Aplikasi Beberapa Aktivator Untuk Merombak Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) Dari Danau Toba Menjadi Pupuk Organik

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi alam yang sangat beranekaragam dan dapat
dijadikan sebagai daerah objek wisata, potensi alam tersebut seperti keindahan
pegunungan, danau dan pantai dll. Salah satu Propinsi yang kaya akan keindahan
alamnya adalah provinsi Sumatera Utara yaitu Danau Toba. Danau Toba
merupakan danau terbesar di Indonesia, 176 km ke barat ibu kota provinsi,
Medan. Danau Toba memiliki panjang 87 km dari barat laut ke tenggara dan lebar
27 km, dan berada 904 meter di atas permukaan laut dengan kedalaman 505
meter. Danau Toba membentang luas yang dikelilingi oleh tujuh kabupaten yaitu
Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo,
dan Samosir .
Pada dasarnya, Danau Toba dapat dijadikan sebagai objek wisata yang
sangat menarik jika dikelola dengan baik. Namun, belakangan ini mulai terjadi
penyusutan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah danau ini serta kualitas
air di danau ini telah terpengaruh secara negatif seperti budidaya perikanan
(keramba jaring apung), polusi minyak, dan berbagai aktivitas masyarakat (mandi,
mencuci, kakus/MCK) dll, yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan
kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi) dan menyebabkan eceng
gondok tumbuh dan berkembang di perairan danau ini.

Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) atau dalam bahasa
Batak Toba disebut ombur-ombur berkembang cukup pesat di perairan danau ini.
Keberadaannya sudah mulai mengganggu keindahan alam, alur transportasi air,
merubah struktur dan fungsi ekosistem dengan mengganggu rantai makanan

1
Universitas Sumatera Utara

2

dan siklus nutrisi. Oleh karena itu, untuk mengendalikan perkembangbiakan
eceng gondok tersebut salah satu pemanfaatan yang ramah lingkungan adalah
dengan mengolahnya menjadi bahan dasar untuk pembuatan pupuk organik atau
kompos dengan menggunakan beberapa jenis aktivator.
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih
unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Jadi, memupuk
berarti menambah unsur hara ke dalam tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk
daun). Pupuk terbagi atas pupuk anorganik dan organik. Pupuk organik antara lain
adalah kompos. Menurut Lingga dan Marsono (2001), kompos merupakan hasil
dari pelapukan


bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput,

kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Selain menjadi pupuk organik
kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah
dalam menyerap dan menahan air serta zat-zat hara lain, meningkatkan populasi
jasad renik. Berdasarkan pernyataan Sumekno (2006) menyatakan bahwa pupuk
organik tidak meninggalkan sisa asam anorganik di dalam tanah dan mempunyai
kadar persenyawaan C-organik yang tinggi. Pupuk organik kebanyakan tersedia di
alam (terjadi secara alamiah), misalnya pupuk hijau, dan guano dll.
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organik dan
membiarkannya terurai menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang
rendah (telah melapuk). Beberapa alasan pengomposan bahan organik antara lain
adalah (1) Ketidaktersedian pupuk kandang atau pupuk organik lain pada saat
diperlukan. Sementara bahan baku organik rutin dihasilkan dari panen pertanian.
(2) Struktur bahan organik sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil. Bila
bahan ini langsung dibenamkan ke dalam tanah akan terjadi persaingan unsur N

Universitas Sumatera Utara


3

antara bakteri pengurai N (immobilitasi N) (3) Bila tanah cukup mengandung
udara dan air, penguraian bahan organik akan berlangsung cepat. Akibatnya
jumlah CO2 di dalam tanah akan meningkat dengan cepat, dan hal ini akan
mengganggu pertumbuhan tanaman, (4) Pada pembuatan kompos biji-biji gulma,
benih, hama dan penyakit bisa mati karena panas (Damanik, et al., 2010).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian beberapa jenis
mikroorganisme lokal (MOL) sebagai aktivator dalam pembuatan pupuk organik
(kompos) dari eceng gondok terhadap mutu kompos yang dihasilkan.

Hipotesis Penelitian
Pengomposan eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms.) pada
beberapa jenis aktivator memberikan hasil yang nyata terhadap mutu kompos
yang dihasilkan.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi yang

merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara dan hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai
sumber informasi ilmiah dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam
pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan dasar untuk pembuatan pupuk kompos.

Universitas Sumatera Utara