dan penyikapan manusia beragama. Konsep itu, lebih menitikberatkan pada Inti pembahasannya terletak pada umat muatan politis dan kulturalnya dibanding beragamanya. Oleh karena itu, dalam meng- teologis, sebab agama begitu nyata terlibat kaji Hubungan Antar Agama, setidaknya ada 3 dalam dunia manusia yang tak lepas dari (tiga) pendekatan yang dapat digunakan, yaitu kecenderungan kultural dan politisnya. 4 teologis, politis, dan sosial-budaya (antropo-

Konsep

Melalui kajian teologis, kita dapat logis-sosiologis). Ketiga pendekatan ini, satu memahami teks-teks masing-masing agama sama lain saling mempengaruhi, dan akan berkaitan dengan penyikapan agamanya terlihat manakala kita mengkaji suatu obyek dengan agama orang lain. Oleh sebab itu,

masyarakat bergama. 3 buku-buku yang di tulis oleh para ulama dan Berbagai perspektif dan teori dalam cendekiawan agama berkenaan dengan mempelajari dan memahami kebhinekaan penyikapan agama masing-masing itu, sangat dalam beragama itu banyak ditemukan. membantu dalam memahami doktrin-doktrin Setidaknya, tiga pendekatan yang sering agama berkaitan dengan relasi antar agama. dipergunakan : pendekatan teologis, politis, Apakah aspek politik, ekonomi, sosial budaya,

dan lain sebagainya. Sementara, dari

pandangan politis, dapat memandang dari

Emile Durkheim, , the Elementary Forms of the

ideologi suatu negara atau masyarakat yang

Religious Life , translated by Joseph Ward Swain, (London: George Allen & Unwin LTD, 1976), 23-47.

dipunyaiinya.

Ideologi ini sangat

2 Andreas Anangguru Yewangoe, Agama dan

mempengaruhi terhadap relasi masing-masing

Kerukunan , (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009),3. 3 Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama,

(Bandung : Pustaka Setia,2005), 25. 4 Muchtar Ghazali, Ilmu Studi Agama ,22-23 26 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40

Islam

agama. Pada suatu negara yang bertipe menjadikan wajah kebenaran itu tampil "demokratis" (umumnya di Barat), maka berbeda saat akan dibahasakan dan dimaknai. hubungan antar agama akan bersifat Sebab perbedaan ini tak dapat dilepaskan demokratis pula, tapi lebih mempunyai begitu saja dari berbagai latar belakang dan kecenderungan bahwa agama itu hanya milik referensi yang diambil peyakin – dari konsepsi individu dan bersifat internal. Sebaliknya, ideal bergeser ke bentuk-bentuk normatif yang pada sebuah masyarakat yang tak atau semi bersifat kultural. Dan ini lah yang biasanya di demokratis (umumnya di Timur), cenderung gugat oleh berbagai gerakan keagamaan sosok agama bersifat eksklusif, masing-masing ( harakah ) pada umumnya. Karena mereka umat beragama ingin menonjolkan dan mengklaim telah memahami, memiliki, dan menampakkan agamanya sebagai satu-satunya bahkan menjalankan secara murni dan sumber semua aspek kehidupan manusia, tapi konsekuen nilai-nilai suci itu. Keyakinan ini sulit diwujudkan dalam praktek-praktek menjadi legitimasi dari semua perilaku berbangsa dan bernegara, karena berbenturan pemaksaan konsep-konsep gerakannya kepada dengan agama-agama lain dan tradisi atau manusia lain yang berbeda keyakinan dan budaya lainnya yang telah berkembang cukup pemahaman dengan mereka. Armahedi lama.

Mahzar berpendapat bahwa absolutisme, eksklusivisme, fanatisme, ekstrimisme, dan

Para agamawan (juga cendikiawan) di agresivisme adalah "penyakit" yang biasanya Indonesia telah mengajukan banyak teori menghinggapi aktivis gerakan keagaman. berkenaan dengan toleransi beragama, tapi Absolutisme ialah kesombongan intelektual; apabila diringkas meliputi dua hal, yaitu : ekslusivisme ialah kesombongan sosial; pertama , dari sisi ‘konsep kerukunan', yakni fanatisme ialah kesombongan emosional; penjelasan teologis masing-masing doktrin ekstremisme ialah berlebih-lebihan dalam agama; dan kedua , pada aspek ‘dialog' antar bersikap; dan agresivisme ialah berlebih- cendekiawan yang direalisasikan dalam bentuk lebihan dalam melakukan tindakan fisik. Tiga relasi antar lembaga formal. Namun, hubungan penyakit pertama ialah wakil resmi antar lembaga formal ini baru bersifat kesombongan (‘u jub ). Dua penyakit terakhir

seremonial, belum pada tataran konsepsional. 5 ialah wakil resmi sifat berlebih-lebihan. Lahirnya "orde reformasi", menampakkan

kelemahan pada konsep kerukunan umat B. HASIL DAN PEMBAHASAN

beragama yang

telah

dibentuk dan 1. Toleransi dan Tasamuh

dipublikasikan. Ternyata, konsep tersebut Istilah toleransi berasal dari bahasa Inggris dapat berjalan lebih bersifat pendekatan tolerance atau tolerantia dalam bahasa Latin. "keamanan" dibandingkan "kesadaran". Maka Dalam bahasa Arab istilah ini merujuk kepada dari itu, secara praktis, dialog keagamaan kata tasamuh atau tasahul yaitu; to tolerate, to harus berangkat dari kesadaran beragama. overlook, excuse, to be indulgent,, forbearing,

Sebab, kesadaran beragama lahir dari lenient, tolerant, merciful. Perkataan pengetahuan dan pengalaman beragama.

tasamuh; bermakna hilm dan tasahul; Dalam pendekatan teologis, nampaknya diartikan sebagai indulgence, tolerance, tidak bisa dipungkiri dan telah menjadi toleration, forbearance, leniency, lenitt,

pengetahuan awam bahwa setiap agama clemency, mercy dan kindness 6 . Sementara, mempunyai kebenaran. Keyakinan mengenai kata "kerukunan" dalam Kamus Besar Bahasa yang benar itu didasarkan kepada Tuhan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen sebagai satu-satunya sumber kebenaran.

Dalam tataran sosiologis, klaim kebenaran

Fundamentalis dan

berubah menjadi simbol agama yang dipahami Fundamentalis lainnya, (Bandung: Pustaka, 1993), ix. secara subyektif oleh setiap pemeluk agama. Ia

6 Rohi Baalbaki, Al-Mawrid: A Modern Arabic

tak lagi utuh dan absolut. Pluralitas manusia English Dictionary (Beirut: Dar El-Ilm Lil Malayyin,

Islam

Pendidikan dan Kebudayaan, diartikan sebagai pendidikan Guru dan jenjang Pendidikan “hidup bersama dalam masyarakat melalui Ting gi, bahwa “toleransi adalah peng- "kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tak hormatan, penerimaan dan penghargaan ten- menciptakan perselisihan dan pertengkaran". tang keragaman yang kaya akan kebudayaan Kerukunan adalah kata yang dipenuhi oleh dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara

muatan makna "baik" dan "damai". Intinya, 8 sebagai manusia”. Pengertian ini menun- hidup bersama dalam masyarakat dengan jukkan bahwa untuk mewujudkan dan

"kesatuan hati" dan "bersepakat" untuk tidak memlihara toleransi diperlukan pengetahuan, menciptakan perselisihan dan pertengkaran. 7 keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan

Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka pemikiran, kata hati dan kepercayaan. Dengan “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan demikian, toleransi adalah “harmoni dalam didambakan oleh masyarakat manusia.

perbedaan”, yang tidak hanya menuntut Di dalam Islam, istilah tasamuh pada kewajiban moral semata, tetapi juga dasarnya tidak semata-mata selaras makna 9 persyaratan politik dan hukum.

dengan kata tolerance, karena tasamuh Dalam kehidupan beragama, perilaku memberi arti memberi dan mengambil. toleran merupakan satu prasyarat yang utama Tasamuh berisi tindakan tuntutan dan bagi setiap individu yang menginginkan satu penerimaan dalam batas-batas tertentu. bentuk kehidupan bersama yang aman dan Tasamuh berisi harapan pada satu pihak untuk saling

Dengan begitu memberi dan mengambil secara sekaligus. diharapkan akan terwujud pula interaksi dan Subjek yang melakukan tasamuh dalam Islam kesepahaman yang baik di kalangan dinamakan mutasamihin , yang berarti masyarakat beragama tentang batasan hak dan “pemaaf, penerima, menawarkan, pemurah kewajiban mereka dalam kehidupan sosial sebagai tuan rumah kepada tamu”. Dalam yang terdiri dari berbagai macam perbedaan

menghormati.

pelaksanaannya, 10 orang yang melakukan baik suku, ras, hingga agama dan keyakinan. tindakan tasamuh ini tidak sepatutnya Akan tetapi, meskipun penjabaran makna

menerima saja sehingga menekan batasan hak toleransi ini mengandung rumusan akan dan kewajibannya sendiri. Dengan kata lain, penghargaan atas keberadaan orang lain, tidak perilaku tasamuh dalam beragama memiliki sederhana dalam pelaksanaannya. Terdapat pengertian untuk tidak saling melanggar banyak persoalan mengenai pendekatan yang batasan, terutama yang berkaitan dengan harus dilalui dalam membentuk satu batasan keimanan ( aqidah ). Meskipun masyarakat yang harmonis, terutama yang tasamuh memiliki pengertian seperti di atas, terkait dengan adanya perbedaan masalah dalam banyak konteks, ia seringkali

diselaraskan arti dengan kata “toleransi”. Al-

8 Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata Buku Sumber UNESCO-APNIEVE, Belajar

Untuk Hidup Bersama Dalam Damai Dan Harmoni ,

tasamuh /toleransi secara tersurat dalam ayat- (Bangkok: Kantor Prinsipal Unesco untuk Kawasan ayatnya. Namun, secara eksplisit al- Qur’an Asia-Pasifik, dan Universitas Pendidikan Indonesia, menjelaskan konsep toleransi dengan segala 2000,154. 9

batasan-batasannya. Oleh karena itu, dalam

UNESCO-APNIEVE, Belajar Untuk Hidup

Bersama Dalam Damai Dan Harmoni implementasinya ayat-ayat yang menjelaskan , 155.

10 Istilah toleransi keagamaan secara historis disebut

tentang konsep toleransi dapat dijadikan "toleration", pertama kali ditelaah oleh John Locke rujukan dalam kehidupan.

(1963) dalam konteks hubungan antar gereja dan negara

Pengertian toleransi di atas, sejalan pula di Inggris. Toleration disini mengacu pada kesediaan dengan makna toleransi yang terdapat dalam untuk tidak mencampuri keyakinan, sikap, dan tindakan

Buku Sumber UNESCO-APNIEVE untuk orang lain, meskipun mereka tak disukai. Negara tak

boleh terlibat dalam urusan agama, dan juga tak boleh ditangani oleh kelompok agama tertentu. Lihat, Saeful

77 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Mujani, Muslim Demokrat, Islam, Budaya Demokrasi, Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: Balai Pustaka,1985,

dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca -Orde Baru ,( 850.

Jakarta: Gramedia), 159.

28 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40

Islam

agama dan keyakinan. Dengan demikian, seluruh umat manusia. Penerimaan tersebut dapat diringkas bahwa toleransi ini mengarah

selayaknya juga diapresiasi dengan kelapang- kepada sikap terbuka dan mau menyakini

an untuk mengikuti seluruh petunjuk dalam adanya berbagai perbedaan, baik dari sisi suku

menerimanya. Mereka yang tidak bisa mene- bangsa, bahasa, warna kulit, adat-istiadat,

rima adanya pluralitas berarti mengingkari budaya, bahasa, serta agama.

ketetapan Tuhan. Berdasarkan hal ini pula maka toleransi menjadi satu ajaran penting

2. Toleransi Sebagai Ajaran Islam

yang dibawa dalam setiap risalah keagamaan,

Islam mengajarkan bahwa adanya perbeda- tidak terkecuali pada sistem teologi Islam. an diantara manusia, baik dari sisi etnis

Konsepsi tasamuh atau toleransi dalam maupun perbedaan keyakinan dalam ber- kehidupan keberagamaan pada dasarnya agama merupakan fitrah dan sunnatullah atau

merupakan salah satu landasan sikap dan sudah menjadi ketetapan Tuhan, tujuan

perilaku penerimaan terhadap ketetapan utamanya adalah supaya diantara mereka

Tuhan. Toleransi beragama di sini tidak saling mengenal dan berinteraksi. 11 Barang- lantas dimaknai sebagai adanya kebebasan

kali, adanya beragam perbedaan merupakan untuk menganut agama tertentu pada hari ini kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan

dan menganut agama yang lain pada tak dapat dipungkiri.

keesokan harinya. Toleransi beragama juga tidak berarti bebas melakukan segala macam

Makhluk sosial ialah makhluk yang satu praktik dan ritus keagamaan yang ada tanpa sama lain saling membutuhkan. Makhluk

peraturan yang ditaati. Toleransi dalam sosial ialah makhluk yang mempunyai

kehidupan beragama harus dipahami sebagai kemampuan berdialog dengan orang lain dan

bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lingkungannya. Dialog ialah percakapan

lain selain agama yang dianutnya dengan antara dua orang atau lebih. Dialog dapat juga

segala bentuk sistem dan tata cara didefinisikan sebagai "pergaulan antara

peribadatannya, serta memberikan kebebasan pribadi-pribadi yang saling memberikan diri

untuk menjalankan keyakinan agama masing-

masing, tanpa harus bertabrakan dalam sebagaimana adanya." 12 Dari penjelasan ini,

dan berusaha mengenal pihak lain

kehidupan sosial karena adanya perbedaan secara sosiologis ataupun psikologis, dialog

keyakinan tersebut.

merupakan kebutuhan hakiki. Manusia Pengertian tentang tasamuh atau toleransi membutuhkan dialog, untuk membuka diri

dalam kehidupan beragama yang ditawarkan kepada orang lain, dengan mendasari pada

oleh Islam begitu sederhana dan rasional. prinsip-prinsip : (a) keterbukaan kepada pihak

Islam mewajibkan para pemeluknya mem- lain; (b) memberikan tanggapan dan kerelaan

bentuk batas yang tegas dalam hal akidah dan berbicara terhadap pihak lain; dan (c) saling

kepercayaan, sambil tetap melindungi prinsip percaya bahwa kedua belah pihak memper- penghargaan terhadap keberadaan para sembahkan informasi yang benar dengan

pemeluk agama lain dan melindungi hak-hak caranya sendiri. 13 Dialog selalu bermakna

mereka sebagai pribadi dan anggota menemukan bahasa yang sama, tapi bahasa

masyarakat. Pembatasan yang jelas dalam hal sama ini diekspresikan dengan kata-kata yang

akidah atau kepercayaan ini merupakan upaya berbeda. Islam untuk menjaga para pemeluknya agar 14

Sebagai ketetapan Tuhan, adanya perbeda- tidak terjebak pada sinkretisme. Dalam an dan pluralitas ini tentu harus diterima oleh

QS. al-Kafirun: 1-6; QS. Luqman: 15; juga Q.S. Al-Hujarat : 13

QS. al-Mumtahanah: 8. Meskipun umat Islam D. Hendropuspito, Sosiologi Agama,

diperbolehkan untuk berinteraksi dengan orang-orang (Yogyakarta: Kanisius, 1983),172.

kafir dalam berbagai bidang kehidupan umum, dan D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, 172-

yang lainnya), namun khusus dalam masalah agama 173

yang meliputi aqidah, ritual ibadah, hukum, dan

Islam

konteks ini, Hamka dalam menafsirkan surat 18 rahmatan lil ‘alamin. Sikap toleran ini jika al-Kafirun bahwa : “ Surat ini memberi

diajarkan dan diterapkan dengan baik akan

pedoman yang tegas bagi kita pengikut Nabi

menyadarkan orang bahwa dalam memeluk

Muhammad SAW, bahwasanya aqidah

agama tertentu tidak boleh ada pemaksaan, 19

tidaklah dapat diperdamaikan, tauhid dan

apalagi disertai dengan tindakan yang bisa

syirik tidak dapat dipertemukan. Kalau yang

mengancam keselamatan orang lain.

hak hendak disatukan dengan yang bathil,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

maka yang bathil menang. Aqidah tauhid

toleransi atau tasamuh merupakan salah satu

tidak mengenal sinkritisme artinya sesuai

ajaran inti yang sederajat dengan ajaran lain,

menyesuaikan, misalnya antara animisme

misalnya kasih ( rahmat ), kebijaksanaan

dengan tauhid, penyembahan berhala dengan

( hikmat ), kemaslahatan universal ( maslahat

shalat, menyembelih binatang untuk memuja

ammat ), keadilan ( adl ). Beberapa ajaran inti berhala dengan membaca Bismillah.” 15 Islam tersebut merupakan sesuatu yang

Dengan demikian, sikap toleransi memiliki

meminjam istilah ushul fikih bersifat

qathiyyat , yakni tak bisa dibatalkan dengan

dengan masalah akidah. Ajaran Islam dengan

nalar apa pun, dan kulliyyat , yaitu bersifat

tegas juga melarang para pemeluknya untuk

universal, melintasi ruang dan waktu ( shalih

berperilaku seperti para penganut agama

li kulli zaman wa makan ). Singkatnya,

lain. 16 Namun, pada saat yang sama Islam pun

prinsip-prinsip ajaran inti Islam itu bersifat

menyerukan untuk menghormati dan melihat

trans-historis, trans-ideologis, bahkan trans-

orang yang berbeda agama sebagai pribadi

keyakinan-agama.

yang utuh dengan semua hak dan

Islam yang toleran ini dalam kelanjutannya

kewajibannya yang mesti dihargai. Islam

melarang para pemeluknya untuk mencaci-

universal Islam sebagai agama untuk seluruh

maki orang lain, dan melarang segala bentuk

manusia. Tasamuh yang diajarkan oleh Islam

perlakuan yang bisa mencederai kehidupan

tidak akan merusak misi suci akidah, bersama dalam sebuah masyarakat. 17 melainkan lebih sebagai penegasan akan

Toleransi dalam hidup beragama yang diajarkan Islam pada pemeluknya jika 18 Lihat keterangan al- Qur’an berikut: “Dan

diterapkan secara seimbang akan melahirkan tidak Kami mengutusmu melainkan untuk menebarkan

rahmat di seluruh alam…” (QS. al-Anbiya: 107).

wajah Islam yang inklusif, terbuka, ramah,

19 Lihat surat al-Baqarah ayat 256 yang

dan selaras dengan misi nubuwah; Islam menyebutkan: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki)

agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman

semacamnya, sebagaimana dinyatakan dalam surat ini,

kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang

umat Islam harus bersikap tegas kepada para pemeluk

kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan

agama lain, tidak boleh ada upaya pencampuradukkan

putus. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

keyakinan (sinkretisme). Mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 256). Hal yang serupa

15 Lihat Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz III.

pernah dinyatakan oleh Sir T.W Arnold dalam bukunya

(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), 264. “The Preaching of Islam”, yang menegaskan bahwa

“Barangsiapa yang meniru suatu kaum maka dia termasuk dalam golongan mereka” 17 Kenyataan ini dapat ditemukan dalam

paksaan bukan lah faktor penentu dalam konversi 16 Lihat keterangan al- Qur’an berikut: “...Janganlah mereka seperti orang

Kitab kepadanya...”

agama, ini dapat dinilai dari relasi baik yang terwujud

keterangan al- Qur’an berikut: "Hai orang-orang yang

antara orang Kristen dengan orang Arab Islam. Nabi

beriman, jauhilah

kebanyakan

purba -sangka

Muhammad Saw. sendiri telah mengadakan beberapa

(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu

perjanjian dengan pihak Kristen dengan menjanjikan

dosa. dan jangan lah mencari-cari keburukan orang

perlindungan kepada mereka serta menjamin kebebasan

dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

mereka dalam beribadat, dan kepada pihak gereja Nabi

seorang diantara kamu yang suka memakan daging

berjanji tidak akan mengganggu hak dan kekuasaan

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu

lama yang sudah ada pada mereka. Lihat Thomas W.

merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.

Arnold , The Preaching of Islam: A History of The

Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha

Propagation of The Muslim Faith, 2nd ed. (London: Penyayang." (QS. al-Hujurat: 12). Constable and Co. Ltd, 1993), 279-280.

30 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40

Islam

kepribadian muslim di tengah pluralitas Ridha sebagaimana dikutip oleh ‘Abdul kehidupan beragama. Dengan demikian, pada Hamid Hakim bahwa pengertian sebagai Ahl satu sisi Islam dapat dikatakan lebih al-kitab tak terbatas hanya kepada kaum menghargai pribadi yang mampu bertanggung Yahudi dan Nasrani seperti tercantum dengan jawab secara sosial tanpa harus meninggalkan jelas dalam al-Qur'an serta kaum Majusi nilai-nilai primordialnya sebagai muslim. Jika (pengikut Zoroaster) seperti tercantum dalam inti dari ajaran beragama adalah tidak sebuah hadits, namun pula mencakup agama- menyekutukan Allah Swt., berbuat baik, dan agama lain yang mempunyai suatu bentuk

beriman pada hari akhir, maka sikap toleran 21 kitab suci." adalah salah satu misi yang terkandung dalam

poin berbuat kebajikan tersebut. 20 3. Toleransi dan Pluralitas Agama

Hal yang sama terkait pentingnya toleransi Ajaran Islam tentang toleransi ini jika sebagai perwujudan Islam rahmatan lil ditinjau secara sosiologis, maka akan selaras

a’lamin ini juga pernah dilontarkan oleh dengan kenyataan tentang adanya pluralisme Nurcholis Madjid yang menyatakan bahwa agama.

keyakinan adalah pandangan-pandangan inklusivitas sangat kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan

Perbedaan

diperlukan pada hari ini, di mana perkem- tidak dapat dipungkiri. Pengakuan terhadap bangan ilmu pengetahuan dan kemajuan adanya pluralisme agama secara sosiologis ini teknologi telah mengantarkan umat manusia merupakan pengakuan toleran yang sangat untuk hidup di dalam sebuah "desa buwana" sederhana,

pengakuan secara ( global village ). Ia menegaskan: sosiologis tersebut tak berarti mengandung

namun

"Dalam desa buwana itu, seperti telah pengakuan terhadap kebenaran teologis dari disinggung, manusia akan semakin intim dan agama lain : "Seandainya Allah tidak meng- mendalam mengenal satu sama lainnya, tetapi imbangi segolongan manusia dengan sego- sekaligus juga lebih mudah terbawa kepada longan yang lain, maka pastilah bumi hancur; konfrontasi dan penghadapan langsung. sebab namun Allah mempunyai kemurahan yang

itu sangat diperlukan sikap saling mengerti dan melimpah kepada seluruh alam" 22 memahami, dengan kemungkinan mencari dan

beragama adalah mendapatkan titik kesamaan atau kalimatun menunjukkan kepada dinamika kehidupan

Pluralitas

dalam

sawa' semisal yang diperintahkan Allah di beragama yang beragama (plural). Ia dalam al-Qur'an. Dengan tegas al-Qur'an menampilkan suatu pluralitas tradisi dan melarang pemaksaan suatu agama kepada berbagai varian masing-masing tradisi, yang orang lain ataupun komunitas lain, betapa pun sekaligus pula menunjukkan terhadap suatu benarnya agama itu, karena akhirnya hanya teori partikular mengenai hubungan antara Allah lah yang mampu memberi petunjuk berbagai tradisi itu. Tradisi antar berbagai terhadap seseorang, secara pribadi. Namun, agama besar dunia yang menampakkan demi kebahagiaannya sendiri, manusia harus berbagai konsepsi, persepsi, dan respon terbuka kepada setiap pandangan atau ajaran, tentang ultim yang satu, realitas ketuhanan lalu bersedia mengikuti mana yang terbaik. yang penuh dengan misteri. Respon ini pada Itulah pertanda adanya hidayah dari Allah umumnya direfleksikan dalam bentuk kepada mereka. Dan patut kita camkan benar- pemikiran, sikap dan perilaku umat beragama, benar pendapat Sayyid Muhammad Rasyid baik mengambil bentuk eksklusif maupun

inklusif.

20 Terdapat banyak ayat dalam al- Qur’an yang menghubungkan antara beriman dan beramal saleh.

Salah satunya adalah ayat berikut: 21 “Demi masa.(1) Nurcholish Madjid, “Beberapa Renungan Sesunggungguhnya semua manusia berada pada

tentang Kehidupan Keagamaan untuk Generasi kerugian.(2) Kecuali orang-orang yang beriman dan

Mendatang”, dalam Jurnal Ulumul Qur’an, No.1 beramal sholih. Saling berwasiyat kepada kebenaran

Vol.IV,1993,16.

dan kesabaran. (3) 22 (QS. al- ‘Ashr : 1-3). Al- Qur’an surah al-baqarah, 251.

Islam

Pluralisme dapat muncul pada masyarakat meningkatkan toleransi setidaknya berkaitan dimanapun ia berada. Ia selalu mengikuti 23 dengan 4 (empat) hal, yaitu :

pertumbuhan masyarakat yang semakin cerdas 1. Perkembangan dunia modern yang dan tak ingin dibatasi oleh sekat-sekat

menunjukkan bahwa toleransi lebih penting sektarianisme. Pluraslime harus diartikan

dari sebelumnya. Globalisasi ekonomi dan sebagai konsekuensi logis dari Keadilan Ilahi,

meningkatnya mobilitas, bahwa keyakinan seseorang tak dapat diklaim

semakin

komunikasi, integrasi dan interdependensi, benar salah tanpa mengetahui dan memahami

perpindahan penduduk, urbanisasi dan terlebih dahulu latar belakang pemben-

pola-pola sosial yang berubah merupakan tukannya, seperti lingkungan sosial budaya,

ancaman global;

referensi atau informasi yang diterima, tingkat 2. Toleransi diperlukan antara orang-seorang, hubungan komunikasi, dan klaim-klaim

keluarga, dan paguyuban. Promosi toleransi kebenaran yang dibawa dengan kendaraan

dan pembentukan sikap keterbukaan, saling ekonomi-politik dan kemudian direkayasa

mendengar dan solidaritas, hendaklah sedemikian rupa untuk kepentingan sesaat,

mengambil tempat di sekolah-sekolah dan tidak akan diterima oleh seluruh komunitas

perguruan tinggi, pendidikan luar sekolah, manusia manapun.

di rumah dan tempat kerja;

3. Persamaan hak hidup dan Ras, untuk Pada situasi dewasa ini, diperlukan

menjamin persamaan dalam harkat dan kesadaran akan sifat dan hakekat "pluralistik"

hak-hak orang seorang dan kelompok, dan "lintas budaya". Disebut pluralistik ,

terutama berkaitan dengan perlindungan karena tidak ada lagi satu budaya, ideologi,

hukum dan sosial baik mengenai maupun agama yang dapat mengklaim sebagai

pekerjaan, kesehatan, satu-satunya sistem terbaik dan bahkan terunik

perumahan,

keaslian kebudayaan, dalam pengertian absolut. Di sebut lintas

menghormati

memberi kemudahan pada kemajuan dan budaya, karena komunitas manusia tak lagi

terutama melalui hidup dalam sekat-sekat, sehingga setiap

integrasi

sosial,

pendidikan; dan

persoalan manusia saat ini yang tidak 4. Studi-studi dan jaringan kerja ilmiah dipandang dalam parameter kemajemukan

untuk mengkoordinasi budaya adalah persoalan yang secara

dilaksanakan

jawaban paguyuban internasional pada metodologis salah letak. Agama bisa berfungsi

tantangan global sekarang ini, termasuk terhadap masyarakat yang pluralistis dan tidak

analisis oleh sains sosial mengenai akar saling berbenturan. Masalahnya, tentu bukan

permasalahan yang terjadi. Oleh karena itu, karena agama itu datang built-in dengan

dilakukan dapat konflik dan tampil a-sosial , tetapi karena

penelitian

yang

tindakan pengambilan sering dilihat bahwa para pemeluknya telah

mendukung

kebijakan dan penetapan standard oleh mengekspresikan kebenaran agamanya secara

negara-negara anggota. eksklusif dan monolitik, dalam artiannya

Toleransi dalam dimensi-dimensi sosial di bahwa subyektivitas kebenaran yang diyakini atas, sudah barang tentu akan semakin seringkali menafikan kebenaran yang diyakini memperkuat adanya keterbukaan, saling oleh pihak lain.

menghargai dalam perbedaan kepenganutan agama. Dalam Hubungan antara pluralitas kehidupan konteks ini, toleransi merupakan peneguhan keberagamaan dan ajaran toleransi dalam akan penghargaan keberadaan agama lain Islam harus sedapat mungkin dicermati sebagai fakta pluralitas sosial. Dalam hal ini, sebagai kenyataan sosiologis, dan tidak mengutip Mukti Ali, terdapat beberapa dipandang sebagai adanya pertemuan dalam pemikiran yang diajukan orang agar tercapai masalah-masalah teologis. Dalam dimensi- dimensi sosial, pentingnya memelihara dan 23 UNESCO-APNIEVE, Belajar Untuk Hidup

menghormati

dan

Bersama Dalam Damai Dan Harmoni . 32 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40

Islam

kerukunan dalam kehidupan beragama. mengakui bahwa agamanya sendiri itulah Pertama , sinkretisme, yakni pendapat yang yang benar, sedang agama-agama lain adalah menyatakan bahwa semua agama adalah salah, dan berusaha agar orang yang berbeda

sama. 24 Kedua , reconception, yakni agama masuk dalam agamanya. Kelima , agree menyelami dan meninjau kembali agama in disagreement (setuju dalam perbedaan), sendiri dalam konfrontasi dengan agama- yakni percaya bahwa agama yang dipeluk

agama 25 lain. Ketiga , sintesis, yakni itulah agama yang paling baik, dan menciptakan suatu agama baru yang elemen- mempersilahkan orang lain untuk meyakini

elemennya diambil dari berbagai agama, bahwa agama yang dipeluknya ialah agama supaya dengan demikian tiap-tiap pemeluk yang paling baik. Diyakini bahwa antara satu agama merasa bahwa sebagian dari ajaran agama dan agama lainnya, selain terdapat

agamanya telah terambil dalam agama sintesis 26 perbedaan, juga terdapat persamaan. (campuran) itu. Keempat , penggantian, yakni

Memahami ragam sikap dan pandangan tentang toleransi beragama ini, maka kajian

tentang tasamuh pada akhirnya tidak terlepas

24 Sinkretisme ini sekilas hampir mirip dengan

pandangan pluralisme teologis yang mengakui adanya

dari bahasan tentang pluralisme. Pluralisme

kesamaaan dan titik temu dalam berbagai ajaran agama

sendiri merujuk pada satu paham yang

yang ada, dan dengan itu mengakui pula adanya

meyakini bahwa keberagaman adalah satu-

kebenaran pada agama lain di luar yang dipeluknya.

satunya kenyataan yang melingkupi segala

Meskipun demikain ia seringkali dibedakan pula secara tegas dengan pluralisme, sebab pluralisme tidak

sesuatu. Pandangan ini berusaha untuk tidak

bertujuan mencampuradukkan agama sebagaimana

mereduksi sesuatu pada prinsip terakhir,

sinkretisme. Salah satu pandangan terkait hal ini adalah

melainkan meletakkannya sebagai kenyataan

pendapat Djohan Effendi yang menyatakan bahwa:

yang berdiri di tengah keragaman. Nurcholis

"Sebagai makhluk yang bersifat nisbi, pengetahuan dan

Madjid, misalnya, memaknai “pluralisme”

pengertian manusia tidak mungkin mampu menangkap dan menjangkau agama sebagai doktrin kebenaran

sebagai suatu sistem nilai yang memandang

secara menyeluruh dan tepat. Hal itu hanya ada dalam

secara positif dan optimis terhadap

ilmu Tuhan. Dengan demikian jika seorang penganut

keragaman, dengan menerimanya sebagai

mengatakan perkataan agama, yang terdapat dalam

sebuah kenyataan dan berbuat sebaik mungkin

pikirannya bukan hanya agama sendiri, akan tetapi

berdasarkan kenyatan akan keragaman itu 27 .

juga aliran yang dianutnya, bahkan pengertian dan pemahamannya sendiri. Oleh karena itu, pengertian

Dengan demikian dapat dipahami bahwa

dan pemahamannya tentang agama jelas bukan lah

secara konseptual toleransi beragama

agama itu sendiri dan karena itu tak ada alasan untuk

berhubungan erat dengan kajian pluralisme

secara mutlak dan apriori menyalahkan pengertian dan

agama. Berkaitan dengan pluralisme ini, Alwi

pemahaman orang lain." . Lihat Djohan Effendi,

Shihab mengungkapkan pendapatnya, bahwa :

“Dialog Antar Agama: Bisakah Melahirkan Teologi Pertama Kerukunan?”, dalam Majalah Prisma 5, Juni 1978,16. , pluralisme tidak semata-mata

Lihat juga Djohan Effendi, “Kemusliman dan

menunjuk pada kenyataan adanya kemaje-

Kemajemukan Agama” dalam Th. Sumarthana dkk.

mukan, tetapi juga keterlibatan aktif terhadap

(ed.), Dialog: Kritik dan Identitas Agama , (Penerbit

kenyataan kemajemukan tersebut. Pada pe-

Dian/Interfidei, t.t.) , 54-58.

ngertian yang pertama ini, seseorang dapat

Rekonsepsi ini lebih mengedepankan adanya dialog antar agama. Dengan demikian toleransi yang

dikatakan menyandang sifat “pluralis” apabila

dibangun lebih menggunakan pendekatan akademis.

dapat berinteraksi secara positif dalam

Dalam hal ini Osman Bakar menyatakan bahwa peranan

lingkungan kemajemukan tersebut. Dengan

dialog adalah: “..to bring dif ferent communities together to work for the common good of society in as much as they are forced by circumstances to life 26

A. Mukti Ali , “Ilmu Perbandingan Agama, together informasi by informasi while subscribing to

Dialog, Dakwah dan Misi”, dalam Burhanuddin Daja different spiritual faiths, religious ways of life, and

dan Herman Leonard Beck (red.), Agama dan political infor masiologies.” Lihat Osman Bakar and

Masyarakat , Yogyakarta: IAIN SUKA Press, 1993), Cheng Gek Nai, Islam and Confucianism, A

227-229.

Civilizational Dialogue, 27 (Kuala Lumpur: University of Nurcholis Madjid, Islam, Dokrin, dan Malaya press, 1997), 2.

Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1992 ), 25.

Islam

kata lain, pluralisme menunutu tiap pemeluk nitas yang berbeda-beda. Tentu saja ini agama untuk mengakui keberadaan hak agama mengisyaratkan pula, bahwa penegasan lain, tetapi ikut terlibat dalam usaha Alquran adanya agama Tuhan pada setiap memahami perbedaan dan persamaan guna rumpun manusia di masa lalu yang harus tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan. dihormati, sebagaimana sikap Islam terhadap Kedua , pluralisme harus dibedakan dengan Ahli Kitab. kosmopolitanisme.

Kosmopolitanisme

menunjuk kepada suatu realitas, yang di 4. Toleransi dan Kerukunan

dalamnya berbagai ragam agama, ras, dan Dari sikap toleransi, maka kerukunan bangsa, hidup secara berdampingan di sebuah dalam beragama secara bertahap dapat

lokasi. Namun demikian tidak terjadi interaksi terwujud. Sekalipun demikian, kerukunan positif antar penduduk lokasi tersebut, bukan merupakan nilai terakhir, tetapi baru khususnya di bidang agama. Ketiga , konsep merupakan suatu sarana yang harus ada pluralisme tidak dapat disamakan dengan sebagai ”conditio sine qua non” untuk relativisme. Seorang relativis akan berasumsi mencapai tujuan lebih jauh yaitu situasi aman bahwa hal- hal yang menyangkut “kebenaran” dan damai. Situasi ini amat dibutuhkan semua atau “nilai” ditentukan oleh pandangan hidup pihak dalam masyarakat untuk memungkinkan serta kerangka berpikir seseorang atau penciptaan nilai-nilai spiritual dan material masyarakatnya. Implikasi

paham yang sama-sama dibutuhkan untuk mencapai relativisme agama adalah bahwa doktrin tingkat kehidupan yang lebih tinggi. agama apapun harus dinyatakan benar dan Kesadaran untuk hidup rukun dan bersaudara semua agama adalah sama. Keempat , diantara para pemeluk agama, merupakan cita- pluralisme agama bukanlah sinkretisme (baca: cita dan ajaran fundamental dari masing- menciptakan suatu agama baru dengan

dari

masing agama. 30

memadukan unsur-unsur tertentu dari berbagai Kasih dan damai merupakan jantung ajaran ajaran agama yang ada). 28 agama, karena

merupakan kebutuhan Dengan merujuk pada Alquran, dapat kemanusiaan. Alquran mencoba mengem-

diketahui bahwa Islam bukan saja menerima bangkan moralitas tertinggi dimana perda- legitimasi pluralisme agama, tetapi juga maian merupakan komponen terpenting. Kata menganggapnya sebagai bersipat sentral dalam ’Islam’ diderivasi dari akar kata ’silm’ yang sistem kepercayaannya. Misalnya, dalam surat berarti ”kedamaian.” Visi kasih dalam Islam

5 ayat 48 menegaskan : dibangun di atas dua pilar, yaitu individu dan “Kepada setiap kamu sekalian Kami masyarakat. Hubungan individu-individu yang berikan aturan hukum ( syir’ah) dan jalan saleh dan damai akan membentuk masyarakat hidup ( minhaj ). Sekiranya Allah menghendaki, yang ideal, yaitu masyarakat yang berda- niscaya kamu sekalian dijadikan satu sarkan pada tiga pilar : keadilan politik, yang komunitas, tapi Allah hendak menguji kamu disebut dengan demokrasi; keadilan ekonomi, terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka yang disebut dengan kesejahteraan dan berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya pemerataan; dan keadilan sosial, yang disebut kepada Allah-lah kembali kamu sekalian, lalu dengan persamaan dan tersedianya akses diberitahukan kepadamu apa yang telah kamu

politik. 31

perselisihkan itu.” 29

Azyumardi Azra, dalam Kalimat “setiap kamu sekalian” dalam ayat perspektif teologi Islam tentang kerukunan di atas, jelas-jelas menunjukkan pada komu- hidup antar agama, dan konsekuensinya

Menurut

antarumat beragama, berkaitan erat dengan

28 Alwi Shihab, Islam Inklusif (Bandung:

Mizan, 1999), 41-42. 30 D.Hendropuspito, Sosiologi Agama 17

31 Muni’im A. Sirry, Membendung Militansi Muni’im A. Sirry, Membendung Militansi Agama, Iman dan Politik dalam Masyarakat Modern ,(

Agama, Iman

dan Politik dalam Masyarakat

Jakarta: Erlangga, 2003),171. Modern ,151.

34 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 1 (September 2016): 25-40

Islam

pertama dua hal, yakni 35 , berkaitan dengan dan kedamaian. Kata Islam menunjukkan doktrin Islam tentang hubungan antar sesama arti ”damai, selamat, penyerahan diri, tunduk,

manusia dan hubungan antara Islam dengan dan patuh.” Karakteristik ajaran Islam yang agama-agama lain; kedua , berkaitan dengan membawa fungsi rahmatal lil alamin itu pengalaman historis manusia sendiri dalam diantaranya :

hubungannya dengan agama-agama yang 1. Islam menunjukkan manusia jalan hidup dianut oleh umat manusia. 32 Secara doktrin,

yang benar;

Islam pada esensinya memandang manusia 2. Islam memberikan kebebasan kepada dan kemanusiaan secara sangat positif dan

manusia untuk menggunakan potensi yang optimistis. Menurut Islam, manusia berasal

diberikan oleh Allah secara tanggung dari satu asal yang sama, yaitu keturunan

jawab;

Adam dan Hawa.Dari sinilah kemudian 3. Islam menghormati dan menghargai manusia berkembang menjadi bersuku-suku,

manusia sebagai hamba Allah, baik muslim berkaum-kaum atau berbangsa-bangsa lengkap

maupun yang beragama lain; dengan kebudayaan dan peradaban khas 4. Islam mengatur pemanfaatan alam secara masing-masing.Perbedaan ini mendorong

baik dan proporsional; dan manusia untuk saling kenal mengenal dan 5. Islam menghormati spesifik individu menumbuhkan apresiasi serta respek satu sama

manusia dan memberikan perlakuan yang lain. Dalam pandangan Islam, perbedaan di 36 spesifik pula.

antara umat manusia bukanlah karena warna kulit dan bangsa, tetapi hanyalah tergantung

Prinsip toleransi yang diwujudkan dalam pada tingkat ketaqwaan masing-masing. 33 bentuk keharusan hidup rukun, dapat dilihat

Inilah yang menjadi dasar perspektif Islam dalam konteks : pertama ; persaudaraan tentang ”kesatuan umat manusia”, yang pada kemanusiaan universal, semua umat manusia

gilirannya akan mendorong berkembangnya adalah satu keturunan. Umat Islam meyakini solidaritas

( ukhuwwah bahwa Adam adalah “nabi” dan “rasul” yang insaniyyah atau ukhuwwah basyariyyah dan pertama, dan Muhammad bin Abdullah adalah

antar

manusia

ukhuwah wathaniyah 34 ). “nabi” dan “rasul” terakhir, dan bahkan Doktrin Islam berkaitan dengan kerukunan meyakini pula bahwa “agama” nabi Adam

dapat dipahami pula dari fungsi Islam sebagai tentulah “Islam”. Mereka berkeyakinan bahwa rahmatal lil alamin , yaitu pembawa rahmat dari sejak nabi Adam sampai nabi Muhammad

sama “agama”nya yaitu Islam. Pengertian

Azyumardi Azra, “Bingkai Teologi

“Islam” dimaksudkan adalah “tauhid”. Dalam

Kerukunan Hidup Antarumat Beragama : Perspektif

al-Quran menyebut agama Ibrahim dan

Islam”, salah satu tulisan yang terdapat dalam buku, 37 Weinata Sairin, (Penyunting), Kerukunan Umat

Ya’cub besereta keturunannya adalah Islam ,

dan agama nabi Yusuf adalah Islam 38 .

Beragama Pilar Utama Kerukunan Berbangsa, Butir -

Demikian pula, istilah ”Islam” dalam al-Quran

Butir Pemikiran (Jakarta,BPK Gunung Mulia, 2006),

muatannya ada lah “nilai” bukan “institusi”

Sebagaimana terungkap dalam Alquran

atau “lembaga”. Hal ini difahami mengingat

Surah. 49 : 13.

kata “Islam” dengan derivasinya tidak pernah

Dalam Islam, istilah ukhuwah Islamiyah didalamnya mengandung pula pengertian ukhuwah

disebut sebanding dengan kata Yahudi dan

insaniyah dan ukhuwah

wathoniyah .

Ukhuwah

Nasrani sebagai sebuah institusi (agama yang

insaniyah berhubungan dengan persaudaraan manusia

terlembaga). Ketika al-Quran menyebut

secara universal tanpa memberdakan suku, ras, bangsa,

Yahudi dan Nasrani, juga Shobiin, digunakan

agama, dan aspek-aspek kehususan lainnya; sedangkan ukhuwah

persaudaraan yang diikat oleh nasionalisme/kebangsaan 35 Lihat; Q.S. Al-Anbiya, 170. tanpa membedakan agama, ras, adat istiadat, dan aspek- 36 Wahyudin, dkk. Pendidikan Agama Islam

aspek kekhususan lainnya.

Lihat;

Wahyudin,

Untuk Perguruan Tinggi , 91.

dkk.,Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, 37 Lihat, Q.S. Al-Baqarah : 132 (Bandung : Grasindo, 2008), 93. 38 Lihat, Q.S. Yusuf 101

Islam

istilah ”allazîna âmanû” (orang-orang yang Pada saat yang bersamaan, Agama Islam beriman). 39 Kedua , Islam mengajarkan bahwa mewajibkan kepada pemeluk-pemeluknya

manusia dilahirkan dalam keadaan suci untuk menyampaikan pesan-pesan Islam ( fitrah ). Dalam fitrahnya, setiap manusia dengan cara dakwah, yakni panggilan kepada dianugerahi kemampuan dan kecenderungan kebenaran agar manusia yang bersangkutan bawaan untuk mencari, mempertimbangkan, dapat mencapai keselamatan dunia dan

dan 45 memahami kebenaran, yang pada akhirat. Karena dakwah adalah "panggilan", gilirannya

akan membuatnya mampu maka konsekuensinya bahwa ia harus tidak mengakui Tuhan sebagai sumber kebenaran 46 melibatkan pemaksaan – la ikraha fi al-din .

tersebut. Kemampuan dan kecenderungan Dengan demikian jelas lah, Islam mengakui inilah disebut sebagai 40 hanif . Atas dasar hak hidup agama lain; dan membenarkan para

prinsip ini, Islam menegaskan bahwa setiap pemeluk agama lain tersebut untuk manusia adalah homo religious . Di dalam menjalankan ajaran-ajarannya masing-masing. Alquran, manusia hanif ini diidentifikasikan Di sini lah terletak dasar ajaran Islam dengan Nabi Ibrahim yang dalam pencarian 47 mengenai toleransi beragama. Dan, Islam

kebenaran pada akhirnya menemukan Tuhan jelas-jelas mengajarkan toleransi, yang jika yang sejati. Ibrahim dikenal sebagai panutan merujuk Alquran, toleransi merupakan al- tiga agama wahyu : Yahudi, Kristen, dan samhah yang artinya mudah, yang dibangun di

Islam. Demikian pula, nabi Muhammad yang 48 atas kemudahan, sebagaimana dalam tahu betul tentang orang-orang hanif ini pernah Alquran, bahwa ”Allah tidak menjadikan

menyatakan bahwa ”Islam identik dengan manusia dalam agama satu kesempitan, oleh Hanifiyyah”. 41 Dinamakan demikian, karena karena itu berkewajiban untuk mengikuti

”berserah diri” ( 49 al-nafiyyah ) adalah agama agama Ibrahim.” Ibrahim, dan ”orang yang berserah diri” ( al-