Peran Komoditas Kopi Sebagai Sektor Basis Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Aceh Tengah

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Penelitian Terdahulu
Marliono (2008) dalam penelitiannya Analisis Peningkatan Produksi

Usaha Perkebunan Kopi Kaitannya Dengan Pengembangan Wilayah di
Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus : Kecamatan
Habinsaran Kabupaten Toba Samosir). Metode analisis data yang digunakan
perhitungan secara serentak untuk hubungan antara produksi, modal dan tenaga
kerja. Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dan bersama-sama antara
faktor produksi, modal, luas lahan dan pengalaman bertani terhadap produksi
kopi. Dimana variabel luas lahan berpengaruh dominan terhadap produksi
tanaman kopi.
Pemilihan sampel dilakukan secara purposive artinya penentuan daerah
dilakukan dengan sengaja. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan
menggunakan angka indeks akan dapat diketahui perkembangan produksi, luas

areal, produktivitas dan harga jual kopi Arabika apakah meningkat, menurun, atau
tetap dan menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian sebagai
berikut: Volume produksi kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode
2007-2012 meningkat rata-rata sebesar 265,5 ton pertahun dengan pertumbuhan
sebesar 2,9% per tahun. Perkembangan luas areal kopi Arabika di Kabupaten
Tapanuli Utara meningkat rata-rata sebesar 236,1 ha/tahun dengan pertumbuhan
sebesar 2,7% pertahun. Sedangkan peningkatan produktvitas kopi Arabika di
kabupaten Tapanuli Utara relatif tetap yaitu sebesar 0,002 ton/ha/tahun, hal ini

7

masih tergolong rendah. Peningkatan volume produksi kopi Arabika di kabupaten
Tapanuli Utara semata-mata disebabkan oleh adanya perluasan areal tanaman kopi
yang demikian berkembang, bukan dikarenakan oleh adanya peningkatan
produktivitas. Harga jual kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara lebih rendah
dibandingkan dengan harga jual di Sumatera Utara dan harga ekspor sehingga
memiliki nilai daya saing di pasar domestik dan internasional. Usahatani kopi
Arabika di kabupaten Tapanuli Utara memiliki daya saing karena memiliki
keunggulan kompetitif maupun komparatif sehingga usahatani kopi ini layak
untuk dikembangkan. Kebijakan pemerintah pada harga input-output terhadap

usahatani kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara berdampak negatif bagi
penerimaan petani pada harga output. Namun kebijakan tersebut berdampak
positif.
Hutauruk (2009) dalam penelitiannya Pengaruh Pendidikan Dan
Pengalaman Petani Terhadap Tingkat Produktivitas Tanaman Kopi Dan
Kontribusinya Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Tapanuli Utara.
Pengetahuan petani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman
yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman petani maka
diharapkan semakin tinggi pula produktivitas tanaman yang dihasilkan. Namun
masalahnya adalah apakah pendidikan atau pengalaman petani kopi menentukan
produktivitas tanaman kopi dan bagaimana kontribusinya terhadap pengembangan
wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Atas dasar itu maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pengalaman
terhadap tingkat produktivitas tanaman kopi dan mengetahui kontribusi
produktivitas tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten

8

Tapanuli Utara. Populasi penelitian ini adalah petani kopi yang ada di Kabupaten
Tapanuli Utara. Penetapan sampel penelitian berdasarkan teknik Proporsional

Random Sampling dengan mengambil tiga wilayah kecamatan, yakni Kecamatan
Siborongborong, Sipahutar dan Pangaribuan dengan total sampel berjumlah 95
orang. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan (formal dan non
formal) dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas
tanaman kopi. Sedangkan faktor pendidikan formal berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap produktivitas tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli
Utara. Kontribusi produktivitas tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah di
Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat dari pendapatan, penyerapan tenaga kerja,
semakin berkembangnya toko - toko pertanian dan pedagang pengumpul serta
berdirinya pabrik pengolahan biji kopi di Kecamatan Siborongborong.
Kuswarsidi, M. 2010 dalam penelitiannya Analisa Produksi dan
Pengembangan Kopi Rakyat di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui : (1) Teknik budidaya kopi yang

sebaiknya dilakukan oleh

perkebunan kopi rakyat, (2) skala usaha dalam pengelolaan perkebunan kopi
rakyat, (3) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi perkebunan kopi rakyat di
kabupaten Jember, (4) prospek perkebunan kopi sampai tahun 2015 di Kabupaten

Jember dan (5) peluang pasar kopi rakyat di masa yang akan 8ariab. Lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja di kabupaten Jember. Metode penelitian yang
digunakan metode deskriptif dan metode Asosiatif yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih. Alat analisa yang digunakan
adalah fungsi Cobb-Doughlas dan analisa Trend. Hasil penelitian menunjukkan

9

bahwa : (1) teknik budidaya usaha tani kopi rakyat di

kabupaten Jember

berdasarkan respon petani terhadap anjuran Dinas kehutanan dan perkebunan
Jember cenderung pada sikap yang kurang melaksanakan, (2) skala usaha
perkebunan kopi rakyat di kabupaten masuk dalam kategori Decreasing Return to
Scale, (3) secara simultan variabel luas lahan, jumlah tanaman, jumlah tenaga
kerja, pupuk organik pupuk anorganik, dan umur tanaman berpengaruh terhadap
produksi perkebunan kopi rakyat di kabupaten Jember. Secara parsial, variabel
jumlah tanaman, jumlah tenaga kerja, pupuk organic, pupuk anorganik, dan umur
tanaman berpengaruh nyata terhadap produksi perkebunan kopi rakyat sedangkan

variable luas lahan dan pupuk organic berpengaruh tidak nyata, (4) prospek
pengembangan perkebunan kopi rakyat di kabupaten Jember tergolong tidak
prospektif karena produktivitasnya terus menurun dan (5) peluang pasar kopi
rakyat kabupaten Jember masih cukup besar karena berdasarkan hasil analisa
trend kebutuhan kopi Jawa Timur masih terus meningkat sampai tahun 2015,
sedangkan produksi Jawa Timur masih jauh dibawah permintaan.
Ikramuddin (2010) dalam penelitiannya Pengaruh Internal Konsumen
Terhadap Keputusan Pembelian Kopi Di Kabupaten Aceh Utara (Studi Kasus
Pembelian Kopi Pada Rumah Tangga). Konsumsi kopi domestik selama beberapa
tahun terakhir tidak mengalami perkembangan yang berarti. Pasar domestik
diperkirakan hanya mampu menyerap sekitar 25% dari total produksi kopi
kabupaten. Oleh karena itu sudah saatnya bagi Indonesia melakukan terobosan
guna meningkatkan daya serap kopi domestik dan upaya ini masih sangat terbuka
karena tingkat konsumsi domestik masih sangat rendah yaitu di bawah 0,5
kg/kapita/tahun. Penelitian tentang pengaruh internal konsumen terhadap

10

keputusan pembelian kopi di Kabupaten Aceh Utara (studi kasus pembelian kopi
pada rumah tangga) bertujuan untuk; 1) mengetahui dan menganalisis pengaruh

faktor budaya, kelas sosial, karakteristik individu, dan faktor psikologis terhadap
keputusan pembelian produk kopi oleh konsumen rumah tangga di Kabupaten
Aceh Utara. 2) mengetahui dan menganalisis faktor yang paling dominan
mempengaruhi keputusan pembelian produk kopi oleh konsumen rumah tangga di
Aceh Utara.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain teori-teori yang
berkaitan erat dengan perilaku konsumen, dan teori pengambilan keputusan
konsumen. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan metode survey dan
jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan sifat penelitiannya adalah explanatory.
Metode pengambilan sampel menggunakan teknik Multi-stage Random Sampling
dengan jumlah sampel 100 orang konsumen rumah tangga. Pengujian hipotesis
pertama dan kedua menggunakan analisis regresi linear berganda, dengan uji
serempak (uji F) dan uji parsial (t) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen pada tingkat kepercayaan 95% (á
= 0.05).
Hasil penelitian dan pembahasan dijumpai variabel budaya, kelas sosial,
karakteristik individu, dan faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian kopi oleh rumah tangga di Kabupaten Aceh Utara, namun
pengujian statistik t menunjukkan variabel kelas sosial tidak signifikan
mempengaruhi keputusan pembelian. Pengujian secara simultan variabel-variabel

yang diuji signifikan secara statistik. Dari hasil pengujian hipotesis pertama,
dijumpai variabel budaya sebagai variabel yang paling dominan mempengaruhi

11

keputusan pembelian kopi oleh rumah tangga di Kabupaten Aceh Utara. Hasil
pengujian hipotesis kedua menunjukkan tidak ada perbedaan keputusan pembelian
antara produk kopi tradisional/lokal dengan produk kopi turunan/instan oleh
konsumen rumah tangga di Kabupaten aceh Utara.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa variabel internal
konsumen berpengaruh dalam menentukan keputusan pembelian kopi oleh
konsumen rumah tangga, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
keputusan pembelian konsumen kopi instan maupun kopi tradisional di
Kabupaten Aceh Utara.
Fatma (2011) dalam penelitiannya Analisis Fungsi Produksi Dan Efisiensi
Usaha Tani Kopi Rakyat Di Aceh Tengah. Kopi merupakan salah satu komoditas
perkebunan tradisional yang mempunyai peranan sebagai sumber perolehan
devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani
pekebun kopi maupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya,
pengolahan maupun dalam mata rantai pemasaran. Salah satu daerah penghasil

utama kopi Indonesia adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan
Kabupaten Aceh Tengah merupakan daerah sentra pertama penghasil kopi di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ini. Kabupaten Aceh Tengah merupakan
daerah yang memiliki luas areal tanam maupun produksi kopi yang paling besar
sekitar 66 persen dari luas kopi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Umumnya tanaman kopi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dikelola dengan
pola perkebunan rakyat. Pola perkebunan yang seperti ini pengelolaannya masih
bersifat tradisional dan belum menggunakan teknologi budidaya kopi secara baik
dan benar. Hal ini menggambarkan masih rendahnya pengetahuan petani kopi

12

tentang teknologi budidaya kopi. Permasalahan yang mendasar dalam pengelolaan
usahatani kopi di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah rendahnya
produktivitas. Menurut Aradi (2008), beberapa hal yang diduga mempengaruhi
rendahnya produktivitas usahatani kopi daerah ini adalah rata-rata tanaman kopi
sudah berumur tua dan pemeliharaan secara intensif belum dilaksanakan secara
sempurna karena rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani.
Penelitian


ini

bertujuan

untuk

menganalisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi produksi kopi pada usahatani kopi di Kabupaten Aceh Tengah,
menganalisis kondisi skala ekonomi kopi rakyat di Kabupaten Aceh Tengah dan
menganalisis efisiensi ekonomi pada usahatani kopi rakyat di Kabupaten Aceh
Tengah. Kerangka pendekatan masalah dilakukan dengan cara mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi rakyat di Kabupaten Aceh
Tengah dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode
pendugaan Ordinary Least Squares. Sedangkan analisis efisiensi dilihat dari ratio
Nilai Produk Marjinal dengan Biaya Korbanan Marjinal.

Sehubungan dengan tujuan penelitian tersebut maka diharapkan hasil
penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi petani kopi dalam
mengalokasikan faktor produksi secara efisien sehingga didapatkan pendapatan
yang maksimal. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi lembaga
penentu kebijakan dan pengembangan usahatani kopi rakyat di Nanggroe Aceh
Darussalam dalam meningkatkan kesejahteraan petani kopi. Penelitian ini
menggunakan metoda survai. Petani contoh ditentukan dengan teknik penarikan
contoh acak sederhana. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variasi produksi
usahatani kopi rakyat di Kabupaten Aceh Tengah dapat dijelaskan oleh variasi

13

faktor produksi sebesar 52.3%. Faktor produksi yang berpengaruh signifikan
terhadap produksi kopi adalah jumlah tenaga kerja, luas lahan dan umur pohon
kopi. Semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin luas lahan produktif
dan semakin tua umur pohon maka semakin besar hasil produksi kopi. Hasil
produksi kopi di lahan miring lebih menghasilkan dibandingkan di lahan datar.
Usahatani kopi di Kabupaten Aceh Tengah berada pada kondisi increasing
return to scale atau berada pada kondisi produksi yang semakin meningkat.
Penambahan proporsi faktor produksi dalam usahatani kopi akan menghasilkan

proporsi pertambahan hasil produksi yang semakin bertambah. Hal ini disebabkan
karena penggunaan faktor produksi belum optimal. Fungsi produksi merupakan
respon terhadap jumlah tenaga kerja, luas kebun kopi produktif, umur tanaman
kopi dan lama pengalaman berusahatani kopi. Kenaikan jumlah tenaga kerja, luas
kebun kopi produktif, umur tanaman kopi dan lama petani berusahatani kopi
masing-masing sebesar 10 persen akan menyebabkan peningkatan produksi
masing-masing sebesar 4.52 persen, 2.31 persen, 4.30 persen, dan 0.06 persen
Analisis efisiensi menunjukkan bahwa ratio efisiensi tenaga kerja belum optimal,
sehingga untuk mencapai hasil produksi yang maksimum maka perlu ditambah
penggunaan tenaga kerja. Belum optimalnya penggunaan tenaga kerja dalam
usahatani kopi rakyat di Kabupaten Aceh tengah ini disebabkan karena rata-rata
kepala keluarga di Kabupaten Aceh Tengah mempunyai dan mengelola lahan
perkebunan sendiri dan cenderung mencurahkan tenaga kerjanya untuk mengelola
perkebunan sendiri dibandingkan bekerja pada petani pekebun lainnya terutama
pada musim panen. Untuk ratio efisiensi luas lahan menunjukkan telah melampaui
titik efisiensi, sehingga luas lahan tidak bisa ditingkatkan lagi dalam rangka

14

meningkatkan produksi.
Isabella (2012) dalam penelitiannya Peran Komoditas Kopi Lintong
Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten
Humbang Hasundutan. Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis
pengaruh luas lahan, modal, dan tenaga kerja terhadap produksi tanaman kopi
lintong menggunakan analisis regresi berganda. Hasil analisis regresi linier
berganda dapat diketahui bahwa secara simultan dan parsial faktor luas lahan,
modal, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi
tanaman kopi lintong. Faktor yang memiliki pengaruh yang paling signifikan
terhadap produksi tanaman kopi adalah faktor luas lahan dimana nilai koefisien
regresi faktor luas lahan lebih besar dari nilai koefisien regresi faktor modal dan
tenaga kerja.
Murtiningrum (2013) dalam penelitiannya Kopi merupakan salah satu
komoditas unggulan dan penting bagi Provinsi Bengkulu. Di Kabupaten Rejang
lebong, kopi merupakan komoditas yang menjadi salah satu komoditas unggulan
daerah. Saat ini isu startegi daerah yang tertuang dalam RPJM Kabupaten Rejang
Lebong 2010 -2015 adalah peningkatan daya saing produk pertanian. Penulisan
ini bertujuan untuk 1) Menganalisis keunggulan kompetitif usaha tani kopi
robusta di Kabupaten Rejang Lebong, 2) Menganalisis keunggulan komperatif
usaha tani kopi robusta di Kabupaten Rejang Lebong, 3) Menganalisis dampak
kebijakan pemerintah terhadap daya saing kopi robusta di Kabupaten Rejang
Lebong dan 4) Menganalisis sensitivitas daya saing kopi robusta terhadap
perubahan input output.

15

Penentuan

daerah

penulisan

dilakukan

dengan

sengaja

dengan

pertimbangan wilayah Kabupaten Rejang Lebong merupakan salah satu wilayah
di Provinsi Bengkulu yang telah menanam secara turun temurun dengan jenis
utama kopi robusta dan menjadikan kopi sebagai komoditas unggulan.
Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode Stratified random sampling
dengan jumlah sampai 32 responden. Penentuan daerah penulisan dilakukan
dengan sengaja (purposive).
Hasil analisis dengan menggunakan metode Policy Analiysis Matrix
(PAM) didapatkan bahwa usaha tani kopi robusta di Kabupaten Rejang Lebong
memiliki daya saing yang tinggi, (keunggulan kompetitif dan keunggulan
komperatif) hal ini diketahui dengan nilai PCR dan DRCR yang kecil dari satu
yaitu sebesar 0,38 dan 0,29. Dampak kebijakan pemerintah terhadap input dari
hasil analisis dengan metode PAM diketahui bahwa nilai IT adalah negatif Rp
1.197.108,00/ha/tahun. Nilai Input Transfer (IT) menggambarkan kebijakan
(subsidi atau pajak) yang terjadi pada input produksi tradable. Nilai IT yang
bernilai negatif untuk usahatani kopi menunjukan bahwa terdapat kebijakan
subsidi terhadap input produksi tradable (pupuk anorganik) dalam pengusahaan
usahatani kopi. Hal tersebut menguntungkan bagi petani kopi. Untuk nilai
Transfer faktor positif 10.296 menunjukkan adanya kebijakan pemerintah
terhadap input domestik berupa pajak. Untuk kebijakan input – output belum
berjalan secara efektif atau kebijakan pemerintah saat ini kurang mendukung atau
melindungi petani kopi di Kabupaten Rejang Lebong. Kebijakan pemerintah ini
terjadi pada perdagangan kopi sehingga petani kopi belum dapat menerima harga

16

kopi seperti harga sosial, hal ini disebabkan rantai pemasaran kopi yang harus di
lalui petani.
Hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa usaha tani kopi robusta tetap
mempunyai daya saing yang baik (keunggulan kompetitif dan komparatif)
walaupun terjadi perubahan input dan output dengan asumsi faktor lainnya tetap
(ceteris paribus) yang terlihat dengan nilai PCR dan DRCR tetap di bawah 1.
Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa perubahan input dan output
secara bersamaan menyebabkan turunnya daya saing usaha tani kopi robusta di
Kabupaten Rejang Lebong dalam hal ini keunggulan kompetitif, ini di tandai
dengan dengan PCR yang lebih besar dari 1 yaitu sebesar 2,45 dan tetap
mempunyai keunggulan komperati dengan nilai DRCR